Anda di halaman 1dari 74

KONSEP DASAR

ASUHAN KEPERAWATAN
Jul9

KONSEP DASAR ASUHAN


KEPERAWATAN
 

A.  Pengertian        

      Asuhan keperawatan (DPP PPNI, 1999):

Suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada
klien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan, dalam upaya pemenuhan KDM, dengan
menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan,
dilandasi etik dan etika keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab
keperawatan.

Asuhan keperawatan dilaksanakan dalam bentuk proses keperawatan yang meliputi tahap:

–                  pengkajian

–                  diagnosa keperawatan

–                  perencanaan (intervensi)

–                  pelaksanaan (implementasi)

–                  evaluasi (formatif/proses dan sumatif)

 
Proses keperawatan sebagai salah satu pendekatan utama dalam pemberian asuhan keperawatan,
pada dasarnya suatu proses pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah (Nursalam,
2001:6).

B. Tujuan Asuhan Keperawatan

      untuk mengidentifikasi masalah klien,  apakah keadaan klien sehat atau sakit.

C. Standar Asuhan Keperawatan.

.        Standar Asuhan Keperawatan secara resmi telah diberlakukan untuk diterapkan di seluruh
rumah sakit melalui SK Direktur Jenderal Pelayanan Medik No. YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993.
Standar asuhan keperawatan terdiri dari :

Standar I        : Pengkajian keperawatan.

            Standar II       : Diagnosa keperawatan.

            Standar III      : Perencanaan keperawatan.

            Standar IV     : Intervensi keperawatan.

            Standar V      : Evaluasi keperawatan.

            Standar VI     : Catatan asuhan keperawatan.

1.      Standar I.

Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan dikumpulkan secara terus
menerus, tentang keadaannya untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data kesehatan
harus bermanfaat bagi semua anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian keperawatan
meliputi :

a.      Pengumpulan data dengan kriteria : menggunakan format yang  baku, sistematis, diisi
sesuai item yang tersedia, aktual (baru), absah (valid).

b.      Pengelompokan data dengan kriteria : data biologis, data  psikologis, data sosial, data
spiritual.
c.      Perumusan masalah dengan kriteria : kesenjangan antara status kesehatan dengan norma
dan pola fungsi kehidupan, perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan.

2.      Standar II.

Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisis dan
dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien dengan kriteria :  diagnosa keperawatan
dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien, dibuat sesuai
dengan wewenang perawat, komponennya terdiri dari masalah, penyebab/gejala (PES) atau
terdiri dari masalah dan penyebab (PE), bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien sudah
nyata terjadi, bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien kemungkinan besar akan
terjadi, dapat ditanggulangi oleh perawat.

3.      Standar III.

         Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan . Komponen 


perencanaan keperawatan meliputi :

a.      Prioritas masalah dengan kriteria : masalah-masalah yang mengancam kehidupan


merupakan prioritas pertama., masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah
prioritas kedua, masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga.

b.      Tujuan asuhan keperawatan dengan kriteria : spesifik, bisa diukur, bisa dicapai, realistik,
ada batas waktu.

c.      Rencana tindakan dengan kriteria : disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan,
melibatkan pasien/keluarga, mempertimbangkan latar belakang budaya pasien/keluarga,
menentukan alternative tindakan yang tepat, mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan
yang berlaku, lingkungan, sumberdaya dan fasilitas yang ada, menjamin rasa aman dan nyaman
bagi pasien, kalimat instruksi, ringkas, tegas dengan bahasanya mudah dimengerti.

4.      Standar IV.

         Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang diten tukan  dengan
maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan,
pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan mengikut sertakan pasien dan
keluarganya dengan kriteria :
a.      Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan.

b.     Menyangkut keadaan bio, psiko, social, spiritual pasien.

c.  Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien/keluarga.

d.     Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

e.     Menggunakan sumber daya yang ada.

f.      Menerapkan prinsip aseptic dan antiseptic.

g    Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privacy, dan mengutamakan keselamatan
pasien.

h.     Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien.

i.   Merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam keselamatan pasien.

j.      Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan.

k.     Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan.

l.     Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis yang telah
ditentukan. 

Intervensi keperawatan berorientasi pada 14 komponen keperawatan dasar meliputi:

1. Memenuhi kebutuhan oksigen.


2. Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Memenuhi kebutuhan eliminasi.
4. Memenuhi kebutuhan keamanan.
5. Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik.
6. Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur.
7. Memenuhi kebutuhan gerak dan kegiatan jasmani.
8. Memenuhi kebutuhan spiritual.
9. Memenuhi kebutuhan emosional.
10. Memenuhi kebutuhan komunikasi
11. Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis.
12. Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses penyembuhan.
13. Memenuhi kebutuhan penyuluhan.
14. Memenuhi kebutuhan rehabilitasi.

5.      Standar V.
         Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistimatis dan berencana, untuk menilai
perkembangan pasien dengan kriteria : setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi terhadap
indikator yang ada pada rumusan tujuan, selanjutnya hasil evaluasi segera dicatat dan
dikomunikasikan, evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan, evaluasi dilakukan
sesuai standar.

6.      Standar VI.

         Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual dengan kriteria : dilakukan selama
pasien dirawat inap dan rawat jalan, dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan
laporan, dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan, penulisannya harus jelas dan ringkas
serta menggunakan istilah yang baku, sesuai pelaksanaan proses keperawatan, setiap pencatatan
harus mencantumkan initial/paraf/nama perawat yang melaksanakan tindakan dan waktunya,
menggunakan formulir yang baku dan disimpan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2.2    Proses Keperawatan.

2.2.1.Pengertian.

         Proses keperawatan adalah suatu metoda di mana suatu konsep diterapkan dalam praktek
keperawatan. Hal ini bisa disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang memerlukan
ilmu, tehnik dan ketrampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien /
keluarga. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang sequensial dan berhubungan :
pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Iyer et al, 1996)

         Proses keperawatan merupakan cara yang sistematis yang dilakukan oleh perawat bersama
klien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dengan melakukan pengkajian,
menentukan diagnosis, merencanakan tindakan yang akan dilakukan, melaksanakan tindakan
serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan dengan berfokus pasa klien, berorentasi
pada tujuan pada setiap tahap saling terjadi ketergantungan dan saling berhubungan. ( Hidayat,
2004. 95).

Karakteristik / Ciri Khas Proses Keperawatan.

Adapun karakteristik proses keperawatan menurut Hidayat (2004.97) sebagai berikut


1. Proses keperawatan merupakan metode pemecahan masalah yang bersifat terbuka dan
fleksibel dalam memenuhi kebutuhan klien, juga selalu berkembang terhadap masalah
yang ada dan mengikuti perkembangan zaman.
2. Proses keperawatan dapat dilakukan melalui pendekatan secara individual dari
pemenuhan kebutuhan pasien.
3. Melalui proses keperawatan terdapat beberapa permasalahan yang sangan perlu
direncanakan.
4. Melalui proses keperawatan akan diarahkan tujuan pelayanan keperawatan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
5. Proses keperawatan itu sendiri merupakan suatu siklus yang saling berhubungan antara
tahap satu dengan yang lain dan tidak berdiri sendiri.
6. 6.        Adanya proses keperawatan penentuan masalah akan lebih cepat diatasi mengingat
didalam proses keperawatan terdapat penekanan validasi data serta adanya pembuktian
masalah dan menekankan pada umpan balik atau pengkajian ulang dalam mengetahui
kebutuhan dasar secara komperhensif.

Manfaat Proses Keperawatan.

Manfaat proses keperawatan menurut Gaffar (1999)  meliputi beberapa aspek yaitu :

1.      Aspek Administrasif.

         Kegiatan dokumentasi keperawatan yang berupa pencatatan dan pelaporan akan menjamin
kualitas asuhan keperawatan karena dari kegiatan ini dapat dikomunikasikan dan dievaluasi
perkembangan klien.

2.      Aspek Hukum.

Asuhan keperawatan didasarkan pada investigasi, observasi dan analisa, yang bertujuan untuk
memberikan jaminan agar masalah kesehatan klien teridentifikasi sehingga intervensi yang
dilakukan lebih efektif dan dapat dipertanggung jawabkan, sehingga akan memberikan
perlindungan dan kepastian hukum bagi klien.

1. 3.        Aspek Ekonomi.

Proses keperawatan akan menjamin asuhan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan kesehatan
klien, sehingga lebih efisien dari segi biaya karena lebih proposional dalam arti sesuai kebutuhan
klien.

4.      Aspek Pendidikan dan Pelatihan.

Keperawatan tidak dapat diterapkan tanpa pendidikan dan pelatihan, sebaliknya pendidikan
keperawatan tidak akan berkembang dengan baik tanpa asuhan dari proses keperawatan sebagai
metoda ilmiah pemberian asuhan keperawatan.
 

 
Konsep Dokumentasi Asuhan Keperawatan
 

Pengertian.

Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat
dalam melakukan catatan perawatan yang berguna untuk kepentingan klien, perawat, dan tim
kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan
lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab perawat.

Dokumentasi ini penting karena pelayanan keperawatan yang diberikan pada klien membutuhkan
catatan dan pelaporan  yang dapat digunakan sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dari
berbagai kemungkinan masalah yang dialami klien baik masalah kepuasan maupun ketidak
puasan terhadap pelayanan yang diberikan.

Kegunaan Dokumentasi.

Dokumentasi keperawatan menurut Hidayat (2002. 6-7) mempunyai beberapa kegunaan bagi
perawat dan klien antara lain:

1. 1.        Sebagai Alat Komunikasi.

         Dokumentasi dalam memberian asuhan keperawatan yang terkoordinasi dengan baik akan
menghindari atau mencegah informasi yang berulang. Kesalahan juga akan berkurang sehingga
dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan. Disamping itu komunikasi juga dapat
dilakukan secara efektif dan efisien.

1. 2.        Sebagai Mekanisme Pertanggung Gugatan.

Standar dokumentasi memuat aturan atau ketentuan tentang pelaksanaan pendokumentasian.


Oleh karena itu kualitas kebenaran standar pendokumentasiaan akan mudah dipertanggung
jawabkan dan dapat digunakan sebagai perlindungan atas gugatan karena sudah memiliki standar
hukum.

1. 3.        Metode Pengumpulan Data.

         Dokumentasi dapat digunakan untuk melihat data-data pasien tentang kemajuan atau
perkembangan dari pasien secara objektif dan mendeteksi kecenderungan yang mungkin terjadi
dapat digunakan juga sebagai bahan penelitian, karena data-datanya otentik dan dapat dibuktikan
kebenarannya. Selain itu dokumentasi dapat digunakan sebagai data statistik.

1. 4.        Sarana Pelayanan Keperawatan Secara Individual.

         Tujuan ini merupakan integrasi dari berbagai aspek klien tentang kebutuhan terhadap
pelayanan keperawatan yang meliputi kebutuhan bio, spiko, sosial dan spiritual sehingga
individu dapat merasakan manfaat dari pelayanan keperawatan.

1. 5.        Sarana Evaluasi.

         Hasil akhir dari asuhan keperawatan yang telah didokumentasikan adalah evaluasi tentang
hal-hal yang berkaitan dengan tindakan keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan.

1. 6.        Sarana Meningkatkan Kerjasama Antar Tim Kesehatan.

Melalui dokumentasi, tenaga dokter, ahli gizi, fisioterapi dan tenaga kesehatan akan saling
kerjasama dalam memberikan tindakan yang berhubungan dengan klien. Karena hanya lewat
bukti-bukti otentik dari tindakan yang telah dilaksanakan kegiatan tersebut akan berjalan secara
professional.

1. 7.        Sarana Pendidikan Lanjutan.

         Bukti yang telah ada menuntut adanya sistem pendidikan yang lebih baik dan terarah sesuai
dengan program yang diinginkan klien. Khusus bagi tenaga perawat bukti tersebut dapat
digunakan sebagai alat untuk meningkatkan pendidikan lanjutan tentang keperawatan.

1. 8.        Dokumentasi Berguna Untuk Memantau Kualitas Pelayanan Keperawatan.

         Yang telah diberikan sehubungan dengan kompetensi dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.  

        

Model Dokumentasi Keperawatan

         Ada beberapa model dokumentasi keperawatan menurut Nursalam (2001, 125-133)  antara
lain :

1. 1.        SOR ( Source – Oriented Record ) / Catatan Berorientasi pada Sumber.

Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau yang mengelola pencatatan.
Bagian penerimaan klien mempunyai lembar isian tersendiri, dokter menggunakan lembar untuk
mencatat instruksi, lembaran riwayat penyakit dan perkembangan penyakit, perawat
menggunakan catatan keperawatan, begitu pula disiplin lain mempunyai catatan masing-masing.
Catatan berorientasi pada lima komponen yaitu :

1. Lembar penerimaan berisi biodata.


2. Lembar order dokter.
3. Lembar riwayat medik / penyakit.
4. Catatan perawat.
5. Catatan dan laporan khusus.

1. 2.        POR ( Problem – Oriented Record ) / Catatan Berorientasi pada Masalah.

Model ini memusatkan data tentang didokumentasikan dan disusun menurut masalah klien.
Sistem dokumentasi jenis ini mengintegrasikan semua data mengenai masalah yang dikumpulkan
oleh dokter, perawat atau tenaga kesehatan lain yang terlibat dalam pemberian layanan kepada
klien.

Model ini terdiri dari empat komponen yaitu :

1. Data dasar, ini berisi semua informasi yang telah didapat dari klien ketika masuk rumah
sakit yang mencakup pengkajian, riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan hasil
laboratorium.
2. Daftar masalah, ini berisi tentang masalah yang telah diidentifikasi dari data dasar.
Selanjutnya masalah disusun secara kronologis sesuai tanggal identifikasi masalah.
3. Daftar awal rencana asuhan, ditulis oleh tenaga yang menyusun daftar masalah, dokter
menulis instruksi, perawat menulis instruksi keperawatan atau rencana asuhan
keperawatan.
4. Catatan perkembangan, berisi perkembangan / kemajuan dari tiap-tiap masalah yang
telah dilakukan tindakan dan disusun oleh semua anggota yang terlibat.

1. 3.        PROGRES NOTE. (Catatan Berorientasi pada Perkembangan/ Kemajuan ).

Catatan perkembangan  adalah catatan perawat “ Flowsheet “ dan catatan pemulangan atau
ringkasan rujukan. Ketiga jenis ini digunakan baik pada sistem dokumentasi yang berorientasi
pada sumber maupun berorientasi pada masalah.

1. Catatan perawat harus ditulis tiap 24 jam meliputi : Pengkajian, tindakan keperawatan
yang bersifat mandiri, tindakan keperawatan yang bersifat pendelegasian, evaluasi dari
tiap tindakan keperawatan, tindakan yang dilakukan dokter dan kunjungan dari beberapa
tim kesehatan yang lain.
2. Lembar alur (Flowsheet) merupakan cara tercepat dan paling efisien untuk mencatat
informasi. Selain itu tenaga kesehatan akan dengan mudah mengetahui keadaan klien
hanya dengan melihat grafik yang terdapat pada flowsheet.
3. Catatan pemulangan dan ringkasan rujukan, dipersiapkan ketika klien akan dipulangkan
atau dipindahkan ketempat perawatan lainnya guna perawatan lanjutan. Dokumen ini
meliputi masalah kesehatan yang masih aktif, pengobatan terachir, penanganan yang
harus diteruskan, kebiasaan makanan  dan istirahat kemampuan untuk asuhan mandiri.
Pencatatan pemulangan ini ditujukan  untuk tenaga kesehatan yang akan meneruskan
home care dan juga informasi pada klien.

1. 4.        CBE ( Charting By Exception ).

Sistem dokumentasi yang hanya mencatat secara naratif dari hasil atau penemuan yang
menyimpang dari keadaan normal atau standar.

CBE mengintegrasikan 2 komponen yaitu :

1. Folwsheet yang berupa kesimpulan penemuan yang penting dan menjabarkan indikator
pengkajian dan penemuan termasuk instruksi dokter/perawat, grafik, catatan pendidikan
dan pencatatan pemulangan klien.
2. Dokumentasi dilakukan berdasarkan standar praktek keperawatan, sehingga mengurangi
pencatatan tentang hal rutin secara berulang kali.

1. 5.        PIE ( Problem Intervention & Evaluation ).

Sistem pencatatan adalah suatu pendekatan orientasi-proses pada dokumentasi dengan


penekanan pada proses keperawatan dan diagnosa keperawatan.

1. 6.        FOCUS ( Proces Oriented System ).

Suatu proses–orientasi dan klien-fokus. Hal ini digunakan proses keperawatan untuk
mengorganisir dokumentasi asuhan.

2.4    Pedoman Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan.


Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada Tahun 1995 telah menetapkan petunjuk tentang
Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit yang terdiri dari :

2.4.1   Instrumen Studi Dokumentasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan (Instrumen


A). meliputi :

1.      Petunjuk penggunaan instrument A terdiri :

a.  Aspek yang dinilai dalam instrument ini adalah :

(1).  Pengkajian Keperawatan.

(2).  Diagnosa Keperawatan.

(3).  Perencanaan Keperawatan.

(4).  Tindakan Keperawatan.

(5).  Evaluasi Keperawatan.

(6).  Catatan Asuhan Keperawatan.

b   Pengisian instrument dilakukan oleh perawat dengan kriteria sebagai berikut:

(1).  Perawat terpilih dari ruangan tempat dilakukan evaluasi.

(2).  Perawat yang telah menguasai / memahami proses perawatan.

(3). Telah mengikuti pelatihan penerapan standar asuhan keperawatan di Rumah Sakit.

c.            Rekam medik pasien yang dinilai harus memenuhi kriteria sebagai berikut

(1).  Rekam medik pasien yang telah pulang dan telah dirawat minimal 3 (tiga) hari diruangan
yang bersangkutan.

(2).  Data dikumpulkan sebelum berkas rekam medik pasien dikembalikan pada bagian Medical
Recort Rumah Sakit.

(3).  Khusus untuk kamar operasi dan UGD penilaian dilakukan setelah pasien dipindahkan ke
ruang lain / pulang.

(4).  Rekam medik pasien yang memenuhi kriteria selama periode evaluasi berjumlah 20 untuk
setiap ruangan.
Pada setiap akhir penilaian dibuat rekapitulasinya.

d.     Bentuk instrument A terdiri dari :

(1).  Kolom 1     : No urut yang dinilai.

(2).  Kolom 2     : Aspek yang dinilai.

(3).  Kolom 3     : No kode rekam medik yang dinilai.

(4).  Kolom 4     : Keterangan.

e.  Cara pengisian instrument A.

(1).   Perawat penilai mengisi kolom 3 dan 4.

(2).   Kolom 3 terdiri dari 10 sub kolom yang diisi denagn kode berkas pasien (1, 2, 3, …… dst),
sesuai dengan urutan waktu pulang, pada periode evaluasi.

Tiap sub kolom hanya digunakan untuk penilaian terhadap satu rekam medik pasien.

Contoh : Sub kolom 01 digunakan untuk mengisi hasil penilaian rekam medik dengan kode
berkas 01.

Rekam medik yang telah digunakan untuk penilaian harus diberi tanda dengan kode berkas agar
tidak dinilai ulang.

(3).  Pada tiap sub kolom diisi dengan tanda “ V “ bila aspek yang dinilai ditemukan dan tanda “
O “ bila aspek yang dinilai tidak ditemukan pada rekam medik pasien yang bersangkutan.

(4).  Kolom keterangan diisi bila penilai menganggap perlu mencantumkan penjelasan atau bila
ada keraguan penilaian.

(5).  Sub total diisi sesuai dengan hasil penjumlahan jawaban nilai “ V “ yang ditemukan pada
masing-masing kolom.

(6).  Total diisi dengan hasil penjumlahan sub total, 01 + 02 + 03 …… dan seterusnya.

(7).  Tiap variable dihitung prosentasenya dengan cara :

Total

Prosentase    =                                                                      x 100 %

      Jumlah berkas x jumlah aspek yang dinilai.


 

2.      Instrumen Studi Dokumentasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan.

Aspek yang dinilai :

a.                Pengkajian.

(1).  Mencatat data yang dikaji sesuai dengan pedoman pengkajian.

(2).  Data dikelompokkan (bio, psiko, sosial, spiritual).

(3).  Data dikaji sejak pasien masuk sampai pulang.

(4). Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan
pola fungsi kehidupan.

b.     Diagnosa.

(1).  Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan.

(2).  Diagnosa keperawatan mencerminkan PE / PES.

(3).  Merumuskan diagnosa keperawatan aktual/potensial.

c.    Perencanaan.

(1).  Berdasarkan diagnosa keperawatan.

(2).  Disusun menurut urutan prioritas.

(3). Rumusan tujuan mengandung komponen pasien/subyek, perubahan, perilaku, kondisi pasien
dan atau kriteria.

(4).  Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan kalimat perintah, terinci dan jelas atau
melibatkan pasien/keluarga.

(5).  Rencana tindakan menggambarkan keterlibatan pasien/keluarga.

(6). Rencana tindakan menggambarkan kerja sama dengan tim kesehatan lain.

d.    Tindakan.

(1).  Tindakan dilaksanakan mengacu pada rencana perawatan.

(2).  Perawat mengobservasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan.


(3).  Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi.

(4).  Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat ringkas dan jelas.

e.     Evaluasi.

(1).  Evaluasi mengacu pada tujuan.

(2).  Hasil evaluasi dicatat.

f.    Catatan Asuhan Keperawatan.

(1).  Menulis pada format yang baku.

(2).  Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan yang dilaksanakan.

(3).  Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah yang baku dan benar.

(4).         Setiap melakukan tindakan/kegiatan perawat mencantumkan paraf/nama jelas, dan


tanggal jam dilakukannya tindakan.

(5).  Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2.4.2   Instrument Evaluasi Persepsi Pasien Terhadap Mutu Asuhan Keperawatan di


Rumah Sakit ( Instrumen B ) meliputi :

1.      Petunjuk penggunakan instrumen B.

2.      Instrumen evaluasi persepsi pasien terhadap asuhan keperawatan di Rumah Sakit.

2.4.3 Instrumen Observasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan di Rumah Sakit


(Instrumen C) meliputi :

1. Petunjuk penggunaan instrumen C.


2. Instrumen observasi pelaksanaan tindakan keperawatan di ruang medical surgical atau
ruang penyakit dalam / ruang bedah.
3. Instrumen observasi pelaksanaan tindakan keperawatan di ruang kebidanan.
4. Instrumen observasi pelaksanaan tindakan keperawatan di kamar operasi.
5. Instrumen observasi pelaksanaan tindakan keperawatan di instalasi gawat darurat.
6. Instrumen observasi pelaksanaan tindakan keperawatan di ruang perawatan intensif.
7. Instrumen observasi pelaksanaan tindakan keperawatan di ruang perinatologi.

 
2.5    Konsep Keperawatan.

2.5.1   Pengertian.

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan  bagian integral dari
pelayanan kesehatan, didasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-
sosial-spiritual yang komperhensif, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Pelayanan  keperawatan berupa bantuan, diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan  pengetahuan, serta kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan
kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri (PPNI cit Gartinah, 1999).

Keperawatan terutama berfungsi membantu individu (sehat atau sakit) dalam menjalankan 
kegiatan yang mengkontribusi kesehatan atau pemulihan (atau kematian secara damai) yang
dapat mereka lakukan tanpa bantuan apabila mereka memiliki kekuatan, kemauan, atau
pengetahuan yang diperlukan, keperawatan juga membantu individu melaksanakan terapi yang
disarankan dan secepat mungkin mandiri kembali (Eugenia dan fay, 1994).

Perawat Profesional adalah perawat yang mengikuti pendidikan keperawatan pada jenjang
pendidikan tinggi keperawatan, sekurang-kurangnya D III keperawatan (PPNI cit Gartinah,
1999).

Perawat professional bertanggung jawab dan berwenang memberikan pelayanan keperawatan


secara mandiri atau berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan kewenangannya
(Depkes RI, 2002).

Dalam menyelenggarakan pelayanan keperawatan, perhatian utama seorang perawat adalah


mempelajari bentuk dan sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia melalui pengkajian
yang seksama tentang hal-hal yang melatar belakangi, serta mempelajari berbagai bentuk upaya
untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut melalui pemanfaatan berbagai sumber yang tersedia
(Konsorsium Ilmu-Ilmu Kesehatan, Depdikbud RI, 1991).

2.5.2 Peran Perawat.

Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari:

1.      Peran Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan.

         Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan
memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian
pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan
diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai
dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.

2.      Peran Sebagai Advokat Klien.


         Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya
dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga
dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hal atas
pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk
menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.

1. 2.        Peran Edukator.

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku
dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

1. 3.        Peran Koordinator.

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan


kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai
dengan kebutuhan klien.

1. 4.        Peran Kolaborator.

Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari
dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan
keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk
pelayanan selanjutnya.

1. 5.        Peran Konsultan.

Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang
tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang
tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.

1. 6.        Peran Pembaharu.

Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama,
perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

2.5.3 Fungsi Perawat.

Menurut Hidayat (2004.30-32) Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan


berbagai fungsi diantaranya :

1. 1.        Fungsi Independen.


Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam
melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan
tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia.

1. 2.        Fungsi Dependen.

Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari
perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan.

1. 3.        Fungsi Interdependen.

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan diantara tim satu
dengan yang lain. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama
tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien yang
mempunyai penyakit komplek.

2.5.4 Tugas Perawat.

Tugas perawat dalam menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat
dilaksanakan sesuai dengan tahapan dalam proses keperawatan.

2.6    Penerapan.

2.6.1   Pengertian.

Penerapan adalah perihal mempraktekkan. (Kamus Bahasa Indonesia, 1999. 1044). Sedangkan
penerapan asuhan keperawatan adalah mempraktekkan asuhan keperawatan dalam pelayanan
keperawatan kepada Pasien.

2.6.2Fartor-Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan


Keperawatan.

Penerapan standar asuhan keperawatan  akan merubah system dalam pemberian asuhan
keperawatan menjadi lebih terencana, berdasarkan pada pedoman yang jelas dan lebih bisa
dipertanggung jawabkan.

Faktor pendukung dari proses perubahan dalam penerapan asuhan keperawatan dapat dilihat dari
aspek kebutuhan dasar manusia dan kebutuhan dasar interpretasi (Nursalam, 2002).
Faktor penghambat bisa dilihat dari beberapa aspek yaitu mengancam kepentingan pribadi,
persepsi yang kurang tepat, sebagai reaksi psikologi dan toleransi untuk berubah yang rendah
(Nursalam, 2002).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Rumah Sakit TNI Malang, tentang Standar
Asuhan Keperawatan dan Sikap Terhadap Penerapan Standar Asuhan Keperawatan pada Dokter
dan Perawat (Anggreini, 2005) diketahui :.

1.      Factor-Faktor Yang Mendukung Penerapan Pendokumentasian Asuhan


Keperawatan Meliputi :

a.      Sebagai bukti tanggung jawab dan tanggung gugat.

b.      Sebagai metode dalam melayani pasien.

1. Sebagai alat untuk dokumentasi, untuk mengetahui perkembangan pasien.


2. Sebagai alat pertanggung jawaban perawat dalam menjalankan tugas.

2.      Faktor-Faktor Yang Menghambat Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan


Keperawatan Meliputi :

a.      Teori tentang Asuhan Keperawatan terlalu sulit, rumit dan agak susah.

b.      Sumber Daya Manusia masih kurang jumlahnya diruang keperawatan.

c.      Tidak adanya penilaian dari supra system.

d.      Dalam pelaksanaannya masih mencontoh askep yang dulu-dulu.

e.      Masih adanya pekerjaan non perawatan yang dikerjakan perawat.

My Binder
Catatan Seorang Praktisi Pendidikan Keperawatan Untuk
Berbagi Dalam Dunia Keperawatan
Lanjut ke konten

 Beranda
 Jurnal Kesehatan
 Materi Kuliah Keperawatan
 SKRIPSI KEPRAWATAN

konsep Asuhan Keperawatan


3 Juni 2016 / Nandra, M. Kep

1. Pengertian

      Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada prakrik keperawatan
yang langsung diberikan kepada klien/pasien pada berbagai tatanan layanan kesehatan. Asuhan
keperawatan dilaksanakan dengan mengunakan metode proses keperawatan, berpedoman pada
standar keperawatan, dilandasi etik dan etika keperawatan dalam lingkup wewenang serta
tanggung jawabnya (Kusnanto, 2004).

Menurut Yura dan Wals (1983), asuhan keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan
ilmiah yang digunakan perawat dalam mencapai atau mempertahankan keadaan bio-psiko-sosio-
spiritual yang optimal melalui tahap pengkajian, identifikasi diagnosis keperawatan, penuntunan
rencana keperawatan, implementasi tindakan keperawatan, serta evaluasi.

Menurut Carol V.A, dalam buku Asmadi (2008), asuhan keperawatan adalah suatu metode yang
sistematis untuk mengkaji respons manusia terhadap masalah kesehatan dan membuat rencana
keperawatan yang bertujuan mengatasi masalah tersebut. Proses keperawatan
mendokumentasikan kontribusi perawat dalam mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan
klien.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa asuhan keperawatan merupakan
serangkaian proses yang sistematis mulai dari tahap pengkajian sampai dengan evaluasi yang
bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada pasien dalam usaha memperbaiki ataupun
memelihara derajat kesehatan pasien yang didasari pada teori keperawatan.

1. Tujuan Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan merupakan suatu upaya pemecahan masalah yang tujuan utamanya adalah
membantu perawat menangani klien secara komprehensif dengan dilandasi alas an ilmiah,
keterampilan teknis, dan keterampilan interpersonal. Penerapan proses keperawatan ini tidak
hanya ditujukan untuk kepentingan klien semata, tetapi jua profesi keperawatan itu sendiri.
Tujuan penerapan proses keperawatan bagi klien, antara lain:

 Mempertahankan kesehatan klien.


 Mencegah sakit yang lebih parah/penyebaran penyakit/komplikasi akibat penyakit.
 Mengembalikan fungsi maksimal tubuh.
 Membantu klien terminal untuk meninggal dengan tenang.

Tujuan penerapan proses keperawatan bagi profesionalitas keperawatan, antara lain:


 Mempraktikan metode pemecahan masalah dalam praktik keperawatan.
 Menggunakan standar praktik keperawatan.
 Memperoleh metode yang baku, rasional, dan sistematis.
 Memperoleh hasil asuhan keperawatan dengan efektifitas yang tinggi (Asmadi,2008).
1. Manfaat Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan sangat relevan dengan upaya dan arah perkembangan profesionalisme
keperawatan saat ini. Penerapan proses keperawatan dalam member asuahn keperawatan kepada
klien memberi beberapa manfaat :

 Meningkatkan mutu layanan keperawatan. Proses keperawatan merupakan metode


sistematis yang menjadi panduan bagi perawat dalam memberi asuhan keperawatan.
 Meningkatkan citra profesi keperawatan. Melalui penerapan proses keperawatan, mutu
layanan keperawatan dapat ditingkatkan. Ini merupakan salah satu upaya promosi yang
paling efektif, tepat, dan langsung mengubah persepsi masyarakat dan profesi lain
tentang profesi keperawatan.
 Menggambarkan otonomi dan tanggung jawab perawat. Proses keperawatan memberi
arah bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan, mulai dari pengkajian
sampai evaluasi.
 Mengembangkan keterampilan teknis dan intelektual perawat. Dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada klien, perawat sebaiknya tidak terjebak pada kegiatan yang
sifatnya rutinitas. Dikhawatirkan , ini akan menghambat perkembangan kemempuan
intelektual dan teknis perawat bekerja ibarat robot.
 Meningkatkan rasa solidaritas dan rasa kesatuan perawat. Proses keperawatan dilakukan
secara berkesinambungan dan komprehensif. Proses keperawatan dapat berfungsi sebagai
media komunikasi antar perawat sehingga akan tercipta rasa kebersamaan.
 Menghasilkan praktik keperawatan yang profesional. Penerapan proses keperawatan
didasarkan pada metode ilmiah, bukan pada institusi semata. Penerapan proses
keperawatan menunjukkan ciri-ciri profesionalisme, diantaranya mengutamakan
kepentingan klien (klien oriented), menggunakan pengetahuan ilmiah, serta menunjukkan
tanggung jawab dan tanggung gugat dalam melaksanakan praktik keperawatan (Asmadi,
2008).
1. Tahap-Tahap Asuhan keperawatan

Sebaggai sebuah metode ilmiah, proses keperawatan harus mencakup tahap-tahap tertentu. Ada
lima tahap dimana tahap-tahap tersebut tidak dapat dipisahkan dan saling berhubungan. Tahap-
tahap ini secara bersama-sama membentuk lingkaran pemikiran dan tindakan yang kontinu, yang
mengulangi kembali kontak dengan pasien. Berikut ini akan dijelaskan mengenai tahap-tahap
dalam proses keperawatan.

 Pengkajian

Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses dinamis yang terorganisasi dan
meliputi tiga aktifitas dasar yaitu : pertama, mengumpulkan data secara sistematis; kedua,
memilah dan mengatur data yang dikumpulkan; dan ketiga, mendokumentasikan data dalam
format yang dapat dibuka kembali.
Pengumpulan dan pengorganisasian data harus menggambarkan dua hal sebagai berikut:
pertama, status kesehatan pasien; kedua, kekuatan pasien dan masalah yang dialami (aktual,
resiko, atau potensial).

Data dapat diperoleh dari riwayat keperawatan, keluhan utama pasien, pemeriksaan fisik, serta
pemeriksaan penunjang atau test diagnostis. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala
sampai ke kaki (head to toe) melalui teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Pemeriksaan penunjang misalnya hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi, dan
pemeriksaan biopsi.

Dalam melakukan pengkajian diperlukan keahlian (skill) seperti wawancara, pemeriksaan fisik,
dan observasi. Hasil pengumpulan data kemudian diklasifikasikan dalam data subjektif dan
objektif. Data subjektif merupakan ungkapan atau persepsi yang dikemukakan oleh pasien. Data
objektif merupakan data yang didapat dari hasil observasi, pengukuran, dan pemeriksaan fisik.
Ada beberapa cara pengelompokan data yaitu sebagai berikut :

1. Berdasarkan sistem tubuh.


2. Berdasarkan kebutuhan dasar.
3. Berdasarkan teori keperawatan.
4. Berdasarkan pola kesehatan fungsional.

Pengelompokan data berdasarkan teori keperawatan sangat membantu dalam proses identifikasi
diagnosa keperawatan. Sedangkan pengelompokan data berdasarkan sistem tubuh juga sangat
berguna untuk memberikan masukan kepada dokter.

 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status kesehatan atau masalah
aktual atau resiko dalam rangka mengidentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan untuk
mengurangi, menhilangkan atau mencegah masalah keperawatan klien yang ada pada tanggung
jawabnya.

Pada tahun 11973, NANDA telah menerbitkan daftar diagnosa keperawatan yang pertama.
Kemudian setiap dua tahun sekali dilakukan pengembangan atau revisi. Tujuan penggunaan
diagnosa adalah sebagai berikut.

1. Memberikan bahasa yang umum bagi perawat sehingga dapat terbentuk jalinan informasi
dalam persamaan persepsi.
2. Meningkatkan identifikasi tujuan yang tepat sehingga pemilihan intervensi lebiha kurat
dan menjadi pedoman dalam melakukan intervensi.
3. Menciptakan standar praktik keperawatan.
4. Memberikan dasar peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.

Dalam merumuskan diagnose keperawatan, ada tiga komponen yang perlu dicantumkan, yaitu
problem (P), etiologi (E), dan symptom (S). Dilihat dari status kesehatan klien, diagnosa dapat
dibedakan menjadi aktual, potensial, resiko, dan kemungkinan.
1. Aktual, diagnosa keperawatan yang menggambarkan penilaian klinik yang harus
divalidasi perawat karena adanya batasan karakteristik mayot.
2. Potensial, diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi klien ke arah yang lebih
positif (kekuatan pasien).
3. Resiko, diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi klinis individu lebih rentan
mengalami masalah.
4. Kemungkinan, diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi klinis individu yang
memerlukan data tambahan sebagai faktor pendukung yang lebih akurat.

 Perencanaan

Pada tahap perencanaan ada 4 hal yang harus diperhatikan.

1. Menentukan prioritas masalah. Berbagai cara dalam menentukan masalah diantaranya


sebagai berikut
2. Berdasarkan Hierarki Maslow, yaitu fisiologis, keamanan/keselamatan, mencintai dan
memiliki, harga diri, dan aktualisasi diri.
3. Berdasarkan Driffith-Kenney Christensen dengan urutan: ancaman kehidupan dan
kesehatan, sumber daya dan dana yang tersedia, peran serta klien, prinsip ilmiah dan
praktik keperawatan.
4. Menentukan tujuan

Dalam menentukan tujuan, digambarkan kondisi yang diharapkan disertai jangka waktu.

1. Menentukan kriteria hasil

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan kriteria hasil adalah bersifat spesifik,
realistik, dapat diukur, mempertimbangkan keadaan dan keinginan pasien.

1. Merumuskan intervensi dan aktivitas perawatan

Salah satu rumusan intervensi yang sedang dikembangkan adalah penggunaan Nurssing
Interventions Classification (NIC) dan Nursing Outcome Classification (NOC). Intervensi
keperawatan dalam NIC dikelompokan dalam taksonomi yang meliputi tiga level, yaitu: level 1
tentang dominan, level 2 tentang kelas, dan level 3 tentang aktivitas tindakan keperawatan.

 Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan. Tindakan
perawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri
(independen) adalah aktivitas perawat yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan dan
bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah
tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama, seperti dokter dan petugas kesehatan lain.
Agar lebih jelas dan akurat dalam melakukan implementasi, diperlukan perencanaan
keperawatan yang spesifik dan operasional. Bentuk implementasi keperawatan adalah sebagai
berikut.

1. Bentuk perawatan; pengkajian utnuk mengidentifikasi masalah baru atau


mempertahankan maslah yang ada.
2. Pengajaran/pendidikan kesehatan pada pasien untuk membantu menambah pengetahuan
tentang kesehatan.
3. Konseling pasien untuk memutuskan kesehatan pasien.
4. Konsultasi atau berdiskusi dengan tenaga kesehatan profesional lainnya sebagai bentuk
perawatan holistik.
5. Konsultasi pelaksanaan secara spesifik atau tindakan untuk memecahkan masalah
kesehatan.
6. Membantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri.

 Evaluasi

Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya. Tujuannya adalah untuk
mengetahui sejau mana tujuan perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap
asuhan keperaawatan yang diberikan. Langkah-langkah evaluasi adalah sebagai beikut.

1. Daftar tujuan-tujuan pasien.


2. Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu.

 Bandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien.

1. Diskusikan dengan pasien apakah tujuan dapat tercapai atau tidak.

Jika tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang letak kesalahannya, dicari jalan keluarnya,
kemudian catat apa yang ditemukan, serta apakah perlu dilakukan perubahan intervensi
(Tarwono, 2010).

 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pernyataan tentang kejadian atau aktivitas yang otentik dengan
membuat catatan tertulis. Dokumentasi keperawatan berisi hasil aktivitas keperawatan yang
dilakukan perawat terhadap klien, mulai dari pengkajian hingga evaluasi.

Dokumentasi keperawatan merupakan sarana komunikasi dari suatu profesi ke profesi lain
terkait status klien. Sebagai alat komunikasi, tulisan dalam dokumentasi keperawatan harus jelas
terbaca, tidak boleh memakai istilah atau singkatan-singkatan yang tidak lazim, juga berisi uraian
yang jelas, dan sistematis.

Dokumentasi keperawatan sewaktu-waktu dapat dijadikan barang bukti di pengadilan jika terjadi
gugatan yang dilakukan oleh klien maupun keluarganya. Oleh karena itu, catatan yang terdapat
dalam dokumentasi keperawatan harus jelas, lengkap, objektif, waktu harus ditulis dengan jelas
(hari, tanggal, bulan, tahun, jam), ditandatangani oleh petugas kesehatan yang melakukan
interaksi terapeutik dengan klien (dokter, perawat, atau petugas lainnya), serta hindari penulisan
yang menimbulkan interpretasi yang salah (Asmadi, 2008).

Iklan

Bagikan ini:

 Twitter
 Facebook
 Google

Tak Berkategori

Navigasi tulisan
← Pengaruh Senam Lansia terhadap Kesegaran Jasmani
Teori Adaptasi Callista Roy →

Tinggalkan Balasan

Juni 2016
S S R K J S M
« Mar    
  1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12
13 14 15 16 17 18 19
20 21 22 23 24 25 26
27 28 29 30  

Kegiatan Kampus
 

Terimakasih Atas Kunjungan Anda


 75,753 hit

Informasi Lebih Lanjut atau Request Contoh Askep, Jurnal & Skripsi sms : 0878.1666.2072

Arsip
Arsip
Blog di WordPress.com. Tema: Hemingway Rewritten oleh Anders Norén.

 Ikuti

 HOME
 SEPUTAR KESEHATAN »
 SEPUTAR KEPERAWATAN »
 KONTAK »
 BUAT KARIKATUR

Home » Asuhan Keperawatan » Konsep Asuhan Keperawatan

Konsep Asuhan Keperawatan


Posted by SEPUTAR KESEHATAN DAN KEPERAWATAN on Wednesday, 23 July 2014
Label: Asuhan Keperawatan

Konsep Asuhan Keperawatan Dalam Metodologi Keperawatan

1. Pengertian
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang
diberikan secara langsung kepada klien /pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan.
Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan
ilmu dan kiat keperawatan,bersifat humanistic,dan berdasarkan pada kebutuhan objektif klien
untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.

Menurut Ali (1997) proses keperawatan adalah metode asuhan keperawatan yang
ilmiah,sistematis,dinamis,dan terus- menerus serta berkesinambungan dalam rangka pemecahan
masalah kesehatan pasien/klien,di mulai dari pengkajian (pengumpulan data,analisis data,dan
penentuan masalah) diagnosis keperawatan, pelaksanaan, dan penilaian tindakan keperawatan.
Asuhan keperawatan di berikan dalam upaya memenuhi kebutuhan klien. Menurut A Maslow
ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis meliputi oksigen,cairan,nutrisi,
kebutuhan rasa aman dan perlindungan,kebutuhan rasa cinta dan saling memiliki,kebutuhan akan
harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa asuhan keperawatan merupakan
seluruh rangkaian proses keperawatan yang diberikan kepada pasien yang berkesinambungan
dengan kiat-kiat keperawatan yang di mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi dalam usaha
memperbaiki ataupun memelihara derajat kesehatan yang optimal.

2. Tujuan asuhan keperawatan


Adapun tujuan dalam pemberian asuhan keperawatan antara lain
a. Membantu individu untuk mandiri
b. Mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi dalam bidang kesehatan
c. Membantu individu mengembangkan potensi untuk memelihara kesehatan secara optimal agar
tidak tergantung pada orang lain dalam memelihara kesehatannya
d. Membantu individu memperoleh derajat kesehatan yang optimal

3. Fungsi proses keperawatan


Proses Keperawatan berfungsi sebagai berikut.
a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi tenaga keperawatan
dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan .
b. Memberi ciri profesionalisasi asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah
dan pendekatan komunikasi yang efektif dan efisien.
c. Memberi kebebasan pada klien untuk mendapat pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhanya dalam kemandirianya di bidang kesehatan.

4. Tahap-tahap proses keperawatan


a. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji dan
dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental,
sosial maupun spiritual dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga kegiatan,yaitu pengumpulan
data,analisis data,dan penentuan masalah
kesehatan serta keperawatan.

1) Pengumpulan data
Tujuan :
Diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada pada pasien sehingga dapat
ditentukan tindakan yang harus di ambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut
aspek fisik,mental,sosial dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Data
tersebut harus akurat dan mudah di analisis.
Jenis data antara lain Data objektif, yaitu data yang diperoleh melalui suatu pengukuran,
pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit.Data
subjekyif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien, atau dari keluarga
pasien/saksi lain misalnya,kepala pusing,nyeri,dan mual.
Adapun fokus dalam pengumpulan data meliputi
a) Status kesehatan sebelumnya dan sekarang
b) Pola koping sebelumnya dan sekarang
c) Fungsi status sebelumnya dan sekarang
d) Respon terhadap terpi medis dan tindakan keperawatan
e) Resiko untuk masalah potensial
f) Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien
2) Analisa data
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir rasional sesuai
dengan latar belakang ilmu pengetahuan.

3) Perumusan masalah
Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah kesehatan. Masalah
kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan asuhan keperawatan (masalah
keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis. Selanjutnya
disusun diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritas. Prioritas masalah ditentukan berdasarkan
criteria penting dan segera. Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan
menimbulkan komplikasi, sedangkan segera mencakup waktu misalnya pada pasien stroke yang
tidak sadar maka tindakan harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih parah
atau kematian.
Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu :
Keadaan yang mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan, persepsi tentang
kesehatan dan keperawatan.

b. Diagnosa keperawatan
Pengertian
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status
kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito,2000).Perumusan
diagnosa keperawatan :
1) Actual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang ditemukan.
2) Resiko: menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak di lakukan intervensi.
3) Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan masalah
keperawatan kemungkinan.
4) Wellness : keputusan klinik tentang keadaan individu,keluarga,atau masyarakat dalam transisi
dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.
5) Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa keperawatan actual dan resiko tinggi
yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.

c. Rencana keperawatan
Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan
saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang di harapkan (Gordon,1994).
Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana perawatan terorganisasi sehingga
setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana
asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi konyinuitas asuhan perawatan
dari satu perawat ke perawat lainnya.

Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan asuhan yang
berkualitas tinggi dan konsisten. Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran
informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga
mencakup kebutuhan klien jangka
panjang(potter,1997)
d. Implementasi keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders
untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
klien.

Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :


Tahap 1 : persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk mengevaluasi yang diindentifikasi
pada tahap perencanaan.
Tahap 2 : intervensi
Focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari
perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan
meliputi tindakan : independen,dependen,dan interdependen.
Tahap 3 : dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat
terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

e. Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses
dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat
kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya

Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut


1) Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang
telah disusun.
2) Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria keberhasilan
yang telah di rumuskan dalam rencana evaluasi.

Hasil evaluasi
Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
1) Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan/ kemajuan sesuai dengan criteria
yang telah di tetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu di
cari penyebab dan cara mengatasinya.
3) Tujuan tidak tercapai,apabila pasien tidak menunjukan perubahan/kemajuan sama sekali
bahkan timbul masalah baru.dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam
apakah terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang
menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan. Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses
keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi kepada pasien,seluruh tindakannya harus di
dokumentasikan dengan benar dalam dokumentasi keperawatan.
5. Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai
catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang (potter 2005). Potter (2005) juga
menjelaskan tentang tujuan dalam pendokumentasian yaitu :
a. Komunikasi
Sebagai cara bagi tim kesehatan untuk mengkomunikasikan (menjelaskan) perawatan klien
termasuk perawatan individual,edukasi klien dan penggunaan rujukan untuk rencana
pemulangan.
b. Tagihan financial
Dokumentasi dapat menjelaskan sejauhmana lembaga perawatan mendapatkan ganti rugi
(reimburse) atas pelayanan yang diberikan bagi klien.
c. Edukasi
Dengan catatan ini peserta didik belajar tentang pola yang harus ditemui dalm berbagai masalah
kesehatan dan menjadi mampu untuk mengantisipasi tipe perawatan yang dibutuhkan klien.
d. Pengkajian
Catatan memberikan data yang digunakan perawat untuk mengidentifikasi dan mendukung
diagnose keperawatan dan merencanakan intervensi yang sesuai.
e. Riset
Perawat dapat menggunakan catatan klien selama studi riset untuk mengumpulkan informasi
tentang faktor-faktor tertentu.
f. Audit dan pemantauan
Tinjauan teratur tentang informasi pada catatan klienmemberi dasar untuk evaluasi tentang
kualitas dan ketepatan perawatan yang
diberikan dalam suatu institusi.
g. Dokumentasi legal
Pendokumentasian yang akurat adalah salah satu pertahanan diri terbaik terhadap tuntutan yang
berkaitan dengan asuhan keperawatan. Dokumentasi penting untuk meningkatkan efisiensi dan
perawatan klien secara individual.

Ada enam penting penting dalam dokumentasi keperawatan yaitu :


a. Dasar factual
Informasi tentang klien dan perawatannya harus berdasarkan fakta yaitu apa yang perawat
lihat,dengar dan rasakan.
b. Keakuratan
Catatan klien harus akurat sehingga dokumentasi yang tepat dapat dipertahankan klien.
c. Kelengkapan
Informasi yang dimasukan dalam catatan harus lengkap,mengandung informasi singkat tentang
perawtan klien.
d. Keterkinian
Memasukan data secara tepat waktu penting dalam perawatan bersama klien.
e. Organisasi
Perawat mengkomunikasikan informasi dalam format atau urutan yang logis. Contoh catatan
secara teratur menggambarkan nyeri klien,pengkajian dan intervensi perawat dan dokter.
f. Kerahasiaan
Informasi yang diberikan oleh seseorang keorang lain dengan kepercayaan dan keyakinan bahwa
informasi tersebut tidak akan dibocorkan. Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat
sejauh mana peran dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien. Hal
ini akan bermanfaat bagi peningkatan mutu pelayanan dan bahan pertimbangan dalam kenaikan
jenjang karir/kenaikan pangkat. Selain itu dokumentasi keperawatan juga dapat menggambarkan
tentang kinerja seorang perawat.

Terima kasih, semoga bermanfaat.

Tweet
Share1

Related Posts:

uhan Keperawatan

 ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR


 Konsep Asuhan Keperawatan
 STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

0 comments:

« Newer Post Older Post »

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda


Silakan tinggalkan komentar untuk kemajuan blog ini, terima kasih.

Artikel Terpopuler
 RANGE OF MOTION (ROM)
 KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM KEPERAWATAN
 Konsep Dasar Riset Keperawatan
 KONSEP TAHAP PERKEMBANGAN REMAJA
 KOMUNIKASI PERAWAT DAN PASIEN
 KUMPULAN CONTOH JUDUL SKRIPSI KEPERAWATAN
 KONSEP DASAR KOMPRES HANGAT
 SUARA PANGGILANKU
 METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF
 SIRKUM SISI / KHITAN
Daftar Isi
 ▼  2014 (42)
o ►  September (4)
o ►  August (11)
o ▼  July (27)
 KONSEP PENDIDIKAN PROFESI KEPERAWATAN ( NERS )
 Konsep Asuhan Keperawatan
 KONSEP KEPERAWATAN
 TIPS MENIKMATI HIDUP DENGAN POLA HIDUP SEHAT
 TIPS POLA HIDUP SEHAT
 BELANJA ONLINE TERLENGKAP DI DUNIA DI AMAZON.COM
 KUMPULAN CONTOH JUDUL SKRIPSI KEPERAWATAN
 Bali Orange Communications
 Mengenal Metode - Metode Sirkumsisi / Khitan
 SIRKUM SISI / KHITAN
 SELAMAT DATANG
 TENTANG SAYA
 STIK BINA HUSADA PALEMBANG
 PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA
 Standar Kompetensi Perawat Indonesia
 STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
 STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA
 KODE ETIK KEPERAWATAN
 JKN DAN BPJS KESEHATAN
 Poster Kemenkes Tentang Peraturan Gambar Bahaya Me...
 Pendaftaran Seleksi CPNS 2014 dipermudah
 Pendaftaran Seleksi CPNS 2014
 Menstruasi dan Dysmenorrhea
 METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF
 Konsep Dasar Penelitian Kualitatif
 Konsep Dasar Riset Keperawatan
 SUARA PANGGILANKU

Tentang Saya

Nanda Deka Pratama


View my complete profile

Blog Stats
144,780

Buat Karikatur

There was an error in this gadget

Copyright © 2014 SEPUTAR KESEHATAN DAN KEPERAWATAN. All rights reserved. By


NANDA DEKA PRATAMA. Powered by Blogger
Selasa, 19 Maret 2013
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

1. A.  Konsep Komunitas dan Kesehatan Masyarakat


Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling
berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest
yang sama. Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi
yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama
dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama
(Riyadi, 2007).

Menurut Kontjaraningrat Komunitas adalah sekumpulan manusia yang saling


bergaul, atau dengan istilah lain saling berinteraksi (Mubarak, 2007).

Perawatan kesehatan adalah bidang khusus dari keperawatan yang merupakan


gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat atau yang sakit secara
komprehensif melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta
resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif dari masyarakat. Peran serta aktif
masyarakat bersama tim kesahatan diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan
yang dihadapi serta memecahkan masalah tersebut  (Elisabeth, 2007).

Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga/ kelompok dan


masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder dan tersier. Oleh
karenanya pendidikan masyarakat tentang kesehatan dan perkembangan sosial akan
membantu masyarakat dalam mendorong semangat untuk merawat diri sendiri,
hidup mandiri dan menentukan nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat
kesehatan yang optimal (Elisabeth, 2007).

Peran serta masyarakat diperlukan dalam hal perorangan. Komunitas sebagai


subyek dan obyek diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan
dalam menjaga kesehatannya. Sebagian akhir tujuan pelayanan kesehatan utama
diharapkan masyarakat mampu secara mandiri menjaga dan meningkatkan status
kesehatan masyarakat (Mubarak, 2005).

1. B.   KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS


Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral
pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social dan spiritual
secara komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat
maupun sakit mencakup siklus hidup manusia (Riyadi, 2007).

Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan


kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar
keahliannya dalam membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam
mengatasi barbagai masalah keperawatan yang dihadapinya dalam kehidupan
sehari-hari (Efendi, 2009).

Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun mental,


keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan
melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam
upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan
serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan
utama (Primary Health care) untuk memungkinkan setiap orang mencapai
kemampuan hidup sehat dan produktif. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan
wewenang, tanggung jawab serta etika profesi keperawatan (Riyadi, 2007).

Dalam rapat kerja keperawatan kesehatan masyarakat dijelaskan bahwa


keperawatan komunitas merupakan suatu bidang keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan (Nursing) dan kesehatan masyarakat (Public health)
dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif dan mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan
pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui
proses keperawatan (Nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan
(Mubarak, 2005).

Perawatan komunitas adalah perawatan yang diberian dari luar suatu institusi yang
berfokus pada masyarakat atau individu dan keluarga (Elisabeth, 2007).

Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa prinsip,


yaitu:

1. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar
bagi komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada keseimbangan antara
manfaat dan kerugian (Mubarak, 2005).

1. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta
melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral (Riyadi, 2007).

1. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan
lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan
utama peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007).

1. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari
komunitas itu sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya atau tindakan sesuai
dengan kemampuan atau kapasitas komunitas (Mubarak, 2005).

1. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa
alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada (Mubarak,
2005).

Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam praktek


keperawatan.  Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat dibedakan menjadi
individu, keluarga dan masyarakat (Riyadi, 2007).

1. Individu sebagai klien


2. Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek
biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien,
pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi,
sosial, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian pasien/ klien
(Riyadi, 2007).
3. Keluarga sebagai klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus
menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara
bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara
keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan
dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan
fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi
diri (Riyadi, 2007).

1. Masyarakat sebagai klien


Kesatuan hidup manusia yang brinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tetentu
yang bersifat terus menerus dan terikat oleh suatu indentitas bersama (Riyadi,
2007).

Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan dalam


perawatan kesehatan masyarakat adalah :
1. Pendidikan kesehatan (Health Promotion)
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar,
tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada
hubungannya dengan kesehatan (Elisabeth, 2007).

Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang


berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat,
pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang
kesehatan (Mubarak, 2005).

1. Proses kelompok (Group Process)


Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok masyarakat
sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di dalamnya, yaitu: individu,
keluarga, dan kelompok khusus, perawat spesialis komunitas dalam melakukan
upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat
dapat menggunakan alternatif model pengorganisasian masyarakat, yaitu:
perencanaan sosial, aksi sosial atau pengembangan masyarakat. Berkaitan dengan
pengembangan kesehatan masyarakat yang relevan, maka penulis mencoba
menggunakan pendekatan pengorganisasian masyarakat dengan model
pengembangan masyarakat (community development) (Elisabeth, 2007).

1. Kerjasama atau kemitraan (Partnership)


Kemitraan adalah hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau lebih,
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau memberikan
manfaat. Partisipasi klien/masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan
inisiatif diri terhadap segala kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatan
kesehatan dan kesejahteraan (Elisabeth, 2007).

Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait dengan masyarakat


digambarkan dalam bentuk garis hubung antara komponen-komponen yang ada.
Hal ini memberikan pengertian perlunya upaya kolaborasi dalam
mengkombinasikan keahlian masing-masing yang dibutuhkan untuk
mengembangkan strategi peningkatan kesehatan masyarakat (Elisabeth, 2007).

1. Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses pemberian
kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif kepada
masyarakat, antara lain: adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan
kekuatan mandiri untuk membentuk pengetahuan baru (Elisabeth, 2007).

Perawat komunitas perlu memberikan dorongan atau pemberdayaan kepada


masyarakat agar muncul partisipasi aktif masyarakat. Membangun kesehatan
masyarakat tidak terlepas dari upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas,
kepemimpinan dan partisipasi masyarakat  (Elisabeth, 2007).

Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok


khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah
kesehatan atau perawatan (Effendy, 1998), sasaran ini terdiri dari :

1. Individu
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek
biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien,
pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, social,
psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian pasien/klien.

1. Keluarga
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus
menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara
bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara
keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan
dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan
fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi
diri.

1. Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis
kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan
terhadap masalah kesehatan.

1. Tingkat Komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga dilihat sebagai
satu kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan untuk kelompok beresiko atau
masyarakat wilayah binaan. Pada tingkat komunitas, asuhan keperawatan
komunitas diberikan dengan mamandang komunitas sebagai klien.

1. PERAN PERAWAT KOMUNITAS (PROVIDER OF NURSING CARE)


Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat
diantaranya adalah :

1. Sebagai penyedia pelayanan (Care provider)


Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah skeperawatan yang
ada, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan
dan mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.

1. Sebagai Pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor)


Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisir dalam
rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti
yang diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.

Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tatanan
psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik
dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan
dukungan emosional dan intelektual.

Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian, perencanaan,


pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses keperawatan dalam fase
pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan
kesiapan untuk belajar. Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan
strategi pengajaran. Selama pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran
dan selama evaluasi perawat menilai hasil yang telah didapat (Mubarak, 2005).

1. Sebagai Panutan (Role Model)


Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik dalam
bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang
bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.
1. Sebagai pembela (Client Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat komunitas.
Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya melalui pelayanan
sosial yang ada dalam masyarakat. Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-
hak klien. Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk
klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien
(Mubarak, 2005).

Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab membantu klien
dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi
pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain yang diperlukan untuk
mengambil persetujuan (Informed Concent) atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah mempertahankan dan melindungi hak-
hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan
berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2005).

1. Sebagai Manajer kasus (Case Manager)


Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan
pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan
tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.

1. Sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara bekerjasama
dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli radiologi, dan lain-lain
dalam kaitanya membantu mempercepat proses penyembuhan klien Tindakan
kolaborasi atau kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang
lain pada tahap proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk
merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan (Mubarak, 2005).

1. Sebagai perencana tindakan lanjut (Discharge Planner)


Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani perawatan
di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit.  Perencanaan ini dapat diberikan
kepada klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi kesehatan.

1. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder)


Melaksanakan monitoring  terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah
kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan
melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan
data.

1. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services)


Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan, merencanakan dan
mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien. Pelayanan
dari semua anggota tim kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari banyak
profesional (Mubarak, 2005).

1. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and


Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif merubah
atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau pada sistem.
Marriner torney mendeskripsikan pembawa peubahan adalah yang
mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan klien untuk
berubah, menunjukkan alternative, menggali kemungkinan hasil dari alternatif,
mengkaji sumber daya, menunjukkan peran membantu, membina dan
mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase dari proses
perubahan dan membimibing klien melalui fase-fase ini (Mubarak, 2005).

Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari perawatan. Dengan


menggunakan proses keperawatan, perawat membantu klien untuk merencanakan,
melaksanakan dan menjaga perubahan seperti : pengetahuan, ketrampilan,
perasaan dan perilaku yang dapat meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2005).

1. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care


Provider And Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada masyarakat
yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi masalah
kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan. Tindakan pencarian atau
pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain juga merupakan bagian dari peran
perawat komunitas.

1. KONSEP MASALAH KESEHATAN KOMUNITAS


A. Kesehatan Lingkungan
Lingkungan dapat didefinisikan sebagai tempat pemukiman dengan segala
sesuatunya dimana organisme hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang secara
langsung maupun tidak langsung disuga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan
maupun kesehatan dari organisme tersebut (Efendi, 2009).

Kesehatan lingkungan dapat dijabarkan sebagai suatu kondisi lingkungan yang


mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannyauntuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat
dan bahagia (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia). Menurut WHO
(2005), lingkungan merupakan suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara
manusia dengan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia
(Efendi, 2009).

Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau keadaan


lingkungan yang optimal sehingga mempengaruhi dampak positif  terhadap
terwujudnya status kesehatan yang optimal pula (Efendi, 1998).

Dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan, Pemerintah menggalakkan


Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) Merupakan Program Nasional yang bersifat lintas
sektoral di bidang sanitasi. Program Nasional STBM dicanangkan oleh Menteri
Kesehatan RI pada Agustus 2008.

Tujuan dari Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah
menurunkan kejadian diare melalui intervensi terpadu dengan menggunakan
pendekatan sanitasi total. Sanitasi total adalah kondisi ketika suatu komunitas:

1. Tidak buang air besar (BAB) sembarangan.


2. Mencuci tangan pakai sabun.
3. Mengelola air minum dan makanan yang aman.
4. Mengelola sampah dengan benar.
5. Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.
Menurt WHO, terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai
berikut:

1. Penyediaan air minum


2. Pengelolaan air buangan (limbah) dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan sampah padat
4. Pengendalian vector
5. Pencegahan atau pengandalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6. Higiene makanan, termasuk higiene susu
7. Pengendalian pencemaran udara
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan
11. Perumahan dan pemukiman
12. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi
(wabah), bencana alam dan perpindahan penduduk
17. Tindakan pencegahan  yang diperlukan untuk menjamin lingkungan
Menurut pasal 22 ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, terdapat delapan
ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai berikut:

1. Penyehatan air dan udara


2. Pengamanan limbah padat atau sampah
3. Pengamanan limbah cair
4. Pengamanan limbah gas
5. Pengamanan radiasi
6. Pengamanan kebisingan
7. Pengamanan vektor penyakit
8. Penyehatan dan pengamanan lainnya seperti pada situasi pasca bencana
1. Perilaku Masyarakat
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang
dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari
maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling
berinteraksi (Wawan, 2010).

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus
yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan , makanan
serta lingkungan. Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni respon dan stimulus
atau perangsangan. Respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan,
persepsi dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice).
Sedangkan stimulus atau rangsangan disini terdiri dari 4 unsur pokok, yakni: sakit
dan penyakit, sisitem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan (Wawan,
2010).

Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam dua kategori


(Wawan, 2010), yaitu:

1. Perilaku yang terwujud secara sengaja dan sadar


2. Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar
Ada perilaku-perilaku yang sengaja atau tidak sengaja membawa manfaat bagi
kesehatan individu atau kelompok kemasyarakatan sebaliknya ada yang disengaja
atau tidak disengaja berdampak merugikan kesehatan (Wawan, 2010).

1. ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


A. 1.      Pengkajian
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah
kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok
yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis, sosial elkonomi,
maupun spiritual dapat ditentukan. Dalam tahap pengkajian ini terdapat 5 kegiatan,
yaitu : pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, perumusan atau
penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas masalah (Mubarak, 2005).

Beberapa teori yang membahas tentang pengkajian komunitas:

1. Sanders Interactional Framework


Model ini menekankan pada proses interaksi komunitas. Model ini juga dikenal
sebagai model tiga dimensi dengan komponen pengkajian:

1)      Komunitas sebagai system sosial (dimensi system)

2)      Masyarakat sebagai tempat (dimensi tempat)

3)      Masyarakat sebagai kumpulan/kelompok manusia (dimensi populasi)

1. Kliens interactional framework


1)      Masyarakat sebagai system social
a)      Pola komunikasi

b)      Pengambilan keputusan

c)      Hubungan dengan system lain

d)     Batas wilayah

2)      Penduduk dan lingkungannya

a)      Karakter penduduk (demografi)

b)      Faktor lingkungan, biologi dan social

c)      Lingkungan psikis (nilai-2, agama, kepercayaan)

1. Community assessment wheel (community as client model)


Pada model ini terdapat 8 komponen yang harus dikaji, ditambah dengan data inti
dari masyarakat itu sendiri (community core)

1)      Community core (data inti)

Aspek yang dikaji:

a)      Historis dari komunitas, kaji sejarah perkembangan komunitas

b)      Demografi : umur, jenis kelamin, ras, type keluarga, status perkawinan

c)      Vital statistik : angka kelahiran, angka kematian, angka kesakitan

d)     Sistem nilai/norma/kepercayaan dan agama

2)      Phisical environment pada komunitas

Sebagaimana mengkaji fisik pada individu. Pengkajian lingkungan dilakukan


dengan metode winshield survey atau survey dgn mengelilingi wilayah komunitas

3)      Pelayanan kesehatan dan social

Pelayanan kesehatan :

a)      Hospital

b)      Praktik swasta


c)      Puskesmas

d)     Rumah perawatan

e)      Pelayanan kesehatan khusus

f)       Perawatan di rumah

g)      Counseling support services

h)      Pelayanan khusus (social worker)

Dari tempat pelayanan tsb aspek yg didata:

a)      Pelayanannya (waktu, ongkos, rencana kerja)

b)      Sumber daya (tenaga, tempat, dana & perencanaan)

c)      Karakteristik pemakai (penyebaran geografi, gaya hidup, sarana transportasi)

d)     statistik, jumlah pengunjung perhari/ minggu/bulan

e)      Kecukupan dan keterjangkauan oleh pemakai dan pemberian pelayanan

4)      Ekonomi

Aspek/komponen yang perlu dikaji:

a)      Karakteristik pendapatan keluarga/RT

@ rata-2 pendapatan keluarga/rumah tangga

% pendapatan kelas bawah

% keluarga mendapat bantuan social

% keluarga dengan kepala keluarga wanita

@rata-2 pendapatan perorangan

b)      Karakteristik pekerjaan

@ status ketergantungan

JUmlah populasi secara umum (umur > 18 th)


% yg menganggur

% yg bekerja

% yg menganggur terselubung

Jumlah kelompok khusus

@ kategori yang bekerja, jml dan %

5)      Keamanan transportasi

a)      Keamanan

- Protection service

- Kwalitas udara, air bersih

b)      Transportasi (milik pribadi/umum)

6)      Politik & Government

-          Jenjang pemerintahan

-          Kebijakan Dep.Kes

7)      Komunikasi

-          Formal

-          In formal

8)      Pendidikan

a)      Status pendidikan (lama sekolah, jenis sekolah, bahasa)

b)      Fasilitas pendidikan (SD, SMP dll) baik di dalam maupun di luar komunitas

9)      Recreation

Menyangkut tempat rekreasi


Kerangka pengkajian profile masyarakat (modifikasi)
Pengkajian ini merupakan hasil modifikasi dari beberapa teori sebelumnya tentang
pengkajian komunitas

1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai masalah
kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil
untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial
ekonomi dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhi (Mubarak,
2005).

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1)      Wawancara atau anamnesa

Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang berbentuk tanya jawab
antara perawat dengan pasien atau keluarga pasien, masyarakat tentang hal yang
berkaitan dengan masalah kesehatan pasien. Wawancara harus dilakukan dengan
ramah, terbuka, menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh
pasien atau keluarga pasien, dan selanjutnya hasil wawancara atau anamnesa dicatat
dalam format proses keperawatan (Mubarak, 2005).

2)      Pengamatan

Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan meliputi aspek fisik,


psikologis, perilaku dan sikap dalam rangka menegakkan diagnosa keperawatan.
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan panca indera dan hasilnya dicatat
dalam format proses keperawatan (Mubarak, 2005).

3)      Pemeriksaan fisik

Dalam keperawatan komunitas dimana salah satunya asuhan keperawatan yang


diberikan adalah asuhan keperawatan keluarga, maka pemeriksaan fisik yang
dilakukan dalam upaya membantu menegakkan diagnosa keperawatan dengan cara
Inspeksi, Perkusi, Auskultasi dan Palpasi (Mubarak, 2005).

1. Pengolahan data
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data dengan cara
sebagai berikut :
1)      Klasifikasi data atau kategori data

2)      Penghitungan prosentase cakupan

3)      Tabulasi data

4)      Interpretasi data

1. Analisis data
Analisis data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan
data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang
kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah
kesehatan atau masalah keperawatan (Mubarak, 2005).

1. Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan


Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan keperawatan yang
dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan yang selanjutnya dilakukan
intervensi. Namun demikian masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin diatasi
sekaligus. Oleh karena itu diperlukan prioritas masalah  (Mubarak, 2005)

1. Prioritas masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu
mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria diantaranya adalah  (Mubarak,
2005):

1)      Perhatian masyarakat

2)      Prevalensi kejadian

3)      Berat ringannya masalah

4)      Kemungkinan masalah untuk diatasi

5)      Tersedianya sumberdaya masyarakat

6)      Aspek politis

Seleksi atau penapisan masalah kesehatan komunitas menurut format Mueke (1988)
mempunyai kriteria penapisan, antara lain:

1)      Sesuai dengan peran perawat komunitas


2)      Jumlah yang beresiko

3)      Besarnya resiko

4)      Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan

5)      Minat masyarakat

6)      Kemungkinan untuk diatasi

7)      Sesuai dengan program pemerintah

8)      Sumber daya tempat

9)      Sumber daya waktu

10)  Sumber daya dana

11)  Sumber daya peralatan

12)  Sumber daya manusia

1. 2.      Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik yang
aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat
pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul
kemudian. Jadi diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat
dan pasti tentang status dan masalah kesehatan yang dapat diatasi dengan tindakan
keperawatan. Dengan demikian diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan
masalah yang ditemukan. Diagnosa keperawatan akan memberi gambaran masalah
dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual), dan yang mungkin terjadi
(Mubarak, 2009).

1. 3.      Rencana Asuhan Keperawatan


Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang
akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesui dengan diagnosis keperawatan
yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien (Mubarak,
2009). Jadi perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun
berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana keperawatan
yang disusun harus mencakup perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan
yang akan dilakukan dan kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan (Mubarak,
2009).

Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan kesehatan masyarakat antara


lain sebagai berikut:

1. Identifikasi alternatif tindakan keperawatan


2. Tetapkan tehnik dan prosedur yang akan digunakan
3. Melibatkan peran serta masyarakat dalam menyusun perencanaan melalui
kegiatan musyawarah masyarakat desa atau lokakarya mini
4. Pertimbangkan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang tersedia
5. Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan yang
sangat dirasakan masyarakat
6. Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai
7. Tindakan harus bersifat realistis
8. Disusun secara berurutan
1. 4.      Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah
disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat kesehatan masyarakat
harus bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainya. Dalam hal ini melibatkan
pihak Puskesmas, Bidan desa dan anggota masyarakat (Mubarak, 2009). Prinsip
yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada keperawatan
komunitas adalah:

1. Inovative
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi (IPTEK)
dan berdasar pada iman dan taqwa (IMTAQ) (Mubarak, 2009)

1. Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan sesama profesi,
tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat berdasarkan azas
kemitraan (Mubarak, 2009).

1. Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan harus
menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana program yang
telah disusun (Mubarak, 2009).

1. Mampu dan mandiri


Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan
kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten (Mubarak,
2009).

1. Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas kemampuannya dan
bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang diberikan akan
tercapai. Dalam melaksanakan implementasi yang menjadi fokus adalah : program
kesehatan komunitas dengan strategi : komuniti organisasi dan partnership in
community (model for nursing partnership) (Mubarak, 2009).

1. 5.      Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan
pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat
dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian masyarakat dalam
perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan masyarakat
komunitas dengan tujuan yang telah ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya
(Mubarak, 2009). Kegiatan yang dilakukan dalam penilaian menurut Nasrul
Effendi, 1998:

1. Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang telah


ditetapkan.
2. Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai
dengan pelaksanaan.
3. Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan
selanjutnya apabila masalah belum teratasi.
4. Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat bahwa evaluasi
dilakukan dengan melihat respon komunitas terhadap
.
MAKALAH KDK
Minggu, 04 Oktober 2015
MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN

MAKALAH
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
Nama
Farikhana Azka Adibah
STIKES KEPANJEN PEM-KAB MALANG
D3 1 B KEPERAWATAN
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan ke hadirat ALLAH SWT, dengan rahmat serta karunia-Nya sehingga
makalah ini dapat kami selesaikan. Selawat dan salam kami ucapkan kepada nabi Muhammad
SAW.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari
segi isi, penulisan maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Kepanjen,26 September 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan masalah
BAB II :PEMBAHASAN
a. Model keperawatan
b. Paradigma keperawatan
– Manusia
– Lingkungan
– Sehat
– Keperawatan
BAB III : PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu cara untuk menunjukkan eksistensi keperawatan adalah dengan mengembangkan
salah satu model pelayanan keperawatan yang sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia.
model keperawatan Neuman, dikenal dengan model adaptasi dimana Neuman memandang
pengalaman klinis dikeperawatan distrik dan psikiatrik
Dari berbagai tingkatan usia.Aplikasi proses keperawatan menurut konsep teori Neuman di
Rumah Sakit telah banyak diterapkan namun sedikit sekali perawat yang mengetahui dan
memahami bahwa tindakan keperawatan tersebut telah sesuai. Bahkan perawat melaksanakan
asuhan keperawatan tanpa menyadari sebagian tindakan yang telah dilakukan pada klien adalah
penerapan konsep teori Neuman.
Oleh karena itu, kelompok memandang perlu untuk mengetahui dan mengkaji lebih jauh tentang
penerapan model keperawatan yang sesuai dengan teori Sister Neuman diilapangan atau rumah
sakit, sehingga dapat diketahui apakah teori Neuman dapat diaplikasikan dengan baik dalam
pelayanan keperawatan/ asuhan keperawatan .
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu memahami konsep model keperawatan menurut Neuman dalam manajemen Asuhan
Keperawatan
2. Tujuan Khusus
a. Memahami konsep model teori Neuman
b. Mampu menghubungkan model konsep Roy dengan proses keperawatan
c. Mampu mengevaluasi/menilai proses keperawatan di RS dengan konsep Neuman pada mode
fisiologi sub kebutuhan cairan
d. Mendapatkan gambaran kondisi pelaksanaan konsep Neuman di RS pada mode fisiologis sub
kebutuhan cairan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Model Keperawatan Betty Neuman
Betty Neuman membuat modelnya dalam proses mendapatkan pengalaman klinis di
keperawatandistrik dan psikiatrik. model konseptuanya dibuat berdasarkan pengalaman
umumnya dalam bidang layanan kesehatan dan keperawatan. oleh karena itu Neuman
memandang keperawatan sebagai profesi yang unik, dan pada saat yang sama, teorinya dapat
diterapkan oleh banyak profesi dibidang Kesehatan.
Bagian utama dari system ini dibuat berdasarkan teori. dalam model Neuman ini seseorang
berinteraksi dengan lingkungan secara kontinyu. orang tersebut dipandang sebagai system
terbuka, yang komponen stress dan reaksi terhadap stress memainkan peranan besar. Neuman
memulai modelnya dari dasar pemikiran sebagai berikut :
1. setiap individu memiliki konstitusi atau sifatnya masing-masing dan kuantitas energi terkait,
yang merupakan kondisi vital dan tidak hanya membedakan diri dengan orang lain, tetapi juga
menunjukkan ia sama dengan orang lain.
2. setiap manusia merupakan kesatuan yang terdiri dari factor biologi, psikologis, social budaya
dan perkembangan. factor-faktor yang berkaitan secara kontinu.
3. setiap individu rentan terhadap stress dari 3 jenis yang berbeda yaitu, intrapersonal,
interpersonal, dan ekstrapersonal.
4. setiapa individu memiliki garis pertahan yang uni, yang memungkinkan ia bereaksi terhadap
stress pada setiap peristiwa jika keseimbangan normalnya terganggu.
5. bagaimana individu bereaksi pada stress tidak hanya bergantung pada jumlah stress, namun
juag pada ketahanan individu. setiap individu memiliki sejumlah cara yang memungkinkannya
untuk menahan stress, sehingga keseimbangan normalnya dapat pulih dan terjaga.
Neuman mengidentifikasi pendekatan spesifik ketika individu, sendiri atau dibantu oleh pemberi
asuhan. dapat menatalaksanakan atau mengatasi stress. Berikut ada 3 tingkat bantuan yang
berbeda :
1. pencegahan primer : pencegahan stress
2. pencegahan sekunder : mengatasi stress
3. pencegahan tertier : reimplikasi pencegahan primer setelah pencegahan sekunder yang
dilakukan sudah berhasil dilakukan
Model sistem Neuman memberikan warisan baru tentang cara pandang terhadap manusia sebagai
makhluk holistik (memandang manusia secara keseluruhan) meliputi aspek (variable) fisiologis,
psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual yang berhubungan secara dinamis seiring
dengan adanya respon-respon sistem terhadap stressor baik dari lingkungan internal maupun
eksternal.
Komponen utama dari model ini adalah adanya stress dan reaksi terhadap stress. Klien
dipandang sebagai suatu sistem terbuka yang memiliki siklus input, proses, output dan feedback
sebagai suatu pola organisasi yang dinamis. Dengan menggunakan perspektif sistem ini, maka
kliennya bisa meliputi individu, kelompok, keluarga, komunitas atau kumpulan agregat lainnya
dan dapat diterapkan oleh berbagai disiplin keilmuan.
Tujuan ideal dari model ini adalah untuk mencapai stabilitas sistem secara optimal. Apabila
stabilitas tercapai maka akan terjadi revitalisasi dan sebagai sistem terbuka maka klien selalu
berupaya untuk memperoleh, meningkatkan, dan mempertahankan keseimbangan diantara
berbagai faktor, baik didalam maupun diluar sistem yang berupaya untuk mengusahakannya.
Neuman menyebut gangguan-gangguan tersebut sebagai stressor yang memiliki dampak negatif
atau positif. Reaksi terhadap stressor bisa potensial atau aktual melalui respon dan gejala yang
dapat diidentifikasi.
B. Paradigma Keperawatan
Paradigma keperawatan merupakan konsep sentral keperawatan yang menjelaskan tentang teori-
teori model konseptual keperawatan. Paradigma menjelaskan 4 unsur utama yang mendasar yaitu
manusia, lingkungan, kesehatan, keperawatan. Perawat harus mampu memahami model
konseptual ini didalam memberikan asuhan keperawatan. Salah satu teori model konseptual
keperawatan adalah “System Model Neuman” dimana beliau menyampaikan bahwa manusia
sebagai suatu system.Bagaimana Neuman menjelaskan tentang teori-teori model konseptualnya ?
Bab berikutnya akan dijelaskan tentang “System Model Neuman”.
1. Manusia
Manusia dipandang sebagai sebuah system yang terdiri dari fakto fisiologis, psikologis, social
budaya, dan perkembangan. setiap manusia memiliki konstitusi pribadi dan individual atau
struktur dasar yang membuat unik. namun, terdapat juga kesamaan antara struktur dasarnya dan
yang dimiliki oleh orang lain.
Neuman menyebutkan struktur dasar ini sebagai inti sentral. Lpaisan pelindung pertama dari inti
sentral membuat garis resisten. lapisan pelindung kedua terdiri dari garis pertahanan normail dan
garis pertahanan fleksibel.
2. Lingkungan
Lingkungan mendapatkan peran utama dalam model Neuman bersama komponen internal dan
eksternal yang secara kontinu memengaruhi orang tersebut. pada saat yang sma, lingkungan
dipengaruhi oleh orang tersebut, yang menghasilkan interaksi yang berperan penting dalam
model keperawatan Neuman.
3. Sehat
Sejahtera adalah keadaan ketika seluruh variabel individu selaras dengan individu tersebut secara
total, sementara sehat mencerminkan tingkat kesejahteraan, tingkat kesejahteraan maksimal
dicapai jika seseorang dapat memuaskan kebutuhannya. sakit adalah tingkat hal tersebut tidak
mungkin dilakukan.
4. Keperawatan
Keperawatan sebagai profesi merupakan variabel dasar dari reaksi individu terhadap stress.
Keperawatan berfokus pada individu sebagai satu kesatuan, bertujuan untuk mencapai dan
mempertahankan kestabilan pasien. aktivitas keperawatan dapat dibagi menjadi intervensi
primer, sekunder, dan tersier.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Neuman mendeskripsikan modelnya sebagai aktivitas keperawatan yang yang luas, serbaguna
dan dinamik yang disertai struktur, organisasi dan arahan. Ia membahas individu, kelompok
(terutama keluarga), dan komunitas, dari berbagai perspektif dan dalam interaksi yang kontinu
dengan stress yang ada dilingkungan mereka
B. Saran
1) Semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi yang pembaca, terutama mahasiswa keperawatan
2) Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Basford, Lynn, 2006, Teori dan Praktik Keperawatan, EGC, Jakarta.
http://abiperawat.blogspot.com/2007/05/model-adaptasi-Betty-nouman.html
Diposting oleh farikhanaazka di 02.36
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN &


UMUM
Membahas tentang Makalah Konsep Asuhan Keperawatan, SAP, Lealet, Galeri Foto dan lain-
lain

Rabu, 19 Oktober 2016


Asuhan Keperawatan Dengan Osteoarthritis

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG


Osteoarthritis adalah suatu penyakit sendi menahun yang ditandai oleh adanya kelainan
pada tulang rawan ( kartilago) sendi dan tulang didekatnya. Disebut juga penyakit sendi
degeneratif, yang terjadi sering pada lutut, sendi panggul, sendi sendi tangan dan tulang
belakang.
Prevelensi dari osteoarthritis adalah kurang lebih 2% pada orang yang berusia < 45 tahun.kedua
30% pada orang berusia 45 – 64 tahun. Ketiga 63-85% pada orang berusia > 65 tahun.
Hasil pengkajian pada keluarga didapatkan masalah pada dengan keluhan lutut terasa
sakit, kaku dan pegal linudan belum pernah diperiksakan ke tenaga kesehatan dan diobati sendiri
dengan membeli obat atau jamu diwarung.Sehingga diperoleh diagnosa keperawatan keluarga
resiko cedera berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau merawat
lingkungan rumah dan inefektif pemeliharaan kesehatan berhubungan ketidakmampuan keluarga
dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan.
Usaha untuk menciptakan lansia yang sehat, mandiri dan produktif yaitu melalui pelayanan
kesehatan preventif, promotif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif.
Untuk menunjang usaha tersebut, kami merencanakan akan memberikan pendidikan kesehatan
tentang osteoartritis pada lansia, sehingga lansia dapat hidup dengan sehat, produktif dan
mandiri.

B.     TUJUAN
1.    Tujuan umum
Diperoleh pengalaman nyata dalam menerapkan Asuhan Keperawatan klien mengenai
Osteoarthitis secara komprehensif melalui pendekatan proses keperawatan.

2.    Tujuan khusus


Setelah menyelesaikam makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :
                     Mengetahui pengkajian pada pasien dengan osteoarthitis
                     Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien osteoarthitis
                     Menetukan intervensi keperawatan.
                     Melakukan tindakan keperawatan pada pasien osteoarthitis
                     Membuat evaluasi keperawatan pada pasien osteoarthitis
                     Pendokumentasian .
BAB II
KONSEP DASAR MEDIS

A.    PENGERTIAN

1.       Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun
terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali
menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas).
(Smeltzer, C Suzanne, 2002 hal .1087).
2.       Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang menduduki urutan
pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia di
bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis
kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi. (Sunarto, 1994, Solomon, 1997).
3.        Osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi yang dapat
digerakkan, terutama sendi penumpu badan, dengan gambaran patologis yang karakteristik
berupa buruknya tulang rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial dan
tepi-tepi tulang yang membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia,
metabolisme, fisiologis dan patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan sub
kondrial dan jaringan tulang yang membentuk persendian.
(R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi ,1999).
B.     ETIOLOGI
1.    Umur
2.    Kegemukan 
3.    Trauma
4.    Joint Mallignment
5.    Akibat penyakit radang sendi lain
6.    Hormon estrogen

C.     KLASIFIKASI
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi :
1.      Tipe primer (idiopatik): tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungandengan
osteoarthritis.
2.      Tipe sekunder: seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur.
(Long, C Barbara, 1996, hal.336)

D.    PATOFISIOLOGI
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang, dan
progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami
kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan
unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu.
Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk
matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan.Sendi yang
paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan
kolumna vertebralis.Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal ini
disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau
kurang digunakannya sendi tersebut.
Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu
misalnya cedera sendi, infeksi sendi , deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi
lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga
menyebabkan fraktur pada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada
akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal
dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas,
adanya hipertropi atau nodulus. ( Soeparman ,1995).
Perubahan pada struktur proteoglycan inilah yang meregulasi masuk dan keluarnya
cairan synovial dari kartilago. Tanpa regulasi tersebut menyebabkan akumulasi cairan berlebih di
kartilago sehingga berkurangnya kemampuan untuk menahan berat badan.pada saat synovium
mengalami inflamasi ujung saraf dan reseptor nyeri mengirim sinyal ke otak kemudian otak
mengirim sinyal balik yang mengakibatkan synovium akan memproduksi cairan. Area tersebut
akan dibanjiri oleh cairan, sehingga timbul rasa sakit dan bengkak, menyebabkan kartilago mulai
lunak dan pecah dan menimbulkan fisura yang memanjang ( fibrilasi ).

E.     MANIFESTASI KLINIS


1.    Rasa nyeri pada sendi
2.    Kekakuan dan keterbatasan gerak
3.    Peradangan
4.    Pembengkakan Sendi
5.    Deformitas

F.      PENATALAKSANAAN
1.    Tindakan preventif :
a.  Penurunan berat badan.
b. Pencegahan cedera.
c.  Screening sendi paha.
2.      Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncul, Asetaminophen, tramadol
3.      Terapi konservatif : kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat- alat
ortotik untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi.
4.      Pembedahan : artroplasti.
G.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai penyempitan
rongga sendi.
2.      Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal.

H.  PENCEGAHAN
Dengan mengetahui faktor predisposisi di atas. Sebaiknya dilakukan hal-hal berikut untuk
menghindari sedini mungkin terserangosteoarthritis atau membuat OA tidak kambuh yaitu
dengan :
1.      Menjaga berat badan
2.      Olah raga yang tidak banyak menggunakan persendian
3.      Aktifitas Olah raga sesuai kebutuhan.
4.      Menghindari perlukaan pada persendian.
5.      Minum suplemen sendi
6.      Mengkonsumsi makanan sehat
7.      Memilih alas kaki yang tepat dan nyaman
8.      Lakukan relaksasi dengan berbagai tehnik
9.      Hindari gerakan yang meregangkan sendi jari tangan.

BAB III
KONSEP DASAR ASKEP

A.    PENGKAJIAN
1.    Biodata meliputi ( nama, usia, jenis kelamin, suku dan kebangsaan, pendidikan, pekerjaaan,
alamat, TMR )
2.    Keluhan utama
Nyeri pada salah satu sendi, kekakuan
3.      Riwayat penyakit sekarang
4.      Riwayat penyakit dahulu
5.      Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit osteoarthritis?
6.      Pengkajian data dasar
a.    Aktivitas/Istirahat
1)   Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress pada sendi, kekakuan pada
pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris limitimasi fungsional yang berpengaruh
pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan, malaise.
2)      Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan pada sendi dan otot.
b.    Kardiovaskuler
1)      Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis kemudian kemerahan pada
jari sebelum warna kembali normal.
c.    Integritas Ego
1)   Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor
hubungan.
2)   Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
3)   Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi, misalnya ketergantungan pada
orang lain.
d.   Makanan / Cairan
1)   Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi makanan atau cairan adekuat mual,
anoreksia.
2)   Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa.
e.                       Hygiene
1)        Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri, ketergantungan pada orang
lain.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN


1.    Nyeri akut b/d distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
2.    Gangguan Mobilitas Fisik b/d Deformitas skeletal, nyeri, ketidaknyamanan
penurunan kekuatan otot.
3.    Gangguan Citra Tubuh b/d ketidakseimbangan mobilitas.
4.    Kurang Perawatan Diri berhubungan dengan Kerusakan musculoskeletal
5.    Kurang Pengetahuan b/d ketidaktahuan Mengenai Penyakit

C.     INTERVENSI KEPERAWATAN


1.    Nyeri akut b/d distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
Kriteria hasil :
a.    Menunjukkan nyeri berkurang atau terkontrol.
b.    Terlihat rileks, dapat istirahat, tidur dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.
c.    Mengikuti program terapi.
d.   Menggunakan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.

Tindakan mandiri :
1.    Kaji keluhan nyeri; catat lokasi dan intensitas nyeri (skala 0 - 10).
R/ untuk mengevaluasi nyeri dan penghilangan dengan analgetik pada skala 0 sampai 10
2.    Beri matras/kasur keras, bantal kecil. Tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan saat klien
beristirahat/tidur.
R/ memberikan rasa nyaman dan aman bagi pasien dalam mengatasi nyeri
3.    Ajarkan pasien dalam metode nonfarmakologi untuk mengendalikan nyeri
R/ untuk mengendalikan nyeri seperti, meningkatkan relaksasi,masase.
4.    Melakukan istirahat, kompres hangat atau dingin lokal dan peninggian sendi yang sakit bila
memungkinkan
R/ membantu mengembalikan ketidaknyamanan
5.    Instruksikan pasien dalam penggunaan panas lembab dan hidroterapi
R/ membantu menutunkan ketidaknyamanan jangka panjang
kolaborasi
1.    berikan agen analgetik dan antiinflamasi sesuia program
R/ menghilangkan nyeri dan mengobati peradangan lebig lanjut

2.    Gangguan Mobilitas Fisik b/d Deformitas skeletal, nyeri, ketidaknyamanan


penurunan kekuatan otot.
Kriteria hasil :
a.    Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/pembatasan kontraktor.
b.    Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari kompensasi bagian tubuh.
c.    Mendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.
Tindakan mandiri :
1.      Lakukan latihan ROM untuk sendi minimal satu kali setiap perggantian tugas jaga. Tingkatkan
dari pasif ke aktif sesuai toleransi.
R/ tindakan ini mencegah kontraktur sendi dan atrofi otot.
2.      Miringkan dan atur posisi pasien setiap 2 jam pada saat pasien ditempat tidur.
R/ tindakan ini mencegah kerusakan kulit dengan mengurangi tekanan.
3.      Tempatkan sendi paha pada posisi fungsional, gunakan gulungan trokanter sepanjang paha,
letakan bantal kecil dibawah kepala.
R/ tindakan tersebut mempertahankan sendi pada posisi fungsional dan mencegah deformitas
muskuluskeletal.
4.      Letakan barang barang pada tempat yang mudah dijangkau lengan yang tidak terkena bila satu
sisi mengalami kelemahan atau paralisis
R/ untuk meningkatkan kemandirian pasien.
5.      Pantau dan catat setiap hari semua bukti komplikasi imobilisasi
R/ pasien dengan riwayat penyakit atau disfungsi neuromuskular mungkin lebih cenderung
mengalami komplikasi.
6.      Lakukan program medis untuk mengelola atau mencegah komplikasi, contoh heparin, profilaktik
untuk trombosis vena.
R/ meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan pasien.
3.    Gangguan Citra Tubuh b/d ketidakseimbangan mobilitas.
Kriteria hasil :
a. Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit,
perubahan pada gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan.
Tindakan mandiri :
1.      Berikan waktu untuk pasien mengekspresikan perasaanya tentang perubahan dan penampilan
dan fungsi
R/ perawat mampu memberikan solusi yg rasional sesuai dengan kondisi pasien sehinnga mampu
meningkatkan rasa percaya diri klien
2.Identifikasi dan tekankan kekuatan pasien serta bantu pasien menyusun tujuan realistik
R/ untuk memudahkan adaptasi terhadap kehilangan fungsidan pemulihan.
3.Diskusikan dari arti kehilangan/perubahan pada seseorang.
R/ kenali bahwa apa yang mungkin tampak merupakan perubahan kecil yang bermakna bagi pasien
4.      Susun batasan pada perilaku maladaptif, bantu klien untuk mengidentifikasi perilaku positif
yang dapat membantu koping.
R/ membantu memulihkan mempertahankan koping yg efektif dan merasakan diri mereka sebagai
individu yang bergerak
4.    Kurang Perawatan Diri berhubungan dengan Kerusakan musculoskeletal
Kriteria hasil :
a.         Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten pada kemampuan klien.
b.        Mendemonstrasikan perubahan teknik/gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
c.         Mengidentifikasikan sumber-sumber pribadi/komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan.
Tindakan mandiri :
1.      Observasi tingkat fungsional pasien setiap pergantian tugas jaga, dokumentasikan dan laporkan
setiap perubahan.
R/ melalui tindakan ini perawat dapat menentukan tindakan yang sesuaiuntuk memenuhi
kebutuhan pasien
2.      Lakukan program penanganan,untuk kondisi penyebab gangguan muskuluskeletal. Pantau
kemajuan laporkan respon terhadap penanganan, baik respon yang diharapkan maupun yang
tidak diharapkan.
R/ mendorong kemandirian pasien
3.      Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan keluhanya mengenai defisit perawatan diri
R/ membantu pasien mencapai tingkat fungsional tertinggi sesuia kemampuaanya
4.      Berikan waktu yang cukup bagi pasien untuk melakukan tugas berpakaian dan berhias
R/ ketergesa gesaan dapat menimbulkan stres yang tidak seharusnya terjad dan meningkatkan
kegagalan
5)          Kurang Pengetahuan b/d ketidaktahuan Mengenai Penyakit
Kriteria hasil :
a.       Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/pragnosis dan perawatan.
b.      Mengembangkan rencana untuk perawatan diri termasuk modifikasi gaya hidup yang konsisten
dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.

Tindakan mandiri :
1.      Ajarkan pasien proses penyakit osteoarthtritis, sesuaikan penjelasan pada tingkat pemahaman
klien.
R/ ekstrmitas yang tidak bergerak mempunyai tekanan tidak cukup untuk merangsang aktivitas
osteoblastik
2.      Diskusikan kebiasaan pasien dalam melaksanakan proses sakit melalui diet, obat-obatan dan
program diet seimbang, latihan dan istirahat.
3.      Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis, istirahat, perawatan diri,
pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stress

D.    IMPLEMENTASI
Sesuai dengan intervensi

E.     EVALUASI
Sesuia dengan tujuan dan kriteria hasil
BAB IV
PENUTUP

A.                KESIMPULAN
Osteoarthritis (OA) atau penyakit degenerasi sendi ialah suatu penyakit kerusakan
tulang rawan sendi yang berkembang lambat yang tidak diketahui penyebabnya, meskipun
terdapat beberapa factor resiko yang berperan. Keadaan ini berkaitan dengan usia lanjut,
terutama pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang mananggung beban dan secara klinis
ditandai oleh nyeri, deformitas, pembesaran sendi dan hambatan gerak.
Tidak  semua pasien dengan degenerasi  sendi merasakan gejala osteoarthritis.
Tatalakasana  meliputi  Disease  Modifying  Drugs  dan  prosedur  bedah  untuk  menkoreksi
abnormalitas mekanik, debridement sendi, dan menggantikan kartilago artikuler yang  rusak
dengan  implant  yang  menstimulasi  restorasi  permukaan  tulang  rawan  sendi. 

B.                 SARAN
1.    Bagi mahasiswa/i
Mahasiswa/i diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan
osteoarthritis secara benar.
Mahasiswa /i diharapkan Dalam melakukan perawatan Osteoartritis hendaknya dengan dengan
hati-hati dan cepat mengetahui tanda-tanda dan gejala penyakit ini untuk membantu
penyembuhan.
2.    Bagi pasien osteoarthtritis
Diharapkan mampu bekerjasama dengan petugas kesehatan dalam mengatasi dan mengobati OA.

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer C. Suzannne, (2002 ), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa Andry Hartono,
dkk., Jakarta, EGC.
Anonim, 2000, keperawatan medikal bedah, Edisi 2 ,jakarta, EGC
Depkes, RI (1995), Penerapan Proses Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Maskuloskeletal, Jakarta, Pusdiknakes

Minggu, 24 Juni 2012


KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN

 
 

Pengertian
Asuhan Keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang
diberikan secara langsung kepada klien/ pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan.
Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah Keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan
ilmu dan kiat keperawatan, bersifat humanistic,dan berdasarkan pada kebutuhan objektif klien
untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.
Menurut Ali (1997) Proses Keperawatan adalah metode Asuhan Keperawatan yang ilmiah,
sistematis, dinamis dan terus-menerus serta berkesinambungan dalam rangka pemecahan
masalah kesehatan pasien/klien, dimulai dari Pengkajian (Pengumpulan Data, Analisis Data dan
Penentuan Masalah) Diagnosis Keperawatan, Pelaksanaan dan Penilaian Tindakan Keperawatan
(evaluasi).
Asuhan keperawatan diberikan dalam upaya memenuhi kebutuhan klien. Menurut Abraham
Maslow ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu:

 Kebutuhan fisiologis meliputi oksigen, cairan, nutrisi


 Kebutuhan rasa aman dan perlindungan
 Kebutuhan rasa cinta dan saling memiliki
 Kebutuhan akan harga diri
 Kebutuhan aktualisasi diri
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Asuhan Keperawatan merupakan
seluruh rangkaian proses keperawatan yang diberikan kepada pasien yang berkesinambungan
dengan kiat-kiat keperawatan yang di mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi dalam usaha
memperbaiki ataupun memelihara derajat kesehatan yang optimal.

Tujuan Asuhan Keperawatan


Adapun tujuan dalam pemberian asuhan keperawatan antara lain:

 Membantu individu untuk mandiri


 Mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi dalam bidang kesehatan
 Membantu individu mengembangkan potensi untuk memelihara kesehatan secara optimal
agar tidak tergantung pada orang lain dalam memelihara kesehatannya
 Membantu individu memperoleh derajat kesehatan yang optimal

Fungsi Proses Keperawatan


Proses Keperawatan berfungsi sebagai berikut:

 Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi tenaga
keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan .
 Memberi ciri profesionalisasi asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah dan pendekatan komunikasi yang efektif dan efisien.
 Memberi kebebasan pada klien untuk mendapat pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhanya dalam kemandirianya di bidang kesehatan.

Tahap-Tahap Proses Keperawatan


1. Pengkajian

1.      Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji dan
dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental,
sosial maupun spiritual dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga kegiatan,yaitu Pengumpulan
Data, Analisis Data dan Penentuan Masalah kesehatan serta keperawatan.
a. Pengumpulan data
Tujuan :
Diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada pada pasien sehingga dapat
ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut
aspek fisik, mental, sosial dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Data
tersebut harus akurat dan mudah dianalisis.
Jenis data antara lain:

 Data Objektif, yaitu data yang diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan
pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit.
 Data subjekif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien, atau dari
keluarga pasien/saksi lain misalnya; kepala pusing, nyeri dan mual.

Adapun focus dalam pengumpulan data meliputi :

 Status kesehatan sebelumnya dan sekarang


 Pola koping sebelumnya dan sekarang
 Fungsi status sebelumnya dan sekarang
 Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
 Resiko untuk masalah potensial
 Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien

b. Analisa data
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir rasional sesuai
dengan latar belakang ilmu pengetahuan.
c. Perumusan masalah
Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah kesehatan. Masalah
kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan Asuhan Keperawatan (Masalah
Keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis. Selanjutnya
disusun Diagnosis Keperawatan sesuai dengan prioritas.
Prioritas masalah ditentukan berdasarkan kriteria penting dan segera.
Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan menimbulkan komplikasi,
sedangkan Segera mencakup waktu misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka
tindakan harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih parah atau kematian.
Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu :
Keadaan yang mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan, persepsi tentang
kesehatan dan keperawatan.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status
kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito,2000).
Perumusan diagnosa keperawatan :

 Actual : Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang ditemukan.
 Resiko : Menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak dilakukan
intervensi.
 Kemungkinan : Menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan
masalah keperawatan kemungkinan.
 Wellness : Keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga atau masyarakat dalam
transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.
 Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa keperawatan actual dan resiko
tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.
3. Rencana keperawatan

Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan
saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang di harapkan (Gordon,1994).
Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana perawatan terorganisasi sehingga
setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana
asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi konyinuitas asuhan perawatan
dari satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan
untuk memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten.
Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan
pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka
panjang(potter,1997)

4. Implementasi keperawatan

Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders
untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
klien.
Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :

 Tahap 1 : persiapan

Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk mengevaluasi yang diindentifikasi
pada tahap perencanaan.

 Tahap 2 : intervensi

Focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari
perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan
meliputi tindakan : independen,dependen,dan interdependen.

 Tahap 3 : dokumentasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat
terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

5. Evaluasi

Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan


keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses
dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat
kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya.
Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut:
 Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang telah disusun.
 Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria keberhasilan yang telah di rumuskan
dalam rencana evaluasi.

Hasil Evaluasi
Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :

1. Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan/ kemajuan sesuai


dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal,
sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.
3. Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan perubahan/kemajuan
sama sekali bahkan timbul masalah baru.dalam hal ini perawat perlu untuk
mengkaji secara lebih mendalam apakah terdapat data, analisis, diagnosa,
tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak
tercapainya tujuan.

Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses keperawatan dari pengkajian sampai dengan
evaluasi kepada pasien ,seluruh tindakannya harus didokumentasikan dengan benar dalam
dokumentasi keperawatan.

Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai
catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang (potter 2005).
Potter (2005) juga menjelaskan tentang tujuan dalam pendokumentasian yaitu : 1. Komunikasi
Sebagai cara bagi tim kesehatan untuk mengkomunikasikan (menjelaskan) perawatan klien
termasuk perawatan individual,edukasi klien dan penggunaan rujukan untuk rencana
pemulangan.
2. Tagihan
financial Dokumentasi dapat menjelaskan sejauh mana lembaga perawatan mendapatkan ganti
rugi (reimburse) atas pelayanan yang diberikan bagi klien.
3. Edukasi
Dengan catatan ini peserta didik belajar tentang pola yang harus ditemui dalm berbagai masalah
kesehatan dan menjadi mampu untuk mengantisipasi tipe perawatan yang dibutuhkan klien.
4. Pengkajian
Catatan memberikan data yang digunakan perawat untuk mengidentifikasi dan mendukung
diagnose keperawatan dan merencanakan intervensi yang sesuai.
5. Riset
Perawat dapat menggunakan catatan klien selama studi riset untuk mengumpulkan informasi
tentang faktor-faktor tertentu
6. Audit dan pemantauan
Tinjauan teratur tentang informasi pada catatan klien memberi dasar untuk evaluasi tentang
kualitas dan ketepatan perawatan yang diberikan dalam suatu institusi.
7. Dokumentasi legal
Pendokumentasian yang akurat adalah salah satu pertahanan diri terbaik terhadap tuntutan yang
berkaitan dengan asuhan keperawatan.
DOKUMENTASI PENTING UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI DAN PERAWATAN
KLIEN SECARA INDIVIDUAL.
Ada enam penting penting dalam dokumentasi keperawatan yaitu :
1. Dasar Faktual
Informasi tentang klien dan perawatannya harus berdasarkan fakta yaitu apa yang perawat
lihat,dengar dan rasakan.
2. Keakuratan
Catatan klien harus akurat sehingga dokumentasi yang tepat dapat dipertahankan klien.
3. Kelengkapan
Informasi yang dimasukan dalam catatan harus lengkap,mengandung informasi singkat tentang
perawtan klien.
4. Keterkinian
Memasukan data secara tepat waktu penting dalam perawatan bersama klien
5. Organisasi
Perawat mengkomunikasikan informasi dalam format atau urutan yang logis. Contoh catatan
secara teratur menggambarkan nyeri klien,pengkajian dan intervensi perawat dan dokter.
6. Kerahasiaan
Informasi yang diberikan oleh seseorang ke orang lain dengan kepercayaan dan keyakinan
bahwa informasi tersebut tidak akan dibocorkan.

Anda mungkin juga menyukai