Anda di halaman 1dari 5

“NASIB” CORONA DI GORONTALO

Oleh : Dr. Alaludin Lapananda, SpPD


Saat ini upaya penanganan pandemi virus corona di seluruh belahan dunia
semakin gencar dilakukan, baik dengan pencegahan maupun pengendalian yang
masif oleh otoritas wilayah masing-masing demi menjamin kondisi kesehatan
serta keselamatan warganya. Sebagai contoh, negara Korea Selatan dengan tiga
kunci kebijakan telah berhasil menangani virus corona secara baik jika
dibandingkan negara lain yang didasarkan pada jumlah infeksi sebanyak 8.236
ternyata mampu menghasilkan angka kesembuhan sebesar 1.137 dengan
mortality rate yang sangat kecil. Sementara di Indonesia sendiripun, Pemerintah
ikut menetapkan policy yang pelaksanaannya dilakukan oleh Kementerian
Kesehatan dengan menerbitkan protokol-protokol penanganan virus corona,
penyampaian informasi kepada publik sehubungan dengan kondisi terkini
mengenai kasus baru, pemeriksaan terbatas pada orang-orang rentan terpapar,
membentuk Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 dan yang terakhir
kebijakan di tingkat Provinsi dari Pemerintah DKI Jakarta yang menghimbau
masyarakat disiplin mempraktekkan “social distancing” serta memberikan
insentif kepada petugas kesehatan yang menangani langsung pasien positif virus
corona.
Mencermati berbagai kegiatan dalam rangka pencegahan penyebaran
virus corona tersebut, layak menjadi urgen bagi pemerintah pusat dan daerah
bersama rakyatnya untuk lebih peduli serta memahami pentingnya langkah-
langkah nyata yang harus segera dilakukan oleh karena argumentasi dari
substansi penerapannya sudah memenuhi unsur “state of emergency”,
pertimbangan R-naught atau angka evolusi dan reproduksi dasar virus yang
mengkhawatirkan dengan tingkat fatalitas yang menurut WHO sekitar 3 persen,
sehingga secara tekhnis sebaiknya dikerjakan melalui pendekatan yang bersifat
Agresif, Holistik dan Komprehensif sesuai dengan kapasitas sumber daya yang
dimiliki. Belajar dari Pemerintah Korea Selatan yang berhasil meminimalisir
bahkan mencegah penyebaran virus corona dan diikuti oleh negara lain seperti
Singapura dengan “trackdown”, Spanyol dengan “self-quarantine”, serta Italia
bersama 6 negara yang dengan tegas memberlakukan “lockdown” maka bagi
para pengambil kebijakan di tingkat daerah dapat menjadikannya sebagai
bahan referensi untuk mempercepat kerja nyata yang sistematis, terstruktur
dan terukur untuk melindungi rakyat. Termasuk gerak reaktif dari seluruh
jajaran pemerintah pada level Provinsi, Kabupaten/kota, Kecamatan, Kelurahan,
Desa bahkan Lingkungan di daerah kita Gorontalo dengan catatan penting
bahwa sikap proaktif dan antisipatif yang ditempuh seharusnya dijalankan
secara mendetail dilapangan. Perlu dipahami pula bahwa berbagai macam
tindakan yang telah dan akan diambil nanti wajib mengikutsertakan partisipasi
dengan kesadaran yang tinggi dari seluruh stake holder dan lapisan masyarakat
sehingga nantinya secara sporadis akan berdampak signifikan dalam mencegah
penyebaran dan penanggulangan virus corona.
Sehubungan dengan hal tersebut maka patut diperhatikan dengan jeli
penerapan strategi layanan versi pemerintah Korea Selatan berupa langkah
awal yaitu drive-thru-clinics yang melakukan pengujian luas dan efektif sehingga
mampu meminimalisir penularan baik masih berupa gejala ringan maupun
gejala berat serta mengurangi beban rumah sakit dan menurunkan resiko
paparan terhadap petugas medis. Berikutnya public education dengan
memberikan informasi yang terbuka kepada publik secara benar termasuk pula
konfirmasi lokasi GPS dari seseorang yang terkonfirmasi COVID-19 dapat dilihat
dari aplikasi sehingga warga lain yang belum tertular bisa menjauhi area
tersebut dan yang ketiga social distancing untuk memutus pertumbuhan kasus
dengan menutup sekolah-sekolah, kantor-kantor dan melarang pertemuan
besar. Tiga skenario tersebut ternyata cukup ampuh menangani virus corona
dengan baik oleh karena berpedoman pada prinsip Global Emergency Response
penanggulangan suatu pandemik yakni to prevent, to detect, to response.
Artinya ketika mereka bergerak melaksanakan protokol dimaksud, sebelumnya
telah melakukan pengkajian dan analisa yang merujuk kepada ketentuan global
dari hasil penelitian ilmiah yang telah disepakati bersama oleh seluruh pakar
kesehatan dan semua institusi kesehatan didunia dalam hal ini WHO. Meskipun
harus diakui bahwa pada prakteknya ikut melibatkan teknologi terbaru dan
kemampuan anggaran yang besar.
Sehingga memunculkan pertanyaan yang menarik, apakah Negara kita
memiliki kemampuan mengatasi pandemi virus corona kali ini?. Sudah cukupkah
dengan kebijakan yang telah dijalankan ataukah perlu strategi baru seperti
deteksi dini yang cepat dan masif. Kemudian menjadi pertanyaan selanjutnya
bagaimana dengan daerah-daerah yang dalam peta penyebaran virus corona
termasuk status siaga darurat seperti Gorontalo?
Menjawab hal ini tentu tidak mudah oleh karena membutuhkan berbagai
petunjuk dan masukan yang berdasarkan pada ketentuan Global, keputusan
strategis pemerintah, kesiapan dan kapasitas sumber daya yang dimiliki serta
kepastian hukum untuk memayungi setiap pengambilan keputusan yang
dilaksanakan termasuk ekses terhadap kondisi ekonomi bangsa. Berkaitan
dengan hal ini, pada kenyataannya Pemerintah Pusat telah membuat plan of
action atau rencana tindakan yang sudah terlaksana walaupun masih terdapat
gap dalam implementasinya. Sehingga masih membutuhkan instrumen lain baik
berupa turunan aturan maupun panduan yang siap dan wajib dilaksanakan.
Demikian halnya dengan kebijakan yang telah diambil oleh pemangku
kepentingan di daerah ini, dimana dengan standar kemampuan yang ada telah
berupaya melaksanakan perintah konstitusi untuk menenangkan dan
melindungi rakyatnya. Seperti misalnya di Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten
Bone Bolango yang mampu merinci dengan cerdas dan tegas dua frame work
anjuran dari Global Emergency Response WHO dalam menghadapi suatu
pandemi yakni to prevent dan to response dengan cara memproteksi warga
dengan tujuan mencegah penyebaran serta mengurangi pertumbuhan virus
yang diikuti dengan merespon secara aktif penanganan virus corona sampai ke
tingkat tekhnis di semua fasilitas kesehatan.
Menyikapi kerja nyata dari political will atau niat baik kepemimpinan
tersebut diatas dalam penanggulangan mewabahnya virus corona di daerah ini,
yang sepertinya tinggal menunggu waktu saja maka sepatutnyalah warga
Gorontalo di kedua wilayah tersebut mensyukuri dan mengapresiasinya sebab
jika dihubungkan dengan data dan simulasi COVID-19 dipandang dari
pendekatan model matematika mengenai proyeksi kasus baru harian di
Indonesia yang akan menunjukkan puncaknya pada akhir maret dan itupun
profil estimasinya diperoleh dengan menggunakan parameter model hasil dari
Korea Selatan. Sehingga bisa dibayangkan bila langkah pencegahan tidak
dilakukan secara serius tentunya kasus bisa berlipat dalam puluhan, ratusan,
ribuan bahkan jutaan penderita (Pusat Pemodelan Matematika Penyakit
Menular di London School of Hygiene & Tropical Medicine).
Selanjutnya dalam rangka mengantisipasi kejadian luar biasa yang bakal
ditimbulkan oleh dampak pandemi dari COVID-19 sebagaimana perkiraan para
pakar, selayaknya seluruh komponen bangsa ini ikut mengambil peran dan
berkontribusi secara aktif sesuai kompetensi masing-masing dibawah
kepemimpinan dari para pemimpin yang benar-benar mengoptimalkan
keselamatan jiwa dan hajat hidup warganya yang secara konstitusional telah
diberikan rakyat kepada mereka melalui kemudahan akses untuk mengorganisir
perangkat pelaksananya maupun dalam hal penggunaan anggaran.
Sinergis dengan upaya tersebut, penulis pada kesempatan yang singkat ini
hanya mampu menginput konsep awal yang digali dan dikembangkan dari
berbagai referensi maupun protokol yang sudah ada, yakni :
1. Bahwa pelaksanaan penanganan dan pencegahan penyebaran virus
corona tetap mengacu kepada kerangka kerja yang di advis WHO dalam
hal ini oleh ”Global Emergency Response” yaitu to prevent, to detect, to
responsive serta dibawah supervisi Emergency Comitee yang menyusun
panduan dan tatalaksana kerja dari “Public Health Emergency of
Internationale Concern”.
2. Dengan mengacu pada anjuran WHO tersebut maka bagi negara ataupun
daerah dalam hal ini pemerintah bersama perangkatnya dengan
profil/status epidemiologi apapun yang telah maupun akan mengalami
pandemi COVID-19 dianjurkan mampu merinci dengan sistematis,
terstruktur dan terukur setiap kebijakan yang ditempuh sesuai kapasitas
sumber daya yang dimiliki.
3. Setiap person, organisasi, komunitas, civil society, aparat polisi dan militer
wajib berperan aktif serta berkontribusi sesuai kompetensi masing-
masing dalam skenario global yang disepakati bersama dibawah kendali
taktis pemerintah untuk menanggulangi pandemi virus corona sehingga
tidak terjadi overlapping dilapangan.
4. Mendukung sepenuhnya pemerintah untuk mengambil langkah besar
berupa keputusan strategis dengan mengoptimalkan keselamatan dan
keamanan warga mengingat replikasi, pertumbuhan dan penyebaran
virus corona yang semakin mengkhawatirkan.
5. Membuat dan menyempurnakan himbauan, panduan, protokol dan jika
memang dibutuhkan berupa aturan yang harus ditaati secara hukum
dalam upaya percepatan penanganan COVID-19 di setiap level pelaksana
kegiatan ataupun aktivitas kerja warga.
Demikian kontribusi pemahaman, tambahan referensi dan pemikiran yang
dapat kami sampaikan saat ini meskipun harus diakui masih harus dilengkapi
dengan pembahasan mengenai bagaimana kita membuat dan mengelola
manajemen kebijakan, manajemen resiko termasuk panduan isolasi diri, rumah
sakit dan pasien serta manajemen kasus yang fokus kepada perawatan dan
pengobatan secara medis terhadap penderita untuk mencegah dan
mengendalikan penyebaran virus corona demi percepatan penanganan COVID-
19. yang InsyaAllah akan disampaikan pada kesempatan berikutnya.
Akhirnya dengan selalu memohon petunjuk dan perlindungan dari Allah SWT
mari kita bersama-sama bergandengan tangan berpartisipasi aktif dengan
penuh kesadaran, tulus dan ikhlas membendung penyebaran virus corona di
daerah kita Gorontalo tercinta dengan pilihan bergerak serentak dan berdiri
tegak bersama Ilmu Pengetahuan atau cukup bersandar kepada takdir
imunitas/daya tahan tubuh kita sendiri. Pray for the best but plan for the worst

Penulis adalah :
Sekretaris IDI Wilayah Provinsi Gorontalo
Pengurus Pusat PB IDI Bidang Penanggulangan Penyakit Menular

Anda mungkin juga menyukai