Anda di halaman 1dari 7

HUKUM PIDANA III

ARTIKEL ILMIAH

“PENCEGAHAN ATAS TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DALAM SISTEM


PERBANKAN”

DOSEN PENGAMPU: Yaris Adhial Fajrin, S.H., M.H

Disusun Oleh:

DISUSUN OLEH :

Ketua : Rifky Dwi Dharmawan (201810110311089)


Anggota : Yogi Danu Arta (201810110311086)
Anggota : Bugie Rewald Maulana (201810110311107)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2020
Abstrak

Undang-undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.


Sebelum Undang Undang ini diberlakukan tahapan pencegahan pencucian uang sudah
dilakukan namun lingkupnya hanya terbatas pada perbankan. Hal ini dapat ditunjukkan
melalui seperangkat regulasi yang dikeluarkan oleh otoritas perbankan yang lebih
dikenal dengan Peraturan Bank Indonesia tentang Prinsip Mengenal Nasabah. Pencucian
uang dapat merongrong perekonomian Nasional karena sangat berhubungan erat
dengan kepercayaan seseorang atau negara lain terhadap kebijakan Negara. Biasanya
pencucian uang dilakukan dengan mencampur uang haram dengan uang sah sehingga
bisnis yang sah akan kalah bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang jujur.

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Diawali oleh kemajuan teknologi informasi dan globalisasi, banyak yang pada
akhirnya mengakibatkan perdagangan barang dan jasa serta arus finansial makin
mendunia, serta menimbulkan banyak bentuk kejahatan pada suatu Negara, baik yang
dilakukan perseorangan maupun korporasi. Bentuk kejahatan ini, pada akhirnya akan
membuat pelaksanaan di beberapa bidang berdampak besar, terutama di bidang
ekonomi.
Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu negara,
bahkan pada era globalisasi sekarang ini, bank juga telah menjadikan bagian dari sistem
keuangan dan sistem pembayaran dunia. Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang
eksistensinya tergantung mutlak pada kepercayaan dari para nasabahnya yang
mempercayakan dana dan jasa-jasa lain yang dilakukan mereka melalui bank pada
khususnya dan dari masyarakat luas pada umumnya. Bank sangat berkepentingan agar
masyarakat bisa menaruh kepercayaannya, yang sudah mampu menyimpan dananya,
maupun yang telah atau akan menggunakan jasa-jasa bank lainnya. 1
Bentuk kejahatan ini menghasilkan harta kekayaan yang cukup besar, seperti:
korupsi, penyelundupan barang atau tenaga kerja, penggelapan, narkotika, perjudian,
kejahatan perpajakan, dan lain-lain. Agar tidak terungkap pelakunya, harta kekayaan
yang diperoleh dari kejahatan diatas disembunyikan asal usulnya dengan cara
memasukkan harta tersebut kedalam sistem keuangan, terutama dalam sistem
perbankan. Bentuk ini dinamakan dengan pencucian uang.
Pencucian uang adalah suatu proses atau perbuatan yang bertujuan untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang harta kekayaan yang diperoleh dari
hasil tindak pidana yang kemudian diubah menjadi harta kekayaan yang seolah- olah

1Adrian Sutedi, Hukum Perbankan Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Marger, Likuidasi ,dan
Kepailitan, (Jakarta : Sinar Grafika), 2010, hal1.
berasal dari kegiatan yang sah. Sesuai dengan Undang–Undang Nomor 25 tahun 2003,
tindak pidana yang menjadi pemicu terjadinya pencucian uang meliputi korupsi,
penyuapan, penyelundupan barang, wanita, anak, senjata gelap, penculikan, terorisme,
pencucian, penggelapan, dan penipuan. Menurut Undang–Undang Nomor 8 Tahun 2010,
pencucian uang adalah segalah perbuatan yang memenuhi unsur–unsur tindak pidana
sesuai dengan ketentuan dalam Undang– Undang ini.
Istilah pencucian uang sebelumnya hanya diterapkan pada transaksi keuangan
yang berkaitan dengan kejahatan terorganisasi, tetapi sekarang batasan pengertiannya
lebih diperluas oleh regulator pemerintah yaitu mencakup setiap transaksi keuangan
yang menghasilkan asset sebagai akibat dari tindakan ilegal. Sekarang ini, aktivitas ilegal
praktek pencucian uang diakui berpotensi dilakukan oleh individu, usaha kecil dan besar,
pejabat yang korup, anggota kejahatan terorganisasi seperti pengedar narkoba atau mafia,
dan bahkan negara korupsi

B. PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat di rumuskan beberapa permasalahan :
1. Apakah faktor penyebab kejahatan pencucian uang dalam sistem perbankan ?
2. Bagaimanakah upaya pemberantasan kejahatan pencucian uang dalam sistem
perbankan ?

C. METODE PENELITIAN
Sifat penelitian ini adalah deskriptif, merupakan metode yang dipakai untuk
menggambarkan suatu kondisi atau keadaan yang sedang berlangsung yang bertujuan
agar dapat memberikan data mengenai objek penelitian sehingga mampu menggali hal–
hal yang bersifat ideal, kemudian dianalisis berdasarkan teori hukum atau peraturan
perundang–undangan.

D. PEMBAHASAN
1. FAKTOR TIMBULNYA PENCUCIAN UANG
Faktor pendorong utama adalah lemahnya para penegak hukum yang belum
efektif. Minimnya teladan dari politisi dan pejabat pemerintah, belum efektifnya
pengawasan pelaksanaan aturan pencegahan dan pemberantasan pencucian uang.
Rentannya produk hukum yang memberi celah penyalahgunaan wewenang, serta
sulitnya mengetahui siapa pemilik harta sesungguhnya.
Fator berikutnya adalah Kegiatan pencucian uang dilakukan dengan adanya
beberapa tahap, agar kejahatan atau tindak pidana tersebut sulit dilacak.2
Tahap pertama yaitu tahap penempatan dana, dalam tahap ini uang hasil
kejahatan di tempatkan pada bank tertentu untuk sementara waktu. Supaya uang

2Neni Sri Imaniyati, Pengantar Hukum Perbankan Indonesia, (Bandung : Refika Aditama, 2010),
hal 178.
tersebut semakin sulit terlacak, uang tersebut dibenamkan dengan proses lembaga,
misalnya surat berharga dan rekening koran.
Tahap kedua yaitu tahap dimana kegiatannya bertujuan untuk
menghilangkan jejak asal usul uang tersebut. Setelah uang itu di tempatkan di bank
tetrtentu, uang tersebut perlu dipindahkan lagi dari suatu bank ke bank lain.
Pelaksanaannya sering kali dengan cara memecah-mecah jumlahnya, sehingga
dengan pemecahan tersebut tidak mungkin akan terlacak oleh otoritas moneter atau
para penegak hukum. 3
Tahap ketiga yaitu tahap integrasi dan repatriasi. Uang yang telah yang dicuci
tersebut dikeringkan sehingga menjadi uang yang kering dan bersih layaknya uang-
uang lainnya. Integrasi adalah upaya menggunakan harta kekayaan yang tampak sah,
yang bisa dinikmati langsung ataupun diinvestasikan. Dalam melakukan pencucian
uang, pelaku tidak perlu mempertimbangkan hasil yang akan diperoleh dan besarnya
biaya yang harus dikeluarkan, karena tujuan utamanya adalah untuk menyamarkan
atau menghilangkan asal usul uang sehingga hasil akhirnya dapat menikmati atau
digunakan secara aman4
Modus pencucian uang dari waktu ke waktu semakin kompleks dengan
menggunakan teknologi dan rekayasa keuangan yang cukup rumit. Dari ketiga
kegiatan tersebut terlihat bahwa bank faktor pendorong timbulnya tindakan
pencucian uang, bank pula sebagai institusi yang diminati (media) untuk melakukan
pencucian uang.

2. UPAYA PEMBERANTASAN PENCUCIAN UANG DALAM SISTEM


PERBANKAN
Bentuk kejahatan yang dilakukan perorangan maupun korporasi dalam suatu
Negara semakin meningkat. Pencucian uang adalah bentuk kejahatan yang
melibatkan kekayaan yang jumlahnya sangat besar. Harta kekayaan yang berasal dari
berbagai kejahatan atau tindak pidana tersebu tidak langsung dibelanjakan atau
digunakan oleh para pelaku kejahatan karena apabila langsung digunakan akan
mudah dilacak oleh penegak hukum mengenai sumber diperolehnya harta kekayaan
tersebut. Para pelaku kejahatan terlebih dahulu mengupayakan agar harta kekayaan
yang diperoleh dari harta kekayaannya tersebut masuk ke dalam sistem keuangan,
terutama kedalam sistem perbankan. Dengan cara demikian, asal-usul harta kekayaan
tersebut diharapkan tidak dapat dilacak oleh para penegak hukum.5
Agar pemberantasan tindak pidana pencucian uang dapat dilakukan secara
efektif, dalam undang-undang ini diatur kerja sama dengan negara lain, misalnya

3 Adrian Sutedi, Op. Cit, hal 25.


4 Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern Buku Kedua (Tingkat Advance), (Bandung : PT.
Citra Aditya Bakti), 2001, hal 167.
5 Adrian Sutedi, Op.cit, hal 54
dengan perjanjian ekstradisi atau kerja sama bantuan dibidang hukum, baik dalam
bentuk bilateral maupun multilateral.6 Penyelidikan dan penyidikan kasus pencucian
uang harus diperluas dengan melibatkan semua lembaga yang punya kewenangan
peyelidikan, tidak hanya polisi dan jaksa. Selain lembaga penyidik yang akan
ditambah, jumlah instansi yang diwajibkan melaporkan transaksi mencurigakan akan
diperbanyak. Penambahan dilakukan oleh PPATK. Lembaga yang akan diberikan
kewenangan menyidik tindak pidana pencucian uang adalah Komisi Pemberantasan
Korupsi dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Hal ini untuk memperkuat
pemberantasan pencucian uang.
Lembaga Pusat Pelapor dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) adalah
lembaga independen yang dibentuk dalam rangka mencegah dan memberantas
tindak pidana pencucian uang. Lembaga ini memiliki kewenangan untuk
melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan pencucian uang di
Indonesia. Tugas PPATK yaitu menerima dan meminta informasi dari semua pelapor,
salah satu pelapor yaitu : masyarakat, penyedia jasa keuangan (PJK) terdapat dalam
Pasal 83 sampai 87 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. PPATK berhak melanjutkan atau
menghentikan penyidikan terhadap transaksi yang mencurigakan.

E. PENUTUP
1. KESIMPULAN
a. Kegiatan pencucian uang dilakukan dengan adanya beberapa tahap, agar
kejahatan atau tindak pidana tersebut sulit dilacak. Tahap pertama adalah tahap
penempatan, tahap kedua adalah tahap dimana asal usul uang tersebut
dihilangkan dengan cara uang yang telah ditempatkan dipindah ke bank lain
dengan memecah-mecah jumlahnya. Tahap ketiga adalah integrasi, yaitu upaya
menggunakan harta kekayaan yang tampak sah, yang bisa dinikmati langsung
ataupun diinvestasikan.
b. Bentuk kejahatan yang dilakukan perorangan maupun korporasi dalam suatu
Negara semakin meningkat. Pencucian uang adalah bentuk kejahatan yang
melibatkan kekayaan yang jumlahnya sangat besar. Agar pemberantasan tindak
pidana pencucian uang dapat dilakukan secara efektif, Penyelidikan dan
penyidikan kasus pencucian uang harus diperluas dengan melibatkan semua
lembaga yang punya kewenangan peyelidikan, tidak hanya polisi dan jaksa.
Selain lembaga penyidik yang akan ditambah, jumlah instansi yang diwajibkan
melaporkan transaksi mencurigakan akan diperbanyak.

6Pasal 44 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Undang- Undang
Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, dikutip dari Ibid, hal 63.
2. SARAN
a. Para pejabat diharapkan bisa lebih memastikan bahwa Negara mereka memiliki
struktur penegak hukum yang diperlukan.
b. Menempatkan pegawai bank yang memiliki integritas tinggi guna menghindari
kejahatan atau tindak pidana pencucian uang, serta mengetahui identitas
nasabah sesuai dengan prinsip mengenal nasabah.
c. Diharapakan lebih efektifnya para penegak hokum dalam mengatasi kejahatan
ini, dan tidak menyalahgunakan wewenang.
Perbuatan pencucian uang sangat merugikan masyarakat, juga sangat
merugikan negara karena sangat mempengaruhi perekonomian suatu Negara dan
mempengaruhi stabilitas ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Imaniyati, N.S., 2010, Pengantar Hukum Perbankan Indonesia, Bandung: Refika Aditama.

Sutedi, A. 2010. Hukum Perbankan Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi, dan
Kepailitan. Jakarta: Sinar Grafika.

Fuady, M, 1999, Hukum Perbankan Modern Berdasarkan UU Tahun 1998 Buku Kesatu, Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti.

UNDANG-UNDANG

Pasal 44 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Undang- Undang
Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang

Anda mungkin juga menyukai