Anda di halaman 1dari 21

HAKIKAT BELAJAR BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Oleh : Kelompok II

Ashari ( A 241 18 079 )

Brian Muhammad Larate ( A 241 18 058 )

Aurelly Savitry ( A 241 18 028 )

Fitri Handayani ( A 241 18 078 )

Nurul Azmi Aulia ( A 241 18 082 )

Yunanli ( A 241 16 132 )

Nur Pretty ( A 241 16 027 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KAGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2019
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah S.W.T atas segala rahmat dan
hidayahnya,sehingga penyusunan makalah dengan judul “Hakikat belajar dan
pembelajaran” akhirnya dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun
dengan tujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.
Melalui makalah ini, kami berharap agar sekiranya kami dan pembaca mampu
mengenal lebih jauh mengenai belajar dan pembelajaran, serta dapat di jadikan suatu
pedoman para guru untuk mengajar anak didiknya, sehingga pesan/materi dapat
sampai dengan baik.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu dalam proses penyusunan makalah ini khususnya kepada dosen Belajar
dan Pembelajaran, yaitu Bapak Yusuf Kendek, yang bersedia membimbing dan
mengarahkan dalam penyusunan makalah ini.

Kami berharap agar makalah yang telah penulis susun ini dapat
memberikan inspirasi bagi pembaca dan penulis yang lain. Kami pun juga berharap
agar makalah ini menjadi acuan yang baik dan berkualitas.

Palu, 10 Februari 2019

Kelompok II
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ada berbagai rumusan yang dikemukakan orang dalam upaya menjawab
pertanyaan dengan melihat pendidikan dari salah satu aspek kehidupan tertentu atau
kacamata disiplin keilmuan tertentu. Misalnya pandangan sosiologik melihat
pendidikan dari aspek sosial antara lain mengartikan bahwa “Pendidikan adalah
sebagai usaha mentransformasikan pengetahuan dari generasi ke generasi” (Ishak,
2005:27). Pandangan lain di lihat dari aspek budaya menyebutkan bahwa pedidikan
itu adalah sebagai usaha pemindahan pengetahuan dan nilai – nilai kepada generasi
berikutnya. Sedangkan pandangan Psikologik melihat pendidikan dari aspek tingkah
laku individu, antara lain mengartikan pendidikan sebagai perkembangan kapasitas
individu secara optimal. Pandangan dari sudut ekonomi antara lain melihat bahwa
pendidikan itu adalah sebagai usaha penanaman modal insan (Human Investmen),
dan yang terakhir dilihat dari sudut pandang politik antara lain melihatnya sebagai
pembinaan usaha kader bangsa.

Dari uraian diatas dapat menarik benang merahnya bahwa pendidikan itu
adalah suatu kebutuhan yang akan menjamin kelangsungan hidup bagi setiap
manusia. Hal ini telah terbukti dengan adanya proses dari pendidikan itu sendiri
dimana pada masa sekarang ini, seseorang yang berkependidikan akan memegang
peranan penting dalam setiap aspek kehidupan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini, yaitu :
1) Apakah yang dimaksud dengan konsep Belajar ?
2) Apakah yang dimaksud dengan konsep Pembelajaran ?
3) Apa saja yang menjadi prinsip dari belajar dan pembelajaran ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari rumusan masalah yang diajukan
yaitu untuk mengetahui :
1) Untuk mengetahui konsep belajar.
2) Untuk mengetahui konsep pembelajaran.
3) Untuk mengetahui apa-apa saja prindip dari belajar dan pembelajaran.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Belajar
1.1 Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi
individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Santrock dan
Yussen mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif permanen karena
adanya pengalaman. Reber mendefinisikan belajar dalam 3 pengertian. Pertama,
belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan dan kedua, belajar sebagai
perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang
diperkuat. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud
perubahan tingkah laku dalam kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau
menetap karena adanya interaksi individu dan lingkungannya.

1.2 Ciri-ciri Perilaku Belajar

Suatu perilaku digolongkan sebagai aktivitas belajar apabila memenuhi ciri-ciri


sebagai berikut :

a. Perubahan tingkah laku secara sadar


Suatu perilaku digolongkan sebagai aktivitas belajar apabila pelaku
menyadari terjadinya perubahan tersebut atau sekurang-
kurangnyamerasakan adanya suatu perubahan dalam dirinya misalnya
menyadari pengetahuannya bertambah. Oleh karena itu perubahan yang
terjadi karena mabauk atau dalam keadaan tidak sadar tidak termasuk
dalam pengertian belajar.
b. Perubahan bersifat continue dan fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang
berlangsung secara kesinambungan dan tidak statis. Satu perubahan
berikutnya dan selanjutnya akan berguna bagi kehidupan atau bagi proses
belajar berikutnya. Misalnya, jika seorang anak belajar membaca, ia akan
mengalami perubahan dari tidak dapat membaca menjadi dapat membaca.
Perubahan ini akan berlangsung terus sampai kecakapan membacanya
mmenjadi cepat dan lancar. Bahkan dapat membaca berbagai macam
bentuk tulisan maupun berbagai tulisan diberagam media.
c. Perubahan bersifat positif dan aktif
Dikatakan positif apabila perilaku senantiasa bertambah dan tertuju untuk
memperoleh sesuatu yang lebih bai dari sebelumnya. Perubahan bersifat
aktif berarti bahwa perubahan tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan
karena usaha individu sendiri. Oleh karena itu perubahan tingkah laku
karena proses kematangan yang terjadi karena sendirinya karena
dorongan dari dalam tidak termasuk perubahan dalam pengertin belajar.
d. Perubahan bersifat permanen
Perubahan yang terjadi karena belajar bersifat menetap. Misalnya,
seorang anak dalam bermain sepepeda setelah belajar tidak akan hilang
begitu saja melainkan akan terus dimiliki bahkan akan makin berkembang
jika terus dilatih.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Adanya tujuan yang akan dicapai oleh perilaku belajar dan terarah kepada
perubahan tingkah laku yang benar-benar disdari. Misalnya belajar
mengetik, sebelumnya telah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai
dengan belajar mengetik.
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalaui proses belajar
sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan keseluaruhan
tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan
mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap,
keterampilan, pengetahuan dan sebagainya.
1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Belajar
Pada umumnya faktor yang mempengaruhi belajar ada dua yaitu faktor internal
dan faktor eksternal.
1) Faktor Internal adalah faktor dari dalam diri individu yang sedang belajar,
meliputi faktor jasmani dan psikologi.
2) Faktor Eksternal adalah faktor dari luar dari individu (lingkungan) , yaitu
faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Ditinjau dari faktor pendekatan belajar ada 3 bentuk dasar pendekatan belajar
siswa menurut hasil penelitian Biggs (1991),yaitu:
1) Pendekatan surface (permukaan/bersifat lahiriah) yaitu kecenderungan
belajar siswa karena adanya dorongan dari luar, misalnya takut tidak lulus
sehingga dimarahi orang tua. Sehingga cara belajarnya santai, hafal seadanya
sehingga tidak dapat memahami apa yang telah didapat.
2) Pendekatan deep (mendalam), yaitu kecenderungan balajar sisa dari dirinya
sendiri, misalnya siswa itu memang tertarik dengan materi yang sedang dia
pelajari. Sehingga cara belajarnya serius dan memahami secara mendalam.
3) Pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi) yaitu kecenderungan
siswa belajar karena adanya dorongan mewujudkan ego enhancement yaitu
ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi dirinya dengan cara
meraih prestasi akademik setinggi-tinginya. Pendekatan ini sangat baik
sekali dibandingkan pendekatan-pendekatan lainnya. Karena di sini siswa
belajar atas kemauannya sendiri , dapat mengatur waktunya dan dapat
disiplin.
1.4 Motivasi Belajar
Motivasi menurut Wlodkowsky (dalam Prasetya dkk,1985) merupakan
suatu kondisi atau perilaku yang memberikan arah dan ketahanan pada tingkah laku
tersebut.Motivasi yang tinggi tercermin dari ketekunan dan tidak mudah putus asa
dalam mencapai kesuksesan.
Menurut Biggs dan Telfer (dalam Dimyati dkk,1994) motivasi dibedakan
menjadi 4 golongan,yaitu:
1) Motivasi Instrumental yaitu motivasi belajar karena adanya hadiah atau
menghindari hukuman.
2) Motivasi Sosial yaitu siswa belajar untuk penyelenggaraan tugas, dalam hal
ini keterlibatan siswa dan tugas tersebut sangat menonjol.
3) Motivasi Berprestasi yaitu siswa belajar karena ingin sukses meraih prestasi
atau keberhasilan.
4) Motivasi Intrinsik yaitu siswa itu belajar karena keinginannya sendiri
B. Konsep Pembelajaran
1.1 Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktivitas mengajar dan
aktivitas belajar. Aktivitas mengajar menyangkut peranan seorang guru dalam
konteks mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara pengajar itu
sendiri dengan si belajar . Pembelajaran/instruksional adalah usaha
mengorganisasikan lingkungan belajar sehingga memungkinkan siswa melakukan
kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan menggunakan berbagai
media dan sumber belajar tertentu yang akan mendukung pembelajaran itu nantinya.. 
4 Kategori kondisi motivasional yang harus diperhatikan guru agar proses
pembelajaran yang dilakukannya menarik, bermakna, dan memberi tantangan pada
siswa. Keempat kondisi tersebut adalah :
1) Attention ( Perhatian )
Perhatian siswa didoring rasa ingin tahu. Oleh karena itu, rasa ingin tahu
ini perlu mendapat rangsangan dan dorongan sehingga siswa selalu
berminat dan memberikan perhatian terhadap pelajaran yang diberikan.
Untuk menunjang hal tersebut, guru perlu memberikan inovasi dan
variasi-variasi dalam memberikan pelajaran.
2) Relevance ( Relevansi )
Relevansi menunjukkan adanya hubungan antara materi pelajaran dengan
kebutuhan kondisi siswa. Motivasi siswa akan terpelihara apabila siswa
menganggap apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau
bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang.
3) Confidence ( Kepercayaan diri )
Merasa diri kompeten atau mampu merupakan potensi untuk dapat
berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Konsep self efficacy
berhubungan dengan keyakinan pribadi bahwa dirinya memiliki
kemampuan untuk melakukan suatu tugas yang menjadi syarat
keberhasilan.Slef efficacy tinggi akan semakin mendorong dan
memotivitasi siswa untuk belajar tekun dalam mencapai prestasi belajar
maksimal.Agar kepercayaan diri siswa meningkat guru perlu
memperbanyak pengalaman berhasil siswa misalnya dengan menyusun
aktivitas pembelajaran ke dalam sehingga mudah dipahami,menyusun
kegiatan pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih
kecil,meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menyatakan
persyaratan untuk berhasil ,dan memberikan umpan balik yang konstuktif
selama proses pembelajaran.
4) Statifaction ( Kepuasan )
Keberhasilan dalam mencapai tujuan akan menghasilkan kepuasan,dan
siswa akan semakin termotivasi untuk mencapai tujuan dipengaruhi oleh
konsekwensi yang diterima,baik yang berasal dari dalam maupun dari
luar diri siswa.Untuk meningkatkan dan memelihara motivasi siswa,guru
dapat memberi penguatan (reinforcement) berupa pujian,pemberian
kesempatan dan sebagainya.

1.2 Metode Pembelajaran


1) Metode Latihan
Metode ini merupakan metode penyampaian pembelajaran melalu
kebiasan-kebiasaan. Dalam metode pembelajaran ini pengajar
memberikan latihan-latihan kepada peserta didik untuk mengetahui
proses  tujuan, fungsi , manfaat dan kegunaan sesuatu. Metode latihan ini
bertujuan membentuk kebiasaan atau pola yang otomatis pada peserta
didik
2) Metode Tanya jawab
Metode tanya jawab merupakan cara penyajian materi pelajaran melalui
bentuk pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik. Metode ini
dikembangkan ketrampilan mengamati, menginterpretasi,
mengklarifikasikan dan membuat kesimpulan tentang pelajaran yang
sedang diajarkan. Metode ini bertujuan untuk memotivasi anak untuk
mengajukan pertanyaan selama proses pembelajaran.
3) Metode Karyawisata
Metode mengajar dengan mengajak peserta didik mengunjungi suatu
objek guna memperluas pengetahuan dan selanjutnya peserta didik
membuat laporan dan mendiskusikan serta membukukan hasil kunjungan
tersebut dengan didampingi oleh pendidik.
4) Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif
untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
seperti: Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya?
Bagaimana proses mengerjakannya. Demonstrasi sebagai metode
pembelajaran adalah bilamana seorang guru atau seorang demonstrator
(orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa memperlihatkan
kepada seluruh kelas sesuatau proses.
5) Metode Diskusi
Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah
metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan
masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi
kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized
recitation).Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang
menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini
adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan,
menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat
suatu keputusan ( Killen, 1998 ). Karena itu, diskusi bukanlah debat yang
bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar
pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama - sama.
6) Merode Eksperimen
Metode eksperimen menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000:95) adalah
cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan
mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar
mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk
mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses,
mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian,
siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau
mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari
proses yang dialaminya itu.

C. Prinsip Belajar dan Pembelajaran


Ada banyak sekali teorti dan prinsip belajar yang dikemukakan olehh para
ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan juga perbedaan. Dari
berbagai prinsip belajar tersebut terdapat prinsip yang relatif berlaku umum yang
dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu
meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan cara
mengajarnya. Adapun prinsip-prinsip Belajar dan Pembelajaran yaitu
1) Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar.
Dari kajian teori belajr pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa
adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage dan Barliner, 1984 :
335). Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan
pelajaran sesuai dengan kebutuhannya.Di samping perhatian, motivasi
mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Motivasi
adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang.
Motivasi dapat dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada mobil
(Gage dan Barliner, 1984 : 372).
“Motivation is the concept we use when describe the force action
on or within organism to initiate and direct behavior””. Demikian
menurut H.L Petri (Petri, Herbert L, 1983:3). Motivasi dapat merupakan
tujuan dan alat dalam pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi merupakan
salah satu tujuan dalam mengajar. Guru berharap bahwa siswa tertarik
dalam kegiatan intelektual dan estetik sampai kegiatan belajar berakhir.
Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya
intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan
keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan, nilai-nilai dan
keterampian.
Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri,
dapat juga bersifat eksternal yakni datang dari orang lain, dari guru, orang
tua, teman dan sebaginya. Motivasi juga dibedakan atas motif intrinsik
dan motif ekstrinsik. Motif intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai
dengan perbuatan yang dilakukan. Sebagai contoh, seorang siswa yang
dengan sungguh-sungguh mempelajari mata pelajaran di sekolah karena
ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya. Sedangkan Motif
ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada di luar perbuatan yang
dilakukannya tetapi menjadi penyertanya, sebagai contoh, siswa belajar
dengan sungguh-sungguh bukan disebabkan ingin memiliki pengetahuan
yang dipelajarinya tetapi didorong oleh keinginan naik kelas atau
mendapatkan ijazah. Naik kelas dan mendapatkan ijazah adalah penyerta
dari keberhasilan belajar.
2) Keaktifan
Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang
sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar
menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. Menurut teori ini
anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu.
Anak mampu untuk mencari, menemukan, dan menggunakan
pengetahuan yang diperolehnya. Dalam proses belajar mengajar anak
mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan
fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan.
Thorndike mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan
hukum “Law of exercise”-nya yang menyatakan bahwa belajar
memerlukan adanya latihan-latihan. Dalam setiap proses belajar, siswa
selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam, mulai dari
kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai pada kegiatan psikis yang
susah untuk kita amati. Kegiatan fisik dapat berupa membaca,
mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya.
Contoh kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan
yang dimiliki dalam memecahkan maslaah yang dihadapi,
membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil
percobaan, dan kegiatan psikis yang lain.
3) Keterlibatan Langsung / Berpengalaman
Dalam Belajar yang menggunakan pengalaman langsung, siswa
tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi ia juga harus menghayati,
terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap
hasilnya.
Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh
Jhon Dewey dengan “Learning by doing”. Belajar sebaiknya dialami
melalui perbuatan langsung. Belajar harus dilakukan oleh siswa secara
aktif, baik individual maupun kelompok, dengan cara memecahkan
masalah (problem solving). Guru kapasitasnya hanya bertindak sebagai
pembimbing dan fasilitator.
Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan sebagai
keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu terutama adalah
keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif
dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan
internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan juga pada saat
mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.
4) Pengulangan
Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan barang kali
yang paling tua adalah yang dikemukakan oleh teori Psikologi Daya.
Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada
manusia yang terdiri atas daya pengamat, menanggap, mengingat,
menghayal, merasakan, berfikir dan sebagainya. Dengan mengadakan
pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang. Seperti halnya
pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya-daya yang
dilatih dengan mengadakan pengulangan-pengulangan akan menjadi
sempurna.
5) Tantangan
Dari teori Medan yang dikemukakan oleh Kurt Lwewin, bahwa
siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan
psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang
ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan
belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan tersebut dengan
mempelajari bahan belajar tersebut.apabila hambatan itu telah diatasi,
artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk dalam medan
baru dan tujuan yang baru pula, demikian seterusnya.
Agar anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan
dengan baik, maka bahan belajar haruslah menantang. Tantangan yang
dihadapi oleh siswa dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk
mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung
maslaah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk
mempelajarinya. Pelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa
untuk menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi akan
menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukan konsep-konsep
dan generalisasi tersebut.
Penggunaan metode eksperimen, inquiry, discovery juga
memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan
sungguh-sungguh. Penguatan positif maupun negatif juga akan
menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran
atau terhindar dari hukum yang tidak menyenangkan.
6) Umpan Balik dan Penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan umpan bailk dan penguatan
terutama ditekankan oleh teori belajar Operant Conditionong dari B.F.
Skinner. Kalau pada teori Conditionong yang diberikan kondisi adalah
stimulusnya, maka pada Operant Conditioning yang diperkuat adalah
responsnya. Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui
dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil, apalagi hasil yang baik, akan
merupakan umpan balik yang menyenangkan dan berpengaruh baik
untuk usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar itu menurut
B.F. Skinner tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan tetapi juga
yang tidak menyenangkan. Atau dengan kata lain penguatan positif
ataupun negatif dapat memperkuat belajar (Gage dan Barliner,
1984:272).Sebagai contoh siswa yang belajar dengan sungguh-sungguh
dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan, maka nilai yang baik
akan mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Sebaliknya, anak yang
mendapatkan nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak
naik kelas. Karena takut tidak naik kelas, maka anak tersebut terdorong
untuk belajar lebih giat lagi. Dalam hal ini nilai buruk dan rasa takut akan
mendorong anak tersebut untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut
dengan penguatan negatif dan di sini siswa mencoba untuk menghindar
dari peristiwa yang tidak menyenangkan. Format sajian dapat berupa
tagnya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan, dan sebagainya
merupakan cara belajar terjadinya umpan balik dan penguatan.
7) Perbedaan Individual
Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang
yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang
lainnya. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian, dan
sifat-sifatnya.
Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar
siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam
upaya pembelajaran. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan di
sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individu.
Umumnya proses pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai
individu dengan kemampuan yang rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih
sama, demikian pula dengan pengetahuannya.
Pembelajaran yang klasikal yang mengabaikan perbedaan individu
dapat diperbaiki dengan berbagai cara. Antara lain dengan penggunaan
metode atau strategi belajar mengajar yang bervariasi sehingga perbedaan
kemampuan siswa dapat terlayani. Juga penggunaan media instruksional
akan membantu melayani perbedaan-perbedaan siswa dalam cara belajar.
Usaha lain untuk memperbaiki pembelajaran klasikal adalah dengan
memberikan tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi siswa
yang pandai, dan memberikan bimbingan belajar bagi anak-anak yang
kurang. Disamping itu dalam memberikan tugas-tugas hendaknya
disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa, sehingga bagi siswa
yang pandai, sedang, maupun kurang akan merasakan berhasil dalam di
dalam pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan :
1) Belajar adalah tingkah laku dan tindakan yang kompleks, maka belajar
hanya dialami oleh siswa itu sendiri. Sedangkan pembelajaran/
instruksional adalah usaha mengorganisasikan lingkungan belajar
sehingga memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran dengan menggunakan berbagai media dan
sumber belajar tertentu yang akan mendukung pembelajaran itu nantinya.
2) Proses belajar mengajar harus dijalankan sesuai dengan prinsip yang ada
sehingga dapat menciptakan suasana kelas yang di inginkan bersama

1.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyanti, Dr dan Mudjiono, Drs . Belajar dan Pembelajaran. 2002 Rineka Cipta &
Departemen Pendidikan & Kebudayaan.
http://belajarpsikologi.com/macam-macam-metode-pembelajaran/
http://www.tokoblog.net/2010/10/macam-macam-metode-pembelajaran.html
http://www.sarjanaku.com/2012/11/pengertian-pembelajaran-menurut-para.html
Sugihartono, dkk.2007.Psikologi Pendidikan.Yogyakarta:UNY Press
Syaifuddin Iskandar, DR, M.Pd, Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran. 2008
Universitas Samawa

Anda mungkin juga menyukai