DISUSUN OLEH
CHAIRUNNISA ABUBAKAR
MERSIANA KADJI
NUR AFIFAH SALEH
EKA NUR MEILAN P. BUSA
KELOMPOK 11
PEMBAHASAN
Secara harfiah evaluasi berasal dari kata to evaluate, yang diberi awalan
(oprefix) e- dan akhiran (suffix) –tion. Evaluasi berarti menilai atau member nilai.
Memang dalam evaluasi terlibat kegiatan memberi penilaian (judgement).
Gambar 2
Daur Evaluasi
Melakukan
Membuat pengamatan, Menyusun rencana
kesimpulan dan pengukuran, dan dengan instrumen
pelaporan analisis
Dari gambar daur evaluasi diatas tampak bahwa evaluasi secara umum meliputi
langkah-langkah berikut.
1) Menentukan apa yang akan di evaluasi. Ini karena apa saja dapat dievaluasi.
Apakah itu rencananya, sumber daya, proses pelaksanaan. Keluaran, efek atau
bahkan dampak suatu kegiatan, serta pengaruh terhadap lingkungan yang luas.
2) Mengembangkan kerangka dan batasan. Di tahap ini dilakukan asumsi-asumsi
mengenai hasil evaluasi serta pembatasan ruang lingkup evaluasi serta
pembatasan ruang lingkup evaluasi serta batasan-batasan yang dipakai agar
objektif dan focus.
3) Merangcang desain (metode). Karena biasanya evaluasi terfokus pada sutu atau
beberapa aspek, maka dilakukan perancangan desain, yang sebenarnya
mengikuti rancangan desain riset walaupun tidak harus kaku seperti ruset
umumnya dalam penerapannya. Rancangan riset ini sangat bervariasi mulai yang
amat sederhana sampai dengan yang sangat rumit bergantung pada tujuan dan
kepentingan evaluasi itu sendiri.
4) Menyusun instrument dan rencana pelaksanaan. selanjutnya ialah
mengembangkan instrument pengamatan atau pengukuran serta rencana
analisis dan membuat rencana pelaksanaan evaluasi
5) Melakukan pengamatan, pengukuran dan analisis. Selanjutnya ialah melakukan
pengumpulan data hasil pengamatan, melakukan pengukuran serta mengolah
informasi dan mengkajinya seseuai tujuan evaluasi.
6) Membuat kesimpulan dan pelaporan. Informasi yang dihasilkan dari proses
evaluasi ini disajikan dalam bentuk laporan sesuai dengan kebutuhan atau
permintaan. Lain pihak menginginkan bentuk
Indicator kesehatan
Gambar 7
Gambar 8
Sebagai contoh adalah suatu kejadian keracunan makanan disebuah pabrik. Dari
berita di suatu surat kabar di ringkaskan sebagai berikut.
Juga dari penyeldikan diketahui tidak adanya kebijakan dan program hygiene
perusahaan menyangkut makanan/gizi karyawan oleh perusahaan. Karyawan makan
atau insiatif karyawan secara gotong royong.
Jadi jelas dari contoh di atas, tampak bahwa indicator perilaku yang
digunakan untuk promosi kesehatan sangat dipengaruhi oleh situasi dan
perkembangan sasaran dan kegiatan sendiri. Oleh karena itu, evaluator harus selalu
melakukan asesmen dan mengembangkan sendiri (bersama sasaran) indicator yang
dipakai setelah menetapkan bersama apa yang akan dievaluasi. Bahkan sebelum
melakukan diagnosis epidemiologis seorang evaluator perlu melakukan apa yang
disebut sebagai diagnosis social, yaitu suatu diagnosis untuk mengenali masyarakat
yang mengalami masalah kesehatan tersebut.
Evaluasi dipandu oleh dua buah prinsip penting: identifikasi dan membuat
peringkat kriteria (nilai dan tujaun), dan mengumpulkan data serta informasi yang
membuat evaluasi dapat mengukur sampai tingkat mana kriteria tersebut akan atau
telah dicapai.
a. EFEKTIVITAS
Efektif terkait dengan apakah aktivitas promosi kesehatan sukses,
apakah aktivitas tersebut telah diselesaikan, dan sampai sejauh mana tujuan
umum dan tujuan khusus telah dicapai. Kita harus memahami bahwa,
meskipun pada praktiknya penggunaan istilah “tujuan umum” dan “tujuan
khusus” sering kali disalahartikan, kedua istilah tersebut sangat berbeda.
Tujuan umum cenderung lebih bersifat umum dan terbagi dalam beberapa
tujuan khusus. Sedangkan tujuan khusus merpuakan bagian dari tujuan
umum dan merupakan landasan proyek yang terencana. Tujuan umum dan
khusus sangat penting dalam proses evaluasi. Identifikasi tujuan umum dan
khusus yang lemah di dalam proyek akan membuat evaluasi menjadi
mustahil untuk dilakukan (Katz dan Pervedy 2001, Rootman et al. 2001)
b. KETEPATAN
Ketepatan menilai hubungan antara intervensi dan kebutuha.
Persepsi kebutuhan berbeda bergantung pada siapa yang mendefinsikannya :
individu/kelompok yang menuntut pelaksanaan suatu proyek promos
kesehatan atau professional kesehatan yang mengembangkan proyek
tersebut (Bradshaw 1972, Ewles dab Simnett 2003).
c. AKSEPTASBILITAS
Akseptabilitas menilai apakah proyek dilakukan dengan cara yang
dapat diterima. Hal ini kadang kala diabaikan, padahal proyek promosi
kesehatan meliki nilai etis dan moral yang mempengaruhi penerapannya di
komunitas yang menjadi tujuan atau saat proyek diterapkan di komunitas
lainnya, misalnya proyek pertama edukasi kesehatan di UK yang signifikan
tentang informasi seputar HIV dan AIDS pada tahun 1980an yang
menjelaskan perkembangan HIV di Afrika dan negara berkembang lainnya.
Hal ini mendorong munculnya stereotype terhadap salah satu ras
menyebabkan tekanan yang besar banyak komunitas kulit hitam atau
kelompok minoritas lainnya (Katz dan Perberdey 2001).
d. Efisiensi
Efisienesi menilai apakah waktu, danam dan sumber daya yang ada
digunalan dengan baik dan mendatangkan manfaat dalm proyek. Dalam
beberapa terakhir, rasio biaya terhadap keuntungan telah meingkat secara
signifikan. Penilaian mengenai efisiensi aktivitas promosi kesehatan
menuntut digunakannya analisis efektivitas biaya (perbandingan biaya
finansial terhadao berbagai proyek yang serupa) dan analisis biaya-
manfaat(perbandingan biaya proyek dengan manfaat finansial ketika tujuan
telah dicapai) (Tones dan tilford 1994, Katz dan Perberdy 2001)
e. Keterjangkauan
Keterjangkauan menilai sejauh mana proyek dapat diakses. Penilaian
ini akhirnya akan mengarah pada identifikasi jumlah pencapaian oleh proyek.
Keterjangakauan mengevaluasi komposisi sosial yang teklah dicapai oleh
proyek. Beberapa pakar menyatakan bahwa sebaiknya promosi kesehatan
harus dititikberatkan pada keterjangkauan bukan pemerataan, dengan tidak
selalu bertujuan untuk menciptakan akses yang terjangkau tetapi juga
ditujukan untuk kelompok yang secara sosial berada di luar kelompok target
(Catford 1993, Katz dan Perberdy 2001, Rootman et al. 2001)
1. Definisi Masalah
Definisi masalah diperoleh berdasarkan data yang digunakan untuk
mengidentifikasikan isu yang akan ditangani delam proyek promosi
kesehatan. Informasi ini bersandar pada pendekatan epidemiologis dan
kebutugab untuk mendefinisikan masalah, factor yang berpengaruh
pada masalah dan cakupan perubahan.
2. Mencari Solusi
Pencarian solusi dengan menggali penelitian social dan perilaku untuk
mentransfer pengetahuan pada populasi sasaan dan cakupan
karakteristik personal, social, lingkungan, dan organisasi yang
dibutuhkan agar dapat diaptasi guna membentuk landasan proyek
(promosi kesehatan). Solusi juga membantu menjelaskan dan vensi.
Tahap 1 dan 2 akan membantu keberhasilan dan keberlangsungan
perkembangan proyek.
3. Menguji evaluasi
Tahap ini merupakan saat proses, efek, dan hasil proyek dinilai.
Evaluasi Proses
Evaluasi proses berfokus pada penilaian implementasi dan pengelolaan
kegiatan. Evaluasi ini kadang disebut evaluasi formatif atau iluminatif,
yang juga berfokus juga pada ketajaman dan respons partisipan
terhadap proyek promosi kesehatan (Katz dan Perberdy 2001). Selain
itu, evaluasi ini berupaya untuk mengidentifkasi factor yang
membahayakan proyek, dan pihak-pihak pendukungnya. Evaluasi
proses adalah mekanisme yang berguna untuk mengukur
akesptabilitas, keterjangkauan dan pemerataan proyek promosi
kesehatan. Wawancara, catatan harian, dan observasi merupakan
beberapa metode kualitatif “lemah” yang digunakan dalam evaluasi
proses untuk memperoleh detail proyek.akan tetapi, penggunaan
metode evaluasi kualitatif jarang diterapkan kaerna tidak adanya
kredibilitas “ilmiah”, seperti yang dimili oleh metode evaluasi kualitatif
“kuat”, dan sering kali dinilai tidak representative (Naidoo dan Wills
2000, Rootman et al, 2001).
Evaluasi efek
Evaluasi promosi kesehatan biasanya sangat memerhatikan efek suatu
proyek. Cara termudah yang paling dikenal untuk melakukan hal
tersebut adalah dengan menilai efek langsung kegiatan dilaksanakan
terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku, serta perubahan kesehatan
sementara penerima (Naisoo dan Wills 2000). Bidan mengumpulkan
data ini pada saat menyelesaikan kegiatan atau segera setelahnya.
Data yang dikumpulan biasanya bersfiat kuantitatif, dilengkapi dengan
kolom kritik.
Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil dapat terlihat sebagai ujian di dalam kehidupan nyata
mengenai pencapaian tujuan umum dan khusus yang ditetapkan saat
awal proyek. Evaluasi ini lebih sulit dan lebih kompleks karena
mengevaluasi ini lebih sulit dan lebih kompleks karena mengebaluasi
efek jangka panjang suatu proyek promosi kesehatan. Hal ini bidan
harus menghubungi kembali klien mereka 1 tahun setelah proyek
selesai. Akan tetapi, meskipun terdapat berbagai macam isu, evaluasi
hasil tetap menjadi pilihan. Evaluasi ini juga berupaya untuk
mengevaluasi perubahan yang mendukung pengujian selanjutnya.
Evaluasi hasil sering menggunakan data dan kelompok kontrol dalam
bentuk numerik, yang meningkatkan kredibilitasnya karena terlihat
lebih akurat dan lebih menyerupai pendekatan kuantitatif (Naidoo dan
Wilss 2000, Rootman et al. 2001)
4. Pengembangan Intervensi
Tahap in sedikit mengubah sedikit penekanan dari penilaian proses,
dampak, dan hasil serta hasil, serta memperlihatkan lebih dekat lagi
kondisi keberhasilan atau tidak atau tidak keberhasilan suatu proyek.
Tahap pengembangan interval akan menilai pencapaian proyek pada
situasi yang ideal dan mempertimbangan apakah hasil yang dicapai
dalam proyek dapat dicapai dalam lingkungan yang lebih “nyata”.
Interview relevan dengan komunitas yang menjadi sasaran proyek dan
pihak yang mempromosikan kesehatan karena tahap ini menilai
kemampuan proyek untuk dapat dicapai dalam kehiduapan sehari-hari.
Selain itu, tahap ini juga memperhitungkan elemen yang tidak terduga
dalam praktik promosi kesehatan dan mengidentifikasikan kebutuhab
dsar proyek agar dapat mencapai keberhasilan.
5. Penyebarluasan intervensi
Tahap kelima ini menekankan langkah berikutnya dalam menilai
proyek, yang telah berahsil dieavluasi, dapat disebarluaskan.
Penyebarluasan ini akan meningkatkan praktik berdasarkan fakta
dengan menginivestigasi apa yang telah dilakukan oleh proyek lain dan,
dengan pengalaman yang telah dimiliki, membantu proyek kesehatan
lainnya. Penyebarluasan intervensi memiliki beberapa keuntungan,
yaitu menerapkan gaya hidup yang lebih sehat serta dukungan apa
yang dibutuhkan untuk menunjang hal tersebut, menentukan apa
kebutuhan dasar yang harus dimiliki untuk memfasilitasi keberhasilan
proyek dan memerhatikan kebutuhan apa yang telah dipenuhi, oleh
siapa, dengan kriteria apa, dan berapa biayanya. Akan tetapi, tahap ini
jatang sekali dilakukan.
6. Penatalaksanaan Program
Pada tahap ini, tugas evaluasi benar-benar diarahakan pada
pengelolaan proyek. Evaluasi akan menjadi bagiab pemantauan
pelaksanaan proyek terkait dengan kondisi optimal untuk keberhasilan
proyek dan, tentu saja, nialinya dari segi keuangan. Kelangsungan dan
kelanjutan proyek akan terus dievaluasi.
2.5 Tantangan Evaluasi dalam Pelaksanaan Aktivitas Promosi Kesehatan
Terdapat beberapa tantangan bagi bidan saat mengevaluasi peran mereka dalam
promosi kesehatan atau proyek promosi kesehatan berbasis kebidanan atau dengan
panduan kebidanana. Naidoo dan Wills (2000) mengidentifikasikan beberapa
tantangan yang akan dihadapi oleh professional kesehatan, dalam hal ini adalah
bidan, yang terlibat dalam promosi kesehatan. Tantnagan tersebut antara lain :
DAFTAR PUSTAKA
Bowden, Jane dan Vicky Manning. 2011. Promosi Kesehatan dalam Kebidanan.
EGC:Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. PT Rineka
Cipta:Jakarta