Anda di halaman 1dari 5

KEPERAWATAN GERONTIK

DI SUSUN OLEH: KELOMPOK III

1. Ade Linda Sarunan


2. Clara Tira Arung Matana
3. Dhea Trifena Letty
4. Dominggus Gilberth Herman Jalmav
5. Graselia Marisa Latumeten
6. Jeslin Tarrua
7. Ronaldo Dalton Beda Meltin
8. Tarsila Yunita Kenjapluan
9. Terawani Rura
10. Valeriana Silitubun
11. Winda Febrianti Rampa
12. Yolanda Putri Sande Salukanan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


STELLA MARIS MAKASSAR
S1 KEPERAWATAN
2019/2020
KASUS 3

Ibu K. 82 tahun, tinggal di Panti Wreda, ibu K memiliki 8 orang anak,


sudah 4 tahun ini ibu K sulit untuk mengontrol buang air kecil, sehingga
ibu K mengurangi untuk minum karena takut mengompol. Ibu K hanya
minum 1 gelas (300 cc) dalam sehari sehingga kondisi tersebut
menyebabkan ibu K mengalami susah buang air besar sejak 2 minggu
yang lalu.

Pertanyaan:

1. Jelaskan teori penuaan yang terakit dengan kondisi klien!


2. Jelaskan perubahan akibat proses penuaan terkait kondisi klien!
3. Lengkapilah data-data yang diperlukan pada klien tersebut diatas
4. Identifikasi masalah yang muncul
5. Buatlah alternatif pemecahan masalah terkait aktivitas dan latihan
6. Diskusikan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada klien
tersebut
7. Jelaskan peran keluarga dan perawat gerontik dalam melakukan
asuhan keperawatan pada lansia

Jawaban:

1. Dalam kasus ini nampaknya teori biologis yang berperan banyak


dalam hal ini, secara spesifik teori seluler. Secara umum teori ini
menyatakan bahwa terjadi penurunan jaringan dan organ tubuh
akibat dari menurunnya kemampuan sel untuk membelah diri hal ini
diperparah oleh apoptosis sel. Akibatnya sel yang sudah hilang tak
dapat diganti lagi
2. Dalam kasus ini, nampaknya teori seluler mengakibatkan
menurunnya sel saraf yang membuat saraf otonom di daerah
vesika urnaria tidak bekerja dengan baik. Hal ini memicu
kecemasan pada klien yang membuatnya tidak ingin meminum air
secara banyak. Konsumsi air yang sedikit membuat intake cairan
yang kurang ke dalam saluran pencernaan. Akhirnya hal ini
membuat saluran intestinal sulit untuk mencerna makanan yang
kemudian menyebabkan makanan tertahan lama di dalam saluran
tersebut. Timbullah masalah konstipasi.
3. Data-data yang bisa di dapat dari klien, antara lain:
a. Klien mengeluh susah mengontrol keinginan BAK
b. Klien merasa cemas
c. Klien kurang minum air
d. Klien mengalami konstipasi
4. Masalah yang bisa muncul dari kasus diatas adalah pasien bisa
mengalami dehidrasi karena kurangnya asupan cairan, dan pasien
juga mengalami konstipasi serta kecemasan.
5. Alternatif yang bisa diterapkan untuk menangani inkontinensia urin
pada klien adalah dengan bladder training. Karena menurut hasil
penelitian Moa H M setelah diberikan intervensi latihan bladder
training para lansia yang menjalani post test dapat mengontrol
miksi lebih baik. Bila dikaitkan dengan kasus diatas maka
kecemasan kurang minum air dan konstipasi dapat teratasi.
6. Asuhan yang dapat dilakukan pada klien dalam kasus diatas
adalah dengan melakukan bladder training.
Pelaksanaan: ada 2 tingkat yaitu tingkat masih dalam kateter dan
tingkat bebas catheter.
a. Tingkat masih dalam kateter:
 Prosedur 1 jam:
1) Cuci tangan.
2) Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam
07.00 s.d. jam 19.00. Setiap kali habis diberi minum
,catheter di klem.
3) Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai jam
08.00 s.d. jam 20.00 dengan cara klem catheter dibuka.
4) Pada malam hari (setelah jam 20.00) catheter dibuka (tidak
diklem) dan klien boleh minum tanpa ketentuan seperti pada
siang hari.
5) Prosedur tersebut diulang untuk hari berikutnya sampai
program tersebut berjalan lancar dan berhasil.

 Prosedur 2 jam:
1) Cuci tangan.
2) Klien diberi minum setiap 2 jam sebanyak 200 cc dari jam
07.00 s.d. jam 19.00. Setiap kali habis diberi minum, catheter
di klem.
3) Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai jam
09.00 s.d jam 21.00 dengan cara klem catheter dibuka.
4) Pada malam hari (setelah jam 20.00) catheter dibuka (tidak
diklem) dan klien boleh minum tanpa ketentuan seperti pada
siang hari.
5) Prosedur tersebut diulang untuk hari berikutnya sampai
program tersebut berjalan lancar dan berhasil.
b. Tingkat bebas catheter prosedur ini dilaksanakan apabila
prosedur 1 sudah berjalan lancar:
1) Cuci tangan.
2) Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam
07.00 s.d. jam 19.00, lalu kandung kemih dikosongkan.
3) Kemudian catheter dilepas.
4) Atur posisi yang nyaman untuk klien, bantu klien untuk
5) konsentrasi BAK, kemudian lakukan penekanan pada area
kandung kemih dan lakukan pengosongan kandung kemih
setiap 2 jam dengan menggunakan urinal.
6) Berikan minum terakhir jam 19.00, selanjutnya klien tidak
boleh diberi minum sampai jam 07.00 pagi untuk
menghindari klien dari basahnya urine pada malam hari.
7) Beritahu klien bahwa pengosongan kandung kemih
selanjutnya dijadwalkan setiap 2 jam sekali, apabila ada
rangsangan BAK sebelum 2 jam klien diharuskan
menahannya
8) Buatlah sebuah jadwal bagi pasien untuk mencoba
mengosongkan kandung kemih dengan menggunakan urinal.
9) Alat-alat dibereskan
10)Akhiri interaksi dengan mengucapkan salam
11)Cuci tangan (Lihat SOP Cuci Tangan)
7. Peran perawat dalam keperawatan gerontik adalah mengedukasi
keluarga pasien sesuai dengan kondisi klien dalam hal ini melatih
keluarga pasien untuk melakukan bladder training pada klien. Peran
keluarga yaitu diharapkan agar senantiasa melanjutkan apa yang telah
di edukasi oleh perawat gerontik sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai