Anda di halaman 1dari 5

BAB I PENDAHULUAN

1.2 Latar belakang

Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan besar sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan.
Rakyatnya berasal dari suku Makassar yang terdapat diujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Wilayah
kerajaan ini sekarang berada dibawah Kabupaten Gowa dan daerah sekitarnya yang dalam bingkai
negarakesatuan RI dimekarkan menjadi Kota Madya Makassar dan kabupaten lainnya. Kerajaan ini
memiliki raja yang paling terkenal bergelar Sultan Hasanuddin, yang saat itu melakukan perperangan
yang dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669) terhadap Belanda yang dibantu oleh kerajaan Bone
yang berasal dari Suku Bugis dengan rajanya Arung Palaka. Tapi perang ini bukan berarti perang antar
suku Makassar- Suku Bugis, karna dipihak Gowa ada sekutu Bugisnya demikian pula dipihak Belanda-
Bone, ada sekutu Makassarnya. Politik Divide et Impera Belanda, terbuktu sangat ampuh disini. Perang
Makassar ini adalah perang terbesar Belanda yang pernah dilakukan di abad itu. Pada awalnya didaerah
Gowa terdapat 9 komunitas yang dikenal dengan nama Bate Kalapang (9 bendera), yang kemudian
menjadi pusat kerajaan Gowa: Tembolo, Lakiung, Prang-Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero
dan Kalili. Melalui berbagai cara, baik damai maupun paksaan, komunitas lainnya bergabung untuk
membentuk Kerajaan Gowa. Cerita dari pendahulu di Gowa dimulai oleh Tumanurung sebagai pendiri
Istana Gowa, tetapi tradisi Makassar lain, menyebutkan 4 orang yang mendahului datangnya
Tumanurung, 2 orang pertama adalah Batara Guru dan saudaranya. Masing-masing kerajaan tersebut
membentuk persekutuan sesuai dengan pilihan masing-masing. Salah satunya adalah Kerajaan Gowa
dan Tallo membentuk persekutuan pada tahun 1528, sehingga melahirkan suatu kerajaan yang lebih
dikenal dengan Kerajaan Makassar. Nama Makassar sebenarnya adalah ibukota dari Kerajaan Gowa dan
sekarang masih digunakan

sebagai nama ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis daerah Sulawesi Selatan memiliki
provinsi yang sangat strategis karena berada dijalur pelayaran (perdagangan) nusantara. Bahkan daerah
Makassar menjadi pusat persinggahan para pedagang baik yang berasal dari bagian Indonesia bagian
Timur maupun yang berasal dari Indonesia bagian Barat. Dengan posisi strategis tersebut, maka
Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur perdagangan nusantara
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Latar belakang berdirinya Kerajaan Gowa Tallo

Di Sulawesi Selatan pada abad ke 16 terdapat beberapa kerajaan mandiri diantaranya Gowa, Tallo,
Bone, Sopeng, Wajo, dan Sidenreng. Setiap kerajaan tersebut membentuk persekutuan sesuai dengan
pilihan masing-masing. Salah satunya adalah Kerajaan Gowa dan Tallo. Keduanya membentuk
persekutuan pada tahun 1528, sehingga melahirkan apa yang lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan
Gowa-Tallo atau Kerajaan Makassar. Raja Gowa, Daeng Manrabia menjadi raja bergelar Sultan Allaudin
dan Raja Tallo, Karaeng Mantoaya menjadi perdana menteri bergelar Sultan Abdullah kaarena pusat
pemerintahannya terdapat di Makassar, Kerajaan Gowa dan Tallo sering disebut sebagai Kerajaan
Makassar. Wilayah kerajaan ini sekarang berada dibawah Kabupaten Gowa dan sekitarnya. Karena
posisinya yang strategis diantara wilayah barat (Malaka) dan timur nusantara (Maluku), Makassar
menjadi bandar pertama untuk memasuki Indonesia Timur yang kaya rempah-rempah. Kerajaan ini
memiliki pelaut-pelaut tangguh yang memperkuat barisan pertahanan Laut Makassar Sumber asing
tertulis pertama dari catatan Tome Pires. Dalam catatannya dia melukiskan kemampuan pelayaran dan
perdagangan orang-orang

Makassar.Pires menulis : “Orang

-orang Makassar telah berdagang sampai ke Malaka, Jawa, Borneo, Negeri Siam dan juga semua tempat
yang terdapat antara

Pahang dan Siam. “(Swang: 2005,72)”

Kesultanan ini disebut-sebut kaya akan beras, bahan-bahan makanan lainnya, daging, dan kapur barus
hitam. Mereka memasok barang dagangan dari

luar, antara lain jenis pakaian dari cambay, bengal, dan keling. Dan penemuan banyak jenis keramik dari
asal Dinasti Sung dan Ming di daerah Sulawesi Selatan juga membuktikan kerajaan ini telah menjalin
hubungan dagang dengan Cina

2.2 Perkembangan Kerajaan Gowa Tallo

Pada awalnya kerajaan gowa Tallo yang lebih dikenal sebagai Kerajaan Makassar terdiri dari beberapa
kerajaan yang bercorak Hindu, antara lain, Gowa, Tallo, Wajo, Bone, Soppeng, dan Luwu. Dengan
adanya dakwah dari Dato'ri Bandang dan Dato' Sulaiman, Sultan Alauddin (Raja Gowa) masuk Islam.
Setelah raja memeluk Islam, rakyat pun segera ikut memeluk Islam. Kerajaan Gowa dan Tallo kemudian
menjadi satu dan lebih dikenal dengan nama Kerajaan Makassar dengan pemerintahannya yang terkenal
adalah Sultan Hasanuddin (1653

1669). Ia berhasil memperluas pengaruh Kerajaan Makassar sampai ke Matos, Bulukamba, Mondar,
Sulawesi Utara, Luwu, Butan, Selayar, Sumbawa, dan Lombok. Hasanuddin juga berhasil
mengembangkan pelabuhannya dan menjadi bandar transito di Indonesia bagian timur pada waktu itu.
Hasanuddin mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur. Karena keberaniannya dan semangat
perjuangannya, Makassar menjadi kerajaan besar dan berpengaruh terhadap kerajaan di sekitarnya.

2.3 Kondisi Sosial Politik Kerajaan Gowa Tallo

Pada awal abad ke 16, datanglah Dato’ ri Bandang, Ulama Islam dari

Sumatera Barat. Ia menyebarkan ajaran Islam di makassar. Raja Makassar, Daeng Manrabia memeluk
agama Islam, dan namanya diubah menjadi Sultan Alauddin. Dibawah pemerintahannya ( Pemerintah
1591-1638) Kesultanan Makassar berkembang menjadi Negara Maritim yang kuat. Pada masa ini pula
orang mulai mengenal jenis perahu layar Lambo dan Pinisi Kerajaan mencapai puncaknya pada masa
Sultan Muhammad Said (1639-1653) dan Sultan Hasanuddin (1653-1669). Kedua Sultan ini membawa
Makassar sebagai daerah dagang yang maju. Wilayah kekuasaannya meluas sampai ke Fores dan Pulau
Solor di Nusa Tenggara. Secara khusus dibawah Hasanuddin, kerajaan-kerajaan kecil di sekitar Makassar
seperti Kerajaan Wajo, Bone, Luwu, dan Sopeng berhasil dikuasai

2.4 Kerajaan Gowa Tallo dari segi Ekonomi dan Sosial Budaya

Kerajaan ini memperoleh kemajun ekonomi yang amat pesat, terutama dibidang perdagangan.
Kemajuan di bidang perdagangan ini disebabkan antara lain

Banyak pedagang hijrah ke Makassar setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511.Orang-
orang Makassar dan Bugis terkenal sebagai pelaut ulung yang dapat mengamankan wilayah
lautnya.Tersedia banyak rempah-rempah (dari Maluku). Makassar berkembang sebagai pelabuhan
internasional. Banyak oedagang asing seperti Portugis, Inggris, Denmark datang berdagang di Makassar
dengan tipe perahunya seperti pinisi dan lombo, pedagang-pedagang Makassar memegang

peran penting dalam perdagangan di Nusantara, meski akhirnya untuk itu harus terlibt perang dengan
VOC. Sementara itu, untuk menjamin dan mengatur perdagangan dan pelayaran di wilayahnya,
Makassar mengeluarkan UU dan hukum perdagangan yang disebut Ade Allopiloping Bacanna Pabalue,
yang dimuat dalam buku Lontana Amanna Coppa. Meski memiliki kebebasan dalam mencapai
kesejahteraan hidup, dalam kehidupan sosial sehari-hari mereka sangat terikat dengan norma adat yang
mereka anggap sakral. Norma kehidupan sosial Makassar diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang
disebut Pangadakkang. Selain norma tersebut, masyarakat Makassar juga mengenal pelpisan sosial;
lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan keluarganya disebut “Anakarung/Karaeng”,
sedangkan rakyat kebanyakan disebut “to maradeka”, dan masyarakat lapisan bawah yaitu parahamba-
sahaya disebut golongan “ata”. Mengingat statusnya sebagai negara maritim, sebagian besar
kebudayaannya bercorak maritim. Hasil kebudayaannya yang terkenal adalahperahu pinisi. Perahu-
perahu ini berlayar tidak saja berlayar di perairan Indonesia, tapi juga sampai ke mancanegara.

2.5 Hubungan antara VOC dengan Kerajaan Gowa Tallo

Perang Makassar (1666-1669)

Pada masa pemerintahan Hasanuddin, Kesultanan Gowa Tallo terlibat perang besar dengan VOC, yang
terkenal dengan nama Perang Makassar Perang ini termasuk perang terbesar yang dialami oleh VOC
abad ke abad ke-17. Perang tersebut dilatar belakangi cita-cita Hassanudin menjadikan Makassar pusat
kegiatan perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini mengancam aktivitas ekonomi Belanda.
Pertama bagi Belanda kehadiran kesultanan, Gowa Tallo saja mengancam lalu lintas perdagangan
mereka dari Maluku ke Batavia. Kedua

2.6 Runtuhnya Kerajaan Gowa Tallo

Daerah kekuasaan Makassar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia timur dapat dikuasainya.
Sultan Hasanuddin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Oleh karena itu ia
menentang kehadiran dan monopoli yang dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon. Untuk
itu hungan antara Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia Timur) dan Ambon terhalangi oleh adanya
Kerajaan Makassar. Dengan kondisi tersebut maka timbul pertentangan antara sultan Hasanuddin
dengan VOC. Bahkan menyebabkan terjadinya perperangan, perperangan tersebut terjadi didaerah
Maluku. Dalam perperangan melawan VOC, Sultan Hasanuddin memimpin sendiri pasukannya untuk
memporak-porandakan pasuka Belanda di maluku. Akibatnya kedudukan Belanda semakin terdesak.
Atas keberanian Sultan Hasanuddin tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai Ayam
Jantan dari Timur. Upaya Belanda untuk mengakhiri perperangan dengan Makassar yaitu dengan
melakukan politik adu domba antara Makassar dengan Kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makassar).
Raja Bone yaitu Aru Palaka yang merasa dijajah oleh Makassar meminta bantuan kepada VOC untuk
melepaskan diri dari kekuasaan Makassar. Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan VOC untuk
menghancurkan Makassar. Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota
Kerajaan Makassar. Dan secara terpaksa Kerajaan Makassar harus mengakui kekalahannya dan
menandatangani perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya tentu sangat merugikan Kerajaan Makassar.
Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makassar terhadap Belanda tetap berlangsung.
Bahkan pengganti dari Sultan Hasanuddin yaitu Mapasomba (Putera Hasanuddin) meneruskan
perlawanan melawan Belanda. Untuk mengahadapi perlawanan Rakyat Makassar, Belanda
mengerahkan pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya Belanda dapat menguasai sepenuhnya
Kerajaan Makassar, dan Makassar atau Kerajaan Gowa Tallo mengalami kehancuran
Kesimpulan

Kesultanan Gowa atau kadang ditulis goa adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang
terdapat di daerah Sulawesi selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari suku makassar yang berdiam
diujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Sejak Gowa Tallo sebagai pusat perdagangan laut, kerajaan
ini menjalin hubungan dengan ternate yang sudah menerima islam dari gresik. Raja ternate yakni
baabullah mengajak Raja Gowa Tallo untuk masuk islam, tapi gagal. Baru pada masa raja datu ri
bandang datang kekerajaan gowa tallo, agama islam mulai masuk ke kerajaan ini. Setaun kemudian
hampir seluruh penduduk gowa tallo memeluk islam. Mubaligh yang berjasa menyebarkan islam adalah
Abdul kodir khotib tunggal yang berasal dari Minangkabau. Makassar mencapai puncak kebesarannya
pada masa pemerintahan sultan hasanuddin(1653-1669). Daerah kekuasaan makassar luas seluruh jalur
perdagangan di Indonesia timur dapat dikuasainya. Sultan hasanuddin terkenal sebagai raja yang sangat
anti kepada dominasi asing. Dalam peperangan melawan voc, sultan hasanuddin memimpin sendiri
pasukannya untuk memporak-porandakan pasukan belanda di maluku. Akibatnya kedudukan belanda
semakin terdesak. Atas keberanian sultan hasanuddin tersebut maka belanda memberikan julukan
padanya sebagai ayam jantan dari timur. Demikian gowa telah mengalami pasang surut dalam
perkembangan sejak raja gowa pertama, Tumanurung (abad 13) hingga mencapai puncak keemasannya
pada abad 18 kemudian sampai mengalami transisi setelah bertaun taun berjuang menghadapi
penjajahan. Dalam pada itu, sistem pemerintahan pun mengalami transisi dimasa raja gowa xxxvi andi
itjo karaeng lalolang, setelah menjadi bagian

republik Indonesia yang bersatu, berubah bentuk dari kerajaan menjadi daerah tingkat II otonom.
Sehingga dengan perubahan tersebut, andi itjo pun tercatat dalam sejarah sebagai raja gowa terakhir
dan sekaligus bupati gowa pertama

Anda mungkin juga menyukai