Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS KESULITAN SISWA SD DALAM PEMECAHAN

MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI KPK DAN FPB

Neni Srimarlina

Program Studi Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan

nenisrimarlina2@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk
mendeskripsikan antara lain, (1) Kesulitan-kesulitan apa saja yang dihadapi siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika, (2) faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kesulitan siswa
dalam menyelesaikan masalah matematika, dan (3) upaya apa yang dapat dilakukan dalam
memininalkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan masalah matematika.
Subjek penelitian ini adalah siswa siswa kelas IV MIS Insan Ikhlas Islamic School Medan.
pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, tes, serta wawancara. Validitas data dilakukan
dengan triangulasi data yaitu dengan membandingkan data hasil observasi, hasil tes dan data hasil
wawancara. Teknik analisis data menggunakan analisis data kualitatif yang meliputi tahap reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Sebagian besar siswa kesulitan dalam membahasakan
soal cerita ke dalam bahasa matematika sehingga dapat dioperasikan dan ditentukan solusi
penyelesaiannya. Faktor yang menyebabkan kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah
matematika tesebut. Antara lain adalah kemampuan dasar mereka, disusul dengan tingkat konsentrasi,
kemudian latar belakang keluarga, kenyamanan ruang belajar serta penyajian materi oleh guru.

Kata Kunci : Analisis kesulitan, kelas IV SD, masalah Matematiaka, Bentuk KPK dan FPB

Pendahuluan

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan yang sangat penting
dalam pendidikan. Pelajaran matematika dalam pelaksanaan pendidikan diberikan kepada semua
jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Sementara itu, mata pelajaran
matematika sering dipandang sebagai mata pelajaran yang sulit dan menakutkan bagi siswa sehingga
menyebabkan tujuan pembelajaran belum tercapai. Matematika memerlukan pemahaman yang runtut
dan berkesinambungan, ini berarti bahwa penyelesaian matematika mengharuskan siswa untuk
memahami konsep-konsep sebelumnya yang sudah dipelajari.

Menurut Jamal (2014:19) matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan
disetiap jenjang sekolah, baik tingkah Sekolah Dasar, menengah maupun perguruan tinggi.
Matematika juga dapat digunakan untuk menganalisa dan menyederhanakan sebagai problem.
Walaupun demikian perlu juga disadari bahwa matematika merupakan pelajaran yang sukar dan
kurang disenangi oleh siswa. Oleh karena itu, guru harus membantu kesulitan yang dihadapi siswa
tersebut.

Matematika yang bersifat abstrak menyebabkan kesulitan tersendiri yang harus dihadapi oleh
siswa untuk mempelajarinya dan guru untuk mengajarkannya kepada siswa. Siswa menganggap
matematika sukar dipahami dan menjadi momok yang menakutkan. Ketakutan siswa terhadap
matematika membuat siswa menjadi tidak memahami konsep-konsep yang terdapat pada matematika.
Pemahaman konsepkonsep yang terdapat dalam matematika sangat diperlukan untuk memahami
matematika. Konsep-konsep dasar pada matematika harus benar-benar dikuasai sejak awal, sebelum
mempelajari matematika lebih lanjut. Dengan memahami konsep terlebih dahulu, siswa akan lebih
mudah menerima materi selanjutnya.

Menurut Ruhyana ( 2016) Tidak dipungkiri matematika menjadi salah satu mata pelajaran
dengan tingkat kesulitan belajar paling banyak yang dialami siswa. Oleh karena itu diperlukan
penelurusan lebih dalam terhadap apa saja hambatan belajar yang dialami siswa sehingga siswa
mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal matematika terutama soal pemcehan masalah.

Pemahaman konsep matematika sangat penting untuk siswa, karena konsep matematika yang
satu dengan yang lain berkaitan sehingga untuk mempelajarinya harus runtut dan berkesinambungan.
Jika siswa telah memahami konsep-konsep matematika maka akan memudahkan siswa dalam
mempelajari konsep-konsep matematika berikutnya yang lebih kompleks. Pentingnya pemahaman
konsep dalam proses belajar mengajar sangat mempengaruhi sikap, keputusan, dan cara-cara
memecahkan masalah (Trianto, 2014:7).

The National Council of Teacher of Mathematics dalam Lahinda. Y dan Jailani (2015)
menyatakan pentingnya pemecahan masalah pada kurikulum matematika dalam pendapat berikut:
problem-solving should be the central focus of mathematics curriculum. As such, it is a primary goal
of all mathematicsinstruction and an integral part of all mathematical activity. Problem solving is not
a distinct topic, but a process that should permeate theentire program and provide the context in
which cincepts and skills can be learned. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa pemecahan masalah
seharusnya menjadi faktor sentral dari kurikulum matematika. Dengan demikian pemecahan masalah
menjadi tujuan utama dari semua pembelajaran matematika dan merupakan bagian tak terpisahkan
dari semua topik yang berbeda, tetapi sebuah proses yang harus diserap pada semua program dan
menyediakan konteks dimana konsep, prinsip, dan keterampilan dipelajari. Ini menunjukkan
pemecahan masalah merupakan hal yang penting dalam pembelajaran matematika.

Polya (1985) mengartikan pemecahan masalah sebagai suatu usaha mencari jalan keluar dari
suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu segera dapat di capai. Menurut Polya
(1985) dalam bukunya yang berjudul how to solve it, untuk menemukan solusi dari sebuah masalah,
maka diperlukan strategi. Strategi itu disebut strategi heuristik. Heuristik adalah suatu langkah -
langkah umum yang memandu pemecah masalah dalam menemukan solusi masalah. Langkah
tersebut erbagi menjadi 4 tahapan yaitu memahami masalah, perencanaan penyelesaian masalah,
elaksanakan perencanaan penyelesaian, dan melihat kembali.

Menurut observasi yang dilakukan penulis banyak hal yang mempengaruhi siswa untuk mampu
menyelesaikan permasalahan matematika. Dimulai dari minat mereka terhadap matematika, latar
belakang keluarga yang menyebabkan tidak adanya motivasi dalam belajar, tingkat kemampuan siswa
dalam memahami konsep matematika, ketertarikan mereka dalam pelajaran matematika, sampai
dengan penyajian yang guru bawakan dalam penyampaian materi matematika dan lain sebagainya.

Adapun faktanya kali ini Kemampuan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran
matematika rendah dan perlu ditingkatkan, berdasarkan hasil penelitian Eviyanti & Surya (2016),
"kemampuan pemecahan masalah matematika siswa rendah berdasarkan analisis siswa hasil tes pada
materi peluang ".

Dari hal-hal umum tersebut menimbulkan beberapa hal khusus yang lebih spesifik yang
mempengaruhi kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah matematika yang disajikan
kepadanya. Dari hasil observasi yang dilakukan penulis terdapat beberapa kenyataan bahwa 60%
siswa sekolah tingkat dasar tidak mampu menyelesaikan permaslahan matematika, dan alasan yang
pada umunya mereka utarakan adalah tidak menyukai matematika, matematika pelajaran yang
menyulitkan, dan lain sebaginya.

Widodo. B. A, Sukasno, dan Luthfiana. M (2017) Kesulitan belajar siswa akan berdampak
terhadap prestasi belajar siswa karena untuk memperoleh prestasi yang baik dapat diperoleh dari
perlakuan belajar di sekolah maupun diluar sekolah dan atas ketentuan serta usaha siswa dalam
belajar.

Menurut Brousseau dalam Ruhyana (2016) bahwa pada praktiknya, siswa secara alamiah
megalami situasi yang disebut hambatan belajar atau yang dikenal dengan Learning Obstacle. Hal ini
disebabkan oleh tiga faktor, yaitu hambatan ontologi ( kesiapan mental belajar ), hambatan didaktis
( Pengajaran guru atau bahan ajar), dan epistimologi ( pengetahuan siswa yang memiliki konsep
aplikasi yang terbatas ).

Setelah penulis melakukan observasi secara langsung dengan melakukan wawancara terhadap
siswa yang diberikan masalah matematika, ternyata banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi
ketidakmampuan mereka untuk menyelesaikan permasalahan matematika tersebut. Baik faktor
internal yang ada pada diri mereka sendiri, maupun faktor eksternal, baik cara penyajian guru hingga
dengan lingkungan tempat tinggal dan stara sosial dalam pergaulan mereka.

Dengan kata lain begitu banyak permasalah yang menyebabkan ketidakmampuan siswa untuk
menyelesaikan permasalahan matematika. Oleh sebab itu, penulis bermaksud untuk meneliti apa-apa
saja yang menjadi faktor yang dominan dalam mempengaruhi kemmapuan siswa untuk
menyelesaikan permasalahan matematika. Faktor tersebut adalah faktor yang paling berpengaruh
besar terhadap kemampuan siswa dari sangatnya faktor yang mempengaruhi itu semua.

Menurut penulis ini adalah sebuah masalah mendasar yang menyebabkan siswa mulai tidak
menyukai matematika dan pada akhirnya siswa mulai tidak mampu menyelesaikan permasalahan
matematika itu sendiri. Terlebih hal yang penulis observasi adalah siswa yang masih duduk di tingkat
sekolah dasar. Hal ini yang menyebabkan terdapat spekulasi akan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan permasalahan matematika untuk tingkat yang lebih tinggi lagi.

Selain itu juga, penulis bermaksud meminimalkan dampak negatid dari adanya faktor tersebut,
sehingga walaupun faktor tersebut tidak dapat dihilangkan secara keseluruhan, namun faktor tersebut
dapat di minimalkan dampaknya, atau dapat diantisifasi dampaknya terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa. Dengan kata lain penulis ingin meneliti langkah-langkah apa saja yang
dapat dilakukan dalam proses belajar mengajar matematika dengan tetap dapat membuat siswa
mampu menyelesaikan permasalahan matematika dengan berbagai faktor yang telah dapat
diminimalkan pengaruhnya.

Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini mempunyai tujuaan untuk
mendeskripsikan kesulitan-kesulitan apa saja yang dihadapai siswa SD dalam menyelesaikan maslah
matematika dan bagaimana cara meminimalkan faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan tersebut.
Penelitian ini dilakukan di MIS Insan Ikhlas Islamic School Medan tahun pemebelajaran 2017-2018.

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini, penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan
menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang
secara individual maupun kelompok. Dalam penelitian ini, tidak ada hipotesis dan data yang
dihasilkan adalah data deskriptif yang berupa kata – kata tertulis atau lisan. Penelitian ini mengkaji
bentuk karakteristik, aktivitas, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaannya dengan fenomena
lain. Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan tetapi menggambarkan kondisi yang berjalan
sebagaimana adanya. ( Rahmawati. A : 2017)
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan ada tiga macam yaitu metode observasi untuk
melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi
pada keadaan yang sebenarnya, metode tes yang berbentuk soal uraian untuk mengetahui kesalahan-
kesalahan yang dilakukan siswa pada penyelesaian soal, dan metode wawancara untuk memperoleh
informasi tentang proses pembelajaran. Salah satu cara untuk memperoleh keabsahan data pada
penelitian kualitatif adalah dengan triangulasi. Triangulasi merupakan teknik untuk memeriksa
keabsahan data dengan cara memanfatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Rahmawati. A : 2017). Teknik triangulasi
yang digunakan pada penelitian ini adalah triangulasi metode. Triangulasi metode pada penelitian ini
dilakukan dengan membandingkan data yang dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi,
tes, dan wawancara terhadap subjek penelitian.

Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan secara garis besar dapat dikatakan bahwa siswa
siswa MIS Insan Ihlas Islamic School masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah
matematika terutama pada materi KPK dan FPB dalam bentuk soal cerita. Hal ini dapat terlihat dari
hasil pekerjaan para siswa siswi sebagai berikut ini.

Dari contoh hasil kerja siswa yang ditampilkan di atas dapat diasumsikan bahwa dalam
menyelesaiakn masalah matematika siswa masih banyak mengalami kenddala dan kesulitan. Terlihat
dari hasil pengerjaan mereka yang kurang sempurna. Ini merupakan salah satu contoh hasil
pengerjaan siswa. Dalam keseluruhan hasil pekerjaan siswa siswa pada materi KPK dan FPB dapat
disajikan sebagai berikut:

Tabel Hasil Belajar Siswa pada Materi KPK dan FPB

No Nama Siswa Skor Perolehan


1 Abdullah Faiz Ramadahan 25
2 Aulia Erlangga Nst 40
3 Aura Buana Prameswari 20
4 Azka Zahra 20
5 Fardhan Haridzah Yusuf 25
6 Feyza Kulla Azmina 40
7 Gustav Aliandra 20
8 Habib Nugroho Wibowo 25
9 Muhammad Arbi 40
10 Muhammad Amru 25
11 Humairrah Salsabilla Sinulingga 55
12 Humaizza 25
13 Nefertiti Quenn Bangun 60
14 Nayla Azhara 20
15 Ririn Arianti 40
16 Siti Zahra 40
17 Suci Ikhda Fitri 25
18 Vierza 25
19 Yhosi Guntoro 90
20 Zahri Dwi Andika 25

Berdasarkan hasil penelitian dapat dinyakan tingkat kesulitan siswa dalam memecahkan
masalah matematika dapat disajikan dalam diagram seperti dibawah ini.

Diagram Penyelesaian Masalah Matematika


Siswa
Kurang Cukup Baik Baik Sekali

10% 5%

25%
60%
hal ini mengasumsikan bahwa hanya 5% siswa siswi yang mampu menyelesaikan
permasalahan matematika pada materi KPK dan FPB dengan baik sekali, dan hanya 10% siswa siswi
yang mampu menyelesaikan permaslahan matematika dengan baik. Hal ini mengasumsikan bahwa
sangat sedikit siswa yang mmapu menyelesaikan permasalahan matematika dengan baik.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis diperoleh beberapa faktor yang
menyebabkan kesulitan siswa dalam memecahkan masalah matematika pada materi KPK dan FPB.
Wawancara yang dilakukan oleh penulis terhadap sampel penelitian ini antara lain sebagai berikut.
Penulis : “Assalamu’alaikum anak-anak ibu !”
Siswa : “ wa’alaikum salam ibu !”
Penulis : “ Bagaimana soal yang ibu berikan ?, mudah bukan!”
Siswa : “ Mudah bu !, Susah bu!, enggak paham bu!, bingung bedaainnya bu !, lupa bu sama

pelajaran itu!, enggak sempat belajar dirumah tadi malam ibu!” ( riuh suara siswa
menjawab dengan jawabannya masing)

Berdasarkan hasil wawancara keseluruhan terhadap sampel yang dilakukan secara intensif
terhadapa setiap anak, maka penulis dapat mengkategorikan kesulitan anak dalam menyelesaikan
masalah matematika pada materi KPK dan FPB antara lain disajikan dalam diagram sebagai berikut:

Faktor Kesulitan Siswa Memecahkan Masalah


Matematika
10% Kemampuan Dasar
15% 35%
Tingkat Konsentrasi
Penyajian Guru
Latar Belakang Keluarga
Kenyamanan Kelas
10%

30%

Berdasarkan diagram di atas dapat dikatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kesulitan siswa
dalam menyelesaikan masalah matematika antara lain didominasi oleh kemampuan dasar mereka,
disusul dengan tingkat konsentrasi, kemudian latar belakang keluarga, kenyamanan ruang belajar serta
penyajian materi oleh guru.
Dengan demikian dapat ditakan bahwa siswa siswi MIS Insan Ikhlas Islamic School Medan
masih memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dalam memahami dan meyelesaikan masalah
matematika pada materi KPK dan FPB. Hasil penelitian menunjukkan sekitar 60% siswa yang benar-
benar kurang sekali dalam kemampuannya menyelesaikan masalah matematika.hal ini
mengasumsikan bahwa masih tinggi tingkat kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah
matematika terutama pada materi KPK dan FPB. Kesulitan yang mereka alami adalah kesulitan dalam
menentukan solusi dari permasalahan yang disajikan. Sebagian besar siswa kesulitan dalam
membahasakan soal cerita ke dalam bahasa matematika sehingga dapat dioperasikan dan ditentukan
solusi penyelesaiannya. Selain itu pada materi KPK dan FPB ini siswa kesulitan untuk membedakan
antara KPK atau FPB dari masalah yang disajikan. Mereka kesulitan untuk menentukan pada saat
masalah yang disajikan dalam bentuk soal cerita siswa merasa kesulitan untuk menetukan cara
penyelesaiannya antara KPK atau FPB karena permasalahan matematika yang ditampilkan pada matei
KPK dan FPB tidak pernah menjelaskan bahwa dalam penyelesaiannya KPK atau FPB kah yang
digunakan, siswa lah yang harus mmapu mengidentifikasinya sendii.

Tidak hanya itu pada materi KPK dan FPB ini siswa juga mengalami kesulitan saat menentukan
penyelesaian akhir setelah diperolehnya hasil KPK atau FPB. Sebagian siswa hanya berhenti sampai
disini, dimana hanya samapai pada ditemukannya hasil dari KPK atau FPB. Sementara penyelesaian
yang diharapkan tidak hanya behenti sampai disitu, karena penyelesaian akhinya adalah menentukan
waktu untuk KPK dan Menentukan unit yang dibutuhkan untuk FPB.

Hal ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ruhyana ( 2016) Kesulitan yang
menjadi penyebab atau sumber terjadinya kesalahan siswa dalam mengerjakan soal - soal matematika
adalah kesulitan dalam memahami dan menggunakan lambang, menggunakan proses yang tepat,
menggunakan bahasa, menguasai fakta dan konsep prasyarat, menerapkan aturan yang relevan,
mengerjakan soal tidak teliti, memahami konsep, perhitungan atau komputasi, mengingat, memahami
maksud soal, mengambil keputusan,memahami gambar, dan mengaitkan konsep dan mengaitkan
fakta. Aspek kognitif sebagai acuannya, kesalahan yang paling banyak dilakukan siswa adalah pada
C4 yaitu menampilkan pemahaman tentang gagasan – gagasan serta konsep - konsep matematika.

Berdasarkan tingkatan usia anak-anak pada sekolah dasar menurut teori perkembangan kognitif
anak oleh Piaget, dapat dinyatakan bahwa Tahap operasional konkret (umur 7 atau 8-11 atau 12
tahun)  Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan
yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan.  Anak telah memiliki kecakapan
berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret.  Operation adalah suatu
tipe tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang ada di dalam dirinya.  Karenanya
kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi ke dalam dirinya sehingga tindakannya lebih
efektif.  Anak sudah tidak perlu coba-coba dan membuat kesalahan, karena anak sudah dapat berpikir
dengan menggunakan model "kemungkinan" dalam melakukan kegiatan tertentu.  Ia dapat
menggunakan hasil yang telah dicapai sebelumnya.  Anak mampu menangani sistem klasifikasi.

Sungguhpun anak telah dapat melakukan pengklasifikasian, pengelompokan dan pengaturan


masalah (ordering problems) ia tidak sepenuhnya menyadari adanya prinsip-prinsip yang terkandung
di dalamnya.  Namun taraf berpikirnya sudah dapat dikatakan maju.  Anak sudah tidak memusatkan
diri pada karakteristik perseptual pasif.  Untuk menghindari keterbatasan berpikir anak perlu diberi
gambaran konkret, sehingga ia mampu menelaah persoalan.  Sungguhpun demikian anak usia 7-12
tahun masih memiliki masalah mengenai berpikir abstrak.

Hasil penelitian juga menunjukkan beberapa faktor yang menyebabkan kesulitan siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika tesebut. Antara lain adalah kemampuan dasar mereka, disusul
dengan tingkat konsentrasi, kemudian latar belakang keluarga, kenyamanan ruang belajar serta
penyajian materi oleh guru. Dalam hal ini bterlihat bahwa jelas kemampuan dasar anak masih
mendominasi tingkat kesulitan dalam memecahkan masalah matematika. Namun hal ini tidak jauh
berbeda dengan tingkat konsentrasi siswa dalam poses belajar mengajar berlangsung. Tingkat
konsentrasi siswa berpengauh besar dalam penentuan pemahamannya terhadap materi yang diajarkan
dan kemmapuan mereka untuk menyelessaikan maslah matematika yang disajikan yang berhubungan
dengan materi yang sedang diajarkan. Kemudian faktor lain yang mempengaruhi kemampuan siswa
dalam menyelesaikan masalah matematika antara lain adalah latar belakang keluarga. Dalam hal ini
hal yang diuraikan adalah mengenai tingkat sosial ekonomi keluarga dari siswa. Seta peranan
keluarga yaitu orang tua dalam mendidik dan ikut serta ddalam memantau pekembangan siswa dalam
pendidikan dan juga dalam sosial emosianalnya. Keluarga merupakan aspek yang penting dalam
perkembangan siswa. Kemudian disusul dengan tingkat kenyamanan ruang belajar serta dengan cara
guru dalam menyampaikan materi yang sedang diajarkan.

Menurut Pawesti. U, Soeyono dan Kurniawati. I ( 2013) Faktor - faktor kesulitan belajar siswa
antara lain: (1) faktor anak didik meliputi: (a) IQ yang kurang baik, (b) aktifitas belajar yang kurang,
(c) tidak ada motivasi dalam belajar. (2) faktor sekolah meliputi: (a) guru yang tidak berkualitas, (b)
suasana sekolah yang kurang menyenangkan, (c Perpustakaan belum lengkap. (3) faktor keluarga
meliputi: (a) orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan anaknya, (b) suasana rumah
yang ramai atau gaduh tidak mungkin membuat anak akan dapat belajar dengan baik.

Menurut Purba. E.N, Surya. E, Syahputra. E ( 2017 ) Berdasarkan hasil jawaban dan Wawancara
dengan siswa kelas VI SD Swasta Nurul Hasanah, dapat disimpulkan bahwa :
a. Siswa lupa akan cara mengerjakan soal, karena jarang di ulang oleh siswa
b. Siswa dari awal memang tidak tahu cara mengerjakan soal tentang FPB
c. Siswa kesulitan dalam mengerjakan soal FPB karena siswa tidak dapat melakukan operasi perkalian
dan pembagian.

Kesimpulan dan Saran

Kesulitan yang siswa siswi MIS Insan Ikhlas Islamic School Medan alami adalah kesulitan
dalam menentukan solusi dari permasalahan yang disajikan. Sebagian besar siswa kesulitan dalam
membahasakan soal cerita ke dalam bahasa matematika sehingga dapat dioperasikan dan ditentukan
solusi penyelesaiannya. Selain itu pada materi KPK dan FPB ini siswa kesulitan untuk membedakan
antara KPK atau FPB dari masalah yang disajikan. Mereka kesulitan untuk menentukan pada saat
masalah yang disajikan dalam bentuk soal cerita siswa merasa kesulitan untuk menetukan cara
penyelesaiannya antara KPK atau FPB karena permasalahan matematika yang ditampilkan pada matei
KPK dan FPB tidak pernah menjelaskan bahwa dalam penyelesaiannya KPK atau FPB kah yang
digunakan, siswa lah yang harus mmapu mengidentifikasinya sendii. Selain itu siswa juga mengalami
kesulitan saat menentukan penyelesaian akhir setelah diperolehnya hasil KPK atau FPB. Sebagian
siswa hanya berhenti sampai disini, dimana hanya samapai pada ditemukannya hasil dari KPK atau
FPB. Sementara penyelesaian yang diharapkan tidak hanya behenti sampai disitu, karena penyelesaian
akhinya adalah menentukan waktu untuk KPK dan Menentukan unit yang dibutuhkan untuk FPB.

Faktor yang menyebabkan kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika tesebut.
Antara lain adalah kemampuan dasar mereka, disusul dengan tingkat konsentrasi, kemudian latar
belakang keluarga, kenyamanan ruang belajar serta penyajian materi oleh guru. Dalam hal ini bterlihat
bahwa jelas kemampuan dasar anak masih mendominasi tingkat kesulitan dalam memecahkan
masalah matematika. Namun hal ini tidak jauh berbeda dengan tingkat konsentrasi siswa dalam poses
belajar mengajar berlangsung. Tingkat konsentrasi siswa berpengauh besar dalam penentuan
pemahamannya terhadap materi yang diajarkan dan kemampuan mereka untuk menyelessaikan
masalah matematika yang disajikan yang berhubungan dengan materi yang sedang diajarkan.
Kemudian faktor lain yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah
matematika antara lain adalah latar belakang keluarga. Dalam hal ini hal yang diuraikan adalah
mengenai tingkat sosial ekonomi keluarga dari siswa. Serta peranan keluarga yaitu orang tua dalam
mendidik dan ikut serta ddalam memantau pekembangan siswa dalam pendidikan dan juga dalam
sosial emosianalnya. Keluarga merupakan aspek yang penting dalam perkembangan siswa.
Kemudian disusul dengan tingkat kenyamanan ruang belajar serta dengan cara guru dalam
menyampaikan materi yang sedang diajarkan.
Adapun saran yang dapat disampaikan oleh penulis antara lain, dibutuhkan kerjasama yang
baik antara guru dan orang tua di rumah. Orang tua terus mengikuti perkembangan anaknya dengan
seiring memberikan arahan dan penekanan yang baik terhadap materi pelajaran yang sedang
dijalankan oleh anaknya. Sedangkan guru harus terus mengembangkan teknik-teknik mengajar yang
lebih efektif untuk mempermudah siswa menerima materi pelajaran yang sedang diajarkan. Tidak
hanya itu, pihak sekolah juga memiliki peranan yang tidak kalah penting dalam penyediaan fasilitas
dan ruangan yang nyaman sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan kesulitan
siswa saat belajar dapat diminimalisir.

Daftar Pustaka
Ally, N,P. Edy,S . Edi, S (2017) Analisis Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa Melalui Pemecahan
Masalah pada Materi FPB dan KPK. Medan.
Ana, R ( 2017 ) Analisis Kesalahan Mahasiswa Pendidikan Matematika dalam Menyelesaikan Soal
Pertidaksamaan pada Mata Kuliah Kalkulus I. Jombang: Al – Jabar: Jurnal Pendidikan
Matematika, Vol. 8, No. 1
Bayu, A , W. Sukasno. Maria, L ( 2017 ) Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal-soal
pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di SMP Negeri 5 Lubuklinggau
Tahun Pelajaran 2017/2018. Lubuklinggau.
Eviyanti, Cut Y. & Surya, Edy. “Analysis Mathematical Problem Solving Skills Class Ix Smpn 6
Langsa”. UPI: Jurnal Saung Guru. Vol. VIII No. 3 April. ISSN:2086-7484. 2016.
Lahinda, Y dan Jailani (2015) Analisis Proses Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekolah
Menengah Pertama. Yogyakarta: Jurnal Riset Pendidikan Matematika. Volume 2. No 1
Polya, G (1985 ) How to Solve It: A New Aspect of Mathematical Method. Princeton University Press.
Ruhyana (2016) Analisis Kesulitan Siswa dalam Pemecahan Masalah Matematika. Sumedang: Jurnal
Computech dan Bisnis, Vol. 10, No. 2.
Ungky, P. Soeyono . dan Kurniawati, I (2013) Analisis Kesulitan Pembelajaran Matematika dengan
Pengantar Bahasa Inggris pada Materi Pokok Bentuk Logaritma Kelas X Imersi SMA
Negeri Karang Pandan Karang Anyar 2012/2013. Surakarta: Jurnal Pendidikan
Matematika. Vol 1. No. 1

Anda mungkin juga menyukai