Anda di halaman 1dari 13

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS TASIKMALAYA
PROGRAM STUDI S1 PGSD

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL 2019/2020


(TAKE HOME)

MATA KULIAH : KEBIJAKAN DAN INOVASI PENDIDIKAN


KODE : IP 302
PROGRAM : S-1 PGSD
HARI/TANGGAL : 22-29 OKTOBER 2019
DOSEN : DINDIN ABDUL MUIZ LIDINILLAH, S.Si., S.E., M.Pd.

Nama : Dewi Andriani


NIM : 1702359
Kelas : 3A PGSD
Jawablah soal-soal berikut ini.

1. Uraikan masing-masing 2 (dua) model inovasi pendidikan yang menggunakan hasil discovery dan
invention!
Jawab:
a. Model Pembelajaran discovery learning berbantuan smart sticker untuk meningkatkan
disposisi matematika dan kemampuan berpikir kritis.
Model pembelajaran ini diharapkan akan membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis. Selain model pembelajaran yang mendukung, diperlukan pula adanya sesuatu
sebagai wujud nyata respon guru terhadap sikap siswa untuk memacu semangat dan motivasi
belajar siswa. Pada bagian lain, menunjukkan bahwa reward dan punishment terbukti mampu
meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Hal lain menunjukkan bahwa motivasi pada saat
pembelajaran mampu meningkatkan disposisi matematik siswa. Bedasarkan hal tersebut,
maka Smart Sticker didesign sebagai wujud nyata pemberian reward atau punishment dari
guru terhadap siswa, dalam rangka meningkatkan motivasi belajar dan selanjutnya akan
meningkatkan disposisi matematik siswa. Langkah-langkah model pembelajaran Discovery
Learning berbantuan Smart Sticker pada penelitian ini sesuai dengan BSNP (2014) yang akan
dikombinasikan dengan adanya Smart Sticker. Sehingga langkah-langkah Discovery Learning
berbantuan Smart Sticker yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: (1) Stimulus; (2)
Problem Statement; (3) Pengumpulan Data; (4) Pengolahan Data; (5) Pembuktian; (6)
Generalisasi dan aplikasi konsep terhadap soal Smart Sticker. Kelebihan model discovery
learning berbantuan smart sticker daripada model pembelajaran ekspositori dapat dilihat

1
pada penggunaan smart sticker ketika siswa melakukan latihan soal. Soal latihan yang ada
pada smart sticker sebenarnya terdapat pula pada model pembelajaran ekspositori. Namun
pada pembelajaran ekspositori siswa menerima soal tersebut secara langsung disampaikan
oleh guru. Pemberian reward and punishment pada kelas eksperimen berupa sticker yang
dapat ditempelkan dibukunya.
Daftar Rujukan:
Kurniati, dkk. 2017. Model Pembelajaran Discovery Learning Berbantuan Smart Sticker untuk
Meningkatkan Disposisi Matematik dan Kemampuan Berpikir Kritis. Jurnal: Matematika
Kreatif-Inovatif. Kreano 8 (2) (2017): 109-118. DOI:
http://dx.doi.org/10.15294/kreano.v8i2.5060.
b. Pembelajaran Berbasis Komputer (Pbkom)
Model pembelajaran berbasis komputer (PBKom) dikenal dengan Computer Based Instruction
(CBI) atau Computer Assisted Instruction (CAI). Dalam PBKom peserta didik berhadapan dan
berinteraksi secara langsung dengan komputer. Salah satu ciri pembelajaran berbasis
komputer terletak pada kemampuannya berinteraksi dengan peserta didik. Jadi program
PBKom yang baik adalah program yang memungkinkan terjadinya interaksi intensif antara
komputer dengan peserta didik.
Daftar Rujukan:
Ghufron, A. 2010. Model Pembelajaran Inovatif. Diakses dari: https://docplayer.info/48187528-
Penemuan-discovery-atau-invention-3-lima-tipe-inovasi-produk-proses-pemasaran-
organisasi-dan-bisnis.html
Model inovasi pendidikan penggunaan hasil invention diantaranya:

a. Ada penggaris busur di pintu kelas, agar siswa belajar mengukur sudut
Dengan adanya inovasi ini, maka siswa akan selalu mengingat serta memahami bagaimana
pembentukan sudut-sudut dengan melihat busur secara jelas karena terpampang di pintu
kelas yaitu di bawah lantai. Sehingga ketika siswa akan masuk ataupun keluar siswa akan
selalu melihat dan siswa akan merasa penasaran. Gambar jelasnya seperti dibawah ini.
Daftar Rujukan:
Utomo, Kurnia Putri. 2019. 12 inovasi unik di sekolah, bikin poses belajar makin seru. Diakses dari:
https://www.brilio.net/wow/12-inovasi-unik-di-sekolah-bikin-proses-belajar-makin-seru-
190212q.html
b. Pembelajaran praktikum IPA meggunakan kotak sains ajaib
Model inovasi ini yaitu sekolah diharapkan dapat merancang sekotak peralatan praktikum ipa
sesuai materi yang dapat dipraktikumkan. Isi dari kotak sains ajaib ini boleh menggunakan alat
dan bahan yang baru atau memanfaatkan alat dan bahan yang ada. Pentingnya diadakan
inovasi ini akan membantu sekolah-sekolah yang tidak mempunyai laboratorium ipa, serta
membantu guru-guru agar kreatif dalam mengajar. Sebenarnya banyak sekali materi ipa yang

2
dapat diaplikasikan salah satunya yaitu dengan praktikum. Namun kebanyakan di sekolah-
sekolah, terutama sekolah dasar pembelajaran ipa hanya pemberian materi serta tugas-tugas.
Kelebihan diadakannya inovasi ini, siswa dituntut aktif dalam pembelajaran praktikum serta
berpikir kritis, kerja sama, dan mempunyai keterampilan proses sains.

2. Sebuah Sekolah Dasar akan menyelenggarakan pembelajaran robotik bagi para siswa kelas tinggi.
Uraikan berbagai pertimbangan yang harus diperhatikan berdasarkan atribut dan karakteristik
inovasi sehingga program invatif ini dapat dengan segera dilaksanakan mulai tahun akademik
baru!
Jawab:
Ada kaitan antara inovasi dengan cepat lambatnya proses penerimaan atau adopsi, maka kita lihat
secara singkat atribut inovasi yang dikemukakan Zaltman, sebagai berikut.

1) Pembiayaan (cost), cepat lambatnya penerimaan inovasi dipngaruhi oleh pembiayaan, baik
pembiayaan pada awal penggunaan maupun pembiayaan untuk pembinaan selanjutnya.
2) Balik modal
3) Efisiensi, Inovasi akan cepat diterima jika pelaksanaan dapat menghemat waktu dan juga
terhindar dari berbagai masalah atau hambatan.
4) Resiko dari ketidakpastian
5) Mudah dikomunikasikan
6) Keterlibatan sasaran perubahan
7) Penyuluhan inovasi

Everett M. Rogers (1993:14-16) mengemukakan karakteristik inovasi yang dapat mempengaruhi


cepat atau lambatnya penerimaan inovasi, yaitu: keuntungan relative, Tingkat kesesuain inovasi
(kompatibel), komleksitas, dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi (trialabilitas), dan dapat
diamati. Agar pembelajaran robotik ini dapat terlaksana maka perlu memperhatikan segala aspek
yang berlaku, salah satunya dalam tahapan pembuatan robot. Ada tiga tahapan dalam pembuatan
robot yaitu: Perencanaan, meliputi: pemilihan hardware dan design. Pembuatan, meliputi:
pembuatan mekanik, elektronik, dan program serta terakhir uji coba.

Robotik merupakan salah satu media yang paling tepat untuk mengenalkan bidang teknologi
kepada siswa. Selain itu, melalui robotik siswa juga dapat mengembangkan daya pikir,
mempertajam kapabilitas dalam berpikir, dan kemampuan menyusun konsep," ujar salah satu
guru robotik di SWA Rajes kepada Kompas.com, Selasa (25/9/2018). Pertimbangan yang dapat
dilakukan yaitu dalam menyusun robot siswa belaar cara menggerakkan semua komponen
menjadi satu kesatuan yang saling mendukung. Dalam tahap ini mereka tak hanya belajar tentang
konsep dasar sebuah mesin, tetapi juga akan memahami disiplin ilmu lainnya, seperti coding dan
algoritma. Tak hanya sebagai materi pembelajaran di kelas, robotik juga dimanfaatkan siswa
sebagai arena mencetak prestasi di luar sekolah dengan ikut berbagai ajang kompetisi. Melalui

3
kompetisi, siswa diharapkan bisa mengasah kemampuan mereka dalam menciptakan ide. Selain
itu mereka juga bebas berinovasi dalam menghadapi serangkaian tantangan untuk dipecahkan.

Komponen utama pada robot yaitu:


 Penggeraknya, motor digunakan sebagai manipulasi gerak yang berfungsi membuat
gerakkan pada robot. Perangkat keras ini berupa kontroller untuk menjalankan perintah
dari pemrograman yang telah dibuat, salah satunya adalah penggunaan kontroller arduino.
 Arduino digunakan sebagai pusat perintah pada robot serta digunakan untuk menjalankan
perintah pada program yang disimpan dan mengaplikasikan program kebentuk display,
gerakkan, sinyal dan sebagainya.
 Sistem yang akan dibangun meliputi robot, perangkat kendali robot (hardware), dan
antarmuka pengendalian robot (software).

Daftar Rujukan:
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Seberapa Penting Mempelajari Robotik di
Sekolah?", https://edukasi.kompas.com/read/2018/09/28/14461841/seberapa-penting-
mempelajari-robotik-di-sekolah?page=all.
Zallyfreeshare. 2012. Tahap-tahap membuat robot. Diakses dari:
https://zallyfreeshare.wordpress.com/2012/10/25/tahap-tahap-membuat-robot/.
Yahya, M.S. 2013. ATRIBUSI INOVASI DAN TINGKAT ADOPSI. Diakses dari:
http://mayasitayahya.blogspot.com/2013/03/v-behaviorurldefaultvmlo_27.html.
3. Kepala Dinas Pendidikan bermaksud meningkatkan pengelolaan SD berwawasan lingkungan.
Uraikan suatu contoh proses difusi yang dapat terjadi dan diseminasi yang dapat dilakukan oleh
pihak yang berwenang agar program inovatif ini dapat berhasil!
Jawab:
Difusi inovasi yang dapat dilakukan dalam pengelolaan sekolah berwawasan lingkungan yaitu
dengan memberikan pembelajaran kepedulian lingkungan terhadap perilaku membuang sampah.
Siswa-siswi sekolah dasar dilatih untuk membuang sampah pada tempatnya dan melakukan daur
ulang. Tindakan daur ulang membantu mengurangi jumlah sampah dan membangun kreativitas
siswa. Difusi inovasi ini dapat dilakukan oleh mahasiswa ataupun pengrajin daur ulang dengan
memberikan pelajaran-pelajaran secara langsung ke sekolah-sekolah. Salah satu produk yang
dihasilkan dari daur ulang sampah plastik misalnya yaitu tas. Pendekatan yang digunakan dalam
program kerja pembuatan inovasi tas sampah pada pelaksanaan pengabdian masyarakat ini yaitu
menggunakan jenis pendekatan edukatif. Pendekatan edukatif merupakan pendekatan yang
dalam program maupun pelaksanaan pengadian mengandung unsur-unsur pendidikan yang
dinamis dan dapat mendorong perubahan masyarakat menuju kemajuan yang diharapkan.
Selain diadakannya difusi maka ada yang dinamakan diseminasi, salah satu yang bisa dilakukan
yaitu dengan menjadikan sekolah mengusung tema alam atau sekolah alam. Sekolah alam tidak
hanya dilengkapi dengan laboratorium dan perangkat komputer, tetapi sekolah yang ditata

4
menjadi bagian dari alam terbuka. Ruang-ruang yang terbuat dari saung daun kelapa injuk, pohon-
pohon rindang tumbuh di hampir seluruh sudut sekolah, lengkap dengan berbagai sarana
eksplorasi seperti rumah pohon, climbing, lapangan bola, dan flying fox. Pendidikan di sekolah
alam berjalan dengan sebutan belajar sambil bermain. Seperti bermain outbound, bercocok
tanam, beternak, belajar mencuci baju, bermain sepak bola, menggambar, bahkan berwiraswasta.
Walaupun tampak kotor, anak-anaka terlihat senang. Mereka bukan hanya bermain, melainkan
bersekolah. Cara belajarnya berbeda dengan sekolah umum, anak-anak coba didekatkan dengan
alam. Suasana dan sarana sekolah alam memang dirancang untuk meningkatkan kecerdasan
natural anak.
Daftar Rujukan:
Suryani, Desi. 2019. Membangun Kepedulian Lingkungan Sejak Dini Lewat Tas Sampah sebagai
Difusi Inovasi Pendidikan. Diakses dari:
https://www.kompasiana.com/desysuryani/5d2741830d8230666f312152/membangun-
kepedulian-lingkungan-sejak-dini-lewat-tas-sampah-sebagai-difusi-inovasi-pendidikan.
4. Tentukan suatu model inovasi bidang teknologi pendidikan yang dapat diterapkan di SD,
kemudian jelaskan karakteritik 5 (lima) kategori penerima inovasi terhadap inovasi tersebut yang
dapat terjadi !
Jawab:
Inovasi teknologi yang dapat diterapkan di Sekolah Dasar yaitu e-Sabak. SABAK adalah akronim
dari “Sistem Aplikasi Belajar Aktif Kreatif” berupa tablet pintar untuk pelajar tingkat SD dan
sederajat. Komputer tablet ini digadang-gadang memudahkan pelajar bahkan guru untuk
mengakses berbagai konten pendidikan. Beberapa konten pilihan tersebut berupa informasi
pembelajaran, kurikulum, Lembar Kerja Siswa (LKS), tugas, penilaian, laporan hasil penilaian,
laporan hasil belajar, hingga game edukasi, serta aneka fitur pendidikan lain. SABAK sebagai alat
belajar dirancang untuk menyimpan materi pembelajaran sesuai kebutuhan kurikulum yang
berlaku. Diantaranya yaitu berupa buku teks elektronik, materi belajar interaktif (video), dan
evaluasi hasil belajar atau ulangan mata pelajaran. Alat pembelajaran berupa tablet ini menjawab
permasalahan agar buku pelajaran tidak robek, CD/DVD pembelajaran tidak rusak, dan tinta pena
tidak hilang karena semuanya disiapkan dalam bentuk virtual. Tentu saja hanya dengan satu
tablet ini kebutuhan KBM menjadi ringkas dan efisien dibawa kemanapun. Semoga karya anak
bangsa ini mendapatkan apresiasi dari Pemerintah. Sehingga institusi pendidikan tingkat SD
seluruh Indonesia bisa menikmati proses KBM yang mudah, efisien, kreatif, dan inovatif.

Rogers dan sejumlah ilmuwan komunikasi lainnya mengidentifikasi 5 kategori penerima


inovasi (adopter):
1) Golongan Pelopor (Innovator)
Golongan ini yaitu mempunyai ciri-ciri yaitu berani dan siap untuk mencoba hal-hal baru.
Lebih dapat membentuk komunikasi yang baik walaupun terdapat jarak geografis.

5
Umumnya memiliki status ekonomi yang baik, sehingga ia sudah siap dalam menghadapi
kemungkinan terjadinya kegagalan dari suatu inovasi yang diterimanya, terutama dalam
kegagalan materi. Dikaitkan dengan inovasi teknologi e-Sabak maka diharapkan sekolah-
sekolah yang menggunakan inovasi ini sudah siap serta memahami bagaimana cara
menggunakannya serta mengaplikasikan kepada siswanya, berdasarkan kategori golongan
pelopor e-sabak ini dapat menjadikan jalur komunikasi dan sarana pembelajaran di daerah
3T (terdalam, tertinggal, dan terluar).
2) Penggunaan Awal (Early Adopter)
Ciri golongan ini yaitu selalu memberi informasi tentang inovasi. Tanggap terhadap media
massa, namun selalu bersikap hati-hati dan meneliti terlebih dahulu terhadap pesan-pesan
media massa sebelum mengambil keputusan. Selain itu mereka juga mengumpulkan
banyak informasi dari media massa lain dan didukung oleh para agen pembaharu.
Keputusan yang diambilnya biasanya tepat, sehingga orang seperti ini sangat dipercaya
oleh kelompoknya dalam masyarakat. Dikaitkan dengan inovasi teknologi e-sabak maka
sebagai penerima inovasinya harus tanggap terhadap media massa dan selalu berhati-hati
dalam segala aspek.
3) Mayoritas Awal (Early Majority)
Tidak mau menjadi kelompok pertama yang mengadopsi sebuah inovasi, melainkan akan
berkompromi secara hati-hati sebelum membuat keputusan dalam mengadopsi inovasi.
Menjalankan fungsi penting dalam melegitimasi sebuah inovasi atau menunjukkan pada
seluruh komunitas bahwa sebuah inovasi layak digunakan atau cukup bermanfaat.
Dikaitkan dengan inovasi teknologi e-sabak penerima harus hati-hati dan penuh
pertimbangan. Kemungkinan akses modal yang kurang menjadi pertimbangan utama
untuk mengambil keputusan adopsi.
4) Mayoritas Akhir (Late Majority)
Ciri-ciri golongan ini antara lain: Lebih berhati-hati mengenai fungsi sebuah inovasi.
Menunggu hingga kebanyakan orang telah mencoba dan mengadopsi inovasi sebelum
mengambil keputusan. Kaitannya dengan inovasi teknologi e-sabak yaitu dalam
pengambilan atau adopsi inovasi sekolah harus mengetahui fungsi inovasinya serta dilihat
capaian sebuah inovasi yang akan diadpsinya seperti apa.
5) Tradisional atau Laggard
Ciri-ciri golongan ini antara lain:
Kelompok orang terakhir yang melakukan adopsi inovasi, sehingga terkesan ketinggalan
zaman. Bersifat lebih tradisional dan segan mencoba hal baru. Umumnya terdiri dari
orang-orang yang berpendidikan rendah, sosial ekonomi rendah, dan pergaulan yang
sempit, serta ingin tetap mempertahankan keadaan yang dialami sebelumnya. Kaitannya

6
dengan zaman modern maka inovasi teknologi sangat dibutuhkan dan harus diperhatikan
demi berjalannya suatu pendidikan dan mencetak anak bangsa yang berpendidikan.

Daftar Rujukan:
Inspiratif. 2008. SABAK: Tablet Pintar untuk Pelajar Indonesia. Diakses dari:
https://inspiratif2008.blogspot.com/2015/01/sabak-tablet-pintar-untuk-pelajar.html.
Inthensky, N. C. Kelompok Masyarakat Penerima Inovasi. Diakses dari:
https://www.scribd.com/document/42405664/Kelompok-Masyarakat-Penerima-Inovasi.
5. Suatu Ppembelajaran erguruan Tinggi akan meningkatkan penerapan perkuliahan daring oleh
dosen. Jelaskan tahapan proses keputusan inovasi yang dapat dilakukan !
Jawab:
Untuk mempersiapkan perkuliahan daring maka ada tahapan proses keputusan yaitu:
a) Pengenalan/pengetahuan yang terjadi ketika seseorang (atau unit pembuat keputusan
lainnya) dihadapkan pada keberadaan suatu inovasi dan memahami bagaimana inovasi itu
berfungsi.
b) Persuasi terjadi ketika seseorang membentuk sikap suka atau tidak terhadap inovasi.
c) Keputusan terjadi ketika seseorang terlibat dalam kegiatan yang membawanya pada suatu
penentuan untuk menerima atau menolak inovasi.
d) Pelaksanaan yang terjadi ketika seseorang menggunakan inovasi itu.
e) Konfirmasi yang terjadi ketika seseorang mencari penguat terhadap keputusan –inovasi yang
telah dibuat sebelumnya, tetapi bisa jadi ia merubah keputusannya apabila dihadapkan pada
pesan-pesan yang bertentangan.

Berdasarkan tahapan proses diatas maka dapat dilakukan persiapan yaitu:

 Sarana Prasarana
Salah satu yang harus disiapkan oleh perguruan tinggi adalah sarana prasarana, seperti
platform dan dan juga tool yang dipakai oleh perguruan tinggi dalam melaksanakan kuliah
daring, dan salah satu aspek fasilitas terpenting lagi yaitu data kampus dan Informasi yang
harus tersampaikan dengan baik untuk kalangan pendidik maupun yang dididik.
 SDM yang mumpuni
Untuk memanfaatkan program kuliah daring, tentu kampus harus mempersiapkan SDM
yang mengetahui tentang sistem yang akan digunakan, seperti mempersiapkan platform
yang akan digunakan kuliah daring, dan juga mempersiapkan penanggung jawab bahan
materi yang akan digunakan dalam perkuliahan daring dan juga mempersiapkan
kebutuhan lainnya.
 Akreditasi
Akreditasi juga menjadi salah satu faktor yang harus disiapkan, karena dengan akreditasi
kualitas perguruan tinggi akan dipercaya oleh calon maba, seandainya prodi masih

7
berakreditasi C tentu yang akan daftar di program perkuliahan daring pun akan ragu dan
masih memikirkan ulang untuk daftar di kampus anda.
 Analisa Kebutuhan, analisa kebutuhan yaitu berkaitan dengan materi-materi yang akan
dipelajari kemudian segala aspek yang menyangkut perkuliahan.
 Analisa Rangka Kerja, berkaitan dengan sub proses seperti analisis kelompok target,
analisis sumber daya staf, analisis kelompok target, perencanaan waktu dan biaya.
Daftar Rujukan:
Mukhlas, Dedi. Proses Keputusan Inovasi. Diakses dari:
https://www.academia.edu/3101431/Proses_Keputusan_Inovasi.
Sevima. 2018. Kuliah Daring, Kelebihan dan Persiapan yang Harus Dilakukan Kampus. Diakses dari:
https://sevima.com/kuliah-daring-kelebihan-dan-persiapan-yang-harus-dilakukan-kampus/.
6. Berdasarkan nomor 5, tipe keputusan yang mana yanag dilakukan untuk menerapkan inovasi
perkuliahan daring ! Berikan alasannya !
Jawab:
Tipe keputusan yanag dilakukan untuk menerapkan inovasi perkuliahan daring yaitu tipe
pengenalan/pengetahuan, karena tahap ini, tahap pada saat seseorang menyadari adanya suatu
inovasi dan ingin tahu bagaimana fungsi inovasi tersebut. Ada tiga tipe pengetahuan dalam tahap
pengenalan inovasi, yaitu: kesadaran/pengetahuan mengenai adanya inovasi, pengetahuan
“teknis” dan pengetahuan “prinsip”. Tipe yang pertama yakni pengetahuan kesadaran akan
adanya inovasi yang telah dibicarakan di sebelumnya. Tipe yang kedua, meliputi informasi yang
diperlukan mengenai cara pemakaian atau penggunaan suatu informasi. Tipe pengetahuan yang
ketiga adalah berkenaan dengan prinsip-prinsip berfungsinya suatu informasi. Maka dengan
penggunaan tipe pengenalan/pengetahuan inovasi perkuliahan daring dapat diketahui oleh
banyak kalangan. Bagi orang yang selalu ingin tahu mengenai kebaruan dalam hal apapun tipe
keputusan ini sangat cocok.

Daftar Rujukan:
Diakses dari: http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/INOVASI_PENDIDIKAN/Modul_2-
Proses_Inovasi_Pendidikan.pdf.
7. Tentukan suatu model inovasi bidang kurikulum, uraikan proses inovasi pendidikan yang dapat
dilakukan berdasarkan Model Roger (1983) !
Jawab:
Salah satu model pembelajaran abad 21 yang terkait dengan pengembangan soft skills adalah
model pembelajaran STEAM (Sains, Technology, Engineering, Art and Mathematic) yang
mengaitkan bidang ilmu pengetahuan (sains), teknologi, teknik, seni, dan matematika, sehingga
siswa diberikan pemahaman holistik keterkaitan bidang ilmu melalui pengalaman belajar abad 21.
Pembelajaran dengan pendekatan STEAM merupakan pembelajaran kontekstual (Yakman, 2012),
dimana siswa akan diajak memahami fenomena-fenomena yang terjadi yang dekat dengan

8
dirinya. Pendekatan STEAM mendorong siswa untuk belajar mengeksplorasi semua kemampuan
yang dimilikinya, dengan cara masing-masing. STEAM juga akan memunculkan karya yang berbeda
dan tidak terduga dari setiap individu atau kelompoknya. Selain itu kolaborasi, kerjasama dan
komunikasi akan muncul dalam proses pembelajaran karena pendekatan ini dilakukan secara
berkelompok. Pengelompokan siswa dalam STEAM menuntut tanggung jawab secara personal
atau interpersonal terhadap pembelajaran yang terjadi, proses ini akan membangun pemahaman
siswa terhadap materi yang sedang dipelajari. Kurikulum STEAM Mengedepankan 4C
(communication, collaboration, critical thinking, creativity). Guru di kelas tak lagi meminta
anak melakukan sesuatu hal, melainkan anak ditanya apa yang ingin ia buat. Dari situ guru
akan mengakomodir keinginan anak dengan fasilitas yang disediakan. Dan dengan
dibimbing oleh guru, anak jadi tahu bagaimana cara mewujudkan keinginannya tadi.
Berkaitan dengan proses inovasi Model Roger (1983) yaitu inisiasi (permulaan) adalah
kegiatan pengumpulan informasi, konseptualisasi, dan perencanaan untuk menerima inovasi,
semuanya diarahkan untuk membuat keputusan menerima inovasi. Pertama, ada agenda setting
yaitu semua permasalahan umum dirumuskan guna menemukan kebutuhan inovasi. Kedua,
penyesuaian (matching) diadakan penyesuaian antara masalah dengan inovasi yang akan
digunakan. Dikaitkan dengan kurikulum pembelajaran STEAM maka inovasi kurikulum tersebut
harus dirancang terlebih dahulu, melakukan pengumpulan informasi, serta menyesuaikan dengan
siswa-siswa serta materi yang akan dipelajari.
Kemudian proses inovasi yang kedua yaitu implementasi, yaitu semua kejadian, kegiatan, dan
keputusan dilibatkan dalam penggunaan inovasi. Pertama, 1) Inovasi dimodifikasi dan re-invensi
disesuaikan situasi dan masalah organisasi. 2) Struktur organisasi disesuaikan dengan inovasi yang
telah dimodifikasi agar dapat menunjang inovasi. Dikaitkan dengan kurikulum STEAM maka
kurikulum yang digunakan mengedepankan 4C (communication, collaboration, critical
thinking, creativity), ini sesuai dengan karakteristik siswa modern sekarang kemudian
modifikasi inovasi disesuaikan dengan siswa agar siswa dapat mengeksplorasi semua
kemampuan yang dimilikinya dengan cara masing-masing.
Daftar Rujukan:
Triyatama, dkk. 2016. Keterampilan Abad 21 Dan Steam (Science, Technology, Engineering, Art
And Mathematics) Project Dalam Pembelajaran Kimia. Jakarta: LPPM Universitas Negeri
Jakarta.
[Online]http://sipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Keterampilan_Abad_21_dan_STEAM
_Project_dalam_Pembelajaran_Kimia.pdf.
ARH. 2018. Fokus dengan Kurikulum Berbasis STEAM, Sampoerna Academy Resmikan Sekolah ke-
5 di BSD Tangerang. Diakses dari: https://parenting.orami.co.id/magazine/fokus-dengan-
kurikulum-berbasis-steam-sampoerna-academy-resmikan-sekolah-ke-5-di-bsd-tangerang.

9
Kelana, Jajang Bayu. 2013. Model Proses Inovasi Pendidikan. Diakses dari:
http://bayulikids.blogspot.com/2013/11/model-proses-inovasi-pendidikan.html
8. Berikan masing-masing 1 (satu) contoh untuk penerapan 4 (empat) strategi inovasi pendidikan !
Jawab:
Empat macam Strategi Inovasi Pendidikan
1. Strategi Fasilitatif
Pelaksanaan program perubahan sosial dengan menggunakan strategi fasilitatif artinya untuk
mencapai tujuan perubahan sosial yang telah ditentukan, diutamakan penyediaan fasilitas
dengan maksud agar program perubahan sosial akan berjalan dengan mudah dan lancar.
Contoh: Pembaharuan kurikulum dengan pendekatan keterampilan proses.
Pada contoh pelaksanaan kurikulum baru dengan pendekatan keterampilan proses maka guru
harus memiliki kemampuan untuk menggunakan media. Maka perlu diusahakan adanya
kemampuan atau peranan yang baru yaitu sebagai pengelola atau sebagai pemakai media
institusional.
2. Strategi Pendidikan
Strategi pendidikan berarti untuk mengadakan perubahan sosial dengan cara menyampaikan
fakta dengan maksud orang akan menggunakan fakta atau informasi itu untuk menentukan
tindakan yang akan dilakukan. Dengan dasar pemikiran bahwa manusia akan mampu untuk
membedakan fakta serta memilihnya guna mengatur tingkah lakunya apabila fakta itu
ditunjukkan kepadanya.
Contoh: Penggunaan sumber-sumber pembelajaran yang memadai.
Dengan adanya sumber-sumber yang memadai maka kegiatan pendidikan akan berjalan
dengan baik serta disertai dengan keterlibatan berbagai pihak misalnya dengan adanya:
sumbangan dana, donatur, serta berbagai penunjang yang lain.
3. Strategi Bujukan
Strategi bujukan artinya untuk mencapai tujuan perubahan sosial dengan cara membujuk agar
sasaran perubahn mau mengkuti perubahan yang direncanakan.
Contoh: Melakukan pembelajaran dengan menggunakan teknologi.
Dengan pembelajaran teknologi maka strategi yang harus digunakan yaitu strategi bujukan
dengan mempertimbangkan segala tujuan yang sudah direncanakan.
4. Strategi Paksaan
Strategi dengan cara memaksa klien untuk mencapai tujuan perubahan. Apa yang dipaksa
merupakan bentuk dari hasil target yang diharapkan. Penggunaan strategi paksaan perlu
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: Partisipasi klien terhadap proses perubahan
rendah.
Contoh: Mengadakan perubahan dalam pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah.

10
Misalnya dengan pendidian berwawasan lingkungan yaitu menjaga kebersihan dengan
memanfaatkan sampah plastik untuk diolah kembali. Ini berupa strategi paksaan agar semua
sasaran dapat menjaga lingkungan sekolahnya.
Daftar Rujukan:
http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/INOVASI_PENDIDIKAN/Modul_3-
Krakteristik_dan_Strategi_Inovasi_Pendidikan.pdf
9. Uraikan karakteristik guru SD yang inovatif !
Jawab:
Menurut Prof. Herawati Susilo, M.Sc., Ph.D., pakar pendidikan Universitas Negeri Malang, yang
dikutip Jamal Mamur Asmani (2016) ada 7 kriteria guru ideal (inovatif), antara lain :
a. Guru yang memahami benar profesinya.
b. Guru yang rajin membaca dan menulis.
c. Guru yang sensitif dengan waktu.
d. Guru yang kreatif dan inovatif.
e. Guru yang memiliki 5 kecerdasan.
f. Guru yang dapat menjadi teladan dan dapat memberi contoh melalui perbuatan.
g. Guru yang memiliki tanggung jawab.
Selain itu menjadi guru yang kreatif dan inofatif harus memenuhi aspek secara berurutan
misalnya:
 Mampu menggunakan buku pelajaran sebagai sumber.
 Mampu menganalisis bahan ajar.
 Mampu memilih metode/pendekatan pembelajaran.
 Mampu merencanakan pengalaman belajar.
 Mampu membuat dan menggunakan sarana pembelajaran.
 Mampu mengelola kelas dan atau/laboratorium.
 Mampu menggunakan teknik dan keterampilan bertanya pada pelaksanaan pembelajaran.
Daftar Rujukan:
Rustaman, N.Y. Diakses dari:
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/131353755-
ANDRIAN_RUSTAMAN/GURU_KREATIF-SD.pdf
Wassa, G. 2016. Gambaran 'Guru Inovatif'. Diakses dari:
https://ntt.kemenag.go.id/opini/94/gambaran-guru-inovatif.
10. Deskripsikan model inovasi pendidikan yang telah Kalian tentukan lengkap dengan sumber
pustakan yang digunakan !
Jawab:
Model inovasi yang saya ambil yaitu mengenai pendidikan multikultural (sekolah multikultural).
Dasar pendidikan multikultural yaitu berdasarkan kondisi masyarakat Indonesia yang multikultur,

11
untuk membentuk negara Indonesia yang kokoh perlu mengembangkan jenis pendidikan yang
cocok untuk bangsa yang multikultural. Jenis pendidikan yang cocok untuk bangsa yang
multikultur tersebut adalah pendidikan multicultural. Pendidikan multikultural paling tidak
menyangkut tiga hal, yaitu: (1) ide dan kesadaran akan nilai penting keragaman budaya, (2)
gerakan pembaharuan pendidikan, dan (3) proses.
Fungsi PendidikanMultikultural
 Memberikan konsep diri yang jelas.
 Membantu memahami pengalaman etnis dan budaya ditinjau dari sejarahnya.
 Membantu memahami bahwa konflik antara ideal dan realitas itu memang ada pada setiap
masyarakat.
 Mengenal keberagaman dan penggunaan bahasa.
Pendekatan dalam Proses Pendidikan Multikultural
Ada empat pendekatan yang mengintegrasikan materi pendidikan multikultural ke dalam
kurikulum ataupun pembelajaran di sekolah yaitu: 1). Pendekatan kontribusi, dengan
memasukkan pahlawan-pahlawan dari suku bangsa/ etnis dan benda-benda budaya ke dalam
pelajaran yang sesuai. 2). Pendekatan aditif, dilengkapi dengan penambahan buku, modul atau
bidang bahasan terhadap kurikulum tanpa mengubahnya secara substansif. 3). Pendekatan
Transformasi, proses multiple acculturation sehingga rasa saling menghargai, kebersamaan dan
cinta sesame dapat dirasakan melalui pengalaman belajar. 4). Pendekatan aksi sosial.
Pembelajaran multikultural tidak diberikan secara tersendiri di dalam kelas, namun dapat
diintegrasikan pada berbagai macam mata pelajaran, yang dalam penelitian ini diintegrasikan
pada mata pelajaran IPS. Model pembelajaran multikultural diberikan dengan memakai modul,
sehingga modul pembelajaran pendidikan multikultural berfungsi sebagai suplemen (tambahan)
materi pelajaran IPS. Dalam hal ini model pendidikan multikultural yang dikembangkan merujuk
pada pendekatan pendidikan multikultural transformasi dan aksi sosial, sehingga diharapkan
materi yang diperoleh dapat diimplementasikan langsung dalam sikap dan tingkah laku mereka
sehari-hari.
Maka inovasi pendidikan multikultural ini diharapkan akan mencetak jiwa-jiwa yang
menghargai keberagaman, cinta tanah air, serta menghargai sesama, mengedepankan toleransi
dan tanggung jawab.
Daftar Rujukan:
Hanum dan Sisca R. 2009. Implementasi Model Pembelajaran Multikultural Di Sekolah Dasar Di
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Artikel Multikultural-Stranas. Diakses dari:
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Sisca%20Rahmadonna,%20S.Pd.,%20M.P
d./Artikel%20Multikultur%202009.pdf

12
13

Anda mungkin juga menyukai