Anda di halaman 1dari 14

Ujian Akhir Semester Gasal 2022/2023

Nama : Ilham Fauzi Romadhoni


NIM : 2208049035
Mata Kuliah : Prinsip Keilmuan dan Isu Kontemporer Pendidikan Vokasi
Dosen Pengampu : Dr. Budi Santosa

Kebijakan pelaksanaan magang atau program kerja industri (prakerin) minimal 1 semester di sekolah
merupakan langkah yang berpeluang membawa banyak manfaat bagi siswa. Namun, beberapa faktor
penting perlu dianalisis sebelum kebijakan ini berhasil diterapkan di sekolah.
1. Kesiapan dan sumber daya sekolah:
Sekolah harus memastikan bahwa mereka memiliki sumber daya yang memadai untuk mengatur
dan mengawasi magang sepanjang semester. Ini termasuk staf tambahan, fasilitas, dan waktu
yang diperlukan untuk melaksanakan program magang secara efektif.
2. Kemitraan industri:
Kebijakan ini akan berhasil jika institusi dapat menjalin kemitraan yang kuat dengan industri
terkait. Industri harus bersedia menerima siswa magang dan memberikan bimbingan dan
dukungan yang diperlukan selama magang.
3. Program terintegrasi:
Program magang harus diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah sehingga siswa dapat
menerapkan ilmu yang diperoleh di kelas ke lingkungan kerja. Hal ini membutuhkan koordinasi
yang baik antara pihak sekolah dan tempat magang.
4. Seleksi dan penempatan siswa:
Pemilihan mahasiswa yang akan mengikuti magang harus memperhatikan kriteria seperti prestasi
akademik, keterampilan dan minat. Menempatkan siswa pada magang yang sesuai dengan minat
dan bakat mereka meningkatkan peluang keberhasilan mereka.
5. Ulasan dan Penasihat:
Proses penilaian yang baik selama magang penting untuk mengukur kemajuan siswa dan
memastikan bahwa mereka mendapatkan pengalaman berharga. Pendampingan yang tepat juga
diperlukan untuk membantu siswa mengatasi tantangan dan memaksimalkan pengalaman mereka.
6. Pengakuan dan penghargaan:
Keberhasilan siswa dalam magang harus diakui dan diapresiasi oleh pihak sekolah. Ini dapat
mencakup sertifikat, penghargaan, atau nilai akademik yang menggambarkan pencapaian selama
studi Anda.
7. Keamanan dan perlindungan:
Keselamatan mahasiswa selama magang harus menjadi prioritas utama. Sekolah harus
memastikan bahwa fasilitas magang memenuhi standar keselamatan yang diperlukan dan
mengambil langkah-langkah untuk melindungi siswa dari potensi risiko.
8. Ulasan dan peningkatan:
Setelah kebijakan diterapkan, sekolah harus terus mengevaluasi program akademik dan
mengidentifikasi area untuk perbaikan. Umpan balik dari siswa, guru dan industri dapat
digunakan untuk melakukan perbaikan yang diperlukan.
9. Dampak jangka panjang:
Institusi juga harus menganalisis dampak jangka panjang dari kebijakan ini terhadap keberhasilan
siswa setelah lulus. Apakah magang ini menawarkan manfaat khusus dalam hal peningkatan
keterampilan, kesempatan kerja atau melanjutkan pendidikan?
10. Kepatuhan hukum dan peraturan:
Sekolah harus memastikan bahwa kebijakan ini mematuhi semua undang-undang dan peraturan
yang berlaku terkait dengan pendidikan dan pekerjaan remaja.
Menerapkan kebijakan magang minimal 1 semester di sekolah membutuhkan persiapan yang matang,
koordinasi yang erat dengan dunia usaha dan komitmen untuk memberikan pengalaman berharga bagi
siswa. Dengan perencanaan dan pelaksanaan yang matang, kebijakan ini berpotensi meningkatkan
kualitas pendidikan dan kesiapan karir seorang siswa. Prakerin atau Praktek Kerja Industri adalah
program yang memberikan pendidikan, pelatihan, dan kesempatan belajar bagi siswa sekolah menengah
kejuruan

Sumber :
 https://siva.kemenperin.go.id/front/news/pentingnya-mengetahui-pengertian-prakerin-
smk-dan-manfaatnya
Tujuan Prakerin adalah untuk mengimplementasikan materi yang telah dipelajari di sekolah dan
membangun pola pikir yang konstruktif bagi siswa.
Sumber :
 https://id.scribd.com/document/388981462/Kebijakan-Prakerin#
Prakerin merupakan upaya yang dilakukan sekolah untuk meningkatkan kualitas siswa SMK sehingga
dapat menghasilkan lulusan yang mampu bekerja di bidangnya dan memasuki pasar kerja yang
kompetitif. Beberapa sekolah telah menjadikan Prakerin sebagai program wajib bagi siswa dalam jangka
waktu tertentu. Manfaat Prakerin bagi sekolah antara lain terciptanya kerjasama yang baik antara sekolah
dan perusahaan, meningkatkan citra dan popularitas sekolah di masyarakat, serta meningkatkan
penyerapan lulusan sekolah ke dalam dunia kerja.

Sumber :

 https://siva.kemenperin.go.id/front/news/pentingnya-mengetahui-pengertian-prakerin-
smk-dan-manfaatnya
Untuk melaksanakan Prakerin di sekolah dapat dipertimbangkan beberapa kebijakan, seperti:

 Menjadikan Prakerin sebagai program wajib bagi mahasiswa dalam kurun waktu tertentu.
 Menjalin kemitraan dengan perusahaan atau industri yang terkait dengan kompetensi mahasiswa.
 Memberikan bimbingan dan persiapan bagi mahasiswa sebelum mengikuti Prakerin, seperti
memahami diri sendiri, mengenal industri dan profesi, serta berdiskusi dengan orang tua
Sumber:
 https://rencanamu.id/post/panduan-masuk-smk/panduan-persiapan-kerja-untuk-lulusan-
smk/panduan-lengkap-praktik-kerja-industri-prakerin-untuk-siswa-smk
 Menerapkan kurikulum yang berfokus pada kompetensi inti bidang studi siswa dan membekali
mereka dengan keterampilan yang diperlukan untuk memasuki dunia kerja
 Memberikan aturan dan pedoman pelaksanaan Prakerin yang jelas, termasuk durasi, lokasi, dan
evaluasi program
Sumber:
 https://www.jogloabang.com/pendidikan/permendikbud-50-2020-praktik-kerja-
lapangan-peserta-didik
Dengan menerapkan kebijakan ini, sekolah dapat memberikan siswa kesempatan belajar praktis dan
mempersiapkan mereka untuk dunia kerja. Prakerin juga dapat menciptakan kerjasama yang baik antara
sekolah dan industri, yang dapat menguntungkan kedua belah pihak.
Meningkatan Motivasi Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran Informatika Materi Flowchart
Melalui Pembelajaran Problem-Based Learning di Laboratorium Komputer (Penelitian
Tindakan Kelas)

Ilham Fauzi Romadhoni1 Budi Santosa2


Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Indonesia
email : ilhamfauzi.romadhoni@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi siswa kelas X pada mata pelajaran
Informatika dengan fokus pada materi Flowchart melalui penerapan pembelajaran Problem-Based
Learning di laboratorium komputer. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan
Kelas dan dilakukan di salah satu SMK di Cimanggu. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan,
yaitu dari bulan Mei 2023. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X TJKT (Teknik Jaringan
Komputer dan Telekomunikasi) I dengan jumlah total 27 siswa. Penelitian ini terdiri dari dua
siklus, dan setiap siklusnya melibatkan dua pertemuan pembelajaran. Pengumpulan data dilakukan
melalui tes pada akhir setiap siklus pembelajaran. Setiap siklus penelitian melibatkan tahapan
perencanaan, pelaksanaan, analisis, refleksi, dan revisi. Hasil pra-siklus menunjukkan bahwa
hanya 11 siswa (31,4%) yang mencapai standar ketuntasan minimal, sedangkan siswa lainnya (24
siswa) belum mencapai ketuntasan minimal. Namun, hasil penelitian menunjukkan adanya
peningkatan ketuntasan belajar pada setiap siklus. Pada siklus I, sebanyak 22 siswa (62,8%) sudah
mencapai ketuntasan minimal, sedangkan 13 siswa lainnya (37,2%) belum mencapai ketuntasan
minimal. Pada siklus II, terjadi peningkatan lebih lanjut, dengan 31 siswa (88,5%) mencapai
ketuntasan belajar, sementara 4 siswa (11,4%) masih belum mencapai ketuntasan belajar pada
topik Flowchart. Temuan ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran Problem-Based
Learning dengan menggunakan laboratorium komputer dapat efektif dalam meningkatkan
motivasi siswa dan mencapai ketuntasan belajar pada mata pelajaran Informatika, khususnya pada
materi Flowchart. Implikasi dari penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam merancang
pembelajaran yang lebih interaktif dan mendorong partisipasi aktif siswa dalam proses
pembelajaran.
Kata kunci: Peningkatan motivasi siswa, Mata pelajaran Informatika, Materi Flowchart,
Pembelajaran Problem-Based Learning, Laboratorium computer, Penelitian Tindakan Kelas

PENDAHULUAN
Pada era perkembangan teknologi informasi saat ini, pembelajaran Informatika menjadi
sangat penting dalam pendidikan. Mata pelajaran Informatika memiliki lingkup yang luas dan
relevan dengan perkembangan teknologi di berbagai bidang kehidupan. Salah satu materi yang
diajarkan dalam mata pelajaran Informatika adalah Flowchart, yang merupakan alat visual untuk
memodelkan langkah-langkah dalam suatu proses. Menurut Wahyuning (2022) Perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) pada abad-21 saat ini semakin pesat mendorong upaya-
upaya pembaharuan dalam bidang pendidikan. Kegiatan proses pembelajaran yang efektif dan
efisien tersebut mengharuskan guru mampu untuk menguasai Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK). Guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan berbagai jenis teknologi
informasi untuk kepentingan pembelajaran. Sehingga berbagai fasilitas sekolah yang berbasis TIK
dapat dimanfaatkan oleh guru dengan maksimal.
Namun, dalam proses pembelajaran Informatika, terdapat permasalahan yang perlu diatasi.
Salah satunya adalah rendahnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, khususnya pada
materi Flowchart. Motivasi belajar sangat penting dalam proses pembelajaran, karena dapat
mempengaruhi minat, partisipasi, dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya
untuk meningkatkan motivasi siswa dalam mata pelajaran Informatika, khususnya pada materi
Flowchart. Menurut Roni Sulistiyono dkk. (2017), Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan
dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing
seseorang untuk mengembangkan segala potensinya sehingga ia mencapai kualitas diri yang lebih
baik. Inti pendidikan adalah usaha pendewasaan manusia seutuhnya (lahir dan batin), baik oleh
orang lain maupun oleh dirinya sendiri, dalam arti tuntutan agar anak didik memiliki kemerdekaan
berpikir, merasa, berbicara, dan bertindak serta percaya diri dengan penuh rasa tanggung jawab
dalam setiap tindakan dan perilaku kehidupannya sehari-hari. Menurut Emda (2017) “motivasi
sangat menentukan tingkat berhasil atau gagalnya perbuatan belajar siswa. Belajar tanpa adanya
motivasi kiranya akan sangat sulit untuk berhasil. Sebab, seseorang yang tidak mempunyai
motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar”. Rahman (2021)
mengemukakan “anak yang mempunyai intelegensi tinggi mungkun gagal karena kurang motivasi.
Hasil baik tercapai dengan motivasi yang tepat. Anak gagal tak begitu saja dipersilahkan, mungkin
gurulah yang tidak berhasil memberi motivasi yang membangkitkan pada anak”. Menurut Slameto
dalam Rangga (2016:19) “mengingat pentingnya motivasi bagi peserta didik dalam belajar, maka
guru diharapkan dapat membangkitkan motivasi belajar peserta didiknya dalam usaha ini banyak
cara yang dapat dilakukan untuk menciptakan kondisi-kondisi tertentu yang dapat membangkitkan
motivasi belajar”. Menurut Sage Weinberg dan Gould dalam Komarudin (2013:23) “motivation
can defined simply as the direction and intensity of one’s effort”. Menurut Hamanik dalam Kompri
(2015:231) “motivasi sangat menentukan tingkat berhasil atau gagalnya perbuatan belajar siswa.
Belajar tanpa adanya motivasi kiranya akan sangat sulit untuk berhasil. Sebab, seseorang yang
tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar”
Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan adalah Problem-Based Learning
(PBL). PBL merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada pemecahan masalah nyata
yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran PBL, siswa terlibat secara aktif
dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan memecahkan masalah. Metode pembelajaran ini
melibatkan siswa dalam proses belajar-mengajar yang kolaboratif, di mana mereka bekerja secara
mandiri dan dalam kelompok untuk mencapai pemahaman yang mendalam tentang materi
pembelajaran. Menurut (Wijayanti (2017); Zabit dkk. (2016)), Basri (2018), Problem-Based
Learning (PBL) merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pemecahan masalah
dunia nyata yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Dalam PBL, siswa terlibat secara aktif
dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan memecahkan masalah. Metode pembelajaran
kolaboratif ini melibatkan siswa bekerja secara mandiri dan berkelompok untuk mencapai
pemahaman yang mendalam tentang materi yang dipelajari. Beberapa karakteristik utama
Pembelajaran Berbasis Masalah meliputi: Masalah dunia nyata: PBL berfokus pada menyajikan
siswa dengan masalah yang otentik dan kompleks yang relevan dengan kehidupan mereka.
Masalah-masalah ini membutuhkan pemikiran kritis dan keterampilan pemecahan masalah untuk
menemukan solusi. Keterlibatan siswa aktif: Dalam PBL, siswa mengambil peran aktif dalam
proses pembelajaran mereka. Mereka bertanggung jawab untuk mengidentifikasi isu-isu kunci,
melakukan penelitian, dan menemukan solusi untuk masalah yang disajikan. Pembelajaran
kolaboratif: PBL mendorong siswa untuk bekerja sama dalam kelompok untuk memecahkan
masalah. Pendekatan kolaboratif ini mempromosikan kerja tim, komunikasi, dan berbagi ide dan
pengetahuan. Guru sebagai fasilitator: Dalam PBL, guru lebih berperan sebagai fasilitator daripada
dosen. Mereka membimbing dan mendukung siswa selama proses pembelajaran, menyediakan
sumber daya dan umpan balik sesuai kebutuhan. Integrasi pengetahuan dan keterampilan: PBL
mempromosikan integrasi pengetahuan dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Siswa
didorong untuk memanfaatkan pengetahuan mereka sebelumnya dan menerapkannya pada proses
pemecahan masalah. Secara keseluruhan, Pembelajaran Berbasis Masalah adalah pendekatan
pendidikan yang efektif karena mempromosikan pemikiran kritis, keterampilan memecahkan
masalah, kolaborasi, dan penerapan pengetahuan pada situasi dunia nyata. Ini membantu siswa
mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang materi pelajaran dan mempersiapkan
mereka untuk tantangan yang mungkin mereka hadapi dalam karir dan kehidupan masa depan
mereka.
Dalam konteks pembelajaran Informatika, PBL dapat diimplementasikan di laboratorium
komputer. Laboratorium komputer menyediakan lingkungan yang cocok untuk siswa berinteraksi
dengan teknologi komputer dan mengaplikasikan pengetahuan yang mereka pelajari dalam
memecahkan masalah nyata. Dengan menggunakan PBL di laboratorium komputer, diharapkan
siswa dapat lebih termotivasi dan terlibat dalam pembelajaran Informatika, terutama pada materi
Flowchart. Penerapan PBL di laboratorium komputer dapat membantu siswa untuk
mengembangkan keterampilan penyembuhan masalah, kreativitas, dan inovasi. Selain itu, siswa
juga dapat belajar tentang kolaborasi, komunikasi, dan manajemen waktu yang efektif. Dalam
konteks pembelajaran Informatika, PBL dapat membantu siswa untuk memahami konsep-konsep
yang sulit dan kompleks, seperti Flowchart. Flowchart adalah diagram yang digunakan untuk
merepresentasikan algoritma atau proses. Flowchart sangat penting dalam pembelajaran
Informatika karena dapat membantu siswa untuk memahami algoritma atau proses dengan lebih
mudah dan sistematis. Dalam PBL di laboratorium komputer, siswa dapat diberikan proyek atau
tugas yang memerlukan pembuatan Flowchart. Siswa kemudian dapat belajar tentang konsep
Flowchart dan mengembangkan keterampilan dalam membuat Flowchart yang efektif dan efisien.
Dengan demikian, PBL di laboratorium komputer dapat menjadi pendekatan pembelajaran yang
efektif dalam pembelajaran Informatika, terutama pada materi Flowchart. PBL dapat membantu
siswa untuk lebih termotivasi dan terlibat dalam pembelajaran, serta mengembangkan
keterampilan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah nyata.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi siswa kelas X dalam mata pelajaran
Informatika, khususnya pada materi Flowchart, melalui pembelajaran Problem-Based Learning di
laboratorium komputer. Penelitian ini dilaksanakan selama beberapa bulan di sebuah sekolah
menengah atas di Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Cilacap. Data penelitian dikumpulkan melalui
observasi partisipatif, wawancara, dan tes kemajuan siswa. Hasil belajar siswa dianalisis untuk
melihat perubahan dan peningkatan yang terjadi setelah penerapan pembelajaran PBL di
laboratorium komputer. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna
bagi pengembangan pembelajaran Informatika di sekolah menengah atas.
Diharapkan dengan penerapan metode pembelajaran PBL di laboratorium komputer,
motivasi siswa meningkat, dan mereka akan mencapai hasil belajar yang lebih baik dalam mata
pelajaran Informatika, khususnya pada materi Flowchart. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi terhadap pengembangan pembelajaran yang inovatif dan efektif di bidang
pendidikan, khususnya dalam pembelajaran Informatika.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pembelajaran Problem-Based Learning di laboratorium
komputer untuk meningkatkan motivasi siswa kelas X pada mata pelajaran Informatika, khususnya
pada materi Flowchart. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan, yaitu bulan Mei 2023, di SMK
Muhammadiyah Cimanggu. Subjek penelitian terdiri dari 27 peserta didik kelas X TJKT I, dengan
rincian 13 peserta didik laki-laki dan 14 peserta didik perempuan, pada tahun pelajaran 2022/2023.
Penelitian ini terdiri dari dua siklus yang saling terkait. Pada siklus I, dilakukan penerapan metode
Problem-Based Learning dengan menggunakan konteks materi Flowchart. Siswa diberikan tugas-
tugas yang mengharuskan mereka menggunakan pengetahuan tentang Flowchart untuk
memecahkan masalah nyata. Pada siklus II, diterapkan metode yang sama dengan siklus
sebelumnya, namun dengan penekanan pada kerja kelompok kecil (small group discussion) di
dalam laboratorium komputer. Setiap siklus penelitian melibatkan langkah-langkah sebagai
berikut: perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan sesuai rencana (acting),
pengamatan terhadap tindakan yang dilakukan (observing), dan refleksi atas pelaksanaan tindakan
(reflecting). Setiap siklus berlangsung selama dua pertemuan (4 jam pelajaran). Data penelitian
diperoleh dari peserta didik sebagai subjek penelitian. Data yang dikumpulkan meliputi hasil tes
tulis dan observasi. Tes tulis dilaksanakan pada akhir setiap siklus, sedangkan observasi dilakukan
untuk mengumpulkan data mengenai partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dengan
menerapkan model Problem-Based Learning di laboratorium komputer. Analisis data dalam
penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif, dengan melakukan analisis deskriptif
komparatif terhadap perkembangan kognitif siswa, dengan membandingkan hasil belajar pada
siklus I dan siklus II. Diharapkan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran Problem-
Based Learning di laboratorium komputer, motivasi siswa dapat meningkat, dan mereka akan
mencapai hasil belajar yang lebih baik pada mata pelajaran Informatika, khususnya pada materi
Flowchart.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Pra-Siklus
Kondisi Pra-Siklus ini dilakukan tes kemampuan awal (pre-test) kepada siswa kelas X
TJKT I materi Flowchart. Tes ini dilakukan untuk mendapatkan data awal mengenai tingkat
motivasi belajar siswa terhadap hasil pembelajaran sebelum dilakukan penerapan pembelajaran
Problem-Based Learning (PBL) di laboratorium komputer. Tujuan dari tes ini adalah untuk
memperoleh pemahaman awal tentang tingkat motivasi siswa dalam mata pelajaran Informatika
dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu ditingkatkan. Adapun data hasil pre-tes pengetahuan
dan kemampuan peserta didik didapatkan pada tabel berikut:

Tabel 1 - Hasil Pra-Siklus


Hasil Hasil Jumlah
No Arti Lambang Persentase
(Angka) (Huruf) Peserta Didik
1 90-100 A Sangat Baik 0 0%
2 80-89 B Baik 4 14,8%
3 70-79 C Cukup 11 40,7%
4 60-69 D Kurang 11 40,7%
5 <60 E Sangat Kurang 1 3,7%
Jumlah 27 100%

Berdasarkan data diatas, diketahui bahwa jumlah peserta didik yang mendapat nilai A
(Sangat Baik) sebanyak 0% atau tidak ada, yang mendapat nilai B (Baik) sebanyak 14,8% atau
sebanyak 4 peserta didik, yang mendapat nilai C (Cukup Baik) sebanyak 40,7% atau sebanyak 11
peserta didik, yang mendapat nilai D (Kurang) sebanyak 40,7% atau sebanyak 11 peserta didik,
dan yang mendapat nilai E (Sangat Kurang) sebanyak 3,7% atau sebanyak 1 peserta didik.
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Pra-Siklus
No Uraian Hasil Pra-Siklus
1 Nilai Terendah 56
2 Nilai Tertinggi 86
3 Nilai rata-rata 72
4 Jumlah Tuntas 15
5 Jumlah Belum Tuntas 12
6 Persentase ketuntasan belajar 55,5%

Dari tabel 2 Rekapitulasi Hasil Pra-Siklus dapat dijelaskan bahwa pengetahuan dan
pemahaman peserta didik sebelum diberikan tindakan memiliki rekapitulasi nilai terendah 56, nilai
tertinggi 86, dan nilai rata-rata dari 27 peserta didik berada pada nilai 72. Jumlah peserta didik
yang memiliki nilai tuntas belajar sebanyak 15 peserta didik, sedangkan 12 peserta didik lainnya
belum mencapai nilai tuntas belajar karena nilai tuntas belajar pada nilai ≥ 70 dengan persentase
ketuntasan belajar sebesar 55,5% lebih kecil dari nilai persentase yang diharapkan yaitu sebesar
85%. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan ketuntasan
belajar peserta didik di kelas X TJKT I melalui pembelajaran Problem-Based Learning.
Deskripsi Hasil Siklus 1
a. Tahap Perencanaan
1. Menyusun perencanaan pembelajaran bersama guru pamong dan rekan sejawat yang
bertugas sebagai observer dalam penelitian.
2. Menentukan standar kompetensi yang akan dijadikan bahan penelitian. Materi yang
dijadikan bahan penelitian adalah Flowchart pada mata pelajaran Informatika, dengan
fokus pada keterampilan siswa dalam memahami dan mengaplikasikan Flowchart dalam
pemecahan masalah.
3. Mengembangkan format evaluasi berupa tes akhir siklus dengan pertanyaan terstruktur
yang menguji pemahaman siswa tentang Flowchart serta kemampuan mereka dalam
menerapkan Flowchart dalam konteks yang relevan.
4. Penyusunan Lembar Kerja yang berisi panduan dan langkah-langkah praktikum berbasis
problem-based learning (PBL) yang melibatkan penggunaan Flowchart sebagai alat untuk
memecahkan masalah. Lembar kerja ini akan disusun dengan memperhatikan tahapan-
tahapan pemecahan masalah yang relevan dengan materi Flowchart.
5. Mengembangkan format observasi pembelajaran yang terdiri dari observasi kegiatan guru
dan kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung di laboratorium komputer.
Observasi ini akan mencakup interaksi antara siswa, kerja sama dalam kelompok, serta
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah menggunakan Flowchart.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan dan kegiatan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 8 Mei
2023 di laboratorium komputer dengan jumlah 27 siswa kelas X TJKT I. Dalam hal ini,
penulis bertindak sebagai pengajar yang didampingi oleh guru pamong dan rekan sejawat
sebagai observer. Kegiatan pembelajaran mengacu pada rencana pembelajaran yang telah
disusun. Pengamatan dilakukan secara simultan dengan pelaksanaan pembelajaran. Tahapan
pelaksanaan pada siklus I meliputi:
1. Guru memulai dengan pertanyaan awal untuk mengukur pengetahuan dan pemahaman
awal siswa tentang materi Flowchart pada mata pelajaran Informatika.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan
diajarkan.
3. Guru menyampaikan materi terkait pengertian, fungsi, dan langkah-langkah dalam
pembuatan Flowchart.
4. Guru dan siswa terlibat dalam sesi tanya jawab guna memperdalam pemahaman tentang
materi yang diajarkan.
5. Siswa dibagi ke dalam kelompok kecil untuk melaksanakan pembelajaran berbasis
problem-based learning (PBL) dengan menggunakan Flowchart sebagai alat untuk
memecahkan masalah.
6. Guru memberikan tugas kepada setiap kelompok untuk menyusun Flowchart terkait
dengan permasalahan yang diberikan.
7. Setiap kelompok menganalisis Flowchart yang telah disusun, termasuk pengertian,
fungsi, dan langkah-langkah yang terkait.
8. Setiap kelompok menyajikan hasil analisis mereka kepada seluruh kelas.
9. Kelompok lain diberi kesempatan untuk memberikan pertanyaan dan tanggapan terhadap
presentasi kelompok lain.
10. Guru mengarahkan siswa untuk mengikuti post-test I melalui platform quizizz untuk
mengukur pemahaman mereka setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
c. Analisis Data
Pada akhir proses belajar mengajar peserta didik diberi tes formatif I dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam proses belajar mengajar yang telah
dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada Siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel 3 - Hasil Tes Formatif Pada Siklus I
Hasil Hasil Jumlah
No Arti Lambang Persentase
(Angka) (Huruf) Peserta Didik
1 90-100 A Sangat Baik 0 0%
2 80-89 B Baik 10 37,0%
3 70-79 C Cukup 9 33,3%
4 60-69 D Kurang 8 29,6%
5 <59 E Sangat Kurang 0 0%
Jumlah 27 100%

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa jumlah peserta yang tuntas adalah
sebanyak 19 orang peserta didik dengan nilai 70-100. Sedangkan jumlah peserta didik yang
tidak tuntas sebanyak 8 orang peserta didik. Rata-rata nilai yang diperoleh adalah sebesar 74,8
dengan persentase ketuntasan sebesar 70,3%. Untuk melihat rekapitulasi hasil tes formatif
peserta didik pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4 - Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Pada Siklus I
No Uraian Hasil Siklus I
1 Nilai Terendah 64
2 Nilai Tertinggi 84
3 Nilai rata-rata 74,8
4 Jumlah Tuntas 19
5 Jumlah Belum Tuntas 8
6 Persentase ketuntasan belajar 70,3%

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa dengan penerapan model Problem-Based
Learning diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar peserta didik yaitu 74,8 dan ketuntasan
belajar mencapai 70,3% atau terdapat 19 peserta didik sudah tuntas belajar. Adapun siklus
pertama ini memiliki nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 64. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa pada siklus pertama secara klasikal peserta didik belum tuntas belajar seluruhnya,
karena peserta didik yang memperoleh nilai ≥ 70 hanya sebesar 70,3% lebih kecil dari
persentase ketuntasan yang diharapkan yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena peserta
didik masih merasa memahami materi baru dan belum memahami secara keseluruhan konsep
materi yang dimaksud dan model pembelajaran yang diterapkan yaitu Problem-Based
Learning.
d. Refleksi dan Revisi
Dalam kegiatan pembelajaran siklus I diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai
berikut:
1) Guru kurang maksimal dalam memotivasi peserta didik dalam menyampaikan tujuan
pembelajaran.
2) Guru kurang maksimal dalam pengelolaan waktu.
3) Peserta didik kurang aktif selama pembelajaran berlangsung.
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I masih terdapat kekurangan, sehingga perlu
adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya. Adapun revisi dan rencana tindak lanjut
pada siklus II yaitu :
1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi peserta didik dan lebih jelas dalam
menyampaikan konsep dan tujuan pembelajaran. Peserta didik perlu diajak untuk
terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
2) Guru perlu mengelola waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi
yang berkaitan materi pembelajaran.
3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi peserta didik sehingga
peserta didik dapat lebih antusias dalam pembelajaran.
Deskripsi Hasil Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Dalam tahapan perencanaan ini, penulis melakukan persiapan untuk pembelajaran siklus II
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menyusun perencanaan pembelajaran siklus II secara kolaboratif dengan guru pamong
dan rekan sejawat.
2. Mengembangkan format evaluasi berupa tes akhir siklus II yang terdiri dari soal pilihan
ganda terstruktur, bertujuan untuk melihat proses pemikiran langkah demi langkah
siswa.
3. Menyusun Lembar Kerja berupa soal-soal uraian yang akan digunakan dalam kegiatan
small group discussion, berdasarkan latihan pada siklus I.
4. Mengembangkan format observasi pembelajaran yang mencakup pengamatan terhadap
kegiatan guru dan partisipasi siswa selama proses pembelajaran berlangsung di
laboratorium komputer.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan dan kegiatan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 2023 di
laboratorium komputer dengan kelas X TJKT I sebagai subjek penelitian. Penulis bertindak
sebagai pengajar dan dibantu oleh guru pamong serta rekan sejawat yang bertugas sebagai
observer. Kegiatan belajar mengajar mengacu pada rencana pembelajaran siklus II yang telah
disusun sebelumnya. Pelaksanaan tindakan pada siklus II terdiri dari beberapa langkah, yaitu:
1. Guru mereview kembali materi pembelajaran tentang Flowchart pada pertemuan
sebelumnya.
2. Guru memberikan penjelasan terperinci tentang konsep dan penggunaan Flowchart
dalam informatika.
3. Peserta didik diberikan tugas berupa permasalahan yang harus diselesaikan dengan
menggunakan Flowchart sebagai alat bantu.
4. Peserta didik bekerja secara mandiri atau dalam kelompok untuk merancang Flowchart
yang sesuai dengan permasalahan yang diberikan.
5. Setelah selesai, peserta didik menyajikan dan menjelaskan Flowchart yang telah mereka
buat di depan kelas.
6. Peserta didik diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan, komentar, dan
masukan terhadap Flowchart yang telah disajikan oleh teman-teman mereka.
7. Guru memberikan umpan balik dan evaluasi terhadap kinerja peserta didik serta
memberikan penjelasan tambahan jika diperlukan.
8. Peserta didik mengisi post-test II melalui media quizizz untuk mengukur pemahaman
mereka setelah pembelajaran siklus II. Dengan demikian, tahapan pelaksanaan siklus II
bertujuan untuk meningkatkan motivasi peserta didik dalam mata pelajaran informatika
dengan menggunakan pendekatan problem-based learning dan menerapkan
pembelajaran di laboratorium komputer.
c. Analisis Data
Pada akhir proses pembelajaran, peserta didik diberi tes formatif II dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran yang telah
dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun hasil penelitian pada
siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil Tes Formatif Pada Siklus II
Hasil Hasil Jumlah
No Arti Lambang Persentase
(Angka) (Huruf) Peserta Didik
1 90-100 A Sangat Baik 5 18,5%
2 80-89 B Baik 8 29,6%
3 70-79 C Cukup 11 40,7%
4 60-69 D Kurang 3 11,1%
5 <59 E Sangat Kurang - 0%
Jumlah 27 100%

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui jumlah peserta didik yang tuntas sebanyak 24
orang peserta didik. Sedangkan jumlah peserta didik yang tidak tuntas sebanyak 3 orang
peserta didik. Rata-rata nilai yang diperoleh peserta didik sebesar 80 dengan persentase
ketuntasan sebesar 88,8%. Untuk melihat rekapitulasi hasil tes formatif II pada pembelajaran
siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Pada Siklus II
No Uraian Hasil Siklus I
1 Nilai Terendah 68
2 Nilai Tertinggi 96
3 Nilai rata-rata 80
4 Jumlah Tuntas 24
5 Jumlah Belum Tuntas 3
6 Persentase ketuntasan belajar 88,8%

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif II sebesar 80. Dari jumlah
27 peserta didik, terdapat sebanyak 24 orang peserta didik yang telah mencapai ketuntasan
belajar dan 3 orang peserta didik lainnya belum mencapai ketuntasan belajar. Maka, secara
klasikal ketuntasan belajar yang telah dicapai sebesar 88,8% (termasuk kategori tuntas). Hasil
pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus sebelumnya. Adapun
peningkatan hasil belajar pada siklus ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan
guru dalam menerapkan model pembelajaran Problem-Based Learning dan peningkatan
media pembelajaran yang digunakan, sehingga peserta didik menjadi terbiasa dan
menunjukkan peningkatan motivasi belajar dalam pembelajaran ini serta peserta didik lebih
mudah memahami materi yang telah diberikan.
d. Refleksi dan Revisi
Dalam pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus ini diperoleh
informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut :
1) Selama proses pembelajaran, guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik
dan maksimal. Meskipun terdapat beberapa aspek yang belum sempurna dalam
pelaksanaannya tetapi masing-masing memiliki peningkatan yang cukup baik.
2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa peserta didik cukup aktif dalam
pembelajaran.
3) Kekurangan pada siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan yang
lebih baik.
4) Hasil belajar peserta didik pada siklus II memiliki peningkatan dan mencapai
ketuntasan.
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini, guru telah berhasil menerapkan pendekatan
Problem-Based Learning dalam mata pelajaran informatika dengan menggunakan metode
Flowchart di laboratorium komputer. Dalam pelaksanaannya, terlihat peningkatan motivasi
peserta didik dan hasil belajar yang positif. Meskipun demikian, terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya guna memaksimalkan dan mempertahankan
kualitas pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hal ini bertujuan agar pembelajaran di masa
depan dapat terus meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar peserta didik sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama dua siklus, hasil keseluruhan
pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Model pembelajaran Problem-Based Learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
Bahasa Inggris.
2) Model pembelajaran Problem-Based Learning memiliki dampak positif dalam peningkatan
prestasi belajar peserta didik yang dilakukan pada setiap siklus, yaitu siklus I sebesar 70,3%
dan siklus II sebesar 88,8%.
3) Peserta didik dapat bekerja sama dan bekerja secara mandiri, serta mampu bertanggungjawab
atas tugas yang diberikan baik secara kelompok maupun mandiri.
4) Penerapan model pembelajaran Problem-Based Learning mempunyai pengaruh positif yaitu
dapat meningkatkan minat perhatian, motivasi belajar dan kreativitas belajar peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Basri, H. (2018). PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKANAGAMA


ISLAM MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEMBASED LEARNING (PBL) DENGAN
MENGGUNAKANMEDIA VIDEO DI SMA NEGERI 6 KENDARI.
Emda, A. (2017). KEDUDUKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN.
Lantanida Journal, 5(2), 93-196.
Rahman, S. (2021). PENTINGNYA MOTIVASI BELAJAR DALAM MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR. PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN DASAR “Merdeka Belajar dalam Menyambut Era
Masyarakat 5.0”.
Roni Sulistiyono, Pujiati Suyata, dan Rahayu, T. (2017). Contrastive Analysis of Indonesian and
Javanese Languages and Its Prospective Implication for Language Learning. Advances
in Social Science, Education and Humanities Research (ASSEHR), 66.
Wahyuning, S. (2022). Literature Review: Media Pembelajaran Digital untuk Memberdayakan
Keterampilan Berpikir Abad 21 dalam Pembelajaran IPA. Prosiding SNPS (Seminar
Nasional Pendidikan Sains).
Wijayanti, A. P. (2017). PERBEDAAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEMBASED LEARNING (PBL) DAN MODEL PEMBELAJARAN 5MTERHADAP
PRESTASI BELAJAR DAN PRACTICALSKILL PESERTA DIDIK KELAS XI SMA
PADAMATERI KIMIASISTEM KOLOID.
Zabit, M. N. M., Karagiannidou, E., dan Zachariah, T. Z. (2016). Stimulating pre-service teacher
academic achievement through problembased learning (PBL). International Journal of
Advanced and Applied Sciences, 3, 30-35.

Anda mungkin juga menyukai