Anda di halaman 1dari 16

METODE PENJADWALAN WAKTU DAN

MENYUSUN JADWAL PROYEK


1. Metode Jalur Kritis (CPM)
Pada Metode Jalur Kritis atau Critical Path Method (CPM) adalah teknik menganalisis
jaringan kegiatan/aktivitas-aktivitas ketika menjalankan proyek dalam rangka memprediksi
durasi total. Atau merupakan jalur yang memiliki rangkaian komponen- komponen kegiatan
dengan total jumlah waktu terlama dan menunjukkan kurun waktu penyelesaian proyek yang
tercepat. Jadi, jalur kritis terdiri dari rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan pertama
sampai pada kegiatan terakhir proyek. Makna jalur kritis penting bagi pelaksana proyek,
karena pada jalur ini terletak kegiatan-kegiatan yang bila pelaksanaannya terlambat akan
menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan.
Critical path sebuah proyek adalah deretan aktivitas yang menentukan waktu tercepat
yang mungkin agar proyek dapat diselesaikan. Critical path adalah jalur terpanjang dalam
network diagram dan mempunyai kesalahan paling sedikit.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan jalur kritis ini:
a. Tertundanya pekerjaan di jalur kritis akan menunda penyelesaian jalur proyek ini
secara keseluruhan.
b. Penyelesaian proyek secara keseluruhan dapat dipercepat dengan mempercepat
penyelesaian pekerajaan-pekerjaan di jalur kritis.
c. Slack pekerjaan jalur kritis sama dengan 0 (nol). Hal ini memungkinkan relokasi
sumber daya dari pekerjaan non kritis ke pekerjaan kritis.

a.1 Sejarah Analisa Network


Teknik evaluasi dan ulasan program (dikenal cukup luas – sebagai program
evaluation and review technique-PERT) dan metode jalur kritis (critical path method-
CPM) dikembangkan pada tahun 1950-an untuk membantu manajer menentukan jadwal,
mengawasi dan mengendalikan proyek yang besar dan rumit. CPM dikenal pertama kali,
sebagai sebuah alat yang dikembangkan untuk membantu dalam pembangunan dan
pemeliharaan pabrik kimia di DuPont.
Namun dalam sejarah perkembangannya, saat ini banyak lembaga – lembaga lain
yang kemudian juga dapat menerapkan atau menyusun konsep analisa network ini.
Akibatnya nama untuk menyebut analisa network ini banyak sekali, meskipun konsepnya
hampir sama. Nama yang paling umum dipakai adalah PERT (Program Evaluation and
Review Technique) dan CPM (Critical Path Method).

a.2 Metode Jalur Kritis (CPM)


CPM dikembangkan pada tahun 1950-an yang kira-kira sama dengan
pengembangan PERT (Management science). CPM muncul terlebih dahulu di tahun 1957,
sebagai alat yang dikembangkan oleh J.E. Kelly dan M.R.Walker, sedangkan PERT baru
dikembangkan tahun 1958 oleh Booz, Allen, dan Hamilton (Heizer & Render,2006). CPM
mengasumsikan bahwa waktu kegiatan diketahui pasti sehingga hanya memerlukan satu
perkiraan waktu untuk tiap kegiatan inilah perbedaan utamanya dengan metode PERT
(Heizer & Render,2006). Sama halnya dengan PERT, CPM juga menggunakan jaringan
kerja untuk menggambarkan kegiatan proyek. Maka dalam metode CPM menunjukan
adanya jalur kritis, yaitu jalur yang memiliki rangkaian komponen-komponen kegiatan
dengan total jumlah waktu terlama dan menunjukan kurun waktu penyelesaian proyek
yang tercepat. Jadi jalur kritis terdiri dari rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan
pertama sampai kegiatan terakhir proyek. Jalur kritis penting dalam pelaksanaan proyek,
karena pada jalur ini terletak kegiatan-kegiatan yang bila pelaksanaannya terlambat akan
menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan. Terkadang dalam jaringan kerja
terdapat lebih dari satu jalur kritis.
Peran jalur kritis juga sangat penting dalam sebuah proyek karena kegiatan yang
terletak di jalur kritis dapat menyebabkan keterlambatan sebuah proyek apabila tidak
dijalankan dengan efektif (Render, Stair, Hanna, 2009). Untuk menemukan jalur kritis
dahulu diperlukan identifikasi terhadap setiap kegiatan dalam jaringan kerja (Render,
Stair, Hanna, 2009) yaitu:
1. Earliest start time (ES) : Yaitu waktu tercepat untuk memulai suatu kegiatan.
2. Earliest finish time (EF): Yaitu waktu tecepat untuk menyelesaikan kegiatan.
3. Latest start time (LS) : Yaitu waktu terlama untuk dapat memulai suatu
kegiatan
4. Latest finish time (LF) : Yaitu waktu terlama untuk dapat menyelesaikan suatu
kegiatan
Maka dapat kita ketahui bahwa metode jalur kritis (critical path method-CPM)
merupakan sebuah teknik menajemen proyek yang hanya menggunakan satu faktor waktu
pada aktivitas, yang dimana jalur ini terdiri dari aktivitas penting pada sebuah proyek
yang bisa menyebabkan keterlambatan pada keseluruhan proyek.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan jalur kritis ini:
a) Tertundanya pekerjaan di jalur kritis akan menunda penyelesaian jalur proyek
ini secara keseluruhan.
b) Penyelesaian proyek secara keseluruhan dapat dipercepat dengan mempercepat
penyelesaian pekerajaan-pekerjaan di jalur kritis.
c) Slack pekerjaan jalur kritis sama dengan 0 (nol). Hal ini memungkinkan relokasi
sumber daya dari pekerjaan non kritis ke pekerjaan kritis.

a.3 Tujuan dan Manfaat Critical Path Method (CPM)


a) Untuk memetakan semua langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan
proyek dan mengidentifikasi jadwal untuk setiap prioritas dan urutan yang
terlibat.
b) Menunjukkan hubungan tiap-tiap kegiatan terhadap keseluruhan proyek.
c) Mengidentifikasikan hubungan yang harus didahulukan di antara kegiatan.
d) Menunjukkan perkiraan biaya dan waktu yang realistis untuk tiap kegiatan.
e) Membantu penggunaan tenaga kerja, uang dan sumber daya lainnya dengan
cara mencermati hal-hal kritis pada proyek.

a.4 Kelebihan dan Kekurangan Critical Path Method (CPM)


a.4.1 Kelebihan yang dimiliki metode Critical Path Method (CPM) yaitu :
a) Untuk penjadwalan, pemantauan, dan pengendalian proyek.
b) Seorang manajer proyek dapat menentukan tanggal yang sebenarnya untuk
setiap kegiatan dan membandingkan apa yang seharusnya terjadi dengan apa
yang sedang terjadi dan reaksinya.
c) Kegiatan dan hasilnya dapat ditampilkan sebagai jaringan.
d) Menampilkan dependensi untuk membantu penjadwalan.
e) Melakukan evaluasi kegiatan yang dapat berjalan sejajar satu sama lain.
f) Menentukan slack dan float.
g) Banyak digunakan dalam industri.
h) Dapat menentukan beberapa jalur yang sama penting.
i) Menentukan durasi proyek, yang meminimalkan jumlah biaya langsung dan
tidak langsung.
j) Memberikan tampilan grafis dari alur kegiatan sebuah proyek.
k) Menunjukkan alur kegiatan mana saja yang penting diperhatikan dalam
menjaga jadwal penyelesaian proyek.

a.4.2 Kekurangan yang dimiliki Critical Path Method (CPM)


a) Dapat menjadi rumit dan meningkatkan kompleksitas untuk proyek yang lebih
besar.
b) Tidak menangani penjadwalan personil atau alokasi sumber daya.
c) Jalur kritis tidak selalu jelas dan perlu dihitung cermat.
d) Memperkirakan waktu penyelesaian kegiatan bisa sulit.

a.5 Menyusun Urutan Kegiatan


Menyusun urutan atau hubungan satu dengan yang lain dalam proses membuat
jaringan kerja, didasarkan atas logika ketergantungan, misalnya kegiatan mendirikan
tiang rumah dilakukan setelah selesai membuat pondasi, menaikkan atap setelah
pemasangan tiang penyangga, dan lain-lain. Karena memang demikianlah adanya
urutan teknis yang harus ditempuh. Hal ini merupakan salah satu aturan dasar dalam
menyusun jaringan kerja, yang mendorong perencana melakukan pendekatan
sistematis dan berpikir secara analitis.

a.5.1 Ketergantungan alamiah dan sumber daya


a) Ketergantungan Alamiah
Sebagian besar ketergantungan disebabkan oleh sifat kegiatan itu
sendiri, misalnya pada contoh di atas, kegiatan menaikkan atap belum dapat
dilakukan sebelum pekerjaan mendirikan tiang penyangga diselesaikan.
Ketergantungan demikian disebut ketergantungan alamiah, karena meskipun
seandainya telah tersedia cukup tenaga ataupun sumber daya yang lain,
tetapi bila tiang belum berdiri dan siap menyangga atap, maka pelaksanaan
pekerjaan menaikkan atap belum dapat dimulai.
b) Ketergantungan Sumber Daya
Jenis lain dari ketergantungan adalah ketergantungan sumber daya.
Sebagai contoh, pekerjaan membuat pondasi tidak dapat dilakukan bersamaan
waktunya dengan pekerjaan pabrikasi tiang atau kerangka atap, karena
kurangnya tenaga kerja, sehingga harus dilakukan secara berurutan atau seri.
Dalam contoh ini ketergantungan tersebut disebabkan oleh terbatasnya dana
atau sumber daya.
a.5.2 Pertanyaan yang Membantu
Usaha menyusun urutan kegiatan yang mengikuti logika
ketergantungan akan dipermudah dengan mencoba menjawab pertanyaan
sebagai berikut:
 Kegiatan apa yang dimulai terlebih dahulu.
 Mana kegiatan berikutnya yang akan dikerjakan.
 Adakah kegiatan-kegiatan yang dapat berlangsung sejajar.
 Perlukah mulainya kegiatan tertentu dengan menunggu yang lain.
Contoh 1 :
Pada proyek pembangunan gudang kerangka besi, Proyek dipecah menjadi 6
komponen pekerjaan dan ditentukan urutannya. Pada langkah ini, yang diberi perhatian
hanyalah menyusun kegiatan-kegiatan tersebut berdasarkan hubungan ketergantungan,
sedangkan hal-hal lain akan ditinjau pada tahap berikutnya. Terlihat bahwa kegiatan
pembelian material (2-3) harus menunggu selesainya pembuatan gambar desain (1-2), karena
sebelum desain diselesaikan belum diketahui jumlah maupun macam material secara tepat.
Demikian pula halnya dengan pekerjaan menyiapkan lahan atau site preparation (2-4) harus
menunggu sampai gambar desain selesai untuk mengetahui, misalnya berapa ukuran pen
ggalian tanah untuk pondasi yang harus disiapkan. Dari analisis diketahui bahwa kegiatan
pembelian material (2-3) dapat dilakukan bersamaan waktunya dengan kegiatan menyiapkan
lahan (2-4).Selanjutnya, mudah dimengerti bahwa pekerjaan pabrikasi (3-5) harus menunggu
tersedianya material, sedangkan membuat pondasi (4-5) menunggu selesainya menyiapkan
lahan (2-4 ) . Pekerj aan mendirikan bangunan (5-6) baru dapat dimulai bila dua pekerjaan
yang mendahuluinya telah selesai, yaitu membuat pondasi (4-5) dan pabrikasi tiang, dinding,
dan atap telah dikerjakan (3-5). Bila kegiatan-kegiatan di atas disusun menjadi jaringan kerja
akan terlihat seperti pada Gambar 1.1
Kegiatan Kegiatan yang
Keterangan
i j Mendahului
(1) (2) (3) (4)
1 2 Membuat gambar desain
2 3 Membeli material 1-2
2 4 Menyiapkan lahan 1-2
3 5 Pabrikasi (tiang dan atap) 2-3
4 5 Membuat pondasi 2-4
5 6 Mendirikan bangunan 3-5 dan 4-5

Tabel 1.1 Komponen Kegiatan proyek pembangunan gudang kerangka besi

Gambar 1.1 Jaringan Kerja Proyek dengan komponen kegiatan seperti Tabel 1.1.
a.6 Penentuan Kurun Waktu Kegiatan
Setelah selesai menyusun rangkaian kegiatan menjadi jaringan kerja, maka
sampai pada batas tertentu dapat dikatakan bahwa tahap perencanaan proyek telah
diselesaikan. Prosesproses itu adalah menganalisis lingkup kerja, memecahkan
menjadi langkah urutan kegiatan untuk mencapai sasaran dan memikirkan bagaimana
usaha mencapai sasaran tersebut yaitu membuat pondasi (4-5) dan pabrikasi tiang,
dinding, dan atap telah dikerjakan (3-5). Bila kegiatan-kegiatan di atas disusun
menjadi jaringan kerja akan terlihat seperti pada Gambar 1.1.dengan efisien, misalnya,
kegiatan dilaksanakan berseri atau paralel dan lain-lain. Langkah berikutnya,
memberikan unsur kurun waktu ke dalam masing-masing kegiatan. Dengan
memasukkan unsur kurun waktu ke analisis jaringan kerja, berarti perencanaan telah
memasuki taraf yang lebih khusus/ spesifik, yaitu membuat jadwal kegiatan proyek.

a.6.1 Rapat Perencanaan


Ketepatan atau akurasi perkiraan kurun waktu akan ban yak tergantung dari
siapa yang membuat perkiraan tersebut. Misalnya, seorang pengawas pekerjaan
pengelasan akan lebih akurat mengenai perkiraan waktu yang diperlukan untuk
mengelas pipa dengan ukuran tertentu dibanding dengan pengawas pekerjaan lain.
Menyadari akan pentingnya faktor akurasi dalam memperkirakan waktu komponen
kegiatan yang sangat tergantung pada individu, maka dalam praktek sering diadakan
rapat perencanaan di antara rnereka yang bertanggung jawab atas pelaksanaan proyek.
Mereka adalah penyelia lapangan dan engineer dari bidang teknik, perencanaan, dan
pengendalian. Pada rapat ini para penyelia dan engineer saling memberikan masukan,
sanggahan rnaupun komentar perihal rencana pelaksanaan lingkup kerja yang
berkaitan dengan j adwal maupun keperluan surnber daya.

a.6.2 Perkiraan Kurun Waktu Kegiatan


Ketepatan atau akurasi perkiraan kurun waktu akan ban yak tergantung dari
siapa yang membuat perkiraan tersebut. Misalnya, seorang pengawas pekerjaan
pengelasan akan lebih akurat mengenai perkiraan waktu yang diperlukan untuk
mengelas pipa dengan ukuran tertentu dibanding dengan pengawas pekerjaan lain.
Menyadari akan pentingnya faktor akurasi dalam memperkirakan waktu komponen
kegiatan yang sangat tergantung pada individu, maka dalam praktek sering diadakan
rapat perencanaan di antara rnereka yang bertanggung jawab atas pelaksanaan proyek.
Mereka adalah penyelia lapangan dan engineer dari bidang teknik, perencanaan, dan
pengendalian. Pada rapat ini para penyelia dan engineer saling memberikan masukan,
sanggahan rnaupun komentar perihal rencana pelaksanaan lingkup kerja yang
berkaitan dengan jadwal maupun keperluan surnber daya.

a.6.3 Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan


Faktor-faktor di bawah ini perlu diperhatikan dalarn mernperkirakan kurun waktu
kegiatan.
a) Angka perkiraan hendaknya bebas dari pertimbangan pengaruh kurun waktu
kegiatan yang mendahului atau yang terjadi sesudahnya. Misalnya, kegiatan
memasang pondasi tergantung dari tersedianya semen, tetapi d alam
mernperkirakan kurun waktu memasang pondasi jangan dirnasukkan fak,tor
kemungkinan terlambatnyapenyediaan semen.
b) Angka perkiraan kurun waktu kegiatan dihasilkan dari asumsi bahwa sumber
daya tersedia dalam jumlah yang normal. Pada tahap awal analisis, angka
perkiraanini dianggap tidak ada keterbatasan jumlah sumber daya, sehingga
memungkinkan kegiatan dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan a tau
paralel. Sehingga penyelesaian proyek lebih cepat dibanding bila dilaksanakan
secara berurutan atau berseri.
c) Gunakan hari kerja normal, jangan dipakai asumsi kerja lembur, kecuali kalau
hal tersebut telah direncanakan khusus untuk proyek yang bersangkutan,
sehingga diklasifikasi sebagai hal yang normal.
d) Bebas dari pertimbangan mencapai target jadwal penyelesaian proyek, karena
dikhawatirkan mendorong untuk menentukan angka yang disesuaikan dengan
target tersebut. Tidak memasukkan angka kontinjensi untuk hal-hal seperti
adanya bencana alam (gempa bumi, banjir, badai, dan lain-lain), pemogokan,
dan kebakaran.

a.6.4 Pengaruh Cuaca


Pengaruh cuaca merupakan salah satu persoalan yang sulit untuk diduga, dan
oleh karenanya rnemerlukan perhatian yang khusus. Dikenal pendekatan berikut dalam
masalah ini.
a) Tidak memasukkan faktor cuaca ke dalam perkiraan waktu masing-masing
kegiatan, tetapi memperhitungkan ke dalam kurun waktu penyelesaian proyek
secara ke seluruhan. Misalnya, suatu proyek akan selesai dalam waktu 150 hari,
kemudian diperhitungkan pengaruh musim atau cuaca pada waktu proyek
berlangsung, seperti salju atau hujan yang menghambat pekerjaan di lapangan
terbuka selama 20 hari. Maka dalam hal ini penyelesaian proyek secara
keseluruhan adalah 170 hari.
b) Memasukkan faktor cuaca ke dalam masing-masing kegiatan. Di sini kegiatan-
kegiatan tersebut dikaji sejauh mana kepekaannya terhadap pengaruh cuaca
selama proyek berlangsung. Misalnya, pekerjaan tanah atau penyiapan lahan
terhadap hujan dan lain-lain. Hanya khusus untuk pekerjaan demikian diberi
alokasi w aktu tambahan, kemudian dihitung penyelesaian proyek secara
keseluruhan.
Pendekatan kedua secara potensial akan memberikan angka dengan akurasi
yang lebih baik, tetapi juga memerlukan usaha yang lebih besar.

a.7 Jaringan Kerja (Network)


Gray dan Larson dalam bukunya manajemen proyek menyebutkan network adalah
alat yang digunakan untuk merencanakan, menjadwalkan, dan mengendalikan kemajuan
proyek. Diagram jaringan ini merupakan metode yang dianggap mampu menyuguhkan
teknik dasar dalam menentukan urutan dan kurun waktu kegiatan, yang pada giliran
selanjutnya dapat dipakai untuk memperkirakan waktu penyelesaian proyek secara
keseluruhan (2006 p161). Berikut ini beberapa istilah yang digunakan untuk membangun
jaringan proyek (Gray dan Larson, 2006 p161):
b) Aktivitas (activity)
Merupakan sebuah elemen proyek yang memerlukan waktu.
c) Aktivitas Gabungan
Merupakan sebuah aktivitas yang memiliki lebih dari satu aktivitas yang
mendahuluinya (lebih dari satu anak panah ketergantungan).
d) Aktivitas paralel
Merupakan aktivitas yang terjadi pada saat yang sama atau aktivitas yang dapat
terjadi selagi aktivitas ini terjadi.
e) Jalur
Sebuah urutan dari berbagai aktivitas yang berhubungan dan tergantung
f) Predecessor
Aktivitas pendahulu
g) Successor
Aktivitas pengganti atau aktivitas yang mengikuti aktivitas ini.
h) Jalur kritis
Jalur terpanjang pada jaringan. Jika sebuah aktivitas pada jalur ditunda, proyek
juga tertunda untuk waktu yang bersamaan
i) Aktivitas menggelembung
Aktivitas ini mempunyai lebih dari satu aktiivitas yang mengikuti (lebih dari
satu anak panah ketergantungan yang mengalir dari aktivitas tersebut).
j) Event
Istilah ini digunakan untuk menunjukkan satu titik waktu di mana sebuah
aktivitas dimulai atau diselesaikan.

a.8 Pendekatan AON dan AOA


Dua pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan jaringan proyek adalah
activity-on-node (AON) dan activity-on-arrow (AOA). Kedua metode tersebut mengunakan
dua blok pembangunan, yaitu anak panah dan node (Gray dan Larson, 2006 p163). Agar
terdapat persamaan persepsi dalam membaca diagram jaringan, berikut ini penjelasan anak
panah dan node menurut Herjanto (2007) :
a) Activity / anak panah
Anak panah menggambarkan arah kegiatan, sehingga dapat diketahui kegiatan
terdahulu (predecessor) dan kegiatan yang megikuti (sucessor). Setiap anak
panah biasanya disertai dengan notasi yang memberikan identitas nama/jenis
kegiatan dan estimasi waktu penyelesaian untuk jaringan AOA. Bentuk anak
panah dapat disesuaikan dengan keadaan jaringan kerja, jadi tidak selalu garis
lurus.

b) Event / node
Node menggambarkan peristiwa. Setiap kegiatan biasanya selalu dimulai
dengan peristiwa mulainya kegiatan dan diakhiri dengan peristiwa selesainya
kegiatan itu.

Pada AON sebuah aktivitas diwakili oleh sebuah node ketergantungan antar aktivitas
dilukiskan degan anak panah diantara node pada jaringan AON. Sedangkan AOA, anak panah
menunjukkan aktivitas proyek individual yang memerlukan waktu dan node menunjukkan
sebuah peristiwa (event) (Gray dan Larson, 2006 p163). Gray and Larson berpendapat terdapat
8 aturan yang berlaku secara umum ketika mengembangkan sebuah jaringan proyek (2006
p162):
1. . Jaringan umumnya mengalir dari kiri ke kanan.
2. Sebuah aktivitas dapat dimulai sampai semua aktivitas yang mendahuluinya telah
dikerjakan.
3. Panah pada jaringan menandakan adanya aktivitas yang mendahului jalur. Panah dapat
bersilang satu sama lain.
4. Masing-masing aktivitas harus memiliki nomor identitas (ID) unik.
5. Nomor identifikasi sebuah aktivitas (ID) harus lebih besar dari semua aktivitas yang
mendahuluinya.
6. Pengulangan tidak diperbolehkan.
7. Pernyataan bersyarat tidak diperbolehkan (jenis pernyataan ini seharusnya tidak ada).
8. Ketika ada banyak start, dapat digunakan sebuah node start yang umunya untuk
mengindikasikan permulaan proyek pada jaringan. Dengan cara yang sama, node akhir
proyek tuggal dapat digunakan untuk mengindikasikan akhir proyek.

Selain gambar aktivitas dan kegiatan di atas, maka terdapat pula aktivitas semu
(dummy) untuk memperjelas hubungan. Kegiatan semu berfungsi sebagai penghubung
yang tidak membutuhkan sumber daya maupun waktu penyelesaian (Santosa, 2008).
Dummy diperlukan bila sebuah jaringan mempunyai dua kegiatan dengan kejadian mulai
dan akhir yang sama.Aktivitas semu (dummy) juga digambarkan sebagai anak panah
putus-putus dan mempunyai waktu penyelesaian nol. Gambar 1.3 meperlihatkan contoh
jaringan dummy dan Gambar 1.4 menjelaskan secara grafis dan simbol yang digunakan
dalam membuat jaringan kerja.
Gambar 1.3 Hubungan ketergantungan dengan memakai
dummy

a.9 Menghitung waktu Slack / Float dan Mengidentifikasi Jalur Kritis


Pengidentifikasian jalur kritis dilakukan sesudah mengetahui ES , EF, LF, LS dan
juga float. Waktu slack atau waktu bebas ialah waktu yang dimiliki oleh setiap kegiatan
untuk bisa diundur, tanpa menyebabkan keterlambatan proyek keseluruhan. Secara
matematis (Heizer & Render,2014) :

slack = LS – ES atau slack = LF – EF

Ada dua tipe float (Heizer & Render,2014):


a. Free float adalah lamanya suatu tugas dapat mundur tanpa menunda tugas
berikutnya.
b. Total float adalah lamanya suatu tugas dapat mundur tanpa menunda seluruh
proyek.
Dalam proyek sederhana, free float dan total float biasanya sama, tetapi dalam
proyek dengan beberapa jalur paralel, keduanya dapat berbeda secara signifikan. Jalur
kritis merupakan suatu hal yang selalu menjadi perhatian dalam penjadwalan proyek
disamping umur proyek, karena terlambat atau tidaknya proyek tergantung dari terlambat
atau tidaknya kegiatan
Gambaryang berada padadalam
1.4 Tanda/symbol lintasan kritisjaringan
membuat itu (Herjanto,2007).
kerja Kegiatan
pada slack = 0 disebut sebagai kegiatan kritis dan berada pada jalur kritis. Jalur kritis
adalah jalur tidak terputus melalui jaringan proyek yaitu (Heizer & Render,2006):
a. Mulai pada kegiatan pertama proyek
b. Berhenti pada kegiatan terakhir proyek
c. Terdiri dari hanya kegiatan kritis (yaitu kegiatan yang tidak memiliki
waktu slack)

a.10 Perbedaan Metode CPM dan PERT


Penjelasan-penjelasan mengenai metode PERT dan CPM telah kita uraikan dan
kita coba pahami, dimana dua metode tersebut memiliki perbedaan yang akan
digambarkan melalui table berikut:
Tabel 1.2 Perbedaan CPM dan PERT

Perbedaan CPM PERT


Estimasi Waktu Membutuhkan satu Membutuhkan tiga estimasi
estimasi waktu waktu
Probabilitas Tidak melakukan hitungan Melakukan hitungan
analisis probabilitas analisis probabilitas
Kurun Waktu Kurun waktu penyelesaian Kurun waktu
hanya ditandai dengan penyelesaiannya ditandai
suatu angka tertentu. suatu angka ditambah
dengan varians
Hubungan Antar Kegiatan Hubungan antar kegiatan Hubungan antar kegiatan
harus diketahui secara harus diketahui secara
spesifik spesifik.
Diagram Jaringan Kerja Menggunakan diagram Menggunakan diagram
jaringan kerja untuk jaringan kerja untuk
memberikan gambaran memberikan gambaran
pengerjaan proyek pengerjaan proyek
Kegiatan Kritis Slack atau tenggat waktu Slack atau tenggat waktu
pengerjaan proyek pengerjaan proyek
menunjukan angka ‘0’ menunjukan angka ‘0’

a.11 Teknik Menghitung Critical Path Method (CPM)


a.11.1 Hitungan Maju (Forward Pass)
Dimulai dari Start (initial event) menuju Finish (terminal event) untuk menghitung
waktu penyelesaian tercepat suatu kegiatan (EF), waktu tercepat terjadinya kegiatan
(ES) dan saat paling cepat dimulainya suatu peristiwa (E).

Aturan Hitungan Maju (Forward Pass)


 Kecuali kegiatan awal, maka suatu kegiatan baru dapat dimulai bila kegiatan
yang mendahuluinya (predecessor) telah selesai.
 Waktu selesai paling awal suatu kegiatan sama dengan waktu mulai paling
awal, ditambah dengan kurun waktu kegiatan yang mendahuluinya.
EF(i-j) = ES(i-j) + t (i-j)
 Bila suatu kegiatan memiliki dua atau lebih kegiatan-kegiatan terdahulu yang
menggabung, maka waktu mulai paling awal (ES) kegiatan tersebut adalah
sama dengan waktu selesai paling awal (EF) yang terbesar dari kegiatan
terdahulu.
a.11.2 Hitungan Mundur (Backward Pass)
Dimulai dari Finish menuju Start untuk mengidentifikasi saat paling lambat
terjadinya suatu kegiatan (LF), waktu paling lambat terjadinya suatu kegiatan (LS) dan
saat paling lambat suatu peristiwa terjadi (L).

Aturan Hitungan Mundur (Backward Pass)


 Waktu mulai paling akhir suatu kegiatan sama dengan waktu selesai paling
akhir dikurangi kurun waktu berlangsungnya kegiatan yang bersangkutan.
LS(i-j) = LF(i-j) t
 Apabila suatu kegiatan terpecah menjadi 2 kegiatan atau lebih, maka waktu
paling akhir (LF) kegiatan tersebut sama dengan waktu mulai paling akhir (LS)
kegiatan berikutnya yang terkecil.

Apabila kedua perhitungan tersebut telah selesai maka dapat diperoleh nilai
Slack atau Float yang merupakan sejumlah kelonggaran waktu dan elastisitas dalam
sebuah jaringan kerja.

a.12 Contoh Perhitungan Critical Path Method (CPM)

Tabel Aktivitas Proyek dan Durasi Waktu


Waktu Aktivitas
No. Aktivitas Proyek Kode
(Hari) Sebelumnya
1. Pekerjaan Persiapan A 3 -
2. Pekerjaan Penggalian B 5 A
3. Pekerjaan Pondasi C 10 B
4. Pekerjaan Struktur Kolom D 12 C
5. Pekerjaan Sloof E 6 C
6. Pekerjaan Dinding Dan Rangka F 12 E
7. Pekerjaan Rangka Atap G 10 D
8. Pekerjaan Atap (Langit-langit dan ubin) H 17 G
9. Pekerjaan Sanitasi dan Instalasi Listrik I 20 F,H
10. Pekerjaan Plester J 25 F,H
11. Pekerjaan Lantai K 18 I
12. Pekerjaan Instalasi (Lampu, Kaca,
L 15 F
Pintu,Jendela)
13. Pekerjaan Pengecetan M 30 J,K
14. Pekerjaan Pagar N 10 L
15. Pekerjaan Pelengkap O 6 M,N
 Selanjutnya membuat diagram Critical Path Method (CPM) berdasarkan table di atas.

Kode aktivitas

Yang mana :
n

EES LET

 Menghitung jalur cepat (EES)


ES1 =0 waktu awal atau star
ES2 = ES1 + Durasi
=0+3
=3 ES EF
LF
LS
Durasi
ES3 = ES2 + Durasi
=3+5
=8
ES4 = ES3 + Durasi
= 8 + 10
= 18 Ket.
ES5 = ES4 + Durasi n : number of event
= 18 + 12
EES : Earliest Event Time
= 30
LET : Latest Event Time
ES6 = ES4 + Durasi
= 18 + 6
= 24
ES7 = ES6 + Durasi
= 24 + 12
= 36
ES8 = ES5 + Durasi
= 30 + 10
= 40
ES9 = ES8 + Durasi
= 40 + 17
= 57
ES10 = ES9 + Durasi
= 57 + 20
= 77
ES11 = ES10 + Durasi
= 77 + 18
= 95
ES12 = ES7 + Durasi
= 36 + 15
= 51
ES13 = ES4 + Durasi
= 95 + 30
= 125
ES14 = ES13 + Durasi
= 125 + 6
= 131

 Buat diagram jalur cepatnya dari hasil perhitungan di atas.


 Menghitung jalur lambat (LET)
LF14 = 131 waktu selesai paling lambat
LF13 = LF14 - Durasi
= 131 - 6
= 125
LF12 = LF13 - Durasi
= 125 - 10
= 115
LF11 = LF13 - Durasi
= 125 - 30
= 95
LF10 = LF11 - Durasi
= 95 - 18
= 77
LF9 = LF10 - Durasi
= 77 - 20
= 57
LF8 = LF9 - Durasi
= 57 - 17
= 40
LF7 = LF9
= 57
LF6 = LF7 - Durasi
= 57 - 12
= 45
LF5 = LF8 - Durasi
= 40 - 10
= 30
LF4 = LF5 - Durasi
= 30 - 12
= 18
LF3 = LF4 - Durasi
= 18 - 10
=8
LF2 = LF3 - Durasi
=8-5
=3
LF1 = LF2 - Durasi
=3-3
=0
 Buat diagram jalur lambatnya dari hasil perhitungan di atas.

 Gabungkan Jalur Lambat dan Jalur Cepatnya sehingga terbentuk Diagram CPM
 Tentukan Jalur Kritisnya, dengan memperhatikan jalur yang EES dan LETnya bernilai
sama.

*panah warna merah itulah jalur Kritisnya

Anda mungkin juga menyukai