1. Pengertian Zakat
Kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-barakatu ‘kebersihan’, al-namā ‘pertumbuhan dan
Menurut Chapra1, “Zakat adalah suatu tanda yang jelas dan tegas dari kehendak Tuhan untuk menjamin bahwa
tidak seorang pun menderita kekurangan sarana untuk memenuhi kebutuhan pokoknya akan barang dan jasa”.
Sedangkan Menurut Muhammad 2, “Zakat merupakan harta yang diambil dari amanah harta yang dikelola oleh orang
kaya, yang ditransfer kepada kelompok fakir dan miskin serta kelompok lain yang telah ditentukan dalam Al-Qur’an,
yang lazim disebut kelompok mustahik. Dalam istilah ekonomi, zakat merupakan tindakan transfer of income
(pemindahan kekayaan) dari golongan kaya (agniya/the have) kepada golongan yang tidak berpunya (the have not).”
Zakat menurut agama Islam adalah salah satu rukun Islam yang kelima, fardhu ‘ain atas tiap-tiap orang yang
cukup syarat-syaratnya. Zakat mulai di wajibkan pada tahun kedua hijrah, seperti firman Allah SWT dalam surat an-Nisa
ayat 77 yang berbunyi: “Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka, "Tahanlah
tanganmu (dari berperang), dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat!"Ketika mereka diwajibkan berperang, tiba-tiba
sebagian mereka takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada (azab) Allah, bahkan lebih takut dari
itu.Mereka berkata, "Ya Tuhan Kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami?Mengapa tidak Engkau tunda
(kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi?"Katakanlah, "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan
akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dizalimi sedikitpun.” 3
Ibnu Katsir rahimahullah di dalam Kitab Tafsirnya mengatakan: “Orang-orang mukmin pada awal Islam, ketika
itu di Makkah, mereka diperintahkan untuk shalat dan zakat, walau tanpa batasan tertentu. Mereka diperintahkan untuk
melindungi orang-orang fakir, diperintahkan untuk toleransi dan memaafkan kaum musyrikin, dan sabar hingga batas
waktu yang ditentukan.Padahal mereka amat membara dan amat senang seandainya mereka diperintahkan berperang
melawan musuh-musuh mereka.Akan tetapi, kondisi saat itu tidak memungkinkan dikarenakan banyak sebab. 4
1
Chapra, M. Umar, Islam dan Tantangan Ekonomi: Islamisasi Ekonomi Kontemporer(Surabaya: Risalah
Gusti,1999), 24.
2
Muhammad, Lembaga Ekonomi Mikro Syari’ah: Pergulatan Melawan Kemiskinan dan Penetrasi Ekonomi
Global (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), 50.
“Ambillah zakat dari harta mereka guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka.Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui”.5
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan
sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu
kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan
mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. 6
Allah Ta'ala menyuruh hamba-hamba-Nya yang beriman untuk berinfaq.Yang dimaksud infaq di sini adalah
sedekah. Ibnu Abbas berkata: "Sebagian dari harta kekayaan yang baik-baik yang telah mereka usahakan". Ibnu Abbas
juga berkata: "Allah menyuruh mereka menginfaqkan harta yang paling baik, paling bagus dan paling elok". Allah
melarang mereka bersedekah dengan harta yang hina dan rendah.Itulah yang dimaksud dengan "jelek" oleh ayat ini,
karena Allah itu baik, dan Dia tidak menerima kecuali yang baik-baik. Oleh sebab itu Allah berfirman: "Dan janganlah
kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan darinya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya".
Maksudnya apabila harta itu diberikan kepadamu maka kamu tidak akan mengambilnya kecuali dengan memicingkan
mata. Dan Allah tidak memerlukan yang seperti itu dari kamu, maka janganlah kamu memberikan kepada Allah yang
tidak disukai olehmu.Ayat ini diturunkan berkaitan dengan kaum anshar yang menyedekahkan kurma jelek. 7
Bayangkan keuntungan yang sifatnya abstrak, yang tidak dirasakan dengan segera biasanya kurang menarik
untuk sebagian hamba Allah, seperti imbalan pahala dan kebersihan jiwa.Kesadaran berzakat, perlu ditumbuhkan di
dalam diri setiap peribadi, tidak berzakat karena terpaksa atau dipaksa apalagi karena malu kepada masyarakat sekitar.
Kalau sudah tumbuh kesadaran diri dalam diri masing – masing, maka berapapun harta yang diperoleh, akan dikeluarkan
hak orang lain yang ada dalam harta itu, bisa berupa zakat, sekiranya sudah memenuhi syarat, infaq atau sedeqah.
Dengan demikian harta yang dimiliki sudah benar-benar bersih, baik harta yang dimiliki itu banyak maupun sedikit. 8
3
An-Nisa (4) : 277
4
Al-Imam Abul Fida Ismail Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir, diterjemahkan oleh Bahrun Abu Bakar
(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2003), 538.
5
At-Taubah: 103.
6
Al-Baqarah (2): 267.
7
Muhammad Hasib Ar-Rifa'I, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir (Jakarta:Gema Insani, 2010), Jilid 1, 443.
8
M.Ali Hasan, Masail Fiqhiyah: Zakat, Pajak, Asuransi dan Lembaga Keuangan (Jakarta: PT.Raja Grapindo
Persada, 2003), 4.
4. Tujuan dan Fungsi Zakat
a. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat islam dan manusia pada umumnya.
b. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup dan penderitaan
c. Membersihkan sifat iri dan dengki, benci dan hasud (kecemburuan sosial) dari hati orang- orang miskin.
d. Manifestasi kegotong- royongan dan tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa.
B. Hasil Laut
Laut menjadi bagian terbesar di planet kita. Dari semua planet yang ada di orbit Bimasakti. Bumi merupakan
planet yang paling becek.Hal ini karena sebagian besar permukaan bumi diselimuti oleh air laut.Lebih dari dua pertiga
bagian bumi berupa lautan sementara sepertiga sisanya berupa daratan.Secara keseluruhan, luas lautan di seluruh
permukaan bumi mencapai 362 juta km2.Ini berarti lebih dari dua kali luas daratan. Seluruh permukaan laut di bumi ini
saling berhubungan satu sama lain. Ada laut yang luas ada pula laut yang sempit.Laut yang luas disebut lautan atau
samudra.Samudra yang paling luas adalah samudra Pasifik atau Lautan Teduh.Laut merupakan sumber kehidupan karena
memiliki potensi kekayaan alam hayati dan nonhayati yang berlimpah.Selain itu, ekosistemnya yang sangat bervariasi dapat
menompang kehidupan dari sekian banyak spesies dan terumbu karang yang mampu memberikan kesejahteraan manusia.
Rumput laut dikenal dengan nama seaweed merupakan bagian dari tanaman laut. Rumput laut dimanfaatkan
sebagai bahan mentah, seperti agar agar, karaginan dan algin. Pada produk makanan, karaginan berfungsi sebagai
stabilator (pengatur keseimbangan), thickener (bahan pengental), pembentuk gel, pengemulsi,dan lain-lainnya.9
Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir.
Selain dapat digunakan langsung sebagai bahan makanan, beberapa hasil olahan rumput laut seperti agar-agar,
carrageenan dan alginat merupakan senyawa yang cukup penting dalam industri. Indonesia di samping mengekspor
rumput laut juga mengimpor hasil-hasil olahannya yang dari tahun ke tahun semakin meningkat jumlahnya. Sampai
saat ini industri pengolahan di Indonesia yaitu agar-agar masih secara tradisional dan semi industri, sedangkan untuk
carrageenan dan alganit belum diolah di dalam negeri.Guna meningkatkan nilai tambah dari rumput laut dan
mengurangi impor akan hasil-hasil olahannya, pengolahan di dalam negeri perlu dikembangkan. Disini diuraikan
beberapa proses pengolahan rumput laut serta manfaat dari hasil-hasil olahannya.10
9
Yasita dan Intan, Optimasi Proses Ekstraksi Pada Pembuatan Karaginan dar Rumput Laut Euchemua
Cottoni Untuk Mencapai Foodgrade (Universitas Diponegoro: Semarang, 2008),20.
10
Sri Istini dan Suhaimi, Manfaat Rumput Laut dan Pengolahannya (Lampung: 1985), 28.
C. Konsep Zakat Hasil Laut Menurut Para Ulama
Menurut Abu Hanifah dan kawan-kawannya, dan Hasan bin Shalih, serta Mazhab Zaidiah syiah, tidak dikenakan
apapun. Sependapat dengan itu Ibnu Abbas, yang diriwayatkan oleh Ibnu Syaibah dan lain-lain mengatakan bahwa
ambar bukanlah harta karun tetapi merupakan sesuatu yang diproduksi oleh laut, dan karena itu tidak dikenakan
apapun. Jelasnya ia tidak dikenakan zakat maupun penarikan sebesar 20% . Jabir bin Abdullah diriwayatkan juga
berpendapat yang sama, “Ambar bukanlah ghanimah, karena itu dapat langsung dimiliki penemuannya.” 11Artinya tidak
diwajibkan penarikannya sebesar 20% seperti ghanimah.Abu Ubaid menyatakan bahwa kedua orang itu adalah sahabat
Abu Ubaid menilai lebih kuat pendapat yang mengatakan bahwa mutiara, marjan, ambar, dan apa pun yang
dikeluarkan dari laut tidak dikenakan apa-apa, berdasarkan bahwa pada masa Nabi s.a.w pun terdapat barang-barang
yang dikeluarkan dari laut tetapi tidak ada satu hadistpun yang kita ketahui membicarakan hal itu dan tidak ada
seseorang pun khalifah yang empat mempunyai kebijaksanaan tentang hal itu yang dapat kita yakini benar-benar. 12
Adapun Abu Yusuf berpendapat bahwa ambar dan apa apapun bentuk hiasan yang dikeluarkan dari laut
zakatnya sebesar 20%, pendapat yang bersumber dari Ahmad juga mengatakan semuanya itu wajib zakat karena
dikeluarkan dari tempat penambangannya yang berarti merupakan barang tambang laut. 13
Namun untuk lebih ihtiyat (kehati-hatian) ulama menganjurkan untuk ikut Imam Ahmad. Dalam riwayat lain
dijelaskan bahwa Jumhur ulama berpendapat bahwa hasil laut, baik berupa mutiara, marjan (manik-manik), zabarjad
(kristal untuk batu permata) maupun ikan, ikan paus, dan lain-lainnya, tidak wajib dizakati. Namun Imam Ahmad bin
Hanbal (Imam Hanbali) berpendapat bahwa hasil laut wajib dikeluarkan zakatnya apabila sampai satu nisab.14Pendapat
terakhir ini nampaknya sangat sesuai dengan situasi dan kondisi sekarang ini karena hasil ikan yang telah digarap oleh
perusahaan-perusahaan besar dengan peralatan modern menghasilkan uang yang sangat banyak.Mengenai zakat hasil
laut ini memang tidak ada landasannya yang tegas, sehingga di antara para ulama sendiri terjadi perbedaan pendapat.
Kekayaan laut adalah segala sesuatu yang dieksploitasi dari laut dan memiliki nilai ekonomis seperti mutiara,
ambar, marjan, dll.Sebagaimana ulama terdahulu ulama saat inipun masih banyak yang berbeda pandangan tentang
11
Aby Ubaydin al-Qasimi Ibnu Sallam, Al-Amwal (New York: Dar as-Salam, 2009), 346
12
Yusuf al-Qordhowi, Fiqh az-Zakah, (Kairo: Maktabah Wahbah, 2006), 430.
13
Ibnu Qudamah, Al-Mughni (Jakarta: Pustaka Azzam, 2013), Jilid 3, 27.
14
Ali Hasan, Zakat dan Infak (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), 102.
wajib atau tidaknya zakat untuk setiap yang dihasilkan dari laut. Menurut Dr. Wahbah Al-Zuhaili dalam kitab Fikhul Islam
Wa Adillatuhu menjelaskan bahwa tidak ada zakat terhadap segala sesuatu yang dihasilkan dari laut seperti mutiara,
Para fuqaha yang tidak mewajibkan adanya zakat hasil laut berpendapat bahwa zakat adalah bagian dari
ibadah mahdhah ( murni ). Sebagaimana ibadah yang lain, zakat juga memiliki ketentuan khusus, baik mengenai wajib
zakat(muzakki), penerima zakat ( mustahiq ), petugas zakat ( ‘amil ), harta yang wajib dikeluarkan zakatnya, waktu
berzakat hingga kadar dan ukurannya. Semuanya telah ditentukan secara rinci oleh nash-nash syara.menurut Dr. Husain
bersifat tawqifiyah ( otoritas penuh ) yang menjadi hak Allah dan tidak memiliki illat ( alasan hukum ). Artinya
persoalan zakat adalah persoalan yang sepenuhnya harus dikembalikan kepada Allah, dalam hal ini adalah dalil-dalil
Menurut Yusuf al-Qardhawi dalam Kitabnya Fiqh az-Zakah, bahwa barang-barang yang diekploitasi dari laut
dikenakan zakatnya dengan dasar yang diriwayatkan melalui Hasan bin Imara dari Ibnu Abbas dari Umar bin al-Khattab
bahwa ambar dan mutiara laut wajib zakatnya sebesar 20%. 16 Hadist lain yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas juga
menyatakan bahwa Ya’labῑn Mina pernah menulis surat kepada Umar tentang hukum ambar yang ditemukan di daerah
pantai. Umar menanyakan hal itu kepada para sahabat yang ada pada waktu itu tentang apa yang harus dilakukan. Para
sahabat menyarankan agar ditarik zakatnya sebesar 20%. Lalu umar membalas surat itu yang memrintahkan ambar dan
semua jenis barang hiasan yang diambil dari laut harus dikeluarkan zakatnya sebesar 20%. Tetapi umar juga dikabarkan
berpendapat lain tentang itu, bahwa ia membalas surat itu dengan memerintahkan zakat ambar dan hiasan dari laut
sebesar 10%.17
Dalam kitab yang sama Yusuf Al-Qardhawi menegaskan bahwa komoditi yang dihasilkan dari laut haruslah
dikeluarkan zakatnya seperti halnya dengan ikan. “Apa yang telah kita nyatakan tentang ambar dan hiasan yang berasal
dari laut seperti mutiara, dan lain-lainnya berlaku juga terhadap ikan yang berhasil di tangkap” 18 sependapat dengan
Yusuf al-Qardhawi, Husyan syahtah dalam bukunya Akutansi Zakat berpendapat bahwa laut, sungai danau dan yang
sejenisnya adalah sebagaian dari nikmat Allah SWT, sehingga sebagai bentuk mensyukuri nikmat Allah tersebut adalah
15
A Cholil Ridwan, Konsultasi Ulama, Suara Islam( Lampung, Edisi 122, 21 Oktober – 4 November 2011 /
23 Dzulqaidah – 8 Dzulhijjah 1432 H), 10.
16
Lihat ar-Raudh an-Nadhir, jilid 2: 419.
17
Yusuf al-Qordhowi, Fiqh az-Zakah, (Kairo: Maktabah Wahbah, 2006), 430.s
18
Yusuf al-Qordhowi, Fiqh az-Zakah (Kairo: Maktabah Wahbah, 2006), 432.
dengan membayar zakat atas penghasilan yang diperoleh dari pemanfaatan kekayaan tesebut yang diantaranya adalah
Jelas bahwa setiap usaha yang menghasilkan uang dan memenuhi syarat, baik nisab maupunhaulnya, wajib
dikeluarkan zakatnya. Adapun waktu mengeluarkan zakatnya sama seperti tanaman, yaitu di saat hasil itu diperoleh.
Kewajiban zakat atas rikaz, ma’din dan kekayaan laut ini dasar hukumnya adalah keumuman nash dalam al-Qur’an.
19
Husyan syahatah, Akutansi zakat (Jakarta: Pustaka Progresif, 2004), 165.