Anda di halaman 1dari 9

INDUSTRI 4.

0 YANG MELAHIRKAN APLIKASI ONLINE


(Gojek) DAN PENGARUH ADANYA PANDEMI COVID – 19
TERHADAP CAPAIAN BISNIS APLIKASI ONLINE (Gojek)

Disusun oleh
Nama : Faqih Mustafiq
NIM : 16621359
KELAS : KU1202 71
INDUSTRI 4.0 YANG MELAHIRKAN APLIKASI ONLINE
(Gojek) DAN PENGARUH ADANYA PANDEMI COVID – 19
TERHADAP CAPAIAN BISNIS APLIKASI ONLINE (Gojek)

1. Pendahuluan

Pada dasarnya manusia adalah mahluk istimewa yang diberikan akal dan fikiran. Dengan
diberikan akal dan fikiran tersebut, manusia cendrung berfikir bagaimana seluruh pekerjaannya
menjadi semakin mudah dan efisien. Dengan adanya Revolusi Industri 4.0, semua negara
berlomba-lomba untuk menciptakan hal-hal baru yang dapat mempermudah pekerjaan manusia.
Salah satu produk yang tercipta adalah aplikasi online yang dapat melayani bidang transportasi,
antar barang atau jasa, serta layanan jual-beli online, seperti Grab dan GoJek. Namun, bagaimana
keberlangsungan aplikasi online tersebut pada masa pandemi covid – 19 seperti sekarang?

Semua negara di dunia telah berhasil melalui tahun 2020 dengan pandemi Covid-19 yang
hingga kini masih berlangsung. Seluruh kegiatan baik kegiatan ekonomi, pendidikan, sosial telah
terhambat akibat pandemi ini. Dengan adanya aplikasi online terutama aplikasi gojek dan grab
ini, apakah dapat membantu kegiatan manusia, atau justru sebaliknya?.

2. Industri 4.0 yang melahirkan Aplikasi online

Belakangan ini kata Idustry 4.0 sering sekali digemakan oleh banyak orang. Akan tetapi,
hingga saat ini masih banyak masyarakat yang masih belum mengerti apa aitu Industri 4.0 dan
bagaimana sumbangsih Industri 4.0 ini terhadap ekonomi, social, serta teknologi di Indonesia.
Istilah Industri 4.0 pertama kali digemakan pada Hannover Fair, 4-8 April 2011. Istilah ini
digunakan oleh pemerintah Jerman untuk memajukan bidang industri ke tingkat selanjutnya,
dengan bantuan teknologi.

Secara singkat, Industri 4.0, pelaku industri membiarkan komputer saling terhubung dan
berkomunikasi satu sama lain untuk akhirnya membuat keputusan tanpa keterlibatan manusia.
Kombinasi dari sistem fisik-cyber, Internet of Things (IoT), dan Internet of Systems membuat
Industri 4.0 menjadi mungkin, serta membuat pabrik pintar menjadi kenyataan.

Di Indonesia sendiri, perkembangan Industri 4.0 sangat didorong oleh kementrian


perindustrian. Mentri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan agar Indonesia dapat
bersaing dibidang industri, Indonesia juga harus mengikuti tren agar bisa mengimbangi negara
luar. Dikarenakan apabila kita ingin mengimbangi suatu negara, kita harus memiliki daya juang
yang sama, dan teknologi yang sama.
Dilasir dari tautan resmi website Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik
Indonesia (KOMINFO). Mentri Perindustrian Airlangga Hartarto berkata. “Revolusi Industri 4.0
merupakan upaya transformasi menuju perbaikan dengan mengintegrasikan dunia online dan lini
produksi di industri, di mana semua proses produksi berjalan dengan internet sebagai penopang
utama,”.

Merujuk pada apa yang dikatakan oleh Mentri Perindustrian, bahwa teknologi diera saat
ini sudah mengkombinasikan kecerdasan manusia dengan kecerdasan buatan. Hal ini menjadikan
industri semakin otomasi dan media online menjadi penopang utama dengan dibantu oleh
algoritma system, hal ini nantinya akan sangat bermanfaat untuk membantu kehidupan manusia.

Revolusi industri 4.0 menghasilkan berbagai macam terobosan berupa digitalisasi aspek
aspek kehidupan. Salah satu contoh digitalisasi aspek kehidupan adalah aplikasi online. Aplikasi
online saat ini sudah banyak sekali dikembangkan, aplikasi online itu sendiri adalah suatu
program yang dibuat oleh seseorang yang disebut developer, program ini dirancang agar dapat
melakukan tugasnya dengan otomatis dan berbasis online. Banyak sekali aplikasi online di
Indonesia saat ini, seperti aplikasi online untuk belanja, aplikasi online untuk membeli makanan,
aplikasi online untuk bersedekah, dan masih banyak lainya.

Salah satu terobosan yang paling dirasakan oleh masyarakat adalah adanya aplikasi ojek
online atau yang sering disebut dengan gojek. Dahulu Ketika kita ingin berpergian dengan
menaiki kendaraan bermotor umum (ojek), kita diharuskan untuk mencari pangkalan ojek dan
melakukan kesepakatan jumlah bayar dengan pengemudi ojek tersebut. Tak banyak para
pelanggan ojek konvensional merasa kecewa karena pelayanan, harga, dan kondisi kendaraan
yang kurang memuaskan.

3. Aplikasi ojek online (Gojek)

Jasa ojek online mulai muncul di Indonesia tahun


2000. Salah satunya adalah PT Aplikasi Karya Anak
Bangsa yang membawahi nama PT Gojek Indonesia
dengan menawarkan layanan ojek berdasarkan aplikasi.
Sejarah singkat perusahaan Gojek dan perkembangannya
di Indonesia mulai di tahun 2000. Walaupun pada waktu
itu sistem-nya belum berbentuk aplikasi, tetapi masyarakat
mulai terbantu. Dari yang awalnya hanya menyediakan
fitur terbatas, sampai sekarang dengan fitur lengkap dan
variatif.

Gojek didirikan oleh Nadiem Makarim, warga negara Indonesia lulusan Master of


Business Administration dari Harvard Business School. Ide mendirikan Gojek muncul dari
pengalaman pribadi Nadiem Makarim menggunakan transportasi ojek hampir setiap hari ke
tempat kerjanya untuk menembus kemacetan di Jakarta, Saat itu, Nadiem masih bekerja sebagai
Co-Founder dan Managing Director Zalora Indonesia dan Chief Innovation Officer Kartuku.

Sebagai seseorang yang sering menggunakan transportasi ojek, Nadiem melihat ternyata
sebagian besar waktu yang dihabiskan oleh pengemudi ojek hanyalah sekadar mangkal
menunggu penumpang. Padahal, pengemudi ojek akan mendapatkan penghasilan lebih banyak
bila terus mencari penumpang.

Selain itu, ia melihat ketersediaan jenis transportasi ini tidak sebanyak transportasi
lainnya sehingga sering kali cukup sulit untuk dicari. Ia menginginkan ojek yang bisa ada setiap
saat dibutuhkan. Dari pengalamannya tersebut, Nadiem Makarim melihat adanya peluang untuk
membuat sebuah layanan yang dapat menghubungkan penumpang dengan pengemudi ojek.

Pada tanggal 13 Oktober 2010, Gojek resmi berdiri dengan 20 orang pengemudi. Pada
saat itu, Gojek masih mengandalkan call center untuk menghubungkan penumpang dengan
pengemudi ojek. Pada pertengahan 2014, berkat popularitas Uber kala itu, Nadiem Makarim
mulai mendapatkan tawaran investasi. Pada tanggal  7 Januari 2015, Gojek akhirnya
meluncurkan aplikasi berbasis Android dan iOS untuk menggantikan sistem pemesanan
menggunakan call center.

3.1 Pendanaan Gojek

Gojek pertama kali mendapatkan kucuran dana dari NSI Ventures pada Juni 2015 dengan
besaran dana yang tidak dipublikasikan. Pada Oktober 2015, Gojek kembali mendapatkan
kucuran dana. Kali ini dari Sequoia Capital dan DST Global yang juga tidak disebutkan
jumlahnya. Pada Agustus 2016, Gojek secara resmi mengumumkan pendanaan senilai US$550
juta atau sekitar Rp7,2 triliun dari KKR, Warburg Pincus, Farallon Capital, dan Capital Group
Private Markets dan investor-investor sebelumnya. Dengan adanya pendanaan tersebut, Gojek
resmi berstatus sebagai unicorn pertama di Indonesia, yaitu startup dengan valuasi lebih dari
US$1 miliar. Pada saat itu, valuasi Gojek telah mencapai US$1,3 miliar (sekitar Rp17 triliun).

Pada Januari 2018, Google melalui situs blog resminya mengumumkan bahwa mereka


telah memberikan pendanaan untuk Gojek. Ini merupakan investasi pertama Google kepada
startup di Asia. Kucuran dana tersebut merupakan bagian dari seri pendanaan yang diikuti oleh
Tencent, JD, Temasek, dan Meituan-Dianping yang mencapai angka US$1,2 miliar (sekitar
Rp16 triliun). Dalam pengumumannya, Google tidak merinci besaran jumlah investasinya
kepada Gojek namun sebuah sumber dari Reuters menyebutkan totalnya sekitar 100 juta dollar
AS (sekitar 1,3 triliun).
3.2 Ekspansi Gojek
Pada 24 Mei 2018, Gojek mengumumkan kepastiannya untuk berekspansi ke empat
negara di Asia Tenggara yaitu Vietnam, Thailand, Singapura, dan Filipina. Gojek mengaku
menyiapkan dana sebesar USD500 juta atau sekitar Rp7,1 triliun untuk memuluskan langkahnya
tersebut.[48] Sebulan kemudian tepatnya pada 25 Juni 2018, Gojek memperkenalkan GO-Viet di
Vietnam dan GET di Thailand sebagai bagian dari ekspansinya.
Selain tidak menggunakan nama merek nya seperti yang dilakukan Uber atau Grab,
Gojek juga lebih memilih menggandeng tim lokal untuk menjalankan layanannya di luar negeri
dan memberi kekuatan penuh untuk menetapkan kebijakan sesuai dengan karakteristik masing-
masing negara. Namun, mereka tetap mendapatkan dukungan teknologi, pengetahuan
operasional, dan pendanaan dari Gojek. Sementara itu, kedua perusahaan tersebut berperan
memberikan pengetahuan tentang kondisi pasar lokal.

Pada 12 September 2018, GoViet secara resmi diluncurkan di Vietnam setelah


sebelumnya mulai beroperasi di Kota Ho Chi Minh sejak 1 Agustus 2018. Pemilihan Vietnam
sebagai negara pertama dari rencana ekspansi Gojek bukannya tanpa alasan. Negara ini memiliki
jumlah penduduk yang cukup besar yaitu sekitar 107 juta orang dengan penetrasi internetnya
sekitar 54%.[53][54] GoViet dipimpin oleh Duc Nguyen yang pernah bekerja pada Uber sebagai
International Launcher untuk membantu melakukan riset pasar, menjalin kemitraan, analitik
pasokan, integrasi pembayaran, hubungan masyarakat, dan rekrutmen.

Setelah sukses di Vietnam dan Thailand, Gojek mulai memasuki pangsa pasar Singapura.
Secara resmi, Gojek memulai debutnya di Singapura pada 29 November 2018 dalam versi beta
di wilayah terbatas yang mencakup Central Business District, Jurong East, Pungol, Ang Mo Kio,
dan Sentosa.[56] Pada 10 Januari 2019, Gojek resmi beroperasi secara menyeluruh di wilayah
Singapura.[57] Di sana, Gojek tidak menjalankan layanan GoRide lantaran Pemerintah Singapura
tidak mengizinkan penggunaan sepeda motor untuk transportasi umum.[56] Hingga akhir
tahun 2019, Singapura merupakan pasar terbesar kedua Gojek setelah Indonesia yang melayani
lebih dari 30 juta perjalanan sejak memasuki negara tersebut.
 

4. Dampak Pandemi terhadap kondisi aplikasi online (Gojek)

Pandemi Covid – 19 berawal sejak desember 2019, virus ini berasal dari wuhan yang
dengan secara singkat dan cepat menyebar keseluruh penjuru dunia. Hampir seluruh negara di
dunia menerima dampaknya, mulai dari segi ekonomi, social, Pendidikan, Kesehatan, dan masih
banyak lagi sektor yang terhambat saat pandemi covid – 19 ini.
Hal serupa pun berdampak pada Indonesia, mulai dari sektor ekonomi, social,
Pendidikan, Kesehatan, dan masih banyak sektor lainnya yang terhambat. Berikut adalah data
pencapaian aplikasi online (Gojek) sebelum pandemi, dan sesudah pandemi.
4.1 Capaian Gojek Sebelum Pandemi Tahun 2018

Pada tahun 2018 sebelum terjadinya pandemi merupakan masa ke-emasan bagi aplikasi
online Gojek ini. Menurut data yang dikutip oleh Marketeers.com, Nila Marita selaku Chief
Corporate Affairs GO-Jek tentang capaian Gojek di tahun 2018, yaitu :
- 4,1 miliar KM total perjalanan layanan GoRide, Go-car, dan Go-Bluebird (setara dengan
5.000 kali pulang – pergi bumi ke bulan).
- 529 juta makanan dan minuman berhasil dikirim melalui layanan GoFood.
- 300 juta KM total jarak tempuh pengiriman GoSend (setara dengan 26 ribu kali mengitari
Bumi)
- 3 katagori paling sering ditukar di Go-points : Shopping, F&B, Donasi
- Rp105,15 miliar tercatat total uang tip melalui GoPay
- Rp4,8 miliar donasi digital melalui GoPay dan telah disalurkan kepada yang
membutuhkan.
Maka dari itu, kita dapat menyimpulkan bahwa pada saat sebelum terjadinya pandemic,
konsumen banyak menggunakan layanan yang bersifat kontak langsung. Karena pada saat itu,
kondisi sebelum pandemi, tidak ada ke khawatiran lebih dipara konsumen.

4.2 Capaian Gojek Selama Pandemi

Pada masa pandemi, layanan GoRide memang mengalami penurunan. Hal ini disebabkan
karena adanya ke khawatiran dari para konsumen Ketika menggunakan layanan GoRide yang
menyebabkan kontak langsung dengan driver. Akan tetapi Co-CEO Gojek Andre Soelistyo
mengungkapkan bahwa transaksi di Gojek meningkat sebesar 10% selama pandemi. "Platform
kami ada perkembangannya dari nilai transaksi Gojek naik 10% menjadi Rp 170 triliun," kata
Andre dalam konferensi pers Hari Jadi Gojek ke-10, Kamis (12/11/2020).

`
Seperti yang dapat kita lihat pada diagram statistik pengguna layanan Gojek di masa
pandemi, GoPay merupakan layanan yang paling banyak digunakan, kedua ditempati oleh
layanan GoFood, ketiga Paylater, keempat Gopulsa, kelima GoBills, dan yang terakhir adalah
GoSend. Maka dari itu kita dapat menyimpulkan bahwa pada masa pandemi, layanan yang dapat
mengurangi hal hal kontak langsung menjadi alternatif pada masa pandemi saat ini.

5. Ilmu – Ilmu Sosial yang Berperan Dalam Isu Ini

Dalam isu ini berperan beberapa aspek keilmuan, khususnya pada rumpun ilmu sosial.
Seperti Ilmu Ekonomi, Ilmu Bisnis, Ilmu Management, Ilmu politik , Ilmu Informatika jaringan,
dan Ilmu Sistem Informasi. Berikut adalah penjabaran disiplin ilmu tersebut berperan pada isu
ini :

5.1 Ilmu Ekonomi/Bisnis/Management

Dengan adanya aplikasi online GoJek, kegiatan perekonomian


di Indonesia masih bisa berjalan di tengah pandemi. Selain
itu, GoJek juga membantu mempertahankan usaha-usaha
kecil dan mempertahankan grafik pertumbuhan ekonomi di
Indonesia. Grab dan GoJek telah membantu usaha-usaha kecil
untuk mendistribusikan makanannya melalui jasa antar
makanan. Konsumen juga tidak harus langsung pergi ke gerai
sehingga dapat menurunkan risiko terpapar Covid-19. 
Di samping itu, pemasaran produk yang dilakukan oleh perusahaan GoJek dengan
memberikan banyak potongan harga merupakan cara yang sangat baik. Hal ini tentu
meningkatkan laju perekonomian di Indonesia dan meningkatkan laba bersih penjual dari
merchandise Grab dan GoJek. Bahkan, pada masa pandemi Covid-19, Grab dan GoJek berhasil
menambah jumlah usaha yang bekerja sama dalam layanan jasa antar makanan. 

5.2 Ilmu Sistem Informasi dan Ilmu Informatika


atau alur informasi yang mudah dimengerti pula. Dengan
adanya Ilmu Sistem Informasi, penyampaian informasipun
dapat lebih mudah dimengerti dan dicerna.

Dengan segala kode – kode Bahasa computer. Sehingga dapat


menghasilkan tampiran aplikasi yang mudah dipahami oleh
konsumen. Tak hanya itu, Ilmu Informatika juga berperan
penting dalam kesehatan dan pengmanan system.

5.3 Ilmu Politik


Di masa pandemi Covid-19, para driver Grab dan GoJek
sempat melakukan aksi demokrasi kepada perusahaan Grab
dan GoJek berkaitan dengan kebijakan rapid test. Hal ini
tentu sempat meresahkan publik karena para driver menolak
untuk melakukan rapid test karena mereka yakin mereka
tidak menyebarkan Covid-19. Namun, setelah aksi
demokrasi terjadi, kebijakan rapid test tersebut sudah
diterima dan tidak ada tindakan kekerasan yang terjadi pada
aksi demokrasi tersebut. Namun, masalah utama yang
terjadi adalah kesulitan tracing dan meningkatnya risiko terpapar Covid-19. Hal ini terjadi
karena seluruh driver yang mengikuti aksi demokrasi tidak menjaga protokol kesehatan dan tidak
melaksanakan kebijakan pemerintah yang berlaku, salah satunya imbauan berjarak 2 m dari
orang lain. 

6. Kesimpulan
Tak bisa dipungkiri era industri 4.0 menjadikan beberapa aspek kehidupan di Indonesia
mengalami perubahan ke dalam ranah digital, seperti layanan ojek online yang berbasis aplikasi
Gojek. Aplikasi ojek online Gojek sendiri tidak hanya memberikan layanan pemesanan ojek
secara online, melainkan ada beberapa fitur yang sangat memudahkan masyarakat dalam
menjalani beberpa kegiatan. Seperti layanan GoFood, GoPay, GoPlay, GoGive, dan masih
banyak lainnya.
Pandemi Covid – 19 memanglah merupakan sebuah bencana dunia yang dapat
menghambat pertumbuhan ekonomo, termasuk Idonesia itu sendiri. Akan tetapi, bagi Aplikasi
Online Gojek, masa pandemic merupakan masa yang menguntungkan berkat layanan – layanan
yang memudahkan masyarakat dalam melakukan kegiatan keseharian tanpa harus berkontak
langsung dengan orang lain. Bahkan pada masa pandemic saat ini, Gojek mendapatkan
keuntungan lebih besar disbanding tahun 2018-2019.

Anda mungkin juga menyukai