Sikap adalah sekumpulan respon yang konsisten terhadap obyek sosial. Sikap
(attitude) adalah merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau obyek.
1. Pengertian Sikap
Sikap dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap obyek sikap yang
diekspresikan ke dalam proses-proses kognitif, afektif (emosi) dan perilaku. Dari
definisi-definisi di atas menunjukkan bahwa secara garis besar sikap terdiri dari
komponen kognitif (ide yang umumnya berkaitan dengan pembicaraan dan dipelajari),
perilaku (cenderung mempengaruhi respon sesuai dan tidak sesuai) dan emosi
(menyebabkan respon-respon yang konsisten). (Notoatmodjo, 2010)
2. Ciri-ciri sikap
Ciri-ciri sikap adalah:
a. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang
perkembangan itu dalam hubungannya dengan obyeknya. (Notoatmodjo, 2010)
b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah
pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang
mempermudah sikap pada orang itu. (Notoatmodjo, 2010)
c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap
suatu obyek. Dengan kata lain sikap itu terbentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa
berkenaan dengan suatu obyek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
d. Obyek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan
dari hal-hal tersebut.
e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang
membedakan sikap dan kecakapan- kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang
dimiliki orang.
3. Tingkatan Sikap
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu:
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (obyek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab
pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Terlepas dari pekerjaan itu benar
atau salah adalah berarti orang tersebut menerima ide itu.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain
terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. (Notoatmodjo, 2010)
4. Fungsi Sikap
Sikap mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
a. Fungsi instrumental atau fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat.
Fungsi ini berkaitan dengan sarana dan tujuan. Orang memandang sejauh mana obyek
sikap dapat digunakan sebagai sarana atau alat dalam rangka mencapai tujuan. Bila
obyek sikap dapat membantu seseorang dalam mencapai tujuannya, maka orang akan
bersifat positif terhadap obyek tersebut. Demikian sebaliknya bila obyek sikap
menghambat pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap negatif terhadap obyek
sikap yang bersangkutan.
b. Fungsi pertahanan ego
Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk mempertahankan ego
atau akunya. Sikap ini diambil oleh seseorang pada waktu orang yang bersangkutan
terancam keadaan dirinya atau egonya.
c. Fungsi ekspresi nilai
Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk
mengekspresikan nilai yang ada pada dirinya. Dengan mengekspresikan diri seseorang
akan mendapatkan kepuasan dapat menunjukkan kepada dirinya. Dengan individu
mengambil sikap tertentu akan menggambarkan keadaan sistem nilai yang ada pada
individu yang bersangkutan.
d. Fungsi pengetahuan
Individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti dengan pengalaman-
pengalamannya. Ini berarti bila seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu
obyek, menunjukkan tentang pengetahuan orang terhadap obyek sikap yang
bersangkutan. (Notoatmodjo, 2010)
5. Komponen Sikap
Komponen sikap yaitu:
a. Komponen kognitif
Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen
kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat
disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau yang
kontroversial.
b. Komponen afektif
Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang
biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang
paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap
seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang
terhadap sesuatu.
c. Komponen konatif
Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai sikap yang dimiliki oleh
seseorang. Aspek ini berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi
terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. (Nursalam, 2011)
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau Obyek
Psikologi (Soekidjo N, 2003). Obyek psikologi di sini meliputi : simbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga,
ide dan sebagainya. Newcomb dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sikap merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanan motif tertentu. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan pre-disposisi tindakan atau
perilaku.
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi / reaksi terhadap suatu obyek, memihak / tidak memihak yang
merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi
tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Saifudin A, 2005).
Meskipun ada beberapa perbedaan pengertian sikap, tetapi berdasarkan pendapat - pendapat tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan dalam diri manusia yang menggerakkan untuk
bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek
situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon
yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.
KOMPONEN SIKAP
Sikap seseorang ditentukan oleh kepuasan yang dirasakan sesuai harapannya. Konsep sikap sangat
terkait dengan konsep kepercayaan dan perilaku. Kemudian menurut Azwar (2005), komponen-
komponen sikap adalah :
1. Kognitif
Kognitif terbentuk dari pengetahuan dan informasi yang diterima yang selanjutnya diproses
menghasilkan suatu keputusan untuk bertindak.
2. Afektif
Menyangkut masalah emosional subyektif sosial terhadap suatu obyek, secara umum komponen ini
disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap suatu obyek.
3. Konatif
Menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang
berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya.
KARAKTERISTIK SIKAP
Menurut Brigham (1991) ada beberapa karakteristik dasar dari sikap, yaitu :
1. Sikap disimpulkan cara-cara individu bertingkah laku
2. Sikap ditunjukan mengarah kepada obyek psikologis
3. Sikap dipelajari
4. Sikap mempengaruhi perilaku
CIRI – CIRI SIKAP
Ciri-ciri sikap menurut Heri Purwanto (1998) dalam buku Notoadmodjo (2003) adalah :
a. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam
hubungannya dengan obyeknya.
b. Sikap dapat berubah - ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada seseorang
bila terdapat keadaan - keadaan dan syarat - syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang
tersebut.
c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu obyek.
Dengan kata lain sikap itu terbentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek
tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
d. Obyek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal
tersebut.
Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan
kecakapan- kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.
FUNGSI SIKAP
Menurut Katz (1964) dalam buku Wawan dan Dewi (2010) sikap mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
1. Adopsi
Kejadian - kejadian dan peristiwa - peristiwa yang terjadi berulang - ulang dan terus menerus, lama -
kelamaan secara bertahap diserap kedalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.
2. Diferensiasi
Dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia,
maka ada hal - hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya.
Terhadap objek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula.
3. Integrasi
Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang
berhubungan dengan satu hal tentu sehingga akhirnya terbentuk sikap menegenal hal tersebut.
4. Trauma
Trauma adalah pengalaman yang tiba - tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam pada
jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman - pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan
terbentuknya sikap.
Pada dasarnya sikap bukan merupakan suatu pembawaan, melainkan hasil interaksi antara individu
dengan lingkungan sehingga sikap bersifat dinamis. Sikap dapat pula dinyatakan sebagai hasil belajar,
karenanya sikap dapat mengalami perubahan.
Sesuai yang dinyatakan oleh Sheriff & Sheriff (1956), bahwa sikap dapat berubah karena kondisi dan
pengaruh yang diberikan. Sebagai hasil dari belajar, sikap tidaklah terbentuk dengan sendirinya karena
pembentukan sikap senantiasa akan berlangsung dalam interaksi manusia berkenaan dengan objek
teretntu (Hudaniah, 2003).
1. Faktor internal, yaitu cara individu dalam menanggapi dunia luarnya dengan selektif sehingga tidak
semua yang datang akan diterima atau ditolak.
2. Faktor Eksternal, yaitu keadaan – keadaan yang ada di luar indivuidu yang merupakan stimulus untuk
membentuk atau mengubah sikap.
Dalam pergaulan sehari - hari kita dapat menemukan dua sikap/perilaku, yaitu perilaku positif dan
perilaku negatif. Orang yang memiliki sikap negatif umumnya perilakunya tidak menyenangkan dan
membuat orang lain merasa tidak betah bersamanya. Ia cenderung merugikan orang lain. Sebaliknya
orang yang memiliki sikap positif umumnya kehadirannya didambakan, menyenangkan, dan orang
merasa betah bersamanya. Kehadirannya cenderung menguntungkan berbagai pihak. Sikap positif
mendukung hidup bersamanya.
Menurut Heri Purwanto (1998:63), sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif:
1. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu.
2. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci tidak menyukai
obyek tertentu.
Secara ringkas, sikap positif artinya perilaku baik yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma
kehidupan yang berlaku dalam masyarakat.Sedangkan sikap negatif ialah sikap yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang berlaku dalam masyarakat atau bahkan bertentangan.
Berdasarkan atas problem tersebut beberapa ahli berusaha mengembangkan suatu teknik mengukur
sikap secara langsung. Di dalam teknik tidak langsung ini, subjek tidak tahu bahwa tingkah laku atau
sikapnya sedang diteliti. Teknik tidak langsung khususnya berguna bila responden kelihatan enggan
mengutarakan sikapnya secara jujur.
Dalam suatu teknik tidak langsung, seorang peneliti memberikan gambar - gambar kepada subjek,
subjek diminta untuk menceritakan apa yang dilihat dari gambar tersebut. Subjek kemudian dinilai yang
memperlihatkan sikapnya terhadap orang atau situasi di dalam gambar ini. Namun teknik pengukuran
sikap tidak langsung menimbulkan beberapa masalah penting bagi para ahli psikologi. Sejauh mana sikap
individu dapat diungkap, bila ia tidak menyadari akan hal itu, di samping itu apakah bukan suatu
pelanggaran mengungkap sesuatu yang bersifat pribadi di luar pengetahuan dan kesadarannya ? Apakah
ini bukan suatu pelanggaran etik ? Apakah kita selalu memerlukan izin atau persetujuan dari
responden ?
Hal- hal inilah yang menimbulkan masalah bagi para peneliti tidak hanya pada teknik tidak langsung
tetapi juga pada hampir sernua penelitian psikologi.
1. Pengertian Sikap
1. Menurut Sarnoff (dalam Sarwono, 2000) mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan untuk
bereaksi (disposition to react) secara positif (ravorably) atau secara negatif (untavorably)
terhadap obyek – obyek tertentu.
2. D.Krech dan R.S Crutchfield (dalam Sears, 1999) berpendapat bahwa sikap sebagai
organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional , emosional, perseptual, dan kognitif
mengenai aspek dunia individu.
3. La Pierre (dalam Azwar, 2003) mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku , tendensi
atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara
sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.
4. Soetarno (1994), sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk
bertindak terhadap obyek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada
sikap tanpa obyek. Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang, peritiwa, pandangan, lembaga,
norma dan lain-lain.
5. Sumber di www. wikipedia.org menjelaskan sikap adalah perasaan seseorang tentang obyek,
aktivitas, peristiwa dan orang lain. Perasaan ini menjadi konsep yang merepresentasikan suka
atau tidak sukanya (positif, negatif, atau netral) seseorang pada sesuatu.
6. Menunit G.W Alport dalam (Tri Rusmi Widayatun, 1999 :218) sikap adalah kesiapan
seseorang untuk bertindak.
7. Tri Rusmi Widayatun memberikan pengertian sikap adalah “keadaan mental dan syaraf dari
kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah
terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya.
a. sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi
objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk
berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda,
orang, tempat, gagasan atau situasi, atau kelompok.
b. sikap mempunyai daya penolong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu,
tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu; menentukan apa
yang disukai, diharapkan, dan diinginkan,mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang
harus dihindari.
c. sikap lebih menetap. Berbagai studi menunjukkan sikap politik kelompok cenderung
dipertahankan dan jarang mengalami pembahan.
d. sikap mengandung aspek evaluatif: artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak
menyenangkan.
e. sikap timbul dari pengalaman: tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar. Karena
itu sikap dapat diperteguh atau diubah.
1. Berorientasi kepada respon : : sikap adalah suatu bentuk dari perasaan, yaitu
perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung
(Unfavourable) pada suatu objek
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang
menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di
dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga
memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau
situasi.
Secara umum, dalam berbagai referensi, sikap memiliki 3 komponen yakni: kognitif, afektif, dan
kecenderungan tindakan (Morgan dan King, 1975;Krech dan Ballacy, 1963, Howard dan
Kendler 1974, Gerungan, 2000).
Aspek sikap yang berkenaan dengan penilaian individu terhadap obyek atau subyek. Informasi
yang masuk ke dalam otak manusia, melalui proses analisis, sintesis, dan evaluasi akan
menghasilkan nilai baru yang akan diakomodasi atau diasimilasikan dengan pengetahuan yang
telah ada di dalam otak manusia. Nilai – nilai baru yang diyakini benar, baik, indah, dan
sebagainya, pada akhirnya akan mempengaruhi emosi atau komponen afektif dari sikap individu.
Aspek ini Dikatakan sebagai perasaan (emosi) individu terhadap obyek atau subyek, yang
sejalan dengan hasil penilaiannya.
Berkenaan dengan keinginan individu untuk melakukan perbuatan sesuai dengan keyakinandan
keinginannya.
Sikap seseorang terhadap suatu obyek atau subyek dapat positif atau negatif. Manifestasikan
sikap terlihat dari tanggapan seseorang apakah ia menerima atau menolak, setuju atau tidak
setuju terhadap obyek atau subyek. Komponen sikap berkaitan satu dengan yang lainnya. Dari
manapun kita memulai dalam analisis sikap, ketiga komponen tersebut tetap dalam ikatan satu
sistem.
komponen kognitif, afektif, dan kecenderungan bertindak merupakan suatu kesatuan sistem,
sehingga tidak dapat dilepas satu dengan lainnya. Ketiga komponen tersebut secara bersama-
sama membentuk sikap dan Ketiga komponen kognitif, afektif, dan kecenderungan bertindak
secara bersama- sama membentuk sikap.
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita
terhadap stimulus sosial.
Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komoponen sosial yang ikut
mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang kita harapkan
persetujuannya bagi setiap gerak, tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita
kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita akan mempengaruhi pembentkan sikap
kita terhadap sesuatu. Contoh : Orang tua, teman sebaya, teman dekat, guru, istri, suami dan lain-
lain.
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan sikap kita.
1. 4. Media massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar,
majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya
sikap terhadap hal tersebut.
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam
pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam
arti individu.
Tidak semua bentuk sikap dipengaruhi oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi
seseorang, kadang-kadang sesuatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi
yang berfungsi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego.
Pada teori ini fokusnya terletak pada upaya individu untuk tetap konsisten dalam bersikap dalam
hidup yang melibatkan hubungan- hubungan antara seseorang dengan dua objek sikap.Dan
dalam bentuk sederhana, ketiga elemen tersebut dihubungkan dengan :
Pada teori ini fokusnya terletak pada bagaimana seseorang berusaha membuat kognisi mereka
konsisiten dengan afeksinya dan penilaian seseorang terhadap suatu kejadian akan
mempengaruhi keyakinannya.Sebagai contoh:
Tidak jadi makan direstoran X karena temannya bilang bahwa restoran tersebut tidak halal
padahal di belum pernah kesana
Pada teori ini fokusnya terletak pada bagaimana individu menyelataskan elemen – elemen
kognisi, pemikiran atau struktur ( Konsonansi selaras ) dan disonasi atau kesetimbangan yaitu
pikiran yang amat menekan dan memotivasi seseorang untuk memperbaikinya.dimana terdapat 2
elemen kognitif dimana disonasi terjadi jika kedua elemen tidak cocok sehingga menganggu
logika dan penghargaan. Sebagai contoh Misalnya: ”Merokok membahayakan kesehatan”
konsonansi dengan ”saya tidak merokok”; tetapi disonansi dengan ”perokok”.
a. Merubah salah satu elemen kognitif, yaitu dengan mengubah sikap agar sesuai dengan
perilakunya. Misalnya : stop merokok
b. Menambahkan satu elemen kognitif baru. Misalnya: tidak percaya rokok merusak kesehatan
4. Teori Atribusi
Pada teori ini fokusnya terletak paad bagaimana individu mengetahui akan sikapnya dengan
mengambil kesimpulan sendiri dan persepsinya tentang situasi. Pada teori ini implikasinya
adalah perubhan perilaku yang dilakukan seseorang menimbulkan kesimpulan pada orang
tersebut bahwa sikapnya telah berubah. Sebagai contoh memasak setiap kesempatan baru sadar
kalu dirinya suka menyukai/ hobi memasak.
Sikap yang dilakukan oleh setiap individu sangatlah berpengaruh terhadap perilaku individu.
Pengaruh tersebut terletak pada individu sendiri terhadap respon yang ditangkap ,kecenderungan
individu untuk melakukan tindakan dipengaruhi oleh berbagai faktor bawaan dan lingkungan
sehingga menimbulkan tingkah laku.