Anda di halaman 1dari 4

Tujuan :

Mengetahui proses dalam advokasi atau proses pembuatan kebijakan


untuk menyelesaikan masalah antar orang, kelompok, maupun institusi atau
organisasi secara lokal, nasional, hingga internasional. Serta memperjuangkan
solusi dari masalah yang sedang terjadi.

Manfaat :

- Mendapat dukungan kebijakan yang kuat dalam mengatasi masalah.


- Mendapatkan alokasi sumberdaya yang diperlukan untuk meningkatkan
status kesehatan masyarakat.
- Meningkatkan kinerja eksekutif dan legislatif dalam pembangunan
kesehatan masyarakat.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Skenario Advokasi (Tahap-Tahap Proses Pembuatan Kebijakan atau


Keputusan)

Sebelum memulai menganalisis proses untuk memutuskan hal


spesifik yang dilakukan, ada baiknya mempelajari beberapa tahap dasar
pembuatan keputusan berikut :
 Tahap 1
Mengemukakan gagasan atau usulan didalam badan pembuat
keputusan. Menempatkan masalah atau persoalan ke dalam
agenda kebijakan untuk dipertimbangkan. Sebuah persoalan
ditambahkan pada agenda tindakan dari suatu institusi. Institusi
tersebut mengembangkan usulan kebijakan. Gagasan yang
diusulkan mungkin datang dari luar atau dalam institusi tersebut.

 Tahap 2
Secara formal mengajukan usulan didalam proses pembuatan
keputusan. Menyusun atau mengembangkan kebijakan yang
menanggapi masalah dan memberikannya ke lembaga
pemerintahan yang relevan. Misalnya, suatu undang-undang
diajukan ke parlemen, usulan dikirimkan kepada dewan direktur
untuk dipertimbangkan, atau suatu butir ditambahkan ke dalam
agenda rapat menteri.

 Tahap 3
Mempertimbangkan. Usulan tersebut dibicarakan, diperdebatkan,
dan barangkali diubah. Misalnya, sekelompok pembuat keputusan
mengadakan pembicaraan atau usulan itu diperdebatkan didalam
sidang parlemen.

 Tahap 4
Disetujui atau ditolak. Usulan itu secara formal disetujui atau
ditolak. Misalnya, diadakan pemungutan suara, atau para
pembuat keputusan mencapai konsensus atau salah satu atau
beberapa pembuat keputusan mencapai putusan.

 Tahap 5
Maju ke tahap berikutnya, mengimplementasikan, atau kembali ke
tahap sebelumnya. Jika usulan itu disetujui, mungkin berpindah ke
tahap pembuatan keputusan yang lebih tinggi. Misalnya,
pembuatan keputusan itu mungkin pindah dari suatu dewan atau
komite ke sidang nasional lengkap. Jika usulan itu diterima di
tingkat pembuatan keputusan tertinggi, maka selanjutnya bergeser
ke tingkat implementasi. Jika ditolak, mungkin kembali ke tahap
sebelumnya untuk diadakan perubahan atau dipertimbangkan lagi.

 Tahap 6
Memantau dan menilai atau mengevaluasi penerapan kebijakan
dan dampaknya.
B. Jenis Proses Pembuatan Keputusan

1. Proses Formal
Proses pembuatan keputusan formal adalah prosedur resmi sebagai
yang dinyatakan oleh undang-undang atau oleh kebijakan organisasi
yang terdokumentasi. Misalnya, dalam organisasi atau institusi,
peraturan untuk melembagakan perubahan kebijakan mungkin harus
dilakukan dengan cara pemungutan suara oleh dewan direktur atau
secara resmi disetujui oleh ketua.

2. Proses Informal
Kegiatan dan prosedur di dalam proses pembuatan keputusan terjadi
bersamaan dengan proses formal, tetapi tidak diwajibkan oleh
undang-undang atau kebijakan organisasi. Misalnya, seorang ketua
organisasi mungkin secara informal membicarakan perubahan
kebijakan yang diusulkan dengan setiap anggota dewan, sebelum
dewan itu mengadakan pemungutan suara.

3. Proses Alternatif
Suatu proses untuk mempengaruhi pembuatan keputusan yang
terjadi sepenuhnya diluar proses resmi. Misalnya, jika ketua suatu
organisasi merasa bahwa keputusan oleh dewan direkturnya tidak
ada kepastian bagi perubahan kebijakan yang kecil, maka ia dapat
membicarakan perubahan itu dengan staf kunci, membuat keputusan
dan menerapkan perubahan itu tanpa tindakan “resmi”.

Kesimpulan :

Proses advokasi atau pembuat kebijakan terdiri dari beberapa tahapan,


yakni; penetapan agenda, mengajukan usulan, mempertimbangkan usulan,
pengambilan keputusan, implementasi, dan memantau atau evaluasi. Terdapat
berbagai macam proses pembuatan keputusan; proses formal, informal, dan
alternatif. Perubahan kebijakan dan program yang diambil didalam struktur formal
memiliki keuntungan lebih permanen dan menjadi preseden untuk tindakan di
masa depan.

Sumber :

Miller, Valerie, Jane Covey dan Hermoyo. PEDOMAN ADVOKASI: Perencanaan,


Tindakan, dan Refleksi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005.
Sharma, Ritu R. dan P Soemitro. Pengantar Advokasi: Panduan Latihan. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2004.

Anda mungkin juga menyukai