Anda di halaman 1dari 12

EFEKTIVITAS PROGRAM KAWASAN RUMAH

PANGAN LESTARI (KRPL) TERHADAP


EKONOMI DAN KETAHANAN PANGAN
PETANI DI WILAYAH JAWA TIMUR
Oleh : Jihan R Aisy
P17111173025
DIV GIZI/ tk. 3A
LATAR BELAKANG
 Perkembangan saat ini peranan sektor pertanian dapat diletakkan dalam kerangka ”3 F contribution in
the economy”, yaitu food (pangan), feed (pakan) dan fuel (bahan bakar) (Putri, 2009). Asian
Development Bank (2009) dalam laporannya yang berjudul “Global Food Price Inflation and Developing
Asia”, menyebutkan bahwa harga pangan dunia telah mengalami lonjakan 30 persen dan inflasi pangan
domestik rata-rata 10 persen pada 2 bulan pertama tahun 2011 yang menyebabkan 64,4 juta orang di
Asia jatuh ke dalam jurang kemiskinan. Kenaikan harga pangan dunia berdampak terhadap peningkatan
kemiskinan untuk 25 Negara di Asia yang tergolong negara sedang berkembang termasuk Indonesia.

 Kebijakan dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan tersebut telah dilakukan oleh pemerintah melalui
Kementrian Pertanian, salah satunya dengan diciptakannya Program Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan (P2KP). Program P2KP diimplementasikan melalui tiga program kegiatan yaitu,
(1) Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL),
(2) Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L), serta
(3) Sosialisasi dan Promosi P2KP.
Namun, hal ini akan difokuskan pada program KRPL, karena kegiatannya mudah dijalankan dan
dapat dilaksanankan pada semua rumah tangga serta memiliki tujuan dan manfaat yang sangat
baik.
Dalam Pedoman Umum KRPL disebutkan terdapat enam
konsep dalam pengembangan KRPL, yaitu:
(1) Kemandirian pangan rumah tangga pada suatu kawasan,
(2) Diversifikasi pangan yang berbasis sumber daya lokal,
(3) Konservasi tanaman-tanaman pangan maupun pakan termasuk perkebunan,
hortikultura untuk masa yang akan datang,
(4) Kesejahteraan petani dan masyarakat yang memanfaatkan Kawasan Rumah Pangan
Lestari,
(5) Pemanfaatan kebun bibit desa agar menjamin kebutuhan masyarakat akan bibit
terpenuhi, baik bibit tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, termasuk ternak,
unggas, ikan dan lainnya,
(6) Antisipasi dampak perubahan iklim. Enam konsep di atas merupakan konsep yang
sangat luas implikasinya, masyarakat dengan menanam kebutuhan sehari-harinya di
pekarangan sekeliling rumahnya, sudah dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Prinsip dasar KRPL adalah :

(i)
Pemanfaatan (iii) (iv)
pekarangan (ii) (v)
Konservasi Menjaga
yang ramah Diversifikasi Peningkatan
sumberdaya kelestariannya
lingkungan dan pangan berbasis pendapatan dan
genetik pangan melalui kebun
dirancang untuk sumber daya kesejahteraan
(tanaman, ternak, bibit desa
ketahanan dan lokal masyarakat.
ikan) menuju
kemandirian
pangan
KELOMPOK WANITA TANI DEWI DI BATU

 Kelompok wanita Tani Dewi telah berhasil melaksanakan program KRPL sejak 2014.
Program KRPL berawal disosialisasikan oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Batu.
Selanjutnya Badan Ketahanan Pangan bersama- sama Dinas Pertanian dan Kehutanan
Kota Batu berupaya untuk menerapkan program KRPL. Penerapan program KRPL
ditunjang oleh bantuan dana dan hibah dari Badan Ketahanan Pangan dan juga Disperta
Kota Batu yang bertujuan untuk pelaksanaan dan pengembangan program.

 Hibah yang diberikan berupa bantuan bibit, saprodi, peralatan pertanian berupa media
tanam serta bantuan dana yang digunakan untuk pengembangan hasil pertanian yang
dilakukan oleh kelompok. Selain bantuan tersebut,pada tahun 2016 Disperta Kota Batu
juga memberikan bantuan berupa pembangunan green house yang digunakan untuk
laboratorium yang terletak di Demplot Kelurahan Dadaprejo Kecamatan Junrejo Kota
Batu.
KELOMPOK WANITA TANI DEWI DI BATU

 Produk yang dihasilkan oleh anggota kelompok wanita tani adalah sayur dan buah organik
diantaranya yaitu brokoli, sawi pakcoy, bawang merah, seledri, jagung manis, cabai dan sayur
organik lainya.
 Pada umumnya setiap anggota melakukan penjualan dengan model saving, yaitu dengan
mengirimkan hasil panen mereka kepada pengurus untuk dijual secara bersama- sama dengan
hasil panen anggota lain, selanjutnya oleh pengurus akan dibukukan produk apa yang dikirim,
dengan berat tertentu dan diikuti harga jual pasar yang akan diberlakukan. Proses ini dilakukan
secara berulang-ulang hingga hasil panen mereka terkumpul dan pada akhir periode hasil
panen yang telah dibukukan oleh pengurus akan dilaporkan dan dibayarkan kepada anggota.
No. Tahun Bulan Jumlah (Rp)

2
Apr

Mei
146.900

138.450
DATA
3 Juni 130.400 PEMBELIAN
4 Juli 113.850

5 2016 Agt 239.120

6 Sept 231.500

7 Okt 183.250
8 Nov 207.700

9 Des 60.100

10 Jan 245.116

11 Feb 54.400

12 Mar 120.330

13 Apr 42.500

14 Mei 95.900

15 2017 Juni 88.000

16 Juli 154.910

17 Agt 427.495

18 Sept 106.270

19 Okt 93.400

TOTAL 2.879.591
No. Tahun Bulan Jumlah (Rp)

2
Apr

Mei
384.000

636.000
DATA
3 Juni 353.500 PENJUALAN
4 Juli 210.000

5 2016 Agt 495.000

6 Sept 522.500

7 Okt 499.000
8 Nov 492.000

9 Des 361.000

10 Jan 451.000

11 Feb 76.450

12 Mar 167.800

13 Apr 65.700

14 Mei 88.000
2017
15 Juni 195.000

16 Juli 256.000

17 Agt 895.000

18 Sept 281.000

19 Okt 127.000
TOTAL 6.555.950
KEUNTUNGAN

KUALITATIF KUANTITATIF
 Secara kualitatif dapat dijelaskan  Adapun economics value added secara
melalui kemampuan anggota dalam kuantitatif dapat dilihat melalui jumlah
melaksanakan aktivitas menjual barang pendapatan yang diterima oleh masing-
masing anggota sebagai nilai tambah
hasil panen kepada masyarakat sekitar. pendapatan keluarga. Artinya, sebelum
Hal tersebut disebut sebagai value anggota tergabung dalam akelompok dan
added karena pada dasarnya KRPL sebelum anggota melaksankaan program
memiliki tujuan awal hanya untuk KRPL anggota kelompok wanita tani tidak
menciptakan ketahanan pangan memiliki pendapatan tabahan karena
rata- rata mereka adalah ibu rumah
keluarga artinya pada saat anggota tangga. Namun dengan adanya kegiatan
kelompok dapat menjual hasil panenya ini, anggota memiliki tambahan
asumsinya kebutuhan konsumsi pendapatan dimana tambahan
mereka sudah terpenuhi. pendapatan ini mampu membantu
memperkuat ekonomi keluarga.
 Keberhasilan Program M-KRPL sangat ditentukan oleh identifikasi potensi
sumberdaya lahan pekarangan, kapasitas SDM petani sebagai pengelola lahan
pekarangan, teknologi spesifik lokasi lahan pekarangan, dan kelembagaan
pengelola KRPL dalam mengoptimalkan pemanfaatan lahan pekarangan. Program
M-KRPL telah berdampak mengurangi pengeluaran untuk konsumsi pangan,
pengurangan pengeluaran kelompok pangan terbesar secara berturut-turut
adalah kelompok pangan sayur-sayuran, umbi-umbian, serta produk hasil ternak
(telur ayam) dan ikan (ikan lele).
 Program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) berpengaruh langsung
terhadap penganekaragaman tanaman jenis sayuran dilahan pekarangan dan terhadap
peningkatan nilai gizi keluarga dan kesejahteraan keluarga. Dibuktikan adanya
peningkatan nilai PPH dimana PPH awal adalah 73,1% dan PPH akhir adalah 98,5%.
 Menurut data KRPL BKP (Badan Ketahanan Pangan) PERTANIAN dalam situs webnya,
terlihat data bahwa realisasi KRPL Nasional telah mencapai angka 100%. Artinya,
pemerintah telah berhasil dalam melaksanakan program ini yang dimulai sejak tahun
2014. Berdasarkan grafik jumlah KRPL nasional, provinsi Jawa Timur memiliki jumlah
KRPL terbanyak daripada provinsi lainnya. Realisasi pemanfaatan anggaran pada provinsi
Jawa Timur rata-rata sudah melebihi angka 50% bahkan sudah ada yang mecapai angka
100%. Meskipun masih ada beberapa daerah kabupaten yang masih dibawah itu, bahkan
ada yang 0%. Entah ini memang sesuai apa adanya, atau memang data ini masih perlu di
update kembali.
TERIMA
KASIH 

Anda mungkin juga menyukai