Anda di halaman 1dari 5

A.

Responden 3 Komunitas Sepatu Roda


1. Data diri
- Nama anak : Syafira
- Usia anak : 9 tahun
- Nama ibu : Ibu Wiwin
- Usia ibu : 44 tahun
- Domisili : Sawojajar, Malang
- BB anak : 24 kg
- TB anak : 110 cm
- Latihan/ Kegiatan rutin : Kegiatan rutin setiap hari sabtu dan
minggu
- Kegiatan serupa : Les menari
- Mayoritas jenis kelamin : Rata, laki-laki dan perempuan
- Dominan usia : Anak-anak
- Cek kesehatan rutin : Satu bulan 1x di sekolah
- Riwayat sakit : Step (kejang dan demam)
- Riwayat alergi : Tidak ada alergi
- Pola makan :
b. Tidak menyukai seafood, karena ibunya tidak suka memasak
seafood dengan alasan bau amis dan geli
c. Pola makan tidak teratur (moody)
d. Pilih-pilih makanan
e. Semua jenis lauk-pauk seperti ikan, daging, telur suka
f. Mengonsumsi susu 2x sehari, saat pagi dan malam sebelum tidur

2. Pembahasan

Syafira adalah salah satu anggota klub sepatu roda Malang Inline Skate
(MILS) yang berlatih di CFD setiap hari minggu ditemani bersama ibunya, Ibu
Wiwin. Sedangkan latihan di hari sabtu, dilakukan di tempat lain dengan waktu
latihan jam 07.00 hingga jam 09.00. Syafira dilatih sejak ia menginjak usia 3
tahun sebelum memasuki sekolah taman kanak-kanak. Pada klub ini mayoritas
usia adalah anak-anak mulai dari 3 tahun sampai 14 tahun, dan jenis kelamin
yang mengikutinya adalah sama rata, baik laki-laki maupun perempuan sama
banyaknya. Klub ini memiliki target setiap tahunnya untuk mengikuti perlombaan
sepatu roda yang diadakan di Jawa Tengah. Kegiatan serupa yang dilakukan
oleh an. Syafira selain sepatu roda adalah les menari seminggu sekali.

Riwayat sakit yang perna dialami oleh an. Syafira adalah menderita step
atau sakit demam yang disertai dengan kejang-kejang saat usia 1,5 tahun.
Sakitnya akan kambuh kembali, apabila ia terlalu lelah dan terkena flu. Cek rutin
kesehatan dilakukan setiap satu bulan sekali di sekolah, terdiri dari cek
kesehatan mata, THT, bagian dalam, dan status gizi. Menurut ibunya, dari
keempat anaknya, Syafira termasuk anak yang susah makan. Dengan aktivitas
nya yang padat, asupannya masih tergolong defisit atau kurang. Ia tidak
menyukai semua jenis sayuran, hanya beberapa seperti sayur bayam dan wortel.
Terkadang, ia menginginkan makan sayur secara mendadak, sehingga ibunya
harus siap sedia berbagai jenis bahan makanan dan segera memasaknya.
Berbagai jenis lauk-pauk baik nabati maupun hewani ia menyukainya. Kecuali,
bahan makanan seafood. Hal ini terjadi akibat, ibu Wiwin tidak menyukai seafood
juga, dengan alasan bau amis dan geli menyentuhnya saat masih mentah. Susu
merk indomilk dan bendera sering dikonsumsi oleh an. Syafira setiap pagi dan
malam sebelum tidur.

Berdasarkan teori Wellness, lifestyle atau gaya hidup tidak terpaku hanya
dari satu faktor melainkan terdiri dari 7 dimensi faktor, yakni; Physical atau fisik,
Intelectual atau kemampuan berpikir, Occupational atau karir, Environment atau
lingkungan, Spiritual atau rohani, Social atau hubungan, dan Emotional atau
emosi.

1. Physical
Dimensi fisik terdiri dari kebutuhan aktivitas fisik, asupan yang
teratur, serta perawatan diri yang terdiri dari konsumsi obat-obatan atau
suplemen. Kesehatan fisik akan tercapai apabila ketiga aspek diatas
berkontribusi dengan dengan baik.
An. Syafira memiliki aktivitas fisik yang cukup baik, dibuktikan
dengan ia mengikuti berbagai macam kegiatan seperti latihan sepatu roda
dan menari. Akan tetapi, asupan zat gizi yang diperoleh dari makanan
termasuk kurang. Terlihat dari berat badan dan tinggi badan Syafira yang
tidak sesuai dengan umurnya. Ia tergolong status gizi
2. Intelectual
Dimensi kemampuan berpikir ini terdiri dari; keingintahuan,
pengembangan pribadi, kreativitas, berpikir kritis, keterampilan, dan fokus
pada target atau pencapaian yang lebih baik lagi. Dalam hal ini, dimensi
intelektual dibutuhkan untuk keterampilan bagaimana ia menggerakkan
sepatu roda ini agar lihai, melewati trek, menyalip lintasan dan cara
bersiap untuk memulai lintasan dengan baik.

3. Occupational
Dimensi ini merupakan kepuasan tersendiri setiap seseorang.
Kemampuan dan keterampilannya dalam permainan sepatu roda ini
diharapkan mampu mengikuti dan memenangkan dalam perlombaan
setiap tahunnya yang diadakan di Jawa Tengah, sehingga mampu
mendapatkan imbalan. Dengan latihan yang rutin, diharapkan ia menjadi
seorang yang profesional dan menjadikan permainan sepatu roda ini
menjadi sebuah karier.

4. Environment

Dimensi lingkungan ini berdampak pada pola hidup seseorang.


Apabila ia berada di posisi lingkungan yang menyukai minat dan jenis
permainan yang sama, mereka akan saling sharing cerita dan
pengalaman mereka. Ilmu yang didapatkan dari sinilah menjadikan
kemampuan bertambah, tahu mana yang harus ia lakukan, mendapat
dorongan untuk berlatih menjadi lebih baik lagi, dll.

5. Social

Dimensi sosial adalah kemampuan sesorang dalam beradaptasi di


lingkungannya. Seseorang dikatakan sehat secara sosial, ketika ia
mampu berkontribusi terhadap lingkungan dan sesama manusia.
Komunikasi yang baik adalah kunci dalam hubungan bersosialisasi.
Hubungan antara pelatih dengan anggota juga sangat penting, seorang
pemain akan selalu membutuhkan masukan dan motivasi dari sang
pelatih yang ahli untuk dapat berhasil.
6. Emotional

Dimensi emosional adalah mengenalkan bagaimana caranya


mengendalikan emosi yang baik. Seseorang yang memiliki emosi yang
baik apabila ia mampu menerima segala kritik dan saran dari orang lain,
mampu mengekspresikan emosinya dengan bebas, dan mampu
mengendalikan emosi tersebut sehingga dapat memilih keputusan yang
terbaik. Selain itu, ia juga berani dalam menerima tantangan di depan,
mengambil risiko, dan mengakui adanya konflik didalam dirinya.
Manajemen emosi dibutuhkan saat permainan sepatu roda, dalam
menjaga ritme gerakan kaki, menyalip lawan, dan memenangkan
perlombaan.
Lampiran.

Kegiatan wawancara komunitas permainan di Car Free Day (CFD)

Anda mungkin juga menyukai