Anda di halaman 1dari 6

ABORTUS

I. Definisi
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan,
sebagai batasan adalah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 300
gram.
II. Klasifikasi
1. Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis maupun
mekanis. Abortus spontan secara klinis dapat dibedakan antara abortus iminens, abortus
insipient, abortus inkompletus, abortus kompletus. Selanjutnya dikenal juga missed
abortion, abortus habitualis, abortus infeksius dan abortus septik.
a. Abortus iminens
Abortus iminens di diagnosis bila seorang wanita hamil kurang dari 20 minggu
mengeluarkan darah sedikit pada vagina. Perdarahan dapat berlanjut dalam beberapa
hari atau dapat berulang, dapat pula disertai sedikit nyeri perut bawah atau nyeri
punggung bawah seperti menstruasi.
b. Abortus insipient
Abortus insipient didiagnosis apabila pada wanita hamil ditemukan perdarahan
banyak , kadang-kadang keluar gumpalan darah yang disertai nyeri karena kontraksi
rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari pemeriksa dapat
masuk dan ketuban dapat diraba. Kadang-kadang perdarahan dapat meyebabkan
kematian bagi ibu dan jaringan yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi sehingga
evakuasi harus segera dilakukan. Janin biasanya sudah mati dan mempertahankan
kehamilan pada keadaan ini merupakan kontraindikasi.
c. Abortus inkomplit
Abortus inkomplit didiagnosis apabila sebagian dari hasil konsepsi telah lahir atau
teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan plasenta).
Perdarahan biasanya terus berlangsung, banyak, dan membahayakan ibu. Sering
serviks tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap sebagai
benda asing . oleh karena itu, uterus berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan
kontraksi sehingga ibu merasakan nyeri , namun tidak sehebat pada abortus insipiens.
Jika hasil konsepsi lahir dengan lengkap disebut abortus komplit. Pada keadaan ini,
kuretase tidak perlu dilakukan. Pada abortus komplit, perdarahan segera berkurang
setelah isi rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan
berhenti sama sekali karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi
telah selesai. Serviks juga dengan segera akan tertutup kembali.
d. Missed abortion
Abortus tertunda adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam
rahim dan tidak dikeluarkan selama dua bulan atau lebih. Pada abortus tertunda akan
dijumpai amenorea, yaitu perdarahan sedikit-sedikit yang berulang pada
permulaannya, serta selama observasi fundus tidak bertambah tinggi, malahan
bertambah rendah. Pada pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit.
e. Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut.
Penyebab abortus habitualis selain factor anatomis banyak yang mengaitkannya
dengan reaksi imunologik yaitu kegagalan reaksi terhadap antigen lymphocyte
trophoblast cross reactive (TLX)
f. Abortus septik
Abortus septic adalah abortus yang disertai infeksi berat dengan penyebaran infeksi
pada peredaran darah tubuh atau peritoneum. Hal ini sering ditemukan pada abortus
inkomplet atau abortus buatan, terutama yang kriminalis tanpa memperhatikan syarat-
syarat asepsis dan antisepsis.
2. Abortus provokatus (buatan) adalah abortus yang disengaja atau digugurkan yang terdiri
dari dari:
a. Abortus buatan menurut kaidah ilmu. Indikasi abortus untuk kepentingan ibu,
misalnya penyakit jantung, hipertensi essential, dan karsinoma serviks.
b. Abortus buatan criminal adalah pengguguran kehamilan tanpa alas an medis yang sah
atau oleh orang yang berhak dan dilarang oleh hukum.
III. Etiologi
1. Factor maternal
a. Kelainan genetalia ibu
Misalnya pada ibu yang menderita :
a) Anomaly congenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis)
b) Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata.
c) Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah
dibuahi, seperti kurangnya progesterone atau estrogen, endometritis, dan mioma
submukosa.
d) Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola hidatidosa)
e) Distorsia uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis.
b. Penyakit-penyakit ibu
Misalnya pada :
a) Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi.
b) Keracunan nikotin, gas beracun, alcohol dll.
c) Malnutrisi, avitaminosis, dan gangguan metabolism, hipotiroid, kekurangan
vitamin A, C, atau E, diabetes mellitus.
c. Antagonis Rhesus
Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga
terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus.
d. Gangguan sirkulasi plasenta
Didapatkan pada ibu yang menderita hipertensi, toksemia gravidarum, anomaly
plasenta.
e. Usia ibu
Usia juga mempengaruhi kejadian abortus karena pada usia kurang dari 20 tahun
belum matangnya alat reproduksi untuk hamil sehingga dapat merugikan kesehatan
ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan janin, sedangkan abortus yang terjadi
pada usia lebih dari 35 tahun disebabkan berkurangnya fungsi alat reproduksi,
kelainan pada kromosom, dan penyakit kronis.
2. Faktor janin
Berdasarkan hasil studi sitigenetika yang dialkukan di seluruh dunia, sekitar 50 hingga 60
persen dari abortus spontan yang terjadi pada trimester pertama mempunyai kelainan
kariotipe. Kelainan pada kromosom ini adalah seperti autosomal trisomy, monosomy X
dan polypoidy. Abnormalitas kromosom adalah hal utama pada embrio dan janin yang
mengalami abortus spontan serta merupakan sebagian besar dari kegagalan kehamilan
dini.
3. Faktor Paternal
Translokasi kromosom dalam sperma dapat meyebabkan zigot mempunyai terlalu sedikit
atau terlalu banyak bahan kromosom sehingga mengakibatkan abortus.
IV. Patogenesis
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam decidua basalis, diikuti oleh nekrosis jaringan
disekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil kosepsi terlepas sebagian atau seluruhnya,
sehingga merupakan benda asing di dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.
V. Diagnosa
Menurut WHO (1994), setiap wanita pada usia reproduktif yang mengalami dua daripada 3
gejala seperti dibawah harus dipikirkan kemungkinan terjadinya abortus.
1) Perdarahan pada vagina
2) Nyeri pada abdomen bawah
3) Riwayat amenorea
Diagnose abortus menurut gambaran klinis adalah sebagai berikut:
a. Abortus Iminens
Anamnesis : Perdarahan sedikit dari jalan lahir dan nyeri perut tidak ada atau ringan.
Pemeriksaan Dalam : Ostium uteri masih tertutup, besar uterus masih sesuai dengan umur
kehamilan.
Pemeriksaan Penunjang : USG
Penatalaksanaan : penderita diminta untuk melakukan tirah baring sampai perdarahan
berhenti. Dapat diberikan spasmolitik agar uterus tidak berkontraksi. Penderita dapat
dipulangkan setelah tidak terjadi perdarahan dengan syarat tidak dapat melakukan
hubungan seksual samapai kurang lebih 2 minggu.
b. Abortus Insipiens
Anamnesis : perdarahan dari jalan lahir disertai nyeri/kontraksi rahim.
Pemeriksaan Dalam : Ostium uteri telah membuka, serviks sudah mendatar, hasil
konsepsi masih dalam kavum uterui, dan ketuban utuh.
Pemeriksaan penunjang : USG akan ditemukan pembesaran uterus yang masih sesuai
dengan umur kehamilan, gerak janin, dan gerak jantung janin masih jelas meskipun sudah
mulai tidak normal.
Penatalaksanaan : pengelolaan penderita ini harus memperhatikan keadaan umum dan
perubahan keadaan hemodinamik yang terjadi dan segera lakukan tindakan
evakuasi/pengeluaran hasil konsepsi diikuti dengan kuretase bila perdarahan banyak.
Pada umur kehamilan diatas 12 minggu, uterus biasanya sudah melebihi telur angsa
sehingga tindakan evakuasi dan kuretase harus hati-hati, jika perlu dilakukan evakuasi
dengan cara digital yang kemudian disusul dengan tindakan kuretase sambil diberikan
uterotonika. Pascatindakan perlu perbaikan keadaan umum, pemeberian uterotonika, dan
antibiotic profilaksis.
c. Abortus Kompletus
Anamnesis : perdarahan dari jalan lahir (biasanya banyak), nyeri/kontraksi rahim ada,
dan biasa terjadi syok jika perdarahan banyak.
Pemeriksaan dalam : ostium uteri telah menutup, uterus sudah mengecil
Pemeriksaan penunjang : USG biasanya tidak perlu dilakukan bila pemeriksaan klinis
sudah memadai. Pada pemeriksaan tes urin biasanya masih positif sampai 7-10 hari
setelah abortus.
Penatalaksanaan : pengelolaan pada penderita ini tidak memerlukan tindakan khusus
ataupun pengobatan. Biasanya hanya diberikan roboransia atau hematenik bila keadaan
pasien memerlukan.
d. Abortus Inkompletus
Anamnesis : perdarahan jalan lahir, nyeri/kontraksi rahim.
Pemeriksaan dalam : kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum
uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum.
Penatalaksanaan : bila terjadi perdarahan yang hebat, dianjurkan segera melakukan
pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang mengganjal terjadinya
kontraksi uterus segera dikeluarkan. Selanjutnya dilakukan tindakan kuretase, dimana
tindakan ini harus dilakukan hati-hati sesuai dengan keadaan umum ibu dan besarnya
uterus. Pasca tindakan perlu diberikan uterotonika parenteral
e. Missed abortion
Anamnesis : perdarahan bisa ada atau tidak
Pemeriksaan obstetric : fundus uteri lebih kecil dari umur kehamilan dan bunyi jantung
janin tidak ada.
Penatalaksanaan : pada umur kehamilan kurang dari 12 minggu tindakan evakuasi dapat
segera dilakukan secara langsung dengan melakukan dilatasi dan kuretase bila serviks
uterus memungkinkan. Bila kehamilan diatas 12 minggu atau kurang dari 20 minggu
dengan keadaan serviks uterus yang masih kaku dianjurkan untuk melakukan induksi
terlebih dahulu untuk mengeluarkan janin atau mematangkan kanalis servikalis.
f. Abortus septik
Anamnesis dan pemeriksaan fisik : adanya riwayat melakukan tindakan abortus dengan
sengaja menggunakan peralatan yang asepsis, perdarahan pervaginam yang berbau,
tampak sakit dan lelah, takikardi, demam tinggi, menggigil, hipotensi.
Pemeriksaan dalam : kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan.
Penatalaksanaan : pengelolaan pada pasien ini harus mempertimbangkan keseimbangan
cairan tubuh dan perlunya pemberian antibiotic yang adekuat. Tindakan kuretase
dilakukan bila keadaan tubuh sudah membaik minimal 6 jam setelah antibiotic adekuat
diberikan, pada saat tindakan uterus dilindungi dengan pemberian uterotonika. Antibiotic
dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam.
VI. Komplikasi
1. Perdarahan
2. Perforasi
3. Infeksi
4. Syok

Anda mungkin juga menyukai