METODE STUDI
Data untuk keperluan analisis dikumpulkan dengan menggunakan data sekunder yang berasal
dari instansi terkait yang bertanggung jawab terhadap Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu
(PLTB).
Data yang terkumpul dianalisis menurut jenis dan sifat peruntukannya.Analisis resiko dilakukan
dengan memperhitungkan persyaratan teknis sehingga mencapai ketetpatan yang tinggi.Sebelum
menganalisis data Rona Awal Lingkungan,maka dirumuskan dan diterapkan terlebih dahulu variable
atau parameter lingkungan tersebut maka dapat ditentukan metoda yang tepat untuk menghitung
analisis resikonya,antara lain adalah:
Sedangkan pada matrix analisa besarnya pengaruh resiko terhap lingkungan,dapat klasifikasikan atau
diperingatkan seperti pada table 2.2
Dari kedua matriks diatas (matriks peluang dan matriks pengaruh) dapat digabungkan dan
dikombinasikan menjadi satu matrik yang dapat memberikan peringkat atau ranking resiko terhap suatu
kegiatan lingkungan ,yang mana merupakan sifat kualitatif.Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan pada
tabel 2.3
Tabel 2.3 Matriks Penilaian Resiko Secara Kualitatif (Gabungan Matriks Peluang dan Matriks
Pengaruh)
Tingkatan Resiko
(Besaran pengaruh atau konsekuensi)
1 2 3 4 5
Peluang A M M H H H
B S M M H H
Terjadinya C L S M H H
Resiko D L L M M H
E L L M M M
Keterangan:
H : Resiko tinggi,membutuhkan penelitian dan manajemen lanjutan
M : Resiko medium,membutuhkan perhatian manajemen lingkungan
S : Resiko berarti,tanggungjawab manajemen harus spesifik
L : Resiko rendah,pengelolaan dengan prosedur yang rutin
Metode ini merupakan metode yang menganalisis suatu resiko dengan menggunakan suatu nialai
tertentu, yang merupakan nilai skala peringkat atau klasifikasi. Metode ini lebih rinciatau detail bila
diabdingkan dengan matode kualitatif, karena menggunakan peringkat resiko yang dapatdigunakan
sebagai alat bantudalam prosedur manajemen resiko.
1. Frekuensi Kejadian
Frekuensi kejadian menunjukkan sering atau tidaknya kejadian resiko yang terjadi akibat
kegiatan yang dilakukan. Dimana frekunsi memiliki skala nilai peringkat, seperti yang tertera pada
tabel 3.5
Menunjukkan besarnya pengaruh kegiatan terhadap lingkungan sekitarnya. Dimana besaran juga
memiliki skala, sama seperti dengan frekuensi kejadian, serpti yang diuraikan pada Tabel 3.6
3. Tingkat sensivitas
Tingkat sentisivitas adalah tingkat yang menunjukkan perhatian dan kepekaan terhadap kegiatan
tersebut oleh pihak luar, seperti instansi, pemerintah dan lain-lain. Skala peringkatnya dapat dilihat
pada tabel 3.7
(R) = ( F ) × (S1) + ( S2 )
Dari nilai resiko tersebut dapat ditentukan nilai dari resiko suatu kegiatan yang mengacu pada
rentangan nilai resiko yang telah ditentukan, yaitu :
Resiko rendah
Resiko sedang
Resiko tinggi.
Dimana metode tersebut menggunakan kriteria-kritria dari faktor lingkungan, antara lain yaitu :
NO
KRITERIA LINGKUNGAN NILAI
.
A. Luas Dampak
a. Berpengaruh diunit kerja yang bersangkutan. 1
b. Berpengaruh dalam area 3
c. Berpengaruh dalam kompleks perusahaan 5
d. Berpengaruh ke masyarakat 7
B. Keseriusan Resiko
Tidak ada resiko terhadap flora dan fauna, fasilitas dan
a. 1
kesehatan
Ada resiko terhadap flora dan fauna, fasilitas dan
b. 3
kesehatan
Menyebabkan kerusakan pada flora dan fauna, fasilitas
c. 5
dan kesehatan
d. Menyebabkan kerusakan yang tetap / abadi 7
C. Keboleh Jadian Resiko
a. Kecil sekali (kecelakaan yang tidak diharapkan) 1
D. Waktu Pemaparan
NO
KRITERIA LINGKUNGAN NILAI
.
F. Metode Pengendalian
G. Image Masyarakat
a. Baik 1
b. Cukup 3
c. Jelek 5
Total nilai dari masing-masing aspek lingkungan merupakan hasil perkalian dari seluruh nilai
criteria :
Total nilai = A x B x C x D x E x F x G
BAB III
Sedangkan analisa detail terhadap kompone lingkungan yang diidentifikasi tersebut diuraikan pada
tabel analisa resiko lingkungan berikut ini.
Tabel 3.2 Analisa Resiko Lingkungan
4. Perubahan/ Penerimaan dan Mobilisasi Hubungan yang kondusif Survei Sosial – Budaya,
dinamika sosial Tenaga Kerja Konstruksi antara tenaga kerja lokal dan Pemantauan pada:
PLTB pendatang berdasarkan Resiko, - Frekuensi terjadinya
indikator/parameter sbb: Medium insiden konflik, dan
Frekuensi terjadinya - Frekuensi terjadinya
insiden konflik, dan keluhan/keresahan
Frekuensi terjadinya tenaga kerja lokal/
keluhan/keresahan tenaga kerja pendatang
lokal/pendatang
5. Timbulnya Penerimaan dan Mobilisasi Hubungan yang kondusif Survei Sosial – Budaya,
keresahan Tenaga Kerja Konstruksi antara Proyek dan masyarakat Resiko, Pemantauan pada:
masyarakat PLTB (Dampak sekunder berdasarkan indikator/parameter Tinggi - Frekuensi terjadinya
perubahan/dinamika sosial sbb: insiden konflik, dan
akibat perbedaan paham Frekuensi terjadinya - Frekuensi terjadinya
antara tenaga kerja insiden konflik, dan keluhan/keresahan
pendatang dan masyarakat Frekuensi terjadinya tenaga kerja lokal/
setempat) keluhan/keresahan masyarakat pendatang
6. Perubahan Penerimaan dan mobilisasi Hubungan yang kondusif Resiko, Survei Sosial – Budaya,
Resepsi tenaga kerja konstruksi antara Proyek dan Tinggi Pemantauan pada:
masyarakat PLTBB masyarakat berdasarkan - Frekuensi terjadinya
indikator/parameter sbb: insiden konflik, dan
Frekuensi terjadinya - Frekuensi terjadinya
insiden konflik, dan keluhan/keresahan
Frekuensi terjadinya tenaga kerja lokal/
keluhan/keresahan pendatang
masyarakat
Mobilisasi Peralatan dan Material
1. Penurunan Mobilisai peralatan dan Penurunan kualitas udara Pemantauan secara regular
Kualitas Udara Material akibat kenaikan konsentrasi dengan menggunakan alat
parameter kunci di bawah ini Resiko, (BSN, 2005)antara lain:
tdak melebihi konsentrasi Rendah -Electric ambient pump set
yang diizinkan oleh Peraturan -Electric Emission pump set
Gubernur (Pergub) Sulsel No. -Humidity/Hygrometer
69 tahun 2010 yakni sbb: -Anemometer
1) SO2: 900 µg/Nm3, -Barometer
2) NO2:400 µg/Nm3, -Impengger
3) CO: 10000 µg/Nm3 dan
4) TSP: 230 µg/Nm3
2. Peningkatan Mobilisai peralatan dan Kebisingan tidak melebihi SK Resiko, Pemantauan secara regular
kebisingan Material MenLH No.48 /MENLH/ Rendah dengan menggunakan alat
11/1996 tentang Kebisingan Noise Level Meter (BSN,
untuk Pemukiman (55 dBA) 2002).
3. Kerusakan Mobilisai peralatan dan Kerusakan struktur jalan dan Observasi lapangan
badan jalan dan Material jembatan akibat terlampauinya Analisis teknik terhadap
jembatan indikator/parameter sbb: Resiko, Tinggi struktur jalan
Lebar maximum;
Panjang maximum; dan
Maksimum sumbu
terberat (MST)
4. Kemacetan Mobilisasi peralatan dan Hambatan kendaraan tidak lebih Resiko, Observasi lapangan
Lalu Lintas material dari 10 menit sehingga Tingkat Rendah
Layanan Jalan (V/C) > 0,7
5. Kecelakaan lalu Mobilisasi peralatan dan Angka kecelakaan Resiko, Analisis data kecelakaan
lintas material Berarti meliputi:
Korban kerusakan properti
Korban luka-luka
Korban kecelakaan
fatal (tewas)
Konstruksi Jalan
1. Penurunan Kontruksi jalan akses Penurunan kualitas udara Pemantauan secara regular
Kualitas Udara akibat kenaikan konsentrasi dengan menggunakan alat
parameter kunci di bawah ini Resiko, (BSN, 2005) antara lain:
tdak melebihi konsentrasi Medium -Electric ambient pump set
yang diizinkan oleh Peraturan -Electric Emission pump set
Gubernur (Pergub) Sulsel No. -Humidity/Hygrometer
69 tahun 2010 yakni sbb: -Anemometer
1) SO2: 900 µg/Nm3, -Barometer
2) NO2:400 µg/Nm3, -Impengger
3) CO: 10000 µg/Nm3 dan
4) TSP: 230 µg/Nm3
2. Peningkatan Kontruksi jalan akses Kebisingan tidak melebihi SK Resiko, Pemantauan secara regular
kebisingan MenLH No.48 /MENLH/ Rendah dengan menggunakan alat
11/1996 tentang Kebisingan Noise Level Meter (BSN,
untuk Pemukiman (55 dBA) 2002).
3. Gangguan Kontruksi jalan akses Tidak terjadi peningkatan jumlah Resiko, 1) Pengumpulan data
kesehatan penderita ISPA Tinggi Kesehatan Masyarakat
masyarakat 2) Database kesehatan
masyarakat.
Pembangunan pembangkit dan sarana pendukungnya
1. Dinamika sosial Pembangunan pembangkit Hubungan yang kondusif Resiko, Survei Sosial – Budaya,
dan sarana pendukungnya antara tenaga kerja lokal dan Tinggi
Pemantauan pada:
pendatang berdasarkan
- Frekuensi terjadinya
indikator/parameter sbb:
insiden konflik, dan
Frekuensi terjadinya - Frekuensi terjadinya
insiden konflik, dan keluhan/keresahan
Frekuensi terjadinya tenaga kerja lokal/
keluhan/keresahan tenaga kerja pendatang
lokal/pendatang
2. Erosi tanah Pembangunan pembangkit Berkurangnya atau nihilnya Resiko, Observasi lapangan
dan sarana pendukungnya tingkat bahaya erosi Rendah
3. Penurunan Pembangunan pembangkit Penurunan kualitas udara Pemantauan secara regular
kualitas udara dan sarana pendukungnya akibat kenaikan konsentrasi dengan menggunakan alat
parameter kunci di bawah ini Resiko, (BSN, 2005) antara lain:
tdak melebihi konsentrasi Rendah -Electric ambient pump set
yang diizinkan oleh Peraturan -Electric Emission pump set
Gubernur (Pergub) Sulsel No. -Humidity/Hygrometer
69 tahun 2010 yakni sbb: -Anemometer
1) SO2: 900 µg/Nm3, -Barometer
2) NO2:400 µg/Nm3, -Impengger
3) CO: 10000 µg/Nm3 dan
4) TSP: 230 µg/Nm3
Tahap Operasi
Operasiaonal PLTB
1. Efek Bayangan Operasi pembangkit Jika paparan efek bayangan Resiko, Memantau jumlah kejadian
lebih dari 30 jam per tahun Rendah shadow flicker dalam satu
tahun
2. Kecelakaan Operasi pembangkit Terjadi apabila frekuensi Resiko, Observasi visual oleh tenaga
atau kematian kejadian tabrakan dan baling- Tinggi ahli ekologi (Canadian
burung baling (bird strike) Wildlife, 2010) termasuk:
1) Tanggal dan jam observasi
2) Data statistic tentang:
Frekuensi munculnya
burung
Berapa banyak burung
yang terbang sekitar GTA
(di atas, di bawah atau
sejajar dengan tinggi
balingbaling)
3. Peningkatan Operasi pembangkit Rasio elektirifikasi (rasio antara Resiko, Mengunduh data dari PLN
aktivitas permintaan dan penyediaan Rendah
ekonomi dan energy listrik) kabupaten sidrap
multiplier effect dan provinsi sulses
4. Perubahan Operasi pembangkit Hubungan yang kondusif Resiko, Survei Sosial – Budaya,
resepsi antara Proyek dan masyarakat Tinggi
Pemantauan pada:
masyarakat berdasarkan indikator/ parameter
- Frekuensi terjadinya insiden
sbb:
konflik, dan
Frekuensi terjadinya - Frekuensi terjadinya
insiden konflik, dan keluhan/keresahan tenaga kerja
Frekuensi terjadinya lokal/pendatang
keluhan/keresahan
masyarakat
Evaluasi resiko dilakukan atas dasar identifikasi dan perkiraan resiko yang telah dibahas pada
bab sebelumnya. Evaluasi resiko diberikan nilai secara kualitatif dan semi-kuantitatifdengan
mempertimbangkan dan berdasarkan faktorfaktor penentu resiko dan derajat resiko sesui dengan aturan yang
telah ditentukan pada bab sebelumnya.
Evaluasi dengan Analisa kualitatif menggunakan matrik, yaitu matrik peluang dan matrik
besaran, yang akhirnya nanti di kombinasikan dan menghasilkan nilai resiko.
IX Tahap Operasi
1. Timbulan limbah pemulas bekas A
2. Penanganan limbah padat dari aktivitas pekerja operasi A
3. Penangan limbah cair dari aktivitas pekerja operasi A
4. Kejadian kebakaran E
5. Kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat kerja C
6. Peningkatan kebisingan C
Keteramgan :
A: Pasti Terjadi
B: Kemungkinan Besar
C: Kemungkinan Sedang
D: Kemungkinan Kecil
E: Jarang
2. Matrik Besaran
No Komponen Lingkungan Pengaruh Pencemar
I Tahap Konstruksi
1. Kesempatan Kerja 1
2. Peluang Usaha 1
3. Peningkatan Pendapatan 1
4. Perubahan/ dinamika sosial 3
5. Timbulnya keresahan masyarakat 3
6. Perubahan Resepsi masyarakat 3
4. Kesimpulan
3.2.2 Analisa semi kuantitatif
Metode ini merupakan metode yang menganalisa suatu resikodengan menggunakan suatu nilai
tertentu, yang merupakan skala peringkat atau kalsifikasi. Metode ini lebih rinci atau detai bila dibandingkan
dengan metode kualitatif, karrna menggunakan peringkat resiki yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam
prosedur manajemen resik.
Metode Analisa semi-kualitatif memiliki komponen-komponen yang merupakan unsur dalam
menentukan nilai dari peringkat resiko, antara lain :
1. Frekuensi Kejadian
No Komponen Lingkungan Pengaruh Pencemar
I Tahap Konstruksi
1. Kesempatan Kerja 2
2. Peluang Usaha 2
3. Peningkatan Pendapatan 2
4. Perubahan/ dinamika sosial 3
5. Timbulnya keresahan masyarakat 3
6. Perubahan Resepsi masyarakat 3
IX Tahap Operasi
1. Timbulan limbah pemulas bekas 3
2. Penanganan limbah padat dari aktivitas pekerja operasi 4
3. Penangan limbah cair dari aktivitas pekerja operasi 4
4. Kejadian kebakaran 1
5. Kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat kerja 3
6. Peningkatan kebisingan 4
Keteramgan :
IX Tahap Operasi
1. Timbulan limbah pemulas bekas 5
2. Penanganan limbah padat dari aktivitas pekerja operasi 4
3. Penangan limbah cair dari aktivitas pekerja operasi 4
4. Kejadian kebakaran 3
5. Kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat kerja 4
6. Peningkatan kebisingan 3
Keteramgan :
4. Nilai Resiko
No Komponen Lingkungan Nilai Nilai Nilai Nilai
Frekue Besaran Sensivi Resiko
nsi tas
I Tahap Konstruksi
1. Kesempatan Kerja 2 4 3 14
2. Peluang Usaha 2 4 2 12
3. Peningkatan Pendapatan 2 4 2 12
4. Perubahan/ dinamika sosial 3 2 2 12
5. Timbulnya keresahan masyarakat 3 2 2 12
6. Perubahan Resepsi masyarakat 3 2 2 12
5. Kesimpulan
Evaluasi berdasarkan evaluasi Analisa semi-kuantitatif adalah Resiko Sedang.
3.2.3 Analisa Aspek Lingkungan Signifikan
IX Tahap Operasi
1. Timbulan limbah pemulas bekas 7 7 7 7 7 7 3 352.974
2. Penanganan limbah padat dari aktivitas pekerja operasi 7 3 7 7 7 1 3 21.609
3. Penangan limbah cair dari aktivitas pekerja operasi 7 3 7 7 7 1 1 7.203
4. Kejadian kebakaran 7 5 1 1 1 1 3 105
5. Kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat kerja 5 1 1 1 7 1 3 105
6. Peningkatan kebisingan 7 1 7 7 1 1 3 1.029
TOTAL NILAI RESIKO 6.385.553
Rata-Rata 182.444
Keterangan :
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa resiko lingkungan bedasarkan Analisa aspek
lingkungan signifikan ada pada range 1 (satu) yaitu Tidak ignifikan atau setara dengan Resiko Kecil