Anda di halaman 1dari 30

BAB II

METODE STUDI

2.1 Metode Pengumpulan Data

Data untuk keperluan analisis dikumpulkan dengan menggunakan data sekunder yang berasal
dari instansi terkait yang bertanggung jawab terhadap Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu
(PLTB).

2.2 Metode Analisis Data dan Penyajian Data

Data yang terkumpul dianalisis menurut jenis dan sifat peruntukannya.Analisis resiko dilakukan
dengan memperhitungkan persyaratan teknis sehingga mencapai ketetpatan yang tinggi.Sebelum
menganalisis data Rona Awal Lingkungan,maka dirumuskan dan diterapkan terlebih dahulu variable
atau parameter lingkungan tersebut maka dapat ditentukan metoda yang tepat untuk menghitung
analisis resikonya,antara lain adalah:

1. Metode Analisa Kualitatif


2. Metode Analisa Semi Kuantitatif
3. Metode Aspek Lingkungan Signifikan

2.2.1 Metode Analisa Kualitatif


Metode analisa kualitatif digunakan dalam bentuk matrik untuk
Menganalisa resiko terhadap sesuatu kegiatan yang diprediksikan menimbulkan resiko.Matrik
analisisnya terdiri dari matrik analisa peluang terjadinya resiko atau kemungkinan terjadinya dan matrik
analisa besarnya resiko atau konsekuensi pengaruhnya terhadap lingkungan.Pada tahap akhirnya,kedua
matrik tersebut dapat dikombinasikan menjadi suatu matrik penilaian terhadap resiko yang dinyatakan
dalam resiko tinggi (High Risk),sedang(Medium Risk),berarti(Significant Risk) dan rendah (Low
Risk).Pada matrik analisa peluang terjadinya resiko dapat dilakukan peringkat atau klasifikasi
berdasarkan dari peluang terjadinya resiko,seperti terlihat pada table 2.1
Tabel 2.1 Hirarki Peluang Terjadinya Resiko (Kemungkinan)

Level Peluang Terjadinya Resiko Penjelasan


A Hampir pasti Kegiatan yang dilakukan diperkirakan
hampir pasti menimbulkan resiko terhadap
lingkungan disekitarnya.Hal ini merupakan
peringkat tertinggi.
B Kemungkinannya besar Kegiatan yang dilakukan diperkirakan besar
kemungkinan menimbulkan resiko terhadap
lingkungan disekitarnya.
C Kemungkinannya Sedang Kegiatan yang dilakukan diperkirakan
kemungkinan sedang menimbulkan resiko
terhadap lingkungan disekitarnya.
D Kemungkinannya Kecil Kegiatan yang dilakukan diperkirakan
kemungkinan kecil menimbulkan resiko
terhadap lingkungan disekitarnya.
E Jarang Kegiatan yang dilakukan diperkirakan
jarang menimbulkan resiko terhadap
lingkungan disekitarnya.

Sedangkan pada matrix analisa besarnya pengaruh resiko terhap lingkungan,dapat klasifikasikan atau
diperingatkan seperti pada table 2.2

Tabel 2.2 Hirarki Besaran (Pengaruh atau Konsekuensi)

Level Besaran Penjelasan


1 Tidak Berarti Resiko yang terjadi tidak perlu
dikhawatirkan,karena tidak
berarti dan tidak menimbulkan
kerusakan dan kecelakaan
terhadap lingkungan sekitar
2 Kecil Resiko yang terjadi relatif kecil
terhadap lingkungan,tetapi tetap
perlu adanya usaha penanganan
untuk tujuan mengurangi resiko
yang terjadi seperti penanganan
ditempat dan memerlukan biaya
yang sedang
3 Sedang Resiko yang terjadi relatif
sedang terhadap lingkungan dan
sangat berarti.Oleh karena itu
perlu adanya pengolahan yang
berdasarkan pada prosedur yang
normal.Hal tersebut memerlukan
biaya yang tinggi
4 Besar Resiko yang terjadi relatif besar
terhadap lingkungan,maka
diperlukan pengelolaan yang
intensif dalam penanganannya
dan memerlukan biaya yang
sangat tinggi
5 Besar sekali Resiko yang terjadi sangat besar
sekali,karena merupakan suatu
bencana alam dan berpotensi
menghancurkan,seperti limbah
beracun.Hal ini memerlukan
biaya yang sangat tinggi sekali.

Dari kedua matriks diatas (matriks peluang dan matriks pengaruh) dapat digabungkan dan
dikombinasikan menjadi satu matrik yang dapat memberikan peringkat atau ranking resiko terhap suatu
kegiatan lingkungan ,yang mana merupakan sifat kualitatif.Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan pada
tabel 2.3

Tabel 2.3 Matriks Penilaian Resiko Secara Kualitatif (Gabungan Matriks Peluang dan Matriks
Pengaruh)

Tingkatan Resiko
(Besaran pengaruh atau konsekuensi)
1 2 3 4 5
Peluang A M M H H H
B S M M H H
Terjadinya C L S M H H
Resiko D L L M M H
E L L M M M

Keterangan:
H : Resiko tinggi,membutuhkan penelitian dan manajemen lanjutan
M : Resiko medium,membutuhkan perhatian manajemen lingkungan
S : Resiko berarti,tanggungjawab manajemen harus spesifik
L : Resiko rendah,pengelolaan dengan prosedur yang rutin

2.2.2 Metode Analisa Semi Kuantitatif

Metode ini merupakan metode yang menganalisis suatu resiko dengan menggunakan suatu nialai
tertentu, yang merupakan nilai skala peringkat atau klasifikasi. Metode ini lebih rinciatau detail bila
diabdingkan dengan matode kualitatif, karena menggunakan peringkat resiko yang dapatdigunakan
sebagai alat bantudalam prosedur manajemen resiko.

Metode analisa semi-kuantitatif memiliki komponen-komponen yang merupakan unsure dalam


menentukan nilai dari peringkat resiko, antara lain :

1. Frekuensi Kejadian

Frekuensi kejadian menunjukkan sering atau tidaknya kejadian resiko yang terjadi akibat
kegiatan yang dilakukan. Dimana frekunsi memiliki skala nilai peringkat, seperti yang tertera pada
tabel 3.5

Tabel 3.5 skala peringkat frekuensi kejadian

Skala Nilai Peringkat Uraian


5 Kejadian yang terjadi sangat sering
4 Kejadian yang terjadi sering
3 Medium terjadinya kejadian
2 Kejadian yang terjadi kecil
1 Tidak terjadi.
2. Besaran Pengaruh

Menunjukkan besarnya pengaruh kegiatan terhadap lingkungan sekitarnya. Dimana besaran juga
memiliki skala, sama seperti dengan frekuensi kejadian, serpti yang diuraikan pada Tabel 3.6

Tabel 3.6 Skala peringkat besaran pengaruh skala nilai

Skala nilai peringkat Uraian


Dampaknya besar sekali terhadap
5
lingkungan di sekitarnya.
4 Dampaknya besar
Dampaknya medium, dan pengaruhnya
3
kurang terasa terhadap lingkungan.
2 Dampak dan pengaruhnya kecil.
1 Dampaknya tidak ada

3. Tingkat sensivitas

Tingkat sentisivitas adalah tingkat yang menunjukkan perhatian dan kepekaan terhadap kegiatan
tersebut oleh pihak luar, seperti instansi, pemerintah dan lain-lain. Skala peringkatnya dapat dilihat
pada tabel 3.7

Tabel 3.7 Skala Tingkat Sensivitas

Skala Nilai Peringkat Uraian


Menjadi perhatian internasional / dunia /
5
media
4 Menjadi paerhatian nasional
3 Menjadi perhatian lokal / regional
2 Menjadi perhatian kelompok
1 Tidak menjadi perhatian masyarakat
Dari ketiga komponen tersebut (fkuensi, besaran pengaruh dan sentisivitas) maka dapat diambil
suatu rumusan yang merupakan dari ketiga komponen tersebut, yaitu :
RESIKO = FREKUENSI × ( BESARAN + SENSIVITAS )

(R) = ( F ) × (S1) + ( S2 )

Dari nilai resiko tersebut dapat ditentukan nilai dari resiko suatu kegiatan yang mengacu pada
rentangan nilai resiko yang telah ditentukan, yaitu :

 Resiko rendah
 Resiko sedang
 Resiko tinggi.

2.2.3 Metode Analisa Lingkungan Signifikan

Dimana metode tersebut menggunakan kriteria-kritria dari faktor lingkungan, antara lain yaitu :

NO
KRITERIA LINGKUNGAN NILAI
.
A. Luas Dampak
a. Berpengaruh diunit kerja yang bersangkutan. 1
b. Berpengaruh dalam area 3
c. Berpengaruh dalam kompleks perusahaan 5
d. Berpengaruh ke masyarakat 7
B. Keseriusan Resiko
Tidak ada resiko terhadap flora dan fauna, fasilitas dan
a. 1
kesehatan
Ada resiko terhadap flora dan fauna, fasilitas dan
b. 3
kesehatan
Menyebabkan kerusakan pada flora dan fauna, fasilitas
c. 5
dan kesehatan
d. Menyebabkan kerusakan yang tetap / abadi 7
C. Keboleh Jadian Resiko
a. Kecil sekali (kecelakaan yang tidak diharapkan) 1

b. Sesekali (tidak direncanakan) 3


c. Kemungkinan sering terjadi (direncanakan ) 5

d. Tidak dapat di hindari (pasti terjadi) 7

D. Waktu Pemaparan

a. Kurang dari sehari 1

b. Kurang dari seminggu 3

c. Kurang dari sebulan 5

d. Lebih dari sebulan 7

E. Peraturan Perundang-Undang (PP)

a. Tidak/belum diatur dalam PP 1

b. Diatur dlam PP dan sudah dipenuhi 3

c. Diatur dalam PP dan belum terpenuhi 7

NO
KRITERIA LINGKUNGAN NILAI
.
F. Metode Pengendalian

a. Ada prosedur pendengaran dan dijalankan 1

b. Belum ada prosedur (tertulis) pada aktivitas pengendalian 3

c. Ada prosedur pengendalian tidak dijalankan 5

d. Tidak ada prosedur dan tidak ada aktivitas pengendalian 7

G. Image Masyarakat
a. Baik 1

b. Cukup 3

c. Jelek 5
Total nilai dari masing-masing aspek lingkungan merupakan hasil perkalian dari seluruh nilai
criteria :

Total nilai = A x B x C x D x E x F x G

BAB III

ANALISA RESIKO LINGKUNGAN

3.1 Prakiraan Resiko


Berdasarkan rona lingkungan yang diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat diperkirakan dan
diidentifikasi resiko pencemar terhadap komponen lingkungan yang ada, adapun identifikasi dimaksud
seperti tercantum dalam tabel 3.1 dibawah ini:

Tabel 3.1 Identifikasi resiko limbah cair terhadap komponen lingkungan


No Komponen Lingkungan Pengaruh Pencemar
I FISIK-KIMIA
1. Kualitas Air Tidak ada
2. Kulitas Udara Ada
3. Kebisingan Ada
II BIOLOGI
1. Flora Tidak ada
2. Fauna Ada
III SOSIAL
1. Mata Pencaharian Ada
2. Pendidikan Tidak ada
3. Agama Tidak ada
4. Struktur Kependudukan Tidak ada
5. Kesempatan Kerja Ada
6. Tingkat Pendapatan Ada
7. Sikap dan Presepsi Masyarakat Ada
8. Estetika Lingkungan Ada
9. Tingkat Kesehatan Masyarakat Ada
10. Perubahan Dinamika Sosial Ada

Sedangkan analisa detail terhadap kompone lingkungan yang diidentifikasi tersebut diuraikan pada
tabel analisa resiko lingkungan berikut ini.
Tabel 3.2 Analisa Resiko Lingkungan

Komponen Resiko Analisa


No
Lingkungan Sumber Kemungkinan Bobot
Tahap Konstruksi
Penerimaan dan Mobilisasi Tenaga Kerja
1. Kesempatan Penerimaan dan Mobilisasi Minimal 50-60% tenaga kerja Menganalisis data statistik
Kerja Tenaga Kerja Konstruksi lokal dapat direkrut untuk tenaga kerja terkait dengan
PLTB pekerja proyek dan rekanan Resiko, jumlah/persentase tenaga
supplier kontraktor dalam rantai Rendah kerja lokal:
suplai.  Log book tenaga kerja`
proyek
 Log book tenaga kerja di
tingkat rekanan supplier/
kontraktor
2. Peluang Usaha Penerimaan dan Mobilisasi Pertumbuhan perekonomian  Survei kegiatan usaha
Tenaga Kerja Konstruksi daerah berdasarkan indikator/ baru/peningkatan usaha
PLTB parameter sbb: yang sudah ada di sekitar
 Jumlah usaha baru/ lokasi proyek;
peningkatan usaha yang Resiko,  Menganalisis database
sudah ada (seperti warung Rendah kegiatan usaha lokal,
makan, tokok kebutuhan termasuk kegiatan usaha
sehari-hari, dsb); yang difasilitasi oleh
 Omzet usaha baru/ Program Tanggung
peningkatan usaha yang Jawab Sosial Perusahaan
sudah ada (seperti warung (CSR).
makan, toko kebutuhan
sehari-hari, dsb);
 Jumlah KK yang turut
dalam usaha baru/
peningkatan usaha yang sudah
ada
3. Peningkatan Penerimaan dan Mobilisasi Peningkatan pendapatan  Survei Sosial – Ekonomi
Pendapatan Tenaga Kerja Konstruksi berdasarkan indikator/parameter Resiko,  Menganalisis database
PLTB sbb: Rendah sosial-ekonomi masyarakat.
 Rata-rata jumlah Pemantauan terhadap:
pendapatan penduduk - Rata-rata jumlah Pendapatan
 Daya beli penduduk penduduk; dan
- Daya beli penduduk

4. Perubahan/ Penerimaan dan Mobilisasi Hubungan yang kondusif  Survei Sosial – Budaya,
dinamika sosial Tenaga Kerja Konstruksi antara tenaga kerja lokal dan  Pemantauan pada:
PLTB pendatang berdasarkan Resiko, - Frekuensi terjadinya
indikator/parameter sbb: Medium insiden konflik, dan
 Frekuensi terjadinya - Frekuensi terjadinya
insiden konflik, dan keluhan/keresahan
 Frekuensi terjadinya tenaga kerja lokal/
keluhan/keresahan tenaga kerja pendatang
lokal/pendatang
5. Timbulnya Penerimaan dan Mobilisasi Hubungan yang kondusif  Survei Sosial – Budaya,
keresahan Tenaga Kerja Konstruksi antara Proyek dan masyarakat Resiko,  Pemantauan pada:
masyarakat PLTB (Dampak sekunder berdasarkan indikator/parameter Tinggi - Frekuensi terjadinya
perubahan/dinamika sosial sbb: insiden konflik, dan
akibat perbedaan paham  Frekuensi terjadinya - Frekuensi terjadinya
antara tenaga kerja insiden konflik, dan keluhan/keresahan
pendatang dan masyarakat  Frekuensi terjadinya tenaga kerja lokal/
setempat) keluhan/keresahan masyarakat pendatang
6. Perubahan Penerimaan dan mobilisasi Hubungan yang kondusif Resiko,  Survei Sosial – Budaya,
Resepsi tenaga kerja konstruksi antara Proyek dan Tinggi  Pemantauan pada:
masyarakat PLTBB masyarakat berdasarkan - Frekuensi terjadinya
indikator/parameter sbb: insiden konflik, dan
 Frekuensi terjadinya - Frekuensi terjadinya
insiden konflik, dan keluhan/keresahan
 Frekuensi terjadinya tenaga kerja lokal/
keluhan/keresahan pendatang
masyarakat
Mobilisasi Peralatan dan Material
1. Penurunan Mobilisai peralatan dan Penurunan kualitas udara Pemantauan secara regular
Kualitas Udara Material akibat kenaikan konsentrasi dengan menggunakan alat
parameter kunci di bawah ini Resiko, (BSN, 2005)antara lain:
tdak melebihi konsentrasi Rendah -Electric ambient pump set
yang diizinkan oleh Peraturan -Electric Emission pump set
Gubernur (Pergub) Sulsel No. -Humidity/Hygrometer
69 tahun 2010 yakni sbb: -Anemometer
1) SO2: 900 µg/Nm3, -Barometer
2) NO2:400 µg/Nm3, -Impengger
3) CO: 10000 µg/Nm3 dan
4) TSP: 230 µg/Nm3
2. Peningkatan Mobilisai peralatan dan Kebisingan tidak melebihi SK Resiko, Pemantauan secara regular
kebisingan Material MenLH No.48 /MENLH/ Rendah dengan menggunakan alat
11/1996 tentang Kebisingan Noise Level Meter (BSN,
untuk Pemukiman (55 dBA) 2002).
3. Kerusakan Mobilisai peralatan dan Kerusakan struktur jalan dan  Observasi lapangan
badan jalan dan Material jembatan akibat terlampauinya  Analisis teknik terhadap
jembatan indikator/parameter sbb: Resiko, Tinggi struktur jalan
 Lebar maximum;
 Panjang maximum; dan
 Maksimum sumbu
terberat (MST)

4. Kemacetan Mobilisasi peralatan dan Hambatan kendaraan tidak lebih Resiko, Observasi lapangan
Lalu Lintas material dari 10 menit sehingga Tingkat Rendah
Layanan Jalan (V/C) > 0,7
5. Kecelakaan lalu Mobilisasi peralatan dan Angka kecelakaan Resiko, Analisis data kecelakaan
lintas material Berarti meliputi:
 Korban kerusakan properti
 Korban luka-luka
 Korban kecelakaan
fatal (tewas)
Konstruksi Jalan
1. Penurunan Kontruksi jalan akses Penurunan kualitas udara Pemantauan secara regular
Kualitas Udara akibat kenaikan konsentrasi dengan menggunakan alat
parameter kunci di bawah ini Resiko, (BSN, 2005) antara lain:
tdak melebihi konsentrasi Medium -Electric ambient pump set
yang diizinkan oleh Peraturan -Electric Emission pump set
Gubernur (Pergub) Sulsel No. -Humidity/Hygrometer
69 tahun 2010 yakni sbb: -Anemometer
1) SO2: 900 µg/Nm3, -Barometer
2) NO2:400 µg/Nm3, -Impengger
3) CO: 10000 µg/Nm3 dan
4) TSP: 230 µg/Nm3
2. Peningkatan Kontruksi jalan akses Kebisingan tidak melebihi SK Resiko, Pemantauan secara regular
kebisingan MenLH No.48 /MENLH/ Rendah dengan menggunakan alat
11/1996 tentang Kebisingan Noise Level Meter (BSN,
untuk Pemukiman (55 dBA) 2002).
3. Gangguan Kontruksi jalan akses Tidak terjadi peningkatan jumlah Resiko, 1) Pengumpulan data
kesehatan penderita ISPA Tinggi Kesehatan Masyarakat
masyarakat 2) Database kesehatan
masyarakat.
Pembangunan pembangkit dan sarana pendukungnya
1. Dinamika sosial Pembangunan pembangkit Hubungan yang kondusif Resiko,  Survei Sosial – Budaya,
dan sarana pendukungnya antara tenaga kerja lokal dan Tinggi
 Pemantauan pada:
pendatang berdasarkan
- Frekuensi terjadinya
indikator/parameter sbb:
insiden konflik, dan
 Frekuensi terjadinya - Frekuensi terjadinya
insiden konflik, dan keluhan/keresahan
 Frekuensi terjadinya tenaga kerja lokal/
keluhan/keresahan tenaga kerja pendatang
lokal/pendatang

2. Erosi tanah Pembangunan pembangkit Berkurangnya atau nihilnya Resiko, Observasi lapangan
dan sarana pendukungnya tingkat bahaya erosi Rendah
3. Penurunan Pembangunan pembangkit Penurunan kualitas udara Pemantauan secara regular
kualitas udara dan sarana pendukungnya akibat kenaikan konsentrasi dengan menggunakan alat
parameter kunci di bawah ini Resiko, (BSN, 2005) antara lain:
tdak melebihi konsentrasi Rendah -Electric ambient pump set
yang diizinkan oleh Peraturan -Electric Emission pump set
Gubernur (Pergub) Sulsel No. -Humidity/Hygrometer
69 tahun 2010 yakni sbb: -Anemometer
1) SO2: 900 µg/Nm3, -Barometer
2) NO2:400 µg/Nm3, -Impengger
3) CO: 10000 µg/Nm3 dan
4) TSP: 230 µg/Nm3
Tahap Operasi
Operasiaonal PLTB
1. Efek Bayangan Operasi pembangkit Jika paparan efek bayangan Resiko, Memantau jumlah kejadian
lebih dari 30 jam per tahun Rendah shadow flicker dalam satu
tahun
2. Kecelakaan Operasi pembangkit Terjadi apabila frekuensi Resiko, Observasi visual oleh tenaga
atau kematian kejadian tabrakan dan baling- Tinggi ahli ekologi (Canadian
burung baling (bird strike) Wildlife, 2010) termasuk:
1) Tanggal dan jam observasi
2) Data statistic tentang:
 Frekuensi munculnya
burung
 Berapa banyak burung
yang terbang sekitar GTA
(di atas, di bawah atau
sejajar dengan tinggi
balingbaling)
3. Peningkatan Operasi pembangkit Rasio elektirifikasi (rasio antara Resiko, Mengunduh data dari PLN
aktivitas permintaan dan penyediaan Rendah
ekonomi dan energy listrik) kabupaten sidrap
multiplier effect dan provinsi sulses
4. Perubahan Operasi pembangkit Hubungan yang kondusif Resiko,  Survei Sosial – Budaya,
resepsi antara Proyek dan masyarakat Tinggi
 Pemantauan pada:
masyarakat berdasarkan indikator/ parameter
- Frekuensi terjadinya insiden
sbb:
konflik, dan
 Frekuensi terjadinya - Frekuensi terjadinya
insiden konflik, dan keluhan/keresahan tenaga kerja
 Frekuensi terjadinya lokal/pendatang
keluhan/keresahan
masyarakat

Tahap Pasca Operasi


Pembongkaran Komponen Pembangkit
1. Kemacetan lalu Demobilisasi alat dan Tidak akan terjadi jika hambatan Resiko, Observasi Lapangan
lintas material/komponen PLTB kendaraan tidak lebih dari 10 Rendah
menit sehingga tingkat layanan
jalan (V/C) > 0,7
2. Kecelakaan lalu Demobilisasi alat dan Angka kecelakaan Resiko, Analisis data kecelakaan
lintas material/komponen PLTB Tinggi meliputi:
 Korban kerusakan
properti
 Korban luka-luka
 Korban kecelakaan
fatal (tewas)

Dampak Lingkungan Lainnya yang Dipantau


Tahap Pra Konstruksi
1. Perubahan Kegiatan pengadaan lahan Proses pengadaan lahan yang Pendataan:
kepemilikan adil dan tanpa paksaan Resiko,  Jumlah KK yang bersedia
lahan berdasarkan parameter: Rendah mengikuti proses pengadaan
 Jumlah KK yang bersedia lahan; dan
mengikuti proses pengadaan  Jumlah KK yang menyatakan
lahan; dan puas terhadap pengadaan
 Jumlah KK yang menyatakan lahan.
puas terhadap pengadaan
lahan.
Tahap Kontruksi
1. Timbulan Limbah B3 dari Jika mengikuti prosedur Resiko, Pendataan limbah sesuai jenis
limbah pemulas pengoperasian alat berat saat pemnyimpanan limbah Tinggi dan volume
bekas konstruksi sementara sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 101
tahun 2014 tentang pengelolaan
limbah B3 maka tidak akan
terjadi
2. Penanganan Limbah padat hasil aktivitas Volume limbah padat domsestik Resiko, Pemeriksaan manifes limbah
limbah padat pekerja pada tahap yang dibuang ketempat sampah Tinggi padat domestik yang dibawa
dari aktivitas konstruksi yang disediakan ke Tempat Pembuangan
pekerja Akhir (TPA) oleh pihak ketiga
konstruksi
3. Penangan Limbah cair hasil aktivitas Kualitas limbah cair domestik Resiko, Pengambilan sampel dan
limbah cair dari pekerja pada tahap menurut SK MenLH No.112 Tinggi analisis laboratorium
aktivitas konstruksi tahun 2003 tentang Baku (BSN,2008)
pekerja Mutu Limbah Cair Domestik.
konstruksi
4. Kejadian Kegiatan konstruksi Kasus kebakaran Resiko, Pendataan kasus kebakaran
kebakaran Medium
5. Kecelakaan dan Kegiatan konstruksi Kasus kecelakaan dan gangguan Resiko, Pendataan kasus kecelakaan
gangguan kesehatan akibat kerja Medium dan gangguan akibat kerja
kesehatan
akibat kerja
Tahap Operasi
1. Timbulan Operasi pembangkit Volume limbah B3 Resiko, Tinggi Memeriksa manifes limbah
limbah pemulas (pemeliharaan unit B3 yang diserahkan kepada
bekas pembangkit) pihak ketiga pengolah limbah
B3 berizin.
2. Penanganan Limbah padat hasil aktivitas Volume limbah padat domsestik Resiko, Tinggi Pemeriksaan manifes limbah
limbah padat pekerja pada tahap yang dibuang ketempat sampah padat domestik yang dibawa
dari aktivitas konstruksi yang disediakan ke Tempat Pembuangan
pekerja operasi Akhir (TPA) oleh pihak ketiga
3. Penangan Limbah cair hasil aktivitas Kualitas limbah cair domestik Resiko, Tinggi Pengambilan sampel dan
limbah cair dari pekerja pada tahap menurut SK MenLH No.112 analisis laboratorium.
aktivitas konstruksi tahun 2003 tentang Baku
pekerja operasi Mutu Limbah Cair Domestik.
4. Kejadian Kegiatan operasional Kasus kebakaran Resiko, Pendataan kasus kebakaran
kebakaran pembangkit Medium
5. Kecelakaan dan Kegiatan operasional Kasus kecelakaan dan gangguan Resiko, Pendataan kasus kecelakaan
gangguan pembangkit kesehatan akibat kerja Medium dan gangguan akibat kerja
kesehatan
akibat kerja
6. Peningkatan Kegiatan operasional Tingkat kebisingan mengacu Resiko, Pengukuran secara langsung di
kebisingan pembangkit pada SK MenLH Rendah lapangan menggunakan alat
No.48/MENLH/11/1996 tentang Sound Level Meter.
Baku Mutu Kebisingan (khusus
untuk pemukiman 55 dBA).
3.2 Evaluasi Resiko

Evaluasi resiko dilakukan atas dasar identifikasi dan perkiraan resiko yang telah dibahas pada
bab sebelumnya. Evaluasi resiko diberikan nilai secara kualitatif dan semi-kuantitatifdengan
mempertimbangkan dan berdasarkan faktorfaktor penentu resiko dan derajat resiko sesui dengan aturan yang
telah ditentukan pada bab sebelumnya.

3.2.1 Analisa Kuantitatif

Evaluasi dengan Analisa kualitatif menggunakan matrik, yaitu matrik peluang dan matrik
besaran, yang akhirnya nanti di kombinasikan dan menghasilkan nilai resiko.

1. Matrik Peluang Resiko

No Komponen Lingkungan Pengaruh Pencemar


I Tahap Konstruksi
1. Kesempatan Kerja E
2. Peluang Usaha E
3. Peningkatan Pendapatan E
4. Perubahan/ dinamika sosial C
5. Timbulnya keresahan masyarakat C
6. Perubahan Resepsi masyarakat C

II Mobilisasi Peralatan dan Material


1. Penurunan Kualitas Udara C
2. Peningkatan kebisingan C
3. Kerusakan badan jalan dan jembatan B
4 Kemacetan Lalu Lintas D
5 Kecelakaan lalu lintas E

III Konstruksi Jalan


1. Penurunan Kualitas Udara C
2. Peningkatan kebisingan C
3. Gangguan kesehatan masyarakat B

IV Pembangunan pembangkit dan sarana pendukungnya


1. Dinamika sosial C
2. Erosi tanah A
3. Penurunan kualitas udara C

V Tahap Operasi (Operasiaonal PLTB)


1. Efek Bayangan C
2. Kecelakaan atau kematian burung E
3. Peningkatan aktivitas ekonomi dan multiplier effect D
4. Perubahan resepsi masyarakat C
VI Tahap Pasca Operasi (Pembongkaran Komponen
Pembangkit)
1. Kemacetan lalu lintas D
2. Kecelakaan lalu lintas E

Dampak Lingkungan Lainnya yang Dipantau


VII Tahap Pra Konstruksi
1. Perubahan kepemilikan lahan E

VIII Tahap Kontruksi


1. Timbulan limbah pemulas bekas A
2. Penanganan limbah padat dari aktivitas pekerja konstruksi A
3. Penangan limbah cair dari aktivitas pekerja konstruksi A
4. Kejadian kebakaran E
5. Kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat kerja D

IX Tahap Operasi
1. Timbulan limbah pemulas bekas A
2. Penanganan limbah padat dari aktivitas pekerja operasi A
3. Penangan limbah cair dari aktivitas pekerja operasi A
4. Kejadian kebakaran E
5. Kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat kerja C
6. Peningkatan kebisingan C
Keteramgan :

A: Pasti Terjadi
B: Kemungkinan Besar
C: Kemungkinan Sedang
D: Kemungkinan Kecil
E: Jarang
2. Matrik Besaran
No Komponen Lingkungan Pengaruh Pencemar
I Tahap Konstruksi
1. Kesempatan Kerja 1
2. Peluang Usaha 1
3. Peningkatan Pendapatan 1
4. Perubahan/ dinamika sosial 3
5. Timbulnya keresahan masyarakat 3
6. Perubahan Resepsi masyarakat 3

II Mobilisasi Peralatan dan Material


1. Penurunan Kualitas Udara 2
2. Peningkatan kebisingan 2
3. Kerusakan badan jalan dan jembatan 4
4 Kemacetan Lalu Lintas 1
5 Kecelakaan lalu lintas 3

III Konstruksi Jalan


1. Penurunan Kualitas Udara 2
2. Peningkatan kebisingan 2
3. Gangguan kesehatan masyarakat 4

IV Pembangunan pembangkit dan sarana pendukungnya


1. Dinamika sosial 3
2. Erosi tanah 4
3. Penurunan kualitas udara 2

V Tahap Operasi (Operasiaonal PLTB)


1. Efek Bayangan 4
2. Kecelakaan atau kematian burung 4
3. Peningkatan aktivitas ekonomi dan multiplier effect 1
4. Perubahan resepsi masyarakat 3

VI Tahap Pasca Operasi (Pembongkaran Komponen


Pembangkit)
1. Kemacetan lalu lintas 1
2. Kecelakaan lalu lintas 3

Dampak Lingkungan Lainnya yang Dipantau


VII Tahap Pra Konstruksi
1. Perubahan kepemilikan lahan 1

VIII Tahap Kontruksi


1. Timbulan limbah pemulas bekas 5
2. Penanganan limbah padat dari aktivitas pekerja konstruksi 4
3. Penangan limbah cair dari aktivitas pekerja konstruksi 4
4. Kejadian kebakaran 3
5. Kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat kerja 4
IX Tahap Operasi
1. Timbulan limbah pemulas bekas 5
2. Penanganan limbah padat dari aktivitas pekerja operasi 4
3. Penangan limbah cair dari aktivitas pekerja operasi 4
4. Kejadian kebakaran 3
5. Kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat kerja 3
6. Peningkatan kebisingan 2
Keteramgan :

1: Pengarunya Tidak Berarti


2: Pengaruhnya Kecil
3: Pengaruhnya Sedang
4: Pengaruhnya Besar
5: Bencana
3. Nilai Resiko
No Komponen Lingkungan Peluan Besaran Nilai
g Resiko
I Tahap Konstruksi
1. Kesempatan Kerja E 1 L
2. Peluang Usaha E 1 L
3. Peningkatan Pendapatan E 1 L
4. Perubahan/ dinamika sosial C 3 M
5. Timbulnya keresahan masyarakat C 3 M
6. Perubahan Resepsi masyarakat C 3 M

II Mobilisasi Peralatan dan Material


1. Penurunan Kualitas Udara C 2 S
2. Peningkatan kebisingan C 2 S
3. Kerusakan badan jalan dan jembatan B 4 H
4 Kemacetan Lalu Lintas D 1 L
5 Kecelakaan lalu lintas E 3 S

III Konstruksi Jalan


1. Penurunan Kualitas Udara C 2 S
2. Peningkatan kebisingan C 2 S
3. Gangguan kesehatan masyarakat B 4 H

IV Pembangunan pembangkit dan sarana pendukungnya


1. Dinamika sosial C 3 M
2. Erosi tanah A 4 H
3. Penurunan kualitas udara C 2 S

V Tahap Operasi (Operasiaonal PLTB)


1. Efek Bayangan C 4 H
2. Kecelakaan atau kematian burung E 4 H
3. Peningkatan aktivitas ekonomi dan multiplier effect D 1 L
4. Perubahan resepsi masyarakat C 3 M

VI Tahap Pasca Operasi (Pembongkaran Komponen Pembangkit)


1. Kemacetan lalu lintas D 1 L
2. Kecelakaan lalu lintas E 3 S

VII Dampak Lingkungan Lainnya yang Dipantau


1. Tahap Pra Konstruksi
Perubahan kepemilikan lahan E 1 L

VIII Tahap Kontruksi


1. Timbulan limbah pemulas bekas A 5 H
2. Penanganan limbah padat dari aktivitas pekerja konstruksi A 4 H
3. Penangan limbah cair dari aktivitas pekerja konstruksi A 4 H
4. Kejadian kebakaran E 3 S
5. Kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat kerja D 4 M
IX Tahap Operasi
1. Timbulan limbah pemulas bekas A 5 H
2. Penanganan limbah padat dari aktivitas pekerja operasi A 4 H
3. Penangan limbah cair dari aktivitas pekerja operasi A 4 H
4. Kejadian kebakaran E 3 S
5. Kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat kerja C 3 M
6. Peningkatan kebisingan C 2 S
Keteramgan :

L : Pengarunya Tidak Berarti


M: Pengaruhnya Kecil
S : Pengaruhnya Sedang
H: Pengaruhnya Besar

4. Kesimpulan
3.2.2 Analisa semi kuantitatif
Metode ini merupakan metode yang menganalisa suatu resikodengan menggunakan suatu nilai
tertentu, yang merupakan skala peringkat atau kalsifikasi. Metode ini lebih rinci atau detai bila dibandingkan
dengan metode kualitatif, karrna menggunakan peringkat resiki yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam
prosedur manajemen resik.
Metode Analisa semi-kualitatif memiliki komponen-komponen yang merupakan unsur dalam
menentukan nilai dari peringkat resiko, antara lain :

1. Frekuensi Kejadian
No Komponen Lingkungan Pengaruh Pencemar
I Tahap Konstruksi
1. Kesempatan Kerja 2
2. Peluang Usaha 2
3. Peningkatan Pendapatan 2
4. Perubahan/ dinamika sosial 3
5. Timbulnya keresahan masyarakat 3
6. Perubahan Resepsi masyarakat 3

II Mobilisasi Peralatan dan Material


1. Penurunan Kualitas Udara 2
2. Peningkatan kebisingan 3
3. Kerusakan badan jalan dan jembatan 2
4 Kemacetan Lalu Lintas 4
5 Kecelakaan lalu lintas 2

III Konstruksi Jalan


1. Penurunan Kualitas Udara 2
2. Peningkatan kebisingan 3
3. Gangguan kesehatan masyarakat 4

IV Pembangunan pembangkit dan sarana pendukungnya


1. Dinamika sosial 3
2. Erosi tanah 2
3. Penurunan kualitas udara 2

V Tahap Operasi (Operasiaonal PLTB)


1. Efek Bayangan 2
2. Kecelakaan atau kematian burung 1
3. Peningkatan aktivitas ekonomi dan multiplier effect 1
4. Perubahan resepsi masyarakat 3

VI Tahap Pasca Operasi (Pembongkaran Komponen


Pembangkit)
1. Kemacetan lalu lintas 4
2. Kecelakaan lalu lintas 2
Dampak Lingkungan Lainnya yang Dipantau
VII Tahap Pra Konstruksi
1. Perubahan kepemilikan lahan 2
VIII Tahap Kontruksi
1. Timbulan limbah pemulas bekas 3
2. Penanganan limbah padat dari aktivitas pekerja konstruksi 4
3. Penangan limbah cair dari aktivitas pekerja konstruksi 4
4. Kejadian kebakaran 1
5. Kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat kerja 3

IX Tahap Operasi
1. Timbulan limbah pemulas bekas 3
2. Penanganan limbah padat dari aktivitas pekerja operasi 4
3. Penangan limbah cair dari aktivitas pekerja operasi 4
4. Kejadian kebakaran 1
5. Kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat kerja 3
6. Peningkatan kebisingan 4
Keteramgan :

1: Ada Kemungkinan Tidak Terjadi


2: Kecil
3: Medium Terjadi
4: Sering
5: Amat Sering Terjadi

2. Matrik Besaran Pengaruh


No Komponen Lingkungan Pengaruh Pencemar
I Tahap Konstruksi
1. Kesempatan Kerja 4
2. Peluang Usaha 4
3. Peningkatan Pendapatan 4
4. Perubahan/ dinamika sosial 2
5. Timbulnya keresahan masyarakat 2
6. Perubahan Resepsi masyarakat 2

II Mobilisasi Peralatan dan Material


1. Penurunan Kualitas Udara 2
2. Peningkatan kebisingan 3
3. Kerusakan badan jalan dan jembatan 3
4 Kemacetan Lalu Lintas 3
5 Kecelakaan lalu lintas 2

III Konstruksi Jalan


1. Penurunan Kualitas Udara 2
2. Peningkatan kebisingan 3
3. Gangguan kesehatan masyarakat 4

IV Pembangunan pembangkit dan sarana pendukungnya


1. Dinamika sosial 3
2. Erosi tanah 4
3. Penurunan kualitas udara 2

V Tahap Operasi (Operasiaonal PLTB)


1. Efek Bayangan 2
2. Kecelakaan atau kematian burung 2
3. Peningkatan aktivitas ekonomi dan multiplier effect 2
4. Perubahan resepsi masyarakat 2

VI Tahap Pasca Operasi (Pembongkaran Komponen


Pembangkit)
1. Kemacetan lalu lintas 2
2. Kecelakaan lalu lintas 2

Dampak Lingkungan Lainnya yang Dipantau


VII Tahap Pra Konstruksi
1. Perubahan kepemilikan lahan 1

VIII Tahap Kontruksi


1. Timbulan limbah pemulas bekas 5
2. Penanganan limbah padat dari aktivitas pekerja konstruksi 4
3. Penangan limbah cair dari aktivitas pekerja konstruksi 4
4. Kejadian kebakaran 3
5. Kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat kerja 4

IX Tahap Operasi
1. Timbulan limbah pemulas bekas 5
2. Penanganan limbah padat dari aktivitas pekerja operasi 4
3. Penangan limbah cair dari aktivitas pekerja operasi 4
4. Kejadian kebakaran 3
5. Kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat kerja 4
6. Peningkatan kebisingan 3
Keteramgan :

1: Reaikonya Tidak Ada


2: Resiko dan Pengaruhnya Kecil
3: Resikonya Medium, dan pengaruhnya kurang terasa terhadap lingkungan
4: Reskionya Besar
5: Resikonya Besar Sekali Terhadap lingkungan di sekitarnya.
3. Matrik Sensivitas
No Komponen Lingkungan Pengaruh
Pencemar
I Tahap Konstruksi
1. Kesempatan Kerja 3
2. Peluang Usaha 2
3. Peningkatan Pendapatan 2
4. Perubahan/ dinamika sosial 2
5. Timbulnya keresahan masyarakat 2
6. Perubahan Resepsi masyarakat 2

II Mobilisasi Peralatan dan Material


1. Penurunan Kualitas Udara 2
2. Peningkatan kebisingan 2
3. Kerusakan badan jalan dan jembatan 2
4 Kemacetan Lalu Lintas 3
5 Kecelakaan lalu lintas 3

III Konstruksi Jalan


1. Penurunan Kualitas Udara 2
2. Peningkatan kebisingan 2
3. Gangguan kesehatan masyarakat 4

IV Pembangunan pembangkit dan sarana pendukungnya


1. Dinamika sosial 2
2. Erosi tanah 3
3. Penurunan kualitas udara 2

V Tahap Operasi (Operasiaonal PLTB)


1. Efek Bayangan 2
2. Kecelakaan atau kematian burung 2
3. Peningkatan aktivitas ekonomi dan multiplier effect 1
4. Perubahan resepsi masyarakat 2

VI Tahap Pasca Operasi (Pembongkaran Komponen


Pembangkit)
1. Kemacetan lalu lintas 3
2. Kecelakaan lalu lintas 2

Dampak Lingkungan Lainnya yang Dipantau


VII Tahap Pra Konstruksi
1. Perubahan kepemilikan lahan 2

VIII Tahap Kontruksi


1. Timbulan limbah pemulas bekas 4
2. Penanganan limbah padat dari aktivitas pekerja konstruksi 3
3. Penangan limbah cair dari aktivitas pekerja konstruksi 3
4. Kejadian kebakaran 5
5. Kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat kerja 4
IX Tahap Operasi
1. Timbulan limbah pemulas bekas 4
2. Penanganan limbah padat dari aktivitas pekerja operasi 3
3. Penangan limbah cair dari aktivitas pekerja operasi 3
4. Kejadian kebakaran 5
5. Kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat kerja 4
6. Peningkatan kebisingan 2
Keteramgan :

1: Tidak Menjadi Perhatian Masyarakat


2: Menjadi Perhatian Kelompok
3: Menjadi Perhatian local/Regional
4: Menjadi Perhatian Nasional
5: Menjadi Perhatian Internasional/Dunia/Media

4. Nilai Resiko
No Komponen Lingkungan Nilai Nilai Nilai Nilai
Frekue Besaran Sensivi Resiko
nsi tas
I Tahap Konstruksi
1. Kesempatan Kerja 2 4 3 14
2. Peluang Usaha 2 4 2 12
3. Peningkatan Pendapatan 2 4 2 12
4. Perubahan/ dinamika sosial 3 2 2 12
5. Timbulnya keresahan masyarakat 3 2 2 12
6. Perubahan Resepsi masyarakat 3 2 2 12

II Mobilisasi Peralatan dan Material


1. Penurunan Kualitas Udara 2 2 2 8
2. Peningkatan kebisingan 3 3 2 15
3. Kerusakan badan jalan dan jembatan 2 3 2 10
4 Kemacetan Lalu Lintas 4 3 3 24
5 Kecelakaan lalu lintas 2 2 3 10

III Konstruksi Jalan


1. Penurunan Kualitas Udara 2 2 2 8
2. Peningkatan kebisingan 3 3 2 15
3. Gangguan kesehatan masyarakat 4 4 4 32

Pembangunan pembangkit dan sarana


IV pendukungnya
1. Dinamika sosial 3 3 2 15
2. Erosi tanah 2 4 3 14
3. Penurunan kualitas udara 2 2 2 8

V Tahap Operasi (Operasiaonal PLTB)


1. Efek Bayangan 2 2 2 8
2. Kecelakaan atau kematian burung 1 2 2 4
3. Peningkatan aktivitas ekonomi dan multiplier effect 1 2 1
4. Perubahan resepsi masyarakat 3 2 2 3
12
VI Tahap Pasca Operasi (Pembongkaran Komponen
Pembangkit)
1. Kemacetan lalu lintas 4 2 3
2. Kecelakaan lalu lintas 2 2 2 20
8
VII Dampak Lingkungan Lainnya yang Dipantau
Tahap Pra Konstruksi
1. Perubahan kepemilikan lahan 2 1 2
6
VIII Tahap Kontruksi
1. Timbulan limbah pemulas bekas 3 5 4
2. Penanganan limbah padat dari aktivitas pekerja 4 4 3 27
konstruksi 28
3. Penangan limbah cair dari aktivitas pekerja konstruksi 4 4 3
4. Kejadian kebakaran 1 3 5 28
5. Kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat kerja 3 4 4 8
24
IX Tahap Operasi
1. Timbulan limbah pemulas bekas 3 5 4
2. Penanganan limbah padat dari aktivitas pekerja operasi 4 4 3 27
3. Penangan limbah cair dari aktivitas pekerja operasi 4 4 3 28
4. Kejadian kebakaran 1 3 5 28
5. Kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat kerja 3 4 4 8
6. Peningkatan kebisingan 4 3 2 24
20
TOTAL NILAI RESIKO 544
Rata-Rata 15
Keteramgan :

1 - 13 : Low Risk (Resiko Rendah)


14 - 26 : Medium Risk (Resiko Sedang )
27 - 20 : High Risk (Resiko Tinggi)

5. Kesimpulan
Evaluasi berdasarkan evaluasi Analisa semi-kuantitatif adalah Resiko Sedang.
3.2.3 Analisa Aspek Lingkungan Signifikan

No Komponen Lingkungan nilai Jumlah


A B C D E F G
I Tahap Konstruksi
1. Kesempatan Kerja 7 1 7 3 1 1 1 147
2. Peluang Usaha 7 1 7 7 1 1 1 343
3. Peningkatan Pendapatan 7 1 7 7 1 1 1 343
4. Perubahan/ dinamika sosial 7 1 5 7 1 1 3 735
5. Timbulnya keresahan masyarakat 7 1 5 7 1 1 5 1.225
6. Perubahan Resepsi masyarakat 7 1 5 7 1 1 3 735

II Mobilisasi Peralatan dan Material


1. Penurunan Kualitas Udara 7 1 7 7 1 1 3 1.029
2. Peningkatan kebisingan 7 1 7 7 1 3 3 3.087
3. Kerusakan badan jalan dan jembatan 7 1 7 7 3 1 5 5.145
4 Kemacetan Lalu Lintas 7 1 3 1 1 1 3 63
5 Kecelakaan lalu lintas 7 3 1 1 1 1 3 63

III Konstruksi Jalan


1. Penurunan Kualitas Udara 7 1 7 7 1 1 3 1.029
2. Peningkatan kebisingan 7 1 7 7 1 1 3 1.029
3. Gangguan kesehatan masyarakat 7 1 5 7 7 7 3 36.015

Pembangunan pembangkit dan sarana


IV pendukungnya
1. Dinamika sosial 7 1 5 7 1 1 3 735
2. Erosi tanah 3 1 3 7 7 1 3 1.323
3. Penurunan kualitas udara 7 1 7 7 1 1 3 1.029

V Tahap Operasi (Operasiaonal PLTB)


1. Efek Bayangan 5 1 7 7 1 1 3 735
2. Kecelakaan atau kematian burung 7 7 7 7 7 7 3 352.947
3. Peningkatan aktivitas ekonomi dan multiplier effect 7 1 5 7 1 7 1 1.715
4. Perubahan resepsi masyarakat 7 1 5 7 1 1 3 735

VI Tahap Pasca Operasi (Pembongkaran Komponen


Pembangkit)
1. Kemacetan lalu lintas 7 1 3 1 1 1 3 63
2. Kecelakaan lalu lintas 7 3 1 1 1 1 3 63

VII Dampak Lingkungan Lainnya yang Dipantau


Tahap Pra Konstruksi
1. Perubahan kepemilikan lahan 7 1 1 1 1 1 3 21

VIII Tahap Kontruksi


1. Timbulan limbah pemulas bekas 7 7 7 7 7 7 3 352.947
2. Penanganan limbah padat dari aktivitas pekerja 7 3 7 7 7 1 3 21.609
konstruksi
3. Penangan limbah cair dari aktivitas pekerja konstruksi 7 3 7 7 7 1 3 21.609
4. Kejadian kebakaran 7 5 1 1 1 1 3 105
5. Kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat kerja 5 1 1 1 7 1 3 105

IX Tahap Operasi
1. Timbulan limbah pemulas bekas 7 7 7 7 7 7 3 352.974
2. Penanganan limbah padat dari aktivitas pekerja operasi 7 3 7 7 7 1 3 21.609
3. Penangan limbah cair dari aktivitas pekerja operasi 7 3 7 7 7 1 1 7.203
4. Kejadian kebakaran 7 5 1 1 1 1 3 105
5. Kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat kerja 5 1 1 1 7 1 3 105
6. Peningkatan kebisingan 7 1 7 7 1 1 3 1.029
TOTAL NILAI RESIKO 6.385.553
Rata-Rata 182.444
Keterangan :

Tidak Signifikan : 1 - 196.000


Signifikan : 196.001 - 392.160
Sangat Signifikan : 392.160 - 588.245

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa resiko lingkungan bedasarkan Analisa aspek
lingkungan signifikan ada pada range 1 (satu) yaitu Tidak ignifikan atau setara dengan Resiko Kecil

Anda mungkin juga menyukai