JUDUL PENELITIAN
Pada sistem penambangan surface mining kondisi lereng yang stabil akan
menjamin kemenerusan kegiatan penambangan. Adanya kegiatan penggalian pada
suatu lereng dapat menyebabkan perubahan gaya-gaya pada lereng yang
mengakibatkan terganggunya kestabilan sehingga dapat terjadi longsor. Kestabilan
lereng pada batuan lebih ditentukan oleh adanya bidang-bidang lemah yang disebut
dengan bidang diskontinuitas , geometri lereng dan sifat fisik maupun mekanis batuan .
Beberapa metode didapat digunakan untuk analisis kestabilan lereng diantaranya
dengan menggunakan klasifikasi Slope Mass Rating (SMR) dan analisis kinematik.
Klasifikasi Slope Mass Rating (SMR) merupakan modifikasi dari klasifikasi Rock
Mass Rating (RMR) bieniawski 1979, yang penerapannya dikhususkan pada lereng.
Pada klasifikasi Slope Mass Rating (SMR) Romana 1985, dapat diketahui kondisi massa
batuan, tingkat kestabilan lereng, kemungkinan terjadi longsoran, dan rekomendasi
metode penanganan pada lereng. Selain klasifikasi SMR salah satu analisis kestabilan
lereng yang menekan pada pengaruh orientasi bidang diskontinuitas yaitu analisis
kinematik. Analisis kinematik bertujuan untuk mengetahui jenis, arah longsoran.
PT. WXYZ merupakan salah satu perusahaan tambang logam terbesar di
Indonesia dengan menggunakan metode penambangan open pit mining. Beberapa
kasus longsoran yang terjadi pada PT. Amman Mineral Nusa Tenggara lebih dikontrol
oleh pengaruh orientasi bidang diskontinuitas. Berdasarkan hal tersebut, maka
dilakukan penelitian analisis tingkat kestabilan lereng menggunakan metode Slope
Mass Rating (SMR) dan kinematik, karena kedua metode tersebut lebih menekan pada
pengaruh orientasi struktur terhadap tingkat kestabilan lereng . Sehingga dapat
dilakukan rekomendasi penanganan lereng di PT. WXYZ.
1
parameter geometri lereng terhadap kekuatan batuan, sehingga perlu dilakukan
analisis lebih lanjut untuk mencegah terjadinya keruntuhan. Rumusan masalah pada
kerja praktek ini meliputi:
1. Bagaimana mengetahui nilai Slope Mass Rating (SMR)
berdasarkan klasifikasi Rock Mass Rating (RMR) ?
2. Bagaimana menentukan tingkat kestabilan lereng
berdasarkan klasifikasi Slope Mass Rating (SMR) menurut Romana, 1985 ?
3. Bagaimana modelling desain lereng untuk mendapatkan
desain lereng final yang representatif baik dari segi teknis maupun ekonomi ?
V. MANFAAT PENELITIAN
Dalam penambangan terbuka (Open Pit Mining), desain lereng final adalah
salah satu faktor terpenting. Beberapa cara yang dilakukan untuk membuat suatu
desain final diantaranya dengan analisis geomekanika dan analisis kestabilan lereng.
2
Untuk menentukan kondisi lereng secara cepat dapat digunakan pembobotan massa
lereng (Slope Mass Rating) yang berdasarkan klasifikasi Rock Mass Rating (RMR) pada
lokasi yang longsor maupun rawan longsor.
bidang luncur yang dianggap rata. Bidang luncur dapat berupa sesar/patahan,
kekar (joint) maupun bidang perlapisan batuan. Longsoran bidang dapat terjadi
antara arah lereng dengan arah bidang lemah maksimal 30 0 dengan kemiringan
bidang gelincir harus lebih besar dari sudut geser dalam batuan.
Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika terdapat lebih dari satu
bidang lemah yang bebas dan saling berpotongan dengan arah orientasi bidang
3
lemah searah lereng atau berada pada zona daylight. Sudut perpotongan
antara bidang lemah tersebut harus lebih besar dari sudut geser dalam batuan.
Longsoran busur hanya terjadi pada tanah atau material yang bersifat seperti
tanah. Longsoran busur juga dapat terjadi pada batuan yang sangat lapuk serta
Longsoran guling dapat terjadi apabila orientasi bidang lemah yang dominan
4
Gambar 4 Longsoran Guling (Hoek and Bray, 1981)
Kuat tekan uniaksial batuan dapat diperoleh dari uji laboratorium yakni dengan
pengujian Uniaksial Compressive strength (UCS). Pengujian ini menggunakan mesin
tekan (compressin machine) untuk memecahkan batuan yang berbentuk silinder, balok
atau prisma dari satu arah (uniaksial). Pada pengujian ini gaya (kN), perpindahan
(mm) aksial dan lateral direkam hingga batuan pecah. Dengan perolehan data sifat
mekanik batuan seperti kuat tekan batuan (c), modulus elastistas (E) dan Poisson
5
Ratio (). Jika data kuat tekan hasil uji UCS tidak diperoleh, maka dapat menggunakan
kuat tekan batuan dengan uji “Point Load Strenght Index”, dan jika kedua pengujian
tersebut tidak ada maka dapat dilakukan pendekatan “ Standard Index Manual” sebagai
dasar uji di lapangan (Tabel 1)
Deere (1970) membuat klasifikasi teknis batuan utuh untuk beberapa macam
batuan dalam menilai kuat tekan batuan, seperti yang terlihat pada (Tabel 2).
Pada perhitungan nilai RMR, parameter Rock Quality Designation (RQD) diberi
bobot berdasarkan nilai RQD-nya seperti tertera pada Tabel dibawah ini.
6
91 – 100 Sangat baik (excellent)
Spasi dipetakan dari permukaan batuan dan core bor, dan spasi sebenarnya
dihitung dari spasi semu untuk diskontinuitas yang miring terhadap permukaan
(Gambar 5). Pengukuran spasi set kekar memberikan ukuran dan bentuk blok.
Hasilnya berupa model stabilitas dan kekuatan massa batuan.
S = Sapp x Sin θ
Panjang Scanline
S=
Jumlah Diskontinuitas
Dimana:
S = Jarak antar diskontinuitas
Sapp = Spasi semu diskontinuitas
Gambar 5. Hubungan antara spasi semu (S apparent) dan spasi sebenarnya (S)
(Wyllie dan Mah, 2004)
7
permukaan kekar. Panduan untuk menentukan profil kekasaran dan
diskripsinya diberikan oleh ISRM (1981). Panduan ini untuk panjang profil
dalam 1-10m dengan skala vertikal dan horizontal (Gambar 6) sebagai
berikut:
1) Sangat kasar (very rough surfaces); terdapat banyak gelombang yang
sangat berdekatan pada permukaan kekar.
2) Kasar (rough surfaces); terdapat beberapa gelombang, kekasaran jelas
terlihat dan permukaan kekar terasa sangat abrasif.
3) Sedikit kasar (slightly rough surface); permukaan kekar dapat dibedakan
dan dirasakan antara yang relatif kasar dengan yang relatif halus.
4) Halus (smooth surfaces); permukaan kekar terasa halus ketika disentuh.
5) Polesan (slickensided surfaces); terlihat seperti dipoles (digosok).
b. Rengangan (Separation)
Wyllie dan Mah (2004) menjelaskan besarnya rongga diskontinuitas
diperoleh dari pengukuran jarak tegak lurus antara dinding batuan
berdekatan dari bidang diskontinuitas yang di dalamnya terisi udara atau air.
Rongga pada diskontinuitas akan mempengaruhi nilai kuat massa batuan
dan besarnya hidraulic conductivity air tanah, sehingga berguna untuk
memprediksi sifat massa batuan.
8
Tertutup Separasi
Menurut Wyllie dan Mah (2004) rongga dengan bukaan (> 1 m) sebagai
kategori yang besar dan jika (< 0,1 mm) dikategorikan sangat rapat. Secara
lengkap pembangian kategori rongga dilakukan oleh Barton 1973 (tabel 4).
9
2) Sedikit lapuk (slightly weathered), pelapukan terdapat pada kekar-kekar
terbuka, tetapi pada batuan utuh pelapukan terjadi hanya sedikit saja,
dan perubahan warna pada kekar dapat mencapai jarak 10 mm.
3) Terlapukkan sedang (moderately weathered), perubahan warna mencapai
bagian yang lebih luas, batuan tidak mudah lepas
4) Sangat terlapukkan (highly weathered), pelapukan mencapai semua
bagian massa batuan dan mudah pecah, tidak mengkilap, semua material
lain kecuali kuarsa sudah berubah warna, batuan mudah pecah
5) Terlapukkan sempurna (completely weathered), massa batuan secara
keseluruhan sudah berubah warna dan mengalami dekomposisi serta
dalam keadaan rapuh, kenampakan luar sudah seperti tanah ( soil).
d. Material Pengisi
Wyllie dan Mah (2004) mendefinisikan pengisi sebagai material yang
memisahkan dinding batuan yang berdekatan pada suatu diskontinuitas.
materia pengisi biasanya lebih lemah kekuatannya dari batuan induk. Tipe
pengisi bisa berupa pasir, lanau, lempung, breksi, gauge dan mylonit.
Adapun untuk mineral pengisi seperti kalsit, kuarsa dan pirit memiliki
kekuatan yang tinggi. Sehingga secara mekanika material pengisi akan
mempengaruhi kuat geser diskontinuitas.
10
5. Kondisi Air tanah
Pembobotan 15 12 7 4 2 1 0
2 RQD (%) 90 – 100 75 – 90 50 – 75 25 - 50 25
Pembobotan 20 17 13 8 3
3 Jarak Diskontinuitas > 2m 0,6m – 2m 200mm - 60mm– 200mm < 60mm
600mm
Pembobotan 20 15 10 8 5
4 Kondisi Permukaan Agak Agak kasar, Slikensided/gouge Gouge lunak > 5
Diskontinuitas sangat kasar, separasi < < 5 mm, atau mm, atau
kasar, tidak separasi < 1 mm, separasi 1 – 5 separasi > 5 mm,
menerus, 1 mm, sangat lapuk mm, menerus menerus
tidak agak lapuk
renggang,
tidak lapuk
Pembobotan 30 25 20 10 0
5. Tekanan 0 < 0,1 0,1 – 0,2 0,2 – 0,5 > 0,5
pori dibagi
tegangan
Airtanah
utama
Pembobotan 15 10 7 4 0
11
kemiringan (Dip Direction) bidang diskontinuitas (αj), sudut kemiringan lereng (βs) dan
sudut kemiringan bidang diskontinuitas (βj). Secara matematis persamaan Slope Mass
Rating (SMR) dapat ditulis sebagai berikut:
12
Tabel 9. Klasifikasi longsoran berdasarkan nilai SMR
Studi tentang lereng yang berpotensi tidak stabil adalah hal yang sulit karena
membutuhkan kerja lapangan yang cermat, analisis terperinci dan pemahaman yang
baik terhadap kepentingan relatif terhadap beberapa faktor ketidakstabilan pada
lereng. Tidak ada sistem klasifikasi yang bisa menggantikan hal tersebut. Namun,
sistem tersebut digunakan untuk menunjukkan batas normal penggunaan setiap jenis
perkuatan lereng. Diantara pemilihannya berada di luar ruang lingkup sistem
klasifikasi.
Jenis perkuatan/penyanggaan dapat diklasifikasikan menjadi 6 kelas
1. No support None
Scaling
2. Protection Toe ditches
Fences (at toe or in the slope)
Nets (over the slope face)
3. Reinforcemen Bolts
t Anchors
Shotcrete
4. Concreting Dental concrete
Ribs and/or beams
Toe walls
Surface
5. Drainage Deep
6. Reexcavation
13
Dari studi kasus yang dikumpulkan, Tabel 10 menyajikan jenis perkuatan yang
lebih umum untuk setiap interval kelas . Biasanya tidak diperlukan perkuatan untuk
lereng dengan nilai SMR 75-100. Ada beberapa lereng yang stabil dengan nilai SMR 65.
Total penggalian lereng adalah ukuran drastis, normal pada lereng tanah,
namun kurang praktis pada lapisan batu, kecuali pada longsoran planar melalui
sambungan kontinu yang besar. Hal itu dapat diambil untuk mengurangi kadar, dan
berat badan di bagian atasnya dan/ tau menambahkan bobot stabil pada jari kaki.
Tidak ada kemiringan yang ditemukan dengan nilai SMR di atas 30. Tidak ada
kemiringan yang ditemukan dengan nilai SMR di bawah 10. Mungkin nilai yang rendah
seperti itu akan memberikan ketidakstabilan total dan instan, penggalian lereng
(bahkan dalam waktu yang sangat singkat) Tidak layak secara fisik.
Dalam pengertian yang luas, kisaran SMR untuk setiap kelas jenis perkuatan
tercantum dalam Tabel 11. Pemilihan tindakan yang memadai harus dilakukan dengan
mempertimbangkan mekanisme kegagalan umum dan juga frekuensi kekar. Dua
parameter dapat berguna untuk mengukur frekuensi kekar
1. Jarak kekar, S. Nilai modal distribusi jarak kekar dalam suatu bidang.
Seringkali nilai jarak kekar yang mengatur sesuai dengan jenis kekar dari
ketidakstabilan.
2. Jumlah volume kekar, Jv. Jumlah kekar per meter kubik, Jv, dapat dievaluasi
dengan rumus
Jv = ∑1/Si
Dimana S adalah rata-rata jarak untuk setiap kekar. Metode yang Disarankan
ISRM untuk Deskripsi Kuantitatif Diskontinuitas dalam Misa Batu '[13] adalah sebagai
berikut:
14
Spot shotcrete
(Toe ditch and/or nets)
III b 41-50
Systematic bolting. Anchors
Systematic shotcrete
Toe wall and/or dental concrete
Anchors
IV a 31-40
Systematic shotcrete
Toe wall and/or concrete
(Re-excavation) Drainage
Systematic reinforced shotcrete
IV b 21-30
Toe wall and/or concrete
Re-excavation. Deep drainage
Gravity or anchored wall
Va 11-20
Re-excavation
15
Tahap Persiapan merupakan tahap awal yang meliputi:
a. Studi literatur mengenai geologi daerah penelitian dari hasil penelitian
terdahulu, untuk mengetahui gambaran secara umum kondisi geologi
daerah penelitian.
b. Studi pustaka tentang struktur geologi, klasifikasi massa batuan rock
mass rating (RMR), slope mass rating (SMR) menurut romana (1985) dan
analisis kinematik, sebagai acuan dalam melakukan penelitian.
c. Observasi lapangan untuk mengenali kondisi aktual daerah penelitian
sehingga memudahkan dalam pengambilan data.
2. Pengambilan data
Penelitian dilakukan pada lereng pada PT. WXYZ, metode pengambilan data
yang dilakukan meliputi:
a. Data Lapangan
Data lapangan merupakan data aktual kondisi lereng pada PT. WXYZ.
Pengambilan data yang dilakukan yaitu dengan melakukan pengukuran
struktur batuan dengan metode line mapping sepanjang dinding
tambang.
3. Tahap pengolahan dan analisis data
Pada tahap ini data yang dikumpulkan diolah dan selanjutnya dilakukan
analisis data. Analisis data yang dilakukan yaitu klasifikasi slope mass rating
(SMR) dan analisis kinematik, berdasarkan data RMR, dan Line Mapping.
a. Klasifikasi slope mass rating (SMR)
Slope Mass Rating (SMR) merupakan modifikasi dari sistem Rock Mass
Rating (RMR) yang dikembangkan oleh Bieniawski 1989. Parameter yang
dibutuhkan untuk klasifikasi Slope Mass Rating (SMR) antara lain Arah
kemiringan (Dip Direction) dari permukaan lereng (αs), arah kemiringan
(Dip Direction) bidang diskontinuitas (αj), dan sudut kemiringan bidang
diskontinuitas (βj). Nilai SMR dapat diperoleh dengan persamaan berikut
(Romana 1985):
16
b. Desain Perkuatan Lereng
Desain Perkuatan Lereng bertujuan untuk mengetahui jenis perkuatan
lereng yang sesuai untuk diterapkan. Parameter yang dibutuhkan dalam
desain perkuatan lereng yaitu orientasi discontinuitas, geometri lereng,
dan sifat fisik dan mekanik batuan.
KLASIFIKASI SMR
PERSIAPAN PENGOLAHAN DATA (SLOPE MASS
RATING)
DATA :
DESAIN
STUDI LITERATUR 1. Geometri Lereng
PERKUATAN
& STUDI PUSTAKA 2. Bidang
LERENG
Diskontinuitas
17
Pembuatan Laporan
Bieniawski, ZT. 1989. Engineering Rock Mass Classifications . Jhon Wiley and Sons, Inc:
Canada.
Gian, Paolo Giani. 1992. Rock Slope Stability Analysis, A.A Balkema: Rotterdam.
Hudson J.A. 1993. Comprehensive Rock Engineering: principles, practice, and project
1st edition. Universidad Politécnica: Valencia Spain.
Hoek, E. and Bray, J.W. 1981. Rock Slope Engineering 3rd Ed., The Institution Of
Mining and Metallurgy London.
Read, Jhon and Stacey Peter. 2009. Guidelines for Open Pit Slope Design. CSIRO:
Australia.
Sddique, Tariq. Masroor M.A.dkk. 2015. Slope mass rating and kinematic analysis of
slopes along the national highway-58 near Jonk, Rishikesh, India. Journal of
Rock Mechanics and Geotechnical Engineering.
Zhang, Yahua a dan Xiaohui Liangb. 2015. Application of SMR and Stereographic
Projection Method in the Highway Slope Stability. International Journal of
Science Vol.2 No.5. ISSN: 1813-4890.
18
“ANALISIS SISTEM PERKUATAN LERENG DENGAN
KLASIFIKASI SLOPE MASS RATING (SMR)”
GOWA
2019