PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Untuk perusahaan perseorangan, ekuitas sering disebut modal. Ekuitas mengandung
unsur kepemilikan (ownership), untuk organisasi nonprofit ekuitas disebut dengan aset bersih
(net assets) untuk menghindari kesan adanya pemilikan. Karena konsep kesatuan usaha
memisahkan antara manajemen dan pemilik, informasi tentang ekuitas pemegang saham
menjadi sangat penting karena hal tersebut menunjukkan hubungan antara perusahaan
(perseroan) dengan pemegang saham. Dalam kerangka dasar Standar Akuntansi Indonesia
(2002), misalnya, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam pasal 49 mendefinisi ekuitas sebagai
berikut: "ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua
kewajiban".
Pada umumnya, tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah
menyediakan informasi kepada yang berkepentingan tentang efisiensi dan
kepengurusan (stewardship) manajemen. Tujuan suatu perusahaan dalam jangka panjang
adalah mengoptimalkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar
sahamnya (Fama, 1978). Jensen (2001) menjelaskan bahwa untuk memaksimumkan nilai
perusahaan tidak hanya nilai ekuitas saja yang harus diperhatikan, tetapi juga semua klaim
keuangan seperti hutang, warran, maupun saham preferen. Hasil penelitian lain dengan
menggunakan sampel perusahaan-perusahaan di USA menunjukkan pengaruh kondisi
tertentu terhadap kuatnya hubungan antara harga saham dan laba serta relevansi nilai
variabel-variabel akuntansi lain seperti nilai buku ekuitas, arus kas operasi (Luciana 2007)
dalam Yenti Y.E. dan Syofyan, E.(2013). Nilai buku ekuitas adalah nilai buku aset dikurangi
dengan nilai buku kewajiban pada awal tahun dibagi dengan jumlah saham umum yang
beredar (Ely dan Waymire, 1999; Aboody et al, 2002 dalam Naimah dan Utama, 2006:11).
Penilaian perusahaan merupakan tujuan penting bagi banyak pengguna laporan
keuangan. Investor perlu menilai ekuitas mereka yang ada pada perusahaan melalui laporan
keuangan yang disampaikan perusahaan. Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan
menggambarkan kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya perusahaannya, laporan
keuangan tersebut harus memenuhi tujuan, aturan serta prinsip-prinsip akuntansi yang sesuai
dengan standar yang berlaku umum agar dapat menghasilkan laporan keuangan yang dapat
dipertanggung jawabkan dan bermanfaat bagi setiap penggunanya.
Analisis penilaian ekuitas menekankan laba dan pengukuran akuntansi lain untuk
menghitung nilai perusahaan. Penilaian ekuitas dapat menggunakan proksi market to book
ratio karena sangat dipengaruhi oleh pemilihan metode akuntansi yang digunakan
perusahaan, dalam Yenti Y.E. dan Syofyan, E.(2013). Ekuitas pemegang saham terdiri atas
dua komponen penting yaitu Modal Setoran (Contributed Capital) dan Laba
Ditahan (Retained Earnings).
Berdasarkan pada uraian-uraian diatas, maka penyusun tertarik untuk membuat
makalah dengan judul "Konsep Ekuitas".
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, dalam penyusunan makalah ini kami
menggunakan rumusan masalah sebagai lingkup permasalahan kami, antara lain:
1. Apa pengertian ekuitas?
2. Apa tujuan penyajian ekuitas?
3. Apa saja komponen ekuitas?
4. Bagaimanakah teori ekuitas?
5. Bagaimana posisi Financial Accounting Standard Board (FASB) mengenai teori ekuitas?
6. Bagaimana laporan nilai tambah (Value Added) sebagai pelengkap laporan keuangan?
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui pengertian ekuitas.
2. Mengetahui tujuan penyajian ekuitas.
3. Mengetahui komponen ekuitas.
4. Mengetahui tentang teori ekuitas.
5. Mengetahui bagaimana posisi Financial Accounting Standard Board (FASB) mengenai teori
ekuitas.
6. Bagaimana laporan nilai tambah (Value Added) sebagai pelengkap laporan keuangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang relevan yang berhubungan dengan pembahasan
tentang konsep ekuitas disajikan dibawah ini:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Yona Efri Yenti dan Efrizal Syofyan (2013)
Alumni Program Studi Akuntansi FE UNP dalam jurnalnya yang berjudul "Pengaruh
Konservatisme Akuntansi Terhadap Penilaian Ekuitas Dengan Good Corporate
Governance Sebagai Variabel Pemoderasi" (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di PT BEI), hasil penelitian ini menunjukan bahwa konservatisme akuntansi
tidak berpengaruh signifikan positif terhadap penilaian ekuitas pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di PT BEI. Kepemilikan manajerial bukan variabel pemodersi atau tidak
berpengaruh signifikan terhadap hubungan konservatisme akuntansi dengan penilaian ekuitas
pada perusahaan manufaktur yang yang terdaftar di PT BEI, dan kepemilikan manajerial
bukan variabel pemoderasi atau tidak berpengaruh signifikan terhadap hubungan
konservatisme akuntansi dengan penilaian ekuitas pada perusahaan manufaktur yang yang
terdaftar di PT BEI.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Anissa Amalia Mulya 2012) Fakultas Ekonomi
Universitas Budi Luhur Jakarta dalam jurnalnya yang berjudul "Analisis Relevansi Informasi
Laba Akuntansi, Nilai Buku Ekuitas Dan Arus Kas Operasi Dengan Harga Saham" (Studi
Empirik Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-
2008), hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara parsial laba akuntansi memiliki
pengaruh yang positif terhadap harga saham dan koefisien laba akuntansi lebih dan arus kas
operasi menunjukkan relevansi nilai laba lebih tinggi dibandingkan nilai buku ekuitas dan
arus kas operasi. Nilai buku ekuitas memiliki pengaruh yang positif terhadap harga saham,
tetapi nilai buku ekuitas memiliki relevansi nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan laba
akuntansi dan lebih besar jika dibandingkan dengan arus kas operasi. Secara simultan
(gabungan) informasi laba akuntansi, nilai buku ekuitas dan arus kas operasi memiliki
pengaruh terhadap harga saham.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Siti Maimunah dan Tiara Shinta Megasatya
(2015) Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan dalam jurnalnya yang berjudul "Pengaruh
Struktur Modal Terhadap Earning Per Share Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk" hasil
penelitian ini menunjukan Debt To Asset Ratio tidak memiliki pengaruh terhadap Earning
Per Share. Debt to asset ratio menggambarkan kemampuan aset perusahaan dibiayai
utang, debt to asset ratio digunakan untuk mengukur total utang dengan total aset. Jadi,
apabila debt to asset ratio mengalami kenaikan maka tidak akan berpengaruh pada earning
per share. Debt To Equity Ratio memiliki pengaruh terhadap earning per share. Debt to
equity ratio digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Jadi, apabila debt to
equity ratio mengalami kenaikan maka akan berpengaruh pada earning per share.
2.2. TINJAUAN TEORI
2.2.1. Pengertian Ekuitas
Pengertian ekuitas tidak dapat didefinisi secara independen terhadap asset dan
kewajiban. Ekuitas pemilik pada dasarnya bukan kewajiban, tetapi merupakan klaim
sisa (residual claim) terhadap aktiva. Dalam kerangka dasar Standar Akuntansi Indonesia
(2002), Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mendefinisi ekuitas sebagai berikut (pasal 49):
ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Pada
dasarnya ekuitas berasal dari investasi pemilik dan hasil usaha perusahaan. Ekuitas akan
berkurang dengan adanya penarikan kembali penyertaan oleh pemilik, pembagian
keuntungan (deviden) atau kerugian usaha.
Ekuitas didefinisikan sebagai hak residual untuk menunjukkan bahwa ekuitas bukan
kewajiban. Ini berarti ekuitas bukan pengorbanan sumber ekonomi masa datang
(Soewardjono, 2005). Karena didefinisi atas dasar asset dan kewajiban, nilai ekuitas juga
bergantung pada bagaimana asset dan kewajiban diukur.
FASB Statement of Financial Accounting Concepts No. 6 mendefinisikan ekuitas
sebagai "hak sisa terhadap aktiva suatu entitas setelah dikurangi hutang". Dari definisi
tersebut dapat dikatakan bahwa dua karakteristik ekuitas adalah sebagai berikut:
a. Ekuitas sama dengan aktiva neto, yaitu selisih antara aktiva perusahaan dengan hutang
perusahaan.
b. Ekuitas dapat bertambah atau berkurang karena kenaikan atau penurunan aktiva neto baik
yang berasal dari sumber bukan pemilik (pendapatan dan biaya) maupun investasi oleh
pemilik atau distribusi kepada pemilik.
2.2.2. Komponen Ekuitas
Komponen ekuitas terdiri dari:
1. Modal Setoran (Contributed Capital)
Modal Setoran mencakup Modal Yuridis dan Modal Setoran Lainnya. Modal yuridis yang
dihitung berdasarkan nilai nominal (par value) saham menunjukkan aktiva neto yang tidak
dapat didistribusikan ke pemegang saham. Kelebihan nilai di atas nilai nominal diakui
sebagai agio saham (additional paid-in capital).
a. Modal Yuridis (Legal Capital), terdiri dari:
1. Nilai nominal dari saham preferen (Par Value of Preferred stock)
2. Nilai nominal saham biasa (Par Value of common stock)
3. Umum (atau saham preferen berlangganan) (Common (or preferred stock subscribed)
4. Surat saham dan opsi (Stock Warrant and options)
5. Dividen saham yang akan dibagikan (Stock dividends to be distributed)
6. Saham biasa dari penerbitan kembali (common stock from the reissuance of)
b. Modal Setoran Lainnya (Paid-in Capital), terdiri dari:
a. Pada saham preferen (on preferred stock)
b. Pada saham biasa (on common stock)
c. Dari sumber lain (pemecahan saham, saham preferen, konversi, dll) saham. (from other
sources (stock splits, preferred stock, conversion, etc) stock.
2. Laba Ditahan (Retained Earnings)/(Earned Capital)
Laba ditahan terdiri dari Laporan Laba/Rugi, penyesuaian periode sebelumnya, dan deviden.
Oleh karena Laporan Laba/Rugi merupakan bagian dari laba ditahan, maka dapat
dikatakan bahwa ada hubungan saling terkait atau artikulasi (articulation) antara Laporan
Laba/Rugi dan Neraca.
3. Penyesuaian Modal Belum Terealisasi (Unrealized Capital Adjustment).
a. Kerugian portofolio yang belum direalisasi untuk efek non-pasar (Unrealized portfolio
losses for non-market securities)
b. Selisih kurs yang belum direalisasi dan rugi (Unrealized foreign exchange gains and losses)
c. Modal sumbangan (Donated capital).
2.2.4. Teori Ekuitas
Teori ekuitas adalah teori yang menjelaskan sudut pandang yang digunakan dalam
akuntansi berkaitan dengan penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Denghan kata lain,
penyusunan dan penyajian laporan keuangan sangat tergantung pada sudut pandang yang
digunakan yaitu siapa yang dianggap paling berkepentingan terhadap laporan keuangan. Oleh
karena itu, teori ini membahas pihak yang dianggap paling dominan dan menjadi sudut
pandang dalam pelaporan keuangan. Pemakaian sudut pandang yang berbeda dapat
menghasilkan format pelaporan yang berbeda pula.
1. Teori Propietary
Pada awalnya teori ini muncul sebagai perwujudan dari sistem pembukuan
berpasangan. Teori ini memusatkan perhatiannya kepada pemilik. Jadi dalam akuntansi,
tujuan perusahaan, jenis modal, makna rekening dan lain-lain semuanya dilihat dari sudut
pandang pemilik. Dengan demikian tujuan perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran
pemilik. Persamaan akuntansi yang digunakan adalah:
Aktiva – Hutang = Modal
Aktiva merupakan kekayaan pemilik, sementara hutang merupakan kewajiban
pemilik. Kepemilikan ini dianggap sebagai nilai bersih dari perusahaan untuk pemilik. Ketika
usaha baru dimulai, nilai ini sama dengan investasi pemilik. Selama berjalanmya usaha maka
nilai perusahaan sama denganinvestasi awal ditambahakumulasi laba bersih setelah dikurangi
prive untuk pemilik. Jadi teori proprietary menganut wealth concept.
Teori proprietary sangat cocok diterapkan untuk organisasi perusahaan perseorangan
dan firma oleh karna dalam bentuk organisasi ini ada hubungan personal antara manajemen
perusahaan dengan pemilik perusahaan. Hal ini disebabkan laba bersih atau net inocme
ditambah setiap periode ke rekening modal pemilik walaupun perhitungan laba bersih tidak
mengukur kenaikan bersih kekayaan (wealth).
Teori proprietary tidak dapat langsung digunakan untuk bentuk perusahaan perseroan
terbatas seperti halnya untuk perusahaan perseorangan dan firma. Namun demikian, dalam
praktek banyak yang memandang bahwa total modal saham yang diinvestasikan dan laba
ditahan dianggap sebagai kekayaan bersih pemilik dan hal ini mengimplikasikan
teori proprietary. Konsep laba komprehensif yang diadopsi oleh FASB juga menggunakan
dasar teori proprietary yaitu memasukkan semua item yang mempengaruhi pemilik selama
periode itu kecuali pengambilan dividen dan transaksi modal.
Teori proprietary banyak mempengaruhi praktek-praktek akuntansi maupun
terminologi akuntansi perusahaan perseroan terbatas. Sebagai misal, laba bersih suatu
perusahaan sering dianggap sebagai laba bersih bagi pemilik. Labih jauh lagi laporan
keuangan harus menunjuk pada earning per share dan book value per share. Pengertian "laba
bersih bagi pemilik" dapat diinterpretasikan sebagai sisa laba bersih yang dialokasikan
kepada modal pemilik dan "book value per share" dapat diinterpretasikan sebagai book
equity per share menurut pendekatan entitas.
Oleh karena sudut pandang yang digunakan adalah pemilik, maka pengukuran
dengan menggunakan current value dipandang lebih relevan dibandingkan historical cost.
Makna Laba (Income)
Berdasarkan sudut pemilik, pendapatan diartikan kenaikan modal pemilik, sementara
biaya diartikan Sebagai penurunan modal pemilik. Dengan demikian laba merupakan
kenaikan kekayaan atau kemakmuran pemilik selama satu periode yang menjadi hak bagi
pemilik.
2. Teori Entitas ( Kesatuan Usaha)
Teori entitas muncul untuk mengatasi kelemahan yang melekat pada teori proprietary.
Kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan kegiatan usaha menyebabkan perusahaan
menjadi unit usaha yang berdiri sendiri terpisah dari identitas pemilik. Hal ini berarti terdapat
pemisah antara kepentingan pribadi pemilik dengan kepentingan perusahaan. Perusahaan
dianggap Bertindak atas nama dan kepentingannya sendiri terpisah dari pemilik. Teori entitas
didasarkan atas persamaan akuntansi:
Aktiva = Hutang = Modal
Atau
Aktiva = Modal ( Hutang = Modal Pemilik)
Elemen yang ada pada sisi kanan persamaan sering disebut hutang, tetapi
sesungguhnya adalah ekuitas dengan hak yang berbeda didalam perusahaan. Perbedaan
utama antara hutang dan ekuitas pemilik adalah hak kreditur dapat dinilai secara independen
dari penilaian yang lain jika perusahaan dalam keadaan solvent, sedangkan hak pemegang
saham atau pemilik diukur dari penilaian aktiva yang diinvestasikan ditambah laba yang
diinvestasikan kembali. Namun demikian, hak pemegang saham untuk menerima diveiden
dan bagian aktiva jika dilikuidasi adalah hak sebagai pemegang saham bukan hak sebagai
pemilik aktiva khusus.
Jadi hutang adalah kewajiban khusus perusahaan, dan aktiva menunjukkan hak
perusahaan menerima barang dan jasa khusus atau manfaat lainnya. Penilaian aktiva harus
menceminkan pengukuran manfaat yang diterima oleh perusahaan. Laba bersih suatu
perusahaan umumnya diekspresikan dalam bentuk perubahan bersih modal pemilik, tidak
termasuk perubahan yang berasal dari deklarasi deviden dan transaksi modal. Hal ini tidak
sama dengan teori proprietary yang mengatakan bahwa laba bersih adalah laba bagi
pemegang saham. Laba bersih dalam pendangan entitas menggambarkan sisa
perubahan posisi ekuitas setelah dikurangi semua klaim, termasuk bunga hutang jangka
panjang dan pajak penghasilan.
Teori entitas cocok diterapkan untuk organisasi yang berbentuk perseroan
terbatas (corporate), tetapi juga relevan untuk perusahaan lain yang memiliki eksistensi
yang terpisah dari individu pemilik.
Teori entitas memiliki dua versi yaitu versi tradisional dan versi baru. Perbedaan
kedua versi tersebut terletak pada sudut pandang yang digunakan dalam melihat entitas.
a. Versi Tradisional
Menurut pandangan tradisional perusahaan beroperasi untuk pemegang
ekuitas (equity holders) yaitu pihak yang memberi dana bagi perusahaan. Dengan demikian
perusahaan harus melaporkan status investasi dan konsekuensiinvestasi yang dilakukan
pemilik.
b. Versi Baru
Pandangan ini menyatakan bahwa perusahaan beroperasi atas namanya sendiri dan
berkentingan terhadap kelangsungan hidupnya sendiri. Penyajian laporan keuangan kepada
pemegang ekuitas dimaksudkan untuk memenuhi syarat legal dan menjaga hubungan baik
dengan pemegang ekuitas dalam kaitannya dengan kebutuhan dana yang diperlukan dimasa
mendatang.
Meskipun kedua pandangan diatas memusatkan perhatiannya pada kesehatan usaha
(entitas yang independen), namun pandangan tradisional melihat pemegang ekuitas sebagai
partner (associate) dalam kegiatan usaha yang dijalankan. Sedangkan pandangan baru
melihat pemegang ekuitas sebagai pihak luar perusahaan.
Oleh karena pemilik dan kreditor merupakan pemegang ekuitas yang memberi dana,
maka persamaan akuntansinya adalah:
Aktiva = Ekuitas
Ekuitas menunjukkan hak/klaim pemegang ekuitas terhadap aktiva suatu unit suatu
usaha. Kreditor memiliki klaim yang secara spesifik dapat ditentukan, sementara pemegang
saham memiliki klaim atas sisa aktiva dalam kasus likuidasi. Pemegang saham memiliki hak
terhadap total aktiva dan dividen apabila diumumkan oleh dewan direktur. Meskipun
demikian, hak yang diterima didasarkan pada perjanjian kontraktual yang ada.
Atas dasar teori entitas, neraca yang disajikan mengandung makna sebagai berikut:
• Aktiva perusahaan menyajikan informasi langsung mengenai nilai unit usaha
• Ekuitas menunjukkan laporan tidak langsung terhadap jumlah nilai yang sama
• Aktiva adalah milik perusahaan
• Hutang merupakan kewajiban perusahaan bukan kewajiban pemilik
• Aktiva non monoter lebih relevan bila diukur dengan cost histories karena nilai total aktiva
sama dengan umlah pasivanya.
Makna Laba
Dalam pendekatan entitas ini, laporan rugi laba relevan dibandingkan neraca.
Alasannya:
• Pemegang ekuitas lebih tertarik pada alba yang merupakan hasilm dari investasi mereka
• Perusahaan didirikan dengan maksud mencari laba
• Laba merupakan perubahan dalam aktiva bersih perusahaan
• Pendapatan adalah aliran masuk aktiva karena transaksi yang dilakukan perusahaan
• Biaya adalah cost aktiva atau jasa yang digunakan perusahaan dalam rangka menghasilkan
pendapatan
Laba ditahan
Menurut pandangan tradisional laba dicatat dan ditampung dalam laba ditahan.
Pandangan baru melihat bahwa laba ditahan merupakan ekuitas perusahaan/investasi milik
sendiri.
Pandangan Tradisional
• Bunga pinjaman adlah distribusi laba ditahan atas pemakaian pinjaman modal bukan biaya
bagi kreditor
• Deviden merupakan distribusi laba ditahan bagi pemilik saham
• Pajak penghasilan merupakan distribusi laba ditahan
Pandangan Baru
Kreditor dan pemegang saham dianggap sebagai pihak luar. Bunga pinjaman, deviden
dan pajak penghasilan dianggap sebagai biaya perusahaankarena menurunkan jum;lah ekuitas
unit usaha tersebut.
4. Teori Enterprise
Teori enterprise suatu perusahaan merupakan konsep yang lebih luas dibandingkan
teori entitas. Di dalam teori entitas perusahaan dipandang sebagai unit ekonomi terpisah yang
dioperasikan dalam rangkamemberikan manfaat bagi pemegang saham. Sedankan dalam teori
enterprise perusahaan dipandang sebagai lembaga dosial yang dioperasikan dalam rangka
memberikan manfaat bagi banyak pihak yang berkepentingan. Dalam arti luas pihak-pihak
yang berkepentingan meliputi pemegang saham, kreditur, pegawai, konsumen, pemerintah
dan masyarakat secara umum. Jadi bentuk luas dari teori enterprise dapat dipandang sebagai
teori akuntansi sosial.
Konsep ini cocok diterapkan untuk perusahaan skala besar dan modern dan memiliki
kewajiban untuk mempertimbangkan pengaruh dari tindakannya kepada beberapa kelompok
dan masyarakat secara keseluruhan. Dari aspek akuntansi hal ini berarti tanggungjawab
pelaporan keuangan tidak hanya kepada pemegang saham dan kreditur semata, tetapi lebih
luas kepada semua kelompok lain yang berkepentingan dan masyarakat keseluruhan. Konsep
income yang paling relevan dengan teori enterprise adalah laporan keuangan nilai
tambah (value added statement) yaitu laporan keuangan yang menujukkan kontribusi pihak-
pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan didalam menghasilkan nilai tambah
perusahaan.
5. Teori Dana (Fund)
Teori dana mengabaikan asumsi hubungan personal dalam teori proprietary dan
asumsi personifikasi perusahan sebagai unit ekonomi dan legal secara artifisal dalam teori
entitas. Menurut teori dana, unit aktivitas operasi merupakan dasar akuntansi. Unit aktivitas
operasi ini disebut dana yang meliputi sekelompokaktiva dan restriksi atau batasan-batasan
yang menggambarkan fungsi atau aktivitas ekonomi. Teori dana berdasarkan pada persamaan
akuntansi sebagai berikut:
Aktiva = Restriksi Aktiva
Aktiva menggambarkan jasa prospektif kepada dana atau unit operasi. Hutang
merupakan retriksi aktiva khusus atau umum dari dana. Modal yang diinvestasikan
mencerminkan retriksi legal atau financial untuk menggunakan aktiva. Konsep teori dana ini
banyak digunakan di sektor pemerintah dan lembaga nir-laba.
Didalam pemerintahan dana yang umunya digunakan meliputi dana umum (general
fund), dana pendapatan khusus (special revenuefund), dana proyek (capital
projectfund), dana pelunasan hutang jangka penjang (debt service fund). Setiap dana ini
memiliki restriksi penggunaan yang diatur dalam undang-undang atau peraturan pemerintah
lainnya. Masing-masing dana dipertanggungjawabkan sendiri-sendiri sehingga masing-
masing memiliki pembukuan debit kredit sendiri dan memiliki neraca dan laporan perubahan
saldo dana.
2.2.5. Posisi FASB
Financial Accounting Standard Board (FASB) sangat jelas mengadopsi teori ekuitas
residual ketika berhubungan dengan ekuitas pemilik (owner' equity) yang menyatakan "hak
residual pada aktiva suatu entitas yang tersisa setelah di kurangi hutang". Pandangan ini
sejalan dengan tujuan akuntansi yang dinyatakan oleh FASB yaitu menyediakan informasi
khususnya kepada investor atau lebih khusus kepada peemegang saham biasa.
FASB juga mengakui bahwa pendekatan ini menimbulkan masalah jika berkaitan
dengan hybrid securites atau saham yang memiliki karakteristik ganda yaitu sebagian
hutang dan sebagian saham seperti pada hutang obligasi yang dikonversikan. Persoalannya
adalah bagaimana memisahkan dan mengungkapkan saham yang memiliki dua
karakteristik ini.
Perbedaan antara nilai tarnbah bersih dan nilai tambah kotor terletak pada perlakuan
beban depresiasi. Perbedaan kedua nilai tambah tersebut adalah sebagai berikut.
1. Nilai tarnbah tidak lain adalah kekayaan yang diciptakan oleh perusahaan dan kekayaan ini
akan dinilai terlalu tinggi apabila tidak diakui adanya akumulasi penurunan nilai aktiva tetap
karena pemakaian aktiva tersebut.
2. Sesuai dengan konsep konsistensi dan matching antara penghasilan dan beban, maka beban
depresiasi harus diperlakukan pula seperti halnya beban input bahan baku yaitu
pengurangi hasil penjualan.
3. Nilai tambah bersih menghilangkan adanya perhitungan ganda, sedangkan nilai tambah kotor
akan menghasilkan perhitungan ganda, kerana tidak dikurangkannya beban depresiasi dari
hasil penjualan.
Contoh :
Perusahaan A menjual bahan baku kepada perusahaan B. Secara keseluruhan penjualan ini
tidak akan menaikkan nilai tambah, karena pertambahan nilai pada A akan diimbangi dengan
pengurangan nilai tambah pada B (sebagai biaya bahan pada B). Apabila barang yang
diperjual belikan itu aktiva tetap, maka seandainya B melaporkan atas dasar nilai
tambah kotor, pembelian aktiva tetap oleh B tidak akan mengurangi nilai tambah, sedangkan
nilai tambah A akan naik sebesar penjualan aktiva tetap tersebut.
3. Hubungan Industrial
Laporan nilai tambah dimaksudkan dapat mencerminkan adanya "team spirit" di
dalam organisasi perusahaan. Laporan Nilai tambah memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan dengan laporan laba-rugi :
1. Laporan nilai tambah menggambarkan pernana pegawai di dalam perusahaan oleh karena
dipandang sebagai pihak yang ikut menyumbangkan terciptanya kekayaan perusahaan.
2. Dengan pemberian insentif kepada para pegawai atas dasar besarnya sumbangan mereka
terhadap nilai tambah perusahaan, maka dengan sendirinya akan menaikkan motivasi
pegawai didalam proses penciptaan kekayaan perusahaan.
3. Laporan nilai tambah dapat dipakai sebagai referensi guna penyelesaian kasus-kasus
perburuhan.
4. Kebijakan Ekonomi
Laporan nilai tambah berperan dalam memperbaiki kegiatan analisa ekonomi, oleh
karena konsep nilai tambah konsisten dengan analisa input-output yang sering dipakai para
ekonom untuk menghitung pendapatan nasional. Apabila setiap perusahaan secara konsisten
menyajikan laporan nilai tambah, maka pemerintah akan mampu mengumpulkan data
ekonomi secara akurat dan tepat waktu yang pada gilirannya akan memberikan data yang
akurat bagi keperluan peramalan dan penyusunan kebijakan ekonomi pemerintah.
5. Analisis Komparasi
Laporan nilai tambah memberikan tambahan kriteria yang dapat dipakai sebagai dasar
untuk meniali dan membandingkan prestasi suatu perusahaan dengan perusahaan lain.
Dengan mengetahui besarnya rasio antara nilai tambah dan gaji pegawai akan dapat
diprediksi sehat tidaknya suatu perusahaan. Disamping itu laporan nilai tambah dapat pula
dipakai sebagai alat untuk mengukur besar dan pentingnya suatu perusahaan. Besarnya
perusahaan biasanya tercermin dari besarnya nilai penjualannya, tetapi perlu diingan bahwa
angka nilai penjualan dapat menyesatkan jika besarnya turnover perusahaan hanyalah
pencerminan dari biaya pembelian produk dari perusahaan lain yang di jual kembali kepada
konsumen
Perusahaan yang padat modal dan hanya memperkerjakan sedikit pegawai akan
tampak lebih besar dan penting dibandingkan perusahaan padat karya. Laporan nilai tambah
memberikan informasi tentang besarnya jumlah pegawai dan
besarnya penciptaan kekayaan bersih perusahaan, serta distribusi
kekayaan ini kepeda beberapa
kelompok yang terlibat dalam proses penciptaan kekayaan tersebut.
Jika tujuan utama perusahaan adalah memaksimumkan nilai tambah, maka sebaiknya
membuat sendiri komponen tersebut karena akan memberikan nilai tambah yang lebih besar
dibandingkan membeli dari luar dan perusahaan tidak mendapatkan laba atau rugi.
Sebaliknya jika tujuan perusahaan adalah memaksimumkan laba, maka
sebaiknya perusahaan membeli komponen tersebut dari luar karena memberikan laba
sebesar Rp 500,-. Jelaslah bahwa pengambilan keputusan dengan konsep nilai tambah
memerlukan ketelitian dan pertimbangan banyak faktor .
2.3. STUDY KASUS
DAFTAR PUSTAKA
Ghozali, I, dan A. Chariri, 2007, Teori Akuntansi, Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Edisi 3.
Yenti, Y.E. and Syofyan, E., 2013. Pengaruh Konservatisme Akuntansi Terhadap Penilaian Ekuitas
Dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Empiris pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di PT BEI). Wahana Riset Akuntansi, 1(2).
Mulya, A.A., 2012. Analisis Relevansi Informasi Laba Akuntansi, Nilai Buku Ekuitas dan Arus Kas
Operasi Dengan Harga Saham. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Budi Luhur, Jakarta.
Maimunah, S. and Megasatya, T.S., Pengaruh Struktur Modal Terhadap Earning Per Share Pada Pt
Telekomunikasi Indonesia Tbk. Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi, Volume 1 No. 2
Tahun 2015, Hal. 85-93
Wahyudi, U. and Pawestri, H.P., 2006. Implikasi struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan:
dengan keputusan keuangan sebagai variabel intervening. Simposium Nasional Akuntansi, 9,
pp.1-25.
Iustian, R., & Arifah, D. A. (2013). Analisis Pengaruh Informasi Laba Akuntansi, Nilai Buku Ekuitas
Dan Arus Kas Operasi Terhadap Harga Saham. Fokus Ekonomi, 8(1).
Naimah, Z., & Utama, S. (2006). Pengaruh ukuran perusahaan, pertumbuhan, dan profitabilitas
perusahaan terhadap koefisien respon laba dan koefisien respon nilai buku ekuitas: Studi pada
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IX, 23-26.
Kom