KESEHATAN
ANALISIS KNOWLEDGE, ATTITUDE, DAN PRACTICE PADA
KEJADIAN STUNTING
Disusun oleh :
KELOMPOK 5
Dewi Nur Khasanah 101711133005
Ulfah Mu'amarotul Hikmah 101711133083
Alifiah Puji Larasati 101711133112
Miranda Magda E. 101711133116
Laurensia Nurkusuma Dewi 101711133179
Syahla 'Asilah 101711133216
Keadaan gizi yang baik dan sehat pada masa balita (bawah lima tahun)
merupakan fondasi penting bagi kesehatannya di masa depan. Stunting
menggambarkan status gizi kurang yang bersifat kronik pada masa
pertumbuhan dan perkembangan sejak awal kehidupan. Stunting
menimbulkan gangguan perkembangan fisik anak yang irreversible yang
menyebabkan penurunan kemampuan kognitif, motorik, serta penurunan
performa kerja.
Data Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan
prevalensi stunting dalam lingkup nasional sebesar 30,8%. Stunting di
Indonesia masih tergolong tinggi apabila mengacu pada ketentuan WHO,
sehingga perlu penanganan khusus. Studi terkini menunjukkan hubungan
antara anak yang mengalami stunting memiliki prestasi yang buruk di
sekolah, tingkat pendidikan rendah, dan pendapatan yang rendah ketika sudah
dewasa. Anak yang mengalami stunting memiliki kemungkinan lebih besar
tumbuh menjadi individu dewasa yang tidak sehat dan miskin.
Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan kejadian stunting. Salah
satu nya adalah pola asuh ibu kepada anak. Ibu menjadi peranan penting
dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Sehingga pengetahuan, sikap,
dan perilaku ibu dalam pemenuhan gizi anak berperan penting pada kejadian
stunting pada anak.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor penyebab yang mempengaruhi terjadinya stunting pada
balita?
2. Bagaimana pengetahuan ibu terkait kejadian stunting pada balita?
3. Bagaimana sikap ibu terkait kejadian stunting pada balita?
4. Bagaimana perilaku ibu terkait kejadian stunting pada balita?
1.3 Tujuan
1 Mengetahui faktor penyebab kejadian stunting pada balita.
2 Mengetahui pengaruh pengetahuan ibu terkait kejadian stunting pada
balita.
3 Mengetahui sikap ibu terkait kejadian stunting pada balita.
4 Mengetahui perilaku ibu terkait kejadian stunting pada balita.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Stunting
2.2.1 Pengertian stunting
Stunting atau perawakan pendek (shortness) adalah suatu keadaan
tinggi badan (TB) seseorang yang tidak sesuai dengan umur, yang
penentuannya dilakukan dengan menghitung skor Z-indeks Tinggi
Badan menurut Umur (TB/U). Seseorang dikatakan stunting bila skor
Z-indeks TB/Unya di bawah -2 SD (standar deviasi). Kejadian stunting
merupakan dampak dari asupan gizi yang kurang, baik dari segi kualitas
maupun kuantitas, tingginya kesakitan atau merupakan kombinasi dari
keduanya. Kondisi tersebut sering dijumpai di negara dengan kondisi
ekonomi rendah.
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh
asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian
makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting diukur
sebagai status gizi dengan memperhatikan tinggi atau panjang badan,
umur, dan jenis kelamin balita. Stunting terjadi mulai janin masih di
dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun.
Kebiasaan tidak mengukur tinggi atau panjang badan balita di
masyarakat menyebabkan kejadian stunting sulit disadari. Hal tersebut
membuat stunting menjadi salah satu fokus pada target perbaikan gizi
di dunia sampai tahun 2025.
Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar 2013 mencatat
prevalensi stunting nasional mencapai 37,2%, meningkat dari tahun
2010 (35,6%) dan 2007 (36,8%). Hal ini berarti 8,9 juta atau satu dari
tiga anak Indonesia mengalami pertumbuhan tidak maksimal.
Prevalensi stunting di Indonesia lebih tinggi daripada negara-negara
lain di Asia Tenggara, seperti Myanmar (35%), Vietnam (23%), dan
Thailand (16%). Indonesia menduduki peringkat kelima dunia untuk
jumlah anak dengan kondisi stunting. Lebih dari sepertiga anak berusia
di bawah lima tahun di Indonesia memiliki tinggi berada di bawah rata-
rata.
15. Stunting merupakan salah satu akibat kurangnya asupan gizi pada
anak berupa tubuh pendek/kerdil
a. Benar
b. Salah
16. Kejadian stunting pada anak dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan anak di masa depan
a. Benar
b. Salah
Pengetahuan ibu dalam kuesioner tersebut berupa penilaian
terhadap pola asuh anak, cara pemberian makanan kepana anak,
pertumbuhan anak, dan mitos kejadian yang berkaitan dengan gizi
serta tumbuh kembang yang sering beredar di kalangan masyarakat.
Kuesioner berisi pernyataan “benar” dan “salah” dengan sistem
skoring apabila jawaban menunjukan hasil yang benar maka akan
diberi skor = 1, sebaliknya apabila jawaban menunjukan hasil yang
salah maka akan diberi skor = 0. Nilai akhir berupa akumulasi yang
didapat dari perhitungan dengan rumus (jumlah jawaban dengan
hasil benar/jumlah total soal x 100).
3.2 Analisis Aspek Attitude
3.2.1 Identitikasi Penyebab Stunting pada Balita berdasarkan Aspek
Sikap
Menurut Sunaryo, sikap merupakan kesiapan merespons yang
sifatnya positif atau negatif terhadap suatu objek atau situasi secara
konsisten. Sikap merupakan kecenderungan bertindak dari individu
berupa respons tertutup terhadapa stimulus ataupun objek tertentu.
Sikap menunjukkan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi seseorang. Jadi
sikap bukanlah suatu tindakan ataupun aktifitas, akan tetapi
merupakan sebuah kecenderungan untuk melakukan
tindakan/perilaku/peran.
Sikap ibu tentang gizi balita dalam kejadian stunting terbagi
menjadi dua kategori, yakni sikap ibu dengan kategori positif dan
sikap ibu dengan kategori negatif. Menurut Nursalam, sikap
seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor umur,
pekerjaan, pendidikan dan paritas. Jika sebagian dari responden
memiliki sikap yang negatif, makan tindakan dan perilakunya akan
cenderung negatif, sehingga masalah gizi pada anak kemungkinan
akan terjadi.
Menurut salah satu Jurnal Kesehatan Andalas menunjukkan
bahwa sikap ibu dengan kejadian stunting pada penelitian tersebut
memperoleh nilai p<0,05 (0,00), yang berarti menunjukkan bahwa
hipotesis diterima dan terdapat hubungan yang bermakna antara
sikap ibu dengan kejadian sttunting pada anak baru masuk sekolah
dasar di Kecamatan Nanggalo. Hal tersebut sejalan dengan pendapat
Notoadmojo yang menyebutkan, bahwa pengetahuan merupakan
hasil dari proses mengetahui dan terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Selain itu,
pengetahuan juga dapat diperoleh melalui pendidikan dan
pengetahuan orang lain.
Pengetahuan tersebut sangat erat hubungannya dengan
pendidikan, dimana dapat diasumsikan bahwa dengan pendidikan
yang tinggi maka seseorang akan semakin luas pula pengetahuannya.
Pendidikan yang rendah tidak menjamin seorang ibu tidak
mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai gizi keluarganya.
Adanya rasa ingin tahu yang tinggi dapat mempengaruhi ibu dalam
mendapatkan informasi mengenai makanan yang tepat untuk anak.
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan
formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non-
formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua
aspek yaitu aspek aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek
itulah yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak
aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan
sikap makin positif terhadap objek tertentu seperti halnya dalam
pemenuhan gizi anak, sehingga anak tidak mengalami stunting.
Jawaban
No. Item
SL S K T
Memberikan anak ASI ekslusif
1.
sampai umur 6 bulan
Memberikan ASI paling sedikit 8
2.
kali sehari
Tidak memberikan makanan selain
3. ASI pada waktu umur anak belum
mencapai 6 bulan
Memberikan makanan tambahan
4.
setelah anak berusia 6 bulan
Mempertimbangkan kandungan
gizinya sebelum memberikan
5.
makanan tambahan tersebut kepada
anak
Ibu menyiapkan sendiri makanan
6.
untuk anak
Memberikan makanan tambahan
7. sebanyak 3 kali sehari setelah anak
berusia 6 bulan
Memberikan ASI setelah anak
8.
berusia 6 bulan
Makanan tambahan yang diberikan
9.
sekitar 250ml setiap satu kali makan
Memberikan anak makanan yang
10
bervariasi setiap harinya
Ada variasi sayur dan lauk – pauk
11. dalam pemberian makanan
tambahan
12. Pemberian makanan selingan
sebanyak 2 kali dalam sehari
Dari kuisioner diatas hasil maksimal yang akan didapatkan oleh ibu
adalah 36 poin, apabila ibu menjawab selalu melakukan anjuran
pemenuhan gizi pada anak. Kemudian dari hasil maksimal yang
didapatkan akan dikalikan dengan 2,8 agar mencapai angka penilaian
100. Dari skor akhir yang didapatkan oleh ibu akan menunjukkan
hasil. Apabila angka skor total diatas 74, maka ibu dikategorikan
memiliki perilaku yang baik terkait pemenuhan gizi pada anak. Namun
apabila hasilnya dibawah angka 74, maka perilaku ibu masih
digolongkan kurang baik.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Stunting pada anak balita merupakan konsekuensi dari beberapa faktor
yang sering dikaitkan dengan kemiskinan termasuk gizi, kesehatan, sanitasi
dan lingkungan. terdapat lima faktor utama penyebab stunting yaitu
kemiskinan, sosial dan budaya, peningkatan paparan terhadap penyakit
infeksi, kerawanan pangan dan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan.
Penyebab terjadinya malnutrisi pada balita dalam hal ini
adalah stunting salah satunya, yaitu kurangnya pengetahuan
terkait pentingnya pola asuh yang baik bagi anak usia 0-5
tahun. Salah satu komponen dari pola asuh balita yang baik
adalah memenuhi dan memberikan asupan makanan yang
bergizi seimbang. Ibu adalah pengasuh pertama balita yang
asuhannya bertujuan untuk menghindari masalah gizi pada
anak dan menjadikan anak dapat mencapai pertumbuhannya
dengan optimal. Tingkat pengetahuan ibu akan
mempengaruhi sikap dan tindakannya dalam mengasuh
anak.
4.2 Saran
1. Kuesioner yang disusun lebih jelas lagi sehingga tidak
menimbulkan ambiguitas dan mendapatkan hasil yang
diinginkan.
2. Penilaian kuesioner disesuaikan dengan jumlah
pertanyaan sehingga pengelompokkannya dapat
dilakukan dengan jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Aridiyah, F. O., Rohmawati, N., & Ririanty, M. (2015). Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Anak Blita di Wilayah Pedesaan
dan Perkotaan. e-Journal Pustaka Kesehatan, 163-170.
Effendy, O. U. (2002). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Effendy, O. U. (2003). Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra
Aditya Bakti.
Infodatin. (2018, Agustus 31). Retrieved from Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia: https://www.kemkes.go.id
Ini Penyebab Stunting pada Anak. (2018, Mei 24). Retrieved from Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia:
https://www.depkes.go.id/article/view/18052800006/ini-penyebab-
stunting-pada-anak.html
(2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Olsa, E. D., Sulastri, D., & Anas, E. (2017). Hubungan Sikap dan Pengetahuan
Ibu Terhadap Kejadian Stunting pada Anak Baru Masuk Sekolah Dasar di
Kecamatan Nanggalo. Jurnal Kesehatan Andalas, 523-529.
Purnama, N. A., Lusmilasari, L., & Julia, M. (2015). Perilaku Orang Tua dalam
Pemberian Makan dan Status Gizi Anak 2-5 Tahun. Jurnal Klinik
Indonesia, 97-104.
S., N. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Simanjuntak, B. Y. (2019). Maternal Knowledge, Attitude, and Practices about
Traditional Food Feeding with Stunting and Wasting of Toddlers in
Farmer Families. National Public Health Journal, 58-64.
Sutarto, Mayasari, D., & Indriyani, R. (2018). Stunting, Faktor Risiko dan
Pencegahannya. J. Agromedicine, 540-545.