Anda di halaman 1dari 4

Tinjauan Pustaka

Hubungan Harga Diri, Perfeksionisme, dan Perasaan Pesimisme dengan Depresi


pada Remaja

Rani Nurmala Ramzi

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6. Jakarta Barat 11510

Alamat Korespondensi : rani.102019156@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Gangguan mental masih sangat sering sekali menyerang penduduk di dunia terutama pada tingkat emosional
seseorang. Di Indonesia sebagian besar penduduknya memiliki risiko depresi yang termasuk gangguan mental
emosional. Remaja adalah salah satu korban yang mengalami risiko depresi yang paling sering terjadi. 1 Hal ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pola pikir perfeksionisme dan perasaan pesimisme.
Tujuan pembahasan ini adalah untuk mengetahui hubungan risiko depresi seorang siswa SMA yang merupakan
korban bullying. Terkadang beberapa siswa SMA sangat menuntut untuk memiliki sikap perfeksionisme.
Berdasarkan hasil tinjauan pustaka yang kami gunakan, hasil yang kami dapat, yaitu faktor paling utama
penyebab depresi adalah tingginya perasaan pesimisme.

Kata kunci : pesimisme, gangguan mental, perfeksionisme.

Abstract

Mental disorders are still very often attacked the population in the world, especially on one's emotional level. In
Indonesia, the majority of the population has depression problems which include mental emotional disorders.
Teenagers are one of the victims most at risk of experiencing the most frequent depression.1 This can be caused
by several factors, one of which is the mindset of perfectionism and feelings of pessimism. The purpose of this
discussion is to discuss the relationship between depression problems experienced by high school students who
are victims of bullying. Sometimes some high school students really like to have an attitude of perfectionism.
Based on the results from the literature that we use, the results we get, the most important factor that causes
depression is an increase in feelings of pessimism.

Keywords: pessimism, mental disorders, perfectionism.


Pendahuluan

Remaja adalah suatu masa peralihan dimana anak-anak akan menuju dewasa. 2 Saat seseorang memasuki masa
remaja, pasti akan banyak sekali hal-hal baru yang terjadi saat masa peralihan seperti ini. Saat masa ini juga, kita
pasti akan banyak merasakan banyak sekali perubahan-perubahan fisik maupun psikis. 3 Perubahan fisik yang
mungkin kita dapat alami dapat berupa payudara membesar, pinggul melebar dan perubahan suara pada laki-laki
maupun perempuan. Perubahan psikis yang dapat saja terjadi pada kita yaitu seperti emosi yang tidak menentu
dan sikap yang masih suka labil saat menentukan pilihan atau menetapkan keputusan.

Remaja itu, dapat diibaratkan seperti secangkir kopi. 4 Sering kita lebih mementingkan cangkir dibandingkan
dengan isi kopinya. Cangkir yang cantik terlihat lebih menarik ketimbang rasa dan kualitas kopi yang enak.
Padahal esensi dari meminum secangkir kopi adalah kopinya, bukan cangkirnya.

Perumpamaan ini disampaikan oleh Johana Rosalina. K., PhD., dalam seminar “Membangun Komunikasi efektif
dengan Remaja”. Seminar tersebut diadakan di auditorium SMA Kristen 7 PENABUR Jakarta pada Sabtu, 10
Maret 2018. Seluruh siswa dan orang tuanya, serta guru turut serta dalam seminar yang diselenggarakan sebelum
penerimaan rapor tengah semester genap itu.

Terkait perumpamaannya, Johana mengungkapkan bahwa cangkir mewakili prestasi dan nilai-nilai dalam rapor
yang sering orang tua tuntutkan kepada anak. Sedangkan kopi menunjukkan semangat juang, kerja keras, dan
usaha dalam mencapai prestasi dan nilai-nilai. “Cara berjuang dalam hidup anak kitalah yang harus diutamakan,”
tandasnya usai penayangan video “Live is Like a Cup of Coffee”.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan terhadap seorang remaja yang di lakukan di SMAN 5
Jakarta, pada 28 Oktober 2019. Dalam studi pendahuluan dilakukan pada siswa SMAN 5 Jakarta. Dimana
seorang remaja menunjukkan sikap putus asa, takut akan kegagalan, kurang berkonsentrasi, dan tidak percaya
diri. Hal tersebut dikarenakan rasa takut mengahadapi ujian, takut akan kegagalan dalam mengikuti ujian, dan
rendahnya semangat belajar siswa tersebut. Sehingga Ia mengalami risiko mengalami depresi dan termasuk salah
satu ciri pola pikir pesimis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola pikir pesimisme
dengan resiko depresi pada seorang remaja di SMAN 5 Jakarta.

Pembahasan

Pada tinjauan pustaka ini didapatkan, seorang siswa mengalami depresi karena mengalami banyak sekali
tekanan, seperti banyaknya tugas yang tidak terselesaikan dan akhirnya saat guru mulai meminta tugas tersebut,
seorang siswa itu tidak sanggup mengumpulkannya. Semenjak saat itu, siswa tersebut malah semakin malas
menjalankan seluruh kegiatan di sekolahnya.
Table 1. data karakteristik responden di SMAN 5 Jakarta

Karakteristik umur Jenis Masalah Pola

Responden Kelamin yang dialami Tidur


16 tahun laki-laki 1. Keluarga
harmonis. larut
malam
2. Tugas yang
yang tidak
menumpuk.

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa responden adalah seorang remaja laki-laki berusia 16 tahun yang
mengalami masalah keluarga yang tidak harmonis dan pola tidur yang tidak sehat, yaitu tidur pada saat larut
malam. Dapat disimpulkan dari data tersebut, yang telah kami peroleh dari salah satu penelitian, yaitu siswa
SMA tersebut mengalami depresi, dikarenakan beberapa faktor, yaitu seperti tugas banyak yang menumpuk.
Seorang siswa yang kami percaya sebagai responden ini juga mengalami tekanan dari hubungan keluarga yang
tidak harmonis. Dia merasa perjalanan hidupnya begitu banyak beban, akhirnya muncullah sikap pesimisme.
Banyaknya tekanan yang Ia dapatkan ini, dapat memicu terjadinya stres. Stres yang telah dialami oleh seorang
remaja ini akhirnya berujung depresi.

Di kehidupan lainnya, tentu banyak sekali faktor atau pemicu terjadinya depresi. 5 Banyak orang yang tidak
menyadari bahwa terkadang, dirinya sendiri yang tidak bisa mengendalikan gejala-gejala yang sudah mulai
bermunculan.6 Sampai saat ini, sangat banyak orang yang mengalami stress dan depresi. Mengapa kami
mengambil seorang remaja ini sebgai responden, karena berdasarkan pengalaman saya, saya mendapati risiko
depresi terhitung cukup banyak untuk seorang remaja.

Kesimpulan

Kesimpulan yang kami dapatkan berdasarkan tinjauan pustaka ini adalah yaitu, kebanyakan remaja SMA Negeri
5 Jakarta mempunyai pola pikir pesimisme ringan, memiliki risiko depresi normal, dan terdapat hubungan pola
pikir pesimisme dengan resiko depresi pada remaja di SMA Negeri 5 Jakarta.

Daftar Pustaka

1. Psikologi Remaja. Jakarta : Bumi Aksara Baxt, J; 2013.


2. Carver, C. S., Scheier, M. F., Segerstrom, S. C.; 2010.
3. Masdar H, Chandra F, Rosdiana D, Rica A, Hijratinisa M. Undiagnosed diabetes mellitus identification on
state Senior High School students in Pekanbaru with obesity. Proceeding of Update Infectious Disease
Management in Daily Practice; 2014.
4. Lakshman, Elks CE, Ong KK. Chilhood obesity. Circulation 2012;126:1770-9.
5. Roberts CK, Shields M, De Groh M, Aziz A, Gilbert J. Overweight and obesity in children and adolescents.
Statistics Canada, Catalogue 2012;23(3):1-7.
6. A. B. Rahmatiani, Pengertian Stres, Tingkatan Stres dan Penyebabnya Menurut Para Ahli, 2019

Anda mungkin juga menyukai