Anda di halaman 1dari 5

Jafar Al Faudzi

1607847
6-A

UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP 2018/ 2019

Mata Kuliah/ Kode : Pendidikan Resolusi Konflik


Dosen : Prof. Dr. H. Bunyamin Maftuh, M.Pd, MA
Rika Sartika, M.Pd

1. Menurut pendapat anda, bagaimana pendekatan/ model Pendidikan Resolusi Konflik yang
paling sesuai diterapkan di jenjang pendidikan di Indonesia!
Jawaban :
Konflik merupakan suatu bentuk interaksi sosial ketika dua individu mempunyai kepentingan
yang berbeda dan kehilangan keharmonisan di antara mereka. Pada dasarnya konflik adalah
alamiah dan sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang pluralistik dengan keanekaragaman suku bangsa
(etnis), budaya, adat istiadat, bahasa, dan agama. Setiap suku bangsa atau etnis memiliki identitas
kebudayaan, adat istiadat, dan bahasa sendiri yang khas. Namun jika keanekaragaman dan
perbedaan tersebut tidak mampu dikelola dengan baik, maka dapat menjadi sebuah potensi untuk
memicu terjadinya konflik budaya dan konflik sosial, yang pada akhirnya mengancam terjadinya
disintegrasi pada bangsa Indonesia.
Pengajaran resolusi konflik adalah sejalan dengan kedudukan dan peran siswa sebagai generasi
muda yang diharapkan menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Sebagai warga
negara yang bertanggung jawab, para siswa mesti mampu memecahkan masalah apakah masalah
mereka sendiri atau masalah masyarakatnya. Oleh karena itu, para siswa mesti dididik untuk
memecahkan masalah termasuk ketika mereka menghadapi konflik di antara mereka sendiri. Jika
para siswa tidak terlatih dan kurang kemampuan untuk memecahkan masalah atau konflik secara
konstruktif, maka mereka cenderung memecahkannya secara destruktif.
Di sekolah, semua program dan mata pelajaran tentu diarahkan untuk membina siswa menjadi
warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Namun mata pelajaran yang secara khusus
memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan siswa menjadi warga negara yang baik dan
bertanggung jawab serta mampu memecahkan masalah sosial adalah mata pelajaran dalam
kelompok Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, khususnya Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Analisis relevansi tujuan Pendidikan resolusi konflik dengan tujuan Pendidikan Nasional
bangsa Indonesia, peace education, dan keilmuan Pendidikan Sosiologi!
Jawaban :
Sekolah sebagai sebuah sistem sosial merupakan tempat yang semestinya kondusif untuk
mendukung proses belajar. Pembelajaran akan berjalan dengan baik jika lingkunga n fisik dan
psikologis kondusif, sebaliknya konflik dan kekerasan
dalam lingkungan sekolah dapat berdampak negatif terhadap proses belajar siswa. Jika
diperhatikan iklim sekolah tidak selamanya damai dan aman. Hal ini dikarenakan oleh seringnya
terjadi konflik di sekolah, baik dalam bentuk sederhana maupun yang lebih serius. Konflik-
konflik di sekolah dapat terjadi dalam berbagai bentuk, baik bersifat horizontal maupun vertikal.
Terdapat beberapa inisiatif pendidikan yang dirancang untuk membantu orang belajar hidup
bersama dalam damai dan harmoni. Namun sulit untuk mencari satu kata untuk upaya tersebut,
misalnya “positive peace”, pillar of sustainable development atau mengacu pada terminologi
UNESCO dengan sebutan “learning to live together” atau “education for universal value”.
Pendidikan damai merupakan salah satu bentuk dari learning to livtogether yang memiliki
beragam makna. Sebagai contoh, pendidikan damai berarti perubahan pola pikir untuk saling
pengertian, respek, dan toleransi. Makna lainnya, pendidikan damai merupakan penguasaan
sejumlah keterampilan tanpa kekerasan dan resolusi konflik, mediasi teman sebaya, dan program
resolusi konflik.

3. Kemukakanlah hasil-hasil penelitian yang menunjukkan bahwa Pendidikan Resolusi Konflik


memberi dampak positif bagi siswa!
Jawaban :
Pengajaran resolusi konflik adalah sejalan dengan kedudukan dan peran siswa sebagai generasi
muda yang diharapkan menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Sebagai warga
negara yang bertanggung jawab, para siswa mesti mampu memecahkan masalah apakah masalah
mereka sendiri atau masalah masyarakatnya. Oleh karena itu, para siswa mesti dididik untuk
memecahkan masalah termasuk ketika mereka menghadapi konflik di antara mereka sendiri. Jika
para siswa tidak terlatih dan kurang kemampuan untuk memecahkan masalah atau konflik secara
konstruktif, maka mereka cenderung
memecahkannya secara destruktif. Deutsch dan Raider (Jones dan Kmitta, 2000:viii) menyatakan
bahwa, “children who engage in destructive conflict strategies, particularly the use of violence,
often have deficiencies in social problem-solving and interpersonal skills”. Kemudian mereka
menyatakan bahwa konflik tidak selalu tidak memiliki fungsi, karena ia dapat digunakan sebagai
media untuk memahami masalah dan untuk mengembangkan pemecahan. Konflik dapat
digunakan sebagai akar bagi perubahan pribadi dan sosial.
4. Jelaskan kemampuan dasar yang dikembangkan dalam Pendidikan resolusi konflik disertai
contohnya!
Jawaban :
Kemampuan Dasar Untuk Resolusi Konflik Crawford dan Bodine (1996; Girard, 1996)
kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa melalui program pendidikan resolusi konflik:
kemampuan orientasi, emosional, komunikasi, berfikir kreatif, dan kemapuan kritis.
Pengembangan pengetahuan Resolusi
Konflik, pengetahuan resolusi konflik yang
perlu dibinakan melalui pendidikan
resolusi konflik:
● pemahaman terhadap hakikat konflik
● konflik yang memanas dan merespon terhadap konflik
● pemahaman terhadap upaya mengatasi rasa marah
● srategi penyelesaian konflik

5. Carilah salah satu negara yang menerapkan mata pelajaran/ mata kuliah Pendidikan Resolusi
Konflik didalam kurikulum pendidikannya dan jelaskan pelaksanaannya!
Jawaban :
Sebagaimana dinyatakan di atas, para siswa, dan generasi muda pada umumnya, diharapkan
dapat menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Dalam Undang-undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara tegas dinyatakan bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga yang demokratis serta bertanggung jawab.
Di sekolah, semua program dan mata pelajaran tentu diarahkan untuk membina siswa menjadi
warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Namun mata pelajaran yang secara khusus
memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan siswa menjadi warga negara yang baik dan
bertanggung jawab serta mampu memecahkan masalah sosial adalah mata pelajaran dalam
kelompok Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, khususnya Pendidikan
Kewarganegaraan.
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan istilah yang digunakan dalam kurikulum
persekolahan di Indonesia untuk menyebutkan mata pelajaran yang mengajarkan konsep-konsep
dasar ilmu-ilmu sosial, seperti geografi, ekonomi, sejarah, dan pendidikan kewarganegaraan.
Numan Somantri (2001:74) mendefinisikan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai “suatu
penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya serta
masalah-masalah sosial terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis
untuk tujuan pendidikan pada tingkat dasar dan menengah.“ Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
ini mendapat pengaruh yang sangat besar dari social studies yang dikembangkan di Amerika
Serikat. Social studies merupakan program pengajaran konsep-konsep dasar ilmu-ilmu sosial
yang dipadukan dengan humaniora dan bidang ilmu lainnya yang diorganisasikan dengan
pendekatan pedagogis dan psikologis untuk diajarkan kepada para siswa di sekolah. Sedangkan
istilah ilmu-ilmu sosial biasanya digunakan untuk menunjuk pada disiplin ilmu yang terstruktur
dan monodisiplin di perguruan tinggi, seperti ilmu ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi,
psikologi, ilmu politik, dan ilmu hukum.

6. Jelaskan strategi umum resolusi konflik, dan analisis kelebihan dan kelemahan masing-
masing strategi tersebut!
Jawaban :
Berbagai alasan mengenai pentingnya pendidikan resolusi konflik di sekolah yang dikemukakan
oleh David dan Porter di atas menjadi bahan pertimbangan para ahli, pakar dan praktisi
pendidikan untuk melaksanakan pendidikan resolusi konflik di institusi pendidikan melalui
berbagai macam pendekatan. Sebagaimana Bodine and Crawford (1994: 27) merumuskan empat
macam pendekatan dalam pendidikan resolusi konflik sebagai berikut:
a. Process curriculum approach
Pendekatan dalam resolusi konflik yang menyediakan waktu tertentu untuk memberikan
pengajaran terkait materi-materi resolusi konflik (negosiasi, mediasi,dsb.) dalam sebuah mata
pelajaran, kurikulum atau rencana pembelajaran yang jelas.
b. Mediation program approach
Adalah program pendidikan resolusi konflik bagi para siswa terpilih (kader) yang telah dilatih
tentang resolusi konflik.
c. Peaceable classroom approach
Sebuah pendekatan yang mengajari siswa di sebuh kelas tentang kemampuan dasar, prinsip dan
proses dari resolusi konflik. Dalam pendekatan ini, program pembelajaran resolusi konflik
diintegrasikan ke dalam mata pelajaran inti (kewarganegaraan, ilmu pengetahuan sosial, ilmu
pengetahuan alam, sastra, seni, dsb.) dan juga ke dalam strategi manajemen kelas.
d. Peaceable school approach
Pendekatan peaceable classroom adalah dasar untuk membangun dan mewujudkan keadaan
peaceable school. Pendekatan ini bersifat komprehensif (menyeluruh) yang menggunakan
resolusi konflik sebagai suatu system untuk mengelola kehidupan kelas dan sekolah. Pendekatan
ini tidak hanya berfokus pada siswa saja, tetapi juga
kepada seluruh warga sekolah, seperti guru, konselor, staff & karyawan, kepala sekolah, serta
orang tua siswa.
7. Buatlah sebuah desain model pendidikan resolusi konflik yang ingin anda terapkan di kelas!
model dibuat satu pertemuan dan memuat tahapan kegiatan belajar mengajar. Anda boleh
mengadaptasi dari model yang telah ada atau merancang sendiri model yang baru

Jawaban :

Penerapan model pendidikan resolusi konflik di kelas sebenarnya dapat di terapkan di semua
mata pelajaran yang ada. Namun penerapannya tidak secara langsung namun dengan cara
menyelipkannya di sela-sela pematerian. Sebagai contoh ketika guru akan mnerangkan mengenai
interaksi sosial dalam pembelajaran ips, dapat diberikan contoh tentang interaksi yang berkaitan
dengan konflik dan menyuruh siswa untuk berpikir kritis mengenai konflik tersebut dan solusi
menghadapinya.

Anda mungkin juga menyukai