Etika dalam audit dapat diartikan sebagai suatu prinsip yang dilakukan oleh
seorang yang kompeten dan independen untuk melakukan suatu proses yang
sistematis dalam proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti secara objektif
tentang informasi yang dapat diukur mengenai asersi-asersi suatu entitas ekonomi,
dengan tujuan untuk menentukan dan metepkan derajat kesesuaian antara asersi-
asersi tersebut, serta melaporkan kesesuaian informasi tersebut kepada pihak-pihak
yang berkepentingan. Auditor harus bertanggung jawab untuk merencanakan dan
melaksanakan audit dengan tujuan untuk memperoleh keyakinan memadai mengenai
apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh
kekeliruan atau kecurangan.
Etika Auditing adalah suatu sikap dan perilaku mentatati ketentuan dan norma
kehidupan yang berlaku dalam suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan
menilai bukti-bukti secara objektif, yang berkaitan dengan asersi-asersi tentang
tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi.
Meskipun klien auditor adalah orang-orang yang membayar biaya untuk jasa
auditor, tanggung jawab utama auditor adalah untuk menjaga kepentingan pihak
ketiga-publik. Karena auditor dibebankan dengan kewajiban publik, dia harus
menjadi seorang analis yang tidak memiliki kepentingan (disinterested analyst).
kewajiban auditor adalah untuk menyatakan bahwa laporan publik menggambarkan
status kewajaran keuangan perusahaan baik posisi keuangan dan operasi perusahaan
saat itu. Singkatnya, tanggung jawab auditor adalah untuk menjaga kepercayaan
publik, dan “independensi” dari klien bersifat fundamental terhadap kepercayaan
klien yang harus dihormati.
2.4 Tanggung Jawab Dasar Auditor
2.5 Independensi
Empat prinsip dasar dan empat konsep pedoman ISB untuk menentukan apa yang
mengganggu dan bantuan Independensi adalah:
1. Threats (Ancaman)
2. Safeguards (Perlindungan)
Kepentingan diri adalah wujud sifat yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi
atau keluarga dibandingkan dengan kepentingan publik yang lebih luas.
Ancaman Advokasi dapat timbul bila akuntan profesional mendukung suatu posisi
atau pendapat sampai titik dimana objektivitas dapat dikompromikan.
· Anggota tim mempunyai hubungan keluarga dekat dengan seorang direktur atau
pejabat perusahaan klien.
· Hubungan yang lama dengan rekan bisnis yang mempunyai pengaruh pada
keputusan bisnis.
· Penerimaan hadiah atau perlakuan khusus, kecuali nilainya tidak segnifikan
Ancaman Intimidasi dapat timbul jika akuntan profesional dihalang untuk bertindak
objektif, baik secara nyata maupun dipersepsikan.
· Ditekan secara tidak wajar untuk mengurangi ruang lingkup pekerjaan dengan
maksud untuk mengurangi fee.
Dalam artikel berjudul “auditing and ethical sensitivity.” Gordong Cohn membahas
beberapa faktor lain yang membahayakan independensi auditor. Pertama, ia
menganggap pengaruh keluarga dan relasi yang menyangkut keuangan. jika auditor
terhadap klien atau mempertahankan kepentingan keuangan dengan klien, ini dapat
menciptakan konflik kepentingan yang mempengaruhi independensi auditor. Oleh
karena itu, aturan AICPA mengenai Independensi mencegah auditor dari hubungan
tersebut. Bahkan jika auditor bisa mengatasi konflik kepentingan dan atau evaluasi
dan atestasi nya yang jujur, masyarakat akan curiga kepada temuan auditor. itu adalah
hal penting untuk menghindari munculnya konflik.
Masalah dengan independensi auditor, menurut Cohn, muncul dari dua tempat:
Menimbulkan pertanyaan: berapa banyak waktu dan usaha yang dihabiskan untuk
menentukan keakuratan data yang disajikan.
Berikut ini merupakan hal-hal yang termasuk hal tersebut antara lain:
Hal tersebut bisa sangat bervariasi dan luas, bergantung pada keadaan di tempat kerja.
Beberapa contoh pengamanan akuntan publik antara lain:
· Klien memiliki tata kelola korperasi yang dapat memberikan pengawasan dan
komunikasi yang memadai terkait dengan jasa-jasa firma.
Seorang auditor harus bisa menilai tingkat resiko yang mungkin bisa menjadi
amcaman. Misalnya, auditor yang mengaudit perusahaan keluarganya atau mengaudit
perusahaan yang auditor tersebut menjadi salah satu pemegang saham di perusahaan
tersebut.
Prinsip 3: Mempertimbangkan manfaat dan biaya. Jadi manfaat yang diperoleh dari
berkurangnya risiko independensi harus melebihi costnya.
Auditor yang independen tidak hanya mendapatkan pengakuan dari dirinya sendiri
atau perusahaan tetapi juga harus mendapatkan kepercayaan publik bahwa seorang
auditor tersebut benar – benar memiliki independensi.
SEC membuat persyaratan tentang independensi auditor dalam aturan 2-01 yang
memaparkan empat prinsip, yang berfokus pada apakah hubungan auditor klien atau
penyediaan layanan. Menciptakan:
· kepentingan bersama atau saling bertentangan antara akuntan dan klien audit
· akuntan yang bertindak sebagai manajemen atau karyawan dari klien audit