Anda di halaman 1dari 32

UNIIIERSITAS UDAYANA

LAPORAN
HASIL PEMBINAAN KELUARGA DAN PENANGGULANGAN
PENYAKIT/MASALAH KATARAK DAN OSTEOARTHRITIS
DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA

OLEH
Odilia Dea Novena
1202005190

Keluarga Binaan:
I Made Saget
I Nyoman Duduk
Dewa Putu Raka

Desa Batukaang, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli

HALAMAN SAMPUL
DALAM RANGKA PELATIHAN PRA DOKTER ke-76
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIIIERSITAS UDAYANA

i
ii

2017
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
DAFTAR ISI ii
BAB I LATAR BELAKANG KELUARGA BINAAN 1
1.1 Data Demografi.........................................................................................1
1.1.1 Keluarga Bapak I Made Saget 1
1.1.2 Keluarga Bapak I Nyoman Duduk 1
1.1.3 Keluarga Bapak Dewa Putu Raka 2
1.2 Status Ekonomi.........................................................................................3
1.2.1 Keluarga Bapak I Made Saget 3
1.2.2 Keluarga Bapak I Nyoman Duduk 4
1.2.3 Keluarga Bapak Dewa Putu Raka 6
1.3 Rumusan Masalah Masing-Masing Keluarga Binaan...............................8
1.3.1 Keluarga Bapak I Made Saget 8
1.3.2 Keluarga Bapak I Nyoman Duduk 9
1.3.3 Keluarga Bapak Dewa Putu Raka 10
BAB II KEGIATAN HASIL PEMBINAAN PADA KELUARGA BINAAN
12
2.1 Promosi Kesehatan dan Partisipasi Keluarga..........................................12
2.1.1 Keluarga Bapak I Made Saget 12
2.1.2 Keluarga Bapak I Nyoman Duduk 12
2.1.3 Keluarga Bapak Dewa Putu Raka 13
2.2 Hasil Pembinaan Pada Keluarga Binaan.................................................14
2.2.1 Keluarga Bapak I Made Saget 14
2.2.2 Keluarga Bapak I Nyoman Duduk 15
2.2.3 Keluarga Bapak Dewa Putu Raka 16
BAB III PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA KELUARGA BINAAN
17
3.1 Latar Belakang Kasus.............................................................................17
3.2 Analisis Situasi Keluarga........................................................................18
3.2.1 Aspek Lingkungan Fisik Keluarga Binaan 18
3.2.2 Aspek Sosial Ekonomi Keluarga Binaan 18
3.2.3 Aspek Sosial Budaya Keluarga Binaan 19
3.2.4 Aspek Sosial Psikologis Keluarga Binaan 19
3.3 Rumusan Masalah dan Solusi Kasus......................................................19
3.3.1 Status Kesehatan Anggota Keluarga 19
3.3.2 Persepsi Keluarga Tentang Konsep Sehat-Sakit 20
BAB III SIMPULAN DAN SARAN 28
4.1 Simpulan.................................................................................................28
4.2 Saran........................................................................................................28
LAMPIRAN 29

iii
BAGIAN PERTAMA – HASIL PEMBINAAN KELUARGA

BAB I
LATAR BELAKANG KELUARGA BINAAN

1.1 Data Demografi


Keluarga binaan bertempat tinggal di Desa Batukaang Kecamatan
Kintamani, Kabupaten Bangli. Desa Batukaang masuk ke dalam wilayah kerja
Puskesmas Kintamani III. Desa Batukaang memiliki sekitar 176 KK. Sebagian
besar warganya bekerja sebagai petani. Jeruk merupakan hasil pertanian yang
dominan di Desa ini.

1.1.1 Keluarga Bapak I Made Saget


Keluarga Bapak I Made Sagetterdiri dari ayah, istri, dan 2 orang anak.
Keluarga ini beragama Hindu. Dalam kehidupan sehari-hari, pengambilan
keputusan berada di tangan KK, yakni Bapak I Made Saget.
Tabel 1.1 Identitas Keluarga Bapak I Made Saget
Jenis Pendidika
No. Nama Status Umur (Th) Pekerjaan
Kelamin n
Kepala
Tidak Tidak
1. I Made Saget Keluarga 74 Lk
Sekolah bekerja
(KK)
Ni Nyoman Tidak
2. Istri 69 Pr Petani kebun
Kentel Sekolah
Wayan Tidak
3. Anak III 25 Lk Buruh pasir
Sukadana Sekolah
Sopir truk
Sampai SD
4. Made Suantara Anak V 18 Lk pengangkut
kelas 5
pasir

1.1.2 Keluarga Bapak I Nyoman Duduk


Keluarga I Nyoman Duduk terdiri dari dirinya sendiri sebagai KK, istri
yang bernama Komang Reniasih, tiga orang anak bernama Wayan Sariningsih,
Kadek Daliani, Komang Sudikerta. Keluarga ini beragama Hindu. Dalam

1
2

kehidupan sehari-hari, pengambilan keputusan berada di tangan KK, yakni Bapak


I Nyoman Duduk.
Tabel 1.2 Identitas Keluarga Bapak I Nyoman Duduk
Jenis Pendidika
No. Nama Status Umur (Th) Pekerjaan
Kelamin n
I Nyoman
1. KK 42 Lk Tamat SD Buruh
Duduk
Komang Ibu Rumah
2. Istri 31 Pr Tamat SD
Reniasih Tangga
Wayan
3. Anak I 10 Pr Kelas 4 SD Pelajar
Sariningsih
4. Kadek Daliani Anak II 6 Pr PAUD Pelajar
Komang Belum Belum
5. Anak III 3 Lk
Sudikerta Sekolah Bekerja

1.1.3 Keluarga Bapak Dewa Putu Raka


Keluarga Dewa Putu Raka terdiri dari dirinya, sang istri, dan adik tiri, istri
dan anak dari adik tirinya. Keluarga ini beragama Hindu. Meski Bapak Wayan
Sendem dianggap sebagai Kepala Keluarga namun, dalam kehidupan sehari-hari
pengambilan keputusan berada di tangan adik tirinya yakni Pak Wayan Sribeg
dikarenakan keterbatasan yang dimiliki pak Wayan Sendem.
Tabel 1.3 Identitas Keluarga Bapak Dewa Putu Raka
No. Nama Status Umur Pendidikan Pekerjaan Keterangan
Tidak Tidak
1. Dewa Putu Raka KK 55 Lk
Sekolah bekerja
IRT,
Tidak
2. Nengah Sentiri Istri 48 Pr pengasuh
Sekolah
anak
Penjual
3. Wayan Seribek Adik tiri 32 Lk Kelas 3 SD
burung
Ni Kadek Merta Istri dari Tamat Ibu Rumah
4. 25 Pr
Asih adik tiri SMP Tangga
Anak I
Ni Putu Soma Belum Belum
5. dari adik 3 Pr
Nadia sekolah Bekerja
tiri
3

1.2 Status Ekonomi


1.2.1 Keluarga Bapak I Made Saget
Keluarga Bapak I Made Saget termasuk keluarga dengan ekonomi
menengah ke bawah. Sumber pendapatan keluarga ini berasal dari hasil berkebun
dan beberapa dari hasil bekerja kedua putranya. Kesehariannya Pak I Made Saget
sudah tidak bekerja dikarenakan kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkan,
sedangkan sang istri Ibu Ni Nyoman Kentel bekerja di kebun milik orang lain
yang ditanami beberapa jenis tanaman seperti sayuran, bawang, cabai, dan tomat.
Putranya yang pertama yakni Wayan Sukadana bekerja sebagai buruh pengangkut
pasir di daerah kaki Gunung Batur dan putra keduanya bekerja sebagai sopir truck
pengangkut pasir. Kedua putra mereka belum menikah.
Pak I Made Saget memiliki satu bangunan permanen hasil dari bantuan
bedah rumah yang didapat sejak 5 tahun yang lalu dan juga satu gubuk berdinding
anyaman bambu beratap seng yang saat ini digunakan sebagai dapur dan lebih
sering Pak I Made Saget dan istri tidur di gubuk ini, karena dekat perapian
dikatakan jika tidur di bangunan ini akan terasa lebih hangat. Ibu Ni Nyoman
Kentel sehari-harinya memasak dengan kayu bakar. Bangunan permanen yang
berisi dua kamar tidur tersebut digunakan oleh kedua putranya, namun kedua
putranya jarang berada di rumah karena pekerjaan mereka, hanya mungkin dalam
seminggu sekali dua kali putra-putranya berada di rumah. Pak I Made Saget tidak
memiliki kamar mandi begitu juga jamban, sehingga apabila buang air besar
mereka mencari tegalan. Namun Pak I Made Saget sudah memiliki bak
penampungan air dan sudah dialiri listrik berkat bantuan pemasangan listrik gratis
oleh PLN.
Memang saat ini Pak I Made Saget sudah tidak bekerja dan istrinya hanya
bekerja menggarap kebun orang lain, namun penghasilan yang didapat oleh kedua
putranya dikatakan mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari mereka. Pendapatan
yang didapat oleh sang istri hanya Rp 10.000,- perharinya, sedangkan putra
pertamanya perbulannya bisa mendapatkan pendapatan hingga Rp. 800.000,- dan
putra keduanya bisa mendapat penghasilan hingga Rp 1.500.000,- perbulannya.
Biasanya setiap putranya datang ke rumah maka mereka akan menitipkan uang
untuk kebutuhan sehari-hari Pak I Made Saget dan istri, kebutuha sehari-hari
4

mereka Rp 20.000,- hingga Rp 30.000,-. Kedua putra mereka dikatakan cukup


memperhatikan kesehatan orang tuanya, apabila ada yang sakit salah satu dari
putra mereka akan mengantarkan untuk berobat ke puskesmas ataupun ke bidan.
Namun, keluarga ini tidak memiliki kartu jaminan kesehatan baik JKBM maupun
BPJS dikarenakan data KTP dan data Kartu Jaminan Sosial yang didapat memiliki
alamat yang berbeda, sehingga menyulitkan keluarga ini untuk mendaftar jaminan
kesehatan.
Dalam kegiatan petedunan sendiri Pak I Made Saget sudah tidak bisa lagi
hadir di banjar, sehingga kedua putranya lah yang saat ini bertugas tedun ke
banjar, untuk biaya iuran adat semuanya sudah ditanggung oleh anak-anak
mereka. Namun, sang istri masih sanggup untuk mengikuti petedunan di banjar
seandainya aka nada kegiatan besar keagamaan, banjar sendiri sudah memaklumi
keadaan Pak I Made Saget.

1.2.2 Keluarga Bapak I Nyoman Duduk


Dalam kesehariannya Bapak I Nyoman Duduk bekerja sebagai seorang
buruh pencari bambu, kemudian istrinya seorang Ibu Rumah Tangga yang
terkadang juga membuat semat untuk dijual, sedangkan anaknya yang bernama
Wayan sariningsih belum bekerja karena masih menuntut ilmu di SD kelas 4,
anak Kedua Masih PAUD dan yang paling kecil belum sekolah karena masih
berumur 3 tahun.
Keluarga Bapak I Nyoman Duduk tinggal di rumah yang tidak permanen
ukuran 4x3 meter dan satu bangunan 5x3 sebagai dapur yang sebenarnya
pemiliknya adalah kakak dari Bapak I Nyoman Duduk. Di dalam kamar tidur
terdapat satu tempat tidur untuk beliau, istri, dan ketiga anaknya. Kamar
beralaskan semen, dengan dinding dari anyaman bambu dan atap dengan seng.
Istrinya memasak masih mengunakan kayu bakar. Penerangan masih minim
namun sudah terdapat listrik berkat bantuan pemasangan listrik gratis dari PLN,
biasanya untuk 3 bulan menghabiskan pulsa listrik sebanyak Rp. 50.000. Bapak I
Nyoman Duduk memiliki lahan dengan luas tanah 10x10 meter yang tidak jauh
dari rumahnya, lahan tersebut ditanami berbagai macam tumbuhan seperti jeruk,
waluh, bunga-bunga untuk membuat canang sehari-hari, dan beberapa jenis
5

sayuran. Keluarga ini tidak memiliki jamban, hanya sebuah gubuk yang
digunakan sebagai tempat mandi agar tertutup, sehingga apabila ingin buang air
besar biasanya pergi ke tegalan.
Pendapatan bapak I Nyoman Duduk sehari-harinya berasal dari
penghasilan pekerjaannya sebagai buruh dan pencari bambu, dan juga dari
penghasilan istrinya berasal dari produksi semat, namun dikatakan besaran
pendapatannya tidak menentu. Penghasilan rata-rata dari keluarga I Nyoman
Duduk mencapai kurang lebih Rp 60.000.00 /hari, kalau tidak ada panggilan
untuk mencari bambu berarti tidak memiliki penghasilan sama sekali dan Bapak I
Nyoman Duduk hanya membantu istrinya membuat semat dan juga waktunya bisa
digunakan untuk menggarap kebunnya. Penghasilan istrinya tergantung semat
yang dibuat, satu ikat besar di jual dengan harga +Rp 60.000.00 dan waktu yang
diperlukan untuk pembuatan semat sampai + 2 Bulan.
Untuk kebutuhan sehari-hari biaya yang dikeluarkan oleh bapak I Nyoman
Duduk + Rp 50.000.00 per-hari untuk membeli beras 1kg, lauk, sayuran, dan uang
jajan untuk kedua anaknya sedang duduk di bangku SD dan PAUD, serta
perlengkapan persembahyangan sebagai kebutuhan pokok. Pengeluaran dibidang
kesehatan merupakan hal-hal yang bersifat insidental, yang hanya terjadi apabila
tiba-tiba ada anggota keluarga yang sakit, saat itulah biaya kesehatan diperlukan.
Jadi, untuk biaya kesehatan tidak dapat diprediksi pengeluarannya. Beruntungnya,
keluarga ini sudah memiliki kartu jaminan kesehatan yakni JKBM hal tersebut
meringankan biaya kesehatan yang dikeluarkan pada saat ada keluarga yang
sedang sakit. Selain itu Ibu Reniasih juga rutin mengajak anaknya yang paling
kecil untuk datang ke Posyandu untuk memantau pertumbuhan dan mendapatkan
imunisasi dan vitamin. Untuk kegiatan yang berhubungan dengan kerohanian,
Keluarga Bapak I Nyoman Duduk cukup menggunakan apa yang mereka miliki
dan yang mereka mampu untuk dipersembahkan. Bali memang memiliki ikatan
sosial antar warga dan banjar/desa yang sangat erat, sehingga apapun yang
diperlukan oleh banjar/desa kita harus turut serta baik berupa tenaga maupun
materi yang terlebih besar lagi apabila ada iuran banjar, uang suka duka meliputi
uang sukalera warga sakit, warga yang mengalami kematian atau ngaben, hadiah
atau sumbangan pada acara manusia yadnya, apalagi penduduk Desa Batukaang
6

yang terbilang sedikit dalam proses pembangunan sehingga uang iuran banjar
terhitung lebih besar. Besarnya alokasi dana yang dikeluarkan oleh Bapak I
Nyoman Duduk untuk kebutuhan sosial adalah sebesar +Rp 60.000.00.

1.2.3 Keluarga Bapak Dewa Putu Raka


Keluarga Bapak Dewa Putu Raka termasuk keluarga dengan ekonomi
yang kurang atau termasuk dalam daftar Rumah Tangga Miskin (RTM) yang ada
di Desa Batukaang.
Dalam kesehariannya pak Dewa Putu Raka tidak dapat lagi bekerja
dikarenakan kebutaan yang dialami sejak lama, kegiatan beliau biasanya hanya
berdiam diri di rumah, terkadang sambil mengobrol bersama istri. Sedangkan
istrinya selain sebagai Ibu Rumah Tangga juga nyambil kerja sebagai pengasuh
anak-anak tetangganya. Pak Dewa Putu Raka sendiri tidak memiliki anak, beliau
tinggal bersama adik tirinya yang bekerja sebagai penjual burung, adik tirinya
memiliki istri namun tidak bekerja dan saat ini sedang dalam masa kehamilan
anak ke-2, anak pertamanya baru berusia 3 tahun, kesehariannya bermain dengan
anak-anak yang diasuh oleh Ibu Nengah Sentiri.
Keadaan tempat tinggal dari keluarga ini terbilang sangat sederhana,
awalnya pak Dewa Putu Raka hanya tinggal di bangunan permanen berukuran
2x1,5 meter bersama istri. Bangunan tersebut selain digunakan sebagai tempat
tinggal juga digunakan sebagai dapur. Lalu adik tirinya tinggal di satu bangunan
disebelahnya yang dahulunya diceritakan adalah bangunan gubuk. Sampai
akhirnya keluarga Pak Sendem mendapat bantuan bahan bangunan dari
pemerintahan Desa Batukaang berupa bahan mentah, melalui bantuan tenaga adik
tirinya akhirnya bisa dibangun bangunan permanen namun belum sepenuhnya
selesai, akan tetapi sudah layak untuk dihuni. Bantuan rumah tersebut sudah
didapat kira-kira sejak 10 tahun yang lalu. Dan sejak didirikan bangunan tersebut,
Pak Sendem mulai tinggal satu bangunan dengan adik tirinya. Di pekarangan ini
tidak terdapat kamar mandi apalagi jamban, seharinya-harinya kegiatan mandi
ataupun mencuci pakaian dilakukan di belakang rumahnya, dengan penutup
seadanya. Namun sudah memiliki bak air yang lumayan besar, yang dapat
menampung air sebanyak 3000 liter, mengingat di Desa Batukaang memang
7

daerah yang tidak dialiri air PDAM, sehingga semua masyarakat desa membeli air
untuk ditampung dan digunakan sehari-hari. Bak air ini pun didapat dari bantuan
yang diberikan yayasan yang berasal dari Australia sekitar + 10 tahun yang lalu.
Pendapatan Keluarga ini umumnya berasal dari istri pak Dewa Putu Raka
dan adik tirinya yakni Wayan Seribek, sedangkan pak Dewa Putu Raka sudah
tidak dapat bekerja lagi, karena sudah sama sekali tidak dapat melihat. Istri pak
Dewa Putu Raka sendiri hanya bekerja sebagai pengasuh anak-anak dari
tetangganya dan hanya mendapatkan upah Rp. 10.000 per harinya. Tidak ada
pekerjaan lain yang dilakukan dikarenakan keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan. Sedangkan adik tiri pak Dewa Putu Raka yakni pak Wayan Seribek
bekerja sebagai penjual burung yang penghasilannya tidak menetap, bila ada
rejeki bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp. 300.000, namun bila tidak ada
burung yang dijual maka tidak ada penghasilan yang didapat. Pak Wayan Seribek
mensiasati hal tersebut dengan cara berjualan dengan berpindah-pindah tempat.
Sedangkan istri pak Wayan Seribek saat ini tidak bekerja dikarenakan tengah
hamil tua, dahulu dikatakan bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
Pemenuhan kebutuhan dari keluarga Dewa Putu Raka terbatas hanya pada
pemenuhan kebutuhan pokok ataupun kebutuhan primer saja seperti untuk
konsumsi, kesehatan, kerohanian dan sosial karena keterbatasan penghasilannya.
Untuk kebutuhan sehari-hari, perkiraan biayanya sekitar + Rp. 50.000,
dikarenakan ada anak kecil dan juga ibu hamil. Biasanya pendapatan yang ada
digunakan untuk membeli beras, sayuran, dan kebutuhan dasar lainnya. Keluarga
ini sudah kira-kira 3 bulan tidak lagi mendapatkan bantuan beras bulog. Dan
keluarga ini pun bingung apa alasan mengapa tidak lagi mendapat bantuan beras.
Untuk air biasanya keluarga ini membeli dari pedagang air satu truck seharga Rp
200.000 yang habis digunakan selama + 1 bulan. Pengeluaran dibidang kesehatan
saat ini paling sering dikeluarkan untuk pemeriksaan rutin istri adik tiri dari Pak
Dewa Putu Raka untuk kontrol ke bidan. Pak Dewa Putu Raka sendiri sudah
mempasrahkan keadaan penyakitnya sehingga sudah tidak lagi ingin
memeriksakan kesehatan dirinya. Untuk anggota keluarga lain kebutuhan
kesehatan hanya bersifat insidental pada saat anggota keluarga mengalami sakit.
Oleh karena Bapak Dewa Putu Raka dan Ibu Nengah Sentiri tidak memiliki kartu
8

keluarga, sehingga sampai saat inipun keluarga ini belum memiliki kartu jaminan
kesehatan baik JKBM maupun BPJS. Sedangkan untuk Bapak Wayan Seribek
sudah memiliki kartu JKBM sehingga untuk biaya persalinan nanti sudah dapat
diatasi. Dalam kegiatan petedunan sendiri sebagai orang Bali biasanya mendapat
tugas membayar iuran ke banjar rutin untuk kegiatan piodalan, pengabenan, dan
kegiatan besar keagamaan lainnya. Pak Dewa Putu Raka sendiri memiliki
tanggung jawab yang berbeda dengan Pak Wayan Seribek dikarenakan keduanya
dianggap sudah memiliki rumah tangga sendiri. Namun, dikarenakan keterbatasan
yang dimiliki oleh Pak Dewa Putu Raka sehingga pihak desa adat memberi
keringanan untuk tidak membayar biaya urunan adat, akan tetapi sang istri Ibu
Nengah Sarinten harus tetap datang ke petedunan banjar seandainya ada kegiatan
gotong royong untuk acara besar keagamaan. Hal tersebut sudah dianggap sangat
meringankan beban Pak Dewa Putu Raka. Sedangkan Pak Wayan Seribek tetap
memiliki tanggung jawab urunan banjar yang berbeda-beda tiap kali aka nada hari
besar keagamaan, terkadang membayar dalam bentuk uang, barang berupa beras
dan gula, ataupun harus datang ke banjar untuk bergotong royong.

1.3 Rumusan Masalah Masing-Masing Keluarga Binaan


1.3.1 Keluarga Bapak I Made Saget
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi didapatkan bahwa dalam
keluarga Bapak I Made Saget ditemukan beberapa masalah kesehatan yang
dikeluhkan oleh Pak I Made Saget sendiri dan istrinya. Pak I Made Saget sendiri
mengeluhkan matanya yang kabur pengelihatannya sejak + 10 tahun yang lalu,
awalnya hanya mata kanan yang kabur, namun setelah beberapa lama keluhan
mata kabur pada mata kanan semakin berat, dan mata kiri mulai ikut kabur juga
pengelihatannya. Pak I Made Saget juga mengeluhkan sering merasa nyeri dan
kaku pada kedua lututnya, nyeri dan kaku sudah dirasakan sejak + lima tahun
yang lalu, keluhan terutama muncul pagi hari saat bangun tidur, biasanya
berlangsung kira-kira 10 menit, dan membaik bila digerakkan. Pak I Made Saget
sendiri merupakan seorang perokok, beliau merokok sejak usia muda, dahulu bisa
menghabiskan rokok hingga 5 batang setiap harinya. Saat ini, Pak I Made Saget
sudah mengurangi merokok, namun masih tetap merokok meski hanya satu
9

batang per harinya dan rokok yang dikonsumsi merupakan rokok gulungan sendiri
tanpa filter. Keluhan nyeri dan kaku lutut juga dialami oleh Ibu Nyoman Kentel
keluhannya mirip dengan Pak I Made Saget, hanya saja selain saat pagi hari, bila
sangat lelah bekerja nyeri dan kaku di lutut juga akan muncul. Saat nyeri muncul
baik Pak I Made Saget maupun Ibu Nyoman Kentel biasanya diantar berobat ke
bidan desa, biasanya akan diberikan suntikan dan obat penghilang rasa nyeri.
Selain keluhan-keluhan tersebut, ada lagi beberapa hal yang dapat
berpotensi mengganggu kesehatan keluarga ini yakni tidak adanya kamar mandi
dan juga jamban. Masalah ini tentunya akan berimbas pada kondisi kebersihan
diri keluarga. Selain memang tidak ada kamar mandi dan jamban, kondisi Desa
Batukaang yang tidak dapat dialiri air PDAM, sehingga keluarga harus membeli
air yang berimbas pada penggunaan air seminimal mungkin, bahkan untuk mandi
bisa hanya 2 kali selama satu minggu.
Selain itu, permasalahn mengenai tidak dimiliki kartu jaminan kesehatan
oleh karena masalah administrasi kependudukan juga menjadi perhatian penulis.
Karena seharusnya keluarga ini sudah memiliki kartu jaminan kesehatan yang
nantinya akan membantu mengurangi beban biaya kesehatan jika sewaktu-waktu
berobat ke Puskesmas ataupun Rumah Sakit.

1.3.2 Keluarga Bapak I Nyoman Duduk


Dari hasil kunjungan, diketahui bahwa pada keluarga Bapak I Nyoman
Duduk juga terdapat beberapa keluhan. Pak I Nyoman Duduk sendiri
mengeluhkan nyeri di lutut kanan dan kiri terutama saat bangun tidur yang
dirasakan sejak lama dan tidak ingat kapan pastinya keluhan ini muncul pertama
kali. Nyeri yang dirasakan seperti kaku dan akan membaik bila diisi balsam
penghangat. Sedangkan sang istri mengeluhkan akhir-akhir ini sering merasakan
nyeri di kepala bagian belakang terutama bagian leher belakang ke bagian atas.
Nyeri dirasakan seperti kaku, waktu munculnya keluhan pun tidak dapat
ditentukan, kadang muncul saat beraktIIIitas, kadang pada saat sedang bangun
tidur, untuk mengurangi keluhan biasanya hanya diurut saja dengan balsam oleh
suaminya. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan memang tekanan darahnya
yang tinggi yankni 150/100 mmHg. Ibu Reniasih mengaku tidak pernah
10

memeriksakan keluhannya tersebut ke bidan ataupun Puskesmas. Pada saat


pertama kali kunjungan didapatkan anak pertama dan ketiganya mengalami
demam sejak satu hari yang lalu, pada saat di ukur suhu masing-masing anak
pertama dan ketiga yaitu 38oC dan 37,6oC. Keluhan lain seperti batuk dan pilek
tidak ditemukan pada kedua anak tersebut. Jika sakit, keluarga ini berobat ke
bidan di Desa Batukaang ataupun Puskesmas Kintamani III mengingat lokasi
tersebut adalah lokasi pelayanan kesehatan yang paling dekat dengan tempat
tinggal mereka. Karena sudah memiliki kartu jaminan kesehatan yakni JKBM
membuat beban biaya kesehatan dapat diringankan.
Perilaku hidup bersih dan sehat keluarga Bapak I Nyoman Duduk
tergolong masih kurang. Meski sudah memiliki tempat mandi, akan tetapi masih
dirasakan kurang kebersihannya, terlebih belum adanya jamban. Selain itu
kurangnya ketersediaan air membuat keluarga ini harus menghemat pengguanaan
air sehari-harinya.

1.3.3 Keluarga Bapak Dewa Putu Raka


Berdasarkan hasil penelusuran didapatkan bahwa dalam keluarga ini
memiliki keluhan kesehatan. Pak Dewa Putu Raka sendiri memiliki keluhan
kebutaan yang dialami sejak lama, awalnya keluhan dimatanya hanya
pengelihatannya yang kabur, namun karena tidak pernah mendapat pengobatan
dan Pak Dewa Putu Raka menganggap keluhan akan hilang dengan sendirinya,
hingga akhirnya Pak Dewa Putu Raka mengalami kebutaan. Istri Pak Dewa Putu
Raka mengeluhkan fungsi pendengarannya yang agak menurun, selain itu tidak
ada keluhan lain yang dirasakan. Adik tiri Pak Dewa Putu Raka tidak memiliki
keluhan, sedangkan istrinya saat ini sedang hamil tua, namun dikatakan tidak ada
keluhan dan gerak janin dikatakan aktif.
Karena tidak memiliki kartu keluarga maka Pak Dewa Putu Raka tidak
dapat memiliki kartu jaminan kesehatan hal ini membuat Pak Dewa Putu Raka
tidak pernah datang berobat karena permasalahan biaya. Perilaku hidup sehat
keluarga Bapak Nyoman tergolong kurang, permasalahan kurangnya ketersediaan
air, tidak adanya kamar mandi dan jamban masih menjadi permasalahan di
keluarga ini.
11
BAB II
KEGIATAN HASIL PEMBINAAN PADA KELUARGA BINAAN

2.1 Promosi Kesehatan dan Partisipasi Keluarga


2.1.1 Keluarga Bapak I Made Saget
No. Tanggal Kegiatan
1. 1 Agustus 2017 Perkenalan dengan keluarga binaan
2. 4 Agustus 2017 Melakukan pemeriksaan kesehatan sederhana
dan berbincang mengenai permasalahan
kesehatan
3. 10 Agustus 2017 Promosi kesehatan tentang osteoarthritis
4. 13 Agustus 2017 Promosi kesehatan katarak dan mengedukasi
keluarga mengenai kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh RS Indra
5. 19 Agustus 2017 Promosi kesehatan tentang pentingnya
penerapan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) di Rumah Tangga
6. 25 Agustus 2017 perpisahan dan pemberian sembako pada
keluarga Bapak I Made Saget

Partisipasi keluarga bapak I Made Saget saat dilakukan promosi kesehatan


cukup antusias. Hal tersebut dapat terlihat pada saat dilakukan penyuluhan, Bapak
I Made Saget dan Ibu Nyoman Kentel menyimak dengan antusias dan
mengajukan beberapa pertanyaan. Kedua putranya juga banyak menanyakan
pertanyaan mengenai kesehatan mata dari I Made Saget.

2.1.2 Keluarga Bapak I Nyoman Duduk


No. Tanggal Kegiatan
1. 1 Agustus 2017 Perkenalan dengan keluarga binaan
2. 3 Agustus 2017 Melakukan pemeriksaan kesehatan
sederhana dan berbincang mengenai
permasalahan kesehatan
3. 10 Agustus 2017 Promosi kesehatan tentang osteoarthritis dan
Hipertensi
4. 15 Agustus 2017 Promosi kesehatan tentang pentingnya

12
13

penerapan perilaku hidup bersih dan sehat


(PHBS) di Rumah Tangga
5. 26 Agustus 2017 Promosi kesehatan tentang Posyandu serta
perpisahan dan pemberian sembako pada
keluarga Bapak I Nyoman Duduk

Partisipasi keluarga Bapak I Nyoman Duduk dalam kegiatan penyuluhan


yang dilakukan sudah berjalan dengan baik dan antusias. Beberapa kali kami
berdiskusi setelah kegiatan penyuluhan terutama PHBS dan imunisasi,
dikarenakan sebelum-sebelumnya keluarga ini tidak terlalu memperhatikan
kegiatan PHBS di rumah. Pak I Nyoman Duduk juga baru mengetahui apa
manfaat dari kegiatan bulanan Posyandu serta imunisasi yang ternyata banyak
manfaatnya dan gratis.

2.1.3 Keluarga Bapak Dewa Putu Raka


No. Tanggal Kegiatan
1. 1 Agustus 2017 Perkenalan dengan keluarga binaan
2. 4 Agustus 2017 Melakukan pemeriksaan kesehatan sederhana
dan berbincang mengenai permasalahan
kesehatan
3. 13 Agustus 2017 Promosi kesehatan katarak dan mengedukasi
keluarga mengenai Safari kesehatan Lansia
yang dapat dikuti oleh Pak Dewa Putu Raka
4. 19 Agustus 2017 Promosi kesehatan tentang pentingnya
penerapan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) di Rumah
5. 25 Agustus 2017 Promosi kesehetan mengenai gizi untuk Ibu
Hamil Perpisahan dan pemberian sembako
dan pakaian pada keluarga Bapak Dewa Putu
Raka

Keluarga Bapak Dewa Putu Raka, secara umum sangat senang dan
antusias dengan adanya promosi kesehatan, terutama untuk anggota keluarga
lainnya sehingga mereka lebih tahu bagaimana sebenarnya keadaan Bapak Dewa
14

Putu Raka. Begitu juga Bapak Wayan Seribek mengatakan akan lebih
memperhatikan gizi untuk istrinya yang sedang hamil.

2.2 Hasil Pembinaan Pada Keluarga Binaan


2.2.1 Keluarga Bapak I Made Saget
Dalam beberapa kali kunjungan melalui kegiatan PPD secara umum dalam
kegiatan pemeriksaan kesehatan maupun kegiatan promosi kesehatan yang
diberikan kepada keluarga Bapak I Made Saget, keluarga ini sangat senang dan
antusias. Mereka juga berterimakasih telah memilih keluarga ini untuk diberikan
promosi kesehatan tersebut. Bila dilihat evaluasi selama kegiatan yang dilakukan
sudah terjadi peningkatan pengetahuan khususnya mengenai kesehatan secara
umum dan permasalahan kesehatan yang mereka alami. Saat dilakukan
pemeriksaan kesehatan pada keluarga ini, keluarga sangat terbuka mengenai
keluhan yang dialami sehingga tidak kesulitan untuk menentukan topik-topik
promosi kesehatan apa saja yang akan diberikan pada keluarga ini. Mengenai
Osteoarthritis, keluarga ini terutama Pak I Made Saget dan Ibu Nyoman Kentel
semakin mengerti bagaimana sebenarnya keluhan tersebut, bagaimana
pengobatan, dan bagaimana mencegahnya. Keluarga ini menjadi semakin tau
bagaimana pentingnya istirahat dan tidak terlalu berat terutama dalam aktIIIitas
yang menggunakan sendi terutama lutut.
Topik mengenai katarak juga disambut antusias oleh keluarga ini, Pak I
Made Saget juga semakin tahu apa sebenernya yang dialami dan juga pengobatan
yang bisa ditempuh. Pada saat itu juga diberikan edukasi mengenai kartu jaminan
kesehatan yang dapat digunakan untuk kegiatan pengobatan misalkan di
Puskesmas. Diberikan juga penjelasan kepada putra dari Pak I Made Saget
pengobatan yang bagaiamana yang dapat ditempuh untuk mengobati keluhan
Ayahnya. Mengingat dari RS Indra akan melaksanakan kegiatan operasi katarak
gratis di Desa Demulih yang tentunya dapat diikuti oleh Pak I Made Saget.
Kegiatan promosi kesehatan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di keluarga
juga diikuti dengan antusias, keluarga ini menjadi lebih tahu mengenai pentingnya
mencuci tangan pakai sabun, asupan bergizi dan seimbang, bahaya merokok bagi
kesehatan, dan yang paling penting adalah tersedianya jamban dilingkungan
15

rumah, karena hal tersebut di respon positif oleh putra dari Pak I Made Saget,
karena akan direncakanan pembuatan Kamar mandi beserta pembuatan jamban di
rumah mereka. Pak I Made Saget memang seorang perokok, akan tetapi sudah
mulai mengurangi merokok sejak munculnya keluhan di matanya, dan setelah
mendapat promosi kesehatan bahaya merokok bagi kesehatan yang tercakup
dalam topik PHBS Pak I Made Saget mau untuk berhenti merokok, karena
memang selain berbahaya dari dalam dirinya sendiri sudah tumbuh keyakinan
untuk berhenti merokok.

2.2.2 Keluarga Bapak I Nyoman Duduk


Selama kegiatan PPD, secara umum untuk keluarga Bapak I Nyoman
Duduk selalu antusias mengikuti promosi kesehatan yang diberikan. Bapak I
Nyoman Duduk sendiri mengaku baru mengerti mengenai keluhan-keluhan yang
dirasakan selama ini. Yang paling terlihat adalah perubahan dari perilaku Ibu
Komang Reniasih yang memiliki tekanan darah tinggi dan sering mengeluhkan
nyeri dan kaku di tengkuknya, setelah mendapat promosi kesehatan mengenai
hipertensi, Ibu Reniasih menjadi lebih hati-hati dalam memilih makanan, saat
memasak pun Ibu Reniasih sudah mengurangi penggunaan garam dalam
masakannya. Selain itu Ibu Reniasih semakin peduli pada kesehatan anak-
anaknya, terbukti segera setelah kunjungan pertama anak-anak yang sakit di ajak
memeriksakan diri ke bidan untuk mendapat pengobatan. Anak yang paling kecil
pun sudah di ajak rutin ke posyandu setelah diberikan informasi mengenai apa itu
Posyandu, kegiatan apa saja yang dilakukan, serta manfaat yang didapat bila
datang rutin ke Posyandu. Selain itu, diberikan juga informasi mengenai imunisasi
dasar lengkap yang bisa didapatkan di Posyandu yang Ibu Reniasih sendiri baru
mengetahui manfaat diberikannya imunisasi pada anaknya.
Perilaku hidup bersih dan sehat lainnya juga sudah mulai dilakukan,
seperti mencuci tangan dengan sabun terutama sebelum waktu makan karena Ibu
Reniasih takut bila anak-anaknya terkena diare. Selain itu anak-anak dari keluarga
ini, terutama anak pertama dan kedua mulai rutin sikat gigi pagi dan malam hari
setelah diberikan sikat gigi gratis.
16

2.2.3 Keluarga Bapak Dewa Putu Raka


Antusisme dalam mengikuti kegiatan-kegiatan promosi kesehatan juga
nampak pada keluarga Bapak Dewa Putu Raka. Meski sudah tidak dapat melihat
Pak Dewa Putu Raka tetap ingin tahu apa sebenarnya yang dia alami karena
memang sejak awal sakit beliau tiudak pernah memeriksakan diri ke Puskesmas
begitu juga sebaliknya belum ada tenaga kesehatan yang datang ke rumahnya
untuk memeriksa kondisinya. Istri dan keluarga lainnya juga baru mengerti
bagaimana keadaan Pak Dewa Putu Raka, sehingga diharapkan keluarga mau
memaklumi dan lebih memperhatikan Bapak Dewa Putu Raka, hal ini terbukti
pada saat diadakan safari, bapak Wayan Seribek mau mengantarkan Bapak Dewa
Putu Raka untuk mendapat pemeriksaan kesehatan gratis.
Promosi kesehatan mengenai gizi Ibu hamil juga senang diikuti oleh bapak
Wayan Seribek beserta istrinya, mengingat sebelum-sebelumnya belum pernah
ada kegiatan serupa yang diadakan baik oleh Posyandu ataupun pihak lainnya.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat juga dijelaskan pada keluarga ini secara umum
untuk tetap menjaga kesehatan diri. Khusus bagi Bapak Wayan Seribek dan
istrinya dijelaskan agar nantinya dapat memberikan ASI ekslusif pada anak yang
sedang dikandung, dan agar melahirkan dibantu oleh tenaga kesehatan seperti
bidan.
BAB III
PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA KELUARGA BINAAN

3.1 Latar Belakang Kasus


Identitas Pasien
Nama : I Made Saget
Umur : 74 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Pendidikan : Tidak Sekolah
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Riwayat keluarga : Ada

Data Keluarga
Jenis Pendidika
No. Nama Status Umur (Th) Pekerjaan
Kelamin n
Kepala
Tidak Tidak
1. I Made Saget Keluarga 74 Lk
Sekolah bekerja
(KK)
Ni Nyoman Tidak
2. Istri 69 Pr Petani kebun
Kentel Sekolah
Wayan Tidak
3. Anak III 25 Lk Buruh pasir
Sukadana Sekolah
Sopir truk
Sampai SD
4. Made Suantara Anak V 18 Lk pengangkut
kelas 5
pasir

Riwayat Penyakit
Dari autoanamnesis didapatkan Pak I Made Saget mengeluhkan kedua
matanya yang kabur pengelihatannya sejak + 10 tahun yang lalu, keluhannya
seperti berkabut, semakin lama semakin kabur. Keluhan ini dirasakan terus
menerus sepanjang hari, baik saat melihat dekat ataupun jauh. Awalnya hanya
mata kanan yang kabur, namun setelah beberapa lama mata kabur pada mata
kanan semakin berat, dan mata kiri mulai ikut kabur juga pengelihatannya.
Pak I Made Saget juga mengeluhkan sering merasa nyeri dan kaku pada
kedua lututnya, nyeri dan kaku sudah dirasakan sejak + lima tahun yang lalu,

17
18

keluhan terutama muncul pagi hari saat bangun tidur, biasanya berlangsung kira-
kira sepuluh menit, dan membaik bila digerakkan.
Pak I Made Saget sendiri merupakan seorang perokok, beliau merokok
sejak usia muda, dahulu bisa menghabiskan rokok hingga 5 batang setiap harinya.
Saat ini, Pak I Made Saget sudah mengurangi merokok, namun masih tetap
merokok meski hanya satu batang per harinya dan rokok yang dikonsumsi
merupakan rokok gulungan sendiri tanpa filter.

3.2 Analisis Situasi Keluarga


3.2.1 Aspek Lingkungan Fisik Keluarga Binaan
Pak I Made Saget tinggal Desa Batukaang. Beliau memiliki satu bangunan
permanen hasil dari bantuan bedah rumah yang didapat sejak 5 tahun yang lalu
dan juga satu gubuk berdinding anyaman bambu beratap seng yang saat ini
digunakan sebagai dapur dan lebih sering Pak I Made Saget dan istri tidur di
gubuk ini, karena dekat perapian dikatakan jika tidur di bangunan ini akan terasa
lebih hangat. Ibu Ni Nyoman Kentel sehari-harinya memasak dengan kayu bakar.
Bangunan permanen yang berisi dua kamar tidur tersebut digunakan oleh kedua
putranya, namun kedua putranya jarang berada di rumah karena pekerjaan
mereka, hanya mungkin dalam seminggu sekali dua kali putra-putranya berada di
rumah. Pak I Made Saget tidak memiliki kamar mandi begitu juga jamban,
sehingga apabila buang air besar mereka mencari tegalan. Namun Pak I Made
Saget sudah memiliki bak penampungan air berkat bantuan dari yayasan
Australia. Rumah Pak I Made Saget sudah dialiri listrik berkat bantuan
pemasangan listrik gratis oleh PLN.

3.2.2 Aspek Sosial Ekonomi Keluarga Binaan


Memang saat ini Pak I Made Saget sudah tidak bekerja dan istrinya hanya
bekerja menggarap kebun orang lain, namun penghasilan yang didapat oleh kedua
putranya dikatakan mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari mereka. Pendapatan
yang didapat oleh sang istri hanya Rp 10.000,- perharinya, sedangkan putra
pertamanya perbulannya bisa mendapatkan pendapatan hingga Rp. 800.000,- dan
putra keduanya bisa mendapat penghasilan hingga Rp 1.500.000,- perbulannya.
19

Biasanya setiap putranya datang ke rumah maka mereka akan menitipkan uang
untuk kebutuhan sehari-hari Pak I Made Saget dan istri, kebutuha sehari-hari
mereka Rp 20.000,- hingga Rp 30.000,-.

3.2.3 Aspek Sosial Budaya Keluarga Binaan


Seluruh anggota keluarga Bapak I Made Saget beragama Hindu. Dalam
kegiatan petedunan sendiri Pak I Made Saget sudah tidak bisa lagi hadir di banjar,
sehingga kedua putranya lah yang saat ini bertugas tedun ke banjar, untuk biaya
iuran adat semuanya sudah ditanggung oleh anak-anak mereka. Namun, sang istri
masih sanggup untuk mengikuti petedunan di banjar seandainya akan ada kegiatan
besar keagamaan, banjar sendiri sudah memaklumi keadaan Pak I Made Saget.

3.2.4 Aspek Sosial Psikologis Keluarga Binaan


Aspek sosial psikologis pada keluarga ini cukup baik. Komunikasi
berjalan harmonis baik intern keluarga, antara orang tua dan anak-anknya, begitu
juga komunikasinya dengan anggota keluarga besar yang tinggal satu pekarangan
dengan keluarga Pak I Made Saget. Dengan tetangga dan masyarakat, hubungan
sosial keluarga ini tetap berjalan baik.

3.3 Rumusan Masalah dan Solusi Kasus


3.3.1 Status Kesehatan Anggota Keluarga
a. Status Gizi
Bapak I Made Saget memiliki status gizi cukup yaitu dengan tinggi badan
168 cm dan berat badan 60 kg, didapatkan BMI sebesar 21,25 kg/m 2. Sedangkan
anggota keluarga yang lain status gizinya masih dalam batas yang normal.
b. Kelahiran
Pak I Made Saget dikatakan lahir dengan normal, lahir di dukun beranak
di Batukaang, dan lahir segera menangis.
c. Kematian
Di keluarga Bapak I Made Saget tidak ada yang pernah mengalami
penyakit serius yang dapat merenggut nyawa.
d. Kesakitan
20

Dalam 3 bulan terakhir, Bapak I Made Saget sering mengalami sakit di


persendiannya, terutama sendi lutut kedua kakinya.
e. Latar Belakang Penyakit
Dari autoanamnesis didapatkan Pak I Made Saget mengeluhkan kedua
matanya yang kabur pengelihatannya sejak + 10 tahun yang lalu, keluhannya
seperti berkabut, semakin lama semakin kabur. Keluhan ini dirasakan terus
menerus sepanjang hari, baik saat melihat dekat ataupun jauh. Awalnya hanya
mata kanan yang kabur, namun setelah beberapa lama keluhan mata kabur pada
mata kanan semakin berat, dan mata kiri mulai ikut kabur juga pengelihatannya.
Hingga akhirnya Pak I Made Saget berhenti mengkonsumsi obat tersebut.
Pak I Made Saget juga mengeluhkan sering merasa nyeri dan kaku pada
kedua lututnya, nyeri dan kaku sudah dirasakan sejak + lima tahun yang lalu,
keluhan terutama muncul pagi hari saat bangun tidur, biasanya berlangsung kira-
kira sepuluh menit, dan membaik bila digerakkan.
Pak I Made Saget sendiri merupakan seorang perokok, beliau merokok
sejak usia muda, dahulu bisa menghabiskan rokok hingga 5 batang setiap harinya.
Saat ini, Pak I Made Saget sudah mengurangi merokok, namun masih tetap
merokok meski hanya satu batang per harinya dan rokok yang dikonsumsi
merupakan rokok gulungan sendiri tanpa filter.

3.3.2 Persepsi Keluarga Tentang Konsep Sehat-Sakit


Di keluarga Bapak I Made Saget, konsep mengenai sehat dan sakit itu
masih kurang tepat. Istilah sakit sendiri mereka artikan suatu keadaan kondisi
tubuh sehingga menimbulkan gangguan aktIIIitas sehari-hari dan sampai perlu
memeriksakan diri ke bidan ataupun Puskesmas untuk mendapat pengobatan.
Apabila belum menimbulkan gangguan maka dianggap belum sakit. Jadi apabila
hanya mengeluh masuk angin namun masih bisa melakukan fungsi kegiatan
sehari-hari mereka masih menganggap itu bukan sakit. Begitu juga pengertian
mengenai kata sehat, mereka mengartikan apabila tubuh masih mampu
melaksanakan fungsi dalam aktIIIitas sehari-hari mereka menganggap kondisi
badannya sehat. Padahal pengertian sehat itu sendiri bukan hanya mencakup
21

kondisi fisik tubuh saja, akan tetapi konsep sehat itu juga mencakup aspek mental
dan sosial.
a. Solusi Masalah Kesehatan
Sebagaiamana tujuan dari PPD, kami mahasiswa diharapkan mampu
menerapkan konsep dokter keluarga dalam mengambil langkah untuk
mengatasi masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga Bapak I Made Saget.
Prinsip-prinsip kedokteran keluarga yang dimaksud adalah sebagai berikut,
yaitu: personal, komprehensif, berkesinambungan, koordinatif dan kolaboratif,
mengutamakan pencegahan, serta memberdayakan keluarga dan/atau
masyarakat. Berdasarkan perbagai masalah yang telah diungkapkan oleh
keluarga Bapak I Made Saget, ada beberapa solusi yang saya usulkan dalam
membantu mengatasi permasalahan tersebut yang tetap mengacu pada konsep
kedoktern keluarga yakni:
A. Paripurna (Komprehensif)

1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer sendiri dimaksudkan suatu upaya pencegahan yang
ditujukan bagi mereka yang belum mengalami sakit, akan tetapi
diutamakan bagi mereka yang memiliki faktor resiko untuk menderita
suatu penyakit. Pencegahan primer sendiri terdiri dari peomosi
kesehatan seperti penyuluhan-penyuluhan dan juga proteksi spesifik.
1. Promosi kesehatan
a) Memberikan penjelasan kepada seluruh anggota keluarga dan juga
penderita mengenai definisi, faktor risiko, gejala, dan upaya
pencegahannya dari katarak itu sendiri, dalam upaya meningkatkan
pengetahuan tentang katarak.
b) Memberikan penjelasan kepada seluruh anggota keluarga dan juga
penderita mengenai definisi, faktor risiko, gejala, dan upaya
pencegahannya dari osteoarthritis itu sendiri, dalam upaya
meningkatkan pengetahuan tentang osteoarthritis.
2. Proteksi spesifik
a) Proteksi spesifik untuk katarak yang diderita oleh Bapak I Made
Saget bisa dilakukan beberapa hal seperti mengurangi kontak sinar
22

matahari langsung dan mengkonsumsi makanan yang mengandung


berbagai vitamin dan mineral seperti buah-buahan dan sayuran.
Dikarenakan katarak juga bisa disebabkan akibat timbulnya
penyakit yang mendasari seperti hipertensi dan diabetes melitus,
sehingga bisa disarankan juga untuk mengurangi makanan yang
manis, menjaga berat badan, serta tidak merokok dan menghindari
asap rokok.
b) Proteksi spesifik untuk osteoarthritis bisa dilakukan beberapa hal
yakni tidak terlalu banyak dan terlalu berat menggunakan sendi-
sendi badan seperti lutut, apabila setelah beraktIIIitas agar dapat
mengistirahatkan sendi, serta menjaga berat badan agar beban
sendi sebagai penyangga tubuh tidak menjadi semakin berat.

2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder terdiri dari deteksi dini penyakit dan juga
tatalaksana tepat, hal ini ditujukan pada mereka yang sudah memiliki
keluhan ataupun yang sudah menderita suatu penyakit. Tujuannya
adalah melakukan upaya yang dilakukan untuk deteksi dini adanya
penyakit atau gangguan kesehatan agar dapat dilakukan tatalaksana
sedini mungkin pula.
1. Deteksi Dini
a) Pihak LPPM dan juga RS Indera juga akan mengadakan kegiatan
skrining penyakit katarak di Puskesmas Kintamani III sehingga
Pak I Made Saget dapat diajak kesana untuk memeriksakan
kesehatan matanya.
b) Melakukan pemeriksaan kesehatan mengenai keluhan-keluhan
yang dirasakan oleh anggota keluarga. Kebetulan diadakan
kegiatan safari lansia dan juga bekerja sama dengan pihak
Puskesmas Kintamani III melaksanakan kegiatan puskesmas
keliling yang didalamnya ada kegiatan pengobatan gratis. Sehingga
anggota keluarga bisa mengetahui informasi dari keluhan yang
dirasakan.
23

3. Pengobatan yang Tepat


a) Terapi definitif untuk katarak sendiri adalah operasi ekstraksi lensa
atau yang lebih sering didengar dengan operasi katarak, mengingat
memang hampir 95% penderita katarak akan mendapat perbaikan
kondisi visual setelah dilakukan operasi katarak.
b) Memberikan pengobatan yang tepat dan mengingatkan untuk tetap
rajin menggunakan obat. Pengobatan yang dapat diberikan pada
pasien Osteoarthritis biasanya bersifat simptomatis untuk
mengurangi keluhan nyeri yang biasa dikeluhkan. Untuk
membantu mengurangi keluhan nyeri, pada saat kegiatan
pengobatan dari Puskesmas keliling Bapak I Made Saget diberikan
Piroxicam tablet 20 mg diminum sebanyak 2 kali sehari, dan
diminum setelah makan.
c) Dianjurkan agar keluarga mengawasi dan memotIIIasi penderita
untuk menjalani pengobatan.

3. Pencegahan Tersier
Merupakan pencegahan dengan sasaran utamanya adalah penderita
penyakit tertentu, dalam usaha mencegah bertambah beratnya
penyakit atau mencegah terjadinya cacat serta program rehabilitasi.
Bertujuan untuk menurunkan kelemahan dan kecacatan dan
memperkecil penderitaan.
a) Menyarankan Bapak I Made Saget untuk mulai mengurangi
aktIIIitas terutama yang melibatkan sendi-sendi lututnya.
b) Memberikan KIE pada Ibu Nyoman Kentel dan kedua putranya
supaya selalu menemani Bapak I Made Saget seandainya akan
bepergian keluar rumah mengingat kondisi pengelihatan yang
sudah menurun dan kabur, sehingga dapat menjauhkan dari
kejadian kecelakaan di jalan raya.
c) Menyarankan pada anggota keluarga untuk saling mendukung agar
lebih semangat menjalani aktIIIitas sehari-hari.
24

B. Berkesinambungan
a) Karena katarak dan osteoarthritis merupakan penyakit kronis
sehingga pengobatan tetap harus dilanjutkan, bukan hanya sekedar
minum obat tetapi kontrol rutin ke Puskesmas dapat dilakukan
sebagai upaya pemantauan perkembangan pengobatan dan perubahan
yang terjadi pada penderita.
b) Memantau perkembangan penyakit penderita dengan rutin
mengadakan kunjungan rumah setiap minggunya.

C. Koordinatif dan kolaboratif


a) Memberikan edukasi kepada keluarga Bapak I Made Saget untuk ikut
berpartisipasi aktif dalam pengobatan penderita. Partisipasi yang
dimaksud misalnya selalu mengantarkan penderita setiap kali berobat
dan mengawasai pengobatan penderita, serta selalu memberikan
dukungan agar penderita tetap mau menjalani pengobatan dengan
baik.
b) Menyarankan kepada Puskesmas III Kintamani dimana Puskesmas ini
lah yang memwilayahi Desa Batukaang, agar tetap rutin
melaksanakan kegiatan Puskesmas Keliling sehingga pada penderita
yang tidak dapat datang langsung ke Puskesmas III Kintamani bisa
tetap mendapat pelayanan melalui kegiatan ini dan dapat dipantau
juga mengenai pengobatan yang dijalani. Serta mengupayakan
kerjasama dengan pihak ahli fisioterapi dan ahli rehabilitasi medik
agar pengobatan yang dijalani menjadi lebih optimal.
c) Mengkoordinasikan kepada kantor Perbekel Desa Batukaang agar
dapat diupayakan penyelesasian dari masalah administrasi dualisme
data yang mengakibatkan Bapak I Made Saget belum juga dapat
mengurus kartu jaminan kesehatan, yang apabila sudah dimiliki akan
memudahkan dan meringankan biaya pengobatan yang dilakukan.
25

D. Mengutamakan Pencegahan
a) Mengurangi kontak sinar matahari langsung dan mengkonsumsi
makanan yang mengandung berbagai vitamin dan mineral seperti
buah-buahan dan sayuran. Dikarenakan katarak juga bisa disebabkan
akibat timbulnya penyakit yang mendasari seperti hipertensi dan
diabetes melitus, sehingga bisa disarankan juga untuk mengurangi
makanan yang manis, menjaga berat badan, serta tidak merokok dan
menghindari asap rokok.
b) Menyarankan pasien agar senantiasa dapat mengoptimalkan waktu
istirahat, agar tidak terlalu lelah berkegiatan dan juga nantinya akan
berdampak kepada kesehatan sendi. Meskipun harus beristirahat,
pasien juga tetap harus menjaga berat badan yakni melalui diet
makanan dan juga kegiatan fisik yang tentunya dipilih aktIIIitas fisik
yang tidak memberatkan kerja sendi seperti berenang. Dan kecukupan
aktIIIitas juga harus diatur paling tidak 30 menit sehari, 3 kali
seminggu.

E. Menimbang keluarga, masyarakat dan lingkungannya


a) Mengedukasi anggota keluarga lainnnya mengenai kondisi kesehatan
Bapak I Made Saget adalah salah satu cara agar naggota keluarga yang
lain dapat menyadari dan mengetahui bagaimana sebaiknya bentuk
dukungan yang harus diberikan, selain itu anggota keluarga lainnya
bisa lebih waspada dan mampu melakukan pencegahan agar nantinya
tidak mengalami keluhan kesehatan seperti yang di alami oleh Bapak I
Made Saget. Mengenai pengobatan yang akan dijalani dirasa tidak
terlalu memberatkan kedua putranya mengingat pendapatan yang
dimiliki oelh kedua putranya dirasa mencukupi. Pertimbangan
prognosis juga wajib diketahui oleh anggota keluarga lainnya sebagai
bentuk edukasi agar keluarga dapat memahami sebenarnya tujuan
pengobatan yang dijalani.
b) Saat ini Pak I Made Saget sudah mulai mengurangi kegiatan
kemasyarakatan seperti petedunan dan gotong royong, masyarakat
26

disana juga perlu diberikan edukasi mengenai penyakit katarak dan


osteoarthritis sehingga masyarakat dapat lebih tahu mengenai penyakit
tersebut dan juga dapat memperlakukan penderita dengan benar.

F. Personal
Konsep personal yang dimaksud disini adalah memperlakukan dan
mengobati pasien sebagai manusia yang seutuhnya bukan hanya
memberikan pengobatan tentang penyakit apa yang diderita, melainkan
tetap memperhatikan berbagai aspek lainnya seperti aspek biologis,
psikologis, sosial ekonomi, budaya, serta agamanya. Memperhatikan
penderita secara holistik dikarenakan setiap penderita memiliki karakter
yang berbeda yang disesuaikan melalui aspek-aspek tadi, sehingga
penanganan dapat lebih sesuai.
a) Secara biologis, penderita dan keluarga diberikan penyuluhan
mengenai penyakit katarak dan osteoarthritis, begitu juga memberikan
informasi mengenai pengobatan apa yang kiranya dapat ditempuh.
Peran anggota keluarga yang lain sangat diperlukan dalam
pemantauan pengobatan seperti tetap mengingatkan untuk rutin
meminum obat yang telah diberikan dan juga rutin membawa
penderita ke Puskesmas sebagai bentuk dukungan untuk memantau
perkembangan penyakit yang diderita.
b) Secara psikologis, dukungan dari anggota keluarga yang lain
khusunya kedua putra penderita sangat diperlukan agar pengobatan
yang optimal dapat dilakukan. Meningkatkan kasih sayang,
keharmonisan dalam keluarga dijaga dengan baik dan perhatian
kepada penderita merupakan bentuk dukungan secara psikologis yang
dapat diberikan. Menyarankan kepada kedua putra penderita agar
lebih sering mengunjungi orang tuanya dikala senggang waktu
bekerja.
c) Secara sosial ekonomi, meski pendapatan dari penderita dirasa sudah
mencukupi akan tetapi lebih baik segera dibuatkan kartu jaminan
kesehatan karena akan banyak manfaat yang didapat, mengingat
27

pengobatan untuk penderita akan memakan waktu lama dan juga


baiaya yang mahal bila memang akan dilakukan operasi. Kartu
jaminan kesehatan nantinya dapat digunakan untuk mendapat operasi
katarak gratis.
d) Secara budaya dan agama, penderita dan anggota keluarga yang lain
harus tetap berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa karena beliaulah
yang menentukan segalanya.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan
a) Selama kegiatan PPD, telah dapat dilakukan pendampingan kepada tiga
kelurga dengan permasalahannya masing-masing dan telah diberikan
solusi melalui berbagai bidang baik ekonomi, sosial, dan budaya, serta
permasalahan kesehatan melalui konsep kedokteran keluarga, khusunya
dengan memberikan promosi kesehatan.
b) Kasus katarak dan osteoarthritis erat kaitannya dengan kegiatan
kedokteran keluarga. Mengingat perjalanan penyakit yang perlu terus
dimonitor, dan juga bila sejak awal faktor-faktor resiko dapat ditangani
seiring bertambahnya usia dan jika dapat diteksi secara dini kesakitan yang
berlanjut dapat dicegah. Sehingga diperlukan intervensi yang terus
menerus, kerja sama antar berbagai pihak, baik pihak pasien, keluarga,
penyedia pelayanan kesehatan, dan pemerintah. Intervensi bukan hanya
terhadap penyakitnya saja akan tetapi, melihat sebagaimana manusia
seutuhnya.

4.2 Saran
a) Peran anggota keluarga yang lain sangat penting dalam upaya mencapai
kesehatan yang optimal melalui berbagai aspek dukungan yang diberikan.
Diharapkan juga tetap mewaspadai berbagai faktor resiko yang ada agar
dapat terhindar dari penyakit.
b) Diperlukan intervensi yang terus menerus dan kerja sama antar berbagai
pihak, baik pihak pasien, keluarga, penyedia pelayanan kesehatan, dan
pemerintah, mengingat permasalahan yang dialami oleh keluarga binaan
sangat bervariasi dan melingkupi berbagai bidang permasalahan.

28
LAMPIRAN

Keluarga I Made Saget Pemeriksaan Bapak I Made Saget

Pemeriksaan Bapak I Nyoman Duduk Keluarga I Nyoman Duduk

Pemberian Sembako dan Obat-Obatan Keluarga Dewa Putu Raka

29

Anda mungkin juga menyukai