LAPORAN
HASIL PEMBINAAN KELUARGA DAN PENANGGULANGAN
PENYAKIT/MASALAH KATARAK DAN OSTEOARTHRITIS
DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA
OLEH
Odilia Dea Novena
1202005190
Keluarga Binaan:
I Made Saget
I Nyoman Duduk
Dewa Putu Raka
HALAMAN SAMPUL
DALAM RANGKA PELATIHAN PRA DOKTER ke-76
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIIIERSITAS UDAYANA
i
ii
2017
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
DAFTAR ISI ii
BAB I LATAR BELAKANG KELUARGA BINAAN 1
1.1 Data Demografi.........................................................................................1
1.1.1 Keluarga Bapak I Made Saget 1
1.1.2 Keluarga Bapak I Nyoman Duduk 1
1.1.3 Keluarga Bapak Dewa Putu Raka 2
1.2 Status Ekonomi.........................................................................................3
1.2.1 Keluarga Bapak I Made Saget 3
1.2.2 Keluarga Bapak I Nyoman Duduk 4
1.2.3 Keluarga Bapak Dewa Putu Raka 6
1.3 Rumusan Masalah Masing-Masing Keluarga Binaan...............................8
1.3.1 Keluarga Bapak I Made Saget 8
1.3.2 Keluarga Bapak I Nyoman Duduk 9
1.3.3 Keluarga Bapak Dewa Putu Raka 10
BAB II KEGIATAN HASIL PEMBINAAN PADA KELUARGA BINAAN
12
2.1 Promosi Kesehatan dan Partisipasi Keluarga..........................................12
2.1.1 Keluarga Bapak I Made Saget 12
2.1.2 Keluarga Bapak I Nyoman Duduk 12
2.1.3 Keluarga Bapak Dewa Putu Raka 13
2.2 Hasil Pembinaan Pada Keluarga Binaan.................................................14
2.2.1 Keluarga Bapak I Made Saget 14
2.2.2 Keluarga Bapak I Nyoman Duduk 15
2.2.3 Keluarga Bapak Dewa Putu Raka 16
BAB III PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA KELUARGA BINAAN
17
3.1 Latar Belakang Kasus.............................................................................17
3.2 Analisis Situasi Keluarga........................................................................18
3.2.1 Aspek Lingkungan Fisik Keluarga Binaan 18
3.2.2 Aspek Sosial Ekonomi Keluarga Binaan 18
3.2.3 Aspek Sosial Budaya Keluarga Binaan 19
3.2.4 Aspek Sosial Psikologis Keluarga Binaan 19
3.3 Rumusan Masalah dan Solusi Kasus......................................................19
3.3.1 Status Kesehatan Anggota Keluarga 19
3.3.2 Persepsi Keluarga Tentang Konsep Sehat-Sakit 20
BAB III SIMPULAN DAN SARAN 28
4.1 Simpulan.................................................................................................28
4.2 Saran........................................................................................................28
LAMPIRAN 29
iii
BAGIAN PERTAMA – HASIL PEMBINAAN KELUARGA
BAB I
LATAR BELAKANG KELUARGA BINAAN
1
2
sayuran. Keluarga ini tidak memiliki jamban, hanya sebuah gubuk yang
digunakan sebagai tempat mandi agar tertutup, sehingga apabila ingin buang air
besar biasanya pergi ke tegalan.
Pendapatan bapak I Nyoman Duduk sehari-harinya berasal dari
penghasilan pekerjaannya sebagai buruh dan pencari bambu, dan juga dari
penghasilan istrinya berasal dari produksi semat, namun dikatakan besaran
pendapatannya tidak menentu. Penghasilan rata-rata dari keluarga I Nyoman
Duduk mencapai kurang lebih Rp 60.000.00 /hari, kalau tidak ada panggilan
untuk mencari bambu berarti tidak memiliki penghasilan sama sekali dan Bapak I
Nyoman Duduk hanya membantu istrinya membuat semat dan juga waktunya bisa
digunakan untuk menggarap kebunnya. Penghasilan istrinya tergantung semat
yang dibuat, satu ikat besar di jual dengan harga +Rp 60.000.00 dan waktu yang
diperlukan untuk pembuatan semat sampai + 2 Bulan.
Untuk kebutuhan sehari-hari biaya yang dikeluarkan oleh bapak I Nyoman
Duduk + Rp 50.000.00 per-hari untuk membeli beras 1kg, lauk, sayuran, dan uang
jajan untuk kedua anaknya sedang duduk di bangku SD dan PAUD, serta
perlengkapan persembahyangan sebagai kebutuhan pokok. Pengeluaran dibidang
kesehatan merupakan hal-hal yang bersifat insidental, yang hanya terjadi apabila
tiba-tiba ada anggota keluarga yang sakit, saat itulah biaya kesehatan diperlukan.
Jadi, untuk biaya kesehatan tidak dapat diprediksi pengeluarannya. Beruntungnya,
keluarga ini sudah memiliki kartu jaminan kesehatan yakni JKBM hal tersebut
meringankan biaya kesehatan yang dikeluarkan pada saat ada keluarga yang
sedang sakit. Selain itu Ibu Reniasih juga rutin mengajak anaknya yang paling
kecil untuk datang ke Posyandu untuk memantau pertumbuhan dan mendapatkan
imunisasi dan vitamin. Untuk kegiatan yang berhubungan dengan kerohanian,
Keluarga Bapak I Nyoman Duduk cukup menggunakan apa yang mereka miliki
dan yang mereka mampu untuk dipersembahkan. Bali memang memiliki ikatan
sosial antar warga dan banjar/desa yang sangat erat, sehingga apapun yang
diperlukan oleh banjar/desa kita harus turut serta baik berupa tenaga maupun
materi yang terlebih besar lagi apabila ada iuran banjar, uang suka duka meliputi
uang sukalera warga sakit, warga yang mengalami kematian atau ngaben, hadiah
atau sumbangan pada acara manusia yadnya, apalagi penduduk Desa Batukaang
6
yang terbilang sedikit dalam proses pembangunan sehingga uang iuran banjar
terhitung lebih besar. Besarnya alokasi dana yang dikeluarkan oleh Bapak I
Nyoman Duduk untuk kebutuhan sosial adalah sebesar +Rp 60.000.00.
daerah yang tidak dialiri air PDAM, sehingga semua masyarakat desa membeli air
untuk ditampung dan digunakan sehari-hari. Bak air ini pun didapat dari bantuan
yang diberikan yayasan yang berasal dari Australia sekitar + 10 tahun yang lalu.
Pendapatan Keluarga ini umumnya berasal dari istri pak Dewa Putu Raka
dan adik tirinya yakni Wayan Seribek, sedangkan pak Dewa Putu Raka sudah
tidak dapat bekerja lagi, karena sudah sama sekali tidak dapat melihat. Istri pak
Dewa Putu Raka sendiri hanya bekerja sebagai pengasuh anak-anak dari
tetangganya dan hanya mendapatkan upah Rp. 10.000 per harinya. Tidak ada
pekerjaan lain yang dilakukan dikarenakan keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan. Sedangkan adik tiri pak Dewa Putu Raka yakni pak Wayan Seribek
bekerja sebagai penjual burung yang penghasilannya tidak menetap, bila ada
rejeki bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp. 300.000, namun bila tidak ada
burung yang dijual maka tidak ada penghasilan yang didapat. Pak Wayan Seribek
mensiasati hal tersebut dengan cara berjualan dengan berpindah-pindah tempat.
Sedangkan istri pak Wayan Seribek saat ini tidak bekerja dikarenakan tengah
hamil tua, dahulu dikatakan bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
Pemenuhan kebutuhan dari keluarga Dewa Putu Raka terbatas hanya pada
pemenuhan kebutuhan pokok ataupun kebutuhan primer saja seperti untuk
konsumsi, kesehatan, kerohanian dan sosial karena keterbatasan penghasilannya.
Untuk kebutuhan sehari-hari, perkiraan biayanya sekitar + Rp. 50.000,
dikarenakan ada anak kecil dan juga ibu hamil. Biasanya pendapatan yang ada
digunakan untuk membeli beras, sayuran, dan kebutuhan dasar lainnya. Keluarga
ini sudah kira-kira 3 bulan tidak lagi mendapatkan bantuan beras bulog. Dan
keluarga ini pun bingung apa alasan mengapa tidak lagi mendapat bantuan beras.
Untuk air biasanya keluarga ini membeli dari pedagang air satu truck seharga Rp
200.000 yang habis digunakan selama + 1 bulan. Pengeluaran dibidang kesehatan
saat ini paling sering dikeluarkan untuk pemeriksaan rutin istri adik tiri dari Pak
Dewa Putu Raka untuk kontrol ke bidan. Pak Dewa Putu Raka sendiri sudah
mempasrahkan keadaan penyakitnya sehingga sudah tidak lagi ingin
memeriksakan kesehatan dirinya. Untuk anggota keluarga lain kebutuhan
kesehatan hanya bersifat insidental pada saat anggota keluarga mengalami sakit.
Oleh karena Bapak Dewa Putu Raka dan Ibu Nengah Sentiri tidak memiliki kartu
8
keluarga, sehingga sampai saat inipun keluarga ini belum memiliki kartu jaminan
kesehatan baik JKBM maupun BPJS. Sedangkan untuk Bapak Wayan Seribek
sudah memiliki kartu JKBM sehingga untuk biaya persalinan nanti sudah dapat
diatasi. Dalam kegiatan petedunan sendiri sebagai orang Bali biasanya mendapat
tugas membayar iuran ke banjar rutin untuk kegiatan piodalan, pengabenan, dan
kegiatan besar keagamaan lainnya. Pak Dewa Putu Raka sendiri memiliki
tanggung jawab yang berbeda dengan Pak Wayan Seribek dikarenakan keduanya
dianggap sudah memiliki rumah tangga sendiri. Namun, dikarenakan keterbatasan
yang dimiliki oleh Pak Dewa Putu Raka sehingga pihak desa adat memberi
keringanan untuk tidak membayar biaya urunan adat, akan tetapi sang istri Ibu
Nengah Sarinten harus tetap datang ke petedunan banjar seandainya ada kegiatan
gotong royong untuk acara besar keagamaan. Hal tersebut sudah dianggap sangat
meringankan beban Pak Dewa Putu Raka. Sedangkan Pak Wayan Seribek tetap
memiliki tanggung jawab urunan banjar yang berbeda-beda tiap kali aka nada hari
besar keagamaan, terkadang membayar dalam bentuk uang, barang berupa beras
dan gula, ataupun harus datang ke banjar untuk bergotong royong.
batang per harinya dan rokok yang dikonsumsi merupakan rokok gulungan sendiri
tanpa filter. Keluhan nyeri dan kaku lutut juga dialami oleh Ibu Nyoman Kentel
keluhannya mirip dengan Pak I Made Saget, hanya saja selain saat pagi hari, bila
sangat lelah bekerja nyeri dan kaku di lutut juga akan muncul. Saat nyeri muncul
baik Pak I Made Saget maupun Ibu Nyoman Kentel biasanya diantar berobat ke
bidan desa, biasanya akan diberikan suntikan dan obat penghilang rasa nyeri.
Selain keluhan-keluhan tersebut, ada lagi beberapa hal yang dapat
berpotensi mengganggu kesehatan keluarga ini yakni tidak adanya kamar mandi
dan juga jamban. Masalah ini tentunya akan berimbas pada kondisi kebersihan
diri keluarga. Selain memang tidak ada kamar mandi dan jamban, kondisi Desa
Batukaang yang tidak dapat dialiri air PDAM, sehingga keluarga harus membeli
air yang berimbas pada penggunaan air seminimal mungkin, bahkan untuk mandi
bisa hanya 2 kali selama satu minggu.
Selain itu, permasalahn mengenai tidak dimiliki kartu jaminan kesehatan
oleh karena masalah administrasi kependudukan juga menjadi perhatian penulis.
Karena seharusnya keluarga ini sudah memiliki kartu jaminan kesehatan yang
nantinya akan membantu mengurangi beban biaya kesehatan jika sewaktu-waktu
berobat ke Puskesmas ataupun Rumah Sakit.
12
13
Keluarga Bapak Dewa Putu Raka, secara umum sangat senang dan
antusias dengan adanya promosi kesehatan, terutama untuk anggota keluarga
lainnya sehingga mereka lebih tahu bagaimana sebenarnya keadaan Bapak Dewa
14
Putu Raka. Begitu juga Bapak Wayan Seribek mengatakan akan lebih
memperhatikan gizi untuk istrinya yang sedang hamil.
rumah, karena hal tersebut di respon positif oleh putra dari Pak I Made Saget,
karena akan direncakanan pembuatan Kamar mandi beserta pembuatan jamban di
rumah mereka. Pak I Made Saget memang seorang perokok, akan tetapi sudah
mulai mengurangi merokok sejak munculnya keluhan di matanya, dan setelah
mendapat promosi kesehatan bahaya merokok bagi kesehatan yang tercakup
dalam topik PHBS Pak I Made Saget mau untuk berhenti merokok, karena
memang selain berbahaya dari dalam dirinya sendiri sudah tumbuh keyakinan
untuk berhenti merokok.
Data Keluarga
Jenis Pendidika
No. Nama Status Umur (Th) Pekerjaan
Kelamin n
Kepala
Tidak Tidak
1. I Made Saget Keluarga 74 Lk
Sekolah bekerja
(KK)
Ni Nyoman Tidak
2. Istri 69 Pr Petani kebun
Kentel Sekolah
Wayan Tidak
3. Anak III 25 Lk Buruh pasir
Sukadana Sekolah
Sopir truk
Sampai SD
4. Made Suantara Anak V 18 Lk pengangkut
kelas 5
pasir
Riwayat Penyakit
Dari autoanamnesis didapatkan Pak I Made Saget mengeluhkan kedua
matanya yang kabur pengelihatannya sejak + 10 tahun yang lalu, keluhannya
seperti berkabut, semakin lama semakin kabur. Keluhan ini dirasakan terus
menerus sepanjang hari, baik saat melihat dekat ataupun jauh. Awalnya hanya
mata kanan yang kabur, namun setelah beberapa lama mata kabur pada mata
kanan semakin berat, dan mata kiri mulai ikut kabur juga pengelihatannya.
Pak I Made Saget juga mengeluhkan sering merasa nyeri dan kaku pada
kedua lututnya, nyeri dan kaku sudah dirasakan sejak + lima tahun yang lalu,
17
18
keluhan terutama muncul pagi hari saat bangun tidur, biasanya berlangsung kira-
kira sepuluh menit, dan membaik bila digerakkan.
Pak I Made Saget sendiri merupakan seorang perokok, beliau merokok
sejak usia muda, dahulu bisa menghabiskan rokok hingga 5 batang setiap harinya.
Saat ini, Pak I Made Saget sudah mengurangi merokok, namun masih tetap
merokok meski hanya satu batang per harinya dan rokok yang dikonsumsi
merupakan rokok gulungan sendiri tanpa filter.
Biasanya setiap putranya datang ke rumah maka mereka akan menitipkan uang
untuk kebutuhan sehari-hari Pak I Made Saget dan istri, kebutuha sehari-hari
mereka Rp 20.000,- hingga Rp 30.000,-.
kondisi fisik tubuh saja, akan tetapi konsep sehat itu juga mencakup aspek mental
dan sosial.
a. Solusi Masalah Kesehatan
Sebagaiamana tujuan dari PPD, kami mahasiswa diharapkan mampu
menerapkan konsep dokter keluarga dalam mengambil langkah untuk
mengatasi masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga Bapak I Made Saget.
Prinsip-prinsip kedokteran keluarga yang dimaksud adalah sebagai berikut,
yaitu: personal, komprehensif, berkesinambungan, koordinatif dan kolaboratif,
mengutamakan pencegahan, serta memberdayakan keluarga dan/atau
masyarakat. Berdasarkan perbagai masalah yang telah diungkapkan oleh
keluarga Bapak I Made Saget, ada beberapa solusi yang saya usulkan dalam
membantu mengatasi permasalahan tersebut yang tetap mengacu pada konsep
kedoktern keluarga yakni:
A. Paripurna (Komprehensif)
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer sendiri dimaksudkan suatu upaya pencegahan yang
ditujukan bagi mereka yang belum mengalami sakit, akan tetapi
diutamakan bagi mereka yang memiliki faktor resiko untuk menderita
suatu penyakit. Pencegahan primer sendiri terdiri dari peomosi
kesehatan seperti penyuluhan-penyuluhan dan juga proteksi spesifik.
1. Promosi kesehatan
a) Memberikan penjelasan kepada seluruh anggota keluarga dan juga
penderita mengenai definisi, faktor risiko, gejala, dan upaya
pencegahannya dari katarak itu sendiri, dalam upaya meningkatkan
pengetahuan tentang katarak.
b) Memberikan penjelasan kepada seluruh anggota keluarga dan juga
penderita mengenai definisi, faktor risiko, gejala, dan upaya
pencegahannya dari osteoarthritis itu sendiri, dalam upaya
meningkatkan pengetahuan tentang osteoarthritis.
2. Proteksi spesifik
a) Proteksi spesifik untuk katarak yang diderita oleh Bapak I Made
Saget bisa dilakukan beberapa hal seperti mengurangi kontak sinar
22
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder terdiri dari deteksi dini penyakit dan juga
tatalaksana tepat, hal ini ditujukan pada mereka yang sudah memiliki
keluhan ataupun yang sudah menderita suatu penyakit. Tujuannya
adalah melakukan upaya yang dilakukan untuk deteksi dini adanya
penyakit atau gangguan kesehatan agar dapat dilakukan tatalaksana
sedini mungkin pula.
1. Deteksi Dini
a) Pihak LPPM dan juga RS Indera juga akan mengadakan kegiatan
skrining penyakit katarak di Puskesmas Kintamani III sehingga
Pak I Made Saget dapat diajak kesana untuk memeriksakan
kesehatan matanya.
b) Melakukan pemeriksaan kesehatan mengenai keluhan-keluhan
yang dirasakan oleh anggota keluarga. Kebetulan diadakan
kegiatan safari lansia dan juga bekerja sama dengan pihak
Puskesmas Kintamani III melaksanakan kegiatan puskesmas
keliling yang didalamnya ada kegiatan pengobatan gratis. Sehingga
anggota keluarga bisa mengetahui informasi dari keluhan yang
dirasakan.
23
3. Pencegahan Tersier
Merupakan pencegahan dengan sasaran utamanya adalah penderita
penyakit tertentu, dalam usaha mencegah bertambah beratnya
penyakit atau mencegah terjadinya cacat serta program rehabilitasi.
Bertujuan untuk menurunkan kelemahan dan kecacatan dan
memperkecil penderitaan.
a) Menyarankan Bapak I Made Saget untuk mulai mengurangi
aktIIIitas terutama yang melibatkan sendi-sendi lututnya.
b) Memberikan KIE pada Ibu Nyoman Kentel dan kedua putranya
supaya selalu menemani Bapak I Made Saget seandainya akan
bepergian keluar rumah mengingat kondisi pengelihatan yang
sudah menurun dan kabur, sehingga dapat menjauhkan dari
kejadian kecelakaan di jalan raya.
c) Menyarankan pada anggota keluarga untuk saling mendukung agar
lebih semangat menjalani aktIIIitas sehari-hari.
24
B. Berkesinambungan
a) Karena katarak dan osteoarthritis merupakan penyakit kronis
sehingga pengobatan tetap harus dilanjutkan, bukan hanya sekedar
minum obat tetapi kontrol rutin ke Puskesmas dapat dilakukan
sebagai upaya pemantauan perkembangan pengobatan dan perubahan
yang terjadi pada penderita.
b) Memantau perkembangan penyakit penderita dengan rutin
mengadakan kunjungan rumah setiap minggunya.
D. Mengutamakan Pencegahan
a) Mengurangi kontak sinar matahari langsung dan mengkonsumsi
makanan yang mengandung berbagai vitamin dan mineral seperti
buah-buahan dan sayuran. Dikarenakan katarak juga bisa disebabkan
akibat timbulnya penyakit yang mendasari seperti hipertensi dan
diabetes melitus, sehingga bisa disarankan juga untuk mengurangi
makanan yang manis, menjaga berat badan, serta tidak merokok dan
menghindari asap rokok.
b) Menyarankan pasien agar senantiasa dapat mengoptimalkan waktu
istirahat, agar tidak terlalu lelah berkegiatan dan juga nantinya akan
berdampak kepada kesehatan sendi. Meskipun harus beristirahat,
pasien juga tetap harus menjaga berat badan yakni melalui diet
makanan dan juga kegiatan fisik yang tentunya dipilih aktIIIitas fisik
yang tidak memberatkan kerja sendi seperti berenang. Dan kecukupan
aktIIIitas juga harus diatur paling tidak 30 menit sehari, 3 kali
seminggu.
F. Personal
Konsep personal yang dimaksud disini adalah memperlakukan dan
mengobati pasien sebagai manusia yang seutuhnya bukan hanya
memberikan pengobatan tentang penyakit apa yang diderita, melainkan
tetap memperhatikan berbagai aspek lainnya seperti aspek biologis,
psikologis, sosial ekonomi, budaya, serta agamanya. Memperhatikan
penderita secara holistik dikarenakan setiap penderita memiliki karakter
yang berbeda yang disesuaikan melalui aspek-aspek tadi, sehingga
penanganan dapat lebih sesuai.
a) Secara biologis, penderita dan keluarga diberikan penyuluhan
mengenai penyakit katarak dan osteoarthritis, begitu juga memberikan
informasi mengenai pengobatan apa yang kiranya dapat ditempuh.
Peran anggota keluarga yang lain sangat diperlukan dalam
pemantauan pengobatan seperti tetap mengingatkan untuk rutin
meminum obat yang telah diberikan dan juga rutin membawa
penderita ke Puskesmas sebagai bentuk dukungan untuk memantau
perkembangan penyakit yang diderita.
b) Secara psikologis, dukungan dari anggota keluarga yang lain
khusunya kedua putra penderita sangat diperlukan agar pengobatan
yang optimal dapat dilakukan. Meningkatkan kasih sayang,
keharmonisan dalam keluarga dijaga dengan baik dan perhatian
kepada penderita merupakan bentuk dukungan secara psikologis yang
dapat diberikan. Menyarankan kepada kedua putra penderita agar
lebih sering mengunjungi orang tuanya dikala senggang waktu
bekerja.
c) Secara sosial ekonomi, meski pendapatan dari penderita dirasa sudah
mencukupi akan tetapi lebih baik segera dibuatkan kartu jaminan
kesehatan karena akan banyak manfaat yang didapat, mengingat
27
4.1 Simpulan
a) Selama kegiatan PPD, telah dapat dilakukan pendampingan kepada tiga
kelurga dengan permasalahannya masing-masing dan telah diberikan
solusi melalui berbagai bidang baik ekonomi, sosial, dan budaya, serta
permasalahan kesehatan melalui konsep kedokteran keluarga, khusunya
dengan memberikan promosi kesehatan.
b) Kasus katarak dan osteoarthritis erat kaitannya dengan kegiatan
kedokteran keluarga. Mengingat perjalanan penyakit yang perlu terus
dimonitor, dan juga bila sejak awal faktor-faktor resiko dapat ditangani
seiring bertambahnya usia dan jika dapat diteksi secara dini kesakitan yang
berlanjut dapat dicegah. Sehingga diperlukan intervensi yang terus
menerus, kerja sama antar berbagai pihak, baik pihak pasien, keluarga,
penyedia pelayanan kesehatan, dan pemerintah. Intervensi bukan hanya
terhadap penyakitnya saja akan tetapi, melihat sebagaimana manusia
seutuhnya.
4.2 Saran
a) Peran anggota keluarga yang lain sangat penting dalam upaya mencapai
kesehatan yang optimal melalui berbagai aspek dukungan yang diberikan.
Diharapkan juga tetap mewaspadai berbagai faktor resiko yang ada agar
dapat terhindar dari penyakit.
b) Diperlukan intervensi yang terus menerus dan kerja sama antar berbagai
pihak, baik pihak pasien, keluarga, penyedia pelayanan kesehatan, dan
pemerintah, mengingat permasalahan yang dialami oleh keluarga binaan
sangat bervariasi dan melingkupi berbagai bidang permasalahan.
28
LAMPIRAN
29