Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Rem

Secara umum rem bisa diartikan adalah sebuah peranti atau alat yang
digunakan untuk memperlambat atau bahkan menghentikan laju gerkan roda. Karena
roda di perlambat maka, secara otomatis gerkan kendaraan menjadi lambat. Energi
kinetik yang hilang dari benda yang bergerak ini biasanya diubah menjadi panas
karena gesekan. Energi kinetik meningkat sebanyak pangkat 2 kecepatan ( E =

1
m. v 2). Ini artinya bahwa jika kecepatan suatu kendaraan meningkat 2 kali, ia
2
memiliki 4 kali lebih banyak energi. Rem harus membuang 4 kali lebih banyak energi
untuk menghentikannya dan konsekuensinya jarak yang dibutuhkan untuk
pengereman juga empat kali lebih jauh (Dian, 2013).

II.2 Faktor Penting Dalam Pengereman

Adapun yang menjadi faktor penting dalam pengereman adalah sebagai


berikut (Sularso, Suga.K, 1980) :

1) Kecepatan dan beban


Kecepatan yang tidak terlalu tinggi dan beban yang tidak terlalu tinggi
menjadikan gaya pengereman yang dibutuhkan untuk menghentikan kendaraan
adalah kecil.

2) Permukaan jalan
Permukaan jalan adalah media gesek antara roda dengan jalan. Permukaan
jalan haruslah mempunyai koefisien gesek yang besar sehingga roda dan jalan dapat
bergesekan yang menyebabkan roda berhenti. Apabila jalan licin (koefisiensi gesek
kecil) maka sewaktu pengereman roda akan tergelincir (slip).

4
5
5

3) Permukaan ban
Permukaan ban haruslah mempunyai kemampuan untuk digunakan sewaktu
pengereman dan menghasilkan koefisien gesek yang besar.

4) Ukuran rem pada roda


Untuk pengereman maksimum, faktor yang harus diperhatikan adalah ukuran
rem yang digunakan karena ukuran rem berpengaruh pada jarak pengereman itu
sendiri.

5) Koefisien gesek kampas rem


Keefektifan rem sangat bergantung pada kampas rem selain pada permukaan
jalan dan roda. Kemampuan rem untuk menghentikan laju kendaraan secara optimal
dipengaruhi oleh besarnya koefisien gesek dari kampas rem, jika koefisien kampas
besar maka gesekan yang dihasilkan juga akan besar.

6) Tekanan yang diguakan pada pengungkit


Pengungkit sering digunakan untuk menyalurkan gaya tekan, pertambahan
gaya dari sipergendara bergantung antara pengungkit dengan pedal rem dan sepatu
rem.

7) Pemindahan beban
Ketika rem digunakan maka akan terjadi pemindahan gerak secara natural dari
bagian belakang roda menuju ke roda depan, hal ini dikarenakan kecendrungan massa
yang bergerak kedepan. Perlambatan yang besar menyebabkan berat yang besar atau
pemindahan beban dari roda belakang ke roda depan. Selama pengereman, beban
yang tertumpu pada roda belakang ke permukaan jalan berkurang ketika beban pada
roda depan bertambah dengan besar yang sama. Hal ini menunjukan fakta bahwa
rem ketika digunakan menyebabkan pemindahan beban dari roda belakang ke roda
depan.
6

8) Gaya pengereman dari mesin


Mesin selalu menggunakan rem sewaktu menuruni bukit dengan putaran
mesin yang rendah. Efek pengereman dari mesin terjadi ketika penurunan gigi yang
dilakukan oleh pengendara.

II.3 Jenis-Jenis Rem

Fungsi utama rem adalah menghentikan putaran poros, mengatur putaran


poros, dan juga mencegah putaran yang tidak diinginkan. Efek pengereman secara
mekanis diperoleh dengan gesekan dan secara listrik deperoleh dengan serbuk
magnit, arus searah yang dibalik, penukaran katup, dan lain-lain. Menurut efek
pengereman secara mekanis, jenis-jenis rem dapat diklasifikasikan menjadi :

1) Rem blok, yang dapat dibagi menjadi rem blok tunggal dan rem blok ganda.
2) Rem drum.
3) Rem cakram.
4) Rem pita.

1) Rem Blok

a. Rem Blok Tunggal

Rem ini merupakan jenis rem yang paling sederhana yang terdiri dari satu
blok rem yang ditekan terhadap drum rem. Pada permukaan geseknya dipasang
lapisan rem atau bahan gesek yang dapat diganti bila aus. Kekurangan pada rem
blok tunggal ini adalah gaya tekan yang bekerja hanya terjadi pada satu arah saja
pada drum, sehingga pada poros akan timbul momen lentur serta gaya tambahan
pada bantalan yang tidak dikehendaki. Pada dasarnya rem blok tunggal beroperasi
karena aksi satu arah blok tunggal sehingga menimbulkan lenturan pada poros
rem. Rem ini hanya dapat dipakai untuk menahan momen gaya yang kecil pada
penggerak tangan bila diameter poros tidak melebihi 50 mm. Drum rem biasanya
7

dibuat dari besi cor atau baja cor. Tekanan yang diberikan oleh blok besi cor pada
rem harus sedemikian rupa sehingga gaya gesek yang dihasilkan pada permukaan
roda mengimbangi gaya gesek di sekelilingnya. Rem blok tunggal ditunjukkan
seperti pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Rem Blok Tunggal


(Sularso, Suga.K, 1980)

Dari gambar 2.1 (a), jika gaya tekan blok terhadap drum adalah Q (kg),
koefisien gesek adalah µ, dan gaya gesek yang ditimbulkan pada rem adalah f
(kg), maka (Sularso, Suga.K, 1980) :

f =µQ (2.1)
Momen T yang diserap drum rem adalah :

T =f (D/2)atau T =µQ( D /2) (2.2)

Jika panjang tuas rem adalah l 1, jarak engsel tuas sampai garis kerja Q adalah
l 2, dan gaya yang diberikan kepada tuas adalah F, dan jika garis kerja gaya f
melalui engsel tuas, maka dari keseimbangan momen :

Q l 2−F l 1=0 (2.3)


8

l fl
F=Q 2 = 2 (2.4)
l 1 µl1

Dalam hal pelayanan manual, besarnya gaya F kurang lebih 15 sampai 20 (kg).
Gaya tekan pada blok rem dapat diperbesar dengan memperpanjang l 1.

Jika engsel tuas terletak di luar garis kerja gaya f, maka persamaan di atas
menjadi agak berbeda. Dalam hal ini engsel digeser mendekati sumbu poros c
seperti Gambar 2.1(b), maka untuk putaran searah jarum jam, persamaan
keseimbangan momen pada tuas berbentuk sebagai berikut:

Ql 2 - Fl 1 + f c = 0 (2.5)

f
F=
( µ)
l +f
2
=f
c
l + µc 2 (2.6)
l1 µ l1

Untuk putaran berlawanan dengan jarum jam :

l 2−µc
F=f (2.7)
µ l1

Bila engsel menjauhi garis kerja f dengan jarak c dalam arah menjauhi sumbu
poros, maka untuk arah putaran sesuai dengan jarum jam :

l 2−µc
F=f (2.8)
µ l1

Untuk putaran berlawanan dengan jarum jam :

l 2+ µc
F=f (2.9)
µ l1

Dari hasil-hasil di atas dapat dilihat bahwa untuk mendapatkan gaya


pengereman yang sama, besar gaya F berbeda dan tergantung pada arah putaran.
9

Perlu diketahui pula bahwa untuk putaran searah jarum jam pada (b), bila rem
bekerja, blok rem akan tertarik ke arah drum, sehingga dapat terjadi gigitan secara
tiba-tiba.

b. Rem Blok Ganda

Kekurangan rem blok tunggal yang hanya mendapat gaya tekan dari satu arah
saja hingga menimbulkan momen lentur yang besar pada poros serta gaya
tambahan pada bantalan, dapat diatasi jika dipakai dua blok rem yang menekan
drum dari dua arah yang berlawanan, baik dari sebelah dalam atau sebelah luar
drum. Rem dengan blok yang menekan dari luar digunakan untuk mesin-mesin
industri dan kereta rel yang pada umumnya digerakkan secara numatik.
Sedangkan untuk rem dengan blok yang menekan dari dalam dipakai pada
kendaraan jalan raya yang digerakkan secara hidrolik.

Rem blok ganda seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2, sering digunakan
pada mekanisme pengangkat, pemindahan dan pemutaran crane yang berbeda
dengan rem blok tunggal. Rem jenis ini tidak menimbulkan defleksi pada poros
rem. Penjepit dan crane yang digerakkan oleh listrik hampir selalu didesain
dengan rem blok ganda. Rem digerakkan oleh pemberat dan dilepaskan oleh
elektromagnet. Biasanya rangkaian listriknya dibuat saling mengunci antara
motor dan magnet sehingga secara otomatis menghasilkan aksi pengereman
walaupun motor berhenti secara mendadak. Pengoperasian rem dengan pemberat
yang dipasang pada tuas rem mempunyai kelemahan, yaitu setelah arus diputus
dan pemberatnya jatuh, pemberat ini akan bergetar bersama dengan tangkainya
sehingga akan mengubah besarnya momen gaya pengereman (Sularso, Suga.K,
1980).
10

Gambar 2.2 Rem Blok Ganda


(Sularso, Suga.K, 1980)

2) Rem Drum / Tromol

Rem jenis ini biasanya digunakan pada industri otomobil. Rem drum memiliki
ciri-ciri yaitu lapisan rem yang terlindungi, dapat menghasilkan gaya gesek yang
besar untuk ukuran rem yang kecil, dan umur lapisan rem yang cukup panjang. Suatu
kelemahan dari dari rem ini adalah pemancaran panasnya yang buruk. Blok rem dari
rem jenis ini disebut sepatu rem karena memiliki bentuk yang mirip sepatu. Gaya rem
tergantung pada letak engsel sepatu rem dan silinder hidrolik serta arah putaran roda
(Sularso, Suga.K, 1980). Adapun komponen pada rem drum adalah sebagai berikut :

a. Silinder Roda (Wheel Cylinder)

Komponen ini berfungsi untuk menekan brake shoe (sepatu rem) ke brake
drum (Tromol rem). Di dalam silinder roda terpasang satu atau dua buah piston
beserta seal tergantung dari konstruksi rem tromolnya. Bila brake pedal diinjak,
tekanan minyak rem dari master silinder disalurkan ke semua wheel cylinder,
tekanan di dalam wheel cylinder menekan piston ke arah luar dan selanjutnya
piston menekan brake shoe dan menggesek tromol sehingga roda berhenti. Bila
brake pedal dilepas maka brake shoe akan kembali ke posisi semula oleh tarikan
11

pegas, sehingga roda kembali bebas (Abidin.S, n.d). Silindier roda ditunjukkan
seperti pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Silinder Roda


(Abidin.S, n.d)

b. Sepatu Rem (Brake Shoe)

Komponen ini berfungsi untuk menahan putaran brake drum melalui gesekan.
Bagian luar komponen ini terbuat dari asbes dengan tembaga atau campuran
plastik yang tahan panas (Abidin.S, n.d). Sepatu rem ditunjukkan seperti pada
Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Sepatu Rem


(Abidin.S, n.d)
12

c. Pegas Pengembali (Return Spring)

Komponen ini berfungsi untuk mengembalikan sepatu rem (Brake shoe) ke


posisi semula pada saat tekanan silinder roda turun (Abidin.S, n.d). Pegas
pengembali ditunjukkan seperti pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Pegas Pengembali


(Abidin.S, n.d)

d. Backing Plate

Komponen ini berfungsi sebagai tumpuan untuk menahan putaran drum


sekaligus sebagai dudukan silinder roda (Abidin.S, n.d). Backing plate
ditunjukkan seperti pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Backing Plate


(Abidin.S, n.d)
13

Pada dasarnya, rem drum terbagi dalam lima jenis yang tiap jenisnya memiliki
prinsip kerja yang berbeda satu sama lain. Berikut adalah jenis-jenis rem drum :

a. Leading and Trailing Shoe

Pada jenis ini konstruksi–konstruksi sepatu primer dan sekunder dijamin oleh
silinder yang mempunyai dua buah piston dan bagian bawahnya dijamin oleh pin.
Pada saat drum berputar sepatu trailing cenderung menahan putaran drum. Pada
saat sepatu leading mengerem baik sedangkan sepatu trailing cenderung menahan
putaran tromol. Sepatu kiri disebut leading dan sepatu kanan disebut trailing.
Kedua leading and trailing shoe menahan pengereman dimana saat drum berputar
kearah berlawanan maka leading shoe menjadi trailing shoe dan sebaliknya
(Abidin.S, n.d). Jenis leading and trailing shoe ditunjukkan seperti pada Gambar
2.7.

Gambar 2.7 Leading and Trailing Shoe


(Abidin.S, n.d)

b. Two Leading

Pada jenis ini konstruksi pada bagian atas sepatu primer dan sekunder di
pasang sebuah silinder roda dengan penyetel sepatu rem menjadi leading, jika
14

berputar sebaliknya maka kedua sepatu rem menjadi trailing (Abidin.S, n.d).
Jenis Two leading ditunjukkan seperti pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Two Leading


(Abidin.S, n.d)

c. Dual Two Leading

Pada jenis ini konstruksi dilengkapi dengan dua buah silinder roda yang
dipasang di atas dan di bawah sepatu primer dan sekunder. Pada model ini baik
maju maupun mundur kedua sepatu menjadi trailing (Abidin.S, n.d). Jenis dual
two leading ditunjukkan seperti pada Gambar 2.9.
15

Gambar 2.9 Dual Two Leading


(Abidin.S, n.d)

d. Uni Servo

Konstruksi model ini dilengkapi dengan dua buah silinder di bagian atas
sepatu primer dan sekunder. Bila pedal rem ditekan maka piston bergerak
mendorong sepatu rem searah putaran tromol. Akibatnya timbul gesekan dan
diteruskan ke sepatu sekunder. Gerakan sepatu trailing dijaga silinder roda dan
tenaga rem yang dihasilkan besar. Bila putaran tromol terbalik, maka kedua
sepatu rem akan menjadi trailing dan efek pengereman jelek (Abidin.S, n.d). Jenis
uni servo ditunjukkan seperti pada Gambar 2.10.
16

Gambar 2.10 Uni Servo


(Abidin.S, n.d)

e. Duo Servo

Kontruksi model ini dilengkapi sebuah silinder roda dengan dua buah piston.
Tekanan dari silinder rem diseimbangkan oleh penyetel sepatu rem (Abidin.S,
n.d). Jenis duo servo ditunjukkan seperti pada Gambar 2.11.
17

Gambar 2.11 Duo Servo


(Abidin.S, n.d)

3) Rem Pita

Rem pita pada dasarnya terdiri dari sebuah pita baja yang disebelah
dalamnya dilapisi dengan bahan gesek, drum, dan tuas, seperti yang
diperlihatkan pada gambar 12. Gaya rem akan timbul bila pita diikatkan
pada drum dengan gaya tarik pada kedua ujung pita tersebut. Rem pita
dtunggal ditunjukkan seperti pada Gambar 2.12.

Gambar 2.12 Rem Pita Tunggal


(Sularso, Suga.K, 1980)
18

Rem pita yang ditunjukkan seperti pada Gambar 2.13, mempunyai beberapa
keuntungan seperti luas permukaan lapisan dapat dibuat besar, pembuatan mudah,
pemasangan tidak sukar, gaya rem besar dalam keadaan berhenti dll. Tetapi karena
sukar dikendalikan, rem ini tidak cocok untuk putaran tinggi. Karena pita dapat putus
maka dalam penggunaannya diperlukan ketelitian. Rem semacam ini dipandang
tidak cocok untuk alat-alat pengangkut manusia. Rem pita banyak di pakai
pada derek dan untuk derek standar gaya rem tersebut terdapat dalam JIS
A8001 yang mencangkup (Sularso, Suga.K, 1980) :

1. Kapasitas rem tidak boleh kurang dari 150 % kapasitas angkat


2. Untuk rem dengan pedal kaki, gaya pedal tidak boleh dari 30 kg dan
langkah pedal tidak lebih dari 300 mm.
3. Untuk rem tangan, besarnya gaya tarik tangan tidak boleh lebih dari 20 kg, dan
langkah tuas tidak lebih dari 600 mm.
(a) (b) (c)

Gambar 2.13 Rem Pita Tunggal


Macam-macam rem pita seperti pada gambar (a) Macam deferensial, (b) Untuk
putaran dalam dua arah, (c) Untuk putaran dalam dua arah.
(Sularso, Suga.K, 1980)

4) Rem Cakram
19

Rem cakram dioperasikan secara mekanis dengan memakai kabel baja dan
batang/tangkai secara hidrolis dengan memakai tekanan cairan. Pada rem cakram,
putaran roda dikurangi atau dihentikan dengan cara penjepitan cakram (disc) oleh dua
bilah sepatu rem (brake pad). Rem cakram mempunyai sebuah plat disc (plat
piringan) yang terbuat dari stainless steel (baja) yang akan berputar bersamaan
dengan roda. Pada saat rem digunakan plat disc tercekam dengan gaya bantalan
piston yang bekerja sacara hidrolik (Total Otomotif, 2017). Cara kerja rem cakram
seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 2.14.

Gambar 2.14 Cara Kerja Rem Cakram


(Total Otomotif, 2017)
Saat tangkai rem atau pedal digerakkan, master silinder mengubah gaya yang
digunakan kedalam tekanan cairan. Master silinder ini terdiri dari sebuah reservoir
yang berisi cairan minyak rem dan sebuah silinder yang mana tekanan cair diperoleh.
20

Reservoir biasanya dibuat dari plastik atau besi tuang atau aluminium alloy dan
tergabung dengan silinder. Ujung dari pada master silinder di pasang tutup karet
untuk memberikan seal yang baik dengan silindernya, dan pada ujung yang lain juga
diberikan tutup karet untuk mencegah kebocoran cairan. Saat tangki rem ditekan,
piston mengatasi kembalinya spring dan begerak lebih jauh. Tutup piston pada ujung
piston menutup port kembali dan piston bergerak lebih jauh. Tekanan cairan dalam
master silinder meningkat dan cairan akan memaksa kaliper lewat hose dari rem
(brake hose). Saat tangkai rem dilepaskan/dibebaskan, piston tertekan kembali ke
reservoir lewat port kembali (lubang kembali) (Total Otomotif, 2017).

II.4 Komponen Utama Rem Cakram

Rem cakram terdiri dari beberapa komponen utama, diantaranya adalah


(Muchtadin.A, 2017) :

1) Disc (Piringan Rem)

Sesuai namanya, piringan rem berbentuk bulat menyerupai sebuah piringan,


fungsinya sebagai media yang akan bergesekan. Piringan rem berhubungan dengan
roda, artinya saat roda berputar piringan juga ikut berputar. Disc ini menjadi
komponen berputar yang akan bergesekan dengan kampas rem (Muchtadin.A, 2017).
Sesuai desain, piringan rem dibagi menjadi dua jenis yaitu :

a. Solid Disc

Solid disc berbahan baja solid. Piringan jenis solid disc ini banyak
diaplikasikan pada sistem rem cakram mobil.

b. Ventilated Disc

Jenis ini sering dipakai pada sistem rem sepeda motor. Ventilated disc
memiliki ketebalan yang kecil, namun di sekitar piringan terdapat banyak lubang
21

sebagai ventilasi. Solid disc dan Ventilated disc ditunjukkan seperti pada Gambar
2.15.

(a) (b)

Gambar 2.15 Jenis-Jenis Disk


(a) Solid Disc, (b) Ventilated Disc

2) Brake Caliper (Kaliper Rem)

Fungsi brake caliper tidak jauh berbeda dengan master silinder pada rem
tromol. Komponen ini akan mengubah tekanan hidraulik menjadi energi gerak berupa
tekanan. Kaliper rem juga memiliki dua jenis yaitu fixed caliper dan floating caliper.
Fixed caliper memiliki dua buah piston yang akan bergerak berlawanan saat
mendapatkan tekanan hidraulik. Gerakan tersebut akan menjepit kampas rem diantara
piston. Sementara pengertian floating caliper adalah kaliper yang melayang.
Dikatakan melayang karena kaliper ini dapat bergerak kekiri dan kekanan. Hal itu
dikarenakan kaliper inj hanya memiliki satu buah piston disalah satu sisi, sehingga
saat piston bergerak otomatis kaliper akan bergeser menyesuaikan. Fixed caliper dan
Floating caliper ditunjukkan seperti pada Gambar 2.16.
22

(a) (b)

Gambar 2.16 Brake Caliper


(a) Fixed Caliper, (b) Floating Caliper
(Muchtadin.A, 2017)

3) Piston

Piston pada rem cakram berbeda dengan piston pada mesin. Dinamakan piston
karena berbentuk tabung seperti piston. Fungsinya untuk menekan kampas rem secara
merata. Piston pada rem cakram mobil memiliki diameter lebih besar dari pada piston
rem cakram sepeda motor. Hal ini dapat dilihat dari dimensi kedua rem ini yang
berbeda. Namun keduanya masih memiliki fungsi yang sama.

4) Piston Seal

Piston seal adalah komponen berbahan karet yang memiliki kemampuan


sealing untuk mencegah terjadinya kebocoran minyak rem pada caliper. Setiap
komponen yang berhubungan dengan cairan, pasti mengandalkan seal untuk
23

mencegah kebocoran. Pada sistem rem cakram, seal ini juga berfungsi untuk
mencegah debu untuk masuk kedalam sistem hidraulik rem saat rem bekerja. Piston
dan Piston seal ditunjukkan seperti pada Gambar 2.17.

Gambar 2.17 Piston dan Piston Seal


(Muchtadin.A, 2017)

5) Nipple Bleed

Komponen ini berfungsi untuk membuang kandungan udara didalam sistem


hidraulik rem. Udara didalam sistem hidraulik rem akan mengakibatkan tenaga
pengereman tidak maksimal. Alasanya, udara dapat dikompresi. Sehingga ketika
pedal ditekan, maka tekanan itu akan terkompresi oleh udara didalam sistem
hidraulik. Akibatnya rem bisa blong. Nipple Blead ditunjukkan seperti pada Gambar
2.18.
24

Gambar 2.18 Nipple Bleed


(Muchtadin.A, 2017)

6) Brake Pad

Brake pad atau kampas rem adalah komponen diam yang berfungsi sebagai
media gesek. Seperti yang disinggung sebelumnya, sistem pengereman bekerja
dengan menggesekan dua material. Dua material itu adalah piringan dan kampas rem.
Kampas rem terbuat dari berbagai bahan organik, metal, dan keramik. Brake pad
ditunjukkan seperti pada Gambar 2.19
25

Gambar 2.19 Brake Pad


(Muchtadin.A, 2017)

7) Caliper Bracket

Bracket ini tujuanya sebagai pemegang kaliper rem agar tidak bergerak. Pada
mobil, kaliper akan dihubungkan ke steering knuckle. Namun bentuk kaliper tidak
memungkinkan untuk di hubungkan secara langsung. Sehingga perlu komponen
tambahan berupa breacket yang berfungsi menahan kaliper rem. Sementara pada
sepeda motor, breacket ini berfungsi untuk mendukung agar kaliper mampu
digunakan pada piringan yang biasanya memiliki diameter lebih besar. Caliper
bracket ditunjukkan seperti pada Gambar 2.20

Caliper Bracket
26

Gambar 2.20 Caliper Bracket

Anda mungkin juga menyukai