Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

A. MASALAH UTAMA
Gangguan konsep diri: harga diri rendah

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Definisi
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa
gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 2010). Menurut Schult &
videbeck (2010) gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif
seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung
maupun tidak langsung.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gangguan harga diri rendah
adalah penilaian yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan serta
merasa tidak percaya pada diri sendiri.

2. Tanda dan gejala


a. Data subjektif : mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta bantuan
orang lain dan mengungkapkan malu dan tidak bisa bila diajak melakukan
sesuatu.
b. Data objektif : tampak ketergantungan pada orang lain, tampak sedih dan
tidak melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan, wajah tampak
murung.

1
Menurut Carpenito, L.J (2005 : 352); Keliat, B.A (2006 : 20)
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan
akibat tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena
rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan
terjadi jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan
mengkritik diri sendiri.
c. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak
mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa
d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak
ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
e. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan,
misalnya tentang memilih alternatif tindakan.
f. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai
harapan yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

3. Jenis dari masalah utama


a.  HDR kronis
Dimana individu mengalami evaluasi diri negatif yang mengenai diri yang
berlangsung lama.
b. HDR Situasional
Dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif yang mengenal diri
tentang kemampuan yang berlangsung berespon terhadap suatu kejadian.

2
4. Penyebab terjadinya masalah
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi
secara :
a. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena
sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
 Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).
 Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat/ sakit/ penyakit.
 Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya
berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan
tanpa persetujuan.
b. Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama,
yaitu sebelum sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang
negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif
terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive.
Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau
pada klien gangguan jiwa. Dalam tinjauan life span history klien, penyebab
HDR adalah kegagalan tumbuh kembang, misalnya sering disalahkan,
kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima dalam
kelompok (Yosep, 2007).

3
5. Faktor predisposisi
Faktor- faktor yang mempengaruhi harga diri rendah meliputi :
1.   Faktor predisposisi gangguan citra tubuh
a.    Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi)
b.   Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh (akibat
pertumbuhandan perkembangan atau penyakit)
c.  Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun
fungsi tubuh
d.   Prosedur pengobatan seperti radiasi, kemoterpi, transplantasi
2.  Faktor predisposisi gangguan harga diri
a.       Penolakan dari orang lain
b.      Kurang penghargaan
c.       Pola asuh yang salah : terlalu dilarang, terlalu dikontrol, terlalu
dituruti, terlalu dituntut dan tidak konsisten
d.      Persaingan antar saudara
e.       Kesalahan dan kegagalan yang berulang
f.       Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan
3. Faktor predisposisi gangguan peran
a.   Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan
situasi dan keadaan sehat sakit
b.   Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang
bertentangan secara terus menerus yang tidak terpenuhi
c.    Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang
harapan peran yang spesifik dan bingung tentang tingkah laku peran
yang sesuai
d.    Peran yang terlalu banyak

4
4.   Faktor predisposisi gangguan identitas diri
a.       Ketidak percayaan orang tua pada anak
b.      Tekanan dari teman sebaya
c.       Perubahan dari struktur social

6. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus terjadinya gangguan konsep diri bisa timbul dari sumber
internal maupun eksternal klien, yaitu :
a.   Trauma, seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
kejadian yang mengancam kehidupannya.
b.   Ketegangan peran, berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dimana individu mengalaminya sebagai frustasi, ada tiga jenis transisi
peran:
c.  Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan
dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam
kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai dan
tekanan penyesuaian diri.
d.  Transisi peran situasi terjadi dengan bertambahnya atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
e.    Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke
keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh : Kehilangan bagian
tubuh. Perubahan bentuk, ukuran, panampilan, dan fungsi tubuh.
Perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang normal. Prosedur
medis keperawatan.

5
7. Akibat terjadinya masalah
Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak
mampu bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik diri.
Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel
pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam
hubungan sosial (DEPKES RI, 2010).

C. POHON MASALAH

Isolasi sosial : menarik


D. diri

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah Core Problem

Gangguan citra tubuh

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Harga diri rendah
3. Gangguan citra tubuh

6
F. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Isolasi sosial: menarik diri
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan:
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri atau mau bergaul
c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul
d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

7
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
Tindakan :
a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
b. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan
dengan orang lain
c. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan orang lain
d. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
e. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
f. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan
orang lain
g. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan
orang lain
h. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain
i. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan:
a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui
tahap:
- Klien – Perawat
- Klien – Perawat – Perawat lain
- Klien – Perawat – Perawat lain – Klien lain

8
- K – Keluarga atau kelompok masyarakat
c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi
waktu
f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan.

5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan


orang lain
Tindakan:
a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan
orang lain
b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan
orang lain.
c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan
manfaat berhubungan dengan oranglain
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan:
a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
- Salam, perkenalan diri
- Jelaskan tujuan
- Buat kontrak
- Eksplorasi perasaan klien
b. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
- Perilaku menarik diri
- Penyebab perilaku menarik diri
- Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi

9
- Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
- Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien
untuk berkomunikasi dengan orang lain.
- Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien
minimal satu kali seminggu
- Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh
keluarga.

Diagnosa II : harga diri rendah.


Tujuan umum: Kien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
Tujuan khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
a. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi
terapeutik:
 Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
 Perkenalkan diri dengan sopan
 Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien
 Jelaskan tujuan pertemuan
 Jujur dan menepati janji
 Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
 Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
 Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
 Utamakan memberi pujian yang realistik.

10
c. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
 Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan.
 Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
d. Klien dapat merencanakn kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari.
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.
 Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
 Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah.
f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara mearwat klien
dengan harag diri rendah.
 Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien dirawat.
 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa,


Jakarta : EGC, 1995
2. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta :
EGC, 1999
3. Keliat BA. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta :
FIK UI. 1999
4. Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC.
1999
5. Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa
Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003
6. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan
Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000

12

Anda mungkin juga menyukai