Anda di halaman 1dari 3

a.

Pengertian mudharabah

Mudharabah berasal dari kata al-dharb yang berarti secara harfiah adalah berpergian atau berjalan.
Selain al-dharb, disebut juga qiradh yang berasal dari al-qardhu, berarti al-qathu’u (potongan)
karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk di perdagangkan dan memperoleh sebgian
keuntungannya.

Menurut an-nawawi didalam kitab ar-raudhah IV/97, al-qiradh, al muqaradhah, dan al-mudharabah
adalah satu makna, yaitu penyerahan harta (modal) terhadap seseorang untuk diperniagakan
(digolangkan), sedangkan keuntungannya dibagikan di antara mereka (pemodal dan yang diberi
modal).

Atau singkatnya, akad mudharabah adalah persetujuan kongsi antara harta dari salah satu pihak
dengan kerja dari pihak lain.

b. Kedudukan Mudharabah dalam muamalah

Merupakan bagian dari kajian muamalah dalam arti sempit, yaitu kajian muamalah yang objekny
adalah harta. Akad mudhaabah aalah akad kerjsama antara pemlik dan pihak pengelola melalui
sistem bagi hasil yang sesuai kesepakatan.

c. Dasar Hukum Mudharabah

Hukum mudharabah adlh mubah (boleh).

Dasar hukum ny ialah sebuah hadist yang diriwayatkan oleh ibnuu majah dari shuhaib ra.
Bahwasannya rasulullah telah bersabda :

“ada tiga perkara yang di berkti : jual beli yang ditanguhkan, memberi modal, dan mencampur
gandum dengan jelai untuk keluarga bukn untuk dijual.”

Al-qur’an Surah Al-maidah ayat 1

“hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu. Di halalkan bagimu binatang ternak,
kecuali yang akan di bcakan keadamu . (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu
ketika kamu sedang megerjakan haji. Sesungguhny allah meetapkan hukum2 yang dikehendaki-
Nya.”

d. Rukun dan syarat Mudharabah

1. Rukun dalam akad mudharabah adalah


 Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha) : dalam akad mudharabah harus ada
minimal 2 pelaku. Yang pertama sebagai pemilik modal ( shahib al-mal) sedangkan pihak
kedua bertindak sebagai pelaksana usaha (mudharib atau amil)
 Objek mudharabah (modal dan kerja) : pemilik modal menyerahkan kerjanya sebagai
objek mudharabah . modal yang diserahkan bisa berbentuk uang atau barang yang
dirinci berapa nilai uangnya . pelaksana usaha yang diserahkan bisa berbentuk keahlian ,
keterampilan, selling skil, manajemen skill, dll.
 Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul ) : konsekuensi dari prinsip an-tarradin
minkum (sama-sama rela). Si pemilik dana setuju dengan perannya untuk
mengkontribusikan dana, sedangkan si pelaksana usaha pun setuju dengan perannya
untuk mengkontribusikan kerja.
 Nisbah keuntungan : nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua
belah pihak yang bermudharabah. Mudharib mendapatkan imbalaan atas kerjanya,
sedangkan shahib al –mal mendapatkan imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah
keuntungan inilah yang akan mencegah terjadinya perselisihan antara kedua belah pihak
mengenai cara pembagian keuntungan

2. Syarat Mudharabah
 Modal atau barang yang diserahkan itu berbentuk tunai apa bila berbentuk
barang (emas/perak) mudharabah itu batal.
 Bgi orang yang melakukan akad diisyaratkan mampu melakukan
tasharruf(perpindahan) , maka dibatalkan akad anak2 yang masih kecil, orang
gila dan orang2 yg berada di bawah pengampuan.
 Modal harus diketahui dengan jelas agar dapat dibedakan antara modal yang
perdagangkan dengan laba dari perdagangan tersebut yang akan di bagi oleh
kedua phak sesuai perjanjian yang telah dispakati.
 Keuntungan yang akan menjadi milik pengelola dan pemilik modal harus jelas
presenasenya, umpamanya 50:50.
 Melafadzkan ijab dari pemilik modal, misalnya “aku serahkan uang ini
kepadammu untuk dagang jika ada keuntungan akan di bagi 2 “ dan qabul dari
pengelola
 Mudhaabah bersifat mutlak pemilik modal tidak mengikat pngelola harta untuk
berdagang / mempergunakan dana tersebut.

e. Bentuk-bentuk mudharabah
Dalam perbankan syariah modern dikenal dua beuk mudharabah :

 Mudharabah Muqayyadah yang di bagi menjadi 2 :

1. Mudharabah Muqayyadah (on-balance sheet)


Aliran dana terjadi dari satu nasabah investor ke skelompok pelaksana usaha dalam
beberapa sektor terbatas, misalnya pertanian, manufaktur, dan jasa. Slain itu juga
nasabah investor dapat saja mensyaratkan berdasarkan jenis akad yang digunakan bisa
dalam bentuk cicilan atau kerja sam usaha saja.
2. Mudharabah Muqayyadah (off-balance sheet)
Aliran dana erasal dari satu nasabah investor kepada satu nasabah pembiyaan ( yang
dalam bank konvesional disebut debitur) .

f. Pelaksanaan secara teknis Mudharabah


g. Penerapan Mudharabah dalam perbankan syariah
Dalam skema indirect financing diatas, bank menerima dana dari shaib al-mal dalam bentuk
dana pihak ketiga sebagai sumber dananya . dana- dana ini dapat berbentuk tabungan atau
simpanan deposito mudharabah dengan jangka waktu yang bervariasi. Selanjutnya, dana –
dana yang sudah terkumpul ini disalurkan kembali oleh bank ke dalam bentuk pembiayaan-
pembiayaan yang menghasilkan (earning assets). Nah, keuntungan dari penyaluran
pembiayaan inilah yang akan dibagi hasilkan antara bank dengan pemilik pihak ketiga.
Proses inilah yang dipotret dalam neraca syariah. (gambar)

Manfaat

1. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil lebih besar pada saat keuntungan usaha
nasabah meningkat
2. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap,
tetapi disesuaikan dengan pendapatan / hasil usaha bank, sehingga bank tidak akan pernah
mengalami negatif SPREAD
3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan arus kas usaha nasabah, sehingga
tidak memberatkan nasabah
4. Bank akan lebih selektif dan hati – hati mencari usaha yang halal, aman, dan menguntungkan
karena keuntungan yang nyata dan benar - benar menjadi itulah ang akan dibagikan
5. Prinsip bagi hasil berbeda bunga tetap dengan bank akan Menagih penerima pembiayaan
atau nasabah satu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah ,
sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi

Anda mungkin juga menyukai