KAHFI
Muhammad Arsyi
Awaluddin
Jurusan Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk dan makna kalimat
perintah (Al-Amru) dalam Surat al-Kahfi. Dalam penelitian ini digunakan metode
deskriptif analisis isi (content analisis). Hasil penelitian ini, dapat dikemukakan
bahwa dari 110 ayat dalam Surat al-Kahfi terdapat amar (perintah) berjumlah 20,
terdiri dari 6 ayat al-amru makna hakiki dan 14 al-amru non-hakiki. Adapun dari
segi makna kalam insya’ thalabi mempunyai makna haqiqi yaitu makna asli dan
makna idhafi di antaranya adalah ta’jiz (melemahkan), iltimas (ungkapan kepada
yang sebaya), tahdid (ancaman), irsyad (petunjuk), dan doa (permohonan), taubikh
(menghina) dan taqrir (penegasan).
Pada masa jahiliah, bangsa Arab dikenal kemahirannya dalam bersyair. Mereka biasanya
mengadakan perlombaan untuk mengumandangkan syair mereka di pasar ‘Ukadz. Syair-
syair ini dikenal dan terabadikan dalam literatur sastra/adab Arab jahiliah.1
Seiring dengan perkembangan syair di kalangan bangsa Arab jahiliah, empat puluh tahun
setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW pada tahun 571 M, Al-Qur’an diturunkan
sebagai kitab suci terakhir bagi umat Islam.
Pada masa itu, kehadiran wahyu ilahi tentu tidak tanpa tantangan bangsa Arab kala itu.
Susunan Al-Qur’an dan isinya mampu melumpuhkan kemahiran dalam bersyair, sehingga
Nabi Muhammad dituduh sebagai tukang sihir (QS. Saba: 53). Diantara syu’ara Arab
jahiliah ada yang berusaha untuk meyaingi susunan dan isi Al-Qur’an tetapi tak ada yang
sanggup untuk menyainginya (QS. Al-Baqarah: 23)2
Dalam memahami Al-Qur’an, umat Islam harus memahami bahasanya juga, yaitu bahasa
Arab. Salah satu cara untuk memahami pesan-pesan dalam Al-Qur’an adalah dengan
1
Sopwan Mulawan, Studi Ilmu Ma’ani (Stylistic) terhadap ayat-ayat Surat Yasin, (Jurnal Holistik vol. 12 no. 02,
2011, Manado: Unsrat) hal. 2
2
Ibid, 3
melihat struktur gramantikalnya secara umum ataupun struktur kalimat secara khusus. Al-
Ghulayni pernah menyatakan bahwa turunnya Al-Qur’an dan hadits melahrkan tiga belas
ilmu: sharaf, i’rab, nahwu,rasm, ma’ani, bayan, badi’, urdh, qawafi, ghard syi’ir, insya’,
khitobah, sejarah sastra dan kajian bahasa3. Dalam bahasa Arab, kalimat disebut dengan
kalam. Ali Al-Jarim membagi kalam menjadi dua, yaitu: kalam khabar dan kalam
insya’i4. Sedangkan kalam insya’i terbagi menjadi dua: kalam insya’i thalabi dan ghairu
thalabi. Insya’i thalabi terbagi menjadi lima: Al-Amru (kalimat perintah), An-Nahyu
(kalimat larangan), Al-Istifham (kalimat tanya), At-Tamanni (kalimat perandaian), dan
An-Nida’ (kalimat seru). 5 Namun di jurnal ini akan dibahas tentang kalimat perintah (Al-
Amru) dalam surat Al-Kahfi.
Kalimat perintah adalah suatu kalimat yang berisi perintah untuk melakukan sesuatu.
Sedangkan menurut Ali Al-Jarim dan Amin Musthafa6 mendefenisikan kalimat perintah
(al-amru): طلَب الفعل على وجه االستعالءatau menuntut dilakukannya suatu pekerjaan
oleh pihak yang tinggi kepada pihak yang lebih rendah.
Kalimat perintah dalam bahasa Arab memiliki empat komponen yaitu fi’il al-amr (فعل
)األمرsebagaimana yang termaktub dalam surat Maryam:12
Yang kedua yaitu Mudhari’ dengan fi’il al-amr ( )مضارع مجزوم بالم األمرseperti pada surat
At-Talaq: 7
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. dan orang yang
disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah
kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang
Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.
Yang ketiga yaitu ism fi’il al-amr ( )اسم فعل األمرseperti pada kalimat الفالح حي على
Sedangkan yang terakhir, yaitu: mashdar yang digantikan dengan fi’il al-amr (مصدر فعل
)األمرseperti dalam surat Al-Isra: 23
3
Marhaban, dkk, Uslub Al-Insya’ dalam QS. Al-Ma’idah, (Jurnal UIN Alauddin, Makassar). Hal 2
4
Ali Al-Jarim dan Musthafa Amin, Al-Balaghah Al-Wadhihah, (Kairo: Al-Haramain, 1951) hal. 139
5
Ibid, 170
6
Ibid, 179
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
C. Rumusan Masalah
D. Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis kalimat perintah (al-
amru) dalam Surat al-Kahfi. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metode analisis
isi (content analisis). Alasan yang mendukung digunakannya analisis isi sebagai
rancangan dalam penelitian ini adalah: (a) sumber data dalam penelitian ini berupa
dokumen, (b) masalah yang dianalisis adalah isi komunikasi, (c) dan tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan isi komunikasi dan membuat inferensi.7
Berdasarkan pada rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan oleh
peneliti bahwa data dalam penelitian ini adalah kalam insya’ yang terdapat dalam ayat-
ayat al-Quran Surat al-Kahfi. Sedangkan sumber datanya adalah ayat-ayat al-Quran Surat
al-Kahfi yang terdiri atas 110 ayat. Instrumen dalam penelitian ini berupa tabel
penjaringan data, guna menjaga keabsahan data dalam penelitian ini.
Dari aspek makna, hasil penelitian menunjukkan bahwa makna kalam insya thalabi tidak
selalu mengandung makna sebenarnya tetapi juga mengandung makna lain yang sesuai
konteks. Makna kalam insya thalabi dalam Surat al-Kahfi meliputi; (1) amar (perintah)
ada 2 macam yaitu makna hakiki (perintah mempunyai makna perintah) dan makna idhafi
(perintah mempunyai makna bukan perintah). Makna hakiki seperti lafal:
7
Moh. Ainin, Fenomena Pragmatik dalam Al-Qur’an (Malang: Misykat, 2010) hal: 12
(٢٤: )الكهف
Kata “ingatlah”, yaitu ungkapan perintah untuk orang kedua tunggal (laki-laki
)أنت, dan dilihat dari konteks kalimatnya bahwa ungkapan tersebut merupakan suatu
perintah Allah kepada hambanya agar selalu ingat kepadaNya jika menghadapi suatu
kesulitan. Sedangkan makna idhafi amar sebanyak 17 kata yang tersebar dalam 14 ayat,
yang terdiri atas 5 makna yaitu (a) ta’jiz (melemahkan) contohnya:
(٢٢: ) الكهف
Pada lafal ini subjeknya dalah Allah dan objeknya adalah nabi Muhammad, konteks
kalimat ini diucapkan untuk melemahkan orang kafir yang tidak percaya adanya
Ashabul Kahfi. (b) iltimas (ungkapan kepada yang sebaya) contohnya :
)٦٢: ( الكهف
lafal ini subjeknya adalah nabi Musa dan objeknya adalah pelayan nabi Musa, konteks
kalimat ini diucapkan ketika nabi Musa bersama pelayannya berjalanan mencari nabi
Khidir untuk menuntut ilmu. (c) tahdid (ancaman) contohnya
kata (dirikanlah), ungkapan ini subjeknya adalah Allah dan petuturnya
adalah orang kafir. Konteks kalimat pada ayat ini menunjukkan ancaman kepada
orang-orang yang dhalim kepada Allah, (d) irsyad (petunjuk) contohnya:
)١٦ : (الكهف
: ) الكهف
(١٠
Kata (berikanlah), ungkapan ini subjeknya adalah manusia dan kata
(sempurnakanlah) objeknya adalah Allah. Konteks kalimat ini diungkapkan sebagai
permohonan manusia kepada Allah SWT yang memohon agar diberikan rahmat dan
disempurnakan petunjuk yang lurus. Sehingga ayat ini mempunyai makna doa.
F. Kesimpulan
Pertama, Kalimat perintah adalah suatu kalimat yang berisi perintah untuk melakukan
sesuatu. Sedangkan menurut Ali Al-Jarim dan Amin Musthafa mendefenisikan kalimat
perintah (al-amr): طلَب الفع ل على وج ه االس تعالءatau menuntut dilakukannya suatu
pekerjaan oleh pihak yang tinggi kepada pihak yang lebih rendah.
Kedua, Surat Al-Kahfi berjumlah 110 ayat. Dari jumlah ayat tersebut peneliti
menemukan makna asli amar (perintah mengandung arti perintah) sebanyak 6 ayat dan
makna lain amar (kata perintah mengandung makna bukan perintah) yang lebih banyak
dari pada makna asli amar (perintah mengandung makna perintah) yaitu 14 ayat . Jumlah
tersebut mencakup semua makna lain amar yang terdiri atas 5 makna, dengan urutan yang
paling banyak jumlahnya yaitu ta’jiz (melemahkan), iltimas (permintaan kepada yang
sebaya), irsyad (petunjuk), tahdid (ancaman), doa.
G. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, disampaikan saran-saran sebagai berikut (1) hasil
penelitian menunjukkan bahwa dalam Surat al-Kahfi terdapat ayat-ayat yang
mengandung kalam insya thalabi dengan berbagai bentuk, dan peneliti hanya terfokus
pada Al-Amru (kalimat perintah)nya saja maka para peneliti lain hendaknya melakukan
penelitian lebih lanjut tentang kalam insya’ thalabi maupun kalam insya’ ghairu thalabi
dalam surat Al-Kahf lebih banyak dan lebih panjang, (2) penelitian ini memiliki
keterbatasan, baik yang berkaitan dengan datanya, substansi masalahnya, maupun
metodenya (model analisisnya). Oleh karena itu, disarankan kepada berbagai pihak yang
berkompeten dengan ilmu ma’ani maupun tafsir al-Quran untuk melakukan penelitian
lanjutan dengan menggunakan data, substansi masalah, dan model analisisnya yang
berbeda dan lebih komprehensif.
Daftar Pustaka