Anda di halaman 1dari 3

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanah Longsor


Longsor merupakan perpindahan massa tanah atau batuan menuruni
lereng secara alami akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan
penyusun lereng tersebut (Agustina, 2014). Menurut Nandi (2007), beberapa
faktor penyebab terjadinya longsor adalah:
a. Lereng Terjal
Lereng yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Kebanyakan
sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 90o. Van Zuidam (1988)
dalam Rahmawati (2009) mengklasifikasikan kemiringan lereng menjadi 7,
yaitu :
a. 0o -2o (0% - 2%) kemiringan lereng datar.
b. 2o -4o (2% - 7%) kemiringan lereng landai.
c. 4o -8o (7% - 15%) kemiringan lereng miring.
d. 8o -16o (15% - 30%) kemiringan lereng agak curam.
e. 16o -35o (30% - 70%) kemiringan lereng curam.
f. 35o -55o (70% - 140%) kemiringan lereng sangat curam.
g. >55o (>140%) kemiringan lereng terjal.
Wilayah dengan kemiringan lereng antara 0% hingga 15% akan stabil
terhadap kemungkinan longsor, sedangkan di atas 15% berpotensi terjadi
longsor.
b. Hujan
Intensitas curah hujan yang tinggi dapat mengakibatkan munculnya
pori-pori tanah hingga terjadi retakan yang menyebabkan merekahnya tanah
permukaan, sehingga tanah akan mengalami gerak lateral akibat terbawa air
hujan yang menyebab terjadinya longsor.
c. Adanya Beban Tambahan
Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng akan
memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor.
d. Pengundulan Hutan
Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul
dimana pengikatan air tanah oleh akar pepohonan sangat kurang.
Menurut Nandi (2007), dampak yang dapat ditimbulkan karena
terjadinya bencana tanah longsor adalah:
a. Banyaknya korban jiwa
b. Terjadi kerusakan jalan, jembatan, bangunan dan lain-lain
c. Mengganggu keseimbangan ekosistem
d. Menimbulkan kerugian secara materil
e. Terjadinya longsor dapat menutup lahan produktif

2.2 Bidang Gelincir


Salah satu penyebab bencana tanah longsor yang sangat berpengaruh
adalah bidang gelincir tanah longsor. Pada bencana longsor, air yang meresap
ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus
sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah
menjadi licin dan tanah di atasnya akan bergerak menuruni lereng (Heradian
dan Arman, 2015).
Tidak semua tanah memiliki bidang gelincir karena keberadaan bidang
gelincir dipengaruhi oleh struktur tanah yang membentuk tanah tersebut.
Bidang gelincir merupakan faktor utama yang menyebabkan terjadinya tanah
longsor. Bidang gelincir dapat diidentifikasi dengan menggunakan metode
geolistrik.

2.3 Metoda Geolistrik


Metoda geolistrik adalah salah satu metode dalam geofisika yang
mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi. Pendeteksian di atas
permukaan meliputi pengukuran medan potensial, arus dan elektromagnetik
yang terjadi baik secara alamiah maupun akibat penginjeksian arus ke dalam
bumi. Pada metode geolistrik tahanan jenis, arus listrik diinjeksikan ke dalam
bumi melalui dua elektroda arus. Beda potensial yang terjadi di ukur melalui
dua elektroda potensial yang berada di dalam konfigurasi. Dari hasi
pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda tertentu,
dapa ditentukan variasi harga hambatan jenis masing-masing lapisan di
bawah titik ukur (Adhi, 2007).
Metode tahanan jenis adalah metode yang paling sering digunakan
dalam eksplorasi sumber daya alam. Metode ini pada prinsipnya bekerja
dengan menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi melalui dua elektroda arus
sehingga menimbulkan beda potensial. Dan beda potensial yang terjadi
diukur melalui dua elektroda potensial. Hasil pengukuran arus dan beda
potensial untuk setiap jarak elektroda yang berbeda dapat digunakan untuk
menurunkan variasi harga tahanan jenis lapisan di bawah titik ukur. Metode
ini lebih efektif dan cocok digunakan untuk eksplorasi yang sifatnya dangkal,
jarang memberikan informasi lapisan di kedalaman lebih dari 1000 kaki atau
1500 kaki. Metode ini jarang digunakan untuk eksplorasi minyak tetapi lebih
banyak digunakan dalam bidang engineering geology seperti penentuan
kedalaman basement, pencarian reservoir air, dan eksplorasi geothermal
(Adhi, 2007).
Geolistrik merupakan salah satu cara yang digunakan dalam penslitian
untuk mengetahui lapisan-lapisan batuan. Dimana prinsip kerjanya adalah
mendapatkan aliran listrik dalam bumi dan mendeteksinya di permukaan
bumi. Meliputi pengukuran potensial, arus, dan medan elektromagnetik yang
dapat terjadi secara alami atau injeksi arus secara buatan. Lapisan batuan atau
material memiliki tahanan jenis yang besar resistivitasnya dapat diukur
dengan cara mengalirkan arus melalui lapisan-lapisan batuan. Struktur yang
dapat diamati dari hasil pengukurang dengan metode geolistrik adalah
geologi, litologi, dan topografi. Struktur dari topografi inilah yang nantinya
dapat mempengaruhi bidang gelincir struktur tanah dan akan mengakibatan
terjadinya longsor. Dengan mengamati bidang gelincir dengan metode
geolistrik dapat mendeteksi terjadinya longsor (Adhi, 2007).
2.4 Daya Tahan Tanah
Daya tahan tanah merupakan kekuatan tanah untuk menahan beban
yang berada diatas permukaan tanah. Daya tahan tanah dapat diukur dengan
menggunakan penetrometer. Daya tahan tanah dipengaruhi oleh struktur dan
tekstur tanah. Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif dari berbagai
golongan besar partikel tanah dalam suatu massa tanah, terutama
perbandingan antara fraksi-fraksi liat, lempung, dan pasir (Ristianto, 2007).
Penentuan tekstur tanah dapat dilakukan di lapangan dan di
laboratorium dengan metode pipet dan hydrometer. Penetapan tekstur di
lapangan dilakukan dengan cara : 1) masa tanah kering atau lembab dibasahi,
kemudian diprid diantara ibu jari dan telunjuk sehingga memebntuk pita
lembab, sambil dirasakan adanya rasa kasar, licin dan lengket; 2) tanah
tersebut dibuat bola, digulung dan diamati adanya daya tahan terhadap
tekanan dan kelekatan masaa tanah sewaktu telunjuk dan ibu jari diregangkan
(Mega dkk, 2010).
Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil dari tanah akbiat
melekatnya butir-butir tanah satu samalain. Satu unit struktur disebut ped.
Apabila unit-unit struktur tersebut tidak terbentuk maka dikatakan bahwa
tanah tersebut tidak berstruktur. Dalam hal ini ada dua kemungkinan yaitu : 1)
Butir tunggal = butir-butir tanah tidak melekat satu sama lain; 2) Pejal =
buitr-butir tanah 13 melekat satu sama lain dengan kuat sehingga tidak
membentuk gumpalan-gumpalan (Mega dkk, 2010).

2.5 Penetrometer
Penetrometer digunakan untuk mengetahui sifat-sifat tanah tanpa
merusak massa tanah, sehingga kalaupun ada kerusakan yang diakibatkan
oleh penggunaan penetrometer sangat kecil. Ada dua prinsip dasar
penetrometer, yaitu dinamis dan statis. Penetrometer dinamis dirancang untuk
dimasukkan ke dalam tanah dengan bantuan beban yang ditimpakan kepada
alat, digunakan untuk mengevaluasi lapisan tanah di jalan raya. Sedangkan
penetrometer statis adalah alat yang dirancang untuk didorong atau ditekan ke
dalam tanah secara perlahan dengan kecepatan yang tetap untuk menghindari
pengaruh dinamis. Dalam penggunaan penetrometer, sifat-sifat tanah dapat
mempengaruhi ketahanan tanah, diantaranya kandungan air tanah, berat isi,
struktur, dan tekstur tanah (Kurnia dkk, 2006)

Anda mungkin juga menyukai