Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BIOKIMIA

OKSIDASI PIRUVAT, SIKLUS KREBS DAN TRANSPORT


ELEKTRON

SYARIFAH LINDRA CITRA


NIM : 1601054

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV RIAU
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan karunia dan nikmat bagi umatNya.
Alhamdulilaah Makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah biokimia karena terbatasnya ilmu yang dimiliki oleh
penulis maka Makalah ini jauh dari sempurna untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat
penulis harapkan. Tidak lupa penulis sampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada
semua pihak yang telah turut membantu dalam penyusunan Makalah ini. Semoga bantuan dan
bimbingan yang telah diberikan kepada kami mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Amin Akhirnya penulis berharap semoga Makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca.

Pekanbaru , 24 maret 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di sebagian besar sistem biologi, energy dilepaskan dari molekul, tidak berasal
dari pembakaran tetapi oleh kontrol metabolisme oksidasi yang disebut
dengan proses respirasi. Oksidasi aerobik glukosa ini memerlukan partisipasi
dari tiga proses metabolisme yang saling terkait (Siklus asam sitrat, transpor
elektron dan fosforilasi oksidatif) semua proses ini terjadi di mitokondria.
Mitokondria sering disebut dengan pabrik energi dari sel.Di dalam materi ini akan
dibahas salah satu bagian dari sebagian besar proses respirasi sel yaitu oksidasi
rantai karbon dari piruvat untuk membentuk ko-enzim dan beberapa
ATP.Piruvat yang digunakan dibentuk oleh proses glikolisis, piruvat yang
dihasilkan dari proses glikolisis ini tidak dikonversi menjadi laktat, tetapi
piruvat ini dioksidasiuntuk membentuk CO2dan Asetil-KoA yang melalui
proses enzimatik. Langkah pertama dalam oksidasi piruvat ini adalah reaksi
dekarboksilasi oksidatif yang melibatkan ko-enzim A. Produk dari reaksi ini
adalah CO2 dan asetil ko-A. Dua karbon ditambahkan dari ko-enzim A.
Selanjutnya Asetil-Koa yang dihasilkan dibawa ke siklus kreb untuk diubah lebih
lanjut menjadi ATP(Horton,2002: 372)

Respirasi seluler adalah proses perombakan molekul organik kompleks yang kaya
akan energi potensial menjadi produk limbah yang berenergi lebih rendah pada
tingkat seluler. Pada respirasi sel, oksigen terlibat sebagai reaktan bersama dengan
bahan bakar organik dan akan menghasilkan air, karbon dioksida, serta produk energi
utamanya ATP. ATP (adenosin trifosfat) memiliki energi untuk aktivitas sel seperti
melakukan sintesis biomolekul dari molekul pemula yang lebih kecil, menjalankan
kerja mekanik seperti pada kontraksi otot, dan mengangkut biomolekul atau ion
melalui membran menuju daerah berkonsentrasi lebih tinggi. Secara garis besar,
respirasi sel melibatkan proses-proses yang disebut glikolisis, siklus Krebs atau siklus
asam sitrat, dan rantai transpor elektron.
Rantai transpor elektron menerima elektron dari produk hasil perombakan
glikolisis dan siklus Krebs dan mentransfer elektron dari satu molekul ke molekul lain.
Energi yang dilepaskan dari setiap pelepasan elektron tersebut digunakan untuk
membuat ATP.

B. Rumusan Masalah

1. Penjelasan Oksidasi piruvat


2. Penjelasan Siklus krebs
3. Penjelasan Transport elektron
BAB II
PEMBAHASAN

1. Oksidasi piruvat

Dekarboksilasi oksidatif adalah suatu reaksi yang mengubah asam piruvat


yang beratom 3 C menjadi senyawa baru yang beratom 2 C,yaitu asetil koenzim-A
(asetil ko-A). Reaksi dekarboksilasi oksidatif ini (disingkat DO) sering juga disebut
sebagai tahap persiapan untuk masuk ke siklus Krebs. Reaksi ini terjadi di
intramembran mitokondria . Setelah melalui reaksi glikolisis, jika terdapat
molekul oksigen yang cukup maka asam piruvat akan menjalani tahapan reaksi
selanjutnya, yaitu siklus Krebs yang bertempat di matriks mitokondria. Jika tidak
terdapat molekul oksigen yang cukup maka asam piruvat akan menjalani reaksi
fermentasi. Akan tetapi, asam piruvat yang mendapat molekul oksigen yang
cukupakan meneruskan tahapan reaksi yaitu ke siklus krebs. Namun, asam
piruvat ini tidak dapat begitu saja masuk ke dalam siklus Krebs, karena asam
piruvat memiliki atom C terlalu banyak, yaitu 3 buah. Persyaratan molekul
yang dapat menjalani siklus Krebs adalah molekul tersebut harus mempunyai
dua atom C (2 C). Karena itu, asam piruvat akan menjalani reaksi
dekarboksilasi oksidatif.
Reaksi oksidasi piruvat hasil dari glikolisis menjadi asetil koenzim-A, merupakan
tahap reaksi penghubung yang penting antara glikolisis dengan jalur metabolisme
lingkar asam trikarboksilat (daur Krebs). Reaksi yang dikatalisis oleh kompleks
piruvat dehidrogenase dalam matriks mitokondria melibatkan tiga macam enzim
yaitu piruvat dehidrogenase, dihidrolipoamid asetiltransasetilase, dan
dihidrolipoamiddehidrogenase dan lima macam gugus prostetik yaitu
Tiaminpirofosfat(TPP), asam lipoat, koenzim-A, Flavin AdeninDinukleotida(FAD),
dan Nikotinamid Adenin Dinukleotida(NAD) yang berlangsung dalam lima tahap
reaksi.Pertama-tama, molekul asam piruvat yang dihasilkan reaksi glikolisis akan
melepaskan satu gugus karboksilnya yang sudah teroksidasi sempurna dan
mengandung sedikit energi, yaitu dalam bentuk molekul CO2. Setelah itu, 2 atom
karbon yang tersisa dari piruvat akan dioksidasi menjadi asetat (bentuk ionisasi
asam asetat).

Selanjutnya, asetat akan mendapat transfer elektron dari NAD+ yang


tereduksi menjadi NADH. Kemudian, koenzim A (suatu senyawa yang
mengandung sulfur yang berasal dari vitamin B) diikat oleh asetat dengan ikatan
yang tidak stabil dan membentuk gugus asetil yang sangat reaktif, yaitu asetil
koenzim-A, yang siap memberikan asetatnya ke dalam siklus Krebs untuk
proses oksidasi lebih lanjut. Selama reaksi transisi ini, satu molekul glukosa
yang telah menjadi 2 molekul asam piruvat lewat reaksi glikolisis menghasilkan 2
molekul NADH. Dekarboksilasi oksidatif akan mengubah asam piruvat menjadi asetil
ko-A. Tahap ini terjadi dalam beberapa reaksi yang dikatalisis oleh kompleks
enzim yang disebut piruvat dehidrogenase. Enzim ini terdapat pada
mitokondria pada sel eukariotik, sedangkan pada prokariotik terdapat pada
sitoplasma.Hasil dari dekarboksilasi oksidatif adalah molekul asetil ko-A, NADH,
dan CO2. Satu molekul glukosa akan diubah menjadi dua molekul asam piruvat
dalam glikolisis, artinya proses dekarboksilasi oksidatif untuksatu molekul glukosa
akan menghasilkan 2 molekul asetil ko-A, 2 NADH, dan 2 CO2. Keseluruhan reaksi
dekarboksilasi ini bersifat irreversible.
2. Siklus krebs

Jalur metabolisme daur asam trikarboksilat ( asam sitrat ) pertama kali ditemukan
oleh Hans Krebs pada tahun 1937. Oleh karena itu jalur ini disebut pula daur
krebs. Siklus asam sitrat adalah serangkaian reaksi kimia dalam sel, yaitu pada
mitokondria, yangberlangsung secara berurutan dan berulang, bertujuan
mengubah asam piruvat menjadi CO2, H2O dan sejumlah energi. Proses ini
adalah proses oksidasi dengan menggunakan oksigen atau aerob. Jalur daur ini
merupakan jalur metabolisme yang utama dari berbagai senyawa hasil
metabolisme, yaitu hasil katabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Asetil
koenzim–A ( sebagai hasil katabolisme lemak dan karbohidrat ), oksalasetat, fumarat,
dan α –ketoglutarat ( sebagai hasil katabolisme asam amino dan protein), masuk ke
dalam daur krebs untuk selanjutnya dioksidasi melalui beberapa tahap reaksi yang
kompleks menjadi CO2, H2O dan energi ATP.

Didalam sel eukariot, metabolisme asam trikarboksilat berlangsung didalam


mitokondrion. Sebagai enzim dalam metabolisme ini terdapat didalam cairan matrik
dan sebagian lagi terikat pada bagian dalam membran mitokondrion. Telah pula
diketahui bahwa beberapaenzim dalam siklus asam sitrat ( seperti akonitat
hidratase, isositrat dehidrogenase, fumarase, dan malat dehidrogenase ) terdapat
di dalam sitoplasma sel jaringan tertentu meskipun di situ tidak ditunjukan adanya
kegiatan siklus asam sitrat. Fungsi utama siklus krebs adalah :
1.Menghasilkan karbon dioksida terbanyak pada jaringan manusia.
2.Menghasilkan sejumlah koenzim tereduksi yang menggerakkan rantai
pernapasan untuk produksi ATP.
3.Mengkonversi sejumlah energi serta zat intermidiet yang berlebihan untuk
digunakan pada sintesis asam lemak.
4.Menyediakan sebagian bahan keperluan untuk sintesis protein dan asam
nukleat.
5.Melakukan pengendalian langsung atau tidak langsung (alosterik) terhadap
sistem enzim lain melalui komponen-komponen siklus.
Tahapan siklus krebs
Pada tahap reaksi pertama, enzim sitrat sintase mengkatalisis reaksi
kondensasi antara asetil koenzim–A dengan oksaloasetat menghasilkan sitrat.
Reaksi ini merupakan suatu reaksi kondensasi aldol antara gugus metil dari asetil
koenzim–A dan gugus karbonil dari oksaloasetat dimana terjadi hidrolisis ikatan
tioester dan pembentukan senyawa koenzim–A bebas. Reaksi ini adalah
suatu hidrolisis eksergonik yang menghasilkan energi dan merupakan reaksi
pendorong pertama untuk daur krebs. Laju reaksi ditentukan oleh jumlah asetil
koenzim–A yang tersedia, oksaloasetat dan kadar suksinil koenzim–A yang
merupakan zat penghambat saing ( inhibitor kompetitif ) dan sitrat sintase.

Tahap reaksi kedua merupakan pembentukan asam isositrat dari sitrat melalui cis-
akonitat, dikatalisis secara reversible oleh enzim akonitase. Enzim ini
mengkatalisis reaksi reversibel penambahan H2O pada ikatan rangkap cis-
akonitat dalam dua arah, yang satu ke pembentukan sitrat dan yang lain ke
pembentukan isositrat. Asam sitrat adalah molekul prokiral, yaitu suatu molekul
yang dapat bereaksi secara senjang meskipum tidak mempunyai atom karbon
yang senjang. Hal ini dimungkinkan karena setengah bagian dari molekulnya
bersifat bayangan cermin yang tak dapat ditumpangtindahkan terhadap setengah
bagian lainnya.

Keadaan ini dapat dibedakan oleh enzim akonitase yang stereospesifik


sehingga enzim ini hanya akan menyerang salah satu dari setengah bagian
tersebut. percobaan dengan radioisotop membuktikan, akonitase hanya
menyerang bagian molekul sitrat yang berasal dari oksalat saja. Telah diketahui
akonitase terdapat di dalam jaringan hewan dalam dua bentuk isoenzim, satu dalam
mitokondrion dan yang lain dalam sitosol.

Tahap reaksi ketiga, Oksidasi isositrat menjadi α –ketoglutarat berlangsung


melalui pembentukan senyawa antara oksalosuksinat yang berikatan dengan
enzim isositrat dehidrogenase dengan NAD berperan sebagai koenzimnya. Telah
diketahui adanya dua macam isositrat dehidrogenase, yang satu berikatan dengan
NAD ( NAD –isositrat dehidrogenase ) dan yang lainnya dengan NADP ( NADP
–isositrat dehidrogenase ). NAD –Isositrat dehidrogenase terdapat hanya di
dalam mitokondrion maupun sitoplasma. Enzim yang pertama mengkatalisis proses
oksidasi isositrat menjadi oksalosuksinat dan dekarboksilasi oksalosuksinat
menjadi α –ketoglutarat. Pengubahan isositrat ke oksaloasetat dapat dihambat oleh
difenilkloroarsin, sedangkan dekarboksilasi oksaloasetat dihambat oleh pirofosfat.

Tahap reaksi keempat adalah oksidasi α-ketoglutarat menjadi suksinatmelalui


pembentukan subsinil ke koenzim-A.pembentukan suksinil koenzim-A dari α -
etoglutarat adalah reaksi yang irreversible dan dikatalisis oleh enzim kompleks α-
ketoglutarat dehidrogenase. Reaksi ini berlangsung yang sama seperti proses oksidasi
piruvat menjadi asetilkoenzim-A dan CO2, yaitu dengan melibatkan koenzim
tiamin pirofosfat, asam lipoat, koenzim-A, FAD, dan NAD+. Suksinil koenzim-A
adalah suatu senyawa tioester berenergi tinggi. Selanjutnya suksinil koenzim-A
melepaskan koenzim-A nya dengan dirangkaikan dengan reaksi pembentukan
energy, GTP dari GDP dan fosfat. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim suksinil
koenzim-A sintetase yang khas untuk GDP. Selanjutnya GTP yang terbentuk dari
reaksi ini dipakai untuk sintesis ATP dari ADP dengan enzim nukleosida difosfat
kinase.

Reaksi :GTP + ADP GDP + ATP Pembentukan GTP


( atau ATP) yang dikaitkan dengan reaksi deasilasi suksinil koenzim-A ini disebut
fosforilase tingkat substrat. Ini berlainan dengan proses fosforilasi yang dihubungkan
dengan rantai pernapasan (fosforilasi bersifat oksidatif).

Pada reaksi tahap kelima, suksinat dioksidasi menjadi fumarat oleh enzim
suksinat dehidrogenase yang berkaitan dengan flavin adenin dinukleotida (FAD)
sebagai koenzimnya.Enzim ini terbuat pada membrane dalam mitokondrion. Dalam
reaksi ini FAD berperan sebagai guguspenerima hydrogen. Reaksi tahap keenam
merupakan reaksi reversible penambahan satu molekul H2O ke ikatan rangkap
fumarat, menghasilkan L-malat, dengan dikatalisis enzim fumarase tanpa
koenzim.Enzim ini bersifat stereospesifik, bertindak hanya terhadap bentuk L-
stereoisomer dari malat. Dalam reaksi ini fumarase mengkatalisis proses
penambahan trans atom H Dan gugus OH ke ikatan rangkap fumarat. Pada reaksi tahap
terakhir, siklusasam trikarboksilat, L-malat diooksidasi menjadi oksalasetat oleh
enzim L-malat dehidrogenase yang berikatan dengan NAD. Reaksi ini adalah
endergonik tetapi laju reaksinya berjalan lancar kekanan. Hal ini dimungkinkan
karena reaksi berikutnya, yaitu reaksi kondensasi oksalasetat dengan asetil koenzim-
A adalah reaksi eksergonik yang irreversible. Malat dehidrogenase adalah enzim
yang berzifat stereospesifik untuk bentuk L-stereoisomer dari malat.

Adapun fungsi dari daur siklus kreb adalah :

1. Berfungsi mengoksidasi hasil glikolisis mjd CO2 dan juga menyimpan energi ke
bentuk molekul berenergi tinggi seperti ATP, NADH, FADH2

2. Sentral dalam siklus oksidatif dlm respirasi  dimana semua makromolekul


dikatabolisis (Karbohidrat, Lipid dan Protein)

3. Untuk kelangsungannya membutuhkan : NAD, FAD, ADP, Pyr dan OAA

4. Menghasilkan senyawa intermediet yg penting  asetil Co A,  KG & OAA

5. Merupakan prekursor untuk biosintesis makromolekul– makromolekul. Sumber-


sumber asetil KoA sebagai bahan baku siklus Krebs:

1. Dari hasil metabolisme karbohidrat melalui proses glikolisis yang menghasilkan


Piruvat kemudian dioksidasi secara aerob menjadi asetil KoA lalu masuk kedalam siklus
kreb.

2. Dari hasil metabolisme asam lemak melalui jalur β-oksidasi.

3. Dari hasil metabolisme asam amino melalui jalur degradasi asam amino.

3. Transport Elektron

Rantai transpor elektron adalah tahapan terakhir dari reaksi respirasi aerob. Transpor
elektron sering disebut juga sistem rantai respirasi atau sistem oksidasi terminal. Transpor
elektron berlangsung pada krista (membran dalam) dalam mitokondria. Molekul yang
berperan penting dalam reaksi ini adalah NADH dan FADH2, yang dihasilkan pada
reaksi glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, dan siklus Krebs. Selain itu, molekul lain yang
juga berperan adalah molekul oksigen, koenzim Q (Ubiquinone), sitokrom b, sitokrom c,
dan sitokrom a.
Pertama-tama, NADH dan FADH2 mengalami oksidasi, dan elektron berenergi tinggi
yang berasal dari reaksi oksidasi ini ditransfer ke koenzim Q. Energi yang dihasilkan
ketika NADH dan FADH2 melepaskan elektronnya cukup besar untuk menyatukan ADP
dan fosfat anorganik menjadi ATP. Kemudian koenzim Q dioksidasi oleh sitokrom b.
Selain melepaskan elektron, koenzim Q juga melepaskan 2 ion H+. Setelah itu sitokrom b
dioksidasi oleh sitokrom c. Energi yang dihasilkan dari proses oksidasi sitokrom b oleh
sitokrom c juga menghasilkan cukup energi untuk menyatukan ADP dan fosfat anorganik
menjadi ATP.
Kemudian sitokrom c mereduksi sitokrom a, dan ini merupakan akhir dari rantai
transpor elektron. Sitokrom a ini kemudian akan dioksidasi oleh sebuah atom oksigen,
yang merupakan zat yang paling elektronegatif dalam rantai tersebut, dan merupakan
akseptor terakhir elektron. Setelah menerima elektron dari sitokrom a, oksigen ini
kemudian bergabung dengan ion H+ yang dihasilkan dari oksidasi koenzim Q oleh
sitokrom b membentuk air (H2O). Oksidasi yang terakhir ini lagi-lagi menghasilkan
energi yang cukup besar untuk dapat menyatukan ADP dan gugus fosfat organik menjadi
ATP. Jadi, secara keseluruhan ada tiga tempat pada transpor elektron yang menghasilkan
ATP. Sejak reaksi glikolisis sampai siklus Krebs, telah dihasilkan NADH dan FADH2
sebanyak 10 dan 2 molekul. Dalam transpor elektron ini, kesepuluh molekul NADH dan
kedua molekul FADH2 tersebut mengalami oksidasi sesuai reaksi berikut.

Molekul pemindah elektron dan proton

Rantai transpor elektron membawa baik proton maupun elektron, mengangkut


proton dari donor ke akseptor, dan mengangkut proton melawati membran. Proses ini
menggunakan molekul yang larut dan terikat pada molekul transfer. Pada mitokondria,
elektron ditransfer dalam ruang antarmembran menggunakan protein transfer elektron
sitokrom c yang larut dalam air. Ia hanya mengangkut elektron, dan elektron ini
ditransfer menggunakan reduksi dan oksidasi atom besi yang terikat pada protein pada
gugus heme strukturnya. Sitokrom c juga ditemukan pada beberapa bakteri, di mana ia
berlokasi di dalam ruang periplasma.

Dalam membran dalam mitokondria, koenzim Q10 pembawa elektron yang larut
dalam lipid membawa baik elektron maupun proton menggunakan siklus redoks. Molekul
benzokuinon yang kecil ini sangat hidrofobik, sehingga ia akan berdifusi dengan bebas ke
dalam membran. Ketika Q menerima dua elektron dan dua proton, ia menjadi bentuk
tereduksi ubikuinol (QH2); ketika QH2 melepaskan dua elektron dan dua proton, ia
teroksidasi kembali menjadi bentuk ubikuinon (Q). Akibatnya, jika dua enzim disusun
sedemikiannya Q direduksi pada satu sisi membran dan QH2 dioksidasi pada sisi lainnya,
ubikuinon akan menggandengkan reaksi ini dan mengulang alik proton melewati
membran. Beberapa rantai transpor elektron bakteri menggunakan kuinon yang berbeda,
seperti menakuinon, selain ubikuinon.

Dalam protein, elektron ditransfer antar kofaktor flavin, gugus besi-sulfur, dan
sitokrom. Terdapat beberapa jenis gugus besi-sulfur. Jenis paling sederhana yang
ditemukan pada rantai transfer elektron terdiri dari dua atom besi yang dihubungkan oleh
dua atom sulfur; ini disebut sebagai gugus [2Fe–2S]. Jenis kedua, disebut [4Fe–4S],
mengandung sebua kubus empat atom besi dan empat atom sulfur. Tiap-tiap atom pada
gugus ini berkoordinasi dengan asam amino, biasanya koordinasi antara atom sulfur
dengan sisteina. Kofaktor ion logam menjalani reaksi redoks tanpa mengikat ataupun
melepaskan proton, sehingga pada rantai transpor elektron ia hanya berfungsi sebagai
pengangkut elektron. Elektron bergerak cukup jauh melalui protein-protein ini dengan
cara meloncat disekitar rantai kofaktor ini.

Rantai transpor elektron eukariotik

Banyak proses katabolik biokimia, seperti glikolisis, siklus asam sitrat, dan
oksidasi beta, menghasilkan koenzim NADH. Koenzim ini mengandung elektron yang
memiliki potensial transfer yang tinggi. Dengan kata lain, ia akan melepaskan energi
yang sangat besar semasa oksidasi. Namun, sel tidak akan melepaskan semua energi ini
secara bersamaan karena akan menjadi reaksi yang tidak terkontrol. Sebaliknya, elektron
dilepaskan dari NADH dan dipindahkan ke oksigen melalui serangkaian enzim yang akan
melepaskan sejumlah kecil energi pada tiap-tiap enzim tersebut. Rangkaian enzim yang
terdiri dari kompleks I sampai dengan kompleks IV ini disebut sebagai rantai transpor
elektron dan ditemukan dalam membran dalam mitokondria. Suksinat juga dioksidasi
oleh rantai transpor elektron, namun ia terlibat dalam lintasan yang berbeda.

Pada eukariota, enzim-enzim pada sistem transpor ini menggunakan energi yang
dilepaskan dari oksidasi NADH untuk memompa proton melewati membran dalam
mitokondria. Hal ini menyebabkan proton terakumulasi pada ruang antarmembran dan
menghasilkan gradien elektrokimia di sepanjang membran. Energi yang tersimpan
sebagai energi potensial ini kemudian digunakan oleh ATP sintase untuk menghasilkan
ATP. Mitokondria terdapat pada hampir semua eukariota, dengan pengecualian pada
protozoa anaerobik seperti Trichomonas vaginalis yang mereduksi proton menjadi
hidrogen menggunakan hidrogenosom.

Rantai transpor elektron Prokariotik

Berbeda dengan banyaknya kemiripan dalam struktur dan fungsi rantai transpor
elektron pada eukariota, bakteri dan arkaea memiliki banyak jenis enzim transfer elektron
yang sangat bervariasi. Enzim-enzim yang bervariasi ini pula menggunakan senyawa
kimia yang bervaruasi sebagai substrat. Walau demikian, terdapat kesamaan dengan
rantai transpor elektron eukarita, yaitu transpor elektron prokariotik juga menggunakan
energi yang dilepaskan dari oksidasi substrat untuk memompa ion keluar masuk
membran dan menghasilkan gradien elektrokimia. Fosforilasi oksidatif bakteri, utamanya
bakteri Escherichia coli telah dipahami secara mendetail, manakala pada arkaea, hal ini
masih belum dipahami dengan baik.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

. Dekarboksilasi Oksidatif.Di akses pada tanggal 24 maret 2020 di


http://biologipedia.blogspot.co.id/2010/10/dekarboksilasi-oksidatif.html.
Horton, et al. 2002. Principles Of Biochemistry Third Edition. Person
Education International: Canada.
Kimball, dkk. 2003. Biology Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Lehninger. 2005. Dasar-dasar Biokimia Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Strayer, L. 1995. Biochemistry. W. H. Freeman And Company: New York.
Tim Pengajar Biokimia TPB-IPB, 2010. Respirasi Sel. [terhubung berkala]
http://bima.ipb.ac.id/~tpb.ipb/materi/biologi/Kuliah%203%20Respirasi%20
Selular.pdf. Di akses tanggal : 20 Oktober 2011

Anda mungkin juga menyukai