Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

LOGO (Institusi/badan/lainnya)/-

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKSANAKAN BANTUAN


HIDUP DASAR ( BHD ) MELALUI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
BANTUAN HIDUP DASAR ( BHD ) BAGI MASYARAKAT
GAGAKSIPAT NGEMPLAK BOYOLALI

Oleh :
Tim……
1……
2……..
3. dst…..

Institusi
TAHUN ....

1
2

DAFTAR ISI

Hal
HALAMAN SAMPUL............................................................................. 1
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................. 2
DAFTAR ISI ............................................................................................. 3

I PENDAHULUAN...................................................................... 5
II PERMASALAHAN/RUMUSAN MASALAH DAN SOLUSI.. 7
III TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 7
IV TUJUAN KEGIATAN................................................................. 15
V MANFAAT KEGIATAN........................................................... 16
VI KHALAYAK SASARAN…………………………………….. 17
VII TARGET LUARAN…………………………………………… 17
VIII PENDEKATAN/METODE PELAKSANAAN KEGIATAN … 17
IX KESIMPULAN………………………………………………… 19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
3

I. PENDAHULUAN
Kejadian henti Jantung atau yang lebih di kenal ”Cardiac arrest” tidak
bisa lepas dari penyakit jantung dan pembuluh darah, karena penyebab
tersering dari cardiac arrest adalah penyakit jantung koroner. Setiap tahun
terdapat kurang lebih 295.000 kasus cardiac arrest yang ditangani baik
dirumah sakit maupun diluar rumah sakit di Unites States (American Heart
Asociation, 2012). WHO (2008) menerangkan bahwa penyakit jantung,
bersama-sama dengan penyakit infeksi dan kanker masih tetap mendominasi
peringkat teratas penyebab utama kematian di dunia. Serangan jantung dan
problem seputarnya masih menjadi pembunuh nomor satu dengan raihan 29
persen kematian global setiap tahun. Di Indonesia data yang dikeluarkan oleh
Badan Litbang Kemenkes tahun 2013, bahwa yang di diagnosis dokter,
prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia tahun 2013 sebesar 0,5%
atau diperkirakan sekitar 883.447 orang, sedangkan berdasarkan diagnosis
dokter/gejala sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar 2.650.340 orang.
Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah tindakan darurat untuk
membebaskan jalan napas, membantu pernapasan dan mempertahankan
sirkulasi darah tanpa menggunakan alat bantu. Bantuan Hidup Dasar (BHD)
bertujuan untuk oksigenasi darurat secara efektif pada organ vital seperti otak
dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi buatan sampai paru dan
jantung dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuhnya sendiri secara normal.
Tindakan bantuan hidup dasar yang dilakukan oleh orang yang berada
di sekitar penderita segera setelah kejadian dapat meningkatkan kelangsungan
hidup penderita. Tindakan Bantuan Hidup Dasar (BHD) yang terlambat dan
tidak sesuai dengan prosedur, akan mengakibatkan gagalnya upaya
penyelamatan terhadap pasien.
Basic life support tidak hanya bisa dilakukan oleh kalangan medis
namun juga bisa dilakukan oleh kalangan non-medis (masyarakat awam).
Diluar negri seperti Negara Amerika Serikat oleh AHA (American Heart
Association) telah memberikan pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat
mengenai basic life support. Pendidikan dan pelatihan tersebut pun
4

membuahkan hasil dengan meningkatnya angka harapan hidup (survival rate)


akibat pertolongan Bantuan Hidup Dasar (BHD) yang dilakukan oleh orang
sekitar (bystander). Menurut McNally, setelah 3.400 kasus OHCA(out of
hospital cardiac arrest ) yang terjadi setelah kedatangan EMS di eksklusikan,
informasi CPR oleh orang sekitar yang dianalisis adalah sebanyak 28.289
kasus. Harapan hidup pasien secara keseluruhan setelah keluar dari rumah
sakit yang kejadian nya tidak disaksikan oleh personil EMS adalah 8.5%.
Dari sekian, pasien-pasien yang menerima CPR oleh orang sekitar memiliki
angka harapan hidup secara keseluruhan yang signifikan lebih tinggi (11.2%)
daripada mereka yang tidak (7.0%) (p<0.001). Dan menurut Newman, angka
harapan hidup secara keseluruhan setelah di nilai dan tangani oleh EMS
adalah 5,2% dan 10,4%, sedangkan angka harapan hidup secara keseluruhan
setelah disaksikan oleh orang sekitar adalah 31,7%. Berdasarkan data yang
tercantum diatas, terbukti bahwa angka harapan hidup meningkat pada korban
yang ditolong terlebih dahulu oleh masyarakat awam.
Masyarakat gagaksipat, Ngemplak, Boyolali memiliki berbagai
macam latar belakang namun sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani, sehingga di mungkinkan memiliki pengetahuan
dan keterampilan dalam melakukan bantuan hidup dasar dan juga di wilayah
tersebut belum pernah dilakukan pelatihan basic life support (BLS)/ bantuan
hidup dasar (BHD). Keterampilan melakukan Bantuan Hidup Dasar juga
harus dimiliki oleh masyarakat awam, karena masyarakat awam sering
sebagai orang yang melihat pertama kali terhadap kejadian kasus-kasus
trauma (benturan) maupun henti jantung yang sering terjadi di masyarakat,
sehingga jika masyarakat awam dibekali pengetahuan dan keterampilan
melakukan pertolongan bagi penderita gawat darurat diharapkan mereka
akan memiliki kemampuan dalam tindakan bantuan hidup dasar, dan jika
menjumpai kasus kegawat daruratan jantung di masyarakat mereka mampu
memberikan pertolongan secara cepat dan tepat.
Dari uraian diatas, betapa pentingnya meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) kepada masyarakat awam
5

khususnya kelompok pengajian khoirunnisa dan warga rt 6 rw 6 gagaksipat


ngemplak boyolali melalui pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD).

II. PERUMUSAN MASALAH DAN SOLUSI


Masyarakat gagaksipat, Ngemplak, Boyolali memiliki berbagai
macam latar belakang namun sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani, sehingga di mungkinkan memiliki pengetahuan
dan keterampilan dalam melakukan bantuan hidup dasar dan juga di wilayah
tersebut belum pernah dilakukan pelatihan basic life support (BLS)/ bantuan
hidup dasar (BHD). Keterampilan melakukan Bantuan Hidup Dasar juga
harus dimiliki oleh masyarakat awam, karena masyarakat awam sering
sebagai orang yang melihat pertama kali terhadap kejadian kasus-kasus
trauma (benturan) maupun henti jantung yang sering terjadi di masyarakat,
sehingga jika masyarakat awam dibekali pengetahuan dan keterampilan
melakukan pertolongan bagi penderita gawat darurat diharapkan mereka
akan memiliki kemampuan dalam tindakan bantuan hidup dasar, dan jika
menjumpai kasus kegawat daruratan jantung di masyarakat mereka mampu
memberikan pertolongan secara cepat dan tepat. Dari uraian diatas, betapa
pentingnya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang Bantuan
Hidup Dasar (BHD) kepada masyarakat awam khususnya kelompok
pengajian khoirunnisa dan warga rt 6 rw 6 gagaksipat ngemplak boyolali
melalui pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD).

III. TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Bantuan Hidup Dasar (BHD)
1. Pengertian
Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan usaha yang dilakukan

untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti

nafas (respiratory arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest).

Resusitasi jantung paru otak dibagi dalam tiga fase : bantuan hidup dasar,
6

bantuan hidup lanjut, bantuan hidup jangka lama. Namun pada

pembahasan kali ini lebih difokuskan pada Bantuan Hidup Dasar.

Bantuan Hidup Dasar (BHD) yang dikenal dengan Basic Life

Support, disingkat BLS) adalah suatu tindakan penanganan yang

dilakukan dengan sesegera mungkin dan bertujuan untuk menghentikan

proses yang menuju kematian.

Menurut AHA Guidelines tahun 2005, tindakan BLS ini dapat

disingkat dengan teknik ABC yaitu airway atau membebaskan jalan

nafas, breathing atau memberikan nafas buatan, dan circulation atau pijat

jantung pada posisi shock. Namun pada tahun 2010 dan 2015 tindakan

BLS diubah menjadi CAB (circulation, breathing, airway). Tujuan

utama dari BLS adalah untuk melindungi otak dari kerusakan yang

irreversibel akibat hipoksia, karena peredaran darah akan berhenti selama

3-4 menit.

2. Langkah-Langkah BLS (Sistem CAB)

a. Aman

Pastikan kondisi aman bagi penolong maupun korban.

Resusitasi Jantung Paru (RJP) dilakukan pada permukaan yang

keras dan rata.

b. Cek Respon

Cek respon korban sadar atau tidak. Bisa dengan menepuk

dan memanggil korban secara keras misal “Pak.. pak..!” serta

merangsang respon nyeri dengan cubitan di bawah bahu depan


7

korban. Langkah ini dilakukan sambil mengobservasi nafas korban

secara visual dengan cara melihat naik-turunya dinding dada. Bila

korban tak sadar dan secara visual terlihat nafas lemah atau tidak

ada maka lanjutkan langkah berikutnya

c. Aktifkan Sistem Bantuan Gawat darurat

Bertujuan untuk memanggil bantuan petugas kesehatan

yang lebih berwenang atau bantuan mengambilkan AED untuk

defibrilasi jantung. Bisa dilakukan dengan teriak “Tolong…” atau

“Tolong ambilkan AED” atau menelpon nomor gawat darurat.

Salah satu poin penting dalam BLS 2015 ini adalah penggunaan

AED untuk defibrilasi jantung, karena penggunaan AED terbukti

mampu meningkatkan tingkat keberhasilan BLS.

d. RJP Berkualitas Tinggi (High Quality CPR)

Kaji nadi karotis korban (dewasa) dengan cara meletakan

dua jari atau lebih di tengah leher kemudian geser ke tepi sambil

sedikit ditekan untuk meraba adanya nadi karotis. Pengkajian nadi

maksimal 10 detik, bila melebihi waktu tersebut tidak ditemukan

maka dianggap nadi tidak ada. Bila nadi tidak ada maka secepatnya

mulai kompresi dada 30 kali (sekitar 18 detik) dengan cara duduk

di samping korban, letakan dua telapak tangan saling menumpu di

tengah-tengah dada korban. lengan tegak lurus diatas dada korban

dan mulai tekan dinding dada dengan kedalaman 5 cm (dewasa)

dengan cepat sambil menghitung kompresi dada.


8

Setelah 30 kali kompresi dada dilanjutkan dengan manufer

head-tilt chin-lift (jaw thrust bila dicurigai trauma leher) untuk

membuka jalan nafas. Lanjutkan melakukan 2 kali nafas buatan

dengan cara menutup/memencet hidung korban kemudian tiupkan

udara dari mulut ke mulut sambil melihat pengembangan dinding

dada. Setiap nafas buatan setidaknya mampu mengembangkan

dinding dada selama 1 detik. Bila ada peralatan resuscitator nafas

maka bantuan nafas dilakukan dengan alat tersebut.

Salah satu poin perbaikan pada alur BLS 2010 adalah


penekanan pada high-quality CPR atau RJP berkualitas tinggi yang
didefiniskan dengan

1) Kompresi dada minimal 100-120 kali per menit


2) Kompresi dada kedalaman minimal 5 cm (dewasa)
3) Minimal interupsi / penghentian kompresi dada. Kompresi
dada dilakukan terus selama nadi spontan belum
ditemukan. Kompresi dada hanya dihentikan saat
memberikan bantuan nafas, AED melakukan analisis dan
AED melakukan defibrilasi jantung
4) Recoil sempurna yaitu dinding dada kembali ke posisi
normal secara penuh sebelum kompresi dada berikutnya
5) Menghindari bantuan nafas terlalu sering (avoid
hiperventilation)
6) 30 kali kompresi dada dan 2 kali bantuan nafas disebut 1
siklus RJP/CPR (resusitasi jantung paru / cardiopulmonary
resuscitation), 5 siklus RJP dilakukan selama 2 menit.
Setelah 5 siklus RJP dilakukan pengkajian nadi karotis,
bila belum ditemukan nadi maka dilanjutkan 5 siklus RJP
berikutnya, begitu seterusnya.
9

e. Defibrilasi dengan AED


Seperti yang telah disebutkan diatas, segera dilakukan
defibrilasi jantung dengan AED merupakan salah satu penekanan
pada algoritma BLS AHA 2015. Begitu AED datang maka
langsung pasang AED dengan mengikuti petunjuk penggunaan
AED (panduan AED langsung dengan perintah suara). AED akan
menganalisa apakah korban memerlukan defibrilasi jantung atau
tidak, bila memerlukan defibrilasi maka AED akan memandu
untuk menekan tombol defibrilasi. Begitu defibrilasi jantung
selesai lanjutkan dengan 5 siklus RJP berikutnya. Setelah 5 siklus
RJP tersebut, gunakan AED untuk menganalisis nadi korban lagi.
Begitu seterusnya sampai ada indikasi penghentian RJP yaitu
apabila nadi spontan dan nafas korban kembali normal, bantuan
tim ALS (Advance Life Support) / ACLS (Advance Cardiac Life
Support) datang atau penolong tidak mampu lagi melakukan RJP.

B. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu ( Notoatmodjo,
2007). Penginderaan tersebut menjadi panca indera manusia yaitu indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga, perilaku dalam
bentuk pengetahuan yakni dengan mengetahui situasi atau rangsangan
dari luar. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Apabila perilaku didasari
pengetahuan, kesadatran dan sikap positif maka perilaku tersebuat akan
bersifat langgeng (long tasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak
didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung
lama.
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang dicakup dalam
domain kognitif mempunyai enam tingkatan yakni:
10

1. Tahu (Know).
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.
2. Memahami (Compression).
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
3. Aplikasi (Application).
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real).
4. Analisis (Analysis).
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya antara satu sama
lain.
5. Sintesis (Synthesis).
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan ke bagian - bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation).
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-
penilaian itu suatu criteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara dan
kuisioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden yang dipilih.
11

C. Pemberdayaan Masyarakat
1. Definisi
Pemberdayaan adalah salah satu upaya fasilitasi yang bersifat tidak
memerintah guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan agar dapat
mengidentifikasi masalah, merencanakan dan mengambil keputusan untuk
melakukan pemecahannya dengan benar, tanpa atau dengan bantuan dari
pihak lain. Pemberdayaan keluarga dibidang kesehatan akan menghasilkan
kemandirian keluarga dalam menemukan masalah kesehatan yang ada
dalam keluarga, kemudian mampu merencanakan dan mengambil
keputusan untuk memecahkan masalah kesehatannya sendiri tanpa atau
dengan bantuan orang lain (Bappenas, 2010). Lebih lanjut pemberdayaan
keluarga merupakan sebuah proses dalam memberikan kesempatan dan
memberdayakan keluarga melalui partisipasi, alih pengetahuan, keahlian
dan keterampilan. Keluarga yang merupakan komponen dalam suatu
komunitas menempati posisi penting dalam pengelolaan sanitasi.

2. Upaya Pemberdayaan
Menurut Sulistiyani (2004), upaya memberdayakan masyarakat,
dapat dilihat dari tiga sisi yaitu:
a. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang (enabling).
Di sini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap
masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya,
tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena, kalau
demikian akan sudah punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk
membangun daya itu, dengan mendorong memotivasikan dan
membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta
berupaya untuk mengembangkannya.
b. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat
(empowering).
12

Melalui dukungan pemberdayaan yang berkelanjutan disertai


komitmen yang tinggi dari para pemimpin di segala tingkatan
diharapkan masyarakat secara mandiri, berani mengembangkan
inisiasi, yaitu mengawali langkah dan program nyata secara mandiri
dengan mengajak dan mendampingi seluruh target keluarga dan
penduduk tertinggal memperoleh akses pelayanan paripurna yang
dibutuhkannya dengan lebih mudah. Dalam rangka ini diperlukan
langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya menciptakan iklim
dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan
menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan
akses ke dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat
masyarakat menjadi makin berdaya .Dalam rangka pemberdayaan ini,
upaya yang amat pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, dan
derajat kesehatan, serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan
ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan
pasar. Masukan berupa pemberdayaan ini menyangkut pembangunan
prasarana dan sarana dasar baik fisik, seperti irigasi, jalan, listrik,
maupun sosial seperti sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan, yang
dapat dijangkau oleh masyarakat pada lapisan paling bawah, serta
ketersediaan lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran
di perdesaan, di mana terkonsentrasi penduduk yang keberdayaannya
amat kurang.
Untuk itu, perlu ada program khusus bagi masyarakat yang
kurang berdaya, karena program-program umum yang berlaku untuk
semua, tidak selalu dapat menyentuh lapisan masyarakat ini.
Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota
masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai
budaya modern seperti kerja keras, hemat, keterbukaan,dan
pertanggungjawaban adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan
ini. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya
dengan pemantapan, pembudayaan dan pengamalan demokrasi.
13

c. Memberdayakan mengandung pula arti melindungi.


Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi
bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi
yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang
lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan
masyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari
interaksi, karena hal itu justru akan mengerdilkan yang kecil dan
melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya
untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta
eksploitasi yang kuat atas yang lemah.
Pemberdayaan masyarakat tidak membuat masyarakat menjadi
makin tergantung pada berbagai program pemberian (charity).
Karena, pada dasarnya setiap apa yang dinikmati, harus dihasilkan
atas usaha sendiri yang hasilnya dapat dipertukarkan dengan pihak
lain. Dengan demikian, tujuan akhir dari pemberdayaan adalah
memandirikan masyarakat, dan membangun kemampuan untuk
mengembangkan diri kearah kehidupan yang lebih baik secara
berkesinambungan (Suparjan dan Suyatno, 2003).

IV. TUJUAN KEGIATAN


1. Tujuan Umum
Tujuan umum pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat
melalui pelatihan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan mengenai Bantuan Hidup Dasar (BHD) sehingga masyarakat
memiliki memiliki kemampuan dalam tindakan Bantuan Hidup Dasar
(BHD).
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus kegiatan ini secara rinci dijelaskan sebagai berikut:
a) Memberikan pengetahuan tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD)
pada kelompok pengajian khoirunnisa dan warga rt 6 rw 6 Desa
Gagaksipat Ngemplak Boyolali.
14

b) Memberikan keterampilan tindakan resusitasi jantung paru pada


kelompok pengajian khoirunnisa dan warga rt 6 rw 6 Desa
Gagaksipat Ngemplak Boyolali.
c) Memberikan keterampilan tindakan cara pembebasan jalan nafas
pada kelompok pengajian khoirunnisa dan warga rt 6 rw 6 Desa
Gagaksipat Ngemplak Boyolali.
d) Mengidentifikasi tingkat pengetahuan tentang Bantuan Hidup
Dasar (BHD) sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan pada
kelompok pengajian khoirunnisa dan warga rt 6 rw 6 Desa
Gagaksipat Ngemplak Boyolali.
e) Mengidentifikasi tingkat keterampilan tentang Bantuan Hidup
Dasar (BHD) sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan pada
kelompok pengajian khoirunnisa dan warga rt 6 rw 6 Desa
Gagaksipat Ngemplak Boyolali.

V. MANFAAT KEGIATAN
Manfaat yang dapat di petik dari hasil kegiatan ini, diharapkan dapat
memberikan sumbangan bagi masyarakat baik yang bersifat praktis maupun
yang bersifat teoritis. Manfaat tersebut adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Praktis
a) Sebagai sumbangan informasi bagi masyarakat sebagai usaha untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengenai Bantuan
Hidup Dasar (BHD).
b) Memberikan gambaran yang lebih konkrit dan dapat di jadikan
sumber acuan ketika memecahkan masalah dalam keadaan darurat
ketika berhadapan kasus kegawatan jantung dalam kehidupan sehari-
hari.
c) Sebagai bahan bahan informasi bagi masayarakat dalam rangka
upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengenai
Bantuan Hidup Dasar (BHD).
15

2. Manfaat Teoritis
a) Bagi penulis, kegiatan ini bermanfaat dalam mendapatkan gambaran
dan pengalaman praktis dalam upaya meningkatkan pengetahuan di
masyarakat tentunya dengan pelathan yang berkesinambungan
b) Bagi Institusi, kegiatan ini mendukung visi dan misi Jurusan
Keperawatan yaitu unggul dalam Keperawatan Kritis dan Gawat
Darurat

VI. SASARAN
Sasaran kegiatan ini adalah kelompok pengajian khoirunnisa dan warga rt 6
rw 6 Gagaksipat Ngemplak Boyolali.

VII. TARGET LUARAN


Strategi membekali pengetahuan dan keterampilan tentang Bantuan
Hidup Dasar (BHD) pada masyarakat awam yaitu kelompok pengajian
khoirunnisa dan warga rt 6 rw 6 Gagaksipat Ngemplak Boyolali melalui
pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD). Target luaran pelatihan Bantuan
Hidup Dasar (BHD) pada kelompok pengajian khoirunnisa dan warga rt 6 rw
6 Gagaksipat Ngemplak Boyolali adalah meningkatnya pengetahuan dan
keterampilan tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) serta memiliki
kemampuan dalam melakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar (BHD) dalam
kehidupan sehari-hari bila di di temui di masyarakat.

VIII. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN


A. Tempat Dan Waktu
Pengabdian kepada masyarakat dalam rangka Upaya Peningkatan
Kemampuan Melaksanakan Bantuan Hidup Dasar ( BHD ) Melalui
Peningkatan Pengetahuan Dan Ketrampilan Masyarakat akan dilaksanakan
di wilayah Desa Gagaksipat Kecamatan Ngemplak Boyolali pada bulan
Januari-Juni 2017.
16

B. Metode Pendekatan
Pengabdian kepada masyarakat dalam rangka Upaya Peningkatan
Kemampuan Melaksanakan Bantuan Hidup Dasar ( BHD ) Melalui
Peningkatan Pengetahuan Dan Ketrampilan Masyarakat di wilayah Desa
Gagaksipat Kecamatan Ngemplak Boyolali menggunakan pendekatan
pendidikan kesehatan dan pelatihan tentang Bantuan Hidup Dasar ( BHD).
Sedangkan tahapan – tahapan / prosedur yang dilakukan kegiatan tersebut
meliputi:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, melakukan kegiatan penyusunan proposal pengabdian
kepada masyarakat, leaflet, pembuatan modul, mengurus perijinan dari
pemangku kepentingan, penjajagan, dan melakukan koordinasi dengan
pihak Desa Gagaksipat Kecamatan Ngemplak Boyolali.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini, setelah mendapatkan ijin dari institusi pendidikan
maupun wilayah setempat, selanjutnya melakukan pengabdian kepada
masyarakat dengan memberikan pendidikan kesehatan dan pelatihan
tentang Bantuan Hidup Dasar ( BHD ). sebelumnya diawali pretest
tentang Bantuan Hidup Dasar ( BHD ).
3. Tahap Evaluasi
Pada tahap ini, melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan pendidikan
kesehatan dan pelatihan tentang Bantuan Hidup Dasar ( BHD ) dengan
melakukan post test.
4. Tahap Penyusunan Laporan Kegiatan
Pada tahap ini yang dilakukan adalah diskusi dan menyusun konsep
laporan, membuat laporan akhir pengabdian kepada masyarakat
tentang Upaya Peningkatan Kemampuan Melaksanakan Bantuan
Hidup Dasar ( BHD ) Melalui Peningkatan Pengetahuan Dan
Ketrampilan Masyarakat di wilayah Desa Gagaksipat Kecamatan
Ngemplak Boyolali.
17

IX. JADWAL KEGIATAN


Kalender pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat sebagai berikut:
No Kegiatan Semester Pertama Semester Kedua
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1
0 1 2
1 Penjajagan
Pengabdian
Masyarakat
2 Koordinasi Rencana
Pelaksanaan
Pengabdian
Masyarakat
3 Penguruasan
Perijinan
4 Pelaksanaan
Pengabdian
Masyarakat
5 Pengumpulan laporan
Pengabdian
Masyarakat

X. RENCANA ANGGARAN
N Uraian sub
Rincian Perhitungan Indeks Jumlah PPh/PPn di
o output/
Terima
komponen/
1 Penjilidan dan 200.000 200.000 - 200.000
Pengadaan 1 1
Laporan PKT      
2 Fotocopy Modul 120.000 120.000 - 120.000
1 1
dan Leaflet PKT      
3 Konsumsi Rapat 30.000 90.000 1.800 88.200
3 1 3
Penjajagan OR x KL
4 Konsumsi rapat 30.000 90.000 1.800 88.200
3 1 3
Koordinasi OR x KL
5 Konsumsi pre 30.000 450.000 9.000 441.000
test 15 1 15
OR x KL
6 Konsumsi 30.000 600.000 12.000 588.000
Pelaksanaan 20 1 20
kegiatan OR x KL
8 Konsumsi post 30.000 450.000 9.000 441.000
15 1 15
test OR x KL
9 Pembelian 3.000 12.000 - 12.000
4
Materai
JUMLAH 58 470.00 2.000.000 33.600 1.978.400
0
18

XI. KESIMPULAN
Upaya Peningkatan Kemampuan Melaksanakan Bantuan Hidup Dasar
( BHD ) sangat perlu dilakukan guna meningkatkan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan mengenai Bantuan Hidup Dasar (BHD)
sehingga masyarakat memiliki memiliki kemampuan dalam tindakan
Bantuan Hidup Dasar (BHD). Dimana hal tersebut dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan yang optimal dengan meningkatkan
harapan hidup dengan pertolongan yang cepat dan tepat.

Surakarta, ......
Ketua Pelaksana Pengabmas,

.................................................
19

DAFTAR PUSTAKA

AHA.(2015). Highlights of The 2015 American Heart Association Guidelines


Update for CPR and ECC

Soekidjo Notoatmodjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:


Penerbit Rineka Cipta.

Soekidjo Notoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:


Penerbit Rineka Cipta

Sulistiyani, T. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta :


Gava Media

Suparjan & Hempri Suyatno. (2003). Pengembangan Masyarakat dari


pembangunan Sampai Pemberdayaan. Yogyakarta: Aditya Media

Muhammad Ashar. Maret 2011. Planning cardiac emergency medical service


with Mobile application in aceh rural.
20

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai