Lansia Geron
Lansia Geron
GERONTI
Penulis
DAFTAR ISI
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui masalah seksual pada masa usia lanjut
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik masa usia lanjut
b. Mengetahui perubahan-perubahan pada masa usia lanjut
c. Mengetahui masalah seksual pada masa usia lanjut
d. Mengetahui perubahan seksual pada pria lansia
e. Mengetahui perubahan seksual pada wanita lansia
f. Mengetahui cara mengatasi permasalah seksual pada masa usia lanjut
C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Merupakan sumber tambahan informasi dan pengetahuan tentang permasalahan seksual pada masa
usia lanjut sebagai acuan dalam memberikan pelayanan kebidanan pada saat praktik lapangan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Wanita
Dengan berhentinya produksinya hormon estrogen, genitalia interna dan eksterna berangsur-
angsur mengalami atrofi.
· Vagina
Vagina mengalami kontraktur, panjang dan lebar vagina mengalami pengecilan. Fornises
menjadi dangkal, begitu pula serviks tidak lagi menonjol ke dalam vagina. Sejak klimakterium, vagina
berangsur-angsur mengalami atropi, meskipun pada wanita belum pernah melahirkan. Kelenjar seks
mengecil dan ber¬henti berfungsi. Mukosa genitalia menipis begitu pula jaringan sub-mukosa tidak lagi
mempertahankan elastisitas¬nya akibat fibrosis.
Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh keber¬langsungan koitus, artinya makin
lama kegiatan tersebut dilakukan kurang laju pendangkalan atau pengecilan genitalia eksterna.
· Uterus
Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut dan dindingnya menipis,
miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak jaringan fibrotik. Serviks menyusut tidak menonjol, bahkan
lama-lama akan merata dengan dinding jaringan.
· Ovarium
Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaannya menjadi “keriput” sebagai
akibat atrofi dari medula, bukan akibat dari ovulasi yang berulang sebelumnya, permukaan ovarium
menjadi rata lagi seperti anak oleh karena tidak terdapat folikel. Secara umum, perubahan fisik genetalia
interna dan eksterna dipengaruhi oleh fungsi ovarium. Bila ovarium berhenti berfungsi, pada umumnya
terjadi atrofi dan terjadi inaktivitas organ yang pertumbuhannya oleh hormon estrogen dan progesteron.
· Payudara (Glandula Mamae)
Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita yang gemuk, dimana payudara
tetap besar dan menggantung. Keadaan ini disebabkan oleh karena atrofi hanya mempengaruhi kelenjar
payudara saja. Kelenjar pituari anterior mempengaruhi secara histologik maupun fungsional, begitu pula
kelenjar tiroid dan adrenal menjadi “keras” dan mengkibatkan bentuk tubuh serupa akromegali ringan.
Bahu menjadi gemuk dan garis pinggang menghilang. Kadang timbul pertumbuhan rambut pada wajah.
Rambut ketiak, pubis mengurang, oleh karena pertumbuhannya dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan
bukan kelenjar ovarium. Rambut kepala menjadi jarang. Kenaikan berat badan sering terjadi pada masa
klimakterik.
2. Pria
· Prostat
Pembesaran prostat merupakan kejadian yang sering pada pria lansia, gejala yang timbul
merupakan efek mekanik akibat pembesaran lobus medius yang kemudian seolah-olah bertindak sebagai
katup yang berbentuk bola (Ball Valve Effect). Disamping itu terdapat efek dinamik dari otot polos yang
merupakan 40% dari komponen kelenjar, kapsul dan leher kantong kemih, otot polos ini dibawah
pengaruh sistem alfa adrenergik. Timbulnya nodul mikros¬kopik sudah terlihat pada usia 25-30 tahun dan
terdapat pada 60% pria berusia 60 tahun, 90% pada pria berusia 85 tahun, tetapi hanya 50% yang
menjadi BPH Makroskopik dan dari itu hanya 50% berkembang menjadi BPH klinik yang menimbulkan
problem medik.
Kadar dehidrosteron pada orang tua meningkat karena meningkatnya enzim 5 alfa reduktase
yang mengkonfersi tetosteron menjadi dehidro steron. Ini yang dianggap menjadi pendorong hiperplasi
kelenjar, otot dan stroma prostat. Sebenarnya selain proses menua rangsangan androgen ikut berperan
timbulnya BPH ini dapat dibuktikan pada pria yang di kastrasi menjelang pubertas tidak akan menderita
BPH pada usia lanjut.
· Testis
Penuaan pada pria tidak menyebabkan berkurangnya ukuran dan berat testis tetapi sel yang
memproduksi dan memberi nutrisi (sel Leydic) pada sperma berkurang jumlah dan aktifitasnya sehingga
sperma berkurang sampai 50% dan testoteron juga menurun. Hal ini menyebabkan penuruna libido dan
kegiatan sex yang jelas menurun adalah multipel ejakulasi dan perpanjangan periode refrakter. Tetapi
banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas sexsual sampai umur lanjut.
B. Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari pembagian tahapan
seksual menurut Kaplan adalah berikut ini :
C. Di samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali menyebabkan penurunan fungsi dan
potensi seksual pada lanjut usia seperti :
1. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia.
2. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya.
3. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.
4. Pasangan hidup telah meninggal.
5. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas,
depresi, pikun dsb.
D. Beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kehidupan sosial antara lain :
Manajemen yang dilakukan tenaga kesehatan untuk mengatasi gangguan seksual pada lansia
adalah sebagai berikut :
1 Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang ditandai dengan perubahan
dalam mencapai kepuasan seksual
2. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
3. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan efek penyakit akut dan kronis
RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. 1 Pasien dapat menerima 1. Bantu pasien untuk
1. Agar pasien lebih bisa
perubahan struktur tubuh mengekspresikan perubahan menerima perubahan tersebut
terutama pada fungsi fungsi tubuh termasuk organ
seksual yang dialaminya seksual seiring dengan
Kriteria hasil: bertambahnya usia.
2. Menambah pemahaman klien
Mengekspresikan
2. Berikan pendidikan
tentang semua perubahan
kenyamanan kesehatan tentang
yang di alami nya agar
Mengekspresikan penurunan fungsi seksual.
penurunan fungsi seksuel tidak
kepercayaan diri
menjadi beban pikiran
3. Makanan bergizi dianjurkan
untuk menjaga daya tahan
mengekspresikan perasaan
kehilangan
IMPLEMENTASI
No. Dx. Kep. Implementasi Evaluasi
1. 1 1. melakukan pendekatan dan bina hubungan saling S:klien mengatakan “ sedikit mengerti
1.
percaya dengan pasien mengapa keinginan untuk melakukan
hasil : klien merasa nyaman saat ditanya dan hubungan suami istri berkurang
merasa percaya DO : - umur klien 69 tahun
2. membantu pasien untuk mengekspresikan - TD : 130 / 90 mmHg
perubahan fungsi tubuh termasuk organ seksual - Nadi : 88 x/menit
seiring dengan bertambahnya usia - Suhu : 36°C
hasil : klien mulai mau sedikit demi sedikit terbuka - RR : 18 x/menit
saat di bombing untuk mengekspresikan masalah - Klien sudah menoupose
nya
3. memberikan pendidikan kesehatan tentang
penurunan fungsi seksual.
Hasil : klien sedikit lebih mengerti saat di jelaskan
tentang perubahan yang terjadi pada nya
4. memotivasi klien untuk mengkonsumsi makanan
yang rendah lemak, rendah kolestrol, dan berupa
diet vegetarian
hasil : klien setiap hari mengkonsumsi nasi, ikan,
sayur
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada usia lanjut, hambatan untuk aktivitas seksual yang dapat dibagi menjadi hambatan
eksternal yang datang dari lingkungan dan hambatan internal,yang terutama berasal dari subjek
lansianya sendiri. Hambatan eksternal biasanya berupa pandangan sosial, yang menganggap bahwa
aktivitas seksual tidak layak lagi dilakukan lagi oleh lansia.Hambatan eksternal bilamana seorang janda
atau duda akan menikah lagi sering kali juga berupa sikap menentang dari anak-anak, dengan berbagai
alasan.
Hambatan internal psikologik seringkali sulit dipisahkan secara jelas dengan hambatan
eksternal. Seringkali seorang lansia sudah merasa tidak baisa dan tidaak pantas berpenampilan untuk
menarik lawan jenisnya. Pandangan sosial dan keagamaan tentang seksualitas diusia lanjut
menyebabkan keinginan dalam diri mereka ditekan sedemikian sehingga memberikan dampak pada
ketidakmampuan fisik, yang dikenal sebagai impotensia. Obat-obatan yang sering diberikan, pada
penderita usia lanjut dengan patologi multipel jika sering menyebabkan berbagai gangguan fungsi
seksual pada usia lanjut.
Masa tua merupakan masa yang sangat ditakuti dengan alasan terjadinya kemunduran fisik
terutama pada penampilan. Rasa khawatir akan kehilangan perhatian dari pasangan membawa akibat
terhadap frekwensi maupun kualitas hubungan seks, baik secara langsung maupun tidak.
Melalui konseling, peran konselor dan tenaga kesehatan dapat menjelaskan kondisi umum
dan masalah yang timbul pada masa usia lanjut serta pengaruhnya terhadap emosi, pola pikir dan
hubungan seksual sangat berpengaruh. Melalui beberapa tahapan konseling secara terbuka dan
kolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan, bisa diperoleh suatu pemecahan masalah
seksual pada lansia, dengan pemakaian krem vasoaktif, melakukan olah raga ringan dan konsumsi
makan seimbang, dan solusi-solusi lain secara bertahap masalah pada lansia akan terselesaikan.
B. SARAN
Permasalahan pada masa lansia sering terabaikan, tidak hanya di lingkungan keluarga lansia sendiri,
tetapi juga di lingkungan masyarakat bahkan pusat pelayanan kesehatan. Lansia sebagaimana pria dan
wanita mulai dari kanak-kanak hingga dewasa lainnya mempunya hak-hak untuk diperlakukan adil dan
sama, mendapat informasi dan pelayanan kesehatan yang sempurna dan optimal, serta diperlakukan dan
dihargai masa akhir usia mereka, merasakan kehidupan yang harmonis serta merasakan kenikmatan
seksual yang aman dan nyaman. Oleh karena itu, pengetahuan tentang permasalahan seksual pada
lansia baik pria maupun wanita perlu sebarluaskan sejak dini, dan perlunya kerjasama yang optimal
disetiap instansi pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi masalah ini agar para lansia mendapatkan
kehidupan yang nayak, dan harmonis sebagai manusia dan warga negara seutuhnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Genogram
2. Riwayat keluarga
Di keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti DM ataupun penyakit menular
seperti TB paru
: semenjak klien tua, klien jarang melakukan sholat lima waktu
elama setahun yang lalu : setahun terakhir, klienmenderita maag dan asam urat
lama 5 tahun yang lalu : klien mengatakan tidak prnah menderita penyakit yang parah, hsnya penyakit biasa seperti pilek,
demam
Keluhan utama
1. Provocative / palliative : maag
Pemahaman & penatalaksanaan masalah kesehatan : klien mengerti kalau sakit harus ke puskesmas
untuk berobat. .
Obat – obatan :
NO NAMA OBAT DOSIS KETERANGAN
1 ANTASIDA 2 X sehari Sebelum makan
2 Cimetidine 3 x sehari Sesudah makan
3 Paracetamol 1 x sehari Bila nyeri
4 Vit B.komplek 2 x sehari Sesudah makan
5 Allopurinol 3 x sehari Sesudah makan
6 Piroxicam 3 x sehari Sesudah makan
7 Vit B.1 2 x sehari Sesudah makan
Penyakit yang pernah di derita : klien menderita maag dan asam urat
IndeksKATZ: A
: frekuensi nafas 18x/menit, klien tidak menggunakan alat bantu pernafasan, bernafas melalui hidung
: klien minum air putih ± 1000ml/hari, klien minum kopi setiap pagi
: klien makan 3x sehari dengan nasi, ikan sayur dan kadang di tambah dengan buah
Eliminasi : BAB 1x/hari dengan konsisten silembek, BAK >5x/hari
Aktivitas : klien tidak bekerja, klien hanya berdiam diri di rumah
: klien tidur cukup, tidur malam ± 7 jam dan tidur siang ± 1 jam dalam sehari, klien merasa puas saat
bangun
: untuk kebersihan klien mengerti dan membersihkan diri setiap mandi baik itu oral hygiene maupun
vulva hygiene
: saat ditanya klien mengatakan bahwa klien masih berhubungan seksual dengan suaminya tapi
sekarang sudah mulai jarang karena keinginan untuk berhubungan itu mulai menurun sementara suami
klien masih mempunyai keinginan yang kuat.
: klien jarang berekreasi ketempat yang jauh mengingat kondisi klien, klien hanya main kerumah
tetangga yang berada di dekat rumah
PENGKAJIAN PERSISTEM
PERNAFASAN (B1 : BREATHING)
1. Bentuk dada : simetris
4. Bunyinafas
a. Normal
6. Tractilfremitis / fremitus vocal : tidak meningkat dan tidak menurun
PENGINDERAAN (persepsisensori)
1. Mata (penglihatan)
a. Bentuk : normal
b. Visus : -
REPRODUKSI
Perempuan :
Payudara
Bentuk : normal
Benjolan : tidakada
Kelamin
Bentuk : normal
Keputihan : tidak ada keputihan
Siklus haid : sudah menoupose
ENDOKRIN
1. Factor alergi : tidak ada alergi
PENGETAHUAN
n dirinya : klien kurang peka terhadap masalah kesehatan
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1 DS : klien mengatakan “ keinginan untuk Perubahan struktur Disfungsi seksual
melakukan hubungan suami istri sudah tubuh / fungsi
mulai berkurang sejak klien merasa
memasuki usia senja dan klien
mengatakan dalam 1 minggu klien dan
suaminya sangat jarang melakukan
hubungan suami istri.
DO : - umur klien 69 tahun
- TD : 130 / 90 mmHg
- Nadi : 88 x/menit
- Suhu : 36°C
- RR : 18 x/menit
- Klien sudah menoupose
RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1 1 Pasien dapat menerima 1. Lakukan pendekatan dan
1. Agar klien mau
perubahan struktur tubuh bina hubungan saling mengungkapkan masalah nya
terutama pada fungsi percaya dengan pasien
seksual yang dialaminya 2. Bantu pasien untuk
Kriteria hasil: mengekspresikan perubahan
2. Agar pasien lebih bisa
Mengekspresikan fungsi tubuh termasuk organ menerima perubahan tersebut
kenyamanan seksual seiring dengan
Mengekspresikan bertambahnya usia.
kepercayaan diri 3. Berikan pendidikan
kesehatan tentang
penurunan fungsi seksual.
IMPLEMENTASI
No. Dx. Kep. Implementasi Evaluasi
1 1 1. melakukan pendekatan dan bina hubungan saling S:klien mengatakan “ sedikit mengerti
percaya dengan pasien mengapa keinginan untuk melakukan
hasil : klien merasa nyaman saat ditanya dan hubungan suami istri berkurang
merasa percaya DO : - umur klien 69 tahun
2. membantu pasien untuk mengekspresikan - TD : 130 / 90 mmHg
perubahan fungsi tubuh termasuk organ seksual - Nadi : 88 x/menit
seiring dengan bertambahnya usia - Suhu : 36°C
hasil : klien mulai mau sedikit demi sedikit terbuka - RR : 18 x/menit
saat di bombing untuk mengekspresikan masalah - Klien sudah menoupose
nya
3. memberikan pendidikan kesehatan tentang
penurunan fungsi seksual.
Hasil : klien sedikit lebih mengerti saat di jelaskan
tentang perubahan yang terjadi pada nya
4. memotivasi klien untuk mengkonsumsi makanan
yang rendah lemak, rendah kolestrol, dan berupa
diet vegetarian
hasil : klien setiap hari mengkonsumsi nasi, ikan,
sayur
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)
PENILAIAN UNTUK MENGETAHUI FUNGSI INTELEKTUAL LANSIA
SKOR
NO PERYANYAAN JAWABAN
1 Tanggal berapa hari ini ? 28
2 Hari apa sekarang ini ? Rabu
3 Apa nama tempat ini ? Rumah saya
4 Dimana alamat anda ? camba
5 Kapan anda lahir ? Tahun 43 an
6 Berapa umur anda ? lupa
7 Siapa presiden Indonesia sekarang ? SBY
8 Siapa presiden sebelumnya? Megawati
9 Siapa nama kecil ibu anda ? Tidak tahu
10 15 - 6 9
Jumlah kesalahan total 2
Keterangan :
JUMLAH KESALAHAN :
0-2 Kesalahan : Baik
3-4 kesalahan : gangguan intelektual ringan
5-7 kesalahan : gangguan intelektual sedang
8-10 kesalahan : gangguan intelektual berat
Tambahkan komentar
Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
1.
Mar
31
SUMIANTI
AKADEMI KEPERAWATAN
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya,
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi
mahasiswa/i akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari
dosen mata kuliah Keperawatan Anak I dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK PADA NY.R DENGAN MASALAH GANGGUAN O2 DAN CO2”.
Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan
mudah dimengerti oleh para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan
membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
E. PENATALAKSANAAN
DAFTAR KEPUSTAKAAN
PENGKAJIAN 15
ANALISA DATA 18
RENCANA KEPERAWATAN 19
3.1 KESIMPULAN 22
3.2 SARAN 22
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
O2 dan CO2 merupakan bagian dari kehidupan manusia, sehingga kualitas oksigenasi
ikut menentukan kualitas hidup. Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2)
lebih dari 21 % pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam
tubuh. memberikan pengobatan sesuai penyebab dan untuk memperbaiki fungsi
oksigenasi seperti dijelaskan dalam makalah ini.
B. Tujuan
C. Manfaat
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode deskriptif
dengan menggunakan studi melalui pendekatan proses keperawatan dengan langkah-
langkah pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Tehnik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan studi kepustakaan yaitu
mempelajari Dokumentasi Keperawatan serta sumber-sumber lainnya yang
berhubungan dengan judul makalah dan masalah yang dibahas
Sistematika penulisan makalah ini yaitu Kata Pengantar, Daftar Isi, Bab I
Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan,
Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II Pembahasan. Bab III Penutup
yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran. Daftar Pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hidung
• Terdiri atas bagian eksternal dan internal
• Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan
kartilago
• Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi
rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut
septum
• Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung
• Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi
lendir secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh
gerakan silia
• Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-
paru
• Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru
• Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena
reseptor olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang
sejalan dengan pertambahan usia
2. Faring
• Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring
(laringofaring)
• Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan
digestif
3. Laring
• Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan
- Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak
di bawah kartilago tiroid)
- Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid
- Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi
suara (pita suara melekat pada lumen laring)
• Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi
• Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing
dan memudahkan batu
4. Trakea
• Disebut juga batang tenggorok
• Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina
B. Saluran Nafas Bawah
1. Bronkus
• Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri
• Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus)
• Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris
kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental
• Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang
dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf
2. Bronkiolus
• Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus
• Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang
membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas
3. Bronkiolus Terminalis
• Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak
mempunyai kelenjar lendir dan silia)
4. Bronkiolus respiratori
• Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori
• Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas konduksi
dan jalan udara pertukaran gas
6. Alveoli
• Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
• Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2
• Terdiri atas 3 tipe :
- Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli
- Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan
(suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak
kolaps)
- Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja
sebagai mekanisme pertahanan
PARU
• Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
• Terletak dalam rongga dada atau toraks
• Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa
pembuluh darah besar
• Setiap paru mempunyai apeks dan basis
• Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris
• Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus
• Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen
bronkusnya
PLEURA
• Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis
• Terbagi mejadi 2 :
- Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
- Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru
• Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi
untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan, juga untuk
mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru
• Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk
mencegah kolap paru-paru
1. Ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru
atau sebaliknya.Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada perbedaan
tekanan antara udara atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada ,mengembang,
diafragma turun dan volume paru bertambah. Sedangkan ekspirasi merupakan
gerakan pasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
a. Tekanan udara atmosfir
b. Jalan nafas yang bersih
c. Pengembangan paru yang adekuat
2. Difusi yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan
kapiler paru-paru.Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang
bertekanan/konsentrasi lebih besar ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih
rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan pembuluh
darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang disebut membran respirasi.
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran
respirasi sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien tekanan oksigen
antara alveoli dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a. Luas permukaan paru
b. Tebal membran respirasi
c. Jumlah darah
d. Keadaan/jumlah kapiler darah
e. Afinitas
f. Waktu adanya udara di alveoli
3. Transpor yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan
1. Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya
berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang
pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari
depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada
orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi
perubahan pada bentuk thorak dan pola napas.
2. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan,
makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai
akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung yang
meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga
darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan
tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga
akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh
darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan
kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.
3. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut
jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu
pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.
4. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada
sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-
sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek
sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang
mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa
oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas
tersebut ke dan dari sel.
5. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika
depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat
narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.
3. Riwayat perkembangan
a. Neonatus : 30 – 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 – 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 – 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok,
pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
6. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup
c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapi
d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi
7. Riwayat spiritual
8. Pemeriksaan fisik
a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak, eksudat,
darah), kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c. Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada bagian
bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga
kedudukan trakhea dapat diketahui.
d. Thoraks
Inspeksi :
• Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis klavikulanya
menjadi elevasi ke atas.
• Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi berbentuk
bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama dengan diameter tranversal
(1 : 1). Pada orang dewasa perbandingan diameter antero-posterior dan tranversal
adalah 1 : 2
Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya : Pigeon chest yaitu bentuk dada yang
ditandai dengan diameter tranversal sempit, diameter antero-posterior membesar dan
sternum sangat menonjol ke depan. Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan
ciri-ciri berlawanan dengan pigeon chest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan
diameter antero-posterior mengecil. Barrel chest ditandai dengan diameter antero-
posterior dan tranversal sama atau perbandingannya 1 : 1.
Kelainan tulang belakang diantaranya : Kiposis atau bungkuk dimana punggung
melengkung/cembung ke belakang. Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau
punggung berbentuk cekung. Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu
sisi.
• Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji kecepatan/frekuensi pernapasan apakah
pernapasan klien eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 – 24 x/mnt,
klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk melakukannya, atau tachipnea yaitu
pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24 x/mnt, atau bradipnea yaitu
pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang dari 16 x/mnt, ataukah apnea yaitu
keadaan terhentinya pernapasan.
Perlu juga dikaji volume pernapasan apakah hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah
udara dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang dalam dan panjang
ataukah hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang ditandai dengan
pernapasan yang lambat.
Perlu juga dikaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada yaitu
pernapasan yang ditandai dengan pengembangan dada, ataukah pernapasan perut yaitu
pernapasan yang ditandai dengan pengembangan perut.
Perlu juga dikaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau
irreguler, ataukah klien mengalami pernapasan cheyne stokes yaitu pernapasan yang
cepat kemudian menjadi lambat dan kadang diselingi apnea, atau pernapasan kusmaul
yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu pernapasan yang
ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode apnea.
Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak napas yang
menetap dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu kemampuan
bernapas hanya bila dalam posisi duduk atau berdiri.
Perlu juga dikaji bunyi napas, dalam hal ini perlu dikaji adanya stertor/mendengkur
yang terjadi karena adanya obstruksi jalan napas bagian atas, atau stidor yaitu bunyi
yang kering dan nyaring dan didengar saat inspirasi, atau wheezing yaitu bunyi napas
seperti orang bersiul, atau rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan
didengar saat inspirasi, ataukah ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta
di dengar saat ekspirasi.
Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami batuk produktif yaitu
batuk yang diikuti oleh sekresi, atau batuk non produktif yaitu batuk kering dan keras
tanpa sekresi, ataukah hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah
• Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi apakah takhikardi
yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah bradikhardi yaitu denyut nadi kurang
dari 60 x/mnt.
Juga perlu dikaji tekanan darah apakah hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang
tinggi, ataukah hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah.
Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah terjadi anoxia yaitu suatu keadaan
dengan jumlah oksigen dalam jaringan kurang, atau hipoxemia yaitu suatu keadaan
dengan jumlah oksigen dalam darah kurang, atau hipoxia yaitu berkurangnya
persediaan oksigen dalam jaringan akibat kelainan internal atau eksternal, atau
cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa membran, kuku atau kulit akibat
deoksigenasi yang berlebihan dari Hb, ataukah clubbing finger yaitu membesarnya
jari-jari tangan akibat kekurangan oksigen dalam waktu yang lama.
Palpasi :
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan,
kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus.
Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem
bronkhopulmonal selama seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih terasa pada
apeks paru dan dinding dada kanan karena bronkhus kanan lebih besar. Pada pria lebih
mudah terasa karena suara pria besar
Kemungkinan penyebab :
• Disfungsi kardiak output akibat penyakit arteri koroner, penyakit jantung
• Berkurangnya volume darah akibat perdarahan, dehidrasi, reaksi alergi dan reaksi
kegagalan jantung
• Cardiak arrest akibat gangguan elektrolit
• Ketidakseimbangan elektrolit seperti kelebihan potassiom dalam darah
B. Humidifikasi
Pengisapan uap panas untuk membantu mengencerkan atau melarutkan lendir.
C. Postural drainage
Adalah posisi khuus yang digunakan agar kekuatan gravitasi dapat membantu di dalam
pelepasan sekresi bronkhial dari bronkhiolus yang bersarang di dalam bronkhus dan
trakhea, dengan maksud supaya dapat membatukkan atau dihisap sekresinya.
Biasanya dilakukan 2 – 4 kali sebelum makan dan sebelum tidur / istirahat.
Tekniknya :
• Sebelum postural drainage, lakukan :
- Nebulisasi untuk mengalirkan sekret
- Perkusi sekitar 1 – 2 menit
- Vibrasi 4 – 5 kali dalam satu periode
• Lakukan postural drainage, tergantung letak sekret dalam paru.
Chest tube drainage / intra pleural drainage digunakan setelah prosedur thorakik,
satu atau lebih chest kateter dibuat di rongga pleura melalui pembedahan dinding dada
dan dihubungkan ke sistem drainage.
Indikasinya pada trauma paru seperti : hemothoraks, pneumothoraks, open
pneumothoraks, flail chest.
Tujuannya :
• Untuk melepaskan larutan, benda padat, udara dari rongga pleura atau rongga thoraks
dan rongga mediastinum
• Untuk mengembalikan ekspansi paru dan menata kembali fungsi normal kardiorespirasi
pada pasien pasca operasi, trauma dan kondisi medis dengan membuat tekanan negatif
dalam rongga pleura.
Tipenya :
a. The single bottle water seal system
b. The two bottle water
c. The three bottle water
Nama : Ny ”R”
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Kab.Kotamadya
1. Genogram
C.RIWAYAT PEKERJAAN
Alamat pekerjaan :-
Penerangan : cukup
E.RIWAYAT REKREASI
F.SISTEM PENDUKUNG
Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterafi* : perawat
G.DESKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan Ritual : klien biasa nya tiap malam jumat menyiapkan sesajian untuk
leluhur
Yang lainnya :-
H.STATUS KESEHATAN
Status Kesehatan umum Selama setahun yang lalu: asma, rematik, vertigo
Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : asma, batuk - batuk
Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan : biasa nya bila timbul klien
minum obat yang telah di anjurkan dan sering minum air hangat.
Obat-obatan :
Indeks KATZ : A
Oksigenasi :
Cairan dan Elektrolit : klien minum air putih 1500ml per hari,di
dampingi teh dan kopi
Istirahat dan Tidur : istirahat klien cukup, tidur sehari kira2 10 jam
Emosi : stabil
Dimensia : tidak
Orientasi : normal
Bicara : normal
Vertigo : ya
APGAR =
K.TINJAUAN SISTEM
TB :160 cm BB: 44 Kg
PENGKAJIAN PERSISTEM
Batuk : ya
3.Pola nafas
Irguler
Hiper Ventilasi
4.Bunyi nafas
a.Normal
vesikuler di.........................................
Bronchial di..............................................
b.Abnormal
Stridor lokasi............................
Streror lokasi...............................
Wheezing lokasi..........................
Rales lokasi...............
Ronchi lokasi....................
Krepitasi lokasi.................................
c. Resonen Lokal
Pectoreloguy
Bronchofoni
Egofoni
5.Pergerakan dada
Meningkat lokasi
Menurun lokasi
Lain-lain
Masker Respirator
CARDIOVASKULER ( B2 : BLEEDING )
1.Nadi
Frekuensi 88 x/menit
Reguler Kuat
2.Bunyi Jantung
Normal
3.Letak Jantung
4.Pembesaran Jantung
tidak
5.Nyeri Dada
Ya
7.Clubbing Finger
Tidak
Tingkat Kesadaran :
Compos Mentis
1.GCS :
2.Refleks
Normal
3.Koordinasi Gerak : Ya
4.Kejang Tidak
5.Lain-lain..........................................
a. Bentuk
Normal
b. Visus.....................
Pupil :
Isokor
Normal
Normal
Tidak
Meningkat
Terang
c. Otorrhoea :
Ya,jenis....................... Tidak
4. Perasa
Normal
5. Peraba
Normal
a. Mulut
Lembab
b. Lidah
bersih
d. Tenggorokan :
e. Abdomen
Kenyal
BAB 1 X/hari
Terbatas
Fraktur
Tidak
Dislokasi
Tidak
Haemotom
Tidak
2. Integumen
REPRODUKSI
Perempuan :
Payudara
Bentuk Simetris
Benjolan tidak
Kelamin
Bentuk normal
Keputihan tidak
ENDOKRIN
Tidak
Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya: klien mengetahui jika dirinya mempunyai
penyakit asma biasanya minum obat yang dianjurkan dan juga minum air hangat saat
terasa nyeri
.........................................
NIM.
ANALISA DATA
RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. 1 Gangguan pertukaran O2 1. Kaji dan monitor 1. Sebagai indicator adanya
dan CO2 teratasi frekuensi nafas gangguan nafas dan
dengan criteria: indicator dalam tindakan
Kilen mengatakan selanjutnya
sesak nafas berkurang
atau hilang 2. Berkurangnya tekanan
Klien tidak batuk lagi 2. Beri posisi yang diafragma keatas sehingga
Frekuensi nafas dalam menyenangkan sesuai ekspresi paru maksimal
batas normal (16 – 18 dengan keinginan klien. sehingga klien dapat
x/mnt) (posisi semi fowler) bernafas dengan leluasa
No Dx.
Implementasi Evaluasi
. Kep.
1. 1 1. Mengkaji dan monitor frekuensi nafas S : Klien mengatakan “saya masih
1. sering sesak nafas”
2. memberi posisi yang menyenangkan sesuai
dengan keinginan klien.(posisi semi fowler)O : Klien Nampak sesak nafas disertai
3. mengajarkan klien untuk batuk efektif batuk kering
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Lansia mengalami persoalan khusus tentang gangguan O2 dan CO2 , itu tidak
jauh dari penyebab penurunan fungsi tubuh dan factor usia. Kita tentunya
mengetahui fungsi tubuh sangat memerlukan O2 dan CO2 yang disurvey melalui
system Kardiovaskuler, apabila dalam sytem kardiovaskuler tergganggu tentu
akan mengganggu dalam pertukaran gas O2 dan CO2 keberbagai jaringan tubuh.
Akhir – akhir ini banyak masalah yang terjadi di kota – kota besar dalam masalah
kesehatan udara, terutama polusi yang semakin hari semakin mengkhawtirkan
karena merusak kesehatan terutama terhadap manula.
3.2 SARAN
Perlu diingat dalam masalah kesehatan pernapasan dalam hal O2 dan CO2
sangat penting dijaga karena 2 hal ini sangat penting dan diperlukan dalam system
hidup. Maka dari itu Kita harus menjaga sejak dini. Banyak cara agar kita hidup
selalu sehat baik itu dengan gaya hidup yang tidak sehat perlu ditinggalkan,
konsumsi makanan dengan gizi yang seimbang, dan olahraga teratur. Semua yang
kita akukan pada masa muda akan kita petik saat tua.
Tambahkan komentar
2.
Mar
31
OLEH :
HENDRYANTO
IDA KUSUMADINATA
KATA PENGANTAR
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
2.2 ETIOLOGI
3.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN
Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling ber interaksi satu sama lain. Keadaan
itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun
kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.
Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang
dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari
Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi
aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain (Depkes.RI, 1992:6)
Psikologi Lansia
Ada 4 ciri yang dapat dikategorikan sebagai pasien Geriatri dan Psikogeriatri, yaitu :
3.Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila : a) Ketergantungan pada
orang lain (sangat memerlukan pelayanan orang lain), b) Mengisolasi diri atau menarik
diri dari kegiatan kemasyarakatan karena berbagai sebab, diantaranya setelah menajalani
masa pensiun, setelah sakit cukup berat dan lama, setelah kematian pasangan hidup dan
lain-lain.
Aspek psikologis pada lansia tidak dapat langsung tampak.Pengertian yang salah tentang
lansia adalah bahwa mereka mempunyai kemampuan memory dan kecerdasan mental
yang kurang. Berikut aspek psikologis pada penuaan :
- Teori aktivitas : Sebagai orang yang telah berumur, mereka meninggalkan bentuk
aktivitas yang pasti, dan mengkompensasi dengan melakukan banyak aktivitas yang baru.
3.Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat
dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada
masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang
ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
4.Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki
lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-
kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya
menjadi morat-marit.
5.Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya
terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung
membuat susah dirinya.
- Geriatri nursing adalah spesialis keperawatan lanjut usia yang dapat menjalankan
perannya pada tiap peranan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan, keahlian, dan
keterampilan merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lanjut usia secara
komprehensif. Karena itu, perawatan lansia yang menderita penyakit dan dirawat di RS
merupakan bagian dari gerontic nursing.
PENDEKATAN PERAWATAN LANJUT USIA
A. Pendekatan fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :
- Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa bantuan orang
lain.
- Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami kelumpuhan atau
sakit.
B. Pendekatan psikis
C. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya perawatan dalam
pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut
usia untuk menciptakan sosialisasi mereka.
D. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya
dengan tuhan atau agama yang dianutnya, terutama jika klien dalam keadaan sakit atau
mendekati kematian.
Ø Berduka disfungsional,
Ø Ketidakberdayaan,
Ø Perubahan nutrisi,
Ø Defisit perawatan diri,
Ø Ansietas.
Tindakan :
Ø Lingkungan aman,
Ø Beri pujian,
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling ber interaksi satu sama lain.
Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum
maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.
Aspek psikologis pada lansia tidak dapat langsung tampak.Pengertian yang salah
tentang lansia adalah bahwa mereka mempunyai kemampuan memory dan
kecerdasan mental yang kurang.Oleh karena itu Untuk para perawat agar dapat
mengaplikasikan pengetahuan yang didapat kedalam praktek lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. “ Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis”, Edisi ke-6, EGC,
Jakarta, 2000.
Leeckenotte, Annete Glesler. “Pengkajian Gerontologi”, Edisi ke-2, EGC, Jakarta, 1997.
I. PENGKAJIAN
A. DATA BIOGRAFI
Nama : Ny.R
Golongan Darah :-
Pendidikan Terakhir : SD
Agama : Islam
Alamat : Baamang, RT 2, RW 1
A. Riwayat Keluarga
Genogram :
B. Riwayat Pekerjaan
Alamat pekerjaan :-
Alat Transportasi :-
Tidak ada x
Tidak ada
x Ada : x aman (posisi duduk, ada pegangan), tidak aman (lantai licin, tidak ada
pegangan)
Kebersihan lingkungan :x bersih (tidak ada yang membahayakan), tidak bersih dan
tidak aman (pecahan kaca, gelas, paku,dll.)
D. Riwayat Rekreasi
Hobbi/Minat : Memasak
Keanggotaan dalam organisasi :PKK
Liburan/perjalanan :-
E. System Pendukung
Perawat/Bidan/dokter/fisiotherapi :Perawat dan bidan
Jarak dari rumah :2 KM
Rumah Sakit : RSUD Dr. MURJANI Jaraknya ± 15 KM
Klinik :
Pelayanan kesehatan di rumah :Tidak ada
Makanan yang dihantarkan :Nasi, Sayur, dan Lauk.
Perawat sehari-hari yang dilakukan keluarga :Menyediakan Makanan.
Lain-lain :-
F. Diskripsi Kekhususan
Kebiasaan ritual :Klien sudah tidak sholat lagi, karena sudah tua.
G. Status Kesehatan
Riwayat Penyakit dahulu :Klien tidak pernah sakit yan serius yang harus
diopname dirumah sakit, namun klien sering
merasa pusing, dan nyeri-nyeri di kakinya.
Keluhan Utama :P : Destruksi sendi, Q : menusuk-nusuk, R ; Kaki, S :
3 (Sedang) T : kadang-kadang.
Obat-obatan :
Alergi :
J. Pengkajian Fisik
1. Data Klinik :
Keadaan umum : Baik,
Tingkat Kesadaran :CM
GCS :M = 4, V = 5, P = 6, (15)
Tinggi Badan :130cm Berat badan : 36
Kg.
Temperatur :36̊ cNadi : 80x/menit.
Tekanan Darah :120/90mmHg
3. Metabolik Integumen
Kulit :
Warna : normal, pucat, cianosis, kunin, lainnya! Bintik-
bintik hitam
Turgor : norma, menurun
Lecet: tidak, ya !sebutkan.................
Bengkak: tidak, ya !sebutkan.............
Bercak: tidak, ya !sebutkan................
Mulut
Gusi : normal, putih, lecet, lainnya................
Gigi : normal, lainya! Sebutkan beberapa ada.
Skore Norton : jelas, 19 (kecil sekali/tidak terjadi)
4. Persarafan Sensori
Pupil : sama, tidak sama, sebutkan, disebelah kanan ada selaput putih
Reaksi terhadap cahaya
Kiri : ya, tidak
Kanan : ya tidak
Mata : jelas, berair, kabur, lainnya. Sebutkan.....................
5. Muskuloskeletal
Ditandai dengan:
DS : ““saya cemas dg anak-anak saya yang masih belum kerja dan berkeluarga”
RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. 1 Selama dilakukan 1. Kaji tingkat cemas klien 1.respon ndividu dapat
tindakan keperawatan 2. Catat pembatasan focus bervariasi tergantung pada
diharapkan cemas klien pikiran pola kultural yang
teratasi dengan kriteria3. Observasi pola bicara klien dipelajari.Persepsi yang
hasil: apakah cepat atau lambat menyimpang dari situasi
Menunjukan ekspresi 4. Diskusikan dengan klien mungkin dapat
tenang tentang apa yang memperbesar perasaan.
Waktu tidur trpenuhi dicemaskan oleh klien 2.Penyempitan focus
Nafsu makan 5. Tanyakan mekanisme umumnya merefleksikan
meningkat koping yang digunakan rasa takut
oleh klien jika sedang 3.Menyediakan petunjuk
cemas lengenai factor-faktor
6. Pertahankan kontak sering seperti tingkat
dengan klien untuk ansietas,kemampuan untuk
mendengarkan klien memahami tingkat
bercerita kerusakan otak ataupun
perbedaan bahasa
4.pasien mungkin perlu
menolak realitas sampai
siap untuk menghadapinya
5.Mungkin dapat menghadapi
situasi dg baik pada waktu
itu
6.Untuk memantapkan
hubungan & meningkatkan
ekspresi perasaan
IMPLEMENTASI
No Dx.
Implementasi Evaluasi
. Kep.
1. 1 1. Mengaji tingkat cemas klien S : “Makasih sudah mau
1. 2. Mencatat pembatasan focus pikiran mendengarkan cerita saya”
3. Mengobservasi pola bicara klien apakah cepat
atau lambat O: - klien tampak senang bercerita
4. Mendiskusikan dengan klien tentang apa yang masalahnya
dicemaskan oleh klien Klien tersenyum
5. Menanyakan mekanisme koping yang Klien mempunyai teman cerita
digunakan oleh klien jika sedang cemas yaitu Cucunya
6. Mempertahankan kontak sering dengan klien
untuk mendengarkan klien bercerita A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
1. Kaji tingkat cemas klien
2. Catat pembatasan focus pikiran
3. Observasi pola bicara klien apakah
cepat atau lambat
4. Diskusikan dengan klien tentang
apa yang dicemaskan oleh klien
5. Tanyakan mekanisme koping yang
digunakan oleh klien jika sedang
cemas
6. Pertahankan kontak sering dengan
klien untuk mendengarkan klien
bercerita
Tambahkan komentar
3.
Mar
31
MAKALAH KEPERAWATAN
GERONTIK PERSONAL HYGIENE
PADA LANSIA (kelompok 10)
MAKALAH
KEPERAWATAN GERONTIK
KELOMPOK 10:
Harianto
Melinda Lestari
AKADEMI KEPERAWATAN
2012
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus
diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu
sendiri dangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di
antaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta
tingkat perkembangan.
Pengertian
Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene
berarti sehat. Kebersihan seseoang adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseoran untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto, 2004).
Kebersihan diri adalah upaya individu dalam memelihara kebersihan diri yang meliputi
kebersihan rambut, gigi dan mulut, mata, telinga, kuku, kulit, dan kebersihan dalam berpakaian dalam
meningkatkan kesehatan yang optimal (Effendy, 1997).
Klasifikasi
1. Kebersihan rambut
3. Kebersihan mata
4. Kebersihan telinga
5. Kebersihan kuku
6. Kebersihan kulit
Tujuan
1. Citra tubuh
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri. Misalnya, karena
adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan
pola Personal Hygiene.
Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat
mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan Personal Hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan
kesehatan. Misalnya pada pasien penderita DM ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan.
Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan dirinya seperti
penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain.
Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk
melakukannya.
1. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan
perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit,
gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.
Masalah social yang berhubungan dengan Personal Hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa
nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan
interaksi sosial.
Memenuhi kebutuhan kebersihan diri pada lansia adalah suatu tindakan perawatan sehari – hari
yang harus diberikan kepada klien lanjut usia terutama yang berhubungna dengan kebershan perorangan
(Personal Hygiene), yaitu antara lain kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan
kepala, rambut dan kuku, serta kebersihan tempat tidur dan posisi tidur (Nugror, 1995).
Dimana keadaan fisiknya mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga kebutuhan sehari –
hari dapat terenuhi.
Mereka yang keadaan fisiknya memerlukan pertolongan orang lain, seperti sakit atau lumpuh.
Bagi mereka yang masih aktif, hal –hal yang perlu di perhatikan antara lain:
1. Mandi
Mandi agar dibatasi karena kulit lansia biasanya mengering. Hal ini disebabkan kelenjar kulit yang
mengeluarkan lemak mulai kurang bekerja. Maka sehabis mandi kulit lansia sebaiknya diolesi
baby oil terutama di lengan, siku, ketiak, paha, dan sebagainya.
2. Kebersihan mulut
Kenersihan mulut adalah sangat penting. Perlu diingat atau dibantu para lansia untuk menyikat
gigi yang hanya tinggal beberapa buah. Gigi palsu perlu mendapat perhatian khusus, dibersihkan
dengan sabun dan sikat. Untuk menghilangkan bau gigi palsu direndam dalam air hangat yang
telah dibubuhi obat pembersih mulut beberapa tetes selama 5 – 10 menit, setelah itu bilas sampai
bersih dari sabun dan bubuk pembersih mulut tersebut. Sebaiknya jangan mencuci gigi palsu di
bawah air mengalir untuk mencegah bahaya gigi palsu terjatuh dan pecah.
3. Perawatan rambut
Lanjut usia terutama wanita kadang – kadang mengalami kesulitan dalam mencuci rambut
sehingga perlu mendapat bantuan perawat atau ank cucunya. Sama halnya dengan kulit, rambut
orang lansia juga kehilngan lemaknya sehingga sehabis keramas perlu diberi conditioner. Setelah
selesai mencuci rambut harus segera dikeringkan agar lansia tidak kedinginan.
4. Perawatan kuku
Kuku jari tangan dan kaki perlu mendapatkan perawatan, Menggunting kuku jangan terlalu pendek
dan jangan sampai terluka karena luka pada orang tua lebih sulit sembuh.
5. Pakaian
Pakaian hendaknya jangan terbuat dari bahan yang kasar. Dasar pakainan harus lunak, harus
mudah dikenakan dan dibersihkan. Pakaian lansia dijaga agar tetap rapi karena cenderung para
lansia tidak peduli lagi terhadap pakaiannya. Lansia lebih enak dengan piyama tipis jangan
pakaian dari wool karena bias terjadi iritasi.
6. Mata
Elastisitas lensa mata pada lansia berkurang akibatnya tulisan kecil terlihat kabur pada jarak
normal, sedangkan pada jarak jauh akan terlihat terang. Gejala yang tidak normal antara lain:
Terlihat ada warna atau terang disekitar ujung – ujung objek
7. Lingkungan
Suasana lingkungan harus disesuaikan. Bila memungkinkan jagalah kelembapan ruang tidur atau
ruangan lainnya dirumah dengan memasang humidifier. Perubahan temperature secara tiba – tiba
harus dihindarkan.
Bagi lansia yang terus beristirahat di tempat tidur, kebersihan di tempat tidur perlu tetap diperhatikan,
yaitu:
Berikan bantal angin yang berbentuk cincin untuk mencegah lecet pada tumit dan bokong
Letak tidur dimiringkan bergantian pada sisi kana atau kiri
Pada letak atau posisi setengah duduk, di bagian kepala tempat tidur diberi sandaran atau
papah.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi personal hygiene pada lansia antara lain:
1. Faktor Pengetahuan
Menurut Purwanto (1999) dalam Friedman (1998), domain kognitif berkaitan dengan pengetahuan
yang bersifat intelektual (cara berpikir, berabstraks, analisa, memecahkan masalah dan lain-lain).
Yang meliputi pengetahuan (knowledge), pemahaman (comperehension), penerapan (aplication),
analisa (analysis), sintesis (synthesis) dan evaluasi (evaluation).
Individu dengan pengetahuan tentang pentingnya kebersihan diri akan selalu menjaga kebersihan
dirinya untuk mencegah dari kondisi / keadaan sakit (Notoatmodjo, 1998).
3. Faktor Ekonomi
Menurut Geismer dan La Sorte (1964) dalam Friedman (1998), besar pendapatan keluarga akan
mempengaruhi kemampuan keluarga untuk menyediakan fasilitas dan kebutuhan-kebutuhan yang
diperlukan untuk menunjang hidup dan kelangsungan hidup keluarga.
4. Faktor Budaya
Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuan perawatan hygiene. Seorang dari latar
belakang kebudayaan berbeda memiliki praktik perawatan diri yang berbeda. Keyakinan yang
didasari kultur sering menentukan definisi tentang kesehatan dan perawatan diri (Potter dan Ferry,
2005).
5. Faktor Lingkungan
Lingkungan mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang mempengaruhi atau berakibat
terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup lingkungan berpengaruh terhadap kemampuan untuk
meningkatkan dan mempertahankan status fungsional, dan meningkatkan kesejahteraan (Potter
dan Ferry, 2005).
6. Faktor Citra Tubuh
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Personal hygiene
yang baik akan mempengaruhi terhadap peningkatan citra tubuh individu (Stuart & Sundeen, 1999
dalam Setiadi 2005).
1. Kurang perawatan diri, makan berhubungan degan penurunan kemampuan visual dan motorik,
keleamahan otot
Intervensi :
Pastikan dari klien atau anggota keluarga makanan apa yang disukai atau tidak disukai klien.
Berikan teknik pengurangan nyeri, sejak nyeri mempengaruhi nafsu makan dan kemampuan
untuk makan sendiri
Tempatkan klien dalam posisi paling normal yang sesuai dengan ketidakmampuan fisiknya
(terbaik dalam posisi duduk di kursi dengan meja)
- Pilih tempat makan dengan warna yang berbeda untuk membantu memmbedakan artikel
(misal baki merah, piring putih )
- Pastikan pola makan yang biasanya dari individu dan berikan artikel makan sesuai
dengan yang disukai (atau atur artikel makan dalam pola makan yang menyerupai jam);
catat pada rencana pengaturan perawatan yang digunakan (misal, daging jam 6, kentang
jam 9, sayur - sayur jam 12)
- Dorong makan dengan menggunakan tangan ( missal, makan - makanan roti, daging,
buah, hot dog) untuk meningkatkan kemandirian
Untuk meningkatkan jumlah maksimum kemandirian, berikan alat bantu adaptif yang
diperlukan
- Perlindungan piringu ntuk menghindari terdorongnya makanan keluar dari piring
- Alat bantu hisap dibawah piring atau mangkok untuk menstabilkan
- Belatan pergelangan atau tangan dengan klem untuk memegang alat makan
Bantu dengan pengadaan jika dibutuhkan: alat pembuka, serbet, sediaan bumbu, alat
pemotong daging, roti, mentega
- Berikan lingkungan tenang terisolasi sampai klien dapat untuk makan dan tidak mudah
mengalihkan perhatian dari tugas
- Orientasikan individu atau klien terhadap lokasi dan tujuan dari perlengkapan untuk
makan
- Tempatkan individu atau klien pada posisi paling normal untuk makan, secara fisik klien
dapat makan
- Dorong individu atau klien untuk menjalani tugas, tetapi waspada terhadap kelemahan,
frustasi, atau agitasi
Untuk individu atau klien yang sangat ketakutan akan keracunan
Kaji untuk meyakinkan bahwa individu dan keluarga memahami alasan dan tujuan seluruh
intervensi
2. Kurang perawatan diri, mandi / hygiene berhubungan dengan penurunan kemampuan visual dan
motorik, kelemahan otot
Intervensi :
Dorong individu untuk menggunakan lensa koretif yang diresepkan atau alat bantu
pendengaran
Pertahankan kehangatan suhu kamar mandi, pastikan suhu air yang disukai klien
Berikan seluruh perlengkapan mandi dalam batas yang mudah dicapai
Berikan keamanan dalam kamar mandi (lantai tidak licin, batang pegangan)
Jika klien secara fisik mampu, dorong penggunaan bak mandi atau pancuran, tergantung
pada fasilitas yang ada dirumah (klien harus latihan di RS dalam persiapan pulang ke rumah)
- Kursi atau tempat duduk tidak ada sandaran sewaktu mandi dengan bak mandi atau
pancuran
- Pemegang spon yang panjang untuk mencapai punggung atau ekstremitas bawah
- Tempat pegangan pada dinding kamar mandi jika dibutuhkan untuk mobilisasi
- Alas atau keset kaki yang tidak licin pada lantai kamar mandi, bak mandi atau pancuran
- Berikan waktu konsisten untuk mandi rutin sebagai bagian dari suatu program struktur
untuk membantu menurukan ansietas
- Pertahankan intruksi sederhana dan hindari pengalihan, orientasi tujuan adanya
perlengkapan mandi
- Jika klien tidak dapat untuk memandiakan keseluruhan tubuh, biarkan klien
memandikan satu bagian tubuhnya sampai dikerjakan dengan benar, berikan umpan
balik positif terhadap keberhasilan
- Aktivitas pengawasan dilakukan samapi klien dapat dengan aman melaksanakan tugas
yang tidak dibantu
- Dorong perhatian terhadap tugas, tetapi waspada terhadap kelelahan yang dapat
meningkatkan ansietas
Pastikan fasilitas mandi di rumah tersedia dan bantu dalam menentukkan jika ada berbagai
kebutuhan beradaptasi, rujuk keterapi ekupasi atau pelayanaan sosial untuk membantu dalam
mendapatkan pelengkapan yang dibutuhkan
3. Kurang perawatan diri berpakaian atau berdandan berhubungan dengan penurunan kemampuan
visual dan motorik, kelemahan otot
Intervensi :
Dorong individu untuk menggunakan lensa korektif yang diresepkan atau alat bantu
pendengaran
Tingkatkan kemandirian dalam mengenakan pakaian melalui latihan ters menerus dan tidak
dibantu
Pilih pakaian yang tidak sempit, dengan lengan baju besar dan celana pendek serta bukan
bagian depan
Sediakan waktu yang cukup untuk mengenakan pakaian dan melepaskan pakaian, sejak
tugas dapat melemahkan, membuat nyeri atau mengalami kerusakan
Renacanakan individu untuk belajar dan mendemonsrtasikan satu bagian dari aktivitas
sebelum berkembang lebih lanjut
Berikan bantuan dalam mengenakan pakaian jika di perlukan (umumnya beberapa bantuan
yang digunakan termasuk gantungan pakaian, penarik ritsleting, kancing, sendok sepatu yang
panjang, pengikat sepatu yang elastis
Dorong individu atau klien untuk menggunakan pakaian atau luar biasa daripada pakaian
malam
- Tentukan suatu waktu rutin yang konsisten dalam mengenakan pakaian untuk
memberikan suatau program terstruktr untuk menurunkan ansietas
- Pertahankan instruktsi sederhana dan ulangi instruksi tersebut dengan sering, hindari
pengalihan
- Dorong perhatian terhadap tugas, waspada terhadp kelelahan dimana dapat
meningkatkan ansietas
Kaji pemahaman dan pengetahuan individu serta keluarga terhadap instruksi dan rasional
diatas
Keterangan : Laki – laki
Garis keturunan Pasien
Garis hubungan
Meninggal
APGAR : 6 (Sedang)
K. TINJAUAN SISTEM
Keadaan umum : Baik
Tingkat kesadaran : Composmentis
Tanda – tanda vital : TD 130 / 80 mmHg TB 151 kg
N 72 x/m BB 51 kg
RR 20 x/m
S 36,4
PENGKAJIAN PERSISTEM
REPRODUKSI
Perempuan:
Payudara : Bentuk simetris, tidak ada benjolan
Kelamin : Bentuk normal, tidak ada keputihan, klien menopause
ENDOKRIN
PENGETAHUAN
Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya: klien menyadari dirinya sudah lansia, merasa lemah dan
sering cepat lelah sehingga terbatas dalam melakukan perawatan diri.
ANALISA DATA
1. DS : “Saya merasa lemah dan sering cepat KelemahAn otot Kurang perawatan diri
lelah bila beraktivitas jadi untuk perawatan
diri ya seadanya saja”
DO : - K/U Baik
- Tampak tidak rapi, kotor, dan tidak terawat
- Rambut putih, kulit keriput
I. PRIORITAS MASALAH
RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. 1 Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan klien mandi 2x sehari 1. Menjaga kebersihan dan
keperawatan selama 1 x 24 dan ajarkan klien memakai baby kelembaban kulit
jam, klien mampu oil setiap habis mandi 2. Menjaga kebersihan dan
melakukan perawatan diri 2. Anjurkan klien menyikat gigi kesegaran mulut
dengan kriteria hasil : minimal setiap mandi 3. Menjaga kebersihan rambut dan
1. Klien tampak bersih, rapi, 3. Anjurkan klien mencuci rambut kelembaban kulit kepala
dan terawat rutin 3x seminggu, memakai 4. Menjaga kerapianrambut
2. Klien tampak sehat conditioner dan anjurkan untuk 5. Menjaga kebersihan kuku,
minta bantuan orang terdekat / menghindari terjadi luka karena
anak akan sulit sembuh
4. Anjurkan klien menyisir 6. Menjaga kenyamanan dan
rambutnya tiap hari dan ditata menjaga agar selalu rapi dan tidak
rapi terjadi iritasi
5. Anjurkan klien minta bantuan 7. Meningkatkan pengetahuan dan
pada orang terdekat / anak untuk kesadaran klien akan pentingnya
memotong kuku bila panjang, tetap melakukan perawatan diri /
bila bisa mandiri ingatkan untuk menjaga kebersihan diri meskipun
hati – hati dan jangan terlalu sudah lansia
pendek atau sampai
menimbulkan luka
6. Anjurkan klien untuk memakai
pakaian yang tidak berbahan
kasar, tidak tebal, mudah dan
nyaman dipakai
7. Berikan penkes tentang
pentingnya melakukan
perawatan diri / menjaga
kebersihan diri bagi lansia
IMPLEMENTASI
No Dx.
Implementasi Evaluasi
. Kep.
1. 1 1. Menganjurkan klien mandi 2x sehari dan mengajarkan Tanggal 28 Maret 2012
1. klien memakai baby oil setiap habis mandi Jam 17.00 WIB
2. Menganjurkan klien menyikat gigi minimal setiap
mandi S : “Saya sudah mulai mencoba
3. Mengnjurkan klien mencuci rambut rutin 3x seminggu, menjalankan anjuran – anjuran untuk
memakai conditioner dan menganjurkan untuk minta perawatan diri saya dan saya meminta
bantuan orang terdekat / anak bimbingan dari anak saya karena saya
4. Mengnjurkan klien menyisir rambutnya tiap hari dan sudah tua begini tidak bisa melakukannya
ditata rapi sendiri”
5. Menganjurkan klien minta bantuan pada orang terdekat /
anak untuk memotong kuku bila panjang, bila bisa O:
mandiri ingatkan untuk hati – hati dan jangan terlalu - Klien tampak bersih, rapi, dan terawat
pendek atau sampai menimbulkan luka - Klien tampak sehat
6. Menganjurkan klien untuk memakai pakaian yang tidak
berbahan kasar, tidak tebal, mudah dan nyaman dipakai
7. Memberikan penkes tentang pentingnya melakukan A : Masalah teratasi
perawatan diri / menjaga kebersihan diri bagi lansia
P : Lanjutkan intervensi
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus
diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu
sendiri dangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di
antaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta
tingkat perkembangan.
Memenuhi kebutuhan kebersihan diri pada lansia adalah suatu tindakan perawatan sehari –
hari yang harus diberikan kepada klien lanjut usia terutama yang berhubungna dengan kebershan
perorangan (Personal Hygiene), yaitu antara lain kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan
badan, kebersihan kepala, rambut dan kuku, serta kebersihan tempat tidur dan posisi tidur.
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Tambahkan komentar
2.
Mar
31
KELOMPOK 8 :
GILANG RAMADAN
ISTIQOMAH
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air (H 0) merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di
dalam tubuhmanusia. Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa terdiri
dari air. Namun bergantung kepadakandungan lemak & otot yang terdapat di
dalam tubuh, nilai persentase ini dapat bervariasiantara 50-70% dari total
beratbadan orang dewasa.Oleh karenaitu maka tubuh yang terlatih &terbiasa
berolahraga sepertitubuh seorang atlet biasanyaakan mengandung lebih
banyakair jika dibandingkan tubuh nonatlet.
Di dalam tubuh, sel-selyang mempunyai konsentrasi airpaling tinggi
antara lain adalahsel-sel otot dan organ-organ padarongga badan, seperti paru-
paruatau jantung, sedangkan sel-selyang mempunyai konsentrasi airpaling
rendah adalah sel-seljaringan seperti tulang atau gigi. Konsumsi cairanyang ideal
untuk memenuhi kebutuhan harian bagitubuh manusiaadalahmengkonsumsi1 ml
air untuksetiap 1 kkalkonsumsi energy tubuhataudapat juga diketahui
berdasarkan estimasi totaljumlah air yang keluar dari dalam tubuh. Secara
rataratatubuh orang dewasa akan kehilangan 2.5 Lcairan per harinya. Sekitar 1.5
L cairan tubuh keluarmelalui urin, 500 ml melalui keluarnya keringat, 400ml
keluar dalam bentuk uap air melalui prosesrespirasi (pernafasan) dan 100
mlkeluar bersama dengan feces(tinja). Sehingga berdasarkan estimasi ini,
konsumsi antara 8-10gelas (1 gelas ≈240 ml) biasanyadijadikan sebagai
pedomandalam pemenuhan kebutuhancairan per- harinya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ANATOMI CAIRAN TUBUH
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis zat yaitu elektrolit
dan non elektrolit.
Elektrolit
Merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan menghantarkan arus listrik.
Elektrolit dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Jumlah
kationdan anion dalam larutan adalah selalu sama (diukur dalam miliekuivalen).
o Kation
Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na +), sedangkankation
utama dalam cairan intraselular adalah potassium (K +).Suatusistem pompa
terdapat di dinding sel tubuh yang memompa keluar sodiumdan potassium ini.
o Anion
Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl -) danbikarbonat
(HCO3 ), sedangkan anion utama dalam cairan intraselularadalah ion fosfat
-
(PO4 ).Karena kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan interstitial pada
3-
Cairan adalah volume air bisa berupa kekurangan atau kelebihan air. Air
tubuh lebih banyak meningkat tonisitus adalah terminologi guna
perbandingan osmolalitas dari salah satu cairan tubuh yang normal.
Cairan tubuh terdiri dari cairan eksternal dan cairan internal. Volume
cairan intrasel tidak dapat diukur secara langsung dengan prinsip difusi
oleh karena tidak ada bahan yang hanya terdapat dalam cairan intrasel.
Volume cairan intrasel dapat diketahui dengan mengurangi jumlah cairan
ekternal, terdiri dari cairan tubuh total.
a) Osmosis
Osmosis adalah bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui membrane
semipermeabel (permeabel selektif) dari larutan berkadar lebih rendah menuju
larutanberkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama. Seluruh membran sel dan
kapiler permeable terhadap air, sehingga tekanan osmotik cairan tubuh seluruh
kompartemen sama.Membran semipermeabel ialah membran yang dapat dilalui
air (pelarut), namun tidakdapat dilalui zat terlarut misalnya protein.
Tekanan osmotik plasma darah ialah 285+ 5 mOsm/L. Larutan dengan
tekananosmotik kira-kira sama disebut isotonik (NaCl 0,9%, Dekstrosa 5%,
Ringer laktat).Larutan dengan tekanan osmotik lebih rendah disebut hipotonik
(akuades), sedangkanlebih tinggi disebut hipertonik.
b) Difusi
Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan bergerak
darikonsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Tekanan hidrostatik
pembuluhdarah juga mendorong air masuk berdifusi melewati pori-pori
tersebut.Jadi difusitergantung kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan
hidrostatik.
c) Pompa Natrium Kalium
Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transpor yang memompa
ionnatrium keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion
kalium dariluar ke dalam. Tujuan dari pompa natrium kalium adalah untuk
mencegah keadaanhiperosmolar di dalam sel.
asi Dewasa
Cararehidrasi:
1) Nilai status rehidrasi (sesuai tabel 4 di atas), banyak cairan yang
diberikan (D) =derajat dehidrasi (%) x BB x 1000 cc
2) Hitung cairan rumatan (M) yang diperlukan (untuk dewasa 40
cc/kgBB/24 jamatau rumus holliday-segar seperti untuk anak-anak)
3) Pemberian cairan :
o 6 jam I = ½ D + ¼ M atau 8 jam I = ½ D + ½ M (menurut Guillot)
o 18 jam II = ½ D + ¾ M atau 16 jam II = ½ D + ½ M (menurut Guillot)
Dehidrasi
Dehidrasi sering dikategorikan sesuai dengan kadar konsentrasi serum
darinatrium menjadi isonatremik (130-150 mEq/L), hiponatremik (<139
mEq/L) atauhipernatremik (>150 mEq/L). Dehidrasi isonatremik
merupakan yang paling seringterjadi (80%), sedangkan dehidrasi
hipernatremik atau hiponatremik sekitar 5-10% darikasus.
1) Dehidrasi Isotonis (isonatremik) terjadi ketika kehilangan cairan
hampir samadengan konsentrasi natrium terhadap darah.
Kehilangan cairan dan natrium besarnyarelatif sama dalam
kompartemen intravaskular maupun kompartemen ekstravaskular.
2) Dehidrasi hipotonis (hiponatremik) terjadi ketika kehilangan cairan
dengankandungan natrium lebih banyak dari darah (kehilangan
cairan hipertonis). Secara garisbesar terjadi kehilangan natrium
yang lebih banyak dibandingkan air yang hilang. Karenakadar
natrium serum rendah, air di kompartemen intravaskular berpindah
kekompartemen ekstravaskular, sehingga menyebabkan
penurunan volume intravaskular.
3) Dehidrasi hipertonis (hipernatremik) terjadi ketika kehilangan cairan
dengankandungan natrium lebih sedikit dari darah (kehilangan
cairan hipotonis). Secara garisbesar terjadi kehilangan air yang
lebih banyak dibandingkan natrium yang hilang. Karenakadar
natrium tinggi, air di kompartemen ekstraskular berpindah ke
kompartemenintravaskular, sehingga meminimalkan penurunan
volume intravaskular.
2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
2. Pemeriksaan eletrolit terutama kadar Natrium, Kalium, dan Fofor dalam
serum.
2.7 PENATALAKSANAAN
ANALISA DATA
Data subjektif :
1. Kelemahan
2. Haus
3. Penurunan turgor kulit /
penurunan intensitas tidur
4. Membrane mukosa / kulit
kering
5. Peningkatan denyut nadi,
penurunan tekanan darah,
penurunan volume / tekanan
nadi
6. Pengisian vena menurun
7. Perubahan status mental
8. Konsentrasi urine meningkat
9. Temperature tubuh meningkat
10. Hemtokrit tinggi
11. Kehilangan berat badan
seketika
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Genogram
xxxx
2. Riwayat Keluarga
C. RIWAYAT PEKERJAAN
Alamat pekerjaan : -
Alat transportasi : -
G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
H. STATUS KESEHATAN
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : klien mengatakan
sering mengeluh pusing dan kurang nafsu makan
Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : klien mengatakan
pernah mengalami diare.
Keluhan utama : diare
1. Provocative :
2. Quality/quantity:
3. Region :
4. Severity scale :
5. Timing :
Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan :
Obat – obatan :
K. TINJAUAN SISTEM
PENGKAJIAN PERSISTEM
PERNAFASAN (B1 : BREATHING)
1. bentuk dada
batuk: ya tidak
sputum: ya tidak
warna :
nyeri waktu bernafas : tidak
3. pola nafas
a. frekwensi nafas : 20 x/ menit : regular
4. bunyi nafas
a. normal
vasikuer disemua lapangan dada
√
√
frekuensi : 88 x/menit
regular kuat
irregular lemah
2. Bunyi jantung
Normal
4. Pembesaran jantung
√
Ya Tidak
5.Nyeri Dada
Ya Tidak
6.Edema
Palpebra anasarka ekstremitasatas
7. Clubbing Finger
Ya Tidak
Tingkat Kesadaran:
4. kejang : ya tidak
5.lain-lain :
PENGINDERAAN (persepsi sensori)
1. Mata (penglihatan)
a. Bentuk
Normal enoftalmus
eksoptalmus lain
b. visus
c. pupil
iskor unisokor refleks cahaya
miosis midriasis positif negative
d. Gerak bola mata :
normal menyempit
e. Medan penglihatan:
f. Buta warna :
Ya,jenis tidak
meningkat tidak
2. Hidung (Penciuman)
a. bentuk : normal denasi
b. gangguanpenciuman : ya tidak
3. Telinga (Pendengaran)
e. tinnitus : ya tidak
4. perasa
5. peraba
normal kelainan,sebutkan
b. lidah
hiperemik kotor lain lain
c. kebersihan rongga mulut
tidak berbau berbau gigi bersih gigi kotor
d. tenggorokan
sakit menelan/ nyeri menelan
sulit menelan lain-lain
e. abdomen
kenyal tegang kembung
nyeri tekan, lokasi
benjolan, lokasi
h. asites : ya tidak
i. lain-lain
BAB :5X/hari
lavamen : ya tidak
bebas terbatas
tidak ya lokasi
dislokasi
tidak ya lokasi
haematom
tidak ya lokasi
2. integument
warna kulit : akral:
ikterik hangat
seasonik panas
pucat dingin kering
kemerahan dingin basah
hyperpigmentasi
turgor : elastic tidak elastic
tulang belakang
lordosi: kiposis: scoliosis: lain-lain ,sebutkan
REPRODUKSI
laki-laki :
kelamin bentuk : normal tidak normal,keterangan
kebersihan alat kelamin : bersih kotor keterangan
perempuan
payudara
bentuk : simetris asimetris
benjolan : ya tidak
kelamin
bentuk : normal tidak
keputihan : ada tidak keterangan
siklus haid 28 hari
ENDOKRIN
1. factor alergi
ya tidak
manifestasi :…………
cara mengatasi :…………
2.kelainan endokrin
tidak ada kelainan pada endokrin
PENGETAHUAN
pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya :
klien saat merasa sakit langsung kepuskesmas diantar keluarganya
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)
Pewawancara :
No.Reg :
Ruang :
Ruang :
No. Reg :
Ruang :
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. APAKAH ANDA SEBENARNYA PUAS TIDAK √
DENGAN KEHIDUPAN ANDA?
2. APAKAH ANDA TELAH MENINGGALKAN √ YA
BANYAK KEGIATAN DAN MINAT /
KESENANGAN ANDA?
3. APAKAH ANDA MERASA KEHIDUPAN ANDA √ YA
KOSONG?
4. APAKAH ANDA MERASA SERING BOSAN? √ YA
5. APAKAH ANDA MEMPUNYAI SEMANGAT TIDAK √
YANG BAIK SETIAP SAAT?
6. APAKAH ANDA MERASA TAKUT SESUATU √ YA
YANG BURUK AKAN TERJADI PADA ANDA?
7. APAKAH ANDA MERASA BAHAGIA UNTUK TIDAK √
SEBAGIAN BESAR HIDUP ANDA?
8. APAKAH ANDA MERASA SERING TIDAK √ YA
BERDAYA?
9. APAKAH ANDA LEBIH SERING DIRUMAH YA
DARI PADA PERGI KELUAR DAN
MENGERJAKAN SESUATU HAL YANG BARU?
10. APAKAH ANDA MERASA MEMPUNYAI √ YA
BANYAK MASALAH DENGAN DAYA INGAT
ANDA DIBANDINGKAN KEBANYAKAN
ORANG?
11. APAKAH ANDA PIKIR BAHWA HIDUP ANDA TIDAK√
SEKARANG MENYENANGKAN?
12. APAKAH ANDA ME RASA TIDAK BERHARGA √ YA
SEPERTI PERASAAN ANDA SAAT INI?
13. APAKAH ANDA MERASA PENUH TIDAK√
SEMANGAT?
14. APAKAH ANDA MERASA BAHWA KEADAAN √ YA
ANDA TIDAK ADA HARAPAN?
15. APAKAH ANDA PIKIR BAHWA ORANG LAIN √ YA
LEBIH BAIK KEADAANNYA DARI PADA
ANDA?
No.Reg :
Ruang :
SKORE NORTON
KATEORI SKOR
No. Reg :
Ruang :
APGAR
RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. 1 Setelah dilakukan Mandiri :
tindakan 1. Pantau masukan dan 1. Dengan pemantauan
keperawatan selama haluaran tersebut dapat dievaluasi
1 x 24 jam keaktifan terapi.
diharapkan cairan
dalam tubuh klien
terpenuhi dengan
criteria hasil :
1. Mempertahankan
urine output sesuai
dengan usia dan
berat badan, berat 2. Perubahan tekanan darah
jenis urine normal, 2. Pantau tanda vital dan nadi dapat
hematokrit normal. digunakan perkiraan
2. Tanda – tanda vital kasar darah atau
dalam batas normal menunjukkan perubahan
3. Tidak ada tanda – pada klien.
tanda dehidrasi,
elastisitas turgor kulit
baik, membrane
mukosa lembab, 3. Untuk mengetahui sedini
tidak ada rasa haus 3. Monitor adanya tanda – mungkin seandainya
yang berlebihan. tanda dehidrasi. terjadi dehidrasi.
IMPLEMENTASI
No Dx.
Implementasi Evaluasi
. Kep.
1. 1 S = Klien mengatakan, “Saya
1. 1. Memantau masukan dan haluaran berak cair terus – menerus
Hasil : kurang lebih 5x hari ini.”
Intake :
Minum = ± 1800 ml/hari O=
Output : 1. k/u lemah
BAB = ± 800 ml/hari 2. Klien nampak haus
IWL = 3.
± Membrane mukosa kering
630 ml/hari + 4. TTV :
= ± 1430 ml/hr TD = 110/80 mmHg
BC : I – O = 1800 – 1430 RR = 20 x/m
= + 270 ml/hari S = 36,5 oC
N = 88 x/m
2. Memantau tanda vital 5. BB sebelum sakit = 45 kg
Hasil : 6. BB sesudah sakit = 42 kg
TTV : 7. TB = 153 cm
TD = 110/80 mmHg 8. Minum = ± 1800 ml/hari
RR = 20 x/m 9. BAB = 5x/hari
S = 36,5 oC 10. IWL = 630 ml/hari
N = 88 x/m
A = Masalah keperawatan
ketidakseimbangan volume
3. Monitor adanya tanda – tanda dehidrasi. cairan kurang dari kebutuhan
Hasil : klien nampak haus, membrane tubuh belum teratasi.
mukosa kering.
BAB III
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, persentasenya dapat
berubahtergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas seseorang.
Pada bayi usia< 1tahun cairan tubuh adalah sekitar 80-85% berat badan dan
pada bayi usia > 1 tahunmengandung air sebanyak 70-75 %. Seiring dengan
pertumbuhan seseorang persentasejumlah cairan terhadap berat badan
berangsur-angsur turun yaitu pada laki-laki dewasa50-60% berat badan,
sedangkan pada wanita dewasa 50 % berat badan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pandey CK, Singh RB. Fluid and electrolyte disorders. Indian J.Anaesh.
2003;47(5):380-387.
4. Keane PW, Murray PF. Intravenous fluids in minor surgery. Their effect on
recovery
5. Heitz U, Horne MM. Fluid, electrolyte and acid base balance. 5 th ed. Missouri:
Elsevier-mosby; 2005.p3-227
Springhouse; 2002:3-189.
9. Schwartz SI, ed. Principles of surgery companion handbook. 7 th ed. New york:
McGraw-Hill; 1999:53-70.
11. Lyon Lee. Fluid and Electrolyte Therapy. Oklahoma State University - Center
for
http://member.tripod.com/~lyser/ivfs.htm
12. Leksana E. Terapi cairan dan elektrolit. Smf/bagian anestesi dan terapi
intensif FK
13. Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK. Handbook of clinical anesthesia. 5th ed.
15. Ellsbury DL, George CS. Dehydration. eMed J [serial online] 2006 Mar
[dikutip 6
Tambahkan komentar
3.
Mar
31
ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN ISTIRAHAT DAN TIDUR
PADA LANSIA (kelompok9)
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN ISTIRAHAT DAN TIDUR PADA LANSIA
DI SUSUN OLEH :
RISTI WULANDARI
SITI ROHANA
YOGA ADI SAPUTRA
MOHAMAD ARIFIN
AKADEMI KEPERAWATAN
Tahun 2012
SAMPIT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmad dan
hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah
pengetahuan bagi mahasiswa/I Akper Pemkab Kotim maupun para pembaca
untuk bidang Ilmu Pengetahuan.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari
dosen mata kuliah keperawatan Gerontik dengan judul Asuhan Keperawatan
Kebutuhan Istirahat dan Tidur . Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha
menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif
dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ..................................................................................
..................... i
DAFTAR
ISI ..............................................................................................
....................... ii
2.4 Kegunaan
Tidur..............................................................................
.......... 4
2.8 askep
pengkajian.......................................................................
.......... 8
3.1
KESIMPULAN .................................................................
..................... 11
3.2
SARAN ........................................................................
........................... 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Penulis membuat makalah ini untuk memenuhi tugas dari dosen mata
kuliah Keperawatan Gerontik serta memberikan informasi dan ilmu
pengetahuan tentang Pemenuhan Kebutuhan Istirahat dan Tidur.
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Istirahat adalah suatu kondisi yang tenang, rileks tanpa ada stres
emosional, bebas dari kecemasan. Namun tidak berarti tidak melakukan
aktivitas apa pun, duduk santai di kursi empuk atau berbaring di atas
tempat tidur juga merupakan bentuk istirahat. Sebagai pembanding,
klien/orang sakit tidak beraktifitas tapi mereka sulit mendapatkan istirahat
begitu pula dengan mahasiswa yang selesai ujian merasa melakukan
istirahat dengan jalan-jalan. Oleh karena itu perawat dalam hal ini
berperan dalam menyiapkan lingkungan atau suasana yang nyaman untuk
beristirahat bagi klien/pasien.
Teori Feed Back : Kelemahan sel-sel saraf yang menyebabkan rasa ngantuk
Instink/Naluri
§ Tahap I :
o Mulai saat hilangnya Gel Alpha yang biasa terdapat pada seseorag
yang sedang terjaga.
o Merasa ingin tidur, bila banyak pikiran akan mudah dibangunkan.
§ Tahap II :
o Muncul gel yang berbentuk seperti spindel dengan voltase lebih
tinggi, runcing2 (Gel K)
§ Tahap III :
o Muncul gel Deltha, yang lambat dengan amplitudo besar, tinggi
dan dalam.
o Biasanya sulit dibangunkan.
§ Tahap IV :
o TD turun
§ Pada orang dewasa tahap ini 20-25% dari tidur malam, bila seseorang
terbangun pada tahap ini mereka dapat mengingat mimpi mereka.
§ TD menngkat.
§ Orang yang tidak mengalami periode REM biasanya tidak merasa puas
dengan tidurnya.
§ Memperbaiki ingatan.
§ Relaksasi
Bayi baru lahir : Lama tidur 14-18 jam/hari dengan 50% REM dan 1 siklus
tidur rata-rata 45-60 menit
Bayi(s/d 1 thn) : 1 siklus tidur rata2 12-14 jam/hari dengan 20-30% REM
dan tidur sepanjang malam
Todler(1-3 thn): Lama tidur 11-12 jam/hari dengan 25% REM dan Tidur
sepanjang malam + tidur siang
Dewasa menengah : ± 7 jam/hari dengan 20% REM dan sering sulit tidur
Dewasa tua : ± 6 jam/hari dengan 20-25% REM dan sering sulit tidur
1.Umur
2.Penyakit
Hal ini umumnya terjadi pada klien dengan nyeri, kecemasan, dispnea.
Pada kasus penyakit akibat digigit nyamuk tse-tse. Juga pada kasus
tertentu dengan klien gangguan hipertiroid.
3.Motivasi
4.Emosi
Suasana hati, marah, cemas dan stres dapat menyebabkan seseorang tidak
bisa tidur atau mempertahankan tidur.
5.Lingkungan
Lingkungan yang tidak kondusif seperti di dekat bandara atau di tepi jalan-
jalan umum atau di tempat-tempat umum yang menimbulkan kebisingan.
6.Obat – obatan
Pola dan konsumsi makanan yang mengandung merica, gas/air yang banyak,
pola dan konsumsi minuman yang mengandung kafein ,gas dll.
8.Aktivitas.
- Delirium/Mengigau.
Nama : Tn. M
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Hubungan : istri
1. Genogram
..Di dalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit menurun
seperti DM, Hipertensi, Asma Dan menular seperti Hepatitis, TBC dan lain –
lain.
Alamat pekerjaan : -
Alat transportasi : -
WC
E.RIWAYAT REKREASI
F.SISTEM PENDUKUNG
Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterafi* : ada
Lain-lain
G.DESKRIPSI KEKHUSUSAN
H.STATUS KESEHATAN
Status Kesehatan umum Selama setahun yang lalu: klien pernah menderita
demam,sakit kepala, flu,batuk, maag, dan hernia. Yang sering kambuh yaitu
maag.
Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : klien menderita hernia.
Obat-obatan :
NO NAMA OBAT DOSIS KETERANGAN
1. Paracetamol 500mg Sesudah makan
2. Promaag 250mg Sebelum makan
Indeks KATZ : A
Status mental :
Afasia :-
APGAR =
K.TINJAUAN SISTEM
PENGKAJIAN PERSISTEM
3.Pola nafas
5.Pergerakan dada
Intercostal Supra
Clavicula Tracheal Tag Lain lain
Menurun lokasi
Lain-lain
Masker Respirator
CARDIOVASKULER ( B2 : BLEEDING )
1.Nadi
Frekuensi.........80.........................x/menit
Reguler Kuat
Irreguler Lemah
2.Bunyi Jantung
Normal
3.Letak Jantung
6.Edema :
Palpebra Anasarka Ekstrimitas atas
Lainnya.........................
1.GCS :
Total GCS : 15
2.Refleks : normal
5.Lain-lain..........................................
b. Visus.....................
Pupil : isokor
a. Mulut
Selaput Lendir Mulut : lembab
BAB 1 X/hari
2. Integumen
Turgor :Elastik
Tulang Belakang : kiposis
Akral : hangat
REPRODUKSI
Laki –laki :
ENDOKRIN
PENGETAHUAN :
...................................
......
NIM.
ANALISA DATA
RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1 1 Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian 1. Memberikan informasi
tindakan masalah gangguan dasar dalam menentukan
keperawatan tidur klien, rencana keperawatan.
diharapkan gangguan karakteristik dan 2. Mengatur pola tidur.
istirahat tidur tidak penyebab kurang tidur.3. Meningkatkan tidur.
terjadi,dengan 2. Lakukan persiapan 4. Meningkatkan tidur.
criteria hasil: untuk tidur malam 5. Meningkatkan tidur.
1. Klien tampak seperti pada jam 9 6. Meningkatkan tidur.
rileks dan lebih segar malam sesuaidengan 7. Mengurangi gangguan
2. Ttv dalam batas pola tidur klien. tidur.
normal 3. Lakukan mandi air 8. Mengurangi gangguan
3. Klien dapat tidur hangat. tidur.
6-8 jam setiap 4. Anjurkan makan yang9. Mengurangi gangguan
malam. cukup satu jam sebelum tidur.
tidur. 10. Mengurangi tidur.
5. Berikan susu hangat 11. Meningkatkan pola
sebelum tidur. tidur.
6. Keadaan tempat
tidur yang nyaman,
bersih dan bantal yang
nyaman.
7. Bunyi telepon dan
alarm hp di kecilkan.
IMPLEMENTASI
No Dx.
Implementasi Evaluasi
. Kep.
1. 1 1. melakukan pengkajian masalah S : klien mengatakan “saya
1. gangguan tidur klien, karakteristik dan masih sering terbangun pada
penyebab kurang tidur. malam hari”
Hasil : klien sering terbangun pada O : - : - ku baik
malam hari - konjungtiva anemis
2. menganjurkan klien untuk tidur malam - klien setiap 1 jam
seperti pada jam 9 malam sesuaidengan bangun apabila tidur
pola tidur klien. malam
Hasil : klien tidur jam 20.00 – 04.00 wib -klien tampak lelah
3. anjurkan keluarga klien untuk -klien menguap
memberikan Keadaan tempat tidur yang - TD : 140/90 mmHg
nyaman, bersih dan bantal yang nyaman. N : 80 x/ menit
Hasil : keluarga klien menuruti anjuran RR : 20x/ menit
ersebut.. S : 36 C
4. meningkatkan aktivitas sehari – hari Kuantitas tidur malam
dan kurangi aktivitas sebellum tidur. dari jam 20.00 – 04.00
Hasil : klien tidak melakukan kegiatan Kuantitas tidur siang dari
sebelum tidur jam 12.00 – 13.00
. A ; masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Istirahat adalah suatu kondisi yang tenang, rileks tanpa ada tress
emosional, bebas dari kecemasan. Namun tidak berarti tidak
melakukan aktivitas apa pun, duduk santai di kursi empuk atau
berbaring di atas tempat tidur juga merupakan bentuk istirahat.
Sebagai pembanding, klien/orang sakit tidak beraktifitas tapi
mereka sulit mendapatkan istirahat begitu pula dengan
mahasiswa yang selesai ujian merasa melakukan istirahat dengan
jalan-jalan
B. SARAN
Tambahkan komentar
4.
Mar
31
KELOMPOK 7:
ENDAH MURNI
AKADEMI KEPERAWATAN
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya,
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi mahasiswa/i
akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata
kuliah Keperawatan Anak I dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. S
DENGAN MASALAH GANGGUAN SEKSUAL”. Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha
menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun
dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan
banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
C. Di samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali
menyebabkan penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia........
PENGKAJIAN............................................................................................ 15
ANALISA DATA......................................................................................... 18
RENCANA KEPERAWATAN....................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa lanjut (Late adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah lansia adalah periode
dimana seseorang telah mencapai usia diatas 45 tahun. Pada periode ini masalah seksual
masih mendatangkan pandangan bias terutama pada wanita yang menikah, termasuk
didalamnya aspek sosio-ekonomi. Pada pria lansia masalah terbesar adalah masalah psikis dan
jasmani, sedangkan pada wanita lansia lebih didominasi oleh perasaan usia tua atau merasa
tua.
Pada penelitian di negara barat, pandangan bias tersebut jelas terlihat. Penelitian Kinsey
yang mengambil sampel ribuan orang, ternyata hanya mengambil 31 wanita dan 48 pria yang
berusia diatas 65 tahun. Penelitian Masters-Jonhson juga terutama mengambil sampel mereka
yang berusia antara 50-70 tahun, sedang penelitian Hite dengan 1066 sampel hanya
memasukkan 6 orang wanita berusia di atas 70 tahun(Alexander and Allison,1995).
• Banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas seksual sampai usia yang cukup
lanjut, dan aktifitas tersebut hanya dibatasi oleh status kesehatan dan ketiadaan
pasangan.
• Aktifitas dan perhatian seksual pasangan suami istri lansia yang sehat berkaitan dengan
pengalaman seksual kedua pasangan tersebut sebelumnya.
• Mengingat bahwa kemungkinan hidup seorang wanita lebih panjang dari pria, seorang
wanita lansia yang ditinggal mati suaminya akan sulit untuk menemukan pasangan
hidup.
Saat ini jumlah wanita di Indonesia yang memiliki Usia Harapan Hidup (UHH) diatas 45
tahun lebih meningkat dan pada usia tersebut wanita masih berharap dapat melakukan
hubungan seksual secara normal. Karena faktor usia, hubungan seksual pada lansia umumnya
memiliki frekwensi yang relatif rendah, sehingga diperlukan suatu penelaahan tentang masalah
seksual pada lansia.
Fenomena sekarang, tidak semua lansia dapat merasakan kehidupan seksual yang
harmonis. Ada tiga penyebab mengapa kehidupan seksual tidak harmonis. Pertama, komunikasi
seksual diantara pasangan tidak baik. Kedua, pengetahuan seksual tidak benar. Ketiga karena
gangguan fungsi seksual pada salah satu maupun kedua pihak bisa karena perubahan fisiologis
maupun patologis.
Agar kualitas hidup lansia tidak sampai terganggu karena masalah seksual, maka setiap
disfungsi seksual harus segra diatasi dengan cara yang benar dan ilmiah. Yang perlu
diperhatikan dalam penanganan disfungsi seksual ialah pertama kita harus menentukan jenis
disfungsi seksual dengan tepat, mencari penyebabnya, memberikan pengobatan sesuai
penyebab dan untuk memperbaiki fungsi seksual seperti dijelaskan dalam makalah ini.
B. Tujuan
f. Mengetahui cara mengatasi permasalah seksual pada masa usia lanjut
C. Manfaat
Merupakan sumber tambahan informasi dan pengetahuan tentang permasalahan seksual pada
masa usia lanjut sebagai acuan dalam memberikan pelayanan kebidanan pada saat praktik
lapangan.
2. Apa perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari pembagian
tahapan seksual?
3. Apa di samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali menyebabkan penurunan
fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia?
4. Apa beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kehidupan social?
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode deskriptif dengan
menggunakan studi melalui pendekatan proses keperawatan dengan langkah-langkah
pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Tehnik
pengumpulan data yaitu dengan menggunakan studi kepustakaan yaitu mempelajari
Dokumentasi Keperawatan serta sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan judul
makalah dan masalah yang dibahas
Sistematika penulisan makalah ini yaitu Kata Pengantar, Daftar Isi, Bab I
Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Metode
Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II Pembahasan. Bab III Penutup yang terdiri dari
Kesimpulan dan Saran. Daftar Pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Wanita
· Vagina
· Ovarium
Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita yang
gemuk, dimana payudara tetap besar dan menggantung. Keadaan ini disebabkan
oleh karena atrofi hanya mempengaruhi kelenjar payudara saja. Kelenjar pituari
anterior mempengaruhi secara histologik maupun fungsional, begitu pula kelenjar
tiroid dan adrenal menjadi “keras” dan mengkibatkan bentuk tubuh serupa
akromegali ringan. Bahu menjadi gemuk dan garis pinggang menghilang. Kadang
timbul pertumbuhan rambut pada wajah. Rambut ketiak, pubis mengurang, oleh
karena pertumbuhannya dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan bukan kelenjar
ovarium. Rambut kepala menjadi jarang. Kenaikan berat badan sering terjadi pada
masa klimakterik.
2. Pria
· Prostat
· Testis
B. Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari pembagian
tahapan seksual menurut Kaplan adalah berikut ini :
· Lansia pria : ereksi membutuhkan waktu lebih lama, dan kurang begitu kuat;
penurunan produksi sperma sejak usia 40tahun akibat penurunan testoteron; elevasi
testis ke perineum lebih lambat.
· Lansia wanita : tanggapan orgasme kurang intens disertai lebih sedikit konstraksil
kemampuan mendapatkan orgasme multipel berkurang.
· Lansia pria : kemampuan mengontrol ejakulasi membaik; kekuatan dan jumlah
konstraksi otot berkurang; volume ejakulat menurun.
Tingkah laku buruk beberapa klinisi, dokter, suster dan orang lain yang
mungkin membuat inadekuat konseling tentang efek prosedur operasi terhadap
fungsi seksual.
1. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia.
2. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya.
5. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya
cemas, depresi, pikun dsb.
D. Beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kehidupan sosial antara lain :
Mungkin mempunyai efek yang kecil pada fungsi seksual. Banyak pasien segan
untuk terlibat dalam hubungan seksual karena takut menyebabkan infark.
Masalah seksual mungkin timbul setelah perawatan di rumah sakit karena pasien
mengalami anxietas akibat perubahan gambaran diri, hilangnya kapasitas, takut akan
kehilangan cinta atau dukungan relasi serta pekerjaan atau rasa bersalah dan malu atas
situasi. Pola seksual termasuk kuantitas dan kualitas aktivitas seksual sebelum stroke
sangat penting untuk diketahui sebelum nasehat spesifik tentang aktivitas seksual
ditawarkan. Karena sistem saraf otonomik jarang mengalami kerusakan pada stroke,
maka respon seksual mungkin tidak terpengaruh.
3. Kanker
5. Arthritis
Ada penyakit paru obstruktif kronik, libido mungkin terpengaruh karena adanya
kelelahan umum, kebutuhan pernafasan selama aktivitas seksual mungkin dapat
menyebabkan dispnoe, yang mungkin dapat membahayakan jiwa.
8. Obat-obatan
Untuk mengatasi beberapa gangguan baik fisik maupun psikis termasuk masalah
seksual diperlukan penanganan yang serius dan terpadu. Proses penanganan ini memerlukan
waktu yang cukup lama tergantung dari keluhan dan kerjasama antara pasien dengan konselor.
Dari ketiga gangguan tersebut, masalah seksual merupakan masalah yang penanganannya
memerlukan kesabaran dan kehati-hatian, karena pada beberapa masyarakat Indonesia
terutama masyarakat pedesaan membicarakan masalah seksual adalah masalah yang tabu.
· Mendapatkan gambaran yang akurat tentang apa yang sebenarnya salah
Pemeriksaan tambahan yang dilakukan meliputi keadaan jantung, haati, ginjal dan paru-
paru. Status endokrin dan metaboliuk meliputi keadaan gula darah, status gizi dan status
hormonal tertentu. Apabila keluhan mengenai disfungsi ereks pada pria, pemeriksaan khas juga
meliputi a.l pemeriksaan dengan snap gauge atau nocturnal penile tumescence testing. (Hadi-
Martono, 1996)
· Pada wanita lansia : Terapi pengganti hormon (HRT) dengan pemberian estrogen
pada klimakterium.
1 Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang ditandai dengan
perubahan dalam mencapai kepuasan seksual
2. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
3. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan efek penyakit akut dan kronis
RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. 1 Pasien dapat menerima 1. Bantu pasien untuk
1. Agar pasien lebih bisa
perubahan struktur tubuh mengekspresikan perubahan menerima perubahan tersebut
terutama pada fungsi fungsi tubuh termasuk organ
seksual yang dialaminya seksual seiring dengan
Kriteria hasil: bertambahnya usia.
2. Menambah pemahaman klien
Mengekspresikan
2. Berikan pendidikan tentang semua perubahan
kenyamanan kesehatan tentang yang di alami nya agar
Mengekspresikan penurunan fungsi seksual. penurunan fungsi seksuel tidak
kepercayaan diri menjadi beban pikiran
3. Makanan bergizi dianjurkan
untuk menjaga daya tahan
tubuh karena biasanya pada
3. Motivasi klien untuk
lansia daya tahan tubuhnya
mengkonsumsi makanan
menurun
yang rendah lemak, rendah
4. Untuk mengurangi kekeringan
kolestrol, dan berupa diet
dan rasa gatal pada vagina,
vegetarian
serta untuk megurangi rasa
4. Anjurkan klien untuk
sakit pada saat berhubungan
menggunakan krim vagina
seksual
dan gel
2. 2 Pasien dapat menerima 1. Kaji perasaan/persepsi
1. Untuk mengetahui seberapa
perubahan bentuk salah pasien tentang perubahan jauh klien bisa menerima
satu angota tubuhnya gambaran diri berhubungan keadaan nya
secara positif dengan keadaan angota
Kriteria hasil: tubuhnya yang kurang
Pasien mau berinteraksi berfungsi secara normal
dan beradaptasi dengan
2. Lakukan pendekatan dan
2. Agar klien mau
lingkungan tanpa rasa bina hubungan saling
mengungkapkan masalah nya
malu dan rendah diri percaya dengan pasien
3. Rasa menerima pada pasien
Pasien yakin akan
3. Tunjukkan rasa
empati,
akan membuat pasien lebih
kemampuan yang dimiliki perhatian dan penerimaan
percaya diri
pada pasien
4. Agar pasien tidak terlalu
4. Bantu pasien untuk
canggung atau malu dengnan
mengadakan hubungan
orang lain karena perubahan
dengan orang lain
nya
5. Untuk mengetahui apakah
5. Beri kesempatan pada
klien depresi terhadap
pasien untuk
perubahan
mengekspresikan perasaan
kehilangan
IMPLEMENTASI
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada usia lanjut, hambatan untuk aktivitas seksual yang dapat dibagi menjadi
hambatan eksternal yang datang dari lingkungan dan hambatan internal,yang terutama
berasal dari subjek lansianya sendiri. Hambatan eksternal biasanya berupa pandangan
sosial, yang menganggap bahwa aktivitas seksual tidak layak lagi dilakukan lagi oleh
lansia.Hambatan eksternal bilamana seorang janda atau duda akan menikah lagi sering kali
juga berupa sikap menentang dari anak-anak, dengan berbagai alasan.
Masa tua merupakan masa yang sangat ditakuti dengan alasan terjadinya
kemunduran fisik terutama pada penampilan. Rasa khawatir akan kehilangan perhatian dari
pasangan membawa akibat terhadap frekwensi maupun kualitas hubungan seks, baik secara
langsung maupun tidak.
B. SARAN
Permasalahan pada masa lansia sering terabaikan, tidak hanya di lingkungan keluarga lansia
sendiri, tetapi juga di lingkungan masyarakat bahkan pusat pelayanan kesehatan. Lansia
sebagaimana pria dan wanita mulai dari kanak-kanak hingga dewasa lainnya mempunya hak-hak
untuk diperlakukan adil dan sama, mendapat informasi dan pelayanan kesehatan yang sempurna
dan optimal, serta diperlakukan dan dihargai masa akhir usia mereka, merasakan kehidupan
yang harmonis serta merasakan kenikmatan seksual yang aman dan nyaman. Oleh karena itu,
pengetahuan tentang permasalahan seksual pada lansia baik pria maupun wanita perlu
sebarluaskan sejak dini, dan perlunya kerjasama yang optimal disetiap instansi pemerintah dan
masyarakat untuk mengatasi masalah ini agar para lansia mendapatkan kehidupan yang nayak,
dan harmonis sebagai manusia dan warga negara seutuhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, R Boedi dan Martono, H Hadi.2000.Geriatri ( ilmu kesehatan usia lanjut ). Jakarta :
FKUI
Widyastuti, Yani dan Anita Rahmawati, Yuliasti, E. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta.
Fitramaya
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/17/masalah-seksual-lansia/
Pendidikan : SD
Orang yang dekat : klien dekat dengan anak tertua klien
1. Genogram
2. Riwayat keluarga
Di keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti DM ataupun penyakit
menular seperti TB paru
C. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini : klien tidak bekerja, klien hanya berdiam diri
dirumah
Sumber-sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan : dari anak tertua dan dari
menantu klien
WC : jamban
Kebersihan lingkungan : bersih
Liburan / perjalanan : klien hanya berdiam diri dirumah karena jarang
berekreasi
Kebiasaan ritual : semenjak klien tua, klien jarang melakukan sholat
lima waktu
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : setahun terakhir, klienmenderita maag
dan asam urat
Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : klien mengatakan tidak prnah menderita
penyakit yang parah, hsnya penyakit biasa
seperti pilek, demam
Keluhan utama
Pemahaman & penatalaksanaan masalah kesehatan : klien mengerti kalau sakit harus ke
puskesmas untuk berobat. .
Obat – obatan :
NO NAMA OBAT DOSIS KETERANGAN
1 ANTASIDA 2 X sehari Sebelum makan
2 Cimetidine 3 x sehari Sesudah makan
3 Paracetamol 1 x sehari Bila nyeri
4 Vit B.komplek 2 x sehari Sesudah makan
5 Allopurinol 3 x sehari Sesudah makan
6 Piroxicam 3 x sehari Sesudah makan
7 Vit B.1 2 x sehari Sesudah makan
Penyakit yang pernah di derita : klien menderita maag dan asam urat
IndeksKATZ: A
Cairan & elektrolit : klien minum air putih ± 1000ml/hari, klien minum
kopi setiap pagi
Istirahat & tidur : klien tidur cukup, tidur malam ± 7 jam dan tidur
siang ± 1 jam dalam sehari, klien merasa puas saat
bangun
Status mental
Afasia : -
Bahasa yang digunakan : klien menggunakan bahasa banjar dan dayak dalam
kehidupan sehari-hari
3. Polanafas
4. Bunyinafas
a. Normal
6. Tractilfremitis / fremitus vocal : tidak meningkat dan tidak menurun
1. Nadi
PENGINDERAAN (persepsisensori)
b. Visus : -
Warna : kuning
Bau : khas amoniak
2. Integument
Akral : hangat
REPRODUKSI
Perempuan :
Payudara
Bentuk : normal
Benjolan : tidakada
Kelamin
Bentuk : normal
ENDOKRIN
PENGETAHUAN
Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya : klien kurang peka terhadap masalah
kesehatan
ANALISA DATA
RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1 1 Pasien dapat menerima 1. Lakukan pendekatan dan
1. Agar klien mau
perubahan struktur tubuh bina hubungan saling mengungkapkan masalah nya
terutama pada fungsi percaya dengan pasien
seksual yang dialaminya 2. Bantu pasien untuk
Kriteria hasil: mengekspresikan perubahan
2. Agar pasien lebih bisa
Mengekspresikan fungsi tubuh termasuk organ
menerima perubahan tersebut
kenyamanan seksual seiring dengan
Mengekspresikan bertambahnya usia.
kepercayaan diri 3. Berikan pendidikan
kesehatan tentang
penurunan fungsi seksual.
IMPLEMENTASI
Alamat : islam
SKOR
NO PERYANYAAN JAWABAN
1 Tanggal berapa hari ini ? 28
2 Hari apa sekarang ini ? Rabu
3 Apa nama tempat ini ? Rumah saya
4 Dimana alamat anda ? camba
5 Kapan anda lahir ? Tahun 43 an
6 Berapa umur anda ? lupa
7 Siapa presiden Indonesia sekarang ? SBY
8 Siapa presiden sebelumnya? Megawati
9 Siapa nama kecil ibu anda ? Tidak tahu
10 15 - 6 9
Jumlah kesalahan total 2
Keterangan :
JUMLAH KESALAHAN :
Tambahkan komentar
5.
Mar
31
Dwi kirnawati
Juliansyah
Fauzi herawan
AKADEMI KEPERAWATAN
SAMPIT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan
hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah
pengetahuan bagi mahasiswa/i akper pemkab kotim maupun para pembaca
untuk bidang Ilmu Pengetahuan.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah
dari dosen mata kuliah Keperawatan Anak I dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. A DENGAN MASALAH GANGGUAN
AKTIVITAS”. Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa
yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang
positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan
makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BABI PEMBAHASAN
1.1 LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY
DENGAN GANGGUAN AKTIVITAS
1.2 KONSEP DASAR PENYAKIT.....................................................
DAFTAR KEPUSTAKAAN...................................................................
2.2 LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY
DENGAN GANGGUAN AKTIVITAS
PENGKAJIAN......................................................................................
ANALISA DATA...................................................................................
RENCANA KEPERAWATAN..............................................................
LAPORAN PENDAHULUAN
a. Pengertian
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.
b. Epidemologi/insiden kasus
Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan biasanya menyangkut tentang
kemampuan untuk mobilisasi secara mandiri.
Gangguan mobilisasi dapat terjadi pada semua tingkatan umur, yang beresiko
tinggi terjadi gangguan mobilisasi adalah orang yang lanjut usia, post cedera dan post
trauma.
c. Etiologi/penyebab
- Kelainan postur
- Gangguan perkembangan otot
- Kerusakan system saraf pusat
- Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular
- Kekakuan otot
i. Prognosis
Apabila ada perubahan mobilisasi, maka setiap system tubuh beresiko terjadi
gangguan. Tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada umur klien, dan
kondisi kesehatan secara keseluruhan serta tingkat imobilisasi yang dialami. Misalnya,
perkembangan pengaruh mobilisasi lansia berpenyakit kronik lebih cepat dibandingkan
dengan klien yang lebih muda.
a. Pengkajian
1. Tingkat aktivitas sehari-hari
a. Pola aktivitas sehari-hari
b. Jenis, frekuensi, dan lamanya latihan fisik
2. Keletihan
Definisi: kondisi dimana seseorang mengalami perasaan letih yang
berlebihan secara terus-menerus dan penuruna kapasitas kerja fisik dan mental
yang tidak dapat hilang dengan istirahat.
Kemungkinan berhubungan dengan:
a. Menurunnya produksi metabolism
b. Pembatasan diet
c. Anemia
d. Ketidakseimbangan glukosa dan elektrolit
Rasional:
Rasional:
Rasional:
Rasional:
d. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan pada klien terganggu kesejajaran tubuh dan
mobilisasi berdasarkan criteria hasil setiap tujuan keperawatan, yaitu:
- Klien akan mempertahankan rentang gerak pada sendi ekstremitas atas
- Klien akan mengikuti program latihan teratur 3-4 kali sehari dengan
perencanaan pulang
- Klien akan melakukan rentang gerak penuh pada sendi yang sakit
- Tidak ada kontraktur sendi
LAPORAN KASUS
Keterangan : : Laki-laki
: Garis keturunan
: Perempuan :
Tinggal serumah
: Garis hubungan :
Meninggal
J. PSIKOLOGI
Klien merupakan anak kedua dari sepuluh bersaudara yang berusia 62 tahun, klien
menyukai semua bagian tubuhnya, klien ingin hidupnya tenang sampai akhir
hayatnya, klien merasa dirinya berharga karena seluruh keluarganya
menyayanginya. Emosi klien labil, klien gampang tersinggung. Klien dapat
beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya. Mekanisme pertahanan diri
minimal.
Status mental :
Tingkat kesadaran klien compos mentis, klien tidak mengalami dimensia,
orientasi dan bicara klien normal. Bahasa yang digunakan bahasa banjar. Klien
mampu membaca dan mampu berinteraksi dengan lawan bicaranya. Klien tidak
memiliki vertigo.
Short portable mental status questionnaire (SPMSQ) : 3
Mini mental state exam (MMSE) :3
Geriatric depression scale :4
APGAR :7
PENGKAJIAN PERSISTEM
REPRODUKSI
Bentuk payudara klien simetris, tidak ada benjolan, bentuk kelamin normal, tidak ada
keputihan, siklus haid 7hari.
ENDOKRIN
Tidak ada factor alergi dan kelainan endokrin pada klien.
PENGETAHUAN
Klien tidak mengetahui apa penyebab persendian dan punggungnya yang sering sakit,
klien tidak tahu bagaimana cara menghilangkannya. Klien hanya tahu cara
menguranginya yaitu dengan menggunakan minyak urut.
ANALISA DATA
DO:
-k/u lemah
-kesadaran compos mentis
-P: nyeri sendi dan
punggung
-Q: nyut-nyut seperti
membawa batu
-R: di persendian dan
punggung
-S: 4
-T: setiap mau tidur
-klien tidak bisa berdiri
lama
-berjalan ataupun mandi
dibantu keluarga
-TD: 140/100mmHg
-RR: 20x/menit
-N: 82x/menit
-S: 35,4˚C
PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan mobilitas fisik
DIAGNOSA MASALAH
1. Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan
RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. 1 Setelah dilakukan 1. Pertahanan body aligment 1. Mencegah iritasi dan
tindakan keperawatan, dan posisi yang nyaman komplikasi
diharapkan gangguan
mobilitas fisik
2. Cegah pasien jatuh
berkurang atau teratasi, 2. Mempertahankan keamanan
dengan criteria hasil: pasien
- klien dapat melakukan 3. Lakukan latihan aktif
aktivitas secara adekuat maupun pasif 3. Meningkatkan sirkulasi dan
- k/u baik mencegah kontraktur
- tidak terjadi cidera
- klien meningkatkan 4. Lakukan fisiotheraphy 4. Meningkatkan fungsi paru
aktivitas sesuai batas dada dan postural
toleransi 5. Memaksimalkan mobilisasi
5. Tingkatkan aktivitas
sesuai batas toleransi
IMPLEMENTASI
No Dx.
Implementasi Evaluasi
. Kep.
1 1. mempertahanan body aligment dan posisi S: “saya masih merasa lemah saat
1. yang nyaman terlalu lama berdiri”
Hasil: klien mempertahankan body aligment.
O:
2. mencegah pasien jatuh -k/u lemah
Hasil: klien dibantu saat berpindah dan mandi -aktivitas klien meningkat
sehingga mencegah terjadinya jatuh -tidak terjadi cidera
DAFTAR PUSTAKA
Rosidawati, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta. Salemba
Medika
Tambahkan komentar
6.
Mar
31
IRWANSYAH
ALFIANEDI
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatNya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Makalah
Asuhan Keperawatan Gangguan Eliminasi Pada Lansia”
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Keperawatan Gerontik. Selain itu
diharapkan makalah ini dapat membantu teman-teman yang lain dalam memahami
konsep eliminasi pada lansia khususnya.
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
Usia lanjut adalah tahap akhir dari siklus hidup manusia, merupakan
bagian dari proses alamiah kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan
dialami oleh setiap individu. Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan
tingkah laku yang dapat diramalkan terjadi pada semua orang pada saat mereka
mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan suatu
fenomena yang kompleks dan multi dimensional yang dapat diobservasi di dalam
satu sel dan berkembang pada keseluruhan sistem. Walaupun hal itu terjadi pada
tingkat kecepatan yang berbeda, di dalam parameter yang cukup sempit, proses
tersebut tidak tertandingi.
Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan, baik secara fisik
maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan
yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagai bagian dari proses
penuaan yang normal, seperti berkurangnya ketajaman panca indera,
menurunnya daya tahan tubuh , lebih mudah terkena konstipasi merupakan
ancaman bagi integritas orang usia lanjut. Belum lagi mereka masih harus
berhadapan dengan kehilangan peran diri, kedudukan sosial serta perpisahan
dengan orang-orang yang dicintai.
Sistematika penulisan makalah ini yaitu kata pengantar, daftar isi, bab I
pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,
metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II berisi tinjauan pustaka. Bab
III penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Daftar pustaka.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Eliminasi Urine
c. Bau bervariasi tergantung komposisi, bau urine yang aromatic yang
menyengat atau memusingkan timbul karena mengandung amonik.
d. pH sedikit asam yaitu antara 4,5-8 atau rata-rata 6,0. Namun
demikian, pH dipengaruhi oleh intake makanan. Misalnya urin pada
vegetarian menjadi sedikit basa.
Ø Komposisi Urine
a. Zat buangan nitrogen seperti urea, kreatinin, amoniak, asam urat
serta urobilin.
b. Hasil nutrient dari metabolism seperti karbohidrat, keton, lemak, dan
asam amino.
2. Urgensi. Perasaan segera ingin berkemih yang biasanya terjadi pada
anak karena kemampuan sfingter untuk mengontrol berkurang.
3. Disuria: rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih misal, ISK.
Eliminasi fekal
Ø Proses Eliminasi
1. Sistem digestif (GIT) bertambah lambat sehingga menyebabkan sekresi
cairan digestif dan peristaltik lamban sehingga terjadi penurunan
kemampuan untuk mengkonsumsi makanan tertentu.
2. Pada lansia banyak makanan yang tidak tercerna dan kadangkadang tak
cukup cairan untuk mencerna sehingga timbul konstipasi.. konstipasi dapat
juga terjadi karena tidak mengkonsumsi makanan yang memadai/kurang
melakukan latihan fisik.
3. Tidak memadainya konsumsi makanan juga sebagai akibat dari penurunan
respon terhadap tanda-tanda internal terhadap lapar dan haus, perubahan
pada gigi (karena sakit/trauma) sehingga sulit untuk mengunyah.
7. Pada umumnya keluhan seperti kembung, perasaan tidak enak biasanya
akibat makanan yang kurang bisa dicernakan akibat :
2. Imfaksi fekal : massa fees yang keras di lipatan rectum yang diakibatkan
oleh retensi dan akumulasi material yang berkepanjangan. Biasanya
disebabkan oleh konstipasi.
3. Diare : keluarnya feses cairan dan meningkatnya buang air besar akibat
cepatnya kimus melewati usus besar, sehingga usus besar tidak
mempunyai waktu cukup untuk menyerap air. Diare disebabkan oleh stress
fisik, obat-obatan,alergi dan lain-lain.
1. Gerontologi
2. Geriatri
· Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang penyakit pada lanjut
usia
· Ilmu yang mempelajari proses menjadi tua pada manusia serta akibat
akibatnya pada tubuh manusia. Dengan demikian jelaslah bahwa objek dari
geriatri adalah manusia lanjut usia.
a. Praktek keperawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses menua
(Kozier, 1987).
b. Spesialis keperawatan lanjut usia yang dapat menjalankan peranya pada
tiap tatanan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan, keahlian dan
keterampilan merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lanjut usia/lansia
secara komprehensif. Oleh karena itu, perawatan lansia yang menderita
penyakit (geriatric nursing) dan dirawat di rumah sakit merupakan bagian
dari Gerontic nursing.
1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda.
3. Tidak ada satu factor pun ditemukan untuk mencegah proses menua.
Menurut teori ini semua telah terprogram secara genetik untuk spesies-
spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia
yang diprogram oleh molekul-molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya
akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari
sel-sel kelamin. (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).
2. “Pemakaian dan Rusak” kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-
sel tubuh lelah (terpakai).
6. Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory) Didalam proses
metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan
tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan
tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh ialah tambahan kelenjar
timus yang pada usia dewasa berinvolusi dan semenjak itu terjadilah
kelainan autoimun. (Menurut Goldteris & Brocklehurst, 1989).
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik
seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini meyebabkan selsel tidak dapat
regenerasi.
° Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut
usia.
Dasar kepribadian/tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat
dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya.
e. Lingkungan
f. Stress
a) Usia pertenggahan (middle age), ialah kelompok usia 45-59 tahun.
Perubahan-perubahan fisik
Sel
4. Menurunnya proporsi protein diotak, otot, ginjal, darah dan hati.
Sistem persyarafan
1. Berat otak menurun 10-20 % (setiap orang berkurang sel saraf otaknya
dalam setiap harinya).
3. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan
stress.
Sistem pendengaran
Sistem penglihatan
1. Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
7. Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.
Sistem kardiovaskuler
2. Keterbatasan refleks menggigl dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.
Sistem respirasi
8. Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan
menurun seiring dengan pertambahan usia.
Sistem gastrointestinal
1. Kehilangan gigi, penyebab utama adanya Periodontal disease yang biasa
terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang
buruk dan gizi yang buruk.
2. Indera pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir,
atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap
di lidah terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensitifitas dari saraf
pengecap tentang rasa asin, asam dan pahit.
4. Lambung, rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam lambung
menurun, waktu mengosongkan menurun.
Sistem reproduksi
4. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (asal kondisi
kesehatan baik), yaitu :
Sistem genitourinaria
1. Ginjal
5. Vagina
Sistem endokrin
3. Pituitari : Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya di
dalam pembuluh darah: berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan
LH.
2. Permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan proses keratinasi
serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis).
2. Kifosis
1. Pengkajian
1. Urine. Warna : Normal kuning jernih. Bau : Normal aromatik amonia.
Pada overhidrasi hampir tidak berwarna. Pada dehidrasi orange-
kecoklatan.
2. Jumlah urine bervariasi tergantung intake. Normal 1 x BAK 250-400 ml.
2. Intervensi
Nama : Ny. S
Umur : 74 tahun
Pendidikan : SD
Agama : Islam
TB/BB : 149 cm / 37 kg
Keterangan:
Klien adalah anak ke-4 dari lima bersaudara, klien dulunya berasal dari
keluarga petani. Ayah dan ibu klien sudah meninggal. Suami klien sudah
meninggal sejak klien berumur 51 tahun. Sekarang klien tinggal ikut
anaknya.
Dalam keluarga klien ada yang menderita penyakit stroke yaitu kakak
pertamanya dan sudah meninggal. Dalam lingkungan keluarga klien tidak
ada yang menderita penyakit menular seperti TBparu.
Alamat pekerjaan : -
Transportasi : -
Penerangan : cukup
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu :sering pegal-pegal dan
kesemutan pada ektremitas, dan hipertensi
Status kesehatan umum selama lima tahun yang lalu : Klien pernah mederita
sakit stroke dan di opname di RSUD Sragen, Jawa tengah selama 2 minggu
P : -
Q : -
R : -
S : -
T : -
Obat-obatan : -
Makanan : -
Faktor lingkungan : -
Cairan/elektrolit :
Emosi : stabil
Status mental :
· Kemampuan interaksi : klien mampu berinteraksi dengan baik dan
sesuai
PENGKAJIAN PERSISTEM
B1/pernapasan
B2/Kardiovaskuler
B3/ persarafan
· Visus : -
2. Hidung
3. Telinga
· Masalah kandung kemih : Tidak terjadi nyeri saat BAK, tidak ada distensi
suprapubik , BAK lancar , tidak terjadi infeksi, tidak terjadi terjadi
inkontinensia urine.
B5/eliminasi alvi
· Kebersihan rongga muluat : tidak berbau, gigi bersih, tidak ompong,
· Lavamen :
B6/Otot/tulang/integumen
1. Otot-tulang
2. Integumen
REPRODUKSI
Payudara
ENDOKRIN
· Manifestasi : -
Klien tahu bahwa dirinya sakit hipertensi dan rematik, tapi klien menganggap
sakitnya itu adalah sakit orang sudah tua.
ANALISA DATA
DO :
1. Klien hanya makan nasi dan
sedikit sayur mayur.
2. Bising usus 3 x /menit
3. Perkusi abdomen hypertimpani.
RENCANA KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI
No Dx.
Implementasi Evaluasi
. Kep.
1. 1 1. Mengkaji pengetahuan klien mengenai S: “Saya sudah dapat BAB dengan
1.
pemahaman tentang nutrisi. Hasil: “yang saya lancar, minum sebanyak 5 gelas /
tahu saya harus makan makanan yang sedikit hari, mau mencoba mengkonsumsi
garam agar tensi saya tidak naik. sayuran dan buah- buahan”.
BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Asfawan. M, Dkk. 1988. Gizi dan Kesehatan Manula (Manusia Lanjut Usia).
Jakarta : PT Mediyatama Sarana Prakarsa
Tambahkan komentar
7.
Mar
31
KELOMPOK 2
AKADEMI KEPERAWATAN
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-
Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi
mahasiswa/I akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen
mata kuliah Keperawatan Gerontik dengan judul Standar ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN MASALAH PEMENUHAN
KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN. Dalam penulisan makalah ini
penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para
pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan
membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Amin.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR .................................................................................................................
i
DAFTAR
ISI ............................................................................................................................... ii
A. LATAR
BELAKANG............................................................................................... 1
B. TUJUAN
PENULISAN ............................................................................................ 2
C. RUMUSAN
MASALAH........................................................................................... 2
D. METODE
PENULISAN............................................................................................ 2
E. SISTEMATIKA
PENULISAN.................................................................................. 2
BAB III.............................................................................................................................
PENUTUP
A.
KESIMPULAN ...................................................................................................
...... 39
B.
SARAN ...............................................................................................................
....... 39
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit pada usia lanjut dengan gejala khas yaitu multipatologi (lebih dari satu
penyakit), kemampuan fisiologis tubuh yang sudah menurun, tampilan gejala yang
tidak khas/menyimpang, dan penurunan status fungsional (kemampuan kreraktivitas).
Penyakit-penyakit yang ditemukan pada pasien geriatri umumnya adalah penyakit
degeneratif kronik (Kane, 1994).
Setiap orang pasti ingin memiliki masa tua yang bahagia tetapi keinginan tidaklah
selalu dapat menjadi nyata. Pada kehidupan nyata, banyak sekali lansia-lansia yang
menjadi depresi, stress, dan berpenyakitan. Banyak kita temukan lansia yang dikirim
ke panti jompo dan tidak terurus oleh keluarga, ada lansia yang diasingkan dari
kehidupan anak cucunya meskipun hidup dalam lingkungan yang sama, ada lansia
yang masih harus bekerja keras meskipun sudah tua, dan masih banyak hal-hal
lainnya yang menjadi penyebab (Lueckenotte, 2000; Hall & Hassett, 2002).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah bagaimana asuhan keperawatan pada lansia (Lanjut Usia) dengan pemenuhan
kebutuhan keselamatan dan keamanan.
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode kepustakaan
dan dikutip dari sumber-sumber yang dapat dibuktikan kebenarannya.
Sistematika penulisan makalah ini yaitu Kata Pengantar, Daftar Isi, Bab I
Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan,
Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II Pembahasan. Bab III Penutup
yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran. Daftar Pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
Peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dapat berperan secara
langsung maupun tidak langsung. Secara langsung perawat dapat melakukan asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami masalah terkait dengan ketidakterpenuhinya
kebutuhan keamanan. Adapun peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan
adalah sebagai berikut:
3. Pengawas kesehatan, perawat harus melakukan ”home visit” atau kunjungan
rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang
kebutuhan keamanan klien dan keluarga.
5. Kolaborasi, perawat juga harus bekerja sama dengan lintas program maupun
secara lintas sektoral dalam pemenuhan kebutuhan keamanan keluarga untuk
mencapai kesehatan dan keamanan keluarga yang optimal.
Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari
ancaman bahaya atau kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak dapat
diduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan keamanan
adalah keadaan aman dan tentram.
KONSEP DASAR
a. Usia
Pada anak-anak tidak terkontrol dan tidak mengetahui akibat dari apa yang dilakukan.
Pada orang tua atau lansia akan mudah sekali terjatuh atau kerapuhan tulang.
Pada pasien koma, menurunnya respons terhadap rangsang, paralisis, disorientasi, dan
kurang tidur.
c. Emosi
Emosi seperti kecemasan, depresi, dan marah akan mudah sekali terjadi dan
berpengaruh terhadap masalah keselamatan dan keamanan.
Kerusakan sensori akan memengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya
seperti gangguan penciuman dan penglihatan.
f. Informasi/komunikasi
Gangguan komunikasi seperti afasia atau tidak dapat membaca menimbulkan
kecelakaan.
Gangguan imunitas akan menimbulkan daya tahan tubuh yang kurang sehingga
mudah terserang penyakit.
Sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap suatu penyakit.
Keadaan nutrisi yang kurang dapat menimbulkan kelemahan dan mudah terserang
penyakit, demikian sebaliknya, kelebihan nutrisi berisiko terhadap penyakit tertentu.
k. Tingkat pengetahuan
Kesadaran akan terjadinya gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi
sebelumnya.
a. Di rumah
· Tersedak.
· Jatuh.
· Terpotong.
· Tenggelam.
· Keracunan.
· Mikroorganisme.
· Cahaya.
· Kebisingan.
· Temperatur.
· Kelembapan.
· Radiasi.
a. Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri sendiri dari
kecelakaan.
b. Menjaga keselamatan pasien yang gelisah selama berada di tempat tidur.
· Tempat tidur dalam keadaan rendah dan ada penghalang pada pasien
yang gelisah.
f. Mencegah kecelakaan pada pasien yang menggunakan alat listrik misalnya
suction, kipas angin, dan lain-lain.
g. Mencegah kecelakaan pada klien yang menggunakan alat yang mudah
meledak seperti tabung oksigen dan termos.
h. Memasang label pada obat, botol, dan obat-obatan yang mudah terbakar.
m. Menyiapkan alat pemadam kebakaran dalam keadaan siap pakai dan mampu
menggunakannya.
7. Upayakan lantai bersih, tidak licin, rata, dan tidak basah
A. DEFINISI
Jatuh adalah suatu kejadian yang di laporkan penderita atau saksi mata ,yang
melibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai /tempat yang lebih
rendah atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Reuben) Jatuh sering terjadi atau
dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor berperan di dalamnya ,kelemahan otot
ekstremitas bawah kekakuan sendi, sinkope dan dizzines ,serta faktor ekstrinsik sertai
lantai yang licin dan tidak rata tersandung benda-benda ,pengelihatan kurang terang
dan sebagainya. Tidak mengejutkan bahwa jatuh merupakan kejadian yang
mempercepat patah tulang pada orang dengan kepadatan mineral tulang {Bone
Mineral Density(BMD)} rendah.
Jatuh dapat dicegah sehingga akan mengurangi risiko patah tulang. Jatuh adalah
penyebab terbesar untuk patah tulang pinggul dan berkaitan dengan meningkatnya
risiko yang berarti terhadap berbagai patah tulang meliputi punggung, pergelangan
tangan, pinggul, lengan bagian atas.
Jatuh dapat disebabkan oleh banyak faktor, sehingga strategi pencegahan harus
meliputi berbagai komponen agar sukses. Aktivitas fisik meliputi pola gerakan yang
beragam seperti latihan kekuatan atau kelas aerobik dapat meningkatkan massa tulang
sehingga tulang lebih padat dan dapat menurunkan risiko jatuh.
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko jatuh dan meminimalisir
dampak dari jatuh yang terjadi. Pedoman yang dikeluarkan oleh American Geriatrics
Society, British Geriatrics Society, dan American Academy of Orthopedi Surgeons
pada pencegahan jatuh meliputi beberapa rekomendasi untuk orang tua(AGS et
al.2001) .
Faktor-faktor lingkungan yang sering dihubungan dengan kecelakaan pada
lansia
Faktor penyebab jatuh pada lansia dapat dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu:
Faktor instrinsik dapat disebabkan oleh proses penuaan dan berbagai penyakit
seperti Stroke dan TIA yang mengakibatkan kelemahan tubuh sesisi, Parkinson
yang mengakibatkan kekakuan alat gerak, maupun Depresi yang menyebabkan
lansia tidak terlalu perhatian saat berjalan.
Gangguan penglihatan pun seperti misalnya katarak meningkatkan risiko jatuh
pada lansia. Gangguan sistem kardiovaskuler akan menyebabkan syncope,
syncope lah yang sering menyebabkan jatuh pada lansia. Jatuh dapat juga
disebabkan oleh dehidrasi. Dehidrasi bisa disebabkan oleh diare, demam, asupan
cairan yang kurang atau penggunaan diuretik yang berlebihan.
Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua atau tergeletak di
bawah, tempat tidur tidak stabil atau kamar mandi yang rendah dan tempat
berpegangan yang tidak kuat atau tidak mudah dipegang, lantai tidak datar, licin
atau menurun, karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang tebal/menekuk
pinggirnya, dan benda-benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser, lantai
licin atau basah, penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan), alat
bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya.
B. PENCEGAHAN
Pencegahan dilakukan berdasar atas faktor resiko apa yang dapat
menyebabkan jatuh seperti faktor neuromuskular, muskuloskeletal, penyakit yang
sedang diderita, pengobatan yang sedang dijalani, gangguan keseimbangan dan
gaya berjalan, gangguan visual, ataupun faktor lingkungan. dibawah ini akan di
uraikan beberapa metode pencegahan jatuh pada orang tua :
1. Latihan fisik
Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan meningkatkan kekuatan tungkai
dan tangan,memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan meningkatkan reaksi terhadap
bahaya lingkungan,latihan fisik juga bisa mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif.
Latihan fisik yang dianjurkan yang melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan
semampunya, salah satunya adalah berjalan kaki.(1,4,5,6)
§ Hindari pemberian obat multiple (lebih dariempat macam) kecuali atas indikasi
klinis kuat
Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas ataudingin untuk menghindari pusing akibat
suhu diantara:
§ Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas.
§ Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu tambahan untuk
daerah tangga.
§ Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang biasa
untuk melintas.
§ Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk menjaga
keseimbangan
Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan difokuskan untuk
mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor yang mendasarinya.
§ Apabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat ditangani
dengan obat-obatan maupun pembedahan. Oleh karena itu, penanganannya
adalah dengan alat bantu jalan seperti cane (tongkat), crutch (tongkat ketiak)
dan walker. (Jika hanya 1 ekstremitas atas yang digunakan, pasien dianjurkan
pakai cane). Pemilihan cane type apa yang digunakan, ditentukan oleh
kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan. Jika ke-2 ekstremitas atas
diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan tidak perlu menunjang
berat badan, alat yang paling cocok adalah four-wheeled walker. Jika kedua
ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan
menunjang berat badan, maka pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi yang
diperlukan dalam menunjang berat badan.
§ Berhenti merokok
§ Latihan fisik
Pengkajian
1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sistem sensori komunikasi pasien seperti
adanya perubahan perilaku pasien karena gangguan sensori komunikasi:
a. Halusinasi;
c. Kelesuan;
d. Ilusi;
f. Perasaan terasing;
g.Kurangnya konsentrasi;
a. Kesadaran menurun;
b.Kelemahan fisik;
c. Imobilisasi;
Pengkajian resiko (Risk assessment tools) dan adanya bahaya dilingkungan klien
(home hazards appraisal).
c. Keracunan
Beberapa anak dan orang tua sangat beresiko tinggi terhadap keracunan. Pengkajian
meliputi seluruh aspek pengetahuan keluarga tentang resiko bahaya keracunan dan
upaya pencegahannya.
d. Kebakaran
Beberapa penyebab kebakaran dirumah perlu ditanyakan tentang sejauh mana klien
mengantisipasi resiko terjadi kebakaran, termasuk pengetahuan klien dan keluarga
tentang upaya proteksi dari bahaya kecelakaan akibat api.
Meliputi mengkaji keadaan: lantai, peralatan rumah tangga, kamar mandi, dapur,
kamar tidur, pelindung kebakaran, zat-zat berbahaya, listrik, dll apakah dalam
keadaan aman atau dapat mengakibatkan kecelakaan.
Gangguan keamanan berupa jatuh di rumah pada lansia memiliki insidensi yang
cukup tinggi, banyak diantara lansia tersebut yang akhirnya cedera berat bahkan
meninggal. Bahaya yang menyebabkan jatuh cenderung mudah dilihat tetapi sulit
untuk diperbaiki, oleh karena itu diperlukan pengkajian yang spesifik tentang keadaan
rumah yang terstuktur.
Contoh pengkajian checklist pencegahan jatuh pada lansia yang dikeluarkan oleh
Departemen kesehatan dan pelayanan masyarakat Amerika.
Definisi: kondisi dimana pasien berisiko mengalami injuri akibat hubungannya dengan
kondisi lingkungan, adaptasi, dan sumber-sumber yang mengancam.
b. Kelemahan;
e. Epilepsi;
g. Vertigo;
a. AIDS;
b. Demensia;
d. Epilepsi;
Y Intervensi:
a. Cek keadaan pasien setiap jam dan berikan penghalang pada tempat
tidurnya
b. Cek tanda vital setiap 4 jam dan kepatenan saluran pernapasan
d. Siagakan alat-alat emergensi seperti suction dan intubasi pada tempatnya
j. Lakukan kajian keadaan kulit pasien dan gunakan tempat tidur khusus
untuk mencegah dekubitus
Y Rasional:
b. Malnutrisi;
d. Pembedahan;
g. AIDS.
Y Intervensi:
d. Monitor tanda vital, integritas kulit, efek obat, dan pendarahan dari
bekas suntikan
Y Rasional:
Definisi: kondisi di mana pasien mempunyai risiko yang tinggi terhadap masuknya virus
penyakit.
e. Malnutrisi;
a. AIDS;
Y Intervensi:
Y Rasional:
1. Diagnosa umum sering muncul pada kasus keamanan fisik menurut NANDA
adalah :
Seorang klien mengalami masalah keperawatan resiko tinggi terjadinya cidera bila
kondisi lingkungan dan adaptasi atau pertahanan seseorang beresiko menimbulkan
cedera.
§ Resiko terjadinya keracunan: adanya resiko terjadinya kecelakaan akibat terpapar, atau
tertelannya obat atau zat berbahaya dalam dosis yang dapat menyebabkan keracunan.
§ Resiko terjadinya sufokasi: adanya resiko kecelakaan yang menyebabkan tidak adekuatnya
udara untuk proses bernafas.
§ Resiko terjadinya trauma: adanya resiko yang menyebabkan cedera pada jaringan (ms.
Luka, luka bakar, atau fraktur).
§ Respon alergi lateks: respon alergi terhadap produk yang terbuat dari lateks.
§ Resiko respon alergi lateks: kondisi beresiko terhadap respon alergi terhadap produk yang
terbuat dari lateks.
§ Resiko terjadinya aspirasi: klien beresiko akan masuknya sekresi gastrointestinal, sekresi
orofaringeal, benda padat atau cairan kedalam saluran pernafasan.
§ Resiko terjadinya sindrom disuse (gejala yang tidak diinginkan): klien beresiko terhadap
kerusakan sistem tubuh akibat inaktifitas sistem musculoskeletal yang direncanakan atau
tidak dapat dihindari.
2. Perencanaan
Secara umum rencana asuhan keperawatan harus mencakup dua aspek yaitu:
Tujuan: Klien memperlihatkan upaya menghindari cedera (jatuh) atau cidera (jatuh)
tidak terjadi
c. Melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera.
3. Intervensi
d. Monitor klien secara berkala terutama 3 hari pertama kunjungan rumah
Secara umum kriteria hasil paling penting pada kasus resiko tinggi cidera adalah
membantu klien untuk mengidentifikasi bahaya, dan mampu melakukan tindakan
menjaga keamanan. Kriteria hasil yang lebih spesifik diantaranya, Klien mampu:
mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan kemungkinan
cidera, mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu, melaporkan
penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera.
Pendidikan : SD
Ciri-ciri Tubuh : Kulit keriput, ada bekas luka gores di lutut kiri,
kifosis
1. Genogram
Keterangan: : Laki-laki : Garis Keturunan
Klien adalah anak ketiga dari 3 orang bersaudara. Merupakan anak dari pasangan petani.
Ayah klien meninggal dunia saat klien duduk di kelas 4 SD. Sedangkan ibu klien
meninggal saat klien kelas 6 SD. Klien sendiri tidak tahu penyakit apa yang pernah
diderita oleh mendiang orang tuanya. Setelah orang tua klien meninggal dunia, awalnya
klien tinggal bertiga dengan saudara-saudara klien saja sebelum akhirnya kakak
pertamanya menikah. Klien akhirnya tinggal berdua dengan kakak keduanya sampai
akhirnya kakak klien juga menikah. Klien lupa kapan tepatnya klien menikah. Klien
menikah dengan seorang guru dan memiliki 4 orang anak. Setelah suami klien meninggal
dunia tahun 2003 karena stroke, klien tinggal dengan anak bungsunya di rumah.
Derajat privasi :
Perawat : Ny.N
Lain-lain : -
Setahun yang lalu klien sempat dirawat di RS karena mengalami kecelakaan lalu lintas
dengan anak klien. Klien mengalami luka lecet di pergelangan tangan dan kaki klien.
Klien sering mengeluh sakit di punggung, dan lutut klien terasa ngilu. Keluhan itu
berlangsung sampai sekarang. Klien juga punya riwayat penyakit gastritis.
klien menyadari dirinya sudah lansia dan sering sakit-sakitan. Klien tergolong orang yang
peduli terhadap kesehatannya, kalau sakit klien akan segera berobat. Klien juga tahu
kalau dia menderita arthritis gout atau umumnya dikenal oleh orang awam (termasuk
klien) dengan asam urat. Tapi klien sendiri tidak tahu dengan jelas apa sebenarnya asam
urat itu sendiri dan obat-obat apa yang diminum klien selama ini.
§ Obat-obatan:
Menurut klien obat yang diminumnya adalah paracetamol dan vitamin (karena sampel
sudah tidak ada)
Obat-obatan : -
Makanan : -
Cairan & Elektrolit : Klien minum ±4-6 gelas/hari, klien suka minum
kopi
Istirahat & Tidur : Tidur siang kadang-kadang, tidur malam dari pukul
21.00 WIB dan terbangun pukul 03.00 WIB
Konsep Diri : Baik, positif, klien menyadari dirinya sudah lansia
Status mental
Afasia : -
APGAR : 6 (Sedang)
1. Nadi
3. Letak jantung : Ictus cordis teraba pada ICS 5 kira-kira
satu jari medial dari garis midclavicula
Total GCS: 14
2. Integumen
M. REPRODUKSI
Perempuan:
O. PENGETAHUAN
Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya: klien menyadari dirinya sudah lansia
dan akan rentan terhadap sakit. Klien memang selalu berobat tiap kali dia sakit. Tapi
klien tidak mengerti manfaat obat-obatan yang didapatnya secara spesifik.
ANALISA DATA
DO:
- klien tampak memijat kedua kakinya
- klien tampak hati-hati saat merubah
posisi dari duduk jadi berdiri
- klien kifosis
Penumpukan
1. P : penumpukan Kristal asam urat Nyeri akut
Kristal asam urat
Q : ngilu, cenat-cenut
R ; di daerah lutut paling terasa sakit,
selain itu juga terasa sakit di punggung
sampai daerah pinggang
S : 6 (dari 0-10)
T : di daerah lutut paling terasa sakit,
selain itu juga terasa sakit di punggung
sampai daerah pinggang
DO:
- Fokus penglihatan mulai berkurang
- Lapang pandang menyempit
- Aktivitas terbatas karena sakit pada
fleksibelitas
ekstrimitas dan punggung, gerak agak
ekstremitas
pelan dan hati-hati
menurun
- Lingkungan kurang aman. WC agak licin.
Di halaman belakang terdapat beberapa
pecahan kaca, duri salak (di halaman
belakang rumah klien tumbuh 2 pohon
salak), dan tanah agak licin karena
ditumbuhi lumut
RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. 1 Setelah dilakukan 1. Kaji karakteristik nyeri 1. Nyeri merupakan respon
tindakan keperawatan subjektif yang dapat dikaji
selama 2x24 jam dengan menggunakan skala
diharapkan nyeri hilang nyeri.
atau terkontrol dengan
kriteria hasil: 2. Bantu klien dalam 2. Nyeri mungkin
1. Klien tidak mengidentifikasi faktor dipengaruhi oleh kecemasan
mengungkapkan pencetus atau peradangan pada sendi
perasaan nyeri
2. Gerak tidak terbatas 3. Akan melancarkan
3. Aktivitas bisa sedikit peredaran darah sehingga
meningkat 3. Ajarkan relaksasi: teknik kebutuhan oksigen pada
4. Skala nyeri 0 (dari 0- terkait ketegangan otot jaringan terpenuhi dan
10) rangka yang dapat mengurangi nyeri
5. Menunjukkan mengurangi intensitas
ekspresi rileks nyeri 4. Pengetahuan tersebut
membantu mengurangi
nyeri dan dapat membantu
4. Tingkatkan pengetahuan meningkatkan kepatuhan
tentang penyebab nyeri klien terhadap rencana
dan hubungan dengan terapeutik
berapa lama nyeri akan
berlangsung 5. Pemakaian alkohol,
kafein, dan oba-obatan
diuretik akan menambah
peningkatan kadar asam urat
5. Anjurkan klien untuk dalam serum.
tidak meminum minuman
seperti alkohol, kafein atau
mengonsumsi obat-obatan
diuretik, tapi perbanyak
minum air putih
No Dx.
Implementasi Evaluasi
. Kep.
1. 1 1. Mengkaji karakteristik nyeri (22/3/2012) S: “kaki saya masih terasa ngilu”
1. Hasil: nyeri dirasakan dominan dilutut, selain
itu nyeri juga dirasakan pada punggung O:
sampai kedaerah pinggang dengan skala nyeri- klien menunjukkan bagian
6 (dari 0-10) kakinya yang sakit, tepatnya
2. Membantu klien dalam mengidentifikasi dilutut.
factor pencetus (22/3/2012) - Klien kifosis
Hasil: nyeri karena terjadinya penumpukan- Tampak hati-hati dan pelan saat
kristal asam urat pada sendi berjalan
3. Mengajarkan relaksasi: anjurkan klien untuk- Ekspresi wajah sedikit meringis
menggunakan air hangat untuk mandi- Saat merubah posisi dari duduk
(22/3/2012) jadi berdiri, tampak hati-hati
Hasil: klien memahami anjuran yang diberikan
dan akan mulai melakukan apa yang A: Masalah belum teratasi
dianjurkan
4. Meningkatkan pengetahuan tentang P: Lanjutkan Intervensi
penyebab nyeri dan hubungan dengan berapa - Kaji karakteristik nyeri
lama nyeri akan berlangsung (22/3/2012) - Bantu klien dalam
Hasil: klien masih belum sepenuhnya mengidentifikasi faktor pencetus
memahami HE yang diberikan. Klien hanya - Ajarkan relaksasi: teknik terkait
tahu kalau dirinya mengalami asam urat begitu ketegangan otot rangka yang dapat
saja. mengurangi intensitas nyeri
5. Menganjurkan klien untuk tidak meminum - Tingkatkan pengetahuan tentang
minuman seperti alkohol, kafein atau penyebab nyeri dan hubungan
mengonsumsi obat-obatan diuretik, tapi dengan berapa lama nyeri akan
perbanyak minum air putih (22/3/12) berlangsung
Hasil: Karena klien suka kopi, klien Anjurkan klien untuk tidak
mengatakan kalau klien akan mencoba meminum minuman seperti
mengurangi minum kopi secara bertahap alcohol, kafein atau obat-obatan
setelah mendengar anjuran yang diberikan dan diuretik, tapi perbanyak minum air
akan minum air putih lebih sering putih
dibandingkan dengan kopi.
2. 2 1. Mengkaji adanya faktor-faktor resiko injuri S: -
2.
pada klien (22/3/2012)
2. Hasil: faktor resiko yang ditemukan yaitu: O:
a. adanya nyeri pada ekstremitas yang akan- Fokus penglihatan mulai
mengurangi fleksibelitas dalam bergerak, klien berkurang
rentan terjatuh - Lapang pandang menyempit
b. Penurunan sensori penglihatan - Aktivitas terbatas karena sakit
c. Lingkungan yang kurang kondusif/ tidak pada ekstrimitas dan punggung,
adekuat gerak agak pelan dan hati-hati
3. Melakukan modifikasi lingkungan agar lebih- Lingkungan sudah dibersihkan
aman sesuai hasil pengkajian (22/3/2012) dari faktor-faktor resiko
4. Hasil: bersama keluarga klien membersihkan- WC masih berpotensi
lingkungan rumah klien, termasuk halaman menimbulkan injuri bagi klien
belakang yang beresiko tinggi menyebabkan karena lantainya yang agak licin
injuri atau trauma dengan membuang pecahan-
pecahan kaca, duri ataupun lumut yang bisa A: Masalah teratasi sebagian
menyebabkan klien jatuh
P: Lanjutkan Intervensi
5. Memonitor klien secara berkala terutama 2 Kaji adanya faktor-faktor resiko
hari pertama kunjungan rumah (22/3/2012) injuri pada klien
6. Hasil: masih terdapat faktor resiko injuri di Lakukan modifikasi lingkungan
sekitar klien agar lebih aman sesuai hasil
7. Mengajarkan klien dan keluarga tentang pengkajian terhadap resiko injuri
upaya pencegahan cidera (22/3/2012) Monitor klien secara berkala
Hasil: klien dan keluarga memahami apa yang terutama 2 hari pertama kunjungan
diajarkan seperti mengatur pencahayaan di
rumah
rumah (karena klien mengalami penurunan
sensori), menjaga lingkungan agar tetap bersih Ajarkan klien dan keluarga
dan tidak menimbulkan resiko cidera dan
tentang upaya pencegahan cidera
komplikasi cidera bagi klien
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan juga merupakan kebutuhan dasar bagi lansia.
Di sini perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dapat berperan secara
langsung maupun tidak langsung yaitu sebagai Pemberi Perawatan Langsung (care
giver), Pendidik, Pengawas Kesehatan, Konsultan, dan Kolaborasi. Keselamatan
adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya atau
kecelakaan, sedangkan keamanan adalah keadaan aman dan tentram.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
http://www.stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/19/pengkajian-dan-pencegahan-
jatuh-pada-lansia/
http://www.cita09060144.student.umm.ac.id/2010/02/05/peran-perawat-dalam-
pemenuhan-kebutuhan-keamanan-dan-keselamatan/
Diposkan 31st March 2012 oleh Inka Februaria
Tambahkan komentar
8.
Mar
31
DI SUSUN OLEH :
BAMBANG SURYADINOR
NITA RAHMADANI
SUMIRLAN TRISNO
AKADEMI KEPERAWATAN
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-
Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan
bagi mahasiswa/i akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu
Pengetahuan.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari
dosen mata kuliah Keperawtan Gerontik dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN
PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis berusaha menyajikan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan
membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis
juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
2.7. ASKEP.................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN KASUS
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Setelah membaca makalah ini di harapkan mahasiswa mampu
melakukan Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Nutrisi Pada Lansia
2.1 Pengertian
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia
untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan
menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh serta
mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu tentang
makanan, zat-zat gizi dan zat-zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, dan
keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit.
Nutrisi yang adekuat merupakan suatu komponen esensial pada
kesehatan lansia. Faktor-faktor fisiologis yang dapat dikaitkan dengan
kebutuhan nutrisi yang unik pada lansia adalah menurunnya sensitivitas
olfaktorius, perubahan persepsi rasa dan peningkatan kolesistokinin yang
dapat memengaruhi keinginan untuk makan dan peningkatan rasa
kenyang. Proses penuaan itu sendiri sebenarnya tidak mengganggu
proses penyerapan vitamin pada berbagai tingkatan yang luas. Namun,
laporan-laporan terakhir mengindikasikan bahwa lansia mengalami
defisiensi vitamin B12, vitamin D dan asam folat. Perubahan-perubahan
dan kebutuhan mineral meliputi rendahnya kebutuhan akan zat besi pada
wanita lansia daripada wanita usia produktif. Asupan kalsium sebagai
salah satu mineral esensial lainnya bagi lansia sekitar 600 mg per hari
untuk wanita. Hal ini hanya menggambarkan 30 sampai 40% dari tingkat
kebutuhan yang disarankan. Suplemen kalsium tidak akan diabsorpsi
secara merata. Karena perbedaan derajat keasaman yang dibutuhkan
untuk absorpsi yang sesuai, kalsium sitrat malat merupakan bentuk yang
lebih dipilih untuk diberikan bagi lansia yang mengalami hipoklohidria
atau aklorhidria. Pada proses penuaan yang normal, peningkatan jaringan
adipose secara normal dapat menyertai penurunan massa tubuh dan
cairan tubuh total.
2.7 ASKEP
a.PENGKAJIAN
o Berat badan berhubungan dengan tinggi badan, contoh IMT (indeks
massa tubuh) atau catatan yang tepat
o Perubahan berat badanDifokuskan pada kehilangan atau
pertambahan berat badan saat ini
o Pertumbuhan gigi, Apakah lansia memakai gigi palsu atau apakah mereka
memerlukan gigipalsu? Apakah gigi palsu yang ada hilang atau rusak?
o Kebiasaan makan, Aspek pribadi, budaya, dan agama mengenal asupan
nutrisi
o Kemampuan untuk makan, Dapatkah lansia memindahkan makanan
dari piring ke mult dan menelannya dengan baik
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta : EGC
Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC
Fakultas Kedokteran UI. 2000. Pedoman Pengelolan Kesehatan Pasien Geriatri
Untuk Dokter dan Perawat. Jakarta
Beck, Mary E. 2000. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya dengan Penyakit-
penyakit untuk Perawat dan Dokter. Jakarta : Yayasan Essentia Medico
Tarwoto, Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Prima Medika
FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU
Tanggal Pengkajian : 25
Maret 2012
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal dunia
: Tinggal serumah
: Garis pernikahan
: Klien
2. RiwayatKeluarga
Klien seorang duda, mempunyai anak satu. Klien hidup bersama anak
laki-lakinya. Di keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit
seperti diabetes, hipertensi, asma, TB, atau hepatitis.
Alergi :
Aktivitas : Saat pagi klien berkebun, di rumah klien tidak ada
kegiatan
KeadaanUmum :Baik
PENGKAJIAN PERSISTEM
4) PENGINDERAAN
1. Mata (Penglihatan)
a. Bentuk : Normal
b. Pupil : Ishokor
c. Gerak Bola Mata : Normal
d. Medan Penglihatan : Normal
e. ButaWarna : Tidak
f. TekananInraOkuler : Tidak
2. Hidung (Penciuman)
Bentuk : Normal
GangguanPenciuman : Tidak
3. Telinga (Pendengaran)
a. Aurikel : Normal
b. Membran Tympani : Terang
c. Otorrchea : Tidak
d. GangguanPendengaran : Tidak
e. Tinitus : Tidak
4. Perasa : Normal
5. Peraba : Normal
4 4
4 4
Fraktur : Tidak
Dislokasi :Tidak
Haemotom : Tidak
2. Integumen
Warna Kulit : Kuning langsat
Akral : Hangat
Turgor : Tidakelastis
Tulang Belakang : Normal
8) REPRODUKSI
Laki-laki :
Kelamin Bentuk : Normal
Kebersihan Alat Kelamin : Bersih
9) ENDOKRIN
1. Faktor Alergi : Tidak
Manifestasi : Tidakada
Cara Mengatasi : Tidakada
2. Kelainan Endokrin : Tidakada
10) PENGETAHUAN
Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya :
Klien mengetahui tentang kondisi kesehatannya dan klien sering cek
up untuk kesehatannya
ANALISA DATA
DO :
Gigi tidak lengkap
Lidah ada sariawan
PolaMakan : 2x/hr, Ketidak
hanyamampumenghabiskan ¼ porsimakanan Intake yang seimbangan
Konjugtiva anemis tidakadekuat nutrisi : nutrisi
BB sebelumnya= 51 kg, BB saatini 50 kg kurang dari
Klien kurang makan sayur dan jarang makan kebutuhan tubuh
buah-buahan
klienhidupsendiri
RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. 1 Setelah dilakukan 1. Timbang berat badan 1. R/mengetahui perubahan
tindakan keperawatan setiap hari keadaan umum nutrisi pada
selama 1x24 jam klien
diharapkan
ketidakseimbangan 2. Anjurkan makan sedikit 2. R/Dilatasi gaster dapat
nutrisi : nutrisi kurang tapi sering terjadi bila pemberian
dari kebutuhan tubuh makan terlalu cepat setelah
teratasi dengan periode puasa
Kriteria hasil :
1. Nafsu makan 3. Anjurkan makan-makanan3. R/membantu meningkatkan
meningkat yang lunak dan mudah intake makanan
2. Berat badan meningkat dicerna.
3. Adanya perubahan pola
makan 4. Membantu meningkatkan
4. Konjungtiva normal 4. Anjurkan keluarga untuk nafsu makan
5. Klien tampak tidak menyediakan makanan
lemah kesukaan klien.
5. R/ Mencegah terjadinya
5. Anjurkan makan makanan mual dan membantu
yang disajikan dalam meningkatkan nafsu makan
kondisi hangat
No Dx.
Implementasi Evaluasi
. Kep.
1. 1 Tgl 25 Maret 2012 (09.00 wib) 26 Maret 2012 (09.00 wib)
1. DS : “Saya sudah
1. Menimbang berat badan setiap hari menghabiskan setengah porsi
Hasil : BB = 50 kg makanan”
Lihat komentar
Memuat
Template Dynamic Views. Diberdayakan oleh Blogger.