Anda di halaman 1dari 377

LAPORAN PENDAHULUAN

GERONTI

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................................      i


KATA PENGANTAR ............................................................................................................      ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................     iii
BAB   I         PENDAHULUAN
                   1.1   LATAR BELAKANG ...................................................................................     1
                   1.2   TUJUAN PENULISAN ................................................................................     1
                   1.3   RUMUSAN MASALAH................................................................................     2
                   1.4   METODE PENULISAN...............................................................................     2
                   1.5   SISTEMATIKA PENULISAN........................................................................     2
BAB   II        PEMBAHASAN
2.1.. LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY DENGAN GANGGUAN
SEKSUAL
A.  Perubahan anatomik sistem genetalia pada lansia.................     
B.  Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari pembagian tahapan
seksual menurut Kaplan..........................      
C.  Di samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali menyebabkan penurunan fungsi dan
potensi seksual pada lanjut usia........      
D.  Beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kehidupan sosial               
E.  Upaya mengatasi permasalahan seksual pada lansia............
F.   ............................................................................................................      
G.  PENATALAKSANAAN...........................................................................      
H.  MASALAH KEPERAWATAN..................................................................      
I.    DIAGNOSA KEPERAWATAN.................................................................      
J.   RENCANA KEPERAWATAN..................................................................      
DAFTAR KEPUSTAKAAN
2.2.. LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY DENGAN GANGGUAN SEKSUAL
PENGKAJIAN............................................................................................    15
ANALISA DATA.........................................................................................    18
RENCANA KEPERAWATAN.......................................................................    19
BAB   III       PENUTUP
3.1  KESIMPULAN ............................................................................................    22
3.2  SARAN .....................................................................................................    22
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang   


Kehidupan seksual merupakan bagian dari kehidupan manusia, sehingga kualitas kehidupan
seksual ikut menentukan kualitas hidup. Hubungan seksual yang sehat adalah hubungan seksual yang
dikehendaki, dapat dinikmati bersama pasangan suami dan istri dan tidak menimbulkan akibat buruk baik
fisik maupun psikis termasuk dalam hal ini pasangan lansia.
Dewasa lanjut (Late adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah lansia adalah periode dimana
seseorang telah mencapai usia  diatas 45 tahun. Pada periode ini masalah seksual masih mendatangkan
pandangan bias terutama pada wanita yang menikah, termasuk didalamnya aspek sosio-ekonomi. Pada
pria lansia masalah terbesar adalah masalah psikis dan jasmani, sedangkan pada wanita lansia  lebih
didominasi oleh perasaan usia tua atau merasa tua. 
Pada penelitian di negara barat, pandangan bias tersebut jelas terlihat. Penelitian Kinsey yang
mengambil sampel ribuan orang, ternyata hanya mengambil 31 wanita dan 48 pria yang berusia diatas 65
tahun. Penelitian Masters-Jonhson juga terutama mengambil sampel mereka yang berusia antara 50-70
tahun, sedang penelitian Hite dengan 1066 sampel hanya memasukkan 6 orang wanita berusia di atas 70
tahun(Alexander and Allison,1995).
            Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa:
•      Banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas seksual sampai usia yang cukup lanjut, dan aktifitas
tersebut hanya dibatasi oleh status kesehatan dan ketiadaan pasangan.
•      Aktifitas dan perhatian seksual pasangan suami istri lansia yang sehat berkaitan dengan pengalaman
seksual kedua pasangan tersebut sebelumnya.
•      Mengingat bahwa kemungkinan hidup seorang wanita lebih panjang dari pria, seorang wanita lansia
yang ditinggal mati suaminya akan sulit untuk menemukan pasangan hidup.
Saat ini jumlah wanita di Indonesia yang memiliki Usia Harapan Hidup (UHH) diatas 45 tahun
lebih meningkat dan pada usia tersebut wanita masih berharap dapat melakukan hubungan seksual
secara normal. Karena faktor usia, hubungan seksual pada lansia umumnya memiliki frekwensi yang
relatif rendah, sehingga diperlukan suatu penelaahan tentang masalah seksual pada lansia.
Fenomena sekarang, tidak semua lansia dapat merasakan kehidupan seksual yang harmonis.
Ada tiga penyebab mengapa kehidupan seksual tidak harmonis. Pertama, komunikasi seksual diantara
pasangan tidak baik. Kedua, pengetahuan seksual tidak benar. Ketiga karena gangguan fungsi seksual
pada salah satu maupun kedua pihak bisa karena perubahan fisiologis maupun patologis.
Agar kualitas hidup lansia tidak sampai terganggu karena masalah seksual, maka setiap
disfungsi seksual harus segra diatasi dengan cara yang benar dan ilmiah. Yang perlu diperhatikan dalam
penanganan disfungsi seksual ialah pertama kita harus menentukan jenis disfungsi seksual dengan tepat,
mencari penyebabnya, memberikan pengobatan sesuai penyebab dan untuk memperbaiki fungsi seksual
seperti dijelaskan dalam makalah ini.

B.        Tujuan
1.    Tujuan Umum
Mengetahui masalah seksual pada masa usia lanjut
2.    Tujuan Khusus
a.    Mengetahui karakteristik masa usia lanjut
b.    Mengetahui perubahan-perubahan pada masa usia lanjut
c.    Mengetahui masalah seksual pada masa usia lanjut
d.    Mengetahui perubahan seksual pada pria lansia
e.    Mengetahui perubahan seksual pada wanita lansia
f.     Mengetahui cara mengatasi permasalah seksual pada masa usia lanjut

C.        Manfaat
1.    Bagi mahasiswa
Merupakan sumber tambahan informasi dan pengetahuan tentang permasalahan seksual pada masa
usia lanjut sebagai acuan dalam memberikan pelayanan kebidanan pada saat praktik lapangan.

2.    Bagi institusi dan civitas akademika


Mengukur pengetahuan dan pengalaman mahasiswa dalam menyusun suatu makalah dengan
mengambil dari berbagai sumber literature serta dijadikan sebagai sumber bacaan tambahan di
perpustakaan

D.        Rumusan Masalah


1.    Apa perubahan anatomik sistem genetalia pada lansia?
2.    Apa perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari pembagian tahapan
seksual?
3.    Apa di samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali menyebabkan penurunan fungsi
dan potensi seksual pada lanjut usia?
4.    Apa beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kehidupan social?
5.    Apa upaya mengatasi permasalahan seksual pada lansia?

E.        Metode Penulisan


Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode deskriptif dengan
menggunakan studi melalui pendekatan proses keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian,
perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Tehnik pengumpulan data yaitu dengan
menggunakan studi kepustakaan yaitu mempelajari Dokumentasi Keperawatan serta sumber-sumber
lainnya yang berhubungan dengan judul makalah dan masalah yang dibahas

F.        Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan makalah ini yaitu Kata Pengantar, Daftar Isi, Bab I Pendahuluan yang
terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika
Penulisan. Bab II Pembahasan. Bab III Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran. Daftar Pustaka.

BAB II
PEMBAHASAN

A.   Perubahan anatomik sistem genetalia pada lansia

1.    Wanita
Dengan berhentinya produksinya hormon estrogen, genitalia interna dan eksterna berangsur-
angsur mengalami atrofi.
·         Vagina
Vagina mengalami kontraktur, panjang dan lebar vagina mengalami pengecilan. Fornises
menjadi dangkal, begitu pula serviks tidak lagi menonjol ke dalam vagina. Sejak klimakterium, vagina
berangsur-angsur mengalami atropi, meskipun pada wanita belum pernah melahirkan. Kelenjar seks
mengecil dan ber¬henti berfungsi. Mukosa genitalia menipis begitu pula jaringan sub-mukosa tidak lagi
mempertahankan elastisitas¬nya akibat fibrosis.
Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh keber¬langsungan koitus, artinya makin
lama kegiatan tersebut dilakukan kurang laju pendangkalan atau pengecilan genitalia eksterna.
·         Uterus
Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut dan dindingnya menipis,
miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak jaringan fibrotik. Serviks menyusut tidak menonjol, bahkan
lama-lama akan merata dengan dinding jaringan.
·          Ovarium
Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaannya menjadi “keriput” sebagai
akibat atrofi dari medula, bukan  akibat dari ovulasi yang berulang sebelumnya, permukaan ovarium
menjadi  rata lagi seperti anak oleh karena tidak terdapat  folikel. Secara umum, perubahan fisik genetalia
interna dan eksterna dipengaruhi oleh fungsi ovarium. Bila ovarium berhenti berfungsi, pada umumnya
terjadi atrofi dan terjadi inaktivitas organ yang pertumbuhannya oleh hormon estrogen dan progesteron.
·         Payudara (Glandula Mamae)
Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita yang gemuk, dimana payudara
tetap besar dan menggantung. Keadaan ini disebabkan oleh karena atrofi hanya mempengaruhi kelenjar
payudara saja. Kelenjar pituari anterior mempengaruhi secara histologik maupun fungsional, begitu pula
kelenjar tiroid dan adrenal menjadi “keras” dan mengkibatkan bentuk tubuh serupa akromegali ringan.
Bahu menjadi gemuk dan garis pinggang menghilang. Kadang timbul pertumbuhan rambut pada wajah.
Rambut ketiak, pubis mengurang, oleh karena pertumbuhannya dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan
bukan kelenjar ovarium. Rambut kepala menjadi jarang. Kenaikan berat badan sering terjadi pada masa
klimakterik.

2.    Pria
·         Prostat
Pembesaran prostat merupakan kejadian yang sering pada pria lansia, gejala yang timbul
merupakan efek mekanik akibat pembesaran lobus medius yang kemudian seolah-olah bertindak sebagai
katup yang berbentuk bola (Ball Valve Effect). Disamping itu terdapat efek dinamik dari otot polos yang
merupakan 40% dari komponen kelenjar, kapsul dan leher kantong kemih, otot polos ini dibawah
pengaruh sistem alfa adrenergik. Timbulnya nodul mikros¬kopik sudah terlihat pada usia 25-30 tahun dan
terdapat pada  60% pria berusia 60 tahun, 90% pada pria berusia 85 tahun, tetapi hanya 50% yang
menjadi BPH Makroskopik dan dari itu hanya 50% berkembang menjadi BPH klinik yang menimbulkan
problem medik.
Kadar dehidrosteron pada orang tua meningkat karena meningkatnya enzim 5 alfa reduktase
yang mengkonfersi tetosteron menjadi dehidro steron. Ini yang dianggap menjadi pendorong hiperplasi
kelenjar, otot dan stroma prostat. Sebenarnya selain  proses menua rangsangan androgen ikut berperan
timbulnya BPH ini dapat dibuktikan pada pria yang di kastrasi menjelang pubertas tidak akan menderita
BPH pada usia lanjut.
·         Testis
Penuaan pada pria tidak menyebabkan berkurangnya ukuran dan berat testis tetapi sel yang
memproduksi dan memberi nutrisi (sel Leydic) pada sperma berkurang jumlah dan aktifitasnya sehingga
sperma berkurang sampai 50% dan testoteron juga menurun. Hal ini menyebabkan penuruna libido dan
kegiatan sex yang jelas menurun adalah multipel ejakulasi dan perpanjangan periode refrakter. Tetapi
banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas sexsual sampai umur lanjut.

B.   Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari pembagian tahapan
seksual menurut Kaplan adalah berikut ini :

1.    Fase desire


Dipengaruhi oleh penyakit, masalah hubungan dengan pasangan, harapan kultural, kecemasan
akan kemampuan seks. Hasrat pada lansia wanita mungkin menurun seiring makin lanjutnya usia, tetapi
bias bervariasi.Interval untuk meningkatkan hasrat seksual pada lansia pria meningkat serta testoteron
menurun secara bertahap sejak usia 55 tahun akan mempengaruhi libido.
2.    Fase arousal
·         Lansia wanita: pembesaran payudara berkurang; terjadi penurunan flushing, elastisitas dinding vagina,
lubrikasi vagina dan peregangan otot-otot; iritasi uretra dan kandung kemih.
·         Lansia pria : ereksi membutuhkan waktu lebih lama, dan kurang begitu kuat; penurunan produksi
sperma sejak usia 40tahun akibat penurunan testoteron; elevasi testis ke perineum lebih lambat.
3.    Lase orgasmik
·         Lansia wanita : tanggapan orgasme kurang intens disertai lebih sedikit konstraksil kemampuan
mendapatkan orgasme multipel berkurang.
·         Lansia pria : kemampuan mengontrol ejakulasi membaik; kekuatan dan jumlah konstraksi otot
berkurang; volume ejakulat menurun.

4.    Fase pasca orgasmik


Mungkin terdapat periode refrakter dimana pembangkitan gairah sampai timbulnya fase orgasme
berikutnya lebih sukar terjadi. Disfungsi seksual pada lansia tidak hanya disebabkan oleh perubahan
fisiologik saja, terdapat banyak penyebab lainnya seperti:
·         Penyebab iatrogenik
Tingkah laku buruk beberapa klinisi, dokter, suster dan orang lain yang mungkin membuat
inadekuat konseling tentang efek prosedur operasi terhadap fungsi seksual.
·         Penyebab biologik dan kasus medis
Hampir semua kondisi kronis melemahkan baik itu berhubungan langsung atau tidak dengan
seks dan system reproduksi mungkin memacu disfungsi seksual psikogenik.

C.   Di samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali menyebabkan penurunan fungsi dan
potensi seksual pada lanjut usia seperti :

1.    Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia.
2.    Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya.
3.    Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.
4.    Pasangan hidup telah meninggal.
5.    Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas,
depresi, pikun dsb.

D.   Beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kehidupan sosial antara lain :

1.    Infark miokard


Mungkin mempunyai efek yang kecil pada fungsi seksual. Banyak pasien segan untuk terlibat
dalam hubungan seksual karena takut menyebabkan infark.

2.    Pasca stroke


Masalah seksual mungkin timbul setelah perawatan di rumah sakit karena pasien mengalami
anxietas akibat perubahan gambaran diri, hilangnya kapasitas, takut akan kehilangan cinta atau
dukungan relasi serta pekerjaan atau rasa bersalah dan malu atas situasi. Pola seksual termasuk
kuantitas dan kualitas aktivitas seksual sebelum stroke sangat penting untuk diketahui sebelum nasehat
spesifik tentang aktivitas seksual ditawarkan. Karena sistem saraf otonomik jarang mengalami kerusakan
pada stroke, maka respon seksual mungkin tidak terpengaruh.
Libido biasanya tidak terpengaruh secara langsung. Jika terjadi hemiplegi permanent maka
diperlukan penyesuaian pada aktivitas seksual. Perubahan penglihatan mungkin membatasi pengenalan
orang atau benda-benda, dalam beberapa kasus, pasien dan pasangannya mungkin perlu belajar untuk
menggunakan area yang tidak mengalami kerusakan. Kelemahan motorik dapat menimbulkan kesulitan
mekanik, namun dapat diatasi dengan bantuan fisik atau tehnik “bercinta” alternatif. Kehilangan
kemampuan berbicara mungkin memerlukan sistem non-verbal untuk berkomunikasi.
3.    Kanker
Masalah seksual tidak terbatas pada kanker yang mengenai organ-organ seksual. Baik operasi
maupun pengobatan mengubah citra diri dan dapat menyebabkan disfungsi seksual (kekuatan dan libido)
untuk sementara waktu saja, walaupun tidak ada kerusakan saraf.
4.    Diabetes mellitus
Diabetes menyebabkan arteriosklerosis dan pada banyak kasus menyebabkan neuropati
autonomik. Hal ini mungkin menyebabkan disfungsi ereksi dan disfungsi vasokonstriksi yang memberikan
kontribusi untuk terjadinya disfungsi seksual.
5.    Arthritis
Beberapa posisi bersenggama adalah menyakitkan dan kelemahan atau kontraktur fleksi
mungkin mengganggu apabila distimulasi secara memadai. Nyeri dan kaku mungkin berkurang dengan
pemanasan, latihan, analgetik sebelum aktivitas seksual.

6.    Rokok dan alcohol


Pengkonsumsian alkohol dan rokok tembakau mengurangi fungsi seksual, khususnya bila terjadi
kerusakan hepar yang akan mempengaruhi metabolisme testoteron. Merokok juga mungkin mengurangi
vasokongesti respon seksual dan mempengaruhi kemampuan untuk mengalami kenikmatan.
7.    Penyakit paru obstruktif kronik
Ada penyakit paru obstruktif kronik, libido mungkin terpengaruh karena adanya kelelahan umum,
kebutuhan pernafasan selama aktivitas seksual mungkin dapat menyebabkan dispnoe, yang mungkin
dapat membahayakan jiwa.
8.    Obat-obatan
Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi seksual, antara lain beberapa
obat anti hipertensi, estrogen, anti psikotik, sedatif, dan lain-lain.

E.   Upaya mengatasi permasalahan seksual pada lansia


Untuk mengatasi beberapa gangguan baik fisik maupun psikis termasuk masalah seksual
diperlukan penanganan yang serius dan terpadu. Proses penanganan ini memerlukan waktu yang cukup
lama tergantung dari keluhan dan kerjasama antara pasien dengan konselor. Dari ketiga gangguan
tersebut, masalah seksual merupakan masalah yang penanganannya memerlukan kesabaran dan kehati-
hatian, karena pada beberapa masyarakat Indonesia terutama masyarakat pedesaan membicarakan
masalah seksual adalah masalah yang tabu.

Manajemen yang dilakukan tenaga kesehatan untuk mengatasi gangguan seksual pada lansia
adalah sebagai berikut :

1.    Anamnesa Riwayat Seks


·         Gunakan bahasa yang saling menguntungkan dan memuaskan
·         Gunakan pertanyaan campuran antara terbuka dan teutup
·         Mendapatkan gambaran yang akurat tentang apa yang sebenarnya salah
·         Uraikan dengan panjang lebar permasaIahanya
·         Dapatkan latar belakang medis mencakup daftar lengkap tentang  obat-obatan yang  dikonsumsi oieh
pasien.

Pemeriksaan sebaiknya dilakukan dihadapan pasangannya. Anamnese harus rinci, meliputi


awitan, jenis maupun intensitas gangguan yang dirasakan. Juga anamnese tentang ganguan sistemik
maupun organik yang dirasakan. Penelaahan tentang gangguan psikologik, kognitif harus dilakukan.
Juga anamneses tentang obat-obatan. Pemeriksaan fisik meliputi head to toe.
Pemeriksaan tambahan yang dilakukan meliputi keadaan jantung, haati, ginjal dan paru-paru.
Status endokrin dan metaboliuk meliputi keadaan gula darah, status gizi dan status hormonal tertentu.
Apabila keluhan mengenai disfungsi ereks pada pria, pemeriksaan khas juga meliputi a.l pemeriksaan
dengan snap gauge atau nocturnal penile tumescence testing. (Hadi-Martono, 1996) 

2.    Pengobatan yang diberikan mencakup


·         Konseling Psikoseksual
·         Therapi Hormon
·         Penyembuhan dengan obat-obatan
·         Peralatan Mekanis
·         Bedah Pembuluh  

3.    Bimbingan Psikososial


Bimbingan dan konseling  sangat dipentingkan dalam rencana manajemen gangguan seks dan
dikombinasikan dengan penyembuhan pharmakologi.
4.    Penyembuhan Hormon
·         Pada pria lansia : Penggunaan suplemen testosteron untuk menyembuhkan  viropause/andropause
pada pria (pemanasan dan ejakulasi).
·         Pada wanita lansia : Terapi pengganti hormon (HRT) dengan pemberian estrogen pada klimakterium.
5.    Penyembuhan dengan Obat
·         Yohimbine, Pemakaian Krim vasoaktif
·         Oral phentholamin
·         Tablet apomorphine sublingual
·         Sildenafil, suntik intra-carporal obat vasoaktif
·         Penempatan intra-uretral prostaglandin

 
1  Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang ditandai dengan perubahan
dalam mencapai kepuasan seksual
2.    Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
3.    Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan efek penyakit akut dan kronis

RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1.        1 Pasien dapat menerima 1.    Bantu pasien untuk
1.    Agar pasien lebih bisa
perubahan struktur tubuh mengekspresikan perubahan menerima perubahan tersebut
terutama pada fungsi fungsi tubuh termasuk organ
seksual yang dialaminya seksual seiring dengan
Kriteria hasil: bertambahnya usia.
2.    Menambah pemahaman klien
      Mengekspresikan
2.    Berikan pendidikan
tentang semua perubahan
kenyamanan kesehatan tentang
yang di alami nya agar
      Mengekspresikan penurunan fungsi seksual.
penurunan fungsi seksuel tidak
kepercayaan diri
menjadi beban pikiran
3.    Makanan bergizi dianjurkan
untuk menjaga daya tahan

3.    Motivasi klien untuk tubuh karena biasanya pada

mengkonsumsi makanan lansia daya tahan tubuhnya

yang rendah lemak, rendah menurun


4.    Untuk mengurangi kekeringan
kolestrol, dan berupa diet
vegetarian dan rasa gatal pada vagina,

4.    Anjurkan klien untuk serta untuk megurangi rasa

menggunakan krim vagina sakit pada saat berhubungan

dan gel seksual


2.        2 Pasien dapat menerima 1.    Kaji perasaan/persepsi
1.    Untuk mengetahui seberapa
perubahan bentuk salah pasien tentang perubahan jauh klien bisa menerima
satu angota tubuhnya gambaran diri berhubungan keadaan nya
secara positif dengan keadaan angota
Kriteria hasil: tubuhnya yang kurang
      Pasien mau berinteraksi berfungsi secara normal
dan beradaptasi dengan
2.    Lakukan pendekatan dan
2.    Agar klien mau
lingkungan tanpa rasa bina hubungan saling
mengungkapkan masalah nya
malu dan rendah diri percaya dengan pasien
3.    Rasa menerima pada pasien
      Pasien yakin akan
3.    Tunjukkan rasa
empati,
akan membuat pasien lebih
kemampuan yang dimiliki perhatian dan penerimaan
percaya diri
pada pasien 4.    Agar pasien tidak terlalu
4.    Bantu pasien untuk canggung atau malu dengnan
mengadakan hubungan orang lain karena perubahan
dengan orang lain nya
5.    Untuk mengetahui apakah

5.    Beri kesempatan pada klien depresi terhadap

pasien untuk perubahan

mengekspresikan perasaan
kehilangan

3.        3 Pasien dapat menerima 1.    Kaji factor-faktor penyebab


1.    Penting untuk membantu
perubahan pola dan penunjang, yang meliputi dalam intervensi selanjutnya
seksualitas yang       Kelelahan
disebabkan masalah       Nyeri
kesehatannya.       Nafas pendek
Kriteria Hasil :       Keterbatasan suplai oksigen
      Mengidentifikasi      Imobilisasi
keterbatasannya pada      Kerusakan inervasi saraf
aktivitas seksual yang      Perubahan hormone
disebabkan masalah      Depresi
kesehatan       Kurangnya informasi yang
      Mengidentifikasi tepat
modifikasi kegiatan
2.    Ajarkan pentingnya mentaati
seksual yang pantas aturan medis yang dibuat
dalam respon terhadap untuk mengontrol gejala
2.    Untuk menghilangkan atau
keterbatasannya penyakit mengurangi factor-faktor
3.    Berikan informasi yang tepat penyebab
pada pasien dan
pasangannya tentang
3.    Agar klien lebih mengerti dan
keterbatasan fungsi seksual bisa menerima bahkan tidak
yang disebabkan oleh memaksakan diri karena
keadaan sakit keterbatasan yang di
4.    Ajarkan modifikasi yang sebabkan oleh penyakit
mungkin dalam kegiatan
4.    Meminimalkan rasa sakit tau
seksual untuk membantu rasa tidak nyaman saat
penyesuaian dengan berhubungan karena penyakit
keterbatasan akibat sakit
(saran khusus)

IMPLEMENTASI
No. Dx. Kep. Implementasi Evaluasi
1.   1 1.    melakukan pendekatan dan bina hubungan saling S:klien mengatakan “ sedikit mengerti
1.
percaya dengan pasien mengapa keinginan untuk melakukan
hasil : klien merasa nyaman saat ditanya dan hubungan suami istri berkurang
merasa percaya DO : - umur klien 69 tahun
2.    membantu pasien untuk mengekspresikan -   TD : 130 / 90 mmHg
perubahan fungsi tubuh termasuk organ seksual -   Nadi : 88 x/menit
seiring dengan bertambahnya usia -   Suhu : 36°C
hasil : klien mulai mau sedikit demi sedikit terbuka -   RR : 18 x/menit
saat di bombing untuk mengekspresikan masalah -   Klien sudah menoupose
nya
3.    memberikan pendidikan kesehatan tentang
penurunan fungsi seksual.
Hasil : klien sedikit lebih mengerti saat di jelaskan
tentang perubahan yang terjadi pada nya
4.    memotivasi klien untuk mengkonsumsi makanan
yang rendah lemak, rendah kolestrol, dan berupa
diet vegetarian
hasil : klien setiap hari mengkonsumsi nasi, ikan,
sayur

 
BAB III
PENUTUP

A.   KESIMPULAN
Pada usia lanjut, hambatan untuk aktivitas seksual yang dapat dibagi menjadi hambatan
eksternal yang datang dari lingkungan dan hambatan internal,yang terutama berasal dari subjek
lansianya sendiri. Hambatan eksternal biasanya berupa pandangan sosial, yang menganggap bahwa
aktivitas seksual tidak layak lagi dilakukan lagi oleh lansia.Hambatan eksternal bilamana seorang janda
atau duda akan menikah lagi sering kali juga berupa sikap menentang dari anak-anak, dengan berbagai
alasan.
Hambatan internal psikologik seringkali sulit dipisahkan secara jelas dengan hambatan
eksternal. Seringkali seorang lansia sudah merasa tidak baisa dan tidaak pantas berpenampilan untuk
menarik lawan jenisnya. Pandangan sosial dan keagamaan tentang seksualitas diusia lanjut
menyebabkan keinginan dalam diri mereka ditekan sedemikian sehingga memberikan dampak pada
ketidakmampuan fisik, yang dikenal sebagai impotensia. Obat-obatan yang sering diberikan, pada
penderita usia lanjut dengan patologi multipel jika sering menyebabkan berbagai gangguan fungsi
seksual pada usia lanjut.
Masa tua merupakan masa yang sangat ditakuti dengan alasan terjadinya kemunduran fisik
terutama pada penampilan. Rasa khawatir akan kehilangan perhatian dari pasangan membawa akibat
terhadap frekwensi maupun kualitas hubungan seks, baik secara langsung maupun tidak.
Melalui konseling, peran konselor dan tenaga kesehatan dapat menjelaskan kondisi umum
dan masalah yang timbul pada masa usia lanjut serta pengaruhnya terhadap emosi, pola pikir dan
hubungan seksual sangat berpengaruh. Melalui beberapa tahapan konseling secara terbuka dan
kolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan, bisa diperoleh suatu pemecahan masalah
seksual pada lansia, dengan pemakaian krem vasoaktif, melakukan olah raga ringan dan konsumsi
makan seimbang, dan solusi-solusi lain secara bertahap masalah pada lansia akan  terselesaikan.

B.   SARAN
Permasalahan pada masa lansia sering terabaikan, tidak hanya di lingkungan keluarga lansia sendiri,
tetapi juga di lingkungan masyarakat bahkan pusat pelayanan kesehatan. Lansia sebagaimana pria dan
wanita mulai dari kanak-kanak hingga dewasa lainnya mempunya hak-hak untuk diperlakukan adil dan
sama, mendapat informasi dan pelayanan kesehatan yang sempurna dan optimal, serta diperlakukan dan
dihargai masa akhir usia mereka, merasakan kehidupan yang harmonis serta merasakan kenikmatan
seksual yang aman dan nyaman. Oleh karena itu, pengetahuan tentang permasalahan seksual pada
lansia baik pria maupun wanita perlu sebarluaskan sejak dini, dan perlunya kerjasama yang optimal
disetiap instansi pemerintah dan masyarakat  untuk mengatasi masalah ini agar para lansia mendapatkan
kehidupan yang nayak, dan harmonis sebagai manusia dan warga negara seutuhnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://abhique.blogspot.com/2009/10/konsep-keperawatan pada lnjut usia (lansia).html


http://abhique.blogspot.com/2009/10/rencana asuhan keperawatan pada lansia.html
Carpenito,Lynda Juall.2000.Diagnosa Keperawatan.EGC.Jakarta
Aspiani Reny Yuli,S.Kep.Ns.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik.2008
Darmojo, R Boedi dan Martono, H Hadi.2000.Geriatri ( ilmu kesehatan usia lanjut ). Jakarta : FKUI
Widyastuti, Yani dan Anita Rahmawati, Yuliasti, E. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta. Fitramaya
Modul Kesehatan Reproduksi. 2008. Departemen Kesehatan RI. Jakarta
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/17/masalah-seksual-lansia/

FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

                              Tanggal pengkajian : 28 maret 2012


A.   DATA BIOGRAFI

Nama                                                        : Ny. “S”


TTL                                                            : 7 juli 1943
Jenis kelamin                                            : perempuan                Golongan darah : O
Pendidikan                                                : SD
Agama                                                      : islam
Status perkawinan                                    : menikah
TB / BB                                                     : 150 cm/45 kg
Penampilan                                               : bersih, rapi,               ciri-ciri tubuh : kurus, kecil
Alamat                                                       :jl desa camba
Orang yang dekat                                     : klien dekat dengan anak tertua klien
Hubungan                                                             : anak
Alamat / telepon                                        : -

B.   RIWAYAT KEPERAWATAN

1.    Genogram

            Laki-laki                                                                       Garis keturunan


            Perempuan                                                                 Tinggal
serumah
            Garis Hubungan                                                          Meninggal

 
2.    Riwayat keluarga

Di keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti DM ataupun penyakit menular
seperti TB paru

C.   RIWAYAT PEKERJAAN

                     : klien tidak bekerja, klien hanya berdiam diri            dirumah


Alamat pekerjaaan                                    : tidak ada
Jarak dari rumah                                      : tidak ada
Alat transportasi                                        : jalan kaki
Pekerjaan sebelumnya                             : klien sebagai ibu rumah tangga
Jarak dari rumah                                      : tidak ada
Alat transportasi                                        : jalan kaki
& kecukupan terhadap kebutuhan : dari anak tertua dan dari menantu klien

D.   RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP

Type tempat tinggal                                  : permanen (milik suami)


Jenis lantai rumah                                     : kayu
Keadaan lantai                                          : kering
Tangga rumah                                          : tidak ada
Penerangan                                              : cukup
Tempat tidur                                              : aman ( tidak terlalu tinggi)
Alat dapur                                                  : tertata rapi
WC                                                            : jamban
Kebersihan lingkungan                 : bersih
Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : 5 orang
Derajat privasi                                           : kurang di perhatikan oleh menantunya
                     : klien bertetangga dengan cucu-cucu klien yang sudah berkeluarga
Alamat dan telepon                                   : jl. Desa camba

E.    RIWAYAT REKREASI


Hobby / minat                                           : klien senang memancing
Keanggotaan organsasi                            : klien tidak mengikuti organiasi apapun
                     : klien hanya berdiam diri dirumah karena jarang berekreasi

F.    SISTEM PENDUKUNG

Klien di dukung oleh seorang perawat


Jarak dari rumah                                      : 1000 km
Rumah sakit                                              : tidak ada rumah sakit
                     : di kampung klien hanya terdapat puskesmas pembantu
Pelayanan kesehatan dirumah                 : tidak ada
Makanan yang di hantarkan                     : tidak ada makanan yang di hantarkan
di lakukan keluarga : keluarga klien tidak melakukan perawatan khusus kepada klien di rumah

G.   DISKRIPSI KEKHUSUSAN

                     : semenjak klien tua, klien jarang melakukan sholat lima waktu

H.   STATUS KESEHATAN

elama setahun yang lalu : setahun terakhir, klienmenderita maag dan asam urat
lama 5 tahun yang lalu : klien mengatakan tidak prnah menderita penyakit yang parah, hsnya penyakit biasa seperti pilek,
demam

Keluhan utama
1.    Provocative / palliative                           : maag

2.    Quality / quantity                                          : seperti di tusuk-tusuk

3.    Region                                                                    : di uluhati

4.    Severity scale                                                  : 4 (0-10)

5.    Timing                                                                     : kadang-kadang

Pemahaman & penatalaksanaan masalah kesehatan : klien mengerti kalau sakit harus ke puskesmas
untuk berobat. .
Obat – obatan :
NO NAMA OBAT DOSIS KETERANGAN
1 ANTASIDA 2 X sehari Sebelum makan
2 Cimetidine 3 x sehari Sesudah makan
3 Paracetamol 1 x sehari Bila nyeri
4 Vit B.komplek 2 x sehari Sesudah makan
5 Allopurinol 3 x sehari Sesudah makan
6 Piroxicam 3 x sehari Sesudah makan
7 Vit B.1 2 x sehari Sesudah makan

Alergi (catatan agent dan reaksi spesifik)


Obat – obatan                                           : klien tidak ada alergi pada obat-obatan
Makanan                                                   : klien tidak ada alergi pada makanan
Factor lingkungan                                     : klien tidak ada alergi pada lingkungan

Penyakit yang pernah di derita             : klien menderita maag dan asam urat

I.      AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)

IndeksKATZ: A
                                  : frekuensi nafas 18x/menit, klien tidak menggunakan alat bantu pernafasan, bernafas melalui hidung
                                  : klien minum air putih ± 1000ml/hari, klien minum kopi setiap pagi
                                  : klien makan 3x sehari dengan nasi, ikan sayur dan kadang di tambah dengan buah
Eliminasi                                         : BAB 1x/hari dengan konsisten silembek, BAK >5x/hari
Aktivitas                                          : klien tidak bekerja, klien hanya berdiam diri di rumah
                                  : klien tidur cukup, tidur malam ± 7 jam dan tidur siang ± 1 jam dalam sehari, klien merasa puas saat
bangun
                                  : untuk kebersihan klien mengerti dan membersihkan diri setiap mandi baik itu oral hygiene maupun
vulva hygiene
                                  : saat ditanya klien mengatakan bahwa klien masih berhubungan seksual dengan suaminya tapi
sekarang sudah mulai jarang karena keinginan untuk berhubungan itu mulai menurun sementara suami
klien masih mempunyai keinginan yang kuat.
                                  : klien jarang berekreasi ketempat yang jauh mengingat kondisi klien, klien hanya main kerumah
tetangga yang berada di dekat rumah

J.    PSIKOLOGI, KOGNITIF DAN PERSEPTUAL

Konsep diri                                     : klien menyadari bahwa klien sudah lansia


Emos                                              : emosi klien labil
                      : klien mulai sulit untuk beradabtasi terhadap lingkungan maupun orang baru
Mekanisme pertahanan diri           : tidak terkaji
Status mental
Tingkat kesadaran                         : kompos mentis
Afasia                                             : -
                      : klien mengalami dimensia sejak beberapa tahun yang lalu
                      : klien kadang bingung terhadap orang, waktu dan tempat terutama yang baru dilihat oleh klien
Bicara                                             : klien berbicara normal tapi sedikit lebih pelan
n               : klien menggunakan bahasa banjar dan dayak dalam kehidupan sehari-hari
Kemampuan membaca                 : klien tidak bias membaca
Kemampuan interaksi                    : klien mampu berinteraksi tapi secara perlahan
Vertigo                                            : klien tidak mengalami vertigo
Short Portable Mental Status Questionaire (SPMSQ) =  2 (fungsi mental utuh)
Mini – Mental State Exam (MMSE) = 2  (baik)
Geriatric Depresion Scale              = 5  (kemungkinan depresi)
APGAR                                          = score 5 (menengah / sedang)

K.   TINJAUAN SISTEM

Keadaan umum                       : baik


Tingkat kesadaran                   : compos mentis
Tanda-tanda vital                     : TD : 130/90 mmHg               nadi : 88x/menit
                                                 RR : 18x/menit                        suhu : 36 °C
                                                 TB : 150 cm                            BB : 50 kg

PENGKAJIAN PERSISTEM
PERNAFASAN (B1 : BREATHING)
1.   Bentuk dada                                   : simetris

2.   Sekresi dan batuk                          : batuk dan sekresi tidak ada

Nyeriwaktubernafas                       : tidak nyeri saat bernafas


3.   Polanafas

a.    Frekuensi nafas                       : 18x/menit

4.   Bunyinafas

a.    Normal

Vasikuler di                               : semua lapang paru


Bronchial di                              : atas manubrium sternum
Bronchovesikuler di                 : ICS 2 percabangan bronkus
5.   Pergerakan dada                           : intercostal

6.   Tractilfremitis / fremitus vocal       : tidak meningkat dan tidak menurun

7.   Alat bantu pernafasan                    : tidak memakai alat bantu pernafasan

CARDIVASKULAR (B2 : BLEEDING)


1.   Nadi

Frekuensi                                       : 88 x/menit ,kuat


2.   Bunyi jantung                                 : normal

3.   Letak jantung                                  : ictus cordis teraba pada ICS 5

4.   Pembesaran jantung                      : tidak ada pembesaran jantung

5.   Nyeri dada                                      : tidak ada nyeri dada

6.   Edema                                            : tidak ada edema

7.   Clubbing finger                               : tidak ada

PERSARAFAN (B3 : BRAIN)


Tingkat kesadaran                        : kompos mentis
1.   GCS                                               : E4 M6 V5

Total GCS                                      : 15


2.   Reflex                                             : normal

3.   Koordinasi gerak                            : ya

4.   Kejang                                            : tidak

PENGINDERAAN (persepsisensori)
1.   Mata (penglihatan)
a.   Bentuk                                       : normal

b.   Visus                                          : -

c.   Pupil                                           : isokor

d.   Gerak bola mata                       : normal, tidak menyempit

e.   Medan penglihatan                    : normal

f.    Butawarna                                 :  klien tidak mengalami buta warna

g.   Tekanan intra okuler                 : tidak

2.   Hidung (penciuman)

a.    Bentuk                                      : normal

b.    Gangguan penciuman             : tidak ada

3.   Telinga (pendengaran)

a.    Aurikel                                      : normal dan simetris

b.    Membrab tympani                    : agak keruh

c.    Otorrhoea                                 : tidak ada

d.    Gangguan pendengaran          : ya

e.    Tinnitus                                     : tidak

4.   Perasa                                            : menurun       

5.   Peraba                                            : menurun

PERKEMIHAN-ELIMINASI URI (B4 : BLADDER)


Masalah kandung kemih              : tidak ada masalah
Produksi urine                               : 500 ml/hari
Frekuensi                                      : >3 x/hari
Warna                                           : kuning
Bau                                                : khas amoniak

PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI ( B5 : BOWEL)


1.   Mulut dan tenggorokan

a)  Selaput lendir mulut                   : lembab, tidak ada stomatitis

b)  Lidah                                          : agak kotor

c)  Kebersihan rongga mulut          : tidak berbau  dan gigi bersih

d)  Tenggorokan                             : tidak sakit saat menelan

e)  Abdomen                                   : kenyal

f)   Pembesaran hepar                    : tidak ada pembesaran hepar

g)  Pembesaran lien                       : tidak ada pembesaran lien

h)  Asites                                         : tidak ada asites

2.   Masalah usus besar dan rectum / anus

Bab                                                 : 1 x/hari tidak ada masalah


Obat pencahar                               : tidak mengkonsumsi obat pencahar

OTOT, TULANG DAN INTEGUMENT (B6 : BONE)


1.   Otot  dan tulang

Kemampuan pergerakan  sendi lengan dan tungkai (ROM) : bebas


Kemampuan kekuatan otot
Fraktur                                            : tidak ada fraktur
Dislokasi                                         : tidak ada dislokasi
Hematom                                       : tidak ada hematom
2.   Integument

Warna kulit                                     : kuning langsat


Akral                                               : hangat
Turgor                                             : tidak elastis
Tulang  belakang                            : kiposis

REPRODUKSI
Perempuan :
Payudara
Bentuk                                           : normal
Benjolan                                        : tidakada
Kelamin
Bentuk                                           : normal
Keputihan                                      : tidak ada keputihan
Siklus haid                                     : sudah menoupose
ENDOKRIN
1.   Factor alergi                                   : tidak ada alergi

2.   Kelainan endokrin                          : tidak ada kelainan endokrin

PENGETAHUAN
n dirinya : klien  kurang peka terhadap masalah kesehatan

ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1 DS : klien mengatakan “ keinginan untuk Perubahan struktur Disfungsi seksual
melakukan hubungan suami istri sudah tubuh / fungsi
mulai berkurang sejak klien merasa
memasuki usia senja dan klien
mengatakan dalam 1 minggu klien dan
suaminya sangat jarang melakukan
hubungan suami istri.
DO : - umur klien 69 tahun
-   TD : 130 / 90 mmHg
-   Nadi : 88 x/menit
-   Suhu : 36°C
-   RR : 18 x/menit
-   Klien sudah menoupose

  
RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1 1 Pasien dapat menerima 1.    Lakukan pendekatan dan
1.    Agar klien mau
perubahan struktur tubuh bina hubungan saling mengungkapkan masalah nya
terutama pada fungsi percaya dengan pasien
seksual yang dialaminya 2.    Bantu pasien untuk
Kriteria hasil: mengekspresikan perubahan
2.    Agar pasien lebih bisa
      Mengekspresikan fungsi tubuh termasuk organ menerima perubahan tersebut
kenyamanan seksual seiring dengan
      Mengekspresikan bertambahnya usia.
kepercayaan diri 3.    Berikan pendidikan
kesehatan tentang
penurunan fungsi seksual.

3.    Menambah pemahaman klien


tentang semua perubahan
yang di alami nya agar
penurunan fungsi seksual tidak
menjadi beban pikiran
4.    Motivasi klien untuk
4.    Makanan bergizi dianjurkan
mengkonsumsi makanan untuk menjaga daya tahan
yang rendah lemak, rendah tubuh karena biasanya pada
kolestrol, dan berupa diet lansia daya tahan tubuhnya
vegetarian menurun

IMPLEMENTASI
No. Dx. Kep. Implementasi Evaluasi
 1 1 1. melakukan pendekatan dan bina hubungan saling S:klien mengatakan “ sedikit mengerti
percaya dengan pasien mengapa keinginan untuk melakukan
hasil : klien merasa nyaman saat ditanya dan hubungan suami istri berkurang
merasa percaya DO : - umur klien 69 tahun
2. membantu pasien untuk mengekspresikan -   TD : 130 / 90 mmHg
perubahan fungsi tubuh termasuk organ seksual -   Nadi : 88 x/menit
seiring dengan bertambahnya usia -   Suhu : 36°C
hasil : klien mulai mau sedikit demi sedikit terbuka -   RR : 18 x/menit
saat di bombing untuk mengekspresikan masalah -   Klien sudah menoupose
nya
3. memberikan pendidikan kesehatan tentang
penurunan fungsi seksual.
Hasil : klien sedikit lebih mengerti saat di jelaskan
tentang perubahan yang terjadi pada nya
   4. memotivasi klien untuk mengkonsumsi makanan
yang rendah lemak, rendah kolestrol, dan berupa
diet vegetarian
hasil : klien setiap hari mengkonsumsi nasi, ikan,
sayur

 
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)
PENILAIAN UNTUK MENGETAHUI FUNGSI INTELEKTUAL LANSIA

Nama klien : Ny. “S”                                                         tanggal : 28 maret 2012


Jenis kelamin : perempuan                                              umur : 69 tahun
Agama : islam                                                                   suku : dayak
Alamat : islam
Pewwancara : mahasiswa akper pemkab kotim

SKOR

NO PERYANYAAN JAWABAN
1 Tanggal berapa hari ini ? 28
2 Hari apa sekarang ini ? Rabu
3 Apa nama tempat ini ? Rumah saya
4 Dimana alamat anda ? camba
5 Kapan anda lahir ? Tahun 43 an
6 Berapa umur anda ? lupa
7 Siapa presiden Indonesia sekarang ? SBY
8 Siapa presiden sebelumnya? Megawati
9 Siapa nama kecil ibu anda ? Tidak tahu
10 15 - 6 9
Jumlah kesalahan total 2

Keterangan :

Kesalahan : 0-2 fungsi mental utuh


Kesalahan : 3-4 kerusakan intelektual ringan
Kesalahan : 5-7 kerusakan intelektual sedang
Kesalahan : 8-10 kerusakan intelektual berat
MINI MENTAL SKORE

NO PERTANYAAN BENAR SALAH


1 Tanggal berapa hari ini ? (dd/mm/hh) √
2 Hari apakah hari ini ? √
3 Apakah nama tempat ini ? √
4 Berapa no. Telp, bila tidak ada, no rumah / jalan ? √
5 Berapakah usia anda ? √
6 Kapan anda lahir ? √
7 Siapa nama presiden sekarang ? √
8 Siapa nama presiden sebelumnya ? √
9 Siapa nama ibu mu sebelum menikah ? √
10 15 – 6 √

JUMLAH KESALAHAN :
0-2 Kesalahan : Baik
3-4 kesalahan : gangguan intelektual ringan
5-7 kesalahan : gangguan intelektual sedang
8-10 kesalahan : gangguan intelektual berat

HASIL : 2 kesalahan, baik


Diposkan 31st March 2012 oleh Inka Februaria
0

Tambahkan komentar

My World and My Life


Tempat berbagi,mengadu,dan "pamer"

 Klasik
 Kartu Lipat
 Majalah
 Mozaik
 Bilah Sisi
 Cuplikan
 Kronologis

1.

Mar

31

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN


GERONTIK PADA Ny. R DENGAN
MASALAH GANGGUAN O2 DAN CO2
(kelompok 5)
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny. R

DENGAN MASALAH GANGGUAN O2 DAN CO2


KELOMPOK 5:

     ADITYA TAGAF

     DESI NOVIANTY

     RYAN NOOR PRATAMA

     SUMIANTI

     WANTO ANDREANTO

AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTA WARINGIN TIMUR

JL. BATU BERLIAN NO.II TELP. (0531) 22960

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya,
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi
mahasiswa/i akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari
dosen mata kuliah Keperawatan Anak I dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK PADA NY.R DENGAN MASALAH GANGGUAN O2 DAN CO2”.
Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan
mudah dimengerti oleh para pembaca.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan
membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Amin.

Sampit, Maret 2012

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG 1

1.2 TUJUAN PENULISAN 1

1.3 RUMUSAN MASALAH 2

1.4 METODE PENULISAN 2

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY


R DENGAN GANGGUAN O2 DAN CO2

A.  Pengertian oksigenasi


B.  Tujuan pemberian oksigenasi

C.  Anatomi fisiologi sistem pernafasan

D.  Factor yang mempengaruhi sistem pernafasan

E.  PENATALAKSANAAN

F.   MASALAH KEPERAWATAN

G.  DIAGNOSA KEPERAWATAN

H.  RENCANA KEPERAWATAN

DAFTAR KEPUSTAKAAN

2.2 LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY DENGAN


GANGGUAN o2 dan co2

PENGKAJIAN 15

ANALISA DATA 18

RENCANA KEPERAWATAN 19

BAB III PENUTUP

3.1  KESIMPULAN 22

3.2  SARAN 22

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A.            Latar Belakang   

O2 dan CO2 merupakan bagian dari kehidupan manusia, sehingga kualitas oksigenasi
ikut menentukan kualitas hidup. Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2)
lebih dari 21 % pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam
tubuh. memberikan pengobatan sesuai penyebab dan untuk memperbaiki fungsi
oksigenasi seperti dijelaskan dalam makalah ini.

B.            Tujuan

Tujuan Instruksional Umum


Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan mampu memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah menyelesaikan bab ini, peserta didik akan mampu untuk :
1. Menjelaskan pengertian oksigenasi
2. Menjelaskan tujuan pemberian oksigen
3. Menguraikan stuktur anatomi sistem pernapasan serta fungsinya
4. Menguraikan fisiologi sistem pernapasan ( ventilasi, difusi dan transportasi )
5. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pernapasan
6. Menjelaskan masalah-masalah yang timbul dalam pemenuhan kebutuhan oksigen
7. Mengidentifikasi tindakan keperawatan untuk mempertahankan dan memenuhi
kebutuhan pertukaran O2 dan CO2 :
a. Pengaturan posisi
b. Latihan nafas dalam
c. Batuk efektif
d. Hidrasi
e. Inhalasi
f. Pemberian O2
g. Fisioterapi dada (vibrasi dan perkusi)
h. Postural drainage
i. Massage punggung
j. Pengumpulan dahak
8. Menjelaskan pengkajian fungsi pernapasan
9. Menjelaskan kemungkinan diagnosa keperawatan yang timbul
10. Menjelaskan perencanaan, tujuan yang akan dicapai secara umum
11. Menjelaskan intervensi keperawatan serta evaluasi

C.            Manfaat

1.      Bagi mahasiswa

Merupakan sumber tambahan informasi dan pengetahuan tentang permasalahan


oksigenasi pada masa usia lanjut sebagai acuan dalam memberikan pelayanan
keperawatan pada saat praktik lapangan.

2.      Bagi institusi dan civitas akademika

Mengukur pengetahuan dan pengalaman mahasiswa dalam menyusun suatu makalah


dengan mengambil dari berbagai sumber literature serta dijadikan sebagai sumber bacaan
tambahan di perpustakaan

D.            Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian oksigenasi?


2.      Apa tujuan pemberian oksigenasi?

3.      Apa saja anatomi sistem pernafasan?

4.      Apa fisiologi sistem pernafasan ?

5.      Apa saja factor – factor yang mempengaruhi pernafasan?

E.            Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode deskriptif
dengan menggunakan studi melalui pendekatan proses keperawatan dengan langkah-
langkah pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Tehnik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan studi kepustakaan yaitu
mempelajari Dokumentasi Keperawatan serta sumber-sumber lainnya yang
berhubungan dengan judul makalah dan masalah yang dibahas

F.            Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini yaitu Kata Pengantar, Daftar Isi, Bab I
Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan,
Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II Pembahasan. Bab III Penutup
yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran. Daftar Pustaka.
BAB II

PEMBAHASAN

I.                   PENGERTIAN OKSIGENASI


Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada
tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.

II.                TUJUAN PEMBERIAN OKSIGENASI


1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2. Untuk menurunkan kerja paru-paru
3. Untuk menurunkan kerja jantung

III.             ANATOMI SISTEM PERNAPASAN


A. Saluran Nafas Atas

1. Hidung
• Terdiri atas bagian eksternal dan internal
• Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan
kartilago
• Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi
rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut
septum
• Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung
• Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi
lendir secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh
gerakan silia
• Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-
paru
• Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru
• Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena
reseptor olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang
sejalan dengan pertambahan usia

2. Faring

• Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan


hidung

dan rongga mulut ke laring

• Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring

(laringofaring)
• Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan
digestif

3. Laring
• Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan

faring dan trakea


• Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :
- Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama
menelan
- Glotis : ostium antara pita suara dalam laring
- Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini
membentuk

jakun (Adam’s apple)

- Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak
di bawah kartilago tiroid)

- Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid

- Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi
suara (pita suara melekat pada lumen laring)
• Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi
• Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing
dan memudahkan batu

4. Trakea
• Disebut juga batang tenggorok
• Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina
B. Saluran Nafas Bawah
1. Bronkus
• Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri
• Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus)
• Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris
kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental
• Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang
dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf

2. Bronkiolus
• Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus
• Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang
membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas

3. Bronkiolus Terminalis
• Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak
mempunyai kelenjar lendir dan silia)

4. Bronkiolus respiratori
• Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori
• Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas konduksi
dan jalan udara pertukaran gas

5. Duktus alveolar dan Sakus alveolar


• Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar
• Dan kemudian menjadi alveoli

6. Alveoli
• Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
• Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2
• Terdiri atas 3 tipe :
- Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli
- Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan
(suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak
kolaps)
- Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja
sebagai mekanisme pertahanan

PARU
• Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
• Terletak dalam rongga dada atau toraks
• Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa
pembuluh darah besar
• Setiap paru mempunyai apeks dan basis
• Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris
• Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus
• Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen
bronkusnya

PLEURA
• Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis
• Terbagi mejadi 2 :
- Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
- Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru
• Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi
untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan, juga untuk
mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru
• Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk
mencegah kolap paru-paru

IV. FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN


Bernafas / pernafasan merupkan proses pertukaran udara diantara individu dan
lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang
(ekspirasi).
Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :

1. Ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru
atau sebaliknya.Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada perbedaan
tekanan antara udara atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada ,mengembang,
diafragma turun dan volume paru bertambah. Sedangkan ekspirasi merupakan
gerakan pasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
a. Tekanan udara atmosfir
b. Jalan nafas yang bersih
c. Pengembangan paru yang adekuat

2. Difusi yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan
kapiler paru-paru.Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang
bertekanan/konsentrasi lebih besar ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih
rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan pembuluh
darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang disebut membran respirasi.
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran
respirasi sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien tekanan oksigen
antara alveoli dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a. Luas permukaan paru
b. Tebal membran respirasi
c. Jumlah darah
d. Keadaan/jumlah kapiler darah
e. Afinitas
f. Waktu adanya udara di alveoli

3. Transpor yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan

sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler.


Oksigen perlu ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus
ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 % oksigen
akan berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa ke jaringan
sebagai oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan
sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :
a. Curah jantung (cardiac Output / CO)
b. Jumlah sel darah merah
c. Hematokrit darah
d. Latihan (exercise)

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNAPASAN


Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi adalah :

1. Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya
berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang
pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari
depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada
orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi
perubahan pada bentuk thorak dan pola napas.

2. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan,
makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai
akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung yang
meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga
darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan
tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga
akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh
darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan
kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.

3. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut
jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu
pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.

4. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada
sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-
sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek
sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang
mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa
oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas
tersebut ke dan dari sel.

5. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika
depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat
narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.

6. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan


Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi
pernapasan yaitu :
a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru
c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan.
Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksi sebagian
jalan napas.
Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh yang
diinspirasi sampai jaringan. Hal ini dapat berhubungan dengan ventilasi, difusi gas
atau transpor gas oleh darah yang dapat disebabkan oleh kondisi yang dapat merubah
satu atau lebih bagian-bagian dari proses respirasi. Penyebab lain hipoksia adalah
hipoventilasi alveolar yang tidak adekuat sehubungan dengan menurunnya tidal
volume, sehingga karbondioksida kadang berakumulasi didalam darah.
Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membran
mukosa yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin.
Oksigenasi yang adekuat sangat penting untuk fungsi serebral. Korteks serebral dapat
mentoleransi hipoksia hanya selama 3 – 5 menit sebelum terjadi kerusakan permanen.
Wajah orang hipoksia akut biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat.

7. Perubahan pola nafas


Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama jaraknya dan
sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe (sesak).
Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang meningkat,
denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk bernapas kecuali
pada posisi duduk dan berdiri seperti pada penderita asma.

8. Obstruksi jalan napas


Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran
pernapasan di sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas meliputi :
hidung, pharing, laring atau trakhea, dapat terjadi karena adanya benda asing seperti
makanan, karena lidah yang jatuh kebelakang (otrhopharing) bila individu tidak sadar
atau bila sekresi menumpuk disaluran napas.
Obstruksi jalan napas di bagian bawah melibatkan oklusi sebagian atau lengkap dari
saluran napas ke bronkhus dan paru-paru. Mempertahankan jalan napas yang terbuka
merupakan intervensi keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan tindakan yang
tepat. Onbstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok selama
inhalasi (inspirasi).

VI. PENGKAJIAN KEPERAWATAN


Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :

1. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)


Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik maupun
psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan
pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat
berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.

2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)


Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada
saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya
mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)

3. Riwayat perkembangan
a. Neonatus : 30 – 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 – 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 – 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun

4. Riwayat kesehatan keluarga


Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah /
penyakit yang sama.

5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok,
pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.

6. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup
c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapi
d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi

7. Riwayat spiritual

8. Pemeriksaan fisik
a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak, eksudat,
darah), kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c. Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada bagian
bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga
kedudukan trakhea dapat diketahui.

d. Thoraks
Inspeksi :
• Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis klavikulanya
menjadi elevasi ke atas.
• Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi berbentuk
bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama dengan diameter tranversal
(1 : 1). Pada orang dewasa perbandingan diameter antero-posterior dan tranversal
adalah 1 : 2
Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya : Pigeon chest yaitu bentuk dada yang
ditandai dengan diameter tranversal sempit, diameter antero-posterior membesar dan
sternum sangat menonjol ke depan. Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan
ciri-ciri berlawanan dengan pigeon chest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan
diameter antero-posterior mengecil. Barrel chest ditandai dengan diameter antero-
posterior dan tranversal sama atau perbandingannya 1 : 1.
Kelainan tulang belakang diantaranya : Kiposis atau bungkuk dimana punggung
melengkung/cembung ke belakang. Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau
punggung berbentuk cekung. Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu
sisi.
• Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji kecepatan/frekuensi pernapasan apakah
pernapasan klien eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 – 24 x/mnt,
klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk melakukannya, atau tachipnea yaitu
pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24 x/mnt, atau bradipnea yaitu
pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang dari 16 x/mnt, ataukah apnea yaitu
keadaan terhentinya pernapasan.
Perlu juga dikaji volume pernapasan apakah hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah
udara dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang dalam dan panjang
ataukah hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang ditandai dengan
pernapasan yang lambat.
Perlu juga dikaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada yaitu
pernapasan yang ditandai dengan pengembangan dada, ataukah pernapasan perut yaitu
pernapasan yang ditandai dengan pengembangan perut.
Perlu juga dikaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau
irreguler, ataukah klien mengalami pernapasan cheyne stokes yaitu pernapasan yang
cepat kemudian menjadi lambat dan kadang diselingi apnea, atau pernapasan kusmaul
yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu pernapasan yang
ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode apnea.
Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak napas yang
menetap dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu kemampuan
bernapas hanya bila dalam posisi duduk atau berdiri.
Perlu juga dikaji bunyi napas, dalam hal ini perlu dikaji adanya stertor/mendengkur
yang terjadi karena adanya obstruksi jalan napas bagian atas, atau stidor yaitu bunyi
yang kering dan nyaring dan didengar saat inspirasi, atau wheezing yaitu bunyi napas
seperti orang bersiul, atau rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan
didengar saat inspirasi, ataukah ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta
di dengar saat ekspirasi.
Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami batuk produktif yaitu
batuk yang diikuti oleh sekresi, atau batuk non produktif yaitu batuk kering dan keras
tanpa sekresi, ataukah hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah
• Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi apakah takhikardi
yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah bradikhardi yaitu denyut nadi kurang
dari 60 x/mnt.
Juga perlu dikaji tekanan darah apakah hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang
tinggi, ataukah hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah.
Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah terjadi anoxia yaitu suatu keadaan
dengan jumlah oksigen dalam jaringan kurang, atau hipoxemia yaitu suatu keadaan
dengan jumlah oksigen dalam darah kurang, atau hipoxia yaitu berkurangnya
persediaan oksigen dalam jaringan akibat kelainan internal atau eksternal, atau
cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa membran, kuku atau kulit akibat
deoksigenasi yang berlebihan dari Hb, ataukah clubbing finger yaitu membesarnya
jari-jari tangan akibat kekurangan oksigen dalam waktu yang lama.
Palpasi :
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan,
kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus.
Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem
bronkhopulmonal selama seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih terasa pada
apeks paru dan dinding dada kanan karena bronkhus kanan lebih besar. Pada pria lebih
mudah terasa karena suara pria besar

VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pola napas tidak efektif
3. Gangguan pertukaran gas
4. Penurunan kardiak output
5. Rasa berduka
6. Koping tidak efektif
7. Perubahan rasa nyaman
8. Potensial/resiko infeksi
9. Interaksi sosial terganggu
10. Intoleransi aktifitas, dll sesuai respon klien

1.      Bersihan jalan napas tidak efektif


Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran napas.
Tanda-tandanya :
• Bunyi napas yang abnormal
• Batuk produktif atau non produktif
• Cianosis
• Dispnea
• Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan
Kemungkinan faktor penyebab :
• Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan obstruksi
• Kecelakaan atau trauma (trakheostomi)
• Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan dada
• Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan
• Hilangnya kesadaran akibat anasthesi
• Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan sulit untuk di
expektoran
• Immobilisasi
• Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan sekresi

2. Pola napas tidak efektif


Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O2 kejaringan tidak adekuat
Tanda-tandanya :
• Dispnea
• Peningkatan kecepatan pernapasan
• Napas dangkal atau lambat
• Retraksi dada
• Pembesaran jari (clubbing finger)
• Pernapasan melalui mulut
• Penambahan diameter antero-posterior
• Cianosis, flail chest, ortopnea
• Vomitus
• Ekspansi paru tidak simetris

Kemungkinan faktor penyebab :


• Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat immobilisasi, obesitas, nyeri
• Gangguan neuromuskuler seperti : tetraplegia, trauma kepala, keracunan obat anasthesi
• Gangguan muskuloskeletal seperti : fraktur dada, trauma yang menyebabkan kolaps
paru
• CPPO seperti : empisema, obstruksi bronchial, distensi alveoli
• Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi
• Obstruksi jalan napas seperti : infeksi akut atau alergi yang menyebabkan spasme
bronchial atau oedema
• Penimbunan CO2 akibat penyakit paru

3.      Gangguan pertukaran gas


Yaitu perubahan asam basa darah sehingga terjadi asidosis respiratori dan alkalosis
respiratori.
4.      Penurunan kardiak output
Tanda-tandanya :
• Kardiak aritmia
• Tekanan darah bervariasi
• Takikhardia atau bradikhardia
• Cianosis atau pucat
• Kelemahan, vatigue
• Distensi vena jugularis
• Output urine berkurang
• Oedema
• Masalah pernapasan (ortopnea, dispnea, napas pendek, rales dan batuk)

Kemungkinan penyebab :
• Disfungsi kardiak output akibat penyakit arteri koroner, penyakit jantung
• Berkurangnya volume darah akibat perdarahan, dehidrasi, reaksi alergi dan reaksi
kegagalan jantung
• Cardiak arrest akibat gangguan elektrolit
• Ketidakseimbangan elektrolit seperti kelebihan potassiom dalam darah

VIII. RENCANA KEPERAWATAN


1. Mempertahankan terbukanya jalan napas
A. Pemasangan jalan napas buatan
Jalan napas buatan (artificial airway) adalah suatu alat pipa (tube) yang dimasukkan ke
dalam mulut atau hidung sampai pada tingkat ke-2 dan ke-3 dari lingkaran trakhea untuk
memfasilitasi ventilasi dan atau pembuangan sekresi
Rute pemasangan :
• Orotrakheal : mulut dan trakhea
• Nasotrakheal : hidung dan trakhea
• Trakheostomi : tube dimasukkan ke dalam trakhea melalui suatu insisi yang diciptakan
pada lingkaran kartilago ke-2 atau ke-3
• Intubasi endotrakheal

B. Latihan napas dalam dan batuk efektif


Biasanya dilakukan pada pasien yang bedrest atau post operasi
Cara kerja :
• Pasien dalam posisi duduk atau baring
• Letakkan tangan di atas dada
• Tarik napas perlahan melalui hidung sampai dada mengembang
• Tahan napas untuk beberapa detik
• Keluarkan napas secara perlahan melalui mulut dampai dada berkontraksi
• Ulangi langkah ke-3 sampai ke-5 sebanyak 2-3 kali
• Tarik napas dalam melalui hidung kemudian tahan untuk beberapa detik lalu keluarkan
secara cepat disertai batuk yang bersuara
• Ulangi sesuai kemampuan pasien
• Pada pasien pot op. Perawat meletakkan telapak tangan atau bantal pada daerah bekas
operasi dan menekannya secara perlahan ketika pasien batuk, untuk menghindari
terbukanya luka insisi dan mengurangi nyeri

C. Posisi yang baik


• Posisi semi fowler atau high fowler memungkinkan pengembangan paru maksimal
karena isi abdomen tidak menekan diafragma
• Normalnya ventilasi yang adekuat dapat dipertahankan melalui perubahan posisi,
ambulasi dan latihan

D. Pengisapan lendir (suctioning)


Adalah suatu metode untuk melepaskan sekresi yang berlebihan pada jalan napas, suction
dapat dilakukan pada oral, nasopharingeal, trakheal, endotrakheal atau trakheostomi tube.

E. Pemberian obat bronkhodilator


Adalah obat untuk melebarkan jalan napas dengan melawan oedema mukosa bronkhus
dan spasme otot dan mengurangi obstruksi dan meningkatkan pertukaran udara.
Obat ini dapat diberikan peroral, sub kutan, intra vena, rektal dan nebulisasi atau
menghisap atau menyemprotkan obat ke dalam saluran napas.

2. Mobilisasi sekresi paru


A. Hidrasi
Cairan diberikan secara oral dengan cara menganjurkan pasien 2 – 2,5 liter perhari, tetapi
dalam±mengkonsumsi cairan yang banyak batas kemampuan/cadangan jantung.

B. Humidifikasi
Pengisapan uap panas untuk membantu mengencerkan atau melarutkan lendir.

C. Postural drainage
Adalah posisi khuus yang digunakan agar kekuatan gravitasi dapat membantu di dalam
pelepasan sekresi bronkhial dari bronkhiolus yang bersarang di dalam bronkhus dan
trakhea, dengan maksud supaya dapat membatukkan atau dihisap sekresinya.
Biasanya dilakukan 2 – 4 kali sebelum makan dan sebelum tidur / istirahat.
Tekniknya :
• Sebelum postural drainage, lakukan :
- Nebulisasi untuk mengalirkan sekret
- Perkusi sekitar 1 – 2 menit
- Vibrasi 4 – 5 kali dalam satu periode
• Lakukan postural drainage, tergantung letak sekret dalam paru.

3. Mempertahankan dan meningkatkan pengembangan paru


A. Latihan napas

Adalah teknik yang digunakan untuk menggantikan defisit pernapasan melalui


peningkatan efisiensi pernapasan yang bertujuan penghematan energi melalui
pengontrolan pernapasan
Jenis latihan napas :
• Pernapasan diafragma
• Pursed lips breathing
• Pernapasan sisi iga bawah
• Pernapasan iga dan lower back
• Pernapasan segmental

B. Pemasangan ventilasi mekanik

Adalah alat yang berfungsi sebagai pengganti tindakan pengaliran / penghembusan


udara ke ruang thoraks dan diafragma. Alat ini dapat mempertahankan ventilasi secara
otomatis dalam periode yang lama.
Ada dua tipe yaitu ventilasi tekanan negatif dan ventilasi tekanan positif.

C. Pemasangan chest tube dan chest drainage

Chest tube drainage / intra pleural drainage digunakan setelah prosedur thorakik,
satu atau lebih chest kateter dibuat di rongga pleura melalui pembedahan dinding dada
dan dihubungkan ke sistem drainage.
Indikasinya pada trauma paru seperti : hemothoraks, pneumothoraks, open
pneumothoraks, flail chest.

Tujuannya :
• Untuk melepaskan larutan, benda padat, udara dari rongga pleura atau rongga thoraks
dan rongga mediastinum
• Untuk mengembalikan ekspansi paru dan menata kembali fungsi normal kardiorespirasi
pada pasien pasca operasi, trauma dan kondisi medis dengan membuat tekanan negatif
dalam rongga pleura.
Tipenya :
a. The single bottle water seal system
b. The two bottle water
c. The three bottle water

4. Mengurangi / mengoreksi hipoksia dan kompensasi tubuh akibat hipoksia


Dengan pemberian O2 dapat melalui :
• Nasal canule
• Bronkhopharingeal khateter
• Simple mask
• Aerosol mask / trakheostomy collars
• ETT (endo trakheal tube)

5. Meningkatkan transportasi gas dan Cardiak Output


Dengan resusitasi jantung paru (RJP), yang mencakup tindakan ABC, yaitu :
A : Air way adalah mempertahankan kebersihan atau membebaskan jalan napas
B : Breathing adalah pemberian napas buatan melalui mulut ke mulut atau mulut ke
hidung
C : Circulation adalah memulai kompresi jantung atau memberikan sirkulasi buatan

Jadi secara umum intervensi keperawatan mencakup di dalamnya :


a. Health promotion
• Ventilasi yang memadai
• Hindari rokok
• Pelindung / masker saat bekerja
• Hindari inhaler, tetes hidung, spray (yang dapat menekan nervus 1)
• Pakaian yang nyaman

b. Health restoration and maintenance


• Mempertahankan jalan napas dengan upaya mengencerkan sekret
• Teknik batuk dan postural drainage
• Suctioning
• Menghilangkan rasa takut dengan penjelasan, posisi fowler/semi fowler, significant
other
• Mengatur istirahat dan aktifitas dengan memberikan HE yang bermanfaat, fasilitasi
lingkungan, tingkatkan rasa nyaman, terapi yang sesuai, ROM
• Mengurangi usaha bernapas dengan ventilasi yang memeadai, pakaian tipis dan hangat,
hindari makan berlebih dan banyak mengandung gas, atur posisi
• Mempertahankan nutrisi dan hidrasi juga dengan oral hygiene dan makanan yang
mudah dikunyah dan dicerna
• Mempertahankan eliminasi dengan memberikan makanan berserat dan ajarkan latihan
• Mencegah dan mengawasi potensial infeksi dengan menekankan prinsip medikal
asepsis
• Terapi O2
• Terapi ventilasi
• Drainage dada

IX. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI


Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi dan evaluasi dilakukan sesuai tujuan
dan kriteria termasuk di dalamnya evaluasi proses.

FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


Tanggal Pengkajian : 25 Maret
2012

A.   DATA BIOGRAFI

Nama : Ny ”R”

TTL : 26 November 1939

Jenis Kelamin : perempuan Gol.Darah : O

Pendidikan : SD

Agama : Islam

Status Perkawinan :Janda

TB/BB : 160 cm, 44 kg

Penampilan : Rapi, berjilbab Ciri-ciri tubuh : Kurus, kulit sawo matang

Alamat : Kel.Kota Besi Hulu RT 02/RW 05

Kec.Kota Besi Telp/HP 08125086514

Kab.Kotamadya

Orang Yang Dekat : Anak

Hubungan : Ibu dan anak

Alamat/ Telpon : Kel.Kota Besi Hulu RT 02/RW 05

B.   RIWAYAT KEPERAWATAN

1.      Genogram
 

Keterangan : : Laki – laki : Garis Keturunan

: Perempuan ....... : Tinggal Serumah

: Garis Hubungan : Meninggal

2.      Riwayat Keluarga


Dalam keluarga klien tidak ada yang mnderita penyakit menurun seperti
DM,hipertensi, asma, dll. Tidak ada pula yang mnderita penyakit menular seperti
TBC.

C.RIWAYAT PEKERJAAN

Pekerjaan saat ini :saat ini klien bekerja sebagai petani

Alamat pekerjaan :-

Jarak dari rumah : 1km

Alat transportasi : jalan kaki

Pekerjaan sebelumnya : sebelumnya klien bekerja sebagai petani juga

Jarak dari rumah : 1km

Alat transportasi : jalan kaki

Sumber-sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan: pendapatan klien di


dapat dari hasil panen, dan juga biasanya didapat dari anak-anaknya yang sudah
bekerja.

D.RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP

Jenis lantai rumah : Kayu

Kondisi lantai : Kering

Tangga rumah : Ada : aman (ada pegangan)

Penerangan : cukup

Tempat tidur : aman (pagar pembatas,tidak terlalu tinggi)

Alat dapur : tertata rapi

WC : Ada : aman (posisi duduk ,ada pegangan)

Kebersihan lingkungan : bersih (tidak ada barang membahayakan)


Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : 5 orang

Tetangga Terdekat : Ada

E.RIWAYAT REKREASI

Hobby atau Minat : berkebun, bertani, menjahit, memasak

Keanggotaan organisasi : ketua arisan kampong, anggota arisan keluarga

Liburan atau Perjalanan : pernah memunaikan ibadah Haji

F.SISTEM PENDUKUNG

Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterafi* : perawat

Jarak dari rumah : 500 meter

Rumah Sakit : tidak ada

Klinik : ada, jarak 1 km

Pelayanan Kesehatan Di rumah : tidak ada

Makanan yang dihantarkan : tidak ada

Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga: tidak ada

G.DESKRIPSI KEKHUSUSAN

Kebiasaan Ritual : klien biasa nya tiap malam jumat menyiapkan sesajian untuk
leluhur

Yang lainnya :-

H.STATUS KESEHATAN

Status Kesehatan umum Selama setahun yang lalu: asma, rematik, vertigo
Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : asma, batuk - batuk

Keluhan Utama: asma

1.Provocative / Paliative : sesak nafas

2.Quality/ Quantity : seperti tertusuk - tusuk

3.Region : ulu hati

4.Severity Scale : 5 (skala sedang)

5.Timing : hilang timbul

Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan : biasa nya bila timbul klien
minum obat yang telah di anjurkan dan sering minum air hangat.

Obat-obatan :

NO NAMA OBAT DOSIS KETERANGAN


1. Salbutamol 2mg 3x1
2. dexametason 3x1
3. Vit. C 3X1

Alergi (Catatan Agent dan Reaksi Spesifik) :

Obat-obatan : tidak ada

Makanan : tidak ada

Faktor Lingkungan : cuaca dingin, debu, polusi

Penyakit yang diderita : asma, rematik, vertigo

I.AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)

Indeks KATZ : A

Oksigenasi :
Cairan dan Elektrolit : klien minum air putih 1500ml per hari,di
dampingi teh dan kopi

Nutrisi : klien makan nasi, lauk, dan sayur 3kali sehari

Eliminasi : BAK 3kali perhari , BAB 1 kali perhari

Aktivitas : tiap hari klien pergi ke sawah untuk bertani

Istirahat dan Tidur : istirahat klien cukup, tidur sehari kira2 10 jam

Personal Hygiene : klien mampu mandi, BAB,BAK sendiri tanpa bantuan

Seksual : kebutuhan seksual tidak terpenuhi karena suami klien


sudah lama meninggal

J. PSIKOLOGI,KOGNITIF DAN PERSEPTUAL

Konsep Diri : klien mampu menerima bahwa dirinya seorang


lansia

Emosi : stabil

Adaptasi : klien mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar

Status mental : baik

Tingkat Kesadaran : compos mentis

Dimensia : tidak

Orientasi : normal

Bicara : normal

Bahasa yang digunakan : jawa, indonesia

Kemampuan membaca : bisa

Kemampuan interaksi : sesuai

Vertigo : ya

Short Porteble Mental Status Questionaire (SPMSQ) =


Mini – Mental State Exam (MMSE)=

Geriatrik Depresion Scale =

APGAR =

K.TINJAUAN SISTEM

Keadaan Umum : Baik

Tingkat Kesadaran :Composmentis

Tanda – tanda Vital : TD 130 /90 mmHg Nadi: 88 x/menit

RR 26 X/menit Suhu :36,2 0c

TB :160 cm BB: 44 Kg

PENGKAJIAN PERSISTEM

PERNAFASAN (B1: BREATHING)

1.Bentuk dada : Simetris

2.Sekresi dan Batuk

Batuk : ya

Sputum : tidak ada

Nyeri waktu bernafas : ya

3.Pola nafas

a.Frekwensi Nafas : 28 x/menit

Irguler

Hiper Ventilasi
4.Bunyi nafas

a.Normal

vesikuler di.........................................

Bronchial di..............................................

Broncho vesikuler di.....................................

b.Abnormal

Stridor lokasi............................

Streror lokasi...............................

Wheezing lokasi..........................

Rales lokasi...............

Ronchi lokasi....................

Krepitasi lokasi.................................

Friction Rap lokasi.......................

c. Resonen Lokal

Pectoreloguy

Bronchofoni

Egofoni
5.Pergerakan dada

Intercostal Supra Clavicula


Tracheal Tag Lain lain

Substernal Suprasternal Flail Chest

6.Tractil Fremitis/Fremitus Vokal

Meningkat lokasi

Menurun lokasi

Lain-lain

7.Alat Bantu Pernafasan

Nasal Bag and Mask Tracheostomi

Masker Respirator

CARDIOVASKULER ( B2 : BLEEDING )

1.Nadi

Frekuensi 88 x/menit

Reguler Kuat

2.Bunyi Jantung

Normal

3.Letak Jantung

Ictus cordis teraba pada.................

4.Pembesaran Jantung
tidak

5.Nyeri Dada

Ya

6.Edema : Tidak Ada

7.Clubbing Finger

Tidak

PERSYARAFAN (B3 : BRAIN )

Tingkat Kesadaran :

Compos Mentis

1.GCS :

Eye :4 Verbal :5 Motorik :6

Total GCS :15

2.Refleks

Normal

3.Koordinasi Gerak : Ya

4.Kejang Tidak

5.Lain-lain..........................................

PENGINDERAAN ( PERSEPSI SENSORI )


1.      Mata ( Penglihatan )

a.       Bentuk

Normal

b.      Visus.....................

Pupil :

Isokor

c.       Gerak bola Mata :

Normal

d.      Medan Penglihatan :

Normal

e.       Buta Warna

Tidak

f.       Tekanan intra okuler

Meningkat

2.      Hidung (Penciuman )

a.       Bentuk : Normal

b.      Gangguan Penciuman : Tidak

3.      Telinga ( Pendengaran )


a.       Aurikel : Normal

b.      Membran tympani

Terang

c.       Otorrhoea :

Ya,jenis....................... Tidak

d.      Gangguan Pendengaran : Tidak

e.       Tinitus : Tidak

4.      Perasa

Normal

5.      Peraba

Normal

PERKEMIHAN – ELIMINASI URI ( B4 : BLADDER )

Masalah Kandung Kemih

Tidak ada masalah

Produksi Urine 250 ml/hari Frekuensi 5.x/hari

Warna kuning pekat, Bau amoniakLain-lain....................................


PENCERNAAN – ELIMINASI ALVI ( B5 : BOWEL)

1.      Mulut dan Tenggorokan

a.       Mulut

Selaput Lendir Mulut

Lembab

b.      Lidah

bersih

c.       Kebersihan Rongga Mulut

Tidak Berbau Gigi Bersih

d.      Tenggorokan :

tidak ada sakit menelan

e.       Abdomen

Kenyal

Nyeri tekan, tidak ada

Benjolan, tidak ada

f.       Pembesaran hepar tidak

g.       Pembesaran Lien tidak


h.      Asites tidak

i.        Lain – lain.............................

2.      Masalah usus besar dan rektum/anus

BAB 1 X/hari

Tidak ada masalah

OTOT,TULANG DAN INTEGUMENT ( B6 : BONE )

1.      Otot dan Tulang

Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai ( ROM )

Terbatas

Kemampuan kekuatan otot

Fraktur

Tidak

Dislokasi

Tidak

Haemotom

Tidak

2.      Integumen

Warna Kulit :sawo matang Akral : hangat


Turgor : Tidak Elastic

REPRODUKSI

Perempuan :

Payudara

Bentuk Simetris

Benjolan tidak

Kelamin

Bentuk normal

Keputihan tidak

ENDOKRIN

1.      Faktor Alergi

Tidak

Manifestasi : tidak ada

Cara Mengatasi : tidak ada

2.      Kelainan endokrin: tidak ada


PENGETAHUAN :

Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya: klien mengetahui jika dirinya mempunyai
penyakit asma biasanya minum obat yang dianjurkan dan juga minum air hangat saat
terasa nyeri

Sampit, 25 Maret 2012

Mahasiswa yang mengkaji,

.........................................

NIM.

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM


1.DS-:Klien mengatakan “saya sesak kerusakan Gangguan pertukaran gas
nafas bila cuaca dingin dan ada membrane alveoli O2 dan CO2
debu”
DO:-Klien Nampak sesak nafas
disertai batuk kering

-tidak ada sputum

-frekuensi nafas 28x/mnt

-type pernafasan kusmaul

- terdengar bunyi ronchi pada


apex paru kiri/kanan

RENCANA KEPERAWATAN

Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1.        1 Gangguan pertukaran O2 1.      Kaji dan monitor 1.      Sebagai indicator adanya
dan CO2 teratasi frekuensi nafas gangguan nafas dan
dengan criteria: indicator dalam tindakan
        Kilen mengatakan selanjutnya
sesak nafas berkurang
atau hilang 2.      Berkurangnya tekanan
        Klien tidak batuk lagi 2.      Beri posisi yang diafragma keatas sehingga
        Frekuensi nafas dalam menyenangkan sesuai ekspresi paru maksimal
batas normal (16 – 18 dengan keinginan klien. sehingga klien dapat
x/mnt) (posisi semi fowler) bernafas dengan leluasa

3.      Batuk yang efektif


3.      Ajarkan klien untuk batuk merupakan salah satu cara
efektif yang baik dan efektif untuk
mengeluarkan secret.

4.      Menurunkan jumlah


konsumsi atau kebutuhan
4.      klkien untuk membatasi selama periode penurunan
aktifitas pernafasan sehingga dapat
menurunkan gejala
gangguan pertukaran gas O2
dan CO2.
5.      Untuk mempertahankan
sirkulasi O2 dan CO2

5.      Pertahankan sirkulasi O2


dalam ruangan

No Dx.
Implementasi Evaluasi
. Kep.
1.   1 1.      Mengkaji dan monitor frekuensi nafas S : Klien mengatakan “saya masih
1. sering sesak nafas”
2.      memberi posisi yang menyenangkan sesuai
dengan keinginan klien.(posisi semi fowler)O : Klien Nampak sesak nafas disertai
3.      mengajarkan klien untuk batuk efektif batuk kering

4.menganjurkan klien untuk membatasi -tidak ada sputum


aktifitas
-frekuensi nafas 28x/mnt
5.mempertahankan sirkulasi O2 dalam
ruangan -type pernafasan kusmaul -
terdengar bunyi ronchi pada apex
paru kiri/kanan

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Lansia mengalami persoalan khusus tentang gangguan O2 dan CO2 , itu tidak
jauh dari penyebab penurunan fungsi tubuh dan factor usia. Kita tentunya
mengetahui fungsi tubuh sangat memerlukan O2 dan CO2 yang disurvey melalui
system Kardiovaskuler, apabila dalam sytem kardiovaskuler tergganggu tentu
akan mengganggu dalam pertukaran gas O2 dan CO2 keberbagai jaringan tubuh.
Akhir – akhir ini banyak masalah yang terjadi di kota – kota besar dalam masalah
kesehatan udara, terutama polusi yang semakin hari semakin mengkhawtirkan
karena merusak kesehatan terutama terhadap manula.

3.2 SARAN

Perlu diingat dalam masalah kesehatan pernapasan dalam hal O2 dan CO2
sangat penting dijaga karena 2 hal ini sangat penting dan diperlukan dalam system
hidup. Maka dari itu Kita harus menjaga sejak dini. Banyak cara agar kita hidup
selalu sehat baik itu dengan gaya hidup yang tidak sehat perlu ditinggalkan,
konsumsi makanan dengan gizi yang seimbang, dan olahraga teratur. Semua yang
kita akukan pada masa muda akan kita petik saat tua.

Diposkan 31st March 2012 oleh Inka Februaria


0

Tambahkan komentar

2.

Mar

31

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL
(kelompok6)

OLEH :

HENDRYANTO

IDA KUSUMADINATA

SYARIFAH NUR HASANAH. A

KATA PENGANTAR

PujisyukurkehadiratTuhan Yang MAhaEsa, atasberkat, rahmaddanhidayah-Nya,


sehingga kami dapatmenyelesaikanmakalahdenganjudul “Psikologi Pada Lansia”

Dalampenyusunanmakalahini kami banyakmengalamiberbagaimasalah,


atasbantuandandukungandariberbagaipihak, makalahinidapatselesai.
Dalamkesempatanini kami banyakmengucapkanterimakasihkepadarekan-
rekanmahasiswasertadosenAkper yang banyakmembantudalampenyelesaianmakalahini.

Kami menyadaridalampenulisanmakalahinimasihjauhdarisempurna, olehkarenaitu


saran dankritik yang sifatnyamembangunsangat kami
harapkanuntukpenyempurnaanmakalahinidansemogabermanfaatbagikitasemua.

Sampit, maret 2012

Tim Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG 1

1.2 TUJUAN PENULISAN 1

1.3 METODE PENULISAN 1

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

2.2 ETIOLOGI

2.3 ASUHAN KEPERAWATAN

BAB III PENUTUP

3.1  KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG

Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindari. Walaupun proses


penuaan benar adanya dan merupakan sesuatu yang normal, tetapi pada kenyataannya
proses ini menjadi beban bagi orang lain dibadingkan dengan proses lain yang terjadi.
Perawat yang akan merawat lansia harus mengerti sesuatu tentang aspek penuaan yang
normal dan tidak normal serta mengetahui konsep gangguan psikologi pada lansia.

1.2. TUJUAN PENULISAN

Penulisan makalah bertujuan agar pembaca mengetahui dan memahami konsep


psikologi pada lansia.Untuk para perawat agar dapat mengaplikasikan pengetahuan yang
didapat kedalam praktek lapangan.

1.3. METODE PENULISAN

Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode kepustakaan.

1.4. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan yaitu : BAB I PENDAHULUAN, BAB II


PEMBAHASAN, BAB III PENUTUP.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN

Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling ber interaksi satu sama lain. Keadaan
itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun
kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.

Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang
dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari
Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi
aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain (Depkes.RI, 1992:6)

Sementara Psikogeriatri adalah cabang ilmu kedokteran jiwa yang mempelajari


masalah kesehatan jiwa pada lansia yang menyangkut aspek promotof, preventif, kuratif
dan rehabilitatif serta psikososial yang menyertai kehidupan lansia.

Psikologi Lansia

Ada 4 ciri yang dapat dikategorikan sebagai pasien Geriatri dan Psikogeriatri, yaitu :

1.Keterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin meningkatnya usia.

2.Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit degeneratif

3.Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila : a) Ketergantungan pada
orang lain (sangat memerlukan pelayanan orang lain), b) Mengisolasi diri atau menarik
diri dari kegiatan kemasyarakatan karena berbagai sebab, diantaranya setelah menajalani
masa pensiun, setelah sakit cukup berat dan lama, setelah kematian pasangan hidup dan
lain-lain.

4.Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan (homeostasis) sehingga


membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif terutama
aspek psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif, apatis dsb. Hal itu
biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling berat, misalnya
kematian pasangan hidup, kematian sanak keluarga dekat, terpaksa berurusan dengan
penegak hukum, atau trauma psikis.

ASPEK-ASPEK PSIKOLOGIS PADA PENUAAN

Aspek psikologis pada lansia tidak dapat langsung tampak.Pengertian yang salah tentang
lansia adalah bahwa mereka mempunyai kemampuan memory dan kecerdasan mental
yang kurang. Berikut aspek psikologis pada penuaan :

A. Kepribadian, intelegensi dan sikap

Tes intelegensi dengan jelas memperlihatkan adanya penurunan kecerdasan pada


lansia.Lansia seringkali mempertahankan sikap yang kuat, sehingga sikapnya lebih stabil
dan sedikit sulit untuk diubah.

B. Teori aktivitas dan pelepasan

- Teori pelepasan : Lansia secara berangsur-angsur mengurangi aktivitasnya dan bersama


menarik diri dari masyarakat.

- Teori aktivitas : Sebagai orang yang telah berumur, mereka meninggalkan bentuk
aktivitas yang pasti, dan mengkompensasi dengan melakukan banyak aktivitas yang baru.

PERUBAHAN ASPEK PSIKOSOSIAL

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan


fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,
pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan
perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi
hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,
koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.

Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami


perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.
Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia
sebagai berikut:

1.Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak


banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
2.Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan
mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan
kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.

3.Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat
dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada
masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang
ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.

4.Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki
lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-
kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya
menjadi morat-marit.

5.Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya
terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung
membuat susah dirinya.

PERUBAHAN DALAM PERAN SOSIAL DI MASYARAKAT

Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan


sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada
lansia.Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan
kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan.Hal itu sebaiknya
dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan
masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan
terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang
terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan
barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain
sehingga perilakunya seperti anak kecil.

Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang


memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung
karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat
umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan
pengorbanan.Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena
hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya
sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar.

KEPERAWATAN GERONTIK - GERIATRI NURSING

- Geriatri nursing adalah spesialis keperawatan lanjut usia yang dapat menjalankan
perannya pada tiap peranan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan, keahlian, dan
keterampilan merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lanjut usia secara
komprehensif. Karena itu, perawatan lansia yang menderita penyakit dan dirawat di RS
merupakan bagian dari gerontic nursing.
PENDEKATAN PERAWATAN LANJUT USIA

A. Pendekatan fisik

Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :

- Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa bantuan orang
lain.

- Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami kelumpuhan atau
sakit.

B. Pendekatan psikis

Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan edukatif


pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap
segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia pribadi dan sebagai sahabat yang
akrab.

C. Pendekatan sosial

Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya perawatan dalam
pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut
usia untuk menciptakan sosialisasi mereka.

D. Pendekatan spiritual

Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya
dengan tuhan atau agama yang dianutnya, terutama jika klien dalam keadaan sakit atau
mendekati kematian.

MASALAH KEPERAWATAN PSIKOSOIAL PADA LANSIA :

Ø  Berduka disfungsional,

Ø  Ketidakberdayaan,

Ø  Gangguan pola tidur,

Ø  Resiko terhadap cedera,

Ø  Perubahan nutrisi,
Ø  Defisit perawatan diri,

Ø  Ansietas.

TUJUAN & TINDAKAN

Tujuan : mengajarkan klien untuk bersepons emosional yang adaptif.

Tindakan :

Ø  Lingkungan aman,

Ø  Cegah terjadinya kecelakaan,

Ø  Hubungan saling percaya perawat – klien,

Ø  Dorong untuk mengekspresikan pengalaman yang menyakitkan untuk mengurangi


intensitas masalah,

Ø  Ubah pikiran negatif dan identifikasi aspek positif (kemampuan, keberhasilan),

Ø  Bantu mengubah persepsi yang salah/negatif menjadi positif,

Ø  Beri pujian,

Ø  Libatkan dalam kegiatan dan interaksi sosial ,

Ø  Meningkatkan status kesehatan : perawatan diri, istirahat, makan, minum.

BAB III

PENUTUP

A.      KESIMPULAN

Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling ber interaksi satu sama lain.
Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum
maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.

Aspek psikologis pada lansia tidak dapat langsung tampak.Pengertian yang salah
tentang lansia adalah bahwa mereka mempunyai kemampuan memory dan
kecerdasan mental yang kurang.Oleh karena itu Untuk para perawat agar dapat
mengaplikasikan pengetahuan yang didapat kedalam praktek lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. “ Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis”, Edisi ke-6, EGC,
Jakarta, 2000.

Nugroho, Wahjudi. “Keperawatan Gerontik”, Edisi ke-2, EGC, Jakarta 2000.

Leeckenotte, Annete Glesler. “Pengkajian Gerontologi”, Edisi ke-2, EGC, Jakarta, 1997.

Watson, Roger. “Perawatan Lansia”, Edisi ke-3, EGC, Jakarta 2003

CONTOH ASKEP PSIKOSOSIAL PADA LANSIA

I. PENGKAJIAN

A. DATA BIOGRAFI

Nama : Ny.R

Jenis Kelamin : Perempuan

Golongan Darah :-

Tempat Tanggal Lahir : Pembuang,

Pendidikan Terakhir : SD

Agama : Islam

Status Perkawinan : Janda


TB/BB : 130 cm

Penampilan : Rapi, berjalan agak lambat sudah ada tanda kifosis

Alamat : Baamang, RT 2, RW 1

Orang yang mudah Dihub. : Juai

Alamat & telepon : 085752752487

A. Riwayat Keluarga

Genogram :

B. Riwayat Pekerjaan

Pekerjaan saat ini : Tidak ada

Alamat pekerjaan :-

Berapa Jarak Dari Rumah : -

Alat Transportasi :-

Pekerjaan Sebelumnya : Memantat

Berapa jarak dari rumah : ± 100 meter

Alat Transportasi : Tidak ada (jalan kaki)

Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan:cukup untuk


kebutuhan sehari-hari.
C. Riwayat Lingkungan Hidup

Type tempat tinggal : Permanen

  Jenis Lantai : tanah, x tegel, porselin, lainya. Sebutkan !papan


  Kondisi lantai : licin, x lembab, kering, lainnya. Sebutkan !.............................
  Tangga Rumah :

Tidak ada x

Ada : aman (ada pegangan), tidak aman

  Penerangan : x cukup, kurang


  Tempat Tidur : x aman, (pagar pembatas, tidak terlalu tinggi), tidak aman
  Alat dapur : x berserakan, tertata rapi,
  WC :

Tidak ada

x Ada : x aman (posisi duduk, ada pegangan), tidak aman (lantai licin, tidak ada
pegangan)

  Kebersihan lingkungan :x bersih (tidak ada yang membahayakan), tidak bersih dan
tidak aman (pecahan kaca, gelas, paku,dll.)

Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah :5 orang


Derajat Privasi :Baik
Tetangga Terdekat :Suriansyah
Alamat dan Telpon :-

D. Riwayat Rekreasi
Hobbi/Minat : Memasak
Keanggotaan dalam organisasi :PKK
Liburan/perjalanan :-

E. System Pendukung
Perawat/Bidan/dokter/fisiotherapi :Perawat dan bidan
Jarak dari rumah :2 KM
Rumah Sakit : RSUD Dr. MURJANI Jaraknya ± 15 KM
Klinik :
Pelayanan kesehatan di rumah :Tidak ada
Makanan yang dihantarkan :Nasi, Sayur, dan Lauk.
Perawat sehari-hari yang dilakukan keluarga :Menyediakan Makanan.
Lain-lain :-

F. Diskripsi Kekhususan

Kebiasaan ritual :Klien sudah tidak sholat lagi, karena sudah tua.

Yang lainnya : Sering memberi sesajen di air.

G. Status Kesehatan

Riwayat Penyakit dahulu :Klien tidak pernah sakit yan serius yang harus
diopname dirumah sakit, namun klien sering
merasa pusing, dan nyeri-nyeri di kakinya.
Keluhan Utama :P : Destruksi sendi, Q : menusuk-nusuk, R ; Kaki, S :
3 (Sedang) T : kadang-kadang.

Obat-obatan :

N NAMA OBAT DOSIS KET


O

Alergi :

-          Obat-obatan :Tidak Ada


-          Makanan :Tidak Ada
-          Faktor Lingkungan :Tidak Ada
-            Penyakit yang diderita : Reumatik

H. Aktifitas Hidup Sehari-hari


Indeks Katz:A
Oksigenasi, Cairan dan elektrolit :RR = 18x/menit, dada simetris, tidak ada sianosis,
minum air kopi dan air putih ± 600 cc/hari.
Nutrisi:Klien makan 3x/hari, sekali makan ± 1 sendok nasi.
Eliminasi:BAK 2x/hari, BAB 1x/hari
Aktifitas:klien dapat melakukan aktifitas sendiri tanpa bantuan, namun secara postur
klien semestinya memakai tongkat karena sudah ada tanda kifosis.
Istirahat dan Tidur: Klien tidur malam selama 7 jam, tidur siang selama 1 jam.
Personal hygiene: Klien mandi 2x/hari.
Seksual: merasa sudah tidak ada lagi kepikiran masalah seksual karena merasa
dirinya sudah tua dan sudah tidak memilliki pasangan lagi.

I. Psikologis, Kognitif dan perceptual


         Konsep Diri : Klien merasa kurang percaya diri apabila tidak ada keluarganya
disampingnya.
         Emosi : Klien Tidak pernah menunjukan emosi yang berlebihan.
         Adaptasi : Klien sangat akrab dengan penghuni rumah dan
tetangganya, namun agak
malu-malu dengan penulis.
         Mekanisme pertahanan diri : Bila ada masalah klien selalu mengutarakan
masalahnya kepada
anak dan cucunya.
  Status Mental:
         Tingkat Kesadaran:kompos mentis
         Afasia: Tidak ada, klien dapat dengan jelas berbicara
         Dimentia :xya, tidak
         Orientasi : x normal, bingung, tidak ada respon
  Bicara : x normal, gagap, afasia, Blocking
  Bahasa yang digunakan : Banjar
  Kemampuan membaca : x bisa, tidak
  Kemampuan interaksi : x sesuai, tidak. Sebutkan!
  Pendengaran : x normal, terganggu kanan/kiri, alat bantu
pendengaran
 

Penglihatan : xnormal, kacamata, lensa kontak, terganggu


kanan/kiri, buta kanan/kiri, kabur kanan/kiri, lainnya. Sebutkan!

  Vertigo : ya, tidak


         Short Portable Mental Status Quenstionare :
         Mini-Mental State Exam (MMSE) :Gangguan Intelektual
Ringgan
         Inventaris Depresi Beck :Kemungkinan Defresi

J. Pengkajian Fisik
1. Data Klinik :
         Keadaan umum : Baik,
         Tingkat Kesadaran :CM
         GCS :M = 4, V = 5, P = 6, (15)
  Tinggi Badan :130cm Berat badan : 36
Kg.
  Temperatur :36̊ cNadi : 80x/menit.
  Tekanan Darah :120/90mmHg

2. Pernapasan dan sirkulasi :


  Frekuensi napas :18x/menit
  Kualitas : : normal, dangkal, cepat
  Batuk : ya, tidak, Jelaskan, kadang-kadang
  Auskultasi :
         Lobus kanan atas : normal, pucat, menurun, tidak ada,
suara tidak normal
         Lobus kiri atas : normal, pucat, menurun, tidak ada,
suara tidak normal
         Lobus kanan bawah : normal, pucat, menurun, tidak
ada, suara tidak normal
         Lobus kiri bawah : normal, pucat, menurun, tidak ada,
suara tidak normal

3. Metabolik Integumen

  Kulit :
         Warna : normal, pucat, cianosis, kunin, lainnya! Bintik-
bintik hitam
         Turgor : norma, menurun
         Lecet: tidak, ya !sebutkan.................
         Bengkak: tidak, ya !sebutkan.............
         Bercak: tidak, ya !sebutkan................
  Mulut
         Gusi : normal, putih, lecet, lainnya................
         Gigi : normal, lainya! Sebutkan beberapa ada.
  Skore Norton : jelas, 19 (kecil sekali/tidak terjadi)

4. Persarafan Sensori
  Pupil : sama, tidak sama, sebutkan, disebelah kanan ada selaput putih
  Reaksi terhadap cahaya
         Kiri : ya, tidak
         Kanan : ya tidak
  Mata : jelas, berair, kabur, lainnya. Sebutkan.....................

5. Muskuloskeletal

  Range of motion : penuh, tidak.sebutkan..............


  Keseimbangan : Stabil, tidak stabil.sebutkan..............
  Menggenggam
         Kanan : Kuat, Lemah
         Kiri : Kuat, Lemah
  Kekuatan otot kaki :
         Kanan : Kuat, lemah
         Kiri : Kuat, lemah
K. Pengetahuan
Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya:
Klien mengatakan jarang sakit. Hanya sewaktu-waktu nyeri di kaki dan pusing
ANALISA DATA

NO. DATA ETIOLOGI PROBLEM


1. DS : “saya cemas dg anak-anak Social ekonomi ansietas
saya yang masih belum kerja dan
berkeluarga”

DO : - anak ke- 3 dan ke-4 belum


bekerja dan berkeluarga
        Klien sering termenung
        Susah tidur krg lbih sehari Cuma 5
jam
        Nafsu makan menurun
        Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
dg cukup
 Diagnosa keperawatan:

Ansietas berhubungan dengan social ekonomi

Ditandai dengan:

DS : ““saya cemas dg anak-anak saya yang masih belum kerja dan berkeluarga”

DO : - anak ke- 3 dan ke-4 belum bekerja dan berkeluarga

-          Klien sering termenung


-          Susah tidur krg lbih sehari Cuma 5 jam
-          Nafsu makan menurun

Kebutuhan sehari-hari terpenuhi dg cukup

RENCANA KEPERAWATAN

Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1.        1 Selama dilakukan 1.     Kaji tingkat cemas klien 1.respon ndividu dapat
tindakan keperawatan 2.    Catat pembatasan focus bervariasi tergantung pada
diharapkan cemas klien pikiran pola kultural yang
teratasi dengan kriteria3.    Observasi pola bicara klien dipelajari.Persepsi yang
hasil: apakah cepat atau lambat menyimpang dari situasi
        Menunjukan ekspresi 4.    Diskusikan dengan klien mungkin dapat
tenang tentang apa yang memperbesar perasaan.
        Waktu tidur trpenuhi dicemaskan oleh klien 2.Penyempitan focus
        Nafsu makan 5.     Tanyakan mekanisme umumnya merefleksikan
meningkat koping yang digunakan rasa takut
oleh klien jika sedang 3.Menyediakan petunjuk
cemas lengenai factor-faktor
6.    Pertahankan kontak sering seperti tingkat
dengan klien untuk ansietas,kemampuan untuk
mendengarkan klien memahami tingkat
bercerita kerusakan otak ataupun
perbedaan bahasa
4.pasien mungkin perlu
menolak realitas sampai
siap untuk menghadapinya
5.Mungkin dapat menghadapi
situasi dg baik pada waktu
itu
6.Untuk memantapkan
hubungan & meningkatkan
ekspresi perasaan

IMPLEMENTASI

No Dx.
Implementasi Evaluasi
. Kep.
1.   1 1. Mengaji tingkat cemas klien S : “Makasih sudah mau
1. 2. Mencatat pembatasan focus pikiran mendengarkan cerita saya”
3. Mengobservasi pola bicara klien apakah cepat
atau lambat O: - klien tampak senang bercerita
4. Mendiskusikan dengan klien tentang apa yang masalahnya
dicemaskan oleh klien         Klien tersenyum
5. Menanyakan mekanisme koping yang         Klien mempunyai teman cerita
digunakan oleh klien jika sedang cemas yaitu Cucunya
6. Mempertahankan kontak sering dengan klien
untuk mendengarkan klien bercerita A: masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi
1. Kaji tingkat cemas klien
2. Catat pembatasan focus pikiran
3. Observasi pola bicara klien apakah
cepat atau lambat
4. Diskusikan dengan klien tentang
apa yang dicemaskan oleh klien
5. Tanyakan mekanisme koping yang
digunakan oleh klien jika sedang
cemas
6. Pertahankan kontak sering dengan
klien untuk mendengarkan klien
bercerita

Diposkan 31st March 2012 oleh Inka Februaria

Tambahkan komentar
3.

Mar

31

MAKALAH KEPERAWATAN
GERONTIK PERSONAL HYGIENE
PADA LANSIA (kelompok 10)
MAKALAH

KEPERAWATAN GERONTIK

PERSONAL HYGIENE PADA LANSIA

KELOMPOK 10:

           Eny Novianti

           Harianto
           Melinda Lestari

AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTA WARINGIN TIMUR

JL. BATU BERLIAN NO.II TELP. (0531) 22960

2012

 BAB II

PEMBAHASAN

KONSEP DASAR PERSONAL HYGIENE

Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus
diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu
sendiri dangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di
antaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta
tingkat perkembangan.
Pengertian

Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene
berarti sehat. Kebersihan seseoang adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseoran untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto, 2004).

Kebersihan diri adalah upaya individu dalam memelihara kebersihan diri yang meliputi
kebersihan rambut, gigi dan mulut, mata, telinga, kuku, kulit, dan kebersihan dalam berpakaian dalam
meningkatkan kesehatan yang optimal (Effendy, 1997).

Klasifikasi

Menurut Tarwoto (2004), macam-macam personal hygiene antara lain:

1. Perawatan kulit kepala dan rambut


2. Perawatan mata
3. Perawatan hidung
4. Perawatan telinga
5. Perawatan kuku kaki dan tangan
6. Perawatan genetalia
7. Perawatan kulit seruruh tubuh
8. Perawatan tubuh secara keseluruhan

Menurut Effendy (1997), jenis kebersihan diri antara lain:

1. Kebersihan rambut

2. Kebersihan gigi dan mulut

3. Kebersihan mata

4. Kebersihan telinga

5. Kebersihan kuku

6. Kebersihan kulit

Tujuan

1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang


2. Memelihara kebersihan diri seseorang
3. Memperbaiki personal hyiene yang kurang
4. Mencagah penyakit
5. Meningkatkan rasa percaya diri
6. Menciptakan keindahan

Faktor – factor yang dapat mempengaruhi

1. Citra tubuh

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri. Misalnya, karena
adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.

2.       Praktik sosial

Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan
pola Personal Hygiene.

3.       Status sosioekonomi

Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat
mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

4.       Pengetahuan

Pengetahuan Personal Hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan
kesehatan. Misalnya pada pasien penderita DM ia harus menjaga kebersihan kakinya.

5.       Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan.

6.       Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan dirinya seperti
penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain.

7.       Kondisi fisik

Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk
melakukannya.

Dampank yang sering timbul

1. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan
perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit,
gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.

2.       Dampak Psikososial

Masalah social yang berhubungan dengan Personal Hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa
nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan
interaksi sosial.

B. PERSONAL HYGIENE Pada lansia

Memenuhi kebutuhan kebersihan diri pada lansia adalah suatu tindakan perawatan sehari – hari
yang harus diberikan kepada klien lanjut usia terutama yang berhubungna dengan kebershan perorangan
(Personal Hygiene), yaitu antara lain kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan
kepala, rambut dan kuku, serta kebersihan tempat tidur dan posisi tidur (Nugror, 1995).

Perawatan secara umum bagi lansia terbagi 2, yaitu:

1.     Mereka yang masih aktif

Dimana keadaan fisiknya mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga kebutuhan sehari –
hari dapat terenuhi.

2.     Mereka yang pasif

Mereka yang keadaan fisiknya memerlukan pertolongan orang lain, seperti sakit atau lumpuh.

Bagi mereka yang masih aktif, hal –hal yang perlu di perhatikan antara lain:

1.     Mandi

Mandi agar dibatasi karena kulit lansia biasanya mengering. Hal ini disebabkan kelenjar kulit yang
mengeluarkan lemak mulai kurang bekerja. Maka sehabis mandi kulit lansia sebaiknya diolesi
baby oil terutama di lengan, siku, ketiak, paha, dan sebagainya.

2. Kebersihan mulut

Kenersihan mulut adalah sangat penting. Perlu diingat atau dibantu para lansia untuk menyikat
gigi yang hanya tinggal beberapa buah. Gigi palsu perlu mendapat perhatian khusus, dibersihkan
dengan sabun dan sikat. Untuk menghilangkan bau gigi palsu direndam dalam air hangat yang
telah dibubuhi obat pembersih mulut beberapa tetes selama 5 – 10 menit, setelah itu bilas sampai
bersih dari sabun dan bubuk pembersih mulut tersebut. Sebaiknya jangan mencuci gigi palsu di
bawah air mengalir untuk mencegah bahaya gigi palsu terjatuh dan pecah.
3. Perawatan rambut

Lanjut usia terutama wanita kadang – kadang mengalami kesulitan dalam mencuci rambut
sehingga perlu mendapat bantuan perawat atau ank cucunya. Sama halnya dengan kulit, rambut
orang lansia juga kehilngan lemaknya sehingga sehabis keramas perlu diberi conditioner. Setelah
selesai mencuci rambut harus segera dikeringkan agar lansia tidak kedinginan.

4. Perawatan kuku

Kuku jari tangan dan kaki perlu mendapatkan perawatan, Menggunting kuku jangan terlalu pendek
dan jangan sampai terluka karena luka pada orang tua lebih sulit sembuh.

5. Pakaian

Pakaian hendaknya jangan terbuat dari bahan yang kasar. Dasar pakainan harus lunak, harus
mudah dikenakan dan dibersihkan. Pakaian lansia dijaga agar tetap rapi karena cenderung para
lansia tidak peduli lagi terhadap pakaiannya. Lansia lebih enak dengan piyama tipis jangan
pakaian dari wool karena bias terjadi iritasi.

6. Mata

Elastisitas lensa mata pada lansia berkurang akibatnya tulisan kecil terlihat kabur pada jarak
normal, sedangkan pada jarak jauh akan terlihat terang. Gejala yang tidak normal antara lain:

       Penglihatan menjadi ganda

       Bintik hitam atau ada daerah yang gelap

       Sakit pada mata

       Terlihat ada warna atau terang disekitar ujung – ujung objek

       Mata yang kemerahan

       Tiba – tiba kehilangan melihat dengan jelas

7. Lingkungan

Suasana lingkungan harus disesuaikan. Bila memungkinkan jagalah kelembapan ruang tidur atau
ruangan lainnya dirumah dengan memasang humidifier. Perubahan temperature secara tiba – tiba
harus dihindarkan.

Bagi mereka yang pasif

Bagi lansia yang terus beristirahat di tempat tidur, kebersihan di tempat tidur perlu tetap diperhatikan,
yaitu:

1.     Diusahakan agar bantal tidak terlalu keras atau lembek


2.     Latihan bangun dan tidur dengan usaha sendiri agar oto badan tetap aktif dan menghindarkan
pegal – pegal serta atrofi otot

3.     Letak tidur diatur antara lain:

       Letak guling dibawah lutut

       Berikan bantal angin yang berbentuk cincin untuk mencegah lecet pada tumit dan bokong

       Letak tidur dimiringkan bergantian pada sisi kana atau kiri

       Pada letak atau posisi setengah duduk, di bagian kepala tempat tidur diberi sandaran atau
papah.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi personal hygiene pada lansia antara lain:

1. Faktor Pengetahuan
Menurut Purwanto (1999) dalam Friedman (1998), domain kognitif berkaitan dengan pengetahuan
yang bersifat intelektual (cara berpikir, berabstraks, analisa, memecahkan masalah dan lain-lain).
Yang meliputi pengetahuan (knowledge), pemahaman (comperehension), penerapan (aplication),
analisa (analysis), sintesis (synthesis) dan evaluasi (evaluation).
Individu dengan pengetahuan tentang pentingnya kebersihan diri akan selalu menjaga kebersihan
dirinya untuk mencegah dari kondisi / keadaan sakit (Notoatmodjo, 1998).

2. Kondisi Fisik Lansia dan Psikis Lansia


Semakin lanjut usia seseorang, maka akan mengalami kemunduran terutama di bidang
kemampuan fisik, yang dapat mengakibatkan penurunan peranan-peranan sosialnya. Hal ini
mengakibatkan timbulnya gangguan di dalam mencukupi kebutuhan hidupnya. Sehingga dapat
meningkatkan bantuan orang lain (Nugroho, 2000).
Menurut Zainudin (2002) penurunan kondisi psikis pada lansia bisa disebabkan karena Demensia
di mana lansia mengalami kemunduran daya ingat dan hal ini dapat mempengaruhi ADL (Activity
of Daily Living yaitu kemampuan seseorang untuk mengurus dirinya sendiri), dimulai dari bangun
tidur, mandi berpakaian dan seterusnya.

3. Faktor Ekonomi
Menurut Geismer dan La Sorte (1964) dalam Friedman (1998), besar pendapatan keluarga akan
mempengaruhi kemampuan keluarga untuk menyediakan fasilitas dan kebutuhan-kebutuhan yang
diperlukan untuk menunjang hidup dan kelangsungan hidup keluarga.

4. Faktor Budaya
Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuan perawatan hygiene. Seorang dari latar
belakang kebudayaan berbeda memiliki praktik perawatan diri yang berbeda. Keyakinan yang
didasari kultur sering menentukan definisi tentang kesehatan dan perawatan diri (Potter dan Ferry,
2005).

5. Faktor Lingkungan
Lingkungan mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang mempengaruhi atau berakibat
terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup lingkungan berpengaruh terhadap kemampuan untuk
meningkatkan dan mempertahankan status fungsional, dan meningkatkan kesejahteraan (Potter
dan Ferry, 2005).
6. Faktor Citra Tubuh
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Personal hygiene
yang baik akan mempengaruhi terhadap peningkatan citra tubuh individu (Stuart & Sundeen, 1999
dalam Setiadi 2005).

7. Faktor Peran Keluarga


Keluarga secara kuat mempengaruhi perilaku sehat setiap anggotanya begitu juga status kesehatan
dari setiap individu mempengaruhi bagaimana fungsi unit keluarga dan kemampuan untuk
mencapai tujuan. Pada saat kepuasan keluarga terpenuhi tujuannya melalui fungsi yang adekuat,
anggota keluarga tersebut cenderung untuk merasa positif mengenai diri mereka sendiri dan
keluarga mereka (Potter dan Ferry, 2005).

C. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Kurang perawatan diri, makan berhubungan degan penurunan kemampuan visual dan motorik,
keleamahan otot

Intervensi :

       Pastikan dari klien atau anggota keluarga makanan apa yang disukai atau tidak disukai klien.

       Ciptakan lingkungan nyaman untuk makan yang tidak memgganggu

       Pertahankan suhu makanan yang konstan ( makanan panas, dingin)

       Berikan teknik pengurangan nyeri, sejak nyeri mempengaruhi nafsu makan dan kemampuan
untuk makan sendiri

       Berikan kebersihan oral sebelum dan sesudah makan

       Dorong klien untuk menggunakan gigi palsu dan kacamata

       Tempatkan klien dalam posisi paling normal yang sesuai dengan ketidakmampuan fisiknya
(terbaik dalam posisi duduk di kursi dengan meja)

       Berikan kontak sosial selama makan

       Untuk kekurang-kurangan yang nampak

-     Pilih tempat makan dengan warna yang berbeda untuk membantu memmbedakan artikel
(misal baki merah, piring putih )

-     Pastikan pola makan yang biasanya dari individu dan berikan artikel makan sesuai
dengan yang disukai (atau atur artikel makan dalam pola makan yang menyerupai jam);
catat pada rencana pengaturan perawatan yang digunakan (misal, daging jam 6, kentang
jam 9, sayur - sayur jam 12)
-     Dorong makan dengan menggunakan tangan ( missal, makan - makanan roti, daging,
buah, hot dog) untuk meningkatkan kemandirian

       Untuk meningkatkan jumlah maksimum kemandirian, berikan alat bantu adaptif yang
diperlukan

-     Perlindungan piringu ntuk menghindari terdorongnya makanan keluar dari piring

-     Alat bantu hisap dibawah piring atau mangkok untuk menstabilkan

-     Ganggang bantalan pada alat makanan untuk meamanan memegang

-     Belatan pergelangan atau tangan dengan klem untuk memegang alat makan

-     Cangkir minuman khusus

-     Pisau atau alat pemotong

       Bantu dengan pengadaan jika dibutuhkan: alat pembuka, serbet, sediaan bumbu, alat
pemotong daging, roti, mentega

       Untuk klien dengan kekurangan kognitif

-     Berikan lingkungan tenang terisolasi sampai klien dapat untuk makan dan tidak mudah
mengalihkan perhatian dari tugas

-     Orientasikan individu atau klien terhadap lokasi dan tujuan dari perlengkapan untuk
makan

-     Tempatkan individu atau klien pada posisi paling normal untuk makan, secara fisik klien
dapat makan

-     Dorong individu atau klien untuk menjalani tugas, tetapi waspada terhadap kelemahan,
frustasi, atau agitasi

       Untuk individu atau klien yang sangat ketakutan akan keracunan

-     Biarkan klien untuk membuka makanan kaleng

-     Makan satu potong roti dulu

-     Pastikan mendapatkan gaya makanan keluarga

       Kaji untuk meyakinkan bahwa individu dan keluarga memahami alasan dan tujuan seluruh
intervensi
2. Kurang perawatan diri, mandi / hygiene berhubungan dengan penurunan kemampuan visual dan
motorik, kelemahan otot

Intervensi :

       Dorong individu untuk menggunakan lensa koretif yang diresepkan atau alat bantu
pendengaran

       Pertahankan kehangatan suhu kamar mandi, pastikan suhu air yang disukai klien

       Berikan privasi selama mandi rutin

       Berikan seluruh perlengkapan mandi dalam batas yang mudah dicapai

       Berikan keamanan dalam kamar mandi (lantai tidak licin, batang pegangan)

       Jika klien secara fisik mampu, dorong penggunaan bak mandi atau pancuran, tergantung
pada fasilitas yang ada dirumah (klien harus latihan di RS dalam persiapan pulang ke rumah)

       Berikan peralatan adaptif jika dibutuhkan

-     Kursi atau tempat duduk tidak ada sandaran sewaktu mandi dengan bak mandi atau
pancuran

-     Pemegang spon yang panjang untuk mencapai punggung atau ekstremitas bawah

-     Tempat pegangan pada dinding kamar mandi jika dibutuhkan untuk mobilisasi

-     Papan mandi untuk pindah kekursi

-     Alas atau keset kaki yang tidak licin pada lantai kamar mandi, bak mandi atau pancuran

-     Sarung tangan pencuci dengan kantong untuk sabun

-     Sikat gigi yang sudah teradaptasi

-     Alat pencukur

-     Pemegang semprotan pancuran

       Untuk individu dengan kemunduran kognitif:

-     Berikan waktu konsisten untuk mandi rutin sebagai bagian dari suatu program struktur
untuk membantu menurukan ansietas
-     Pertahankan intruksi sederhana dan hindari pengalihan, orientasi tujuan adanya
perlengkapan mandi

-     Jika klien tidak dapat untuk memandiakan keseluruhan tubuh, biarkan klien
memandikan satu bagian tubuhnya sampai dikerjakan dengan benar, berikan umpan
balik positif terhadap keberhasilan

-     Aktivitas pengawasan dilakukan samapi klien dapat dengan aman melaksanakan tugas
yang tidak dibantu

-     Dorong perhatian terhadap tugas, tetapi waspada terhadap kelelahan yang dapat
meningkatkan ansietas

       Pastikan fasilitas mandi di rumah tersedia dan bantu dalam menentukkan jika ada berbagai
kebutuhan beradaptasi, rujuk keterapi ekupasi atau pelayanaan sosial untuk membantu dalam
mendapatkan pelengkapan yang dibutuhkan

3. Kurang perawatan diri berpakaian atau berdandan berhubungan dengan penurunan kemampuan
visual dan motorik, kelemahan otot

Intervensi :

       Dorong individu untuk menggunakan lensa korektif yang diresepkan atau alat bantu
pendengaran

       Tingkatkan kemandirian dalam mengenakan pakaian melalui latihan ters menerus dan tidak
dibantu

       Pilih pakaian yang tidak sempit, dengan lengan baju besar dan celana pendek serta bukan
bagian depan

       Sediakan waktu yang cukup untuk mengenakan pakaian dan melepaskan pakaian, sejak
tugas dapat melemahkan, membuat nyeri atau mengalami kerusakan

       Renacanakan individu untuk belajar dan mendemonsrtasikan satu bagian dari aktivitas
sebelum berkembang lebih lanjut

       Susun pakaian dalam urutan dimana mereka menggunakannya

       Berikan bantuan dalam mengenakan pakaian jika di perlukan (umumnya beberapa bantuan
yang digunakan termasuk gantungan pakaian, penarik ritsleting, kancing, sendok sepatu yang
panjang, pengikat sepatu yang elastis

       Dorong individu atau klien untuk menggunakan pakaian atau luar biasa daripada pakaian
malam

       Berikan privasi selama menggunakan pakaian rutin


       Untuk individual dengan kemunduran kognitif

-     Tentukan suatu waktu rutin yang konsisten dalam mengenakan pakaian untuk
memberikan suatau program terstruktr untuk menurunkan ansietas

-     Pertahankan instruktsi sederhana dan ulangi instruksi tersebut dengan sering, hindari
pengalihan

-     Perkenalkan satu aksesoris pakaian pada suatu waktu

-     Dorong perhatian terhadap tugas, waspada terhadp kelelahan dimana dapat
meningkatkan ansietas

       Kaji pemahaman dan pengetahuan individu serta keluarga terhadap instruksi dan rasional
diatas

FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU


ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Tanggal pengkajian : 28 Maret 2012


Jam 08.00 WIB
A.    DATA BIOGRAFI
Nama : Ny. H
TTL : Sampit, 10 November 1942
Jenis kelamin : Perempuan
Golongan darah : O
Pendidikan : -
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin / Janda
TB / BB : 151 cm / 51 kg
Penampilan : Tampak tidak rapi dan tidak terawat
Ciri – ciri tubuh : Rambut beruban, kulit keriput, badan agak bungkuk.
Alamat : Kel. Baamang RT / RW : 07 / 03
Kec. Baamang Tengah Telp / Hp : -
Kabupaten / Kotamadya : Kotawaringin Timur
Orang yang dekat : Ny. E
Hubungan : Anak kandung
Alamat / Telpon : Baamang Tengah

B.    RIWAYAT KEPERAWATAN


1.     Genogram

 
Keterangan : Laki – laki
Garis keturunan Pasien

Perempuan Tinggal serumah

Garis hubungan
Meninggal

2.     Riwayat Keluarga


Klien anak ke 3 dari 4 bersaudara
Klien seorang janda dan mempunyai 6 orang anak
Klien tinggal bersama 1 orang anaknya

C.    RIWAYAT PEKERJAAN


Pekerjaan saat ini : -
Alamat pekerjaan : -
Jarak dari rumah : -
Alat transportasi : -
Pekerjaan sebelumnya : -
Jarak dari rumah : -
Alat transportasi : -
Sumber – sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan : Klien mendapat uang
bulanan dari anak - anaknya

D.    RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


Tipe tempat tinggal : Permanen (rumah pribadi)
Jenis lantai rumah : Papan
Kondisi lantai : Kering
Tangga rumah : Tidak ada
Penerangan : Cukup
Tempat tidur : Aman, tidak tinggi
Alat dapur : Rapi
WC : Aman, lantai tidak licin
Kebersihan lingkungan: Cukup baik
Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : 2 orang
Derajat privasi : Cukup terjaga
Tetangga terdekat : Ny. M
Alamat / Telpon : Baamang Tengah

E.     RIWAYAT REKREASI


Hobbi / Minat : Berkebun
Keanggotaan organisasi : -
Liburan / Perjalanan : Keluar kota (mengunjungi anak)

F.     SISTEM PENDUKUNG


Perawat / Bidan / Dokter / Fisioterapi : L (perawat)
Jarak dari rumah : ± 1 km
Rumah Sakit : RSUD DR. MURJANI / ± 3 km
Klinik : PKM BMG I / ± 1,5 km
Pelayanan kesehatan di rumah : -
Makanan yang dihantarkan : -
Perawatan sehari – hari yang dilakukan keluarga : -
Lain – lain : -

G.    DISKRIPSI KEKHUSUSAN


Kebiasaan ritual : Klien beragama Islam, melaksanakan solat 5 waktu.
Yang lainnya : -

H.    STATUS KESEHATAN


Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : Klien sering merasa lemah dan cepat lelah
jika
beraktifitas banyak.
Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : Klien tidak ada menderita penyakit berat.
Paling hanya
sakit kepala, demam, batuk, atau flu biasa.
Keluhan Utama
1. Provocative / Paliative : -
2. Quality / Quantity : -
3. Region : -
4. Severity Scale : -
5. Timing : -
Pemahaman & penatalaksanaan masalah kesehatan : Jika sakit klien biasa membeli obat
di warung
Obat – obatan
-
Alergi (Catatan agent dan reaksi spesifik)
Obat – obatan : -
Makanan : -
Faktor lingkungan : -
Penyakit yang diderita
-

I.      AKTIVTAS HIDUP SEHARI – HARI (ADL)


Indeks KATZ : A
Oksigenasi : Baik, tidak ada alat bantu
Cairan & Elektrolit: Minum ± 6 gelas / hari, ± 250 ml / gelas
Nutrisi : Nafsu makan baik, makan 3x/hari
Eliminasi : Lancar, tidak ada gangguan
Aktivitas : Mandiri namun terbatas karena klien merasa lemah dan cepat lelah
Istirahat & Tidur : Tidur siang ± 1 jam, tidur malam ± 7 jam
Personal Hygiene : Kurang baik, tampak tidak rapi, dan tidak terawat
Seksual : Tidak ada keinginan untuk berhubungan lagi karena merasa sudah tua
Rekreasi : Mengunjungi anak di luar kota

J.      PSIKOLOGI, KOGNITIF, DAN PERSEPTUAL


Konsep diri : Baik
Emosi : Stabil
Adaptasi : Baik
Mekanisme pertahanan diri : Baik
Status mental : Baik
Tingkat kesadaran : Composmentis
Afasia : Tidak ada
Dimensia : Tidak ada
Orientasi : Normal
Bicara : Normal
Bahasa yang digunakan : Banjar
Kemampuan membaca : Kurang / terbatas
Kemampuan interaksi : Baik
Vertigo : Tidak ada

Short Portable Mental Status Questionaire (SPMSQ) : 6 (Kerusakan Intelektual Sedang)

Mini-Mental State Exam (MMSE) : 6 (Gangguan Intelektual Sedang)

Geriatrik Depression Scale : Skor 4

APGAR : 6 (Sedang)

K. TINJAUAN SISTEM
Keadaan umum : Baik
Tingkat kesadaran : Composmentis
Tanda – tanda vital : TD 130 / 80 mmHg TB 151 kg
N 72 x/m BB 51 kg
RR 20 x/m

S 36,4

PENGKAJIAN PERSISTEM

 PERNAFASAN (B1: BREATHING)


1.       Bentuk Dada : Simetris
2.       Sekresi dan Batuk : Tidak Ada
3.       Pola Nafas
a.        Frekuensi nafas : 20x/m dan teratur
4.       Bunyi Nafas
b.       Normal : Vesikuler di semua lapang paru
c.        Abnormal : -
d.       Resonen lokal : -
5.       Pergerakan dada : Simetris
6.       Tractil Fremitus/Fremitus Lokal : -
7.       Alat Bantu Pernafasan : -

 CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING)


1.       Nadi
Frekuensi : 72x/m dan reguler
2.       Bunyi jantung : Normal
3.       Letak jantung : Normal
4.       Pembesaran jantung : Tidak
5.       Nyeri dada : Tidak
6.       Edema : Tidak
7.       Clubbing finger : Tidak

 PERSARAFAN (B3: BRAIN)


Tingkat Kesadaran: Composmentis
1.       GCS
Eye: 4 Verbal: 5 Motorik: 6
Total GCS: 14
2.       Refleks : Normal
3.       Koordinasi gerak : Ya
4.       Kejang : Tidak
5.       Lain-lain : -

 PENGINDERAAN (PERSEPSI SENSORI)


1.       Mata (Penglihatan)
a.        Bentuk : Normal
b.       Visus : -
c.        Pupil : Isokor
d.       Gerak bola mata : Normal
e.       Medan penglihatan : Menyempit
f.         Buta warna : Tidak
g.        Tekanan Intra Okuler : Tidak
2.       Hidung (Penciuman)
a.        Bentuk : Normal
b.       Gangguan Penciuman : Tidak
3.       Telinga (Pendengaran)
a.        Aurikel : Normal
b.       Membran tympani : Keruh
c.        Otorrhae : Tidak
d.       Gangguan Pendengaran : Ya
e.       Tinitus : Ya
4.       Perasa : Normal
5.       Peraba : Normal

 PERKEMIHAN-ELIMINASI URI (B4: BLADDER)


Masalah kandung kemih : Sering
Produksi urine : ± 1000 ml/hari
Frekuensi : ± 4 – 5 x/hari
Warna : Kuning Jernih
Bau : Amoniak

 PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL)


1.       Mulut dan Tenggorokan
a.        Mulut : Selaput lendir mulut lembab
b.       Lidah : Hiperemik
c.        Kebersihan Rongga Mulut : Berbau
d.       Tenggorokan : Tidak ada sakit menelan
e.       Abdomen : Kenyal
f.         Pembesaran Hepar : Tidak
g.        Pembesaran Lien : Tidak
h.       Asites : Tidak
2.       Masalah Usus Besar dan Rectum/Anus
BAB : ± 1 x/hari, Tidak ada masalah
Obat pencahar : Tidak
Lavemen : Tidak

 OTOT, TULANG, DAN INTEGUMEN (B6: BONE)


1.       Otot dan Tulang
Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai (ROM): Bebas
Kemampuan kekuatan otot:
-       Tidak ada fraktur
-       Tidak ada dislokasi
-       Tidak ada haematom
2.       Integumen
Warna kulit : Hiperpigmentasi
Akral : Hangat
Turgor : Tidak Elastik
Tulang belakang : Kiposis

REPRODUKSI

Perempuan:
Payudara : Bentuk simetris, tidak ada benjolan
Kelamin : Bentuk normal, tidak ada keputihan, klien menopause

ENDOKRIN

Klien tidak memiliki kelainan endokrin

PENGETAHUAN

Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya: klien menyadari dirinya sudah lansia, merasa lemah dan
sering cepat lelah sehingga terbatas dalam melakukan perawatan diri.

ANALISA DATA

No. Data Etiologi Problem

1. DS : “Saya merasa lemah dan sering cepat KelemahAn otot Kurang perawatan diri
lelah bila beraktivitas jadi untuk perawatan
diri ya seadanya saja”

DO : - K/U Baik
- Tampak tidak rapi, kotor, dan tidak terawat
- Rambut putih, kulit keriput
I. PRIORITAS MASALAH

1.     Kurang perawatan diri

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.     Kurang perawatan diri b/d penurunan kelemahan otot

RENCANA KEPERAWATAN

Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1.        1 Setelah dilakukan tindakan 1.    Anjurkan klien mandi 2x sehari 1.    Menjaga kebersihan dan
keperawatan selama 1 x 24 dan ajarkan klien memakai baby kelembaban kulit
jam, klien mampu oil setiap habis mandi 2.   Menjaga kebersihan dan
melakukan perawatan diri 2.   Anjurkan klien menyikat gigi kesegaran mulut
dengan kriteria hasil : minimal setiap mandi 3.   Menjaga kebersihan rambut dan
1.   Klien tampak bersih, rapi, 3.   Anjurkan klien mencuci rambut kelembaban kulit kepala
dan terawat rutin 3x seminggu, memakai 4.   Menjaga kerapianrambut
2.   Klien tampak sehat conditioner dan anjurkan untuk 5.   Menjaga kebersihan kuku,
minta bantuan orang terdekat / menghindari terjadi luka karena
anak akan sulit sembuh
4.   Anjurkan klien menyisir 6.   Menjaga kenyamanan dan
rambutnya tiap hari dan ditata menjaga agar selalu rapi dan tidak
rapi terjadi iritasi
5.   Anjurkan klien minta bantuan 7.   Meningkatkan pengetahuan dan
pada orang terdekat / anak untuk kesadaran klien akan pentingnya
memotong kuku bila panjang, tetap melakukan perawatan diri /
bila bisa mandiri ingatkan untuk menjaga kebersihan diri meskipun
hati – hati dan jangan terlalu sudah lansia
pendek atau sampai
menimbulkan luka
6.   Anjurkan klien untuk memakai
pakaian yang tidak berbahan
kasar, tidak tebal, mudah dan
nyaman dipakai
7.   Berikan penkes tentang
pentingnya melakukan
perawatan diri / menjaga
kebersihan diri bagi lansia

IMPLEMENTASI

No Dx.
Implementasi Evaluasi
. Kep.
1.   1 1.     Menganjurkan klien mandi 2x sehari dan mengajarkan Tanggal 28 Maret 2012
1. klien memakai baby oil setiap habis mandi Jam 17.00 WIB
2.   Menganjurkan klien menyikat gigi minimal setiap
mandi S : “Saya sudah mulai mencoba
3.   Mengnjurkan klien mencuci rambut rutin 3x seminggu, menjalankan anjuran – anjuran untuk
memakai conditioner dan menganjurkan untuk minta perawatan diri saya dan saya meminta
bantuan orang terdekat / anak bimbingan dari anak saya karena saya
4.   Mengnjurkan klien menyisir rambutnya tiap hari dan sudah tua begini tidak bisa melakukannya
ditata rapi sendiri”
5.   Menganjurkan klien minta bantuan pada orang terdekat /
anak untuk memotong kuku bila panjang, bila bisa O:
mandiri ingatkan untuk hati – hati dan jangan terlalu -  Klien tampak bersih, rapi, dan terawat
pendek atau sampai menimbulkan luka -  Klien tampak sehat
6.   Menganjurkan klien untuk memakai pakaian yang tidak
berbahan kasar, tidak tebal, mudah dan nyaman dipakai
7.   Memberikan penkes tentang pentingnya melakukan A : Masalah teratasi
perawatan diri / menjaga kebersihan diri bagi lansia
P : Lanjutkan intervensi
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus
diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu
sendiri dangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di
antaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta
tingkat perkembangan.
Memenuhi kebutuhan kebersihan diri pada lansia adalah suatu tindakan perawatan sehari –
hari yang harus diberikan kepada klien lanjut usia terutama yang berhubungna dengan kebershan
perorangan (Personal Hygiene), yaitu antara lain kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan
badan, kebersihan kepala, rambut dan kuku, serta kebersihan tempat tidur dan posisi tidur.

3.2 SARAN

Perawat mempunyai peranan dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang kebersihan


diri, yaitu sebagai family advocacy. Perawat berperan sebagai pendamping bagi keluarga baik bagi
lansia maupun keluarganya ketika dihadapkan pada suatu masalah termasuk dalam hal kebersihan
diri. Perawat sebagai conselor perawat di mana perawat dapat memberikan ide atau pendapat kepada
lansia dan kepada keluarga sebagai pelaksana asuhan keperawatan. Perawat memberikan asuhan
dengan kebutuhan perawat sebagai pendidikan memberikan pendidikan kesehatan yang sesuai
dengan kebutuhan lansia.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J, 2000. Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC


Nugroho, 2000. Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta : EGC Kedokteran
Setiabudhi, T & Hardiwinoto, 1999. Panduan Gerontologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek Menjaga
Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tarwoto & Wartonah, 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proes Keperawatan. Edisi 4. Jakarta : EGC
Diposkan 31st March 2012 oleh Inka Februaria

Tambahkan komentar

2.

Mar

31

Asuhan Keperawatan GErontik dengan


Masalah Cairan dan Elektrolit
(kelompok9)

KELOMPOK 8 :
          GILANG RAMADAN
          ISTIQOMAH

          NOVITA SARI

          RETNO WULANDARI RIPHA

BAB I

PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Air (H 0) merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di
dalam tubuhmanusia. Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa terdiri
dari air. Namun bergantung kepadakandungan lemak & otot yang terdapat di
dalam tubuh, nilai persentase ini dapat bervariasiantara 50-70% dari total
beratbadan orang dewasa.Oleh karenaitu maka tubuh yang terlatih &terbiasa
berolahraga sepertitubuh seorang atlet biasanyaakan mengandung lebih
banyakair jika dibandingkan tubuh nonatlet.
Di dalam tubuh, sel-selyang mempunyai konsentrasi airpaling tinggi
antara lain adalahsel-sel otot dan organ-organ padarongga badan, seperti paru-
paruatau jantung, sedangkan sel-selyang mempunyai konsentrasi airpaling
rendah adalah sel-seljaringan seperti tulang atau gigi. Konsumsi cairanyang ideal
untuk memenuhi kebutuhan harian bagitubuh manusiaadalahmengkonsumsi1 ml
air untuksetiap 1 kkalkonsumsi energy tubuhataudapat juga diketahui
berdasarkan estimasi totaljumlah air yang keluar dari dalam tubuh. Secara
rataratatubuh orang dewasa akan kehilangan 2.5 Lcairan per harinya. Sekitar 1.5
L cairan tubuh keluarmelalui urin, 500 ml melalui keluarnya keringat, 400ml
keluar dalam bentuk uap air melalui prosesrespirasi (pernafasan) dan 100
mlkeluar bersama dengan feces(tinja). Sehingga berdasarkan estimasi ini,
konsumsi antara 8-10gelas (1 gelas ≈240 ml) biasanyadijadikan sebagai
pedomandalam pemenuhan kebutuhancairan per- harinya.

1.2         Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.    Bagaimana anatomi cairan tubuh?
2.    Apa pengertian dari cairan tubuh
3.    Apapenyebab terjadinya ketidakseimbangan volume cairan?
4.    Bagaimana patofisiologinya?
5.    Apasaja tanda dan gejalanya?
6.    Sebutkan klasifikasinya?
7.    Apa saja pemeriksaan diagnostic?
8.    Bagaimana penatalaksanaanna?
9.    Apa saja diagnosa keperawatannya?
10. Bagaiamana asuhan keperawatannya?

1.3         Tujuan Penulisan


Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan penjelasan tentang
cairan dan elektrolit. Selain itu, makalah ini juga untuk memenuhi salah satu
tugas dari dosen mata kuliah Keperawatan Gerontik.

1.4         Metode Penulisan


Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan makalah ini berupa
tinjauan pustaka dari berbagai macam sumber data yang memiliki kaitan dengan
asuhan keperawatan gerontik baik melalui buku kepustakaan ataupun melalui
kepustakaan dari media elektronik/dunia maya (internet).

1.5         Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan makalah ini yaitu Halaman Judul, Kata Pengantar,
Daftar Isi, Bab I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan
Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan, Bab
II Pembahasan, Bab III Penutup yang terdiri dari Kesimpulan, Daftar Pustaka.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1         ANATOMI CAIRAN TUBUH

Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, persentasenya dapat


berubahtergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas
seseorang. Pada bayi usia< 1tahun cairan tubuh adalah sekitar 80-85%
berat badan dan pada bayi usia > 1 tahunmengandung air sebanyak 70-
75 %. Seiring dengan pertumbuhan seseorang persentasejumlah cairan
terhadap berat badan berangsur-angsur turun yaitu pada laki-laki
dewasa50-60% berat badan, sedangkan pada wanita dewasa 50 % berat
badan.Hal ini terlihatpada tabel berikut :

Tabel.1 Perubahan cairan tubuh total sesuai usia

Usia Kilogram Berat (%)


Bayi premature 80
3 bulan 70
6 bulan 60
1-2 tahun 59
11-16 tahun 58
Dewasa 58-60
Dewasa dengan obesitas 40-50
Dewasa kurus 70-75

Dikutip dari : Garner MW: Physiology and pathophysiology of the


body fluid, St.Louis,1981, Mosby.

Perubahan jumlah dan komposisi cairan tubuh, yang dapat terjadi


padaperdarahan, luka bakar, dehidrasi, muntah, diare, dan puasa
preoperatif maupun perioperatif, dapat menyebabkan gangguan fisiologis
yang berat.Jika gangguan tersebut tidak dikoreksi secara adekuat
sebelum tindakan anestesi dan bedah, maka resikopenderita menjadi
lebih besar.Seluruh cairan tubuh didistribusikan ke dalam kompartemen
intraselular dankompartemen ekstraselular.Lebih jauh kompartemen
ekstraselular dibagi menjadi cairan intravaskular dan intersisial.

a.    Cairan intraselular


Cairan yang terkandung di antara sel disebut cairan intraselular. Pada
orangdewasa, sekitar duapertiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat di
intraselular(sekitar 27 liter rata-rata untuk dewasa laki-laki dengan berat badan
sekitar 70kilogram), sebaliknya pada bayi hanya setengah dari berat badannya
merupakancairan intraselular.
b.    Cairan ekstraselular
Cairan yang berada di luar sel disebut cairan ekstraselular. Jumlah relatif
cairanekstraselular berkurang seiring dengan usia. Pada bayi baru lahir, sekitar
setengahdari cairan tubuh terdapat di cairan ekstraselular. Setelah usia 1 tahun,
jumlahcairan ekstraselular menurun sampai sekitar sepertiga dari volume total.
Inisebanding dengan sekitar 15 liter pada dewasa muda dengan berat rata-rata
70kg.

Cairan ekstraselular dibagi menjadi:

         Cairan Interstitial


Cairan yang mengelilingi sel termasuk dalam cairan interstitial, sekitar
11-12 liter pada orang dewasa.Cairan limfe termasuk dalam
volumeinterstitial.Relatif terhadap ukuran tubuh, volume ISF adalah
sekitar 2 kalilipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang dewasa.
         Cairan Intravaskular
Merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah
(contohnyavolume plasma). Rata-rata volume darah orang dewasa
sekitar 5-6Ldimana 3 liternya merupakan plasma, sisanya terdiri dari
sel darah merah,sel darah putih dan platelet.
         Cairan Transeluler
Merupakan cairan yang terkandung diantara rongga tubuh tertentu
sepertiserebrospinal, perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular dan
sekresisaluran pencernaan.Pada keadaan sewaktu, volume cairan
transeluleradalah sekitar 1 liter, tetapi cairan dalam jumlah banyak
dapat masuk dankeluar dari ruang transeluler.

Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis zat yaitu elektrolit
dan non elektrolit.

         Elektrolit
Merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan menghantarkan arus listrik.
Elektrolit dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Jumlah
kationdan anion dalam larutan adalah selalu sama (diukur dalam miliekuivalen).
o   Kation
Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na +), sedangkankation
utama dalam cairan intraselular adalah potassium (K +).Suatusistem pompa
terdapat di dinding sel tubuh yang memompa keluar sodiumdan potassium ini.

o   Anion
Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl -) danbikarbonat
(HCO3 ), sedangkan anion utama dalam cairan intraselularadalah ion fosfat
-

(PO4 ).Karena kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan interstitial pada
3-

intinyasama maka nilai elektrolit plasma mencerminkan komposisi dari cairan


ekstraselulertetapi tidak mencerminkan komposisi cairan intraseluler.
a)    Natrium
Natrium sebagai kation utama didalam cairan ekstraseluler dan paling berperan
didalam mengatur keseimbangan cairan. Kadar natrium plasma: 135-
145mEq/liter. Kadarnatrium dalam plasma diatur lewat beberapa mekanisme:
- Left atrial stretch reseptor
- Central baroreseptor
- Renal afferent baroreseptor
- Aldosterone (reabsorpsi di ginjal)
- Atrial natriuretic factor
- Sistem renin angiotensin
-Sekresi ADH
-Perubahan yang terjadi pada air tubuh total (TBW=Total Body Water)

Kadar natrium dalam tubuh 58,5mEq/kgBB dimana + 70% atau


40,5mEq/kgBB dapatberubah-ubah.Ekresi natrium dalam urine 100-
180mEq/liter, faeces 35mEq/liter dankeringat 58mEq/liter. Kebutuhan setiap hari
= 100mEq (6-15 gram NaCl).
Natrium dapat bergerak cepat antara ruang intravaskuler dan interstitial
maupunke dalam dan keluar sel. Apabila tubuh banyak mengeluarkan natrium
(muntah,diare)sedangkan pemasukkan terbatas maka akan terjadi keadaan
dehidrasi disertai kekurangannatrium. Kekurangan air dan natrium dalam plasma
akan diganti dengan air dan natriumdari cairan interstitial. Apabila kehilangan
cairan terus berlangsung, air akan ditarik daridalam sel dan apabila volume
plasma tetap tidak dapat dipertahankan terjadilahkegagalan sirkulasi.
b)    Kalium
Kalium merupakan kation utama (99%) di dalam cairan ekstraseluler
berperanpenting di dalam terapi gangguan keseimbangan air dan elektrolit.
Jumlah kalium dalamtubuh sekitar 53 mEq/kgBB dimana 99% dapat berubah-
ubah sedangkan yang tidak dapatberpindah adalah kalium yang terikat dengan
protein didalam sel.Kadar kalium plasma 3,5-5,0 mEq/liter, kebutuhan setiap hari
1-3 mEq/kgBB.Keseimbangan kalium sangat berhubungan dengan konsentrasi
H+ ekstraseluler. Ekskresikalium lewat urine 60-90 mEq/liter, faeces 72 mEq/liter
dan keringat 10 mEq/liter.
c)    Kalsium
Kalsium dapat dalam makanan dan minuman, terutama susu, 80-90%
dikeluarkanlewat faeces dan sekitar 20% lewat urine. Jumlah pengeluaran ini
tergantung pada intake,besarnya tulang, keadaan endokrin. Metabolisme
kalsium sangat dipengaruhi olehkelenjar-kelenjar paratiroid, tiroid, testis,
ovarium, dan hipofisis. Sebagian besar (99%)ditemukan didalam gigi dan + 1%
dalam cairan ekstraseluler dan tidak terdapat dalamsel.
d)    Magnesium
Magnesium ditemukan di semua jenis makanan.Kebutuhan unruk pertumbuhan
+10 mg/hari.Dikeluarkan lewat urine dan faeces.
e)    Karbonat
Asam karbonat dan karbohidrat terdapat dalam tubuh sebagai salah satu
hasilakhir daripada metabolisme.Kadar bikarbonat dikontrol oleh ginjal. Sedikit
sekalibikarbonat yang akan dikeluarkan urine. Asam bikarbonat dikontrol oleh
paru-paru dansangat penting peranannya dalam keseimbangan asam basa.

         Non elektrolit


Merupakan zat seperti glukosa dan urea yang tidak terdisosiasi dalam cairan. Zat

lainya termasuk penting adalah kreatinin dan bilirubin.

2.1         PENGERTIAN CAIRAN TUBUH

Cairan adalah volume air bisa berupa kekurangan atau kelebihan air. Air
tubuh lebih banyak meningkat tonisitus adalah terminologi guna
perbandingan osmolalitas dari salah satu cairan tubuh yang normal.
Cairan tubuh terdiri dari cairan eksternal dan cairan internal. Volume
cairan intrasel tidak dapat diukur secara langsung dengan prinsip difusi
oleh karena tidak ada bahan yang hanya terdapat dalam cairan intrasel.
Volume cairan intrasel dapat diketahui dengan mengurangi jumlah cairan
ekternal, terdiri dari cairan tubuh total.

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi


tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh
adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang
terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat
kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut
ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh
melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya
distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh
bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu
dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh
pada yang lainnya.

2.2         PENYEBAB TERJADINYA CAIRAN TUBUH

Defisit volume cairan ekstraselular merupakan perubahan cairan


tubuh yangpaling umum terjadi pada pasien bedah. Penyebab paling
umum adalah kehilangan cairandi gastrointestinal akibat muntah,
penyedot nasogastrik, diare dan drainase fistula.

Penyebab lainnya dapat berupa kehilangan cairan pada cedera


jaringan lunak, infeksi,inflamasi jaringan, peritonitis, obstruksi usus, dan
luka bakar. Keadaan akut, kehilangancairan yang cepat akan
menimbulkan tanda gangguan pada susunan saraf pusat danjantung.
Pada kehilangan cairan yang lambat lebih sdapat ditoleransi sampai defisi
volumecairan ekstraselular yang berat terjadi.

2.3         PATOFISIOLOGI CAIRAN DAN ELEKTROLIT


Proses Pergerakan Cairan Tubuh

Perpindahan air dan zat terlarut di antara bagian-bagian tubuh


melibatkan

mekanisme transpor pasif dan aktif. Mekanisme transpor pasif tidak


membutuhkan energi sedangkan mekanisme transpor aktif membutuhkan
energi.Difusi dan osmosis adalahmekanisme transpor pasif.Sedangkan
mekanisme transpor aktif berhubungan dengan pompa Na-K yang
memerlukan ATP.

Proses pergerakan cairan tubuh antar kompertemen dapat berlangsung


secara:

a)    Osmosis
Osmosis adalah bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui membrane
semipermeabel (permeabel selektif) dari larutan berkadar lebih rendah menuju
larutanberkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama. Seluruh membran sel dan
kapiler permeable terhadap air, sehingga tekanan osmotik cairan tubuh seluruh
kompartemen sama.Membran semipermeabel ialah membran yang dapat dilalui
air (pelarut), namun tidakdapat dilalui zat terlarut misalnya protein.
Tekanan osmotik plasma darah ialah 285+ 5 mOsm/L. Larutan dengan
tekananosmotik kira-kira sama disebut isotonik (NaCl 0,9%, Dekstrosa 5%,
Ringer laktat).Larutan dengan tekanan osmotik lebih rendah disebut hipotonik
(akuades), sedangkanlebih tinggi disebut hipertonik.
b)    Difusi
Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan bergerak
darikonsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Tekanan hidrostatik
pembuluhdarah juga mendorong air masuk berdifusi melewati pori-pori
tersebut.Jadi difusitergantung kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan
hidrostatik.
c)    Pompa Natrium Kalium
Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transpor yang memompa
ionnatrium keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion
kalium dariluar ke dalam. Tujuan dari pompa natrium kalium adalah untuk
mencegah keadaanhiperosmolar di dalam sel.

2.4         TANDA DAN GEJALA KETIDAKSEIMBANGAN CAIRAN DAN


ELEKTROLIT

Perubahan cairan tubuh

Perubahan cairan tubuh dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu :

1.    Perubahan volume

Tabel.3 Tanda-tanda klinis dehidrasi

Symptom/Sign Dehydration Moderate Dehydration


Mild Severe
Dehydration
Level of Alert Lethargic Obtunded
consciousness*
Capillary refill* 2 Seconds 2-4 Seconds Greater than 4
seconds, cool
limbs
Mucous
Membranes* Normal Dry Parched, cracked
Tears* Normal Decreased Absent
Heart rate Slight increase Increased Very increased
Respiratory rate Normal Increased Increased and
hyperpnea
Blood pressure Normal Normal, but Decreased
orthostasis
Pulse Normal Thready Faint or
impalpable
Skin turgor Normal Slow Tenting
Fontanel Normal Depressed Sunken
Eyes Normal Sunken Very sunken
Urine output Decreased Oliguria Oliguria/anuria

* Best indicators of hydration statuss

Tabel. 4 Derajat dehidrasis

Dehidrasi Dewasa Anak


Ringan 4% 4%-5%
Sedang 6% 5 % - 10 %
Berat 8% 10 % - 15 %

Shock 15-20% 15 % - 20%

asi Dewasa

Terapi untuk dehidrasi (rehidrasi) dilakukan dengan mempertimbangkan


kebutuhan
cairan untuk rumatan, defisit cairan dan kehilangan cairan yang sedang
berlangsung.

Beberapa pendekatan terangkum dalam tabel 5.

Tabel.5 Pendekatan pada masalah cairan dan elektrolit

Tabel.6 Rumatan cairan menurut rumus Holliday-Segar

Strategi untuk rehidrasi adalah dengan memperhitungkan defisit


cairan, cairan rumatanyang diperlukan dan kehilangan cairan yang
sedang berlangsung disesuaikan.

Cararehidrasi:

1)    Nilai status rehidrasi (sesuai tabel 4 di atas), banyak cairan yang
diberikan (D) =derajat dehidrasi (%) x BB x 1000 cc
2)    Hitung cairan rumatan (M) yang diperlukan (untuk dewasa 40
cc/kgBB/24 jamatau rumus holliday-segar seperti untuk anak-anak)
3)    Pemberian cairan :
o   6 jam I = ½ D + ¼ M atau 8 jam I = ½ D + ½ M (menurut Guillot)
o   18 jam II = ½ D + ¾ M atau 16 jam II = ½ D + ½ M (menurut Guillot)

      Kelebihan volume


Kelebihan volume cairan ekstraselular merupakan suatu kondisi akibat iatrogenic
(pemberian cairan intravena seperti NaCl yang menyebabkan kelebihan air dan
NaClataupun pemberian cairan intravena glukosayang menyebabkan kelebihan
air) ataupundapat sekunder akibat insufisiensi renal (gangguan pada GFR),
sirosis, ataupun gagaljantung kongestif.Kelebihan cairan intaseluler dapat terjadi
jika terjadi kelebihancairan tetapi jumlah NaCl tetap atau berkurang.

2.    Perubahan konsentrasi


-       Hiponatremia
Jika < 120 mg/L maka akan timbul gejala disorientasi, gangguan mental,
letargi,iritabilitas, lemah dan henti pernafasan, sedangkan jika kadar < 110 mg/L
makaakan timbul gejala kejang, koma. Hiponatremia ini dapat disebabkan
oleheuvolemia (SIADH, polidipsi psikogenik), hipovolemia (disfungsi tubuli
ginjal,diare, muntah, third space losses, diuretika), hipervolemia (sirosis,
nefrosis).
Keadaan ini dapat diterapi dengan restriksi cairan (Na+ ≥ 125 mg/L) atau
NaCl3% ssebanyak (140-X)xBBx0,6 mg dan untuk pediatrik 1,5-2,5 mg/kg.
Koreksi hiponatremia yang sudah berlangsung lama dilakukan scara
perlahanlahan,sedangkan untuk hiponatremia akut lebih agresif. Untuk
menghitung Naserum yang dibutuhkan dapat menggunakan rumus:
Na= Na1 – Na0 x TBW
keterangan :
Na = Jumlah Na yang diperlukan untuk koreksi (mEq)
Na1 = 125 mEq/L atau Na serum yang diinginkan
Na0 = Na serum yang actual
TBW = total body water = 0,6 x BB (kg)
-       Hipernatremia
Jika kadar natrium > 160 mg/L maka akan timbul gejala berupa
perubahanmental, letargi, kejang, koma, lemah. Hipernatremi dapat disebabkan
olehkehilangan cairan (diare, muntah, diuresis, diabetes insipidus,
keringatberlebihan), asupan air kurang, asupan natrium berlebihan. Terapi
keadaan iniadalah penggantian cairan dengan 5% dekstrose dalam air sebanyak
{(X-140) xBB x 0,6}: 140.
-       Hipokalemia
Jika kadar kalium < 3 mEq/L. Dapat terjadi akibat dari redistribusi akut kaliumdari
cairan ekstraselular ke intraselular atau dari pengurangan kronis kadar
totalkalium tubuh. Tanda dan gejala hipokalemia dapat berupa disritmik
jantung,perubahan EKG (QRS segmen melebar, ST segmen depresi, hipotensi
postural,kelemahan otot skeletal, poliuria, intoleransi glukosa. Terapi hipokalemia
dapatberupa koreksi faktor presipitasi (alkalosis, hipomagnesemia, obat-obatan),
infuspotasium klorida sampai 10 mEq/jam (untuk mild hipokalemia ;>2 mEq/L)
atauinfus potasium klorida sampai 40 mEq/jam dengan monitoring oleh EKG
(untukhipokalemia berat;<2mEq/L disertai perubahan EKG, kelemahan otot
yanghebat).Rumus untuk menghitung defisit kalium:
K = K1 – K0 x 0,25 x BB
Keterangan :
K = kalium yang dibutuhkan
K1 = serum kalium yang diinginkan
K0 = serum kalium yang terukur
BB = berat badan (kg)
-       Hiperkalemia
Terjadi jika kadar kalium > 5 mEq/L, sering terjadi karena insufisiensi renal
atauobat yang membatasi ekskresi kalium (NSAIDs, ACE-inhibitor,
siklosporin,diuretik). Tanda dan gejalanya terutama melibatkan susunan saraf
pusat(parestesia, kelemahan otot) dan sistem kardiovaskular (disritmik,
perubahanEKG). Terapi untuk hiperkalemia dapat berupa intravena kalsium
klorida 10%dalam 10 menit, sodium bikarbonat 50-100 mEq dalam 5-10 menit,
atau diuretik,hemodialisis.

1)    Perubahan komposisi


-       Asidosis respiratorik (pH< 3,75 dan PaCO2> 45 mmHg)
Kondisi ini berhubungan dengan retensi CO 2 secara sekunder untuk
menurunkanventilasi alveolar pada pasien bedah. Kejadian akut merupakan
akibat dariventilasi yang tidak adekuat termasuk obstruksi jalan nafas,
atelektasis,pneumonia, efusi pleura, nyeri dari insisi abdomen atas, distensi
abdomen danpenggunaan narkose yang berlebihan. Manajemennya melibatkan
koreksi yangadekuat dari defek pulmonal, intubasi endotrakeal, dan ventilasi
mekanis bilaperlu. Perhatian yang ketat terhadap higiene trakeobronkial saat
post operatif adalah sangat penting.
-       Alkalosis respiratorik (pH> 7,45 dan PaCO 2 < 35 mmHg)
Kondisi ini disebabkan ketakutan, nyeri, hipoksia, cedera SSP, dan ventilasi
yangdibantu.Pada fase akut, konsentrasi bikarbonat serum normal, dan
alkalosisterjadi sebagai hasil dari penurunan PaCO 2 yang cepat. Terapi ditujukan
untukmengkoreksi masalah yang mendasari termasuk sedasi yang sesuai,
analgesia,penggunaan yang tepat dari ventilator mekanik, dan koreksi defisit
potasium yangterjadi.
-       Asidosis metabolik (pH<7,35 dan bikarbonat <21 mEq/L)
Kondisi ini disebabkan oleh retensi atau penambahan asam atau
kehilanganbikarbonat.Penyebab yang paling umum termasuk gagal ginjal, diare,
fistula ususkecil, diabetik ketoasidosis, dan asidosis laktat.Kompensasi awal
yang terjadiadalah peningkatan ventilasi dan depresi PaCO2.Penyebab paling
umum adalahsyok, diabetik ketoasidosis, kelaparan, aspirin yang berlebihan dan
keracunanmetanol.Terapi sebaiknya ditujukan terhadap koreksi kelainan yang
mendasari.
Terapi bikarbonat hanya diperuntukkan bagi penanganan asidosis berat dan
hanyasetelah kompensasi alkalosis respirasi digunakan.
-       Alkalosis metabolik (pH>7,45 dan bikarbonat >27 mEq/L)
Kelainan ini merupakan akibat dari kehilangan asam atau penambahan
bikarbonatdan diperburuk oleh hipokalemia.Masalah yang umum terjadi pada
pasien bedahadalah hipokloremik, hipokalemik akibat defisit volume
ekstraselular.Terapiyang digunakan adalah sodium klorida isotonik dan
penggantian kekuranganpotasium. Koreksi alkalosis harus gradual selama
perode 24 jam denganpengukuran pH, PaCO 2 dan serum elektrolit yang sering.

2.5         KLASIFIKASI CAIRAN DAN ELEKTROLIT

  Dehidrasi
Dehidrasi sering dikategorikan sesuai dengan kadar konsentrasi serum
darinatrium menjadi isonatremik (130-150 mEq/L), hiponatremik (<139
mEq/L) atauhipernatremik (>150 mEq/L). Dehidrasi isonatremik
merupakan yang paling seringterjadi (80%), sedangkan dehidrasi
hipernatremik atau hiponatremik sekitar 5-10% darikasus.
1)    Dehidrasi Isotonis (isonatremik) terjadi ketika kehilangan cairan
hampir samadengan konsentrasi natrium terhadap darah.
Kehilangan cairan dan natrium besarnyarelatif sama dalam
kompartemen intravaskular maupun kompartemen ekstravaskular.
2)    Dehidrasi hipotonis (hiponatremik) terjadi ketika kehilangan cairan
dengankandungan natrium lebih banyak dari darah (kehilangan
cairan hipertonis). Secara garisbesar terjadi kehilangan natrium
yang lebih banyak dibandingkan air yang hilang. Karenakadar
natrium serum rendah, air di kompartemen intravaskular berpindah
kekompartemen ekstravaskular, sehingga menyebabkan
penurunan volume intravaskular.
3)    Dehidrasi hipertonis (hipernatremik) terjadi ketika kehilangan cairan
dengankandungan natrium lebih sedikit dari darah (kehilangan
cairan hipotonis). Secara garisbesar terjadi kehilangan air yang
lebih banyak dibandingkan natrium yang hilang. Karenakadar
natrium tinggi, air di kompartemen ekstraskular berpindah ke
kompartemenintravaskular, sehingga meminimalkan penurunan
volume intravaskular.
2.6         PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1.    Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam – basa dalam darah


dengan menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi
dengan pemeriksaan gas darah menurut ASTRUP (bila
memungkinkan)

2.    Pemeriksaan eletrolit terutama kadar Natrium, Kalium, dan Fofor dalam
serum.

2.7         PENATALAKSANAAN

Asupan dan kehilangan cairan dan elektrolit pada keadaan normal

Homeostasis cairan tubuh yang normalnya diatur oleh ginjal dapat


berubah olehstres akibat operasi, kontrol hormon yang abnormal, atau
pun oleh adanya cedera padaparu-paru, kulit atau traktus gastrointestinal.

Pada keadaan normal, seseorang mengkonsumsi air rata-rata


sebanyak 2000-2500ml per hari, dalam bentuk cairan maupun makanan
padat dengan kehilangan cairan rata-rata 250 ml dari feses, 800-1500 ml
dari urin, dan hampir 600 ml kehilangan cairan yangtidak disadari
(insensible water loss) dari kulit dan paru-paru.

Kepustakaan lain menyebutkan asupan cairan didapat dari


metabolisme oksidatifdari karbohidrat, protein dan lemak yaitu sekitar 250-
300 ml per hari, cairan yang diminum setiap hari sekitar 1100-1400 ml tiap
hari, cairan dari makanan padat sekitar800-1000 ml tiap hari, sedangkan
kehilangan cairan terjadi dari ekskresi urin (rata-rata1500 ml tiap hari, 40-
80 ml per jam untuk orang dewasa dan 0,5 ml/kg untuk pediatrik),kulit
(insensible loss sebanyak rata-rata 6 ml/kg/24 jam pada rata-rata orang
dewasa yang mana volume kehilangan bertambah pada keadaan demam
yaitu 100-150 ml tiapkenaikan suhu tubuh 1 derajat celcius pada suhu
tubuh di atas 37 derajat celcius dansensible loss yang banyaknya
tergantung dari tingkatan dan jenis aktivitas yang dilakukan), paru-paru
(sekitar 400 ml tiap hari dari insensible loss), traktus gastrointestinal (100-
200 ml tiap hari yang dapat meningkat sampai 3-6 L tiap hari jika terdapat
penyakitdi traktus gastrointestinal), third-space loses.

Tabel.2 Rata-rata harian asupan dan kehilangan cairan pada orang


dewasaID GAINS FLUID LOSES

FLUID GAINS FLUID LOSES


Oxidative 300 ml Kidneys 1200-1500 ml
Metabolism Skin 500-600 ml
Oral fluids 1100-1400 ml Lungs 400 ml
Solid foods 800-1000 ml GI tract 100-200 ml
TOTAL 2200-2700 ml TOTAL 2200-2700 ml
2.8         DIAGNOSA KEPERAWATAN

ANALISA DATA

No. Keluhan / Data Etiologi Problem


Data objektif : Diare; kehilangan Ketidakseimbangan
1.    Klien merasa lemah cairan lambung; volume cairan
2.    Klien merasa haus secara diaphoresis; kurang dari
berlebihan polyuria. kebutuhan tubuh

Data subjektif :
1.    Kelemahan
2.    Haus
3.    Penurunan turgor kulit /
penurunan intensitas tidur
4.    Membrane mukosa / kulit
kering
5.    Peningkatan denyut nadi,
penurunan tekanan darah,
penurunan volume / tekanan
nadi
6.    Pengisian vena menurun
7.    Perubahan status mental
8.    Konsentrasi urine meningkat
9.    Temperature tubuh meningkat
10. Hemtokrit tinggi
11. Kehilangan berat badan
seketika

2.1         ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

A.   DATA BIOGRAPI


Nama : Ny.” R ”
TTL : 6 – agustus -1942
Jenis Kelamin : perempuan GOL.darah: O
Pendidikan : SD
Agama : islam
TB/BB : 153 Cm, 42 kg
Penampilan : rapi,bersih ciri-ciri tubuh: rambut
beruban
Alamat : kel: basirih hulu RT/RW: 5 / 3
kec: mentaya hilir selatan
kabupaten: kotawaringin timur
Orang Terdekat : anak
Hubungan : keluarga
Alamat/telp : JL. Mujahidin / 085752xxxx

B. RIWAYAT KEPERAWATAN

1. Genogram

xxxx

keterangan : : laki-laki : garis keturunan


: perempuan ------ : garis serumah
: garis hubungan x : meninggal
: klien

2. Riwayat Keluarga

Aklien adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara.klien berasal dari


keluarga yang tidak berada.orang tua klien sudah meninggal,dan
suami klien sudah meninggal 5 tahun yang lalu.klien tinggal
bersama ke-2 anaknya. orang tua laki-laki klien meninggal karena
hipertensi dan ibu klien meniggal karena sakit.

C. RIWAYAT PEKERJAAN

Pekerjaan saat ini : -

Alamat pekerjaan : -

Jarak dari rumah : -

Alat transportasi : -

Jarak dari rumah : 4000 km

Alat transportasi : jalan kaki

Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan


: untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dipenuhi oleh anak klien
dan klien tinggal bersama anaknya.

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP

Type tempat tinggal : kayu


Jenis lantai rumah : kayu
Kondisi lantai : kering
Tangga rumah : tidak ada
Penerangan : cukup
Tempat tidur : tidak aman
Alat dapur : tertata rapi
WC : ada (tidak aman, lantai licin tidak ada
pegangan)
Kebersihan lingkungan : bersih (tidak ada barang yang
membahayakan)
Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : 7 orang
Derajat privasi : klien merasa cukup dihargai dirumah
Tetangga terdekat : ny “ S ” hubungan : keluarga
Alamat/tlfn : jl. Mujahidin / 085349xxxx
E.RIWAYAT REKREASI
Hobby/minat : klien suka memasak dan membuat kue
Keanggotaan Organisasi : Tidak Ada
Liburan/perjalanan : klien lebih sering berdiam diri dirumah
dan jarang melakukan refresing
F. SISTEM PENDUKUNG
Perawat : disekitar rumah klien tnggal salah seorang tenaga kesehatan
puskesmas
Jarak dari rumah : 1000 km
Klinik : 5000 km
Pelayanan kesehatan dirumah : tidak ada
Makanan yang dihantarkan : tidak ada
Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga : tidak ada
Lainnya : klien masih mampu melakukan aktivitas sehari – hari secara
mandiri

G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN

Kebiasaan ritual : klien shalat 5 waktu dan menjalankan puasa


ramadhan

H. STATUS KESEHATAN
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : klien mengatakan
sering mengeluh pusing dan kurang nafsu makan
Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : klien mengatakan
pernah mengalami diare.
Keluhan utama : diare
1. Provocative :
2. Quality/quantity:
3. Region :
4. Severity scale :
5. Timing :
Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan :
Obat – obatan :

No Nama obat Dosis Keterangan


.
1. NEO ENTROSTOP 2X1 Obat anti diare

Alergi (catatan agent dan reaksi spesifik)


Obat-obatan : tidak ada
Makanan : tidak ada
Factor lingkungan : tidak ada
Penyakit yang diderita
Hipetensi, lainnya : batuk,pilek,demam ,panas sakit kepala

I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)

Indeks KATZ :A/B/C/D/E/F/G


Oksigenasi : klien tidak menggunakan O2
Cairan & elektrolit : air putih 1800 ml
Nutrisi : klien makan 3x sehari
Eliminasi : klien BAB 5x/ hari, BAK 3X
Aktivitas : klien dapat beraktivitas dengan baik
Istirahat & tidur : klien tidur ± 6 – 7 jam
Seksual : klien tidak berkeinginan lagi untuk melakukan
hubungan suamiIstri
Rekreasi : klien jarang rekreasi dan sering dirumah

J. PSIKOLOGI, KOGNITIF, DAN PERSEPTUAL

Konsep diri : baik


Emosi : stabil
Adaptasi : klien dapat beradaptasi dengan keluarga dan
tetangga
Mekanisme pertahanan diri: klien dapat mempertahankan diri dengan
baik
Status mental
Tingkat kesadaran : compos mentis
Afasia : tidak
Dimensia : tidak
Orientasi : normal
Bicara : normal
Bahasa yang digunakan:bahasa banjar
Kemampuan membaca : bisa
Kemampuan interaksi : sesuai
Vertigo : tidak
Short portable mental status quetionaire (SPMSQ) : 0 – 2
fungsi menta utuh

Mini – mental state exam (MMSQ) :0 – 2 kesalahan :


baik
Geriatrik depresion scale :skor 5 – 9
=kemungkinan depresi
Apgar : rendah

K. TINJAUAN SISTEM

Keadaan umum : baik


Tingkat kesadaran : compos mentis
Tanda- tanda vital : TD : 110/80 mmHg NADI : 88
x/m
RR : 20 x/m SUHU : 36,5
0
C
TB : 153 cm BB : 42 kg

PENGKAJIAN PERSISTEM
PERNAFASAN (B1 : BREATHING)
1. bentuk dada

Simetris funne chestl

asimetris pigeons chest


barrel chest

2. sekresi dan batuk

batuk: ya tidak

sputum: ya tidak

warna :
nyeri waktu bernafas : tidak

3. pola nafas
a. frekwensi nafas : 20 x/ menit : regular
4. bunyi nafas
a. normal
vasikuer disemua lapangan dada

bronchial di manubrium sternum

broncho vesikuler di intracosta 2 dipercabanga bronchus


5. pergerakan dada : intercostal
6. tractil fremitis / fremitus vocal : tidak meningkat dan tidak menurun
7. alat bantu pernafasan : tidak ada
CARDIOVASCULAR (B2 : BLEEDING)
1. Nadi


frekuensi : 88 x/menit

regular kuat

irregular lemah

2. Bunyi jantung

Normal

Tambahan Ada Tidak,jelaskan


3.Letak jantung

ictus cordis teraba pada

4. Pembesaran jantung


Ya Tidak

5.Nyeri Dada

Ya Tidak

6.Edema
Palpebra anasarka ekstremitasatas

asites tidak ada ekstremitas bawah

7. Clubbing Finger

Ya Tidak

PERSARAFAN (B3: Brain)

Tingkat Kesadaran:

compos mentis apatis samnolen sopor


koma
1. GCS:
Eye: 4 Verbal: 5 Motorik: 6
Total GCS: 15
2. Refleks

Normal parese hemi parese

Babinsky paraplegi tetraplegia

3.koodinasi gerak : ya tidak

4. kejang : ya tidak
5.lain-lain :
PENGINDERAAN (persepsi sensori)
1. Mata (penglihatan)

a. Bentuk

Normal enoftalmus
eksoptalmus lain
b. visus
c. pupil
iskor unisokor refleks cahaya
miosis midriasis positif negative
d. Gerak bola mata :

normal menyempit

e. Medan penglihatan:
f. Buta warna :

Ya,jenis tidak

g. Tekanan Intra Okuler :

meningkat tidak

2. Hidung (Penciuman)
a. bentuk : normal denasi

b. gangguanpenciuman : ya tidak

3. Telinga (Pendengaran)

a. aurikel : normal anomaly keterangan


b. membrane tympani
terang keruh kemerahan
intake perforasi
c. otorrhoea
ya,jenis

d. gang guan pendengaran : ya tidak

e. tinnitus : ya tidak

4. perasa

normal tremor parese lain-lain,sebutkan

5. peraba

normal kelainan,sebutkan

PERKEMIHAN – ELIMINASI URI (B4 : BLADDER)


masalah kandung kemih

tidak ada masalah menetes incosntinensia

oliguria nyeri retensi


polyuria panas hematuria
dysuria sering nokturia
pasang kateter sistostomi nokturia
produksi urine: 1800 ml/hari frekuensi : 5x/hari
warna : kuning bau : amoniak
PENCERNAAN ELIMINASI ALVI( B5: BOWEL)
1. Mulut dan tengorokan
a.mulut
selaput lendir mulut

lembab merah stomatitis

b. lidah
hiperemik kotor lain lain
c. kebersihan rongga mulut
tidak berbau berbau gigi bersih gigi kotor
d. tenggorokan
sakit menelan/ nyeri menelan
sulit menelan lain-lain
e. abdomen
kenyal tegang kembung
nyeri tekan, lokasi

benjolan, lokasi

f. pembasaran hepar : ya tidak


g. pembesaran lien : ya tidak

h. asites : ya tidak

i. lain-lain

2.masalah usus besar dan rectum / anus

BAB :5X/hari

tidak ada masalah diare menelan

konstipasi faeses berdarah colostomy

inkontinensia feses berlendir wasir lain-lain

obat pencahar : ya tidak


lavamen : ya tidak

OTOT, TULANG DAN INTEGUMEN (B6: BONE)

1. otot dan tulang


kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai (ROM)

bebas terbatas

kemampuan kekuatan otot

tidak ya lokasi

dislokasi

tidak ya lokasi

haematom

tidak ya lokasi

2. integument
warna kulit : akral:

ikterik hangat

seasonik panas
pucat dingin kering
kemerahan dingin basah
hyperpigmentasi
turgor : elastic tidak elastic
tulang belakang
lordosi: kiposis: scoliosis: lain-lain ,sebutkan

REPRODUKSI
laki-laki :
kelamin bentuk : normal tidak normal,keterangan
kebersihan alat kelamin : bersih kotor keterangan
perempuan
payudara
bentuk : simetris asimetris
benjolan : ya tidak
kelamin
bentuk : normal tidak
keputihan : ada tidak keterangan
siklus haid 28 hari

ENDOKRIN

1. factor alergi

ya tidak
manifestasi :…………
cara mengatasi :…………
2.kelainan endokrin
tidak ada kelainan pada endokrin

PENGETAHUAN
pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya :
klien saat merasa sakit langsung kepuskesmas diantar keluarganya
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)

PENILAIAN UNTUK MENGETAHUI FUNGSI INTELEKTUAL LANSIA

Nama klien : Ny.”R” Tanggal : 29 – maret - 2012

Jenis Kelamin : perempuan Umur : 70 tahun

Agama : islam Suku : banjar

Alamat : kel: basirih hulu

Pewawancara :

SKOR NO Pertanyaan Jawaban


+ -
1. Tanggal berapa hari ini ? 29 maret 2012
2. Hari apa sekarang ini? Kamis
3. Apa nama tempat ini? Rumah
4. Dimana alamat anda? Jl. sarigading
5. Berapa umur anda? 72 tahun
6. Kapan anda lahir? ?
7. Siapa nama presiden Indonesia SBY
sekarang?
8. Siapa presiden sebelumnya? Mega wati
9. Siapa nama kecil ibu anda? Siti halimah
10. Kurang 3 dari 20 dan tetap 15 – 5= 10
pengurangan 3 dari setiap angka 25 - 5 =10
baru,semua secara menurun! 21 - 5 = 16
Nama klien : Ny.”R”

No.Reg :

Ruang :

MINI MENTAL SKORE

NO PERTANYAAN BENAR SALAH


1. Tanggal berapa hari ini? (dd/mm/hh) √
2. Hari apa hari ini? √
3. Apakah nama tempat ini? √
4. Berapa no.telp,bila tidak ada,no. rumah √
/jalan
5. Berapakah usia anda? √
6. Kapan anda lahir? (tanggal/bulan/tahun) -
7. Siapa nama presiden Indonesia sekarang? √
8. Siapa nama presiden sebelumnya? -
9. Siapa nama ibumu sebelum menikah? √
10. 20 dikurang 3 dan seterunya? √
JUMLAH KESALAHAN

0-2 Kesalahan : Baik

3-4 kesalahan :Gangguan Intelektual Ringan

5-7 kesalahan : Gangguan Intelektual Sedang

8-10 kesalahan : Gangguan Intelektual Berat

HASIL :0 – 2 kesalahan : baik

Nama klien :Ny.”R”


No. Reg :

Ruang :

INDEKS KATZ ( AKS)

Katz A Mandiri dalam :


1. Mandi
2. Berpakaian
3. Ke Toilet,
4. Berpindah
5. Kontinen BAK/BAB
6. Makan
Katz B Mandiri, untuk 5 fungsi diatas
Katz C Mandiri,kecuali mandi
Katz D Mandri, kecuali mandi, Berpakaian,& 1 fungsi diatas
Katz E Mandri, kecuali mandi, Berpakaian,Ke Toilet & 1
fungsi diatas
Katz F Mandri, kecuali mandi, Berpakaian,Ke Toilet,
Berpindah& 1 fungsi diatas
Katz G Ketergantungan untuk semua 6 fungsi diatas
Nama Klien : Ny.”R”

No. Reg :

Ruang :

GERIATRIC DEPRESSION SCALE (SKALA


DEPRESI)

NO PERTANYAAN JAWABAN
1. APAKAH ANDA SEBENARNYA PUAS TIDAK √
DENGAN KEHIDUPAN ANDA?
2. APAKAH ANDA TELAH MENINGGALKAN √ YA
BANYAK KEGIATAN DAN MINAT /
KESENANGAN ANDA?
3. APAKAH ANDA MERASA KEHIDUPAN ANDA √ YA
KOSONG?
4. APAKAH ANDA MERASA SERING BOSAN? √ YA
5. APAKAH ANDA MEMPUNYAI SEMANGAT TIDAK √
YANG BAIK SETIAP SAAT?
6. APAKAH ANDA MERASA TAKUT SESUATU √ YA
YANG BURUK AKAN TERJADI PADA ANDA?
7. APAKAH ANDA MERASA BAHAGIA UNTUK TIDAK √
SEBAGIAN BESAR HIDUP ANDA?
8. APAKAH ANDA MERASA SERING TIDAK √ YA
BERDAYA?
9. APAKAH ANDA LEBIH SERING DIRUMAH YA
DARI PADA PERGI KELUAR DAN
MENGERJAKAN SESUATU HAL YANG BARU?
10. APAKAH ANDA MERASA MEMPUNYAI √ YA
BANYAK MASALAH DENGAN DAYA INGAT
ANDA DIBANDINGKAN KEBANYAKAN
ORANG?
11. APAKAH ANDA PIKIR BAHWA HIDUP ANDA TIDAK√
SEKARANG MENYENANGKAN?
12. APAKAH ANDA ME RASA TIDAK BERHARGA √ YA
SEPERTI PERASAAN ANDA SAAT INI?
13. APAKAH ANDA MERASA PENUH TIDAK√
SEMANGAT?
14. APAKAH ANDA MERASA BAHWA KEADAAN √ YA
ANDA TIDAK ADA HARAPAN?
15. APAKAH ANDA PIKIR BAHWA ORANG LAIN √ YA
LEBIH BAIK KEADAANNYA DARI PADA
ANDA?

*) SETIAP JAWABAN YANG SESUAI MERUPAKAN SKOR “ 1”


( SATU)KETERANGAN :

SKOR 5-9 : KEMUNGKINANA DEPRESI

SKOR 10 ATAU LEBIH : DEPRESI

HASIL : skor 5 – 9 = kemungkinan depresi

Nama klien :Ny.”R”

No.Reg :

Ruang :

SKORE NORTON

NO KEADAAN PASIEN SKOR


1. KONDISI FISIK UMUM
       Baik 4 √
       Lumayan 3
       Buruk 2
       Sangat Buruk 1
2. KESADARAN
       Komposmentis 4 √
       Apatis 3
       Konfus/spoor 2
       Stupor/koma 1
3. AKTIVITAS
       Ambualan 4 √
       Ambualan dengan bantuan 3
       Hanya bisa duduk 2
       Tiduran 1
4. MOBILITAS
       Bergerak bebas 4 √
       Sedikit terbatas 3
       Sangat terbatas 2
       Tiduran 1
5. INKONTINENSIA
       Tida ada 4
       Kadang-kadang 3 √
       Sering inkontinensia urine 2
       Inkontinensia alvi dan urine 1

KATEORI SKOR

16-20 : kecil sekali /tidak terjadi

12-15 :kemungkinan terjadi kecil

< 12 :kemungkinan besar terjadi

HASIL : 19, kecil sekali / tidak terjadi


Nama klien :Ny.”R”

No. Reg :

Ruang :

APGAR

N URAIAN FUNGSI SKORE


O
1 Saya puas bahwa saya dapat kembali kepada Adaptation 2
keluarga (teman-teman) saya untuk membantu
pada waktu sesuatu menyusahkan saya
2 Saya puas dengan cara keluarga saya (teman- Partnershi 1
teman) saya membicarakan sesuatu dengan p
saya dan mengungkapkan masalah dengan saya
3. Saya puas bahwa keluarga (temen-temen) saya Growth 2
menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas atau arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga (temen-temen) Affection 1
saya mengekspresikan afek dan berespons
terhadap emosi-emosi saya, seperti marah, sedih
atau mencintai
5. Saya puas dengan cara temen-temen saya dan Resolve 2
saya menyediakan waktu bersama-sama
Penilaian Total 8
Peryataan-peryataan yang dijawab :
         selalu : skore 2
         kadang-kadang :skore 1
         hampir tidak pernah :skore 0
>3 = tinggi
4-6= menengah / sedang
7-10= rendah
ANALISA DATA

No. Keluhan / Data Etiologi Problem


1. DO : Klien mengatakan, “Saya berak cair Diare Ketidakseimbangan
terus – menerus kurang lebih 5x hari ini.” volume cairan
kurang dar
DS : kebutuhan tubuh
1.    k/u lemah
2.    Klien nampak haus
3.    Membrane mukosa kering
4.    TTV :
TD = 110/80 mmHg RR = 20 x/m
S = 36,5 oC N = 88 x/m
5.    BB sebelum sakit = 45 kg
6.    BB sesudah sakit = 42 kg
7.    TB = 153 cm
8.    Minum = 1800 ml/hari
9.    BAB = 5x/hari

I.              PRIORITAS MASALAH


1.    Ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh
II.            DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.    Ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan diare.

RENCANA KEPERAWATAN

Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1.        1 Setelah dilakukan Mandiri :
tindakan 1.    Pantau masukan dan 1.    Dengan pemantauan
keperawatan selama haluaran tersebut dapat dievaluasi
1 x 24 jam keaktifan terapi.
diharapkan cairan
dalam tubuh klien
terpenuhi dengan
criteria hasil :
1.    Mempertahankan
urine output sesuai
dengan usia dan
berat badan, berat 2.    Perubahan tekanan darah
jenis urine normal, 2.    Pantau tanda vital dan nadi dapat
hematokrit normal. digunakan perkiraan
2.    Tanda – tanda vital kasar darah atau
dalam batas normal menunjukkan perubahan
3.    Tidak ada tanda – pada klien.
tanda dehidrasi,
elastisitas turgor kulit
baik, membrane
mukosa lembab, 3.    Untuk mengetahui sedini
tidak ada rasa haus 3.    Monitor adanya tanda – mungkin seandainya
yang berlebihan. tanda dehidrasi. terjadi dehidrasi.

4.    Menyeimbangkan output


4.    Anjurkan untuk minum ± yang berlebihan.
1500 – 2500 ml / hari.

5.    Agar klien menjadi lebih


5.    Dorong keluarga untuk nyaman dengan adanya
membantu klien makan. keluarga yang
memperhatikan
nutrisinya.
6.    Tawarkan snack (jus 6. /     Agar klien merasa tertarik
buah – buahan segar) dan memakannya
atau makanan maupun meminumnya
kesukaannya. dengan harapan dapat
membantu kebutuhan
nutrisinya.
Kolaborasi :
7.    Pertahankan cairan 7.    Mengetahui apakah
parenteral dan elektrolit. cairan tersebut masuk ke
dalam tubuh secara
periodic agar tidak terjadi
diare misalnya.

IMPLEMENTASI

No Dx.
Implementasi Evaluasi
. Kep.
1.   1 S = Klien mengatakan, “Saya
1. 1.    Memantau masukan dan haluaran berak cair terus – menerus
Hasil : kurang lebih 5x hari ini.”
Intake :
     Minum = ± 1800 ml/hari O=
Output : 1.    k/u lemah
     BAB = ± 800 ml/hari 2.    Klien nampak haus
     IWL = 3.
±     Membrane mukosa kering
630 ml/hari + 4.    TTV :
= ± 1430 ml/hr TD = 110/80 mmHg
BC : I – O = 1800 – 1430 RR = 20 x/m
= + 270 ml/hari S = 36,5 oC
N = 88 x/m
2.    Memantau tanda vital 5.    BB sebelum sakit = 45 kg
Hasil : 6.    BB sesudah sakit = 42 kg
TTV : 7.    TB = 153 cm
TD = 110/80 mmHg 8.    Minum = ± 1800 ml/hari
RR = 20 x/m 9.    BAB = 5x/hari
S = 36,5 oC 10. IWL = 630 ml/hari
N = 88 x/m
A = Masalah keperawatan
ketidakseimbangan volume
3.    Monitor adanya tanda – tanda dehidrasi. cairan kurang dari kebutuhan
Hasil : klien nampak haus, membrane tubuh belum teratasi.
mukosa kering.

4.    Menganjurkan untuk minum ± 1500 –


2500 ml / hari. P = Lanjutkan intervensi :
Hasil : minum = ± 1800 ml/hari Mandiri :
1.    Monitor masukan dan haluaran
5.    Mendorong keluarga untuk membantu 2.    Monitor tanda vital
klien makan. 3.    Observasi adanya tanda –
Hasil : keluarga klien tidak ada yang tanda dehidrasi.
membantu klien makan. 4.    Evaluasi jumlah minum klien
antara ± 1500 – 2500 ml / hari.
6.    Tawarkan snack (jus / buah – buahan Kolaborasi :
segar) atau makanan kesukaannya. 5.    Evaluasi cairan parenteral dan
Hasil : klien makan – makanan yang telah elektrolit.
disediakan anaknya.

7.    Mempertahankan cairan parenteral dan


elektrolit.
Hasil : klien sering minum air putih atau air
teh.

BAB III

PENUTUP

1.1       KESIMPULAN
Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, persentasenya dapat
berubahtergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas seseorang.
Pada bayi usia< 1tahun cairan tubuh adalah sekitar 80-85% berat badan dan
pada bayi usia > 1 tahunmengandung air sebanyak 70-75 %. Seiring dengan
pertumbuhan seseorang persentasejumlah cairan terhadap berat badan
berangsur-angsur turun yaitu pada laki-laki dewasa50-60% berat badan,
sedangkan pada wanita dewasa 50 % berat badan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Pandey CK, Singh RB. Fluid and electrolyte disorders. Indian J.Anaesh.

2003;47(5):380-387.

2. Kaswiyan U. Terapi cairan perioperatif. Bagian Anestesiologi dan Reanimasi.

Fakultas KEdokteran Unpad/ RS. Hasan Sadikin. 2000.

3. Holte K, Kehlet H. Compensatory fluid administration for preoperative


dehydrationdoes

it improve outcome? Acta Anaesthesiol Scand. 2002; 46: 1089-93

4. Keane PW, Murray PF. Intravenous fluids in minor surgery. Their effect on
recovery

from anaesthesia. 1986; 41: 635-7.

5. Heitz U, Horne MM. Fluid, electrolyte and acid base balance. 5 th ed. Missouri:

Elsevier-mosby; 2005.p3-227

6. Guyton AC, Hall JE.Textbook of medical physiology. 9 th ed. Pennsylvania:


W.B.

saunders company; 1997: 375-393

7. Latief AS, dkk. Petunjuk praktis anestesiologi: terapi cairan pada


pembedahan. Ed.

Kedua. Bagian anestesiologi dan terapi intensif, FKUI. 2002


8. Mayer H, Follin SA. Fluid and electrolyte made incredibly easy. 2 nd ed.
Pennsylvania:

Springhouse; 2002:3-189.

9. Schwartz SI, ed. Principles of surgery companion handbook. 7 th ed. New york:

McGraw-Hill; 1999:53-70.

10. Silbernagl F, Lang F. Color atlas of pathophysiology. Stuttgart: Thieme; 2000:


122-3.

11. Lyon Lee. Fluid and Electrolyte Therapy. Oklahoma State University - Center
for

Veterinary Health. 2006. (Diakses tanggal 29 September2007). Tersedia dari:

http://member.tripod.com/~lyser/ivfs.htm

12. Leksana E. Terapi cairan dan elektrolit. Smf/bagian anestesi dan terapi
intensif FK

Undip: Semarang; 2004: 1-60.

13. Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK. Handbook of clinical anesthesia. 5th ed.

Philadelphia: Lippincot williams and wilkins; 2006: 74-97.

14. Sunatrio S. Resusitasi cairan. Jakarta: Media aesculapius;2000:1-58.

15. Ellsbury DL, George CS. Dehydration. eMed J [serial online] 2006 Mar
[dikutip 6

Okt 2007]. Tersedia dari: URL: http://www.emedicine.com/CHILD/topic925.htm.

16. Fakultas Kedokteran Unpad. Protokol Tindakan Bedah. Bandung. 2003


17. Grsaber MA. Terapi cairan, elektrolit dan metabolik. Ed.2. Farmedia; 2003:
17-40.

Diposkan 31st March 2012 oleh Inka Februaria

Tambahkan komentar

3.

Mar

31

ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN ISTIRAHAT DAN TIDUR
PADA LANSIA (kelompok9)
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN ISTIRAHAT DAN TIDUR PADA LANSIA

DI SUSUN OLEH :

AHMAD RIZKI FAUJI

RISTI WULANDARI

SITI ROHANA
YOGA ADI SAPUTRA

MOHAMAD ARIFIN

AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

Tahun 2012

SAMPIT

KATA PENGANTAR

               Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmad dan
hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah
pengetahuan bagi mahasiswa/I Akper Pemkab Kotim maupun para pembaca
untuk bidang Ilmu Pengetahuan.

               Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari
dosen mata kuliah keperawatan Gerontik  dengan judul Asuhan Keperawatan
Kebutuhan Istirahat dan Tidur  . Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha
menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif
dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.

               Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan


yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
               Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
kita semua. Amin.

Sampit,       Maret 2012

Penulis
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR ..................................................................................
.....................      i

DAFTAR
ISI ..............................................................................................
.......................     ii

BAB    I      PENDAHULUAN

                   1.1  Latar


Belakang.......................................................................................
..     1

                   1.2  Tujuan


Penulisan .....................................................................................
1

                   1.3  Rumusan


Masalah....................................................................................    
1

                   1.4  Metode


Penulisan.....................................................................................
2

                   1.5  Sistematika


Penulisan...............................................................................     2

BAB    II     PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Istirahat dan


Tidur ...................................................................     3
2.2 Mekanisme
Tidur..............................................................................
........     3

2.3 Tahap – Tahap


Tidur..............................................................................
...     3

2.4 Kegunaan
Tidur..............................................................................
..........     4

2.5 Kebutuhan Tidur Rata – Rata


Perhari........................................................     4

2.6 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tidur  ............................


................     6

2.7 Masalah – masalah Yang Terjadi Saat


Tidur..............................................     6

2.8  askep
pengkajian.......................................................................
..........     8

      

BAB   III   PENUTUP

3.1
KESIMPULAN .................................................................
.....................   11

3.2
SARAN ........................................................................
...........................   11

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Pada dasarnya istirahat adalah suatu kondisi yang tenang, rileks


tanpa ada stres emosional, bebas dari kecemasan. Namun tidak berarti
tidak melakukan aktivitas apa pun, duduk santai di kursi empuk atau
berbaring di atas tempat tidur juga merupakan bentuk istirahat. Sebagai
pembanding, klien/orang sakit tidak beraktifitas tapi mereka sulit
mendapatkan istirahat begitu pula dengan mahasiswa yang selesai ujian
merasa melakukan istirahat dengan jalan-jalan. Oleh karena itu perawat
dalam hal ini berperan dalam  menyiapkan lingkungan  atau suasana yang
nyaman untuk beristirahat  bagi klien/pasien.

Sedangkan Tidur merupakan suatu keadaan perilaku individu yang


relatif tenang disertai peningkatan ambang rangsangan  yang tinggi
terhadap  stimulus dari luar. Keadaan ini bersifat teratur, silih berganti
dengan keadaan terjaga(bangun), dan mudah dibangunkan, (Hartman).
Pendapat lain juga menyebutkan bahwa tidur merupakan  suatu keadaan
istirahat yang terjadi dalam suatu waktu tertentu, berkurangnya kesadaran
membantu memperbaiki sistem tubuh/memulihkan energi. Juga tidur
sebagai fenomena di mana terdapat periode tidak sadar yang disertai
perilaku fisik psikis yang berbeda dengan keadaan terjaga.

Oleh karena itu, penulis akan membahas tentang Pemenuhan


Kebutuhan Istirahat dan Tidur secara lebih lengkap lagi pada makalah ini.

                       

1.2  Tujuan Penulisan

Penulis membuat makalah ini untuk memenuhi tugas dari dosen mata
kuliah Keperawatan Gerontik serta memberikan  informasi dan ilmu
pengetahuan tentang Pemenuhan Kebutuhan Istirahat dan Tidur.

1.3  Rumusan Masalah

1.    Apa yang dimaksud istirahat?

2.    Apa yang dimaksud tidur ?


3.    Bagaimana mekanisme tidur ?

4.    Apa saja tahap-tahap dalam tidur ?

5.    Apa kegunaan tidur ?

6.    Bagaimana kebutuhan rata-rata tidur perhari ?

7.    Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tidur ?

8.    Apa saja masalah yang terjadi pada saat tidur ?

1.4  Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode


kepustakaan dan mengutip dari sumber-sumber yang dapat dibuktikan
kebenarannya.

1.5  Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini yaitu Kata Pengantar, Daftar Isi,


Bab I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah,
Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II
Pembahasan. Bab III Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran. Daftar
Pustaka.
BAB II

PEMBAHASAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

2.1. Pengertian

Istirahat adalah suatu kondisi yang tenang, rileks tanpa ada stres
emosional, bebas dari kecemasan. Namun tidak berarti tidak melakukan
aktivitas apa pun, duduk santai di kursi empuk atau berbaring di atas
tempat tidur juga merupakan bentuk istirahat. Sebagai pembanding,
klien/orang sakit tidak beraktifitas tapi mereka sulit mendapatkan istirahat
begitu pula dengan mahasiswa yang selesai ujian merasa melakukan
istirahat dengan jalan-jalan. Oleh karena itu perawat dalam hal ini
berperan dalam  menyiapkan lingkungan  atau suasana yang nyaman untuk
beristirahat  bagi klien/pasien.

Menurut Narrow (1645-1967) terdapat  enam kondisi seseorang dapat


beristirahat : Merasa segala sesuatu berjalan normal ; Merasa diterima ;
Merasa diri mengerti apa yang sedang berlangsung ; Bebas dari perlukaan
dan ketidak nyamanan ;  Merasa puas telah melakukan aktifitas-aktifitas
yang berguna ;  Mengetahui bahwa mereka akan mendapat pertolongan bila
membutuhkannya.

Tidur merupakan suatu keadaan perilaku individu yang relatif tenang


disertai peningkatan ambang rangsangan  yang tinggi terhadap  stimulus
dari luar. Keadaan ini bersifat teratur, silih berganti dengan keadaan
terjaga(bangun), dan mudah dibangunkan, (Hartman). Pendapat lain juga
menyebutkan bahwa tidur merupakan  suatu keadaan istirahat yang terjadi
dalam suatu waktu tertentu, berkurangnya kesadaran membantu
memperbaiki sistem tubuh/memulihkan energi. Juga tidur sebagai
fenomena di mana terdapat periode tidak sadar yang disertai perilaku fisik
psikis yang berbeda dengan keadaan terjaga.

2.2. Mekanisme Tidur

Teori Chemics : peningkatan CO2 menyebabkan rasa ngantuk.

Teori Vaskuler : penurunan TD di otak yang menyebabkan rasa ngantuk.

Salah satu fungsi kelenjar hipofise sebagai pusat pengaturan tidur.

Para Ahli neurifisiologis : sekresi hormone serotonin yang menyebabkan


rasa ngantuk

Teori Feed Back : Kelemahan sel-sel saraf yang menyebabkan rasa ngantuk

Instink/Naluri

2.3. Tahap – Tahap Tidur


Tanda-tanda menjelang tidur :

·         Suhu badan (SB) menurun

·         Pernapasan melambat

·         Otot2 rileks

·         Menguap.(tanda tubuh beradaptasi akibat pernapasan melambat)

Basic Rest Activity Cycle (BRAC):

NREM (Non Rapid Eye Movement)

“Slow wave sleep”, yang terdiri dari 4 tahap :

§  Tahap I :

o   Mulai saat hilangnya Gel Alpha yang biasa terdapat pada seseorag
yang sedang terjaga.

o   Muncul gel2 yang tidak sinkron, frekuensi bercampuran dan


voltase rendah.

o   Merasa ingin tidur, bila banyak pikiran akan mudah dibangunkan.

o   Merupakan tidur paling dangkal, berlangsung selama beberapa


detik – beberapa menit.

§  Tahap II :

o   Merupakan tidur yang tidak dalam.

o   Muncul gel yang berbentuk seperti spindel dengan voltase lebih
tinggi, runcing2 (Gel K)

o   Berlangsung 5-10 menit.

§  Tahap III :

o   Merupakan tidur yang dalam.

o   Muncul gel Deltha, yang  lambat dengan amplitudo besar, tinggi
dan dalam.
o   Biasanya sulit dibangunkan.

o   Berlangsung ± 10 menit

§  Tahap IV :

o   Tidur yang paling dalam.

o   Pada EEG dipenuhi Gel Deltha.

o   Sangat sulit dibangunkan.

o   Terjadi mimpi sehubungan dengan kejadian sehari sebelumnya.

o   Lamanya 5-15 menit

o   Terjadi perubahan fisik :

o   Nadi & pernapasan melambat

o   TD turun

o   Otot-otot sangat rileks

o   Basal metabolisme dan SB menurun

REM (Rapid Eye Movement)

“Paradoksical sleep”- sebagai puncak Tidur :

§  Sangat sulit dibangunkan.

§  Pada orang dewasa tahap ini 20-25% dari tidur malam, bila seseorang
terbangun pada tahap ini mereka dapat mengingat mimpi mereka.

§  Biasanya terjadi 80-100 menit setelah orang tertidur.

§  Semakin lelah seseorang makin cepat mengalami tahap ini .

Karakteristik Tahap REM :

§  Terjadi pada tahap II NREM dan berlangsung selama 5-10 menit.

§  Kembali ke tahap II NREM lagi.


§  Saat perpindahan dari NREM ke REM biasanya terjadi hentakan otak yang
tidak disadari.

§  TD menngkat.

§  Sekresi getah/asam lambung meningkat

§  Basal metabolisme dan SB meningkat

§  Terjadi mimpi yang menyenangkan, bersemangat dan sibuk.

§  Orang yang tidak mengalami periode REM biasanya tidak merasa puas
dengan tidurnya.

§  Orang biasanya mengalami 4-5x masa REM

2.4. Kegunaan Tidur (Delment & Wolman )

§  Beradaptasi  terhadap rangsangan  yang dapat menimbulkan kecemasan.

§  Memperbaiki ingatan.

§  Mempermudah mempelajari sesuatu serta dalam mengatasi masalah-


masalah yang sulit.

§  Relaksasi

2.5. Kebutuhan Tidur Rata – Rata Perhari

Bayi baru lahir : Lama tidur 14-18 jam/hari dengan 50% REM dan  1 siklus
tidur rata-rata 45-60 menit

Bayi(s/d 1 thn) : 1 siklus tidur rata2 12-14 jam/hari dengan  20-30% REM
dan tidur sepanjang malam

Todler(1-3 thn): Lama tidur 11-12 jam/hari dengan   25% REM dan   Tidur
sepanjang malam + tidur siang

Pra sekolah : ± 11 jam/hari dengan 20% REM

Usia sekolah : ± 10 jam/hari dengan  18,5% REM

Usia sekolah : ± 10 jam/hari dengan 18,5% REM


Adolescent : ± 8,5 jam/hari dengan 20% REM

Dewasa muda : 7-8 jam/hari dengan 20-25% REM

Dewasa menengah : ± 7 jam/hari dengan 20% REM dan sering sulit tidur

Dewasa tua  : ± 6 jam/hari dengan  20-25% REM dan sering sulit tidur

2.6. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tidur

1.Umur

Semakin bertambah umur manusia semakin berkurang total waktu


kebutuhan tidur. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan dan fisiologis dari
sel-sel dan organ, pada neonati kebutuhan tidur tinggi karena masih dalam
proses adaptasi dengan lingkungan dari dalam rahim ibu, sedangkan pada
lansia sudah mulai terjadi degenerasi sel dan organ yang mempengaruhi
fungsi dan mekanisme tidur.

2.Penyakit

Hal ini umumnya terjadi pada klien dengan nyeri, kecemasan, dispnea.
Pada kasus penyakit akibat digigit nyamuk tse-tse. Juga pada kasus
tertentu dengan klien gangguan hipertiroid.

3.Motivasi

Niat seseorang untuk tidur mempengaruhi kualitas tidur seperti menonton,


main game atau hal-hal lain yang dapat menyebabkan penundaan waktu
anda untuk tidur.

4.Emosi

Suasana hati, marah, cemas dan stres dapat menyebabkan seseorang tidak
bisa tidur atau mempertahankan tidur.

5.Lingkungan

Lingkungan yang tidak kondusif seperti di dekat bandara atau di tepi jalan-
jalan umum atau di tempat-tempat umum yang menimbulkan kebisingan.

6.Obat – obatan

penggunaan atau ketergantungan pada penggunaan obar-obat tertentu


seperti golongan sedative, hipnotika dan steroid.
7.Makanan dan minuman

Pola dan konsumsi makanan yang mengandung merica, gas/air yang banyak,
pola dan konsumsi minuman yang mengandung kafein ,gas dll.

8.Aktivitas.

Kurang beraktivitas dan atau melakukan aktivitas yang berlebihan justru


akan menyebabkan kesulitan untuk memulai tidur.

2.7. Masalah – Masalah Yang Terjadi Pada Saat Tidur

-          Insomnia, merupakan suatu keadaan di mana seseorang sulit untuk


memulai atau mempertahankan keadaan tidurnya.

-          Narkolepsi, merupakan suatu keadaan tidur di mana seseorang sulit


mempertahankan keadaan terjaga/bangun/sadar. Penderita akan sering
mengantuk hingga dapat tertidur secara tiba-tiba.

-          Somnabulisme atau disebut tidur berjalan.

-          Enuresa atau ngompol

-          Nocturia, merupakan suatu keadaan di mana klien sering terbangun


pada malam hari untuk buang air kecil/BAK.

-          Apnea/tidak bernapas dan Mendengkur.

-          Delirium/Mengigau.

-          Sehubungan dengan gangguan penyakit seperti pain, anxiety dan


dispneu.

-          Nightmares dan  Nightterros (mimpi buruk)

-          Tidur dan stadium penyakit (digigit nyamuk tse-tse)


DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN
KOTAWARINGIN  TIMUR

AKADEMI KEPERAWATAN PEMKAB KOTIM

Jalan Batu Berlian Nomor 11 Telp.(0531)22960/ Fax (0531)22940 Sampit

                                                                                                             Kode


pos : 74322

 
                                                                                  

FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


                                                                                      Tanggal Pengkajian  :
25 Maret 2012

A.   DATA BIOGRAFI

Nama                             : Tn. M

TTL                      : Bandung, 14 maret 1925

Jenis Kelamin       : Laki – laki ,Gol.Darah :O

Pendidikan           : SD

Agama                  : Islam

Status Perkawinan  : Kawin   

TB/BB                  : 165 cm,. 60 kg

Penampilan          :  Bersih dan rapi, Ciri-ciri tubuh : berambut pendek,


berwarna putih, bentuk tubuh bungkuk,berjanggut

Alamat                 : Kel.Kota Besi Hulu  RT/RW 05 /02

                                Kec.Kota Besi ....Telp/HP 085753394881

                                Kabupaten Kotawaringin Timur

Orang Yang Dekat         :Ny. T

Hubungan            : istri

Alamat/ Telpon    : kota besi /082154560570

B.   RIWAYAT KEPERAWATAN

1.      Genogram
 

       Keterangan   :             : Laki – laki                                    


: Garis Keturunan
                                           : Perempuan                      .......        :
Tinggal Serumah

                                           : Garis Hubungan            


: Meninggal

2.      Riwayat Keluarga

..Di dalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit menurun
seperti DM, Hipertensi, Asma Dan menular seperti Hepatitis, TBC dan lain –
lain.

C.RIWAYAT PEKERJAAN         

Pekerjaan saat ini                : tidak ada

Alamat pekerjaan                :  -

Jarak dari rumah                 :  - ......................km/meter*

Alat transportasi                  :  -

Pekerjaan sebelumnya        : PERUN TNI AD

Jarak dari rumah                 : 20 km/meter*

Alat transportasi                  : Tidak ada

Sumber-sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan: sumber –


sumber pendapatan d dapat dari anak dan sudah dapat memenuhi kebutuhan
sehari-hari.

D.RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP

Type tembat tinggal             : Rumah

Jenis lantai rumah               : Keramik


Kondisi lantai                      : Kering       

Tangga rumah                     : Tidak ada          

Penerangan                         :  cukup         

Tempat tidur                       :  aman (pagar pembatas,tidak terlalu tinggi)

Alat dapur                           :  tertata rapi

WC

Ada                                      :   aman (posisi duduk ,ada pegangan )

Kebersihan lingkungan       :  bersih (tidak ada barang membahayakan)

Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah :  6 orang

Derajat privasi : klien, 1 istri, 1 anak, 1 menantu, 2 cucu.

Tetangga Terdekat : ada

Alamat dan Telepon :.kota besi (0851546505670)

E.RIWAYAT REKREASI

Hobby atau Minat : memancing dan memelihara ayam dan bunga

Keanggotaan organisasi : tidak ada

Liburan atau Perjalanan :jalan – jalan ke pantai dan ketempat anak

F.SISTEM PENDUKUNG

Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterafi*  :  ada

Jarak dari rumah                             :  20  km/meter*

Rumah Sakit                                               :  Ada  ,Jarak 5 km

Klinik                                              :  tidak ada            jarak        -        km


Pelayanan Kesehatan Di rumah      :  tidak ada

Makanan yang dihantarkan             :  tidak ada

Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga: tidak ada

Lain-lain

G.DESKRIPSI KEKHUSUSAN

Kebiasaan Ritual     : sholat 5 waktu

Yang lainnya           : Tidak ada

H.STATUS KESEHATAN

Status Kesehatan umum Selama setahun yang lalu: klien pernah menderita
demam,sakit kepala, flu,batuk, maag, dan hernia. Yang sering kambuh yaitu
maag.

Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : klien menderita hernia.

Keluhan Utama: nyeri ulu hati

1.Provocative / Paliative      : imflamasi mukosa lambung

2.Quality/ Quantity             : tertusuk – tusuk  jarum

3.Region                             : Epigastrium

4.Severity Scale                  : skala nyeri 3(0-10)

5.Timing                             : kalau telat makan( kadang-kadang)

Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan : Apabila kambuh klien


minum obat promaag.

Obat-obatan :
NO NAMA OBAT DOSIS KETERANGAN
1.       Paracetamol 500mg Sesudah makan
2.       Promaag 250mg Sebelum makan

Alergi (Catatan Agent dan Reaksi Spesifik)         :

Obat-obatan                        : Tidak ada

Makanan                 : tidak ada

Faktor Lingkungan  : tidak ada

Penyakit yang diderita :

Hipertensi                    Rheumatoid                


Asthma                         Dimensia

Lain-lainnya sebutkan: hernia

I.AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)

Indeks KATZ                      :  A

Oksigenasi                          : kebutuhan oksigenasi klien terpenuhi

Cairan dan Elektrolit                       : klien minum air 1500ml/hari

Nutrisi                                 : klien makan 3x sehari lengkap dengan nasi,


sayur, dan lauk pauknya.

Eliminasi                             : klien BAB 1x sehari dan BAK  >3x sehari

Aktivitas                             : klien hanya dirumah memelihara ayam dan


bunga
Istirahat dan Tidur               : klien siang tidur dari jam 12.00 – 13.00 dan
malam dari jam 20.00 – 04.00. Kwantitas : klien sering terbangun, setiap jam
klien terbangun dan susah untuk memulai tidur lagi.

Personal Hygiene                : 2x sehari

Seksual                               : 1bulan sekali

Rekreasi                              : kepantai dan memancing

J. PSIKOLOGI,KOGNITIF DAN PERSEPTUAL

Konsep Diri                                    : Klien puas dengan keadaan dirinya

Emosi                                  :  terkontrol

Adaptasi                              : klien mampu beradaptasi dengan baik.

Mekanisme Pertahanan diri : Baik

Status mental                       :

Tingkat Kesadaran              :  komposmentis

Afasia                                 :-

Dimensia                             :   tidak

Orientasi                             :   normal     

Bicara                                 :   normal      

Bahasa yang digunakan      : bahasa indonesia, banjar  dan sunda

Kemampuan membaca       :  bisa            

Kemampuan interaksi         :  sesuai          

Vertigo                                :      tidak

Short Porteble Mental Status Questionaire (SPMSQ) = Fungsi mental utuh

Mini – Mental State Exam (MMSE)=  baik nilai kesalahan : 1


Geriatrik Depresion Scale                         = Tidak depresi 
nilai: 4

APGAR                                         =

K.TINJAUAN SISTEM

Keadaan Umum                  : Baik

Tingkat Kesadaran              :Composmentis

Tanda – tanda Vital             : TD   140    /  90   mmHg          Nadi:  80 


x/menit

                                              RR       20  X/menit        Suhu : 36   0c

   TB :  165  cm                     BB:     60   Kg

PENGKAJIAN PERSISTEM

PERNAFASAN (B1: BREATHING)

1.Bentuk dada             : simetris

2.Sekresi dan Batuk     : Tidak ada

3.Pola nafas

Frekwensi Nafas :      20   x/menit

4.Bunyi nafas : Normal

5.Pergerakan dada

Intercostal                    Supra
Clavicula                       Tracheal Tag                Lain lain

Substernal                    Suprasternal                 Flail Chest

6.Tractil Fremitis/Fremitus Vokal


Meningkat        lokasi

Menurun          lokasi

Lain-lain

7.Alat Bantu Pernafasan

Nasal               Bag and Mask              Tracheostomi

Masker             Respirator

CARDIOVASKULER ( B2 : BLEEDING )

1.Nadi

Frekuensi.........80.........................x/menit

Reguler                        Kuat

Irreguler           Lemah

2.Bunyi Jantung

Normal

Tambahan        Ada      Tidak,Jenis..............

3.Letak Jantung

Ictus cordis teraba pada.................

4.Pembesaran Jantung             : Tidak

5.Nyeri Dada               : Tidak

6.Edema :
Palpebra           Anasarka         Ekstrimitas atas

Asites               Tidak Ada        Ekstrimitas bawah

Lainnya.........................

7.Clubbing Finger        : Tidak

PERSYARAFAN (B3 : BRAIN )

Tingkat Kesadaran : Kompos mentis

1.GCS :

Eye :......4........  Verbal :.....6........ Motorik :.5.................

Total GCS : 15

2.Refleks                     : normal

3.Koordinasi Gerak     : Tidak

4.Kejang                      :Tidak

5.Lain-lain..........................................

PENGINDERAAN ( PERSEPSI SENSORI )

1.      Mata ( Penglihatan )

a.       Bentuk       : Normal

b.      Visus.....................

Pupil : isokor

c.       Gerak bola Mata    : normal

d.      Medan Penglihatan : normal

e.       Buta Warna                        : tidak


f.       Tekanan intra okuler : tidak

2.      Hidung (Penciuman )

a.       Bentuk                               :           Normal

b.      Gangguan Penciuman        :           Ya                   

3.      Telinga ( Pendengaran )

a.       Aurikel                              : Normal

b.      Membran tympani             : Terang

c.       Otorrhoea                          : Tidak ada

d.      Gangguan Pendengaran     : Tidak

e.       Tinitus                               : Tidak

4.      Perasa                                      :  normal

5.      Peraba                                      :  normal

PERKEMIHAN – ELIMINASI URI ( B4 : BLADDER )

Masalah Kandung Kemih        : tidak ada masalah

Produksi Urine 700 ml/hari      Frekuensi > 3x /hari

Warna kuning  kecoklatan ,Bau khas amoniak

PENCERNAAN  – ELIMINASI ALVI ( B5 : BOWEL)

1.      Mulut  dan Tenggorokan

a.       Mulut
Selaput Lendir Mulut : lembab

b.      Lidah : bersih                    

c.       Kebersihan Rongga Mulut : Tidak berbau

d.      Tenggorokan                      : tidak ada masalah

e.       Abdomen                           : Nyeri tekan,lokasi epigastrium

f.       Pembesaran hepar              tidak ada

g.       Pembesaran Lien               tidak ada

h.      Asites                                 tidak ada

i.        Lain – lain : tidak ada

2.      Masalah usus besar dan rektum/anus

BAB 1 X/hari

Tidak ada masalah

OTOT,TULANG DAN INTEGUMENT ( B6 : BONE )

1.      Otot dan Tulang

Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai ( ROM )              

Kemampuan kekuatan otot     : Bebas

Fraktur                                                : Tidak ada

Dislokasi                                 : Tidak ada

Haematom                              : Tidak ada

2.      Integumen

Warna Kulit : cokelat                                     

Turgor :Elastik                       
Tulang Belakang         :  kiposis

Akral                          :  hangat

REPRODUKSI

Laki –laki :

Kelamin bentuk                                   : tidak normal,keterangan terjadi


pembesaran pada alat kelamin.

Kebersihan Alat Kelamin         : Bersih

ENDOKRIN

1.      Faktor Alergi : tidak ada

Manifestasi : tidak ada

Cara Mengatasi : tidak ada

2.      Kelainan endokrin: tidak ada masalah.

PENGETAHUAN  :

Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya:

.klien menganggap  bahwa kesehatan dirinya itu sangatlah penting.sehingga


klien rutin melakukan control.
Sampit,   Maret 2012

Mahasiswa yang mengkaji,

...................................
......

NIM.

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM


1. S: saya sering terbangun Ketidak normalan Gangguan rasa
apabila tidur malam status fisiologi nyaman(istirahat
tidur)
O : - ku baik
      - konjungtiva anemis
      - klien setiap 1 jam
bangun        apabila tidur
malam
      -klien tampak lelah
      -klien menguap
      - TD 140/90 mmHg
         N  80 x/ menit
         RR 20x/ menit
        S 36 C
          Kuantitas tidur malam dari
jam 20.00 – 04.00
          Kuantitas tidur siang dari
jam 12.00 – 13.00
           
 

RENCANA KEPERAWATAN

Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1 1 Setelah dilakukan 1.      Lakukan pengkajian 1.      Memberikan informasi
tindakan masalah gangguan dasar dalam menentukan
keperawatan tidur  klien, rencana keperawatan.
diharapkan gangguan karakteristik dan 2.      Mengatur pola tidur.
istirahat tidur tidak penyebab kurang tidur.3.      Meningkatkan tidur.
terjadi,dengan 2.      Lakukan persiapan 4.      Meningkatkan tidur.
criteria hasil: untuk tidur malam 5.      Meningkatkan tidur.
1.      Klien tampak seperti pada jam 9 6.      Meningkatkan tidur.
rileks dan lebih segar malam sesuaidengan 7.      Mengurangi gangguan
2.      Ttv dalam batas pola tidur klien. tidur.
normal 3.      Lakukan mandi air 8.      Mengurangi gangguan
3.      Klien dapat tidur hangat. tidur.
6-8 jam setiap 4.      Anjurkan makan yang9.      Mengurangi gangguan
malam. cukup satu jam sebelum tidur.
tidur. 10.  Mengurangi tidur.
5.      Berikan susu hangat 11.  Meningkatkan pola
sebelum tidur. tidur.
6.      Keadaan tempat
tidur yang nyaman,
bersih dan bantal yang
nyaman.
7.      Bunyi telepon dan
alarm hp di kecilkan.

8.      Berikan pengobatan


seperti analgetik dan
sedative,setengah jam
sebelum tidur.

9.      Lakukan masase pada


daerah belakang, tutup
jendela/pintu jika
perlu.
10.  Tingkatkan aktivitas
sehari – hari dan
kurangi aktivitas
sebellum tidur.
11.  Pengetahuan
kesehatan : jadwal
tidur mengurangi
stress , cemas , dan
latihan relaksasi.

IMPLEMENTASI

No Dx.
Implementasi Evaluasi
. Kep.
1.   1 1.      melakukan pengkajian masalah S : klien mengatakan “saya
1. gangguan tidur  klien, karakteristik dan masih sering terbangun pada
penyebab kurang tidur. malam hari”
Hasil : klien sering terbangun pada O : - : - ku baik
malam hari       - konjungtiva anemis
2.      menganjurkan klien untuk tidur malam       - klien setiap 1 jam
seperti pada jam 9 malam sesuaidengan bangun        apabila tidur
pola tidur klien. malam
Hasil : klien tidur jam 20.00 – 04.00 wib       -klien tampak lelah
3.      anjurkan keluarga klien untuk       -klien menguap
memberikan Keadaan tempat tidur yang       - TD : 140/90 mmHg
nyaman, bersih dan bantal yang nyaman.          N  : 80 x/ menit
Hasil : keluarga klien menuruti anjuran          RR : 20x/ menit
ersebut..         S : 36 C
4.      meningkatkan aktivitas sehari – hari           Kuantitas tidur malam
dan kurangi aktivitas sebellum tidur. dari jam 20.00 – 04.00
Hasil : klien tidak melakukan kegiatan           Kuantitas tidur siang dari
sebelum tidur jam 12.00 – 13.00
. A ; masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
 

BAB III

PENUTUP

A.     KESIMPULAN

Istirahat adalah suatu kondisi yang tenang, rileks tanpa ada tress
emosional, bebas dari kecemasan. Namun tidak berarti tidak
melakukan aktivitas apa pun, duduk santai di kursi empuk atau
berbaring di atas tempat tidur juga merupakan bentuk istirahat.
Sebagai pembanding, klien/orang sakit tidak beraktifitas tapi
mereka sulit mendapatkan istirahat begitu pula dengan
mahasiswa yang selesai ujian merasa melakukan istirahat dengan
jalan-jalan

B.     SARAN

Oleh karena itu perawat dalam hal ini berperan dalam


menyiapkan lingkungan  atau suasana yang nyaman untuk
beristirahat  bagi klien/pasien.
Diposkan 31st March 2012 oleh Inka Februaria

Tambahkan komentar

4.

Mar

31

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


PADA Ny. S DENGAN MASALAH
GANGGUAN SEKSUAL (kelompok7)
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny. S

DENGAN MASALAH GANGGUAN SEKSUAL

KELOMPOK 7:
     ENDAH MURNI

     REZKY FAHRUDINUR RAMADHAN

     TRI NURWAHYUNI

AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTA WARINGIN TIMUR

JL. BATU BERLIAN NO.II TELP. (0531) 22960

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya,
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi mahasiswa/i
akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.

      Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata
kuliah Keperawatan Anak I dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. S
DENGAN MASALAH GANGGUAN SEKSUAL”. Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha
menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun
dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan
banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

            Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Amin.

Sampit,     Maret 2012

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................................      i

KATA PENGANTAR ............................................................................................................      ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................................     iii

BAB   I         PENDAHULUAN

                   1.1   LATAR BELAKANG ...................................................................................     1

                   1.2   TUJUAN PENULISAN ................................................................................     1

                   1.3   RUMUSAN MASALAH................................................................................     2

                   1.4   METODE PENULISAN...............................................................................     2

                   1.5   SISTEMATIKA PENULISAN........................................................................     2

BAB   II        PEMBAHASAN

2.1.. LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY


DENGAN GANGGUAN SEKSUAL

A.  Perubahan anatomik sistem genetalia pada lansia.................     

B.  Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau


dari pembagian tahapan seksual menurut Kaplan..........................      

C.  Di samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali
menyebabkan penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia........

D.  Beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kehidupan sosial               

E.  Upaya mengatasi permasalahan seksual pada lansia............

F.   ............................................................................................................      

G.  PENATALAKSANAAN...........................................................................      

H.  MASALAH KEPERAWATAN..................................................................      

I.    DIAGNOSA KEPERAWATAN.................................................................      

J.   RENCANA KEPERAWATAN..................................................................      


DAFTAR KEPUSTAKAAN

2.2.. LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY


DENGAN GANGGUAN SEKSUAL

PENGKAJIAN............................................................................................    15

ANALISA DATA.........................................................................................    18

RENCANA KEPERAWATAN.......................................................................    19

BAB   III       PENUTUP

3.1  KESIMPULAN ............................................................................................    22

3.2  SARAN .....................................................................................................    22

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang   

Kehidupan seksual merupakan bagian dari kehidupan manusia, sehingga kualitas


kehidupan seksual ikut menentukan kualitas hidup. Hubungan seksual yang sehat adalah
hubungan seksual yang dikehendaki, dapat dinikmati bersama pasangan suami dan istri dan
tidak menimbulkan akibat buruk baik fisik maupun psikis termasuk dalam hal ini pasangan lansia.

Dewasa lanjut (Late adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah lansia adalah periode
dimana seseorang telah mencapai usia  diatas 45 tahun. Pada periode ini masalah seksual
masih mendatangkan pandangan bias terutama pada wanita yang menikah, termasuk
didalamnya aspek sosio-ekonomi. Pada pria lansia masalah terbesar adalah masalah psikis dan
jasmani, sedangkan pada wanita lansia  lebih didominasi oleh perasaan usia tua atau merasa
tua. 
Pada penelitian di negara barat, pandangan bias tersebut jelas terlihat. Penelitian Kinsey
yang mengambil sampel ribuan orang, ternyata hanya mengambil 31 wanita dan 48 pria yang
berusia diatas 65 tahun. Penelitian Masters-Jonhson juga terutama mengambil sampel mereka
yang berusia antara 50-70 tahun, sedang penelitian Hite dengan 1066 sampel hanya
memasukkan 6 orang wanita berusia di atas 70 tahun(Alexander and Allison,1995).

            Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa:

•      Banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas seksual sampai usia yang cukup
lanjut, dan aktifitas tersebut hanya dibatasi oleh status kesehatan dan ketiadaan
pasangan.

•      Aktifitas dan perhatian seksual pasangan suami istri lansia yang sehat berkaitan dengan
pengalaman seksual kedua pasangan tersebut sebelumnya.

•      Mengingat bahwa kemungkinan hidup seorang wanita lebih panjang dari pria, seorang
wanita lansia yang ditinggal mati suaminya akan sulit untuk menemukan pasangan
hidup.

Saat ini jumlah wanita di Indonesia yang memiliki Usia Harapan Hidup (UHH) diatas 45
tahun lebih meningkat dan pada usia tersebut wanita masih berharap dapat melakukan
hubungan seksual secara normal. Karena faktor usia, hubungan seksual pada lansia umumnya
memiliki frekwensi yang relatif rendah, sehingga diperlukan suatu penelaahan tentang masalah
seksual pada lansia.

Fenomena sekarang, tidak semua lansia dapat merasakan kehidupan seksual yang
harmonis. Ada tiga penyebab mengapa kehidupan seksual tidak harmonis. Pertama, komunikasi
seksual diantara pasangan tidak baik. Kedua, pengetahuan seksual tidak benar. Ketiga karena
gangguan fungsi seksual pada salah satu maupun kedua pihak bisa karena perubahan fisiologis
maupun patologis.

Agar kualitas hidup lansia tidak sampai terganggu karena masalah seksual, maka setiap
disfungsi seksual harus segra diatasi dengan cara yang benar dan ilmiah. Yang perlu
diperhatikan dalam penanganan disfungsi seksual ialah pertama kita harus menentukan jenis
disfungsi seksual dengan tepat, mencari penyebabnya, memberikan pengobatan sesuai
penyebab dan untuk memperbaiki fungsi seksual seperti dijelaskan dalam makalah ini.
B.        Tujuan

1.    Tujuan Umum

Mengetahui masalah seksual pada masa usia lanjut

2.    Tujuan Khusus

a.    Mengetahui karakteristik masa usia lanjut

b.    Mengetahui perubahan-perubahan pada masa usia lanjut

c.    Mengetahui masalah seksual pada masa usia lanjut

d.    Mengetahui perubahan seksual pada pria lansia

e.    Mengetahui perubahan seksual pada wanita lansia

f.     Mengetahui cara mengatasi permasalah seksual pada masa usia lanjut

C.        Manfaat

1.    Bagi mahasiswa

Merupakan sumber tambahan informasi dan pengetahuan tentang permasalahan seksual pada
masa usia lanjut sebagai acuan dalam memberikan pelayanan kebidanan pada saat praktik
lapangan.

2.    Bagi institusi dan civitas akademika


Mengukur pengetahuan dan pengalaman mahasiswa dalam menyusun suatu makalah dengan
mengambil dari berbagai sumber literature serta dijadikan sebagai sumber bacaan tambahan di
perpustakaan

D.        Rumusan Masalah

1.    Apa perubahan anatomik sistem genetalia pada lansia?

2.    Apa perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari pembagian
tahapan seksual?

3.    Apa di samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali menyebabkan penurunan
fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia?

4.    Apa beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kehidupan social?

5.    Apa upaya mengatasi permasalahan seksual pada lansia?

E.        Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode deskriptif dengan
menggunakan studi melalui pendekatan proses keperawatan dengan langkah-langkah
pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Tehnik
pengumpulan data yaitu dengan menggunakan studi kepustakaan yaitu mempelajari
Dokumentasi Keperawatan serta sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan judul
makalah dan masalah yang dibahas

F.        Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini yaitu Kata Pengantar, Daftar Isi, Bab I
Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Metode
Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II Pembahasan. Bab III Penutup yang terdiri dari
Kesimpulan dan Saran. Daftar Pustaka.
BAB II

PEMBAHASAN

A.   Perubahan anatomik sistem genetalia pada lansia

1.    Wanita

Dengan berhentinya produksinya hormon estrogen, genitalia interna dan


eksterna berangsur-angsur mengalami atrofi.

·         Vagina

Vagina mengalami kontraktur, panjang dan lebar vagina mengalami


pengecilan. Fornises menjadi dangkal, begitu pula serviks tidak lagi menonjol ke
dalam vagina. Sejak klimakterium, vagina berangsur-angsur mengalami atropi,
meskipun pada wanita belum pernah melahirkan. Kelenjar seks mengecil dan
ber¬henti berfungsi. Mukosa genitalia menipis begitu pula jaringan sub-mukosa tidak
lagi mempertahankan elastisitas¬nya akibat fibrosis.

Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh keber¬langsungan


koitus, artinya makin lama kegiatan tersebut dilakukan kurang laju pendangkalan
atau pengecilan genitalia eksterna.
·         Uterus

Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut dan


dindingnya menipis, miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak jaringan fibrotik.
Serviks menyusut tidak menonjol, bahkan lama-lama akan merata dengan dinding
jaringan.

·          Ovarium

Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaannya menjadi


“keriput” sebagai akibat atrofi dari medula, bukan  akibat dari ovulasi yang berulang
sebelumnya, permukaan ovarium menjadi  rata lagi seperti anak oleh karena tidak
terdapat  folikel. Secara umum, perubahan fisik genetalia interna dan eksterna
dipengaruhi oleh fungsi ovarium. Bila ovarium berhenti berfungsi, pada umumnya
terjadi atrofi dan terjadi inaktivitas organ yang pertumbuhannya oleh hormon
estrogen dan progesteron.

·         Payudara (Glandula Mamae)

Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita yang
gemuk, dimana payudara tetap besar dan menggantung. Keadaan ini disebabkan
oleh karena atrofi hanya mempengaruhi kelenjar payudara saja. Kelenjar pituari
anterior mempengaruhi secara histologik maupun fungsional, begitu pula kelenjar
tiroid dan adrenal menjadi “keras” dan mengkibatkan bentuk tubuh serupa
akromegali ringan. Bahu menjadi gemuk dan garis pinggang menghilang. Kadang
timbul pertumbuhan rambut pada wajah. Rambut ketiak, pubis mengurang, oleh
karena pertumbuhannya dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan bukan kelenjar
ovarium. Rambut kepala menjadi jarang. Kenaikan berat badan sering terjadi pada
masa klimakterik.

2.    Pria

·         Prostat

Pembesaran prostat merupakan kejadian yang sering pada pria lansia,


gejala yang timbul merupakan efek mekanik akibat pembesaran lobus medius yang
kemudian seolah-olah bertindak sebagai katup yang berbentuk bola (Ball Valve
Effect). Disamping itu terdapat efek dinamik dari otot polos yang merupakan 40%
dari komponen kelenjar, kapsul dan leher kantong kemih, otot polos ini dibawah
pengaruh sistem alfa adrenergik. Timbulnya nodul mikros¬kopik sudah terlihat pada
usia 25-30 tahun dan terdapat pada  60% pria berusia 60 tahun, 90% pada pria
berusia 85 tahun, tetapi hanya 50% yang menjadi BPH Makroskopik dan dari itu
hanya 50% berkembang menjadi BPH klinik yang menimbulkan problem medik.

Kadar dehidrosteron pada orang tua meningkat karena meningkatnya enzim


5 alfa reduktase yang mengkonfersi tetosteron menjadi dehidro steron. Ini yang
dianggap menjadi pendorong hiperplasi kelenjar, otot dan stroma prostat.
Sebenarnya selain  proses menua rangsangan androgen ikut berperan timbulnya
BPH ini dapat dibuktikan pada pria yang di kastrasi menjelang pubertas tidak akan
menderita BPH pada usia lanjut.

·         Testis

Penuaan pada pria tidak menyebabkan berkurangnya ukuran dan berat


testis tetapi sel yang memproduksi dan memberi nutrisi (sel Leydic) pada sperma
berkurang jumlah dan aktifitasnya sehingga sperma berkurang sampai 50% dan
testoteron juga menurun. Hal ini menyebabkan penuruna libido dan kegiatan sex
yang jelas menurun adalah multipel ejakulasi dan perpanjangan periode refrakter.
Tetapi banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas sexsual sampai umur
lanjut.

B.   Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari pembagian
tahapan seksual menurut Kaplan adalah berikut ini :

1.    Fase desire

Dipengaruhi oleh penyakit, masalah hubungan dengan pasangan, harapan


kultural, kecemasan akan kemampuan seks. Hasrat pada lansia wanita mungkin
menurun seiring makin lanjutnya usia, tetapi bias bervariasi.Interval untuk meningkatkan
hasrat seksual pada lansia pria meningkat serta testoteron menurun secara bertahap
sejak usia 55 tahun akan mempengaruhi libido.
2.    Fase arousal

·         Lansia wanita: pembesaran payudara berkurang; terjadi penurunan flushing,


elastisitas dinding vagina, lubrikasi vagina dan peregangan otot-otot; iritasi uretra dan
kandung kemih.

·         Lansia pria : ereksi membutuhkan waktu lebih lama, dan kurang begitu kuat;
penurunan produksi sperma sejak usia 40tahun akibat penurunan testoteron; elevasi
testis ke perineum lebih lambat.

3.    Lase orgasmik

·         Lansia wanita : tanggapan orgasme kurang intens disertai lebih sedikit konstraksil
kemampuan mendapatkan orgasme multipel berkurang.

·         Lansia pria : kemampuan mengontrol ejakulasi membaik; kekuatan dan jumlah
konstraksi otot berkurang; volume ejakulat menurun.

4.    Fase pasca orgasmik

Mungkin terdapat periode refrakter dimana pembangkitan gairah sampai


timbulnya fase orgasme berikutnya lebih sukar terjadi. Disfungsi seksual pada lansia
tidak hanya disebabkan oleh perubahan fisiologik saja, terdapat banyak penyebab
lainnya seperti:

·         Penyebab iatrogenik

Tingkah laku buruk beberapa klinisi, dokter, suster dan orang lain yang
mungkin membuat inadekuat konseling tentang efek prosedur operasi terhadap
fungsi seksual.

·         Penyebab biologik dan kasus medis

Hampir semua kondisi kronis melemahkan baik itu berhubungan langsung


atau tidak dengan seks dan system reproduksi mungkin memacu disfungsi seksual
psikogenik.
C.   Di samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali menyebabkan penurunan
fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia seperti :

1.    Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia.

2.    Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya.

3.    Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.

4.    Pasangan hidup telah meninggal.

5.    Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya
cemas, depresi, pikun dsb.

D.   Beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kehidupan sosial antara lain :

1.    Infark miokard

Mungkin mempunyai efek yang kecil pada fungsi seksual. Banyak pasien segan
untuk terlibat dalam hubungan seksual karena takut menyebabkan infark.

2.    Pasca stroke

Masalah seksual mungkin timbul setelah perawatan di rumah sakit karena pasien
mengalami anxietas akibat perubahan gambaran diri, hilangnya kapasitas, takut akan
kehilangan cinta atau dukungan relasi serta pekerjaan atau rasa bersalah dan malu atas
situasi. Pola seksual termasuk kuantitas dan kualitas aktivitas seksual sebelum stroke
sangat penting untuk diketahui sebelum nasehat spesifik tentang aktivitas seksual
ditawarkan. Karena sistem saraf otonomik jarang mengalami kerusakan pada stroke,
maka respon seksual mungkin tidak terpengaruh.

Libido biasanya tidak terpengaruh secara langsung. Jika terjadi hemiplegi


permanent maka diperlukan penyesuaian pada aktivitas seksual. Perubahan penglihatan
mungkin membatasi pengenalan orang atau benda-benda, dalam beberapa kasus,
pasien dan pasangannya mungkin perlu belajar untuk menggunakan area yang tidak
mengalami kerusakan. Kelemahan motorik dapat menimbulkan kesulitan mekanik,
namun dapat diatasi dengan bantuan fisik atau tehnik “bercinta” alternatif. Kehilangan
kemampuan berbicara mungkin memerlukan sistem non-verbal untuk berkomunikasi.

3.    Kanker

Masalah seksual tidak terbatas pada kanker yang mengenai organ-organ


seksual. Baik operasi maupun pengobatan mengubah citra diri dan dapat menyebabkan
disfungsi seksual (kekuatan dan libido) untuk sementara waktu saja, walaupun tidak ada
kerusakan saraf.

4.    Diabetes mellitus

Diabetes menyebabkan arteriosklerosis dan pada banyak kasus menyebabkan


neuropati autonomik. Hal ini mungkin menyebabkan disfungsi ereksi dan disfungsi
vasokonstriksi yang memberikan kontribusi untuk terjadinya disfungsi seksual.

5.    Arthritis

Beberapa posisi bersenggama adalah menyakitkan dan kelemahan atau


kontraktur fleksi mungkin mengganggu apabila distimulasi secara memadai. Nyeri dan
kaku mungkin berkurang dengan pemanasan, latihan, analgetik sebelum aktivitas
seksual.

6.    Rokok dan alcohol

Pengkonsumsian alkohol dan rokok tembakau mengurangi fungsi seksual,


khususnya bila terjadi kerusakan hepar yang akan mempengaruhi metabolisme
testoteron. Merokok juga mungkin mengurangi vasokongesti respon seksual dan
mempengaruhi kemampuan untuk mengalami kenikmatan.
7.    Penyakit paru obstruktif kronik

Ada penyakit paru obstruktif kronik, libido mungkin terpengaruh karena adanya
kelelahan umum, kebutuhan pernafasan selama aktivitas seksual mungkin dapat
menyebabkan dispnoe, yang mungkin dapat membahayakan jiwa.

8.    Obat-obatan

Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi seksual, antara


lain beberapa obat anti hipertensi, estrogen, anti psikotik, sedatif, dan lain-lain.

E.   Upaya mengatasi permasalahan seksual pada lansia

Untuk mengatasi beberapa gangguan baik fisik maupun psikis termasuk masalah
seksual diperlukan penanganan yang serius dan terpadu. Proses penanganan ini memerlukan
waktu yang cukup lama tergantung dari keluhan dan kerjasama antara pasien dengan konselor.
Dari ketiga gangguan tersebut, masalah seksual merupakan masalah yang penanganannya
memerlukan kesabaran dan kehati-hatian, karena pada beberapa masyarakat Indonesia
terutama masyarakat pedesaan membicarakan masalah seksual adalah masalah yang tabu.

Manajemen yang dilakukan tenaga kesehatan untuk mengatasi gangguan seksual pada


lansia adalah sebagai berikut :

1.    Anamnesa Riwayat Seks

·         Gunakan bahasa yang saling menguntungkan dan memuaskan

·         Gunakan pertanyaan campuran antara terbuka dan teutup

·         Mendapatkan gambaran yang akurat tentang apa yang sebenarnya salah

·         Uraikan dengan panjang lebar permasaIahanya


·         Dapatkan latar belakang medis mencakup daftar lengkap tentang  obat-obatan
yang  dikonsumsi oieh pasien.

Pemeriksaan sebaiknya dilakukan dihadapan pasangannya. Anamnese harus rinci,


meliputi awitan, jenis maupun intensitas gangguan yang dirasakan. Juga anamnese tentang
ganguan sistemik maupun organik yang dirasakan. Penelaahan tentang gangguan psikologik,
kognitif harus dilakukan. Juga anamneses tentang obat-obatan. Pemeriksaan fisik meliputi head
to toe.

Pemeriksaan tambahan yang dilakukan meliputi keadaan jantung, haati, ginjal dan paru-
paru. Status endokrin dan metaboliuk meliputi keadaan gula darah, status gizi dan status
hormonal tertentu. Apabila keluhan mengenai disfungsi ereks pada pria, pemeriksaan khas juga
meliputi a.l pemeriksaan dengan snap gauge atau nocturnal penile tumescence testing. (Hadi-
Martono, 1996) 

2.    Pengobatan yang diberikan mencakup

·         Konseling Psikoseksual

·         Therapi Hormon

·         Penyembuhan dengan obat-obatan

·         Peralatan Mekanis

·         Bedah Pembuluh  

3.    Bimbingan Psikososial

Bimbingan dan konseling  sangat dipentingkan dalam rencana manajemen


gangguan seks dan dikombinasikan dengan penyembuhan pharmakologi.

4.    Penyembuhan Hormon


·         Pada pria lansia : Penggunaan suplemen testosteron untuk
menyembuhkan  viropause/andropause pada pria (pemanasan dan ejakulasi).

·         Pada wanita lansia : Terapi pengganti hormon (HRT) dengan pemberian estrogen
pada klimakterium.

5.    Penyembuhan dengan Obat

·         Yohimbine, Pemakaian Krim vasoaktif

·         Oral phentholamin

·         Tablet apomorphine sublingual

·         Sildenafil, suntik intra-carporal obat vasoaktif

·         Penempatan intra-uretral prostaglandin

1  Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang ditandai dengan
perubahan dalam mencapai kepuasan seksual

2.    Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.

3.    Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan efek penyakit akut dan kronis

RENCANA KEPERAWATAN

Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1.        1 Pasien dapat menerima 1.    Bantu pasien untuk
1.    Agar pasien lebih bisa
perubahan struktur tubuh mengekspresikan perubahan menerima perubahan tersebut
terutama pada fungsi fungsi tubuh termasuk organ
seksual yang dialaminya seksual seiring dengan
Kriteria hasil: bertambahnya usia.
2.    Menambah pemahaman klien
      Mengekspresikan
2.    Berikan pendidikan tentang semua perubahan
kenyamanan kesehatan tentang yang di alami nya agar
      Mengekspresikan penurunan fungsi seksual. penurunan fungsi seksuel tidak
kepercayaan diri menjadi beban pikiran
3.    Makanan bergizi dianjurkan
untuk menjaga daya tahan
tubuh karena biasanya pada
3.    Motivasi klien untuk
lansia daya tahan tubuhnya
mengkonsumsi makanan
menurun
yang rendah lemak, rendah
4.    Untuk mengurangi kekeringan
kolestrol, dan berupa diet
dan rasa gatal pada vagina,
vegetarian
serta untuk megurangi rasa
4.    Anjurkan klien untuk
sakit pada saat berhubungan
menggunakan krim vagina
seksual
dan gel
2.        2 Pasien dapat menerima 1.    Kaji perasaan/persepsi
1.    Untuk mengetahui seberapa
perubahan bentuk salah pasien tentang perubahan jauh klien bisa menerima
satu angota tubuhnya gambaran diri berhubungan keadaan nya
secara positif dengan keadaan angota
Kriteria hasil: tubuhnya yang kurang
      Pasien mau berinteraksi berfungsi secara normal
dan beradaptasi dengan
2.    Lakukan pendekatan dan
2.    Agar klien mau
lingkungan tanpa rasa bina hubungan saling
mengungkapkan masalah nya
malu dan rendah diri percaya dengan pasien
3.    Rasa menerima pada pasien
      Pasien yakin akan
3.    Tunjukkan rasa
empati,
akan membuat pasien lebih
kemampuan yang dimiliki perhatian dan penerimaan
percaya diri
pada pasien
4.    Agar pasien tidak terlalu
4.    Bantu pasien untuk
canggung atau malu dengnan
mengadakan hubungan
orang lain karena perubahan
dengan orang lain
nya
5.    Untuk mengetahui apakah
5.    Beri kesempatan pada
klien depresi terhadap
pasien untuk
perubahan
mengekspresikan perasaan
kehilangan

3.        3 Pasien dapat menerima 1.    Kaji factor-faktor penyebab


1.    Penting untuk membantu
perubahan pola dan penunjang, yang meliputi dalam intervensi selanjutnya
seksualitas yang       Kelelahan
disebabkan masalah       Nyeri
kesehatannya.       Nafas pendek
Kriteria Hasil :       Keterbatasan suplai oksigen
      Mengidentifikasi      Imobilisasi
keterbatasannya pada      Kerusakan inervasi saraf
aktivitas seksual yang      Perubahan hormone
disebabkan masalah      Depresi
kesehatan       Kurangnya informasi yang
      Mengidentifikasi tepat
modifikasi kegiatan
2.    Ajarkan pentingnya mentaati
seksual yang pantas aturan medis yang dibuat
dalam respon terhadap untuk mengontrol gejala
2.    Untuk menghilangkan atau
keterbatasannya penyakit mengurangi factor-faktor
3.    Berikan informasi yang tepat penyebab
pada pasien dan
pasangannya tentang
3.    Agar klien lebih mengerti dan
keterbatasan fungsi seksual bisa menerima bahkan tidak
yang disebabkan oleh memaksakan diri karena
keadaan sakit keterbatasan yang di
4.    Ajarkan modifikasi yang sebabkan oleh penyakit
mungkin dalam kegiatan
4.    Meminimalkan rasa sakit tau
seksual untuk membantu rasa tidak nyaman saat
penyesuaian dengan berhubungan karena penyakit
keterbatasan akibat sakit
(saran khusus)

IMPLEMENTASI

No. Dx. Kep. Implementasi Evaluasi


1.   1 1.    melakukan pendekatan dan bina hubungan saling S:klien mengatakan “ sedikit mengerti
1.
percaya dengan pasien mengapa keinginan untuk melakukan
hasil : klien merasa nyaman saat ditanya dan hubungan suami istri berkurang
merasa percaya DO : - umur klien 69 tahun
2.    membantu pasien untuk mengekspresikan -   TD : 130 / 90 mmHg
perubahan fungsi tubuh termasuk organ seksual -   Nadi : 88 x/menit
seiring dengan bertambahnya usia -   Suhu : 36°C
hasil : klien mulai mau sedikit demi sedikit terbuka -   RR : 18 x/menit
saat di bombing untuk mengekspresikan masalah -   Klien sudah menoupose
nya
3.    memberikan pendidikan kesehatan tentang
penurunan fungsi seksual.
Hasil : klien sedikit lebih mengerti saat di jelaskan
tentang perubahan yang terjadi pada nya
4.    memotivasi klien untuk mengkonsumsi makanan
yang rendah lemak, rendah kolestrol, dan berupa
diet vegetarian
hasil : klien setiap hari mengkonsumsi nasi, ikan,
sayur

BAB III

PENUTUP

A.   KESIMPULAN

Pada usia lanjut, hambatan untuk aktivitas seksual yang dapat dibagi menjadi
hambatan eksternal yang datang dari lingkungan dan hambatan internal,yang terutama
berasal dari subjek lansianya sendiri. Hambatan eksternal biasanya berupa pandangan
sosial, yang menganggap bahwa aktivitas seksual tidak layak lagi dilakukan lagi oleh
lansia.Hambatan eksternal bilamana seorang janda atau duda akan menikah lagi sering kali
juga berupa sikap menentang dari anak-anak, dengan berbagai alasan.

Hambatan internal psikologik seringkali sulit dipisahkan secara jelas dengan


hambatan eksternal. Seringkali seorang lansia sudah merasa tidak baisa dan tidaak pantas
berpenampilan untuk menarik lawan jenisnya. Pandangan sosial dan keagamaan tentang
seksualitas diusia lanjut menyebabkan keinginan dalam diri mereka ditekan sedemikian
sehingga memberikan dampak pada ketidakmampuan fisik, yang dikenal sebagai impotensia.
Obat-obatan yang sering diberikan, pada penderita usia lanjut dengan patologi multipel jika
sering menyebabkan berbagai gangguan fungsi seksual pada usia lanjut.

Masa tua merupakan masa yang sangat ditakuti dengan alasan terjadinya
kemunduran fisik terutama pada penampilan. Rasa khawatir akan kehilangan perhatian dari
pasangan membawa akibat terhadap frekwensi maupun kualitas hubungan seks, baik secara
langsung maupun tidak.

Melalui konseling, peran konselor dan tenaga kesehatan dapat menjelaskan


kondisi umum dan masalah yang timbul pada masa usia lanjut serta pengaruhnya terhadap
emosi, pola pikir dan hubungan seksual sangat berpengaruh. Melalui beberapa tahapan
konseling secara terbuka dan kolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan,
bisa diperoleh suatu pemecahan masalah seksual pada lansia, dengan pemakaian krem
vasoaktif, melakukan olah raga ringan dan konsumsi makan seimbang, dan solusi-solusi lain
secara bertahap masalah pada lansia akan  terselesaikan.

B.   SARAN

Permasalahan pada masa lansia sering terabaikan, tidak hanya di lingkungan keluarga lansia
sendiri, tetapi juga di lingkungan masyarakat bahkan pusat pelayanan kesehatan. Lansia
sebagaimana pria dan wanita mulai dari kanak-kanak hingga dewasa lainnya mempunya hak-hak
untuk diperlakukan adil dan sama, mendapat informasi dan pelayanan kesehatan yang sempurna
dan optimal, serta diperlakukan dan dihargai masa akhir usia mereka, merasakan kehidupan
yang harmonis serta merasakan kenikmatan seksual yang aman dan nyaman. Oleh karena itu,
pengetahuan tentang permasalahan seksual pada lansia baik pria maupun wanita perlu
sebarluaskan sejak dini, dan perlunya kerjasama yang optimal disetiap instansi pemerintah dan
masyarakat  untuk mengatasi masalah ini agar para lansia mendapatkan kehidupan yang nayak,
dan harmonis sebagai manusia dan warga negara seutuhnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://abhique.blogspot.com/2009/10/konsep-keperawatan pada lnjut usia (lansia).html

http://abhique.blogspot.com/2009/10/rencana asuhan keperawatan pada lansia.html

Carpenito,Lynda Juall.2000.Diagnosa Keperawatan.EGC.Jakarta

Aspiani Reny Yuli,S.Kep.Ns.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik.2008

Darmojo, R Boedi dan Martono, H Hadi.2000.Geriatri ( ilmu kesehatan usia lanjut ). Jakarta :
FKUI

Widyastuti, Yani dan Anita Rahmawati, Yuliasti, E. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta.
Fitramaya

Modul Kesehatan Reproduksi. 2008. Departemen Kesehatan RI. Jakarta

http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/17/masalah-seksual-lansia/

FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

                              Tanggal pengkajian : 28 maret 2012

A.   DATA BIOGRAFI

Nama                                                        : Ny. “S”


TTL                                                            : 7 juli 1943

Jenis kelamin                                            : perempuan                Golongan darah : O

Pendidikan                                                : SD

Agama                                                      : islam

Status perkawinan                                    : menikah

TB / BB                                                     : 150 cm/45 kg

Penampilan                                               : bersih, rapi,               ciri-ciri tubuh : kurus, kecil

Alamat                                                       :jl desa camba

Orang yang dekat                                     : klien dekat dengan anak tertua klien

Hubungan                                                             : anak

Alamat / telepon                                        : -

B.   RIWAYAT KEPERAWATAN

1.    Genogram

            Laki-laki                                                                       Garis keturunan


            Perempuan                                                                 Tinggal
serumah
            Garis Hubungan                                                          Meninggal

 
2.    Riwayat keluarga

Di keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti DM ataupun penyakit
menular seperti TB paru
C.   RIWAYAT PEKERJAAN

Pekerjaan saat ini                                       : klien tidak bekerja, klien hanya berdiam diri
dirumah

Alamat pekerjaaan                                    : tidak ada

Jarak dari rumah                                      : tidak ada

Alat transportasi                                        : jalan kaki

Pekerjaan sebelumnya                             : klien sebagai ibu rumah tangga

Jarak dari rumah                                      : tidak ada

Alat transportasi                                        : jalan kaki

Sumber-sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan : dari anak tertua dan dari
menantu klien

D.   RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP

Type tempat tinggal                                  : permanen (milik suami)

Jenis lantai rumah                                     : kayu

Keadaan lantai                                          : kering

Tangga rumah                                          : tidak ada

Penerangan                                              : cukup

Tempat tidur                                              : aman ( tidak terlalu tinggi)

Alat dapur                                                  : tertata rapi

WC                                                            : jamban
Kebersihan lingkungan                 : bersih

Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : 5 orang

Derajat privasi                                           : kurang di perhatikan oleh menantunya

Tetangga terdekat                                      : klien bertetangga dengan cucu-cucu klien yang


sudah berkeluarga

Alamat dan telepon                                   : jl. Desa camba

E.    RIWAYAT REKREASI

Hobby / minat                                           : klien senang memancing

Keanggotaan organsasi                            : klien tidak mengikuti organiasi apapun

Liburan / perjalanan                                  : klien hanya berdiam diri dirumah karena jarang
berekreasi

F.    SISTEM PENDUKUNG

Klien di dukung oleh seorang perawat

Jarak dari rumah                                      : 1000 km

Rumah sakit                                              : tidak ada rumah sakit

Klinik                                                           : di kampung klien hanya terdapat puskesmas


pembantu

Pelayanan kesehatan dirumah                 : tidak ada

Makanan yang di hantarkan                     : tidak ada makanan yang di hantarkan


Perawatan sehari-hari yang di lakukan keluarga : keluarga klien tidak melakukan perawatan
khusus kepada klien di rumah

G.   DISKRIPSI KEKHUSUSAN

Kebiasaan ritual                                        : semenjak klien tua, klien jarang melakukan sholat
lima waktu

H.   STATUS KESEHATAN

Status kesehatan umum  selama setahun yang lalu : setahun terakhir, klienmenderita maag
dan asam urat

Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : klien mengatakan tidak prnah menderita
penyakit yang parah, hsnya penyakit biasa
seperti pilek, demam

Keluhan utama

1.    Provocative / palliative                           : maag

2.    Quality / quantity                                          : seperti di tusuk-tusuk

3.    Region                                                                    : di uluhati

4.    Severity scale                                                  : 4 (0-10)

5.    Timing                                                                     : kadang-kadang

Pemahaman & penatalaksanaan masalah kesehatan : klien mengerti kalau sakit harus ke
puskesmas untuk berobat. .

Obat – obatan :
NO NAMA OBAT DOSIS KETERANGAN
1 ANTASIDA 2 X sehari Sebelum makan
2 Cimetidine 3 x sehari Sesudah makan
3 Paracetamol 1 x sehari Bila nyeri
4 Vit B.komplek 2 x sehari Sesudah makan
5 Allopurinol 3 x sehari Sesudah makan
6 Piroxicam 3 x sehari Sesudah makan
7 Vit B.1 2 x sehari Sesudah makan

Alergi (catatan agent dan reaksi spesifik)

Obat – obatan                                           : klien tidak ada alergi pada obat-obatan

Makanan                                                   : klien tidak ada alergi pada makanan

Factor lingkungan                                     : klien tidak ada alergi pada lingkungan

Penyakit yang pernah di derita             : klien menderita maag dan asam urat

I.      AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)

IndeksKATZ: A

Oksigenasi                                                 : frekuensi nafas 18x/menit, klien tidak


menggunakan alat bantu pernafasan, bernafas melalui
hidung

Cairan & elektrolit                                       : klien minum air putih ± 1000ml/hari, klien minum
kopi setiap pagi

Nutrisi                                                         : klien makan 3x sehari dengan nasi, ikan sayur


dan kadang di tambah dengan buah

Eliminasi                                         : BAB 1x/hari dengan konsisten silembek, BAK >5x/hari


Aktivitas                                          : klien tidak bekerja, klien hanya berdiam diri di rumah

Istirahat & tidur                                           : klien tidur cukup, tidur malam ± 7 jam dan tidur
siang ± 1 jam dalam sehari, klien merasa puas saat
bangun

Personal hygiene                                       : untuk kebersihan klien mengerti dan


membersihkan diri setiap mandi baik itu oral hygiene
maupun vulva hygiene

Seksual                                                      : saat ditanya klien mengatakan bahwa klien masih


berhubungan seksual dengan suaminya tapi sekarang
sudah mulai jarang karena keinginan untuk
berhubungan itu mulai menurun sementara suami klien
masih mempunyai keinginan yang kuat.

Rekreasi                                                     : klien jarang berekreasi ketempat yang jauh


mengingat kondisi klien, klien hanya main kerumah
tetangga yang berada di dekat rumah

J.    PSIKOLOGI, KOGNITIF DAN PERSEPTUAL

Konsep diri                                     : klien menyadari bahwa klien sudah lansia

Emos                                              : emosi klien labil

Adaptasi                                         : klien mulai sulit untuk beradabtasi terhadap lingkungan


maupun orang baru

Mekanisme pertahanan diri           : tidak terkaji

Status mental

Tingkat kesadaran                         : kompos mentis

Afasia                                             : -

Dimensia                                        : klien mengalami dimensia sejak beberapa tahun yang lalu


Orientasi                                        : klien kadang bingung terhadap orang, waktu dan tempat
terutama yang baru dilihat oleh klien

Bicara                                             : klien berbicara normal tapi sedikit lebih pelan

Bahasa yang digunakan               : klien menggunakan bahasa banjar dan dayak dalam
kehidupan sehari-hari

Kemampuan membaca                 : klien tidak bias membaca

Kemampuan interaksi                    : klien mampu berinteraksi tapi secara perlahan

Vertigo                                            : klien tidak mengalami vertigo

Short Portable Mental Status Questionaire (SPMSQ) =  2 (fungsi mental utuh)

Mini – Mental State Exam (MMSE) = 2  (baik)

Geriatric Depresion Scale              = 5  (kemungkinan depresi)

APGAR                                          = score 5 (menengah / sedang)

K.   TINJAUAN SISTEM

Keadaan umum                       : baik

Tingkat kesadaran                   : compos mentis

Tanda-tanda vital                     : TD : 130/90 mmHg               nadi : 88x/menit

                                                 RR : 18x/menit                        suhu : 36 °C

                                                 TB : 150 cm                            BB : 50 kg


PENGKAJIAN PERSISTEM

PERNAFASAN (B1 : BREATHING)

1.   Bentuk dada                                   : simetris

2.   Sekresi dan batuk                          : batuk dan sekresi tidak ada

Nyeriwaktubernafas                       : tidak nyeri saat bernafas

3.   Polanafas

a.    Frekuensi nafas                       : 18x/menit

4.   Bunyinafas

a.    Normal

Vasikuler di                               : semua lapang paru

Bronchial di                              : atas manubrium sternum

Bronchovesikuler di                 : ICS 2 percabangan bronkus

5.   Pergerakan dada                           : intercostal

6.   Tractilfremitis / fremitus vocal       : tidak meningkat dan tidak menurun

7.   Alat bantu pernafasan                    : tidak memakai alat bantu pernafasan

CARDIVASKULAR (B2 : BLEEDING)

1.   Nadi

Frekuensi                                       : 88 x/menit ,kuat

2.   Bunyi jantung                                 : normal

3.   Letak jantung                                  : ictus cordis teraba pada ICS 5


4.   Pembesaran jantung                      : tidak ada pembesaran jantung

5.   Nyeri dada                                      : tidak ada nyeri dada

6.   Edema                                            : tidak ada edema

7.   Clubbing finger                               : tidak ada

PERSARAFAN (B3 : BRAIN)

Tingkat kesadaran                        : kompos mentis

1.   GCS                                               : E4 M6 V5

Total GCS                                      : 15

2.   Reflex                                             : normal

3.   Koordinasi gerak                            : ya

4.   Kejang                                            : tidak

PENGINDERAAN (persepsisensori)

1.   Mata (penglihatan)

a.   Bentuk                                       : normal

b.   Visus                                          : -

c.   Pupil                                           : isokor


d.   Gerak bola mata                       : normal, tidak menyempit

e.   Medan penglihatan                    : normal

f.    Butawarna                                 :  klien tidak mengalami buta warna

g.   Tekanan intra okuler                 : tidak

2.   Hidung (penciuman)

a.    Bentuk                                      : normal

b.    Gangguan penciuman             : tidak ada

3.   Telinga (pendengaran)

a.    Aurikel                                      : normal dan simetris

b.    Membrab tympani                    : agak keruh

c.    Otorrhoea                                 : tidak ada

d.    Gangguan pendengaran          : ya

e.    Tinnitus                                     : tidak

4.   Perasa                                            : menurun       

5.   Peraba                                            : menurun

PERKEMIHAN-ELIMINASI URI (B4 : BLADDER)

Masalah kandung kemih              : tidak ada masalah

Produksi urine                               : 500 ml/hari

Frekuensi                                      : >3 x/hari

Warna                                           : kuning
Bau                                                : khas amoniak

PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI ( B5 : BOWEL)

1.   Mulut dan tenggorokan

a)  Selaput lendir mulut                   : lembab, tidak ada stomatitis

b)  Lidah                                          : agak kotor

c)  Kebersihan rongga mulut          : tidak berbau  dan gigi bersih

d)  Tenggorokan                             : tidak sakit saat menelan

e)  Abdomen                                   : kenyal

f)   Pembesaran hepar                    : tidak ada pembesaran hepar

g)  Pembesaran lien                       : tidak ada pembesaran lien

h)  Asites                                         : tidak ada asites

2.   Masalah usus besar dan rectum / anus

Bab                                                 : 1 x/hari tidak ada masalah

Obat pencahar                               : tidak mengkonsumsi obat pencahar

OTOT, TULANG DAN INTEGUMENT (B6 : BONE)

1.   Otot  dan tulang

Kemampuan pergerakan  sendi lengan dan tungkai (ROM) : bebas

Kemampuan kekuatan otot

Fraktur                                            : tidak ada fraktur


Dislokasi                                         : tidak ada dislokasi

Hematom                                       : tidak ada hematom

2.   Integument

Warna kulit                                     : kuning langsat

Akral                                               : hangat

Turgor                                             : tidak elastis

Tulang  belakang                            : kiposis

REPRODUKSI

Perempuan :

Payudara

Bentuk                                           : normal

Benjolan                                        : tidakada

Kelamin

Bentuk                                           : normal

Keputihan                                      : tidak ada keputihan

Siklus haid                                     : sudah menoupose

ENDOKRIN

1.   Factor alergi                                   : tidak ada alergi

2.   Kelainan endokrin                          : tidak ada kelainan endokrin

PENGETAHUAN
Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya : klien  kurang peka terhadap masalah
kesehatan

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM


1 DS : klien mengatakan “ keinginan untuk Perubahan struktur Disfungsi seksual
melakukan hubungan suami istri sudah tubuh / fungsi
mulai berkurang sejak klien merasa
memasuki usia senja dan klien
mengatakan dalam 1 minggu klien dan
suaminya sangat jarang melakukan
hubungan suami istri.
DO : - umur klien 69 tahun
-   TD : 130 / 90 mmHg
-   Nadi : 88 x/menit
-   Suhu : 36°C
-   RR : 18 x/menit
-   Klien sudah menoupose

  

RENCANA KEPERAWATAN

Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1 1 Pasien dapat menerima 1.    Lakukan pendekatan dan
1.    Agar klien mau
perubahan struktur tubuh bina hubungan saling mengungkapkan masalah nya
terutama pada fungsi percaya dengan pasien
seksual yang dialaminya 2.    Bantu pasien untuk
Kriteria hasil: mengekspresikan perubahan
2.    Agar pasien lebih bisa
      Mengekspresikan fungsi tubuh termasuk organ
menerima perubahan tersebut
kenyamanan seksual seiring dengan
      Mengekspresikan bertambahnya usia.
kepercayaan diri 3.    Berikan pendidikan
kesehatan tentang
penurunan fungsi seksual.

3.    Menambah pemahaman klien


tentang semua perubahan
yang di alami nya agar
penurunan fungsi seksual tidak
menjadi beban pikiran
4.    Motivasi klien untuk
4.    Makanan bergizi dianjurkan
mengkonsumsi makanan
untuk menjaga daya tahan
yang rendah lemak, rendah
tubuh karena biasanya pada
kolestrol, dan berupa diet
lansia daya tahan tubuhnya
vegetarian
menurun

IMPLEMENTASI

No. Dx. Kep. Implementasi Evaluasi


 1 1 1. melakukan pendekatan dan bina hubungan saling S:klien mengatakan “ sedikit mengerti
percaya dengan pasien mengapa keinginan untuk melakukan
hasil : klien merasa nyaman saat ditanya dan hubungan suami istri berkurang
merasa percaya DO : - umur klien 69 tahun
2. membantu pasien untuk mengekspresikan -   TD : 130 / 90 mmHg
perubahan fungsi tubuh termasuk organ seksual -   Nadi : 88 x/menit
seiring dengan bertambahnya usia -   Suhu : 36°C
hasil : klien mulai mau sedikit demi sedikit terbuka -   RR : 18 x/menit
saat di bombing untuk mengekspresikan masalah -   Klien sudah menoupose
nya
3. memberikan pendidikan kesehatan tentang
penurunan fungsi seksual.
Hasil : klien sedikit lebih mengerti saat di jelaskan
tentang perubahan yang terjadi pada nya
   4. memotivasi klien untuk mengkonsumsi makanan
yang rendah lemak, rendah kolestrol, dan berupa
diet vegetarian
hasil : klien setiap hari mengkonsumsi nasi, ikan,
sayur

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)

PENILAIAN UNTUK MENGETAHUI FUNGSI INTELEKTUAL LANSIA

Nama klien : Ny. “S”                                                         tanggal : 28 maret 2012

Jenis kelamin : perempuan                                              umur : 69 tahun

Agama : islam                                                                   suku : dayak

Alamat : islam

Pewwancara : mahasiswa akper pemkab kotim

SKOR

NO PERYANYAAN JAWABAN
1 Tanggal berapa hari ini ? 28
2 Hari apa sekarang ini ? Rabu
3 Apa nama tempat ini ? Rumah saya
4 Dimana alamat anda ? camba
5 Kapan anda lahir ? Tahun 43 an
6 Berapa umur anda ? lupa
7 Siapa presiden Indonesia sekarang ? SBY
8 Siapa presiden sebelumnya? Megawati
9 Siapa nama kecil ibu anda ? Tidak tahu
10 15 - 6 9
Jumlah kesalahan total 2
Keterangan :

Kesalahan : 0-2 fungsi mental utuh

Kesalahan : 3-4 kerusakan intelektual ringan

Kesalahan : 5-7 kerusakan intelektual sedang

Kesalahan : 8-10 kerusakan intelektual berat

MINI MENTAL SKORE

NO PERTANYAAN BENAR SALAH


1 Tanggal berapa hari ini ? (dd/mm/hh) √
2 Hari apakah hari ini ? √
3 Apakah nama tempat ini ? √
4 Berapa no. Telp, bila tidak ada, no rumah / jalan ? √
5 Berapakah usia anda ? √
6 Kapan anda lahir ? √
7 Siapa nama presiden sekarang ? √
8 Siapa nama presiden sebelumnya ? √
9 Siapa nama ibu mu sebelum menikah ? √
10 15 – 6 √

JUMLAH KESALAHAN :

0-2 Kesalahan : Baik

3-4 kesalahan : gangguan intelektual ringan

5-7 kesalahan : gangguan intelektual sedang

8-10 kesalahan : gangguan intelektual berat

HASIL : 2 kesalahan, baik


Diposkan 31st March 2012 oleh Inka Februaria

Tambahkan komentar

5.

Mar

31

Asuhan keperawatan pada Ny. A dengan


GANGGUAN AKTIVITAS (kelompok 4)

Tugas keperawatan gerontik


Asuhan keperawatan pada Ny. A dengan GANGGUAN
AKTIVITAS
Disusun oleh:

Dwi kirnawati

Juliansyah

Fauzi herawan

Sari dwi ratman

AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

Jalan batu berlian No.11, telp (0531) 22960/22940

SAMPIT

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan
hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah
pengetahuan bagi mahasiswa/i akper pemkab kotim maupun para pembaca
untuk bidang Ilmu Pengetahuan.

Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah
dari dosen mata kuliah Keperawatan Anak I dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. A DENGAN MASALAH GANGGUAN
AKTIVITAS”. Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa
yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang
positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan
makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua. Amin.

Sampit, Maret 2012

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BABI PEMBAHASAN
1.1  LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY
DENGAN GANGGUAN AKTIVITAS
1.2  KONSEP DASAR PENYAKIT.....................................................
DAFTAR KEPUSTAKAAN...................................................................
2.2 LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY
DENGAN GANGGUAN AKTIVITAS
PENGKAJIAN......................................................................................
ANALISA DATA...................................................................................
RENCANA KEPERAWATAN..............................................................

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep dasar penyakit

a.      Pengertian
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.
b.      Epidemologi/insiden kasus
Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan biasanya menyangkut tentang
kemampuan untuk mobilisasi secara mandiri.
Gangguan mobilisasi dapat terjadi pada semua tingkatan umur, yang beresiko
tinggi terjadi gangguan mobilisasi adalah orang yang lanjut usia, post cedera dan post
trauma.

c.       Etiologi/penyebab
-       Kelainan postur
-       Gangguan perkembangan otot
-       Kerusakan system saraf pusat
-       Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular
-       Kekakuan otot

d.      Factor predisposisi


-       Pengobatan
-       Terapi pembatasan gerak
-       Kurang pengetahuan tentang manfaat pergerakan fisik
-       IMT diatas 75% sesuai dengan usia
-       Kerusakan sensori persepsi
-       Nyeri, tidak nyaman
-       Intoleransi aktivitas/ penurunan kekuatan dan stamina
-       Depresi mood dan cemas
-       Keengganan untuk memulai gerak
-       Gaya hidup menetap, tidak fit
-       Malnutrisi umum dan spesifik
-       Kehilangan integrasi struktur tulang
-       Keterbatasan lingkungan fisik dan social
-       Keterbatasan daya tahan kardiovaskuler
-       Kepercayaan terhadap budaya berhubungan dengan aktivitas yang tepat
disesuaikan dengan umur

e.       Patofisiologi terjadinya penyakit


-       Kaki tidak mampu menopang berat badan
-       Perlu bantuan kursi roda untuk berpindah tempat
-       Tangan belum mampu untuk melakukan pekerjaannya secara mandiri
-       Tidak mampu melakukan kegiatan secara mandiri
f.       Gejala klinis
“tidak mampu bergerak secara mandiri”

g.      Pemeriksaan fisik


a.       Tingkat kesadaran
b.      Postur/bentuk tubuh
o   Skoliosis
o   Kiposis
o   Lordosis
o   Cara berjalan
c.       Ekstremitas
o   Kelemahan
o   Gangguan sensorik
o   Tonus otot
o   Atropi
o   Tremor
o   Gerakan tak terkendali
o   Kekuatan otot
o   Kemampuan jalan
o   Kemampuan duduk
o   Kemampuan berdiri
o   Nyeri sendi
o   Kekakuan sendi

h.      Pemeriksaan diagnostic


“pemeriksaan kekuatan otot (neuthopografi)”

i.        Prognosis
Apabila ada perubahan mobilisasi, maka setiap system tubuh beresiko terjadi
gangguan. Tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada umur klien, dan
kondisi kesehatan secara keseluruhan serta tingkat imobilisasi yang dialami. Misalnya,
perkembangan pengaruh mobilisasi lansia berpenyakit kronik lebih cepat dibandingkan
dengan klien yang lebih muda.

j.        Therapy (tindakan penanganan)


-       Fisiotheraphy
-       Latihan mobilisasi ringan seperti; miring kanan-miring kiri

2. Konsep dasar keperawatan

a.      Pengkajian
1.      Tingkat aktivitas sehari-hari
a.       Pola aktivitas sehari-hari
b.      Jenis, frekuensi, dan lamanya latihan fisik

2.      Tingkat kelelahan


a.       Aktivitas yang membuat lelah
b.      Riwayat sesak nafas

3.      Gangguan pergerakan


a.       Penyebab gangguan pergerakan
b.      Tanda dan gejala
c.       Efek dari gangguan pergerakan

4.      Pemeriksaan fisik


a.       Tingkat kesadaran
b.      Postur bentuk tubuh

b.      Diagnose keperawatan yang mungkin muncul


1.      Intoleransi aktivitas
Definisi: kondisi dimana seseorang mengalami penurunan energy
fisiologis dan psikologis untuk melakukan aktifitas sehari-hari.
Kemungkinan berhubungan dengan :
a.       Kelemahan umum
b.      Bedres yang lama (imobilisasi)
c.       Motivasi yang kurang
d.      Pembatasan pergerakan
e.       Nyeri

2.      Keletihan
Definisi: kondisi dimana seseorang mengalami perasaan letih yang
berlebihan secara terus-menerus dan penuruna kapasitas kerja fisik dan mental
yang tidak dapat hilang dengan istirahat.
Kemungkinan berhubungan dengan:
a.       Menurunnya produksi metabolism
b.      Pembatasan diet
c.       Anemia
d.      Ketidakseimbangan glukosa dan elektrolit

3.      Gangguan mobilitas fisik


Definisi: kondisi dimana pasien tidak mampu melakukan pergerakan
secara mandiri.
Kemungkinan berhubungan dengan:
a.       Gangguan persepsi kognitif
b.      Imobilisasi
c.       Gangguan neuro muskuler
d.      Kelemahan
e.       Pasien dengan traksi

4.      Deficit perawatan diri


Definisi: kondisi dimana pasien tidak dapat melakukan sebagian atau
seluruh aktivitas sehari-hari seperti; makan, berpakaian dan mandi, dan lain-
lain.
Kemungkinan berhubungan dengan:
a.       Gangguan neuromuskuler
b.      Menurunnya kekuatan otot
c.       Menurunnya control otot dan koordinasi
d.      Kerusakan persepsi kognitif
e.       Depresi
f.       Gangguan fisik

c.       Rencana keperawatan


1.         Untuk diagnose keperawatan intoleransi aktivitas
Intervensi:
o   Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat aktivitas
o   Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri
o   Catat tanda vital
o   Kolaborasi dengan dokter
o   Lakukan aktivitas yang adekuat

Rasional:

o   Merencanakan intervensi dengan tepat


o   Pasien dapat memilih dan merencanakannya sendiri
o   Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas
o   Mempercepat proses penyembuhan
o   Untuk mengoptimalkan pergerakan

2.         Untuk diagnose keperawatan keletihan


Intervensi:
o   Monitor keterbatasan aktivitas
o   Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri
o   Catat tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas
o   Kolaborasi dengan dokter dalam latihan aktivitas
o   Berikan diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli diet
o   Berikan pendidikan kesehatan

Rasional:

o   Merencanakan intervensi dengan tepat


o   Pasien dapat memilih dan merencanakannya sendiri
o   Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas
o   Mempercepat proses penyembuhan
o   Diet adekuat dapat menambah energy untuk mencegah keletihan
o   Menambah pengetahuan pasien

3.         Untuk diagnose keperawatan gangguan mobilitas fisik


Intervensi:
o   Pertahanan body aligment dan posisi yang nyaman
o   Cegah pasien jatuh
o   Lakukan latihan aktif maupun pasif
o   Lakukan fisiotheraphy dada dan postural
o   Tingkatkan aktivitas sesuai batas toleransi

Rasional:

o   Mencegah iritasi dan komplikasi


o   Mempertahankan keamanan pasien
o   Meningkatkan sirkulasi dan mencegah kontraktur
o   Meningkatkan fungsi paru
o   Memaksimalkan mobilisasi

4.         Untuk diagnose keperawatan deficit perawatan diri


Intervensi:
o   Lakukan kajian kemampuan pasien dalam perawatan diri terutama ADL
o   Jadwalkan jam kegiatan tertentu untuk ADL
o   Jaga privasi dan keamanan pasien
o   Lakukan latihan aktif dan pasif
o   Monitor tanda vital, tekanan darah, sebelum dan sesudah ADL

Rasional:

o   Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana keperawatan


o   Perencanaan yang matang dalammelakukan kegiatan sehari-hari
o   Memberikan keamanan
o   Meningkatkan sirkulasi darah
o   Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas

d.      Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan pada klien terganggu kesejajaran tubuh dan
mobilisasi berdasarkan criteria hasil setiap tujuan keperawatan, yaitu:
-       Klien akan mempertahankan rentang gerak pada sendi ekstremitas atas
-       Klien akan mengikuti program latihan teratur 3-4 kali sehari dengan
perencanaan pulang
-       Klien akan melakukan rentang gerak penuh pada sendi yang sakit
-       Tidak ada kontraktur sendi
 

LAPORAN KASUS

Tanggal Pengkajian: 28 Maret 2012

A.    DATA BIOGRAFI


Nama : Ny. A
TTL : Sampit, 13 juli 1949
Jenis kelamin : perempuan
Gol. Darah :B
Agama : islam
Pendidikan :-
Status perkawinan : janda
TB/BB : 145 cm, 43 kg
Penampilan : rapi
Ciri-ciri : rambut kelabu, kulit keriput, gigi bersih, warna kulit pucat, agak
bungkuk
Alamat : kelurahan ketapang, kecamatan mentawa baru ketapang, RT 04,
RW 05, kabupaten kotawaringin timur
Orang yang dekat : Ny. K
Hubungan : anak klien
Alamat/telpon : 0852459734xx

B.     RIWAYAT KEPERAWATAN


1.      Genogram

 
Keterangan : : Laki-laki
: Garis keturunan

: Perempuan :
Tinggal serumah

: Garis hubungan :
Meninggal

2.      Riwayat keluarga


Klien adalah anak kedua dari sepuluh bersaudara. Suami klien meninggal
sepuluh tahun yang lalu. Dikeluarga klien tidak ada riwayat penyakit
menurun maupun menular berbahaya lainnya. Saat muda klien bekerja
sebagai petani dan suami klien bekerja sebagai tukang kayu. Kedua orang
tua klien bekerja sebagai petani. Sejak kecil hingga menikah klien hidup
serba kekurangan, tapi klien masih bisa membiayai anaknya sekolah. Saat
semua anak klien sudah bekerja dan menikah hidup klien mulai
berkecukupan, tetapi klien sering mengeluhkan nyeri sendi dan postur
tulang punggung klien mulai bungkuk dan klien agak susah saat berjalan.
Tapi klien masih bisa memenuhi kebutuhannya (makan) sendiri namun
saat berjalan ataupun mandi, klien selalu dibantu keluarganya karena klien
tidak kuat berdiri lama.

C.    RIWAYAT PEKERJAAN


Saat ini klien sudah tidak bekerja, sebelumnya klien adalah seorang petani, dan jarak
tempat kerjanya dari rumah adalah 1km dan biasa ditempuh klien dengan jalan kaki. Saat
ini pendapatan klien bersumber dari uang yang diberikan anak-anaknya tiap bulan dan
semua kebutuhan klien terpenuhi.

D.    RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


Rumah klien terbuat dari kayu, jenis lantai rumah klien terbuat dari kayu dan kondisi
lantainya kering. Tidak terdapat tangga dirumah klien, penerangan yang tersedia cukup,
tempat tidur klien aman karena berada dibawah dan tidak terlalu tinggi. Alat dapur tertata
rapi. Terdapat sebuah WC dirumah klien namun tidak ada pegangan dan lantainya licin.
Lingkungan disekutar klien bersi dan tidak ada barang yang membahayakan. Klien
tinggal dengan satu orang anak, satu orang menantu, dan kedua cucunya (5 orang dalam
satu rumah), klien mendapatkan privasinya dirumah tersebut. Tetangga terdekat klien
adalah Tn. A yang tinggal disebelah rumah klien.

E.     RIWAYAT REKREASI


Hobby/ minat klien adalah membuat kue kering. Klien tidak mengikuti kegiatan apapun
dank lien jarang melakukan liburan atau perjalanan kecuali perjalanan pulang kampong
tiap lebaran.

F.     SISTEM PENDUKUNG


Rumah klien dekat dengan puskesmas, kurang lebih 500m. jarak antara rumah sakit
dengan rumah klien adalah 2km. Klien jarang mendapatkan pelayanan kesehatan dirumah
dan perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga adalah membantunya berjalan dan
mandi.

G.    DISKRIPSI KEKHUSUSAN


Klien selalu melaksanakan kebiasaan ritual sholat 5 waktu dirumah setiap harinya.

H.    STATUS KESEHATAN


Sejak 5 tahun lalu hingga sekarang klien hanya sering mengeluh nyeri sendi dan
pinggang setiap sebelum tidur, klien juga merasa sering lemah bila terlalu lama berdiri
sehingga agak susah berjalan. Klien tidak memiliki keluhan lain selain hal tersebut.
1. Provocative/palliative : nyeri sendi dan nyeri punggung
2. Quality/Quantity : nyut-nyutan seperti membawa batu
3. Region : di punggung dan seluruh persendian
4. Severity scale :4
5. Timing : setiap sebelum tidur
Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan : bila nyeri muncul klien hanya
menggosok bagian tubuh yang sakit dengan minyak urut dan klien tidak pernah
memeriksakan penyakit yang dideritanya ke dokter ataupun memeriksakan diri ketempat
pelayanan kesehatan lainnya.
Klien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan, makanan, maupun factor
lingkungan.
Penyakit yang diderita klien adalah reumatik.

I.       AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)


Indeks kats klien adalah C, karena setiap klien mandi dan berpindah selalu di bantu
keluarga. Oksigenasi, cairan & elektrolit, nutrisi, istirahat & tidur, dan personal hygine
klien tercukupi. Tetapi aktivitas klien mengalami penurunan. Sejak 10 tahun semenjak
kematian suaminya pun kebutuhan seksual klien tidak pernah terpenuhi. Klien juga
jarang melakukan rekreasi karena agak susah berjalan.

J.      PSIKOLOGI
Klien merupakan anak kedua dari sepuluh bersaudara yang berusia 62 tahun, klien
menyukai semua bagian tubuhnya, klien ingin hidupnya tenang sampai akhir
hayatnya, klien merasa dirinya berharga karena seluruh keluarganya
menyayanginya. Emosi klien labil, klien gampang tersinggung. Klien dapat
beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya. Mekanisme pertahanan diri
minimal.
Status mental :
Tingkat kesadaran klien compos mentis, klien tidak mengalami dimensia,
orientasi dan bicara klien normal. Bahasa yang digunakan bahasa banjar. Klien
mampu membaca dan mampu berinteraksi dengan lawan bicaranya. Klien tidak
memiliki vertigo.
Short portable mental status questionnaire (SPMSQ) : 3
Mini mental state exam (MMSE) :3
Geriatric depression scale :4
APGAR :7

K.    TINJAUAN SISTEM


Keadaan umum klien baik, tingkat kesadaran compos mentis, tanda-tanda vital ; TD:
140/100 mmHg, RR: 20x/menit, Nadi: 82x/menit, suhu: 35,4˚C, TB: 145cm, BB: 43kg.

PENGKAJIAN PERSISTEM

PERNAFASAN (B1: BREATHING)


Bentuk dada simetris, klien tidak ada batuk dan tidak mengeluarkan sputum, pola nafas
regular dengan frekuensi 20x/menit, bunyi nafas normal.

CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING)


Nadi regular dengan frekuensi 82x/menit, bunyi jantung normal, tidak ada pembersaran
jantung, tidak ada edema dan clubbing finger.

PERSARAFAN (B3: BRAIN)


Tingkat kesadaran klien composmentis, GCS 15 (e4v5m6), reflex normal, klien
mempunyai koordinasi gerak yang baik, tidak ada kejang.

PENGINDERAAN (PERSEPSI SENSORI)


Bentuk Mata klien normal, pupil isokor, gerak bola mata normal, medan penglihatan
menyempit, klien tidak mengalami buta warna dan peningkatan tekanan intra okuler.
Bentuk hidung klien normal dan tidak ada gangguan penciuman.
Bentuk telinga klien normal, aurikel normal, membrane tympani terang, tidak ada
otorrhoea, tidak ada tinnitus dan tidak ada gangguan pendengaran.
Indera perasa dan peraba klien normal.

PERKEMIHAN-ELIMINASI URI (B4: BLADDER)


Tidak ada masalah pada kandung kemih klien, produksi urine 700ml/hari, freuensi 5-
6x/hari, warna kuning terang, bau khas amoniak.

PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL)


Selaput lendir mulut lembab, lidah klien hiperemik, rongga mulut klien tidak berbau,
tidak ada kesulitan maupun nyeri saat menelan, abdomen kenyal dan tidak ada benjolan,
tidak ada pemesaran hepar, lien, dan asites.
BAB 1x/hari, tidak ada masalah pada BAB, klien tidak menggunakan obat pencahar dan
lavemen.

OTOT, TULANG DAN INTEGUMEN (B6: BONE)


Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai terbatas, tidak ada fraktur, tidak ada
dislokasi, dan tidak ada hematom.
Warna kulit pucat, akral dingin, turgor tidak elastic, tulang belakang klien kiposis.

REPRODUKSI
Bentuk payudara klien simetris, tidak ada benjolan, bentuk kelamin normal, tidak ada
keputihan, siklus haid 7hari.

ENDOKRIN
Tidak ada factor alergi dan kelainan endokrin pada klien.

PENGETAHUAN

Klien tidak mengetahui apa penyebab persendian dan punggungnya yang sering sakit,
klien tidak tahu bagaimana cara menghilangkannya. Klien hanya tahu cara
menguranginya yaitu dengan menggunakan minyak urut.

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM


1. DS: “saya sering merasa Kelemahan Gangguan mobilitas
nyeri punggung dan nyeri fisik
sendi”

DO:
-k/u lemah
-kesadaran compos mentis
-P: nyeri sendi dan
punggung
-Q: nyut-nyut seperti
membawa batu
-R: di persendian dan
punggung
-S: 4
-T: setiap mau tidur
-klien tidak bisa berdiri
lama
-berjalan ataupun mandi
dibantu keluarga
-TD: 140/100mmHg
-RR: 20x/menit
-N: 82x/menit
-S: 35,4˚C

PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan mobilitas fisik

DIAGNOSA MASALAH
1. Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan

RENCANA KEPERAWATAN

Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1.        1 Setelah dilakukan 1.      Pertahanan body aligment 1.      Mencegah iritasi dan
tindakan keperawatan, dan posisi yang nyaman komplikasi
diharapkan gangguan
mobilitas fisik
2.      Cegah pasien jatuh
berkurang atau teratasi, 2.      Mempertahankan keamanan
dengan criteria hasil: pasien
- klien dapat melakukan 3.      Lakukan latihan aktif
aktivitas secara adekuat maupun pasif 3.      Meningkatkan sirkulasi dan
- k/u baik mencegah kontraktur
- tidak terjadi cidera
- klien meningkatkan 4.      Lakukan fisiotheraphy 4.      Meningkatkan fungsi paru
aktivitas sesuai batas dada dan postural
toleransi 5.      Memaksimalkan mobilisasi
5.      Tingkatkan aktivitas
sesuai batas toleransi

IMPLEMENTASI

No Dx.
Implementasi Evaluasi
. Kep.
          
1 1. mempertahanan body aligment dan posisi S: “saya masih merasa lemah saat
1. yang nyaman terlalu lama berdiri”
Hasil: klien mempertahankan body aligment.
O:
2. mencegah pasien jatuh -k/u lemah
Hasil: klien dibantu saat berpindah dan mandi -aktivitas klien meningkat
sehingga mencegah terjadinya jatuh -tidak terjadi cidera

3. melakukan latihan aktif maupun pasif A: masalah belum teratasi


Hasil: klien melakukan latihan aktif dengan
berjalan ditempat selama 1 menit P: lanjutkan intervensi

4. meningkatkan aktivitas sesuai batas


toleransi
Hasil: klien mencoba mandi sendiri tetapi
masih dalam pengawasan

DAFTAR PUSTAKA

Stockslager Jaime L. 2007. Asuhan Keperawatan Geriatrik Edisi 2. Jakarta. EGC

Tamher S, Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan


Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika

Rosidawati, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta. Salemba
Medika

Stanley Mickey. 2002. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta. EGC


Diposkan 31st March 2012 oleh Inka Februaria

Tambahkan komentar

6.

Mar

31

AKALAH ASUHAN KEPERAWATAN


PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN
ELIMINASI (kelompok 3)
MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN ELIMINASI 


DI SUSUN OLEH:

INKA FEBRYRIA PERTIWI

KARTA ADI WIBOWO

IRWANSYAH

ALFIANEDI

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN KABUPATEN


KOTAWARINGIN TIMUR

2012

KATA PENGANTAR

          Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatNya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Makalah
Asuhan Keperawatan Gangguan Eliminasi Pada Lansia”
          Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Keperawatan Gerontik. Selain itu
diharapkan makalah ini dapat membantu teman-teman yang lain dalam memahami
konsep eliminasi pada lansia khususnya.

          Harapan kami mudah-mudahan makalah kami ini bermanfaat. Kami


menyadari sebagai manusia tidak luput dari kekurangan, oleh karena itu saran dan
kritik pembaca sangat kami harapkan sebagai masukan perbaikan makalah kami
berikutnya.

Sampit, Maret 2012

Penulis,

BAB I

PENDAHULUAN

I.              LATAR BELAKANG

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses secra perlahan – lahan


kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang
terus – menerus berlanjut secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya
dialami pada semua makhluk hidup.

Usia lanjut adalah tahap akhir dari siklus hidup manusia, merupakan
bagian dari proses alamiah kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan
dialami oleh setiap individu. Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan
tingkah laku yang dapat diramalkan terjadi pada semua orang pada saat mereka
mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan suatu
fenomena yang kompleks dan multi dimensional yang dapat diobservasi di dalam
satu sel dan berkembang pada keseluruhan sistem. Walaupun hal itu terjadi pada
tingkat kecepatan yang berbeda, di dalam parameter yang  cukup sempit, proses 
tersebut tidak tertandingi.

Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya


daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh.
Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang
sering menghinggapi kaum lanjut usia. Proses menua sudah mulai berlangsung
sejak seseorang mencapai usia dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan
jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit
demi sedikit, dan terjadi juga pada sistem pencernaan.

Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan, baik secara fisik
maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan
yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagai bagian dari proses
penuaan yang normal, seperti berkurangnya ketajaman panca indera,
menurunnya daya tahan tubuh , lebih mudah terkena konstipasi  merupakan
ancaman bagi integritas orang usia lanjut. Belum lagi mereka masih harus
berhadapan dengan kehilangan peran diri, kedudukan sosial serta perpisahan
dengan orang-orang yang dicintai.

II.          TUJUAN PENULISAN

Setelah menyelesaikan tugas keperawatan gerontik diharapkan:

1.         Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada lansia.

2.         Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada lansia


dengan ganguan eliminasi.

3.         Dapat menambah pengetahuan bagi mahasiswa tentang penanganan


pada lansia dengan gangguan eliminasi.
III.          RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam


makalah ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada lansia (Lanjut Usia)
dengan gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi.

IV.          METODE PENULISAN

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode


kepustakaan dan dikutip dari sumber-sumber yang dapat dibuktikan
kebenarannya.

V.          SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan makalah ini yaitu kata pengantar, daftar isi, bab I
pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,
metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II berisi tinjauan pustaka. Bab
III penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Daftar pustaka.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I.          KOSEP DASAR ELIMINASI


Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolism tubuh baik
yang berupa urine maupun fekal (Tarwoto dan wartonah, 2010).

Eliminasi Urine

Eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan sebagai hasil filtrasi


dari plasma darah diglomerolus. Dari 180 liter darah yang masuk keginjal untuk
difiltrasi, hanya 1-2 liter saja yang dapat berupa urine, sebagian besar hasil
filtrasi akan diserap kembali ditubulus ginjal untuk dimanfaatkan tubuh.

Ø  Karakteristik urine normal:

a.       Volume berkisar 250-400ml yang dikeluarkan setiap kali berkemih.

b.      Warna normal kekungin-kunginan jernih. Pada dehidrasi warna


kuning gelap atau kuning coklat, sedangkan karena obat urine dapat
berwarna merah atau orange gelap.

c.       Bau bervariasi tergantung komposisi, bau urine yang aromatic yang
menyengat atau memusingkan timbul karena mengandung amonik.

d.      pH sedikit asam yaitu antara 4,5-8 atau rata-rata 6,0. Namun
demikian, pH dipengaruhi oleh intake makanan. Misalnya urin pada
vegetarian menjadi sedikit basa.

e.       Berat jenis 1.003-1.030.

f.       Komposiss air 93-97%.

g.      Osmolaritas (konsentrasi osmotic) 855-1.335 mOsm/liter

h.      Bakteri tidak ada.

Ø  Komposisi Urine
a.       Zat buangan nitrogen seperti urea, kreatinin, amoniak, asam urat
serta urobilin.

b.      Hasil nutrient dari metabolism seperti karbohidrat, keton, lemak, dan
asam amino.

c.       Ion-ion seperti natrium, klorida, kaliun dan magnesium

Ø  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi urine

1.    Diet dan intake

Jumlah dan tipe makanana mempengaruhi output urine, seperti protein


dan sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar.

2.    Respon keinginan awal untuk berkemih

Beberapa masyarakat mempunyai kebiasaan yang mengabaikan respon


awal untuk berkemih dan hanya pada akhir keinginan berkemih menjadi
lebih kuat. Akibatnya urine banyak tertahan dalam kandung kemih.
Masyarakat ini mempunyai kapasitas kamdung kemih yang lebih dari
normal.

3.    Gaya hidup

Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal eliminasi


urine. Tersedianya fasilitas toilet atau kamar mandi dapat
mempengaruhi frekuensi eliminasi. Praktek eliminasi keluarga dapat
mempengaruhi tingkah laku.

4.    Stress psikologi

Meningkatnya stres seseorang dapat meningkatkan frekuensi keinginan


berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitif untuk keinginan
berkemih dan atau meningkatnya jumlah urine yang diproduksi.
5.    Tingkat aktivitas

Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot.


Eliminasi urine membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik
untuk tonus spingter internal dan eksternal.

6.    Tingkat perkembangan

Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga akan mempengaruhi pola


berkemih. Pada wanita hamil kapasitas kandung kemihnya menurun
karena adanya tekanan dari fetus atau adanya

7.    Kondisi patologis

Saat seseorang dalam keadaan sakit,produksi urinnya sedikit hal ini


disebabkan oleh keinginan untuk minum sedikit.

Ø  Masalah-masalah eliminasi urine:

1.    Retensio urine. Merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih


dan ketidakmampuan pada kandung kemih untuk mengosongkan
kandung kemih. Penyebab distensi kandung kemih adalah urine yang
terdapat dalam kandung kemih melebihi 400 ml normalnya 250-400 ml.

2.    Inkontinensia urine. Ketidakmampuan otot sfingter eksternal


sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urine. Ada dua
jenis inkontinensia urina, yaitu, Inkontinensia stres adalah strea yang
terjadi pada saat tekanan intraabdomen meningkat. Inkontinensia
urgensi adalah inkontinensia yang terjadi saat klien terdesak ingin
berkemih, terjadi akibat ISK bagian bawah atau spasme kandung
kemih.

3.    Enuresis. Ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang


diakibatkan ketidakmampuan untuk mengendalikan sfingter eksterna .
Ø  Perubahan pola berkemih:

1.    Frekuensi : meningkatnya frekuensi berkemih tanpa intake cairan


yang meningkat, biasanya terjadi pada sistitis, stres, wanita hamil

2.    Urgensi. Perasaan segera ingin berkemih yang biasanya terjadi pada
anak karena kemampuan sfingter untuk mengontrol berkurang.

3.    Disuria: rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih misal, ISK.

4.    Poliuri (diuresis): produksi urine melebihi normal tanpa peningkatan


intake cairan, misal pada pasien DM.

5.    Urinari suppression: keadaan ginjal tidak memproduksi urine secara


tiba-tiba. Anuria (urine kurang dari 100 ml/24jam) dan oliguria (urine
berkisar 100-500ml/24jam).

Eliminasi fekal

Eliminasi fekal sangat erat kaitannya dengan saluran pencernaan. Saluran


pencernaan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan
mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan proses penernaan
(pengunyahan, penelanan, dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair dari
mulut sampai anus. Organ utama yang berperan dalam eliminasi fekal adla usus
besar. Usus besar memiliki beberapa fungsi utama yaitu mengabsorpsi cairan dan
elektrolit, proteksi atau perlindungan dengan mensekresikan mukus yang akan
melindungi dinding usus dari trauma oleh feses dan aktivitas bakteri,
mengantarkan sisa makanan sampai ke anus dengan berkontraksi.

Proses eliminasi fekal adalah suatu upaya pengosongan intestin. Pusat


refleks ini terdapat pada medula dan spinal cord. Refleks defekasi timbul karena
adanya feses dalam rectum.

Ø Proses Eliminasi
1.    Sistem digestif (GIT) bertambah lambat sehingga menyebabkan sekresi
cairan digestif dan peristaltik lamban sehingga terjadi penurunan
kemampuan untuk mengkonsumsi makanan tertentu.

2.    Pada lansia banyak makanan yang tidak tercerna dan kadangkadang tak
cukup cairan untuk mencerna sehingga timbul konstipasi.. konstipasi dapat
juga terjadi karena tidak mengkonsumsi makanan yang memadai/kurang
melakukan latihan fisik.

3.    Tidak memadainya konsumsi makanan juga sebagai akibat dari penurunan
respon terhadap tanda-tanda internal terhadap lapar dan haus, perubahan
pada gigi (karena sakit/trauma) sehingga sulit untuk mengunyah.

4.     Keadaan sakit, misalnya : stroke akan menimbulkan kesulitan untuk


mengunyah/menelan.

5.    Kadang lupa dalam konsumsi makanan.

6.    Penggunaan laksatif yang berlebihan dapat menurunakan penyerapan


vitamin-vitamin tertentu yang larut dalam lemak (A, D, E, K).

7.    Pada umumnya keluhan seperti kembung, perasaan tidak enak biasanya
akibat makanan yang kurang bisa dicernakan akibat :

a)    Menurunnya fungsi kelenjar pencernaan.

b)   Menurunnya toleransi terhadap makanan berlemak.

8.    Konstipasi dapat terjadi karena kurangnya kadar selulosa, kurangnya


nafsu makan akibat gigi sudah lepas.

Ø Masalah-masalah umum pada eliminasi Fekal

1.      Konstipasi: gangguan eliminasi yang mengakibatkan adanya feses yang


keras melalui usus besar. Biasanya disebabkan oleh po\la defekasi yang
tidak teratur, penggunaan laksatif dalam jangka waku yang lama, stress
fsikologis, obat-obatan, kuang aktifitas dan usia.

2.      Imfaksi fekal : massa fees yang keras di lipatan rectum yang diakibatkan
oleh retensi dan akumulasi material yang berkepanjangan. Biasanya
disebabkan oleh konstipasi.

3.      Diare : keluarnya feses cairan dan meningkatnya buang air besar akibat
cepatnya kimus melewati usus besar, sehingga usus besar tidak
mempunyai waktu cukup untuk menyerap air. Diare disebabkan oleh stress
fisik, obat-obatan,alergi dan lain-lain.

4.      Inkontinensia alvi : hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol


pengeluaaran feses dan gas yang melalui spingter anus akibat kerusakan
fungsi spingter / persarafan didaerah anus. Penyebabnya karena penyakit
neoromuskular, atau tumor spingter anus eksternal.

5.      Kembung : platus yang berlebihan didaerah intestinal, sehingga


menyebabkan distensi intestinal, dapat disebakan karena konstipasi,
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gas dapat berefek
anestesi.

6.      Hemoroit : kelebran vena didaerah anus sebagai akibat peningkatan


tekanan darah tersebut. Penyebabnya adalah, konstipasi kronis,
peregangan maksimal saat defekasi, kehamilan, dan obesitas.

II.          KONSEP DASAR KEPERAWATAN GERONTIK

1.    Gerontologi

Berbagai istilah berkembang terkait dengan lanjut usia (lansia), yaitu


gerontologi, geriatri, dan keperawatan gerontik. Gerontologi berasal dari kata
Geros : lanjut usia dan Logos : ilmu. Jadi Gerontologi adalah ilmu yang
mempelajari secara khusus mengenai faktor-faktor yang menyangkut lanjut usia.
Gerontologi Ilmu yang mempelajari seluruh aspek menua (Kozier, 1987) Cabang
ilmu yang mempelajari proses menua dan masalah yang mungkin terjadi pada
lanjut usia (Miller, 1990).

2.    Geriatri

Geriatri berasal dari kata Geros : Lanjut usia dan Eatrie :


kesehatan/medikal.

·      Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang penyakit pada lanjut
usia

·      Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari aspek-aspek klinis, preventif


maupun terapeutis bagi klien lanjut usia.

·      Ilmu yang mempelajari proses menjadi tua pada manusia serta akibat
akibatnya pada tubuh manusia. Dengan demikian jelaslah bahwa objek dari
geriatri adalah manusia lanjut usia.

·      Bagian dari ilmu kedokteran yang mempelajari tentang pencegahan


penyakit dan kekurangan-kekurangannya pada lanjut usia.

·      Cabang ilmu kedokteran (medicine) yang berfokus pada masalah


kedokteran yaitu penyakit yang timbul pada lanjut usia (Black & Matassari
Jacob, 1997).

3.    Geriatric Nursing :

a.    Praktek keperawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses menua
(Kozier, 1987).

b.    Spesialis keperawatan lanjut usia yang dapat menjalankan peranya pada
tiap tatanan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan, keahlian dan
keterampilan merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lanjut usia/lansia
secara komprehensif. Oleh karena itu, perawatan lansia yang menderita
penyakit (geriatric nursing) dan dirawat di rumah sakit merupakan bagian
dari Gerontic nursing.

4.    Proses Menua

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara


perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantindes, 1994).
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara
alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup.
Proses menua sertiap individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya,
adakalanya orang belum tergolong lanjut usia (masih muda) tetapi
kekurangan-kekurangan yang menyolok (Deskripansi).

Menurut undang-undang no. 9 tahun 1960 tentang pokok-pokok


kesehatan pasdal 8 ayat 2, berbunyi : Dalam istilah sakit termasuk cacat,
kelemahan dan lanjut usia. Berdasarkan pernyataan ini, maka lanjut usia
dianggap sebagai semacam penyakit. Hal ini tidak benar. Gerontologi
berpendapat lain, sebab lanjut usia bukan suatu penyakit melainkan suatu
masa/tahap hidup manusia, yaitu : bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut
usia.

Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya


daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam tubuh maupun
dari luar tubuh. Walaupun demikian memang harus diakui bahwa ada berbagai
penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia. Proses menua sudah
mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa, misalnya dengan
terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf, dan jaringan lain
sehingga  tubuh “mati” sedikit demi sedikit. Sampai saat ini banyak sekali teori
yang menerangkan “proses menua,” mulai dari teori degeneratif yang didasari
oleh habisnya daya cadangan vital, teori terjadinya atrofi, yaitu : teori yang
mengatakan bahwa proses menua adalah proses evolusi dan teori imunologik,
yaitu : teori adanya produk sampah/waste products dari tubuh sendiri yang
makin bertumpuk. Tetapi seperti diketahui lanjut usia akan selalu
bergendengan dengan perubahan fisiologik maupun psikologik. Yang penting
untuk diketahui bahwa aktivitas fisik dapat menghambat/memperlambat
kemunduran fungsi alat tubuh yang disebabkan bertambahnya umur.

5.    Teori-Teori Proses Menua

a.    Secara individual

1.    Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda.

2.    Masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda.

3.    Tidak ada satu factor pun ditemukan untuk mencegah proses menua.

b.   Teori-teori biologi

1.    Teori genetik dan mutasi (Somatic Mutatie Theory)

Menurut teori ini semua telah terprogram secara genetik untuk spesies-
spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia
yang diprogram oleh molekul-molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya
akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari
sel-sel kelamin. (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).

2.     “Pemakaian dan Rusak” kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-
sel tubuh lelah (terpakai).

3.    Pengumpulan dari pigmen/lemak dalam tubuh yang disebut teori


akumulasi dari  produk sisa. Sebagai contoh adanya pigmen Lipofuchine
di sel otot jantung dan sel susunan syaraf pusat pada orang lanjut usia
yang mengakibatkan menganggu fungsi sel itu sendiri.

4.    Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.


5.    Tidak ada perlindungan terhadap : radiasi, penyakit dan kekurangan
gizi.

6.    Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory) Didalam proses
metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan
tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan
tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh ialah tambahan kelenjar
timus yang pada usia dewasa berinvolusi dan semenjak itu terjadilah
kelainan autoimun. (Menurut Goldteris & Brocklehurst, 1989).

c.    Teori immunologik slow virus (Immunology slow virus theory)

Sistem immun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya


virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

d.   Teori stress

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.


regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
terpakai.

e.    Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik
seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini meyebabkan selsel tidak dapat
regenerasi.

f.     Teori rantai silang

Sel-sel yang tua/usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,


khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,
kekacauan dan hilangnya fungsi.

g.    Teori program


Kemampuan organisme untuk menetapakan jumlah sel yang membelah
setelah sel-sel tersebut mati.

6.    Teori Kejiwaan Sosial

a)      Aktivitas atau kegiatan (Activity Taheory)

°       Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan


secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang
sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.

°       Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut
usia.

°       Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar


tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.

b)      Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)

Dasar kepribadian/tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat
dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya.

c)      Teori Pembebasan (Disengagement Theory)

Putusnya pergaulan/hubungan dengan masyarakat dan kemunduran


individu dengan individu lainnya. Pada lanjut usia pertama diajukan oleh
Cumming and Henry 1961. teori ini menyatakan bahwa dengan
bertambahnya usia seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan
diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi social lanjut usia menurun, baik
secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda
(Triple loos), yakni:

1.      Kerhilangan peran (Loss of Role)


2.      Hambatan kontak sosial (Restraction of Contacts and Relation
Ships)

3.      Berkurangnya komitmen (Redused commitmen to social Mores and


Values).

7.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan

a.    Hereditas : Keturunan/genetik

b.    Nutrisi : Makanan

c.    Status kesehatan

d.   Pengalaman hidup

e.    Lingkungan

f.     Stress

8.    Batasan-Batasan Lanjut Usia

Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara


memuaskan. Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan
umur.

Menurut organisasi kesehatan dunia lanjut usia meliputi :

a)    Usia pertenggahan (middle age), ialah kelompok usia 45-59 tahun.

b)   Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 70 tahun

c)    Lanjut usia tua (old) : antara 75 dan 90 tahun.

d)   Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun


Menurut Dra. Ny. Jos masdani (Psikolog UI)

Mengatakan : lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan


dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu :

a)    Fase iuventus, antara 25 dan 40 tahun

b)   Fase verilitas, antara 40 dan 50 tahun

c)    Fase praesenium, antara 55 dan 65 tahun

d)   Fase senium, antara 65 hingga tutup usia.

9.    Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia

Perubahan-perubahan fisik

Sel

1.    Lebih sedikit jumlahnya

2.    Lebih besar ukurannya.

3.    Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.

4.    Menurunnya proporsi protein diotak, otot, ginjal, darah dan hati.

5.    Jumlah sel otak menurun.

6.    Terganggunya mekanisme perbaikan sel.

7.    Otak menjadi atrofis beratny berkurang 5-10 %.

Sistem persyarafan
1.    Berat otak menurun 10-20 % (setiap orang berkurang sel saraf otaknya
dalam setiap harinya).

2.    Cepatnya menurun hubungan persarafan.

3.    Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan
stress.

4.    Mengecilnya saraf panca indera.

5.    Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf


pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan
rendahnya ketahanan terhadap dingin.

6.    Kurang sensitif terhadap sentuhan.

Sistem pendengaran

1.    Presbiakus (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan (daya)


pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara/nada-nada
yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50 % terjadi
pada usia di atas umur 65 tahun.

2.    Membran tympany menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.

3.    Terjadinya penggumpalan serumen dapat mengeras karena meningkatnya


keratin. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa/stres.

Sistem penglihatan

1.    Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar

2.    Kornea lebih berbentuk sferis (bola)


3.    Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan.

4.    Meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap


kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap.

5.    Hilangnya daya akomodasi.

6.    Menurunnya lapangan pandang : berkurang luas pandangannya.

7.    Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.

Sistem kardiovaskuler

1.    Elastisitas, dinding aorta menurun.

2.    Katup jantung menebal dan menjadi kaku.

3.    Kemempuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun sesudah


berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.

4.    Kehilangan elastisitas pembuluh darah; kurangnya efektivitas pembuluh


darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk
ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
(mengakibatkan pusing mendadak).

5.    Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari


pembuluh darah perifer, sistolis normal ± 170 mmHg. Diastolis normal ± 90
mmHg.

Sistem pengaturan temperatur tubuh


Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu termostat,
yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi berbagai faktor
yang mempengaruhinya. Yang sering ditemui antara lain :

1.    Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik ± 35°C ini


akibat metabolisme yang menurun.

2.    Keterbatasan refleks menggigl dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.

Sistem respirasi

1.    Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.

2.    Menurunnya aktivitas dari silia.

3.    Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik


nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman
bernafas menurun.

4.    Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.

5.    O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg

6.    CO2 pada arteri tidak berganti

7.    Kemampuan untuk batuk berkurang.

8.    Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan
menurun seiring dengan pertambahan usia.

Sistem gastrointestinal
1.    Kehilangan gigi, penyebab utama adanya Periodontal disease yang biasa
terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang
buruk dan gizi yang buruk.

2.    Indera pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir,
atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap
di lidah terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensitifitas dari saraf
pengecap tentang rasa asin, asam dan pahit.

3.    Esofagus melebar.

4.    Lambung, rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam lambung
menurun, waktu mengosongkan menurun.

5.    Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.

6.    Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu)

7.    Liver (hati), makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,


berkurangnya aliran darah.

Sistem reproduksi

1.    Menciutnya ovari dan uterus.

2.    Atrofi payudara.

3.    Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun


adanya penurunan secara berangsur-angsur.

4.    Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (asal kondisi
kesehatan baik), yaitu :

1.    Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia.


2.    Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan
kemampuan seksual.

3.    Tidak perlucemas karena merupakan perubahan alami.

4.    Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi


berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan-
perubahan warna.

Sistem genitourinaria

1.    Ginjal

Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urin


darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal
yang disebut nefron (tepatnya di glomerulus). Kemudian mengecil dan
nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, fungsi
tubulus berkurang akibatnya: kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin,
berat jenis urin menurun, proteinuria (biasanya + 1); BUN (blood urea
nitrogen) meningkat sampai 21 mg %, nilai ambang ginjal terhadap glukosa
meningkat.

2.    Vesika urinaria (kandung kemih) : otot-otot menjadi lemah, kapasitasnya


menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni
meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga
mengakibatkan meningkatnya retensi urin.

3.    Pembesaran prostat ± 75 % dialami oleh pria usia diatas 65 tahun.

4.    Atrofi vulva

5.    Vagina

Orang-orang yang makin menua, sexual intercourse masih juga


membutuhkannya. Tidak ada batasan umur tertentu untuk fungsi sexual
seseorang berhenti. Frekuensi sexual intercourse cenderung menurun secara
bertahap tiap tahun tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan
terus sampai tua.

Sistem endokrin

1.    Produksi dari hampir semua hormon menurun

2.    Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.

3.    Pituitari : Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya di
dalam pembuluh darah: berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan
LH.

4.    Menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR (basal metababolic rate)


dan menurunnya daya pertukaran zat.

5.    Menurunnya produksi aldosteron.

6.    Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya : progesteron, estrogen


dan testeron.

Sistem kulit (integumentary system)

1.    Kulit mengerut/keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

2.    Permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan proses keratinasi
serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis).

3.    Menurunnya respon terhadap trauma.

4.    Mekanisme proteksi kulit menurun :

a.    Produksi serum menurun

b.    Penurunan produksi VTD.


c.    Gangguan pigmentasi kulit

5.    Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.

6.    Rambut dalam hidung dan telinga menebal.

7.    Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi.

8.    Pertumbuhan kuku lebih lambar

9.    Kuku jari lebih menjadi keras dan rapuh.

10.    Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.

11.    Kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya.

12.    Kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.

Sistem muskuloskeletal (musculosceletal system)

1.    Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh.

2.    Kifosis

3.    Pinggang, lutu dan jari-jari pergelangan terbatas.

4.    Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang).

5.    Persendian membesar dan menjadi kaku.

6.    Tendon mengerut dan mengalami sklerosis.

7.    Atrofi serabut otot (otot-otot serabut mengecil) : serabut-serabut otot


mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan
menjadi tremor.

8.    Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.


III.          ASUHAN KEPERAWATAN\

Asuhan keperawatan adalah suatu proses pemecahan masalah yang


mengarahkan perawat dalam memberikan asuhan. Pengkajian merupakan
langkah pertama dalam proses ini yaitu meliputi pengumpulan dan analisa data
dan menghasilkan diagnosa keperawatan. Pengkajian yang berfokus pada
keperawatan sangat penting untuk menetukan diagnosa keperawatan yang dapat
menentukan intervensi dan implementasi keperawatan.

1.    Pengkajian

a.     Eliminasi urine

1.    Urine. Warna : Normal kuning jernih. Bau : Normal aromatik amonia.
Pada overhidrasi  hampir tidak berwarna. Pada dehidrasi orange-
kecoklatan.

2.    Jumlah urine bervariasi tergantung intake. Normal 1 x BAK 250-400 ml.

3.    Distensi kandung kemih ® inkontinensia (tidak dapat menahan BAK)

4.    Frekuensi BAK, tekanan dan desakan.

5.    Kondisi-kondisi tertentu misalnya :

a)    Disuria, keadaan nyeri waktu BAK.

b)   Nokturia, keadaan BAK sering pada malam hari.

c)    Enurisis, keadaan sadar BAK (umumnya pada anakanak).

d)   Polyurie, peningkatan jumlah BAK baik frekuensi maupun volume.

e)    Oliguri, penurunan jumlah BAK frekuensi/jumlahnya.


f)    Anuri, produksi urine <100 /hari.

g)   Retensio, ketidakmampuan mengosongkan bladder, misalnya :


karena obstruksi saluran urethra.

b.    Eliminasi bowel

1.    Status gizi

2.    Pemasukan diit

3.    Anorexia, tidak dicerna, mual dan muntah.

4.    Mengunyah dan menelan.

5.    Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut

6.    Auskultasi bising usus.

7.    Palpasi apakah perut kembung, fecal.

8.    Konstipasi, sudah berapa hari tidak BAB.

9.    Keadaan diare.

2.    Intervensi

a.    Eliminasi Urine

1.    Cukupkan cairan masuk 2000-3000 ml/hari.

2.    Cegah terjadinya inkontinensia :

a)    Jelaskan dan dorong klien untuk BAK tiap 2 jam.


b)   Pertahankan penerangan dikamar mandi untuk mencegah jatuh.

c)    Observasi jumlah urin

d)   Batasi cairan terutama waktu menjelang tidur.

b.    Eliminasi Bowel

1.    Berikan sikap fowler waktu makan

2.    Pertahankan keasaman lambung.

3.    Berikan makanan yang tidak membentuk gas

4.    Cukup cairan

3.    Untuk mencegah sembelit/konstipasi.

a.    Awasi kecukupan cairan dalam diit.

b.    Dorong untuk melakukan aktivitas

c.    Fasilitasi gerak usus dalam mencerna.

d.   Berikan kebebasan dan gerak posisi tubuh normal

e.    Berikan kecukupan konsumsi serat.

f.     Ajarkan latihan kegel.

g.    Ajarkan latihan perut.

h.    Atur waktu makan dan minum.

i.      Atur jumlah makan dan minum.

j.      Berikan laxatif jika perlu.


BAB III

FORMAT PENGKAJIAN LANSIA

I.       Data Biografi

Nama                                         : Ny. S

Umur                                          : 74 tahun

Jenis kelamin                              : Perempuan

Pendidikan                                 : SD

Agama                                       : Islam

Status perkawinan                     : Janda

TB/BB                                       : 149 cm / 37 kg

Penampilan                                : Rapi,bersih,wangi,berpakaian sesuai,


rambut     beruban, menggunakan jilbab, sedikit
bungkuk.

Alamat                                       : Jl. SukaBumi Barat No. 007

Orang yang dekat                      : Ny. Ati

Hubungan                                  : Anak klien

Alamat                                       :  Sda

II.    RIWAYAT KEPERAWATAN


1.      GENOGRAM

Keterangan:

                   : perempuan                                                   : garis


perkawinan

: laki-laki                                               ------  : tinggal dalam


satu rumah

: garis keturunan                                     X    : meninggal dunia


2.      Riwayat Keluarga

Klien adalah anak ke-4 dari lima bersaudara, klien dulunya berasal dari
keluarga petani. Ayah dan ibu klien sudah meninggal. Suami klien sudah
meninggal sejak klien berumur 51 tahun. Sekarang klien tinggal ikut
anaknya.

Dalam keluarga klien ada yang menderita penyakit stroke yaitu kakak
pertamanya dan sudah meninggal.  Dalam lingkungan keluarga klien tidak
ada yang menderita penyakit menular seperti TBparu.

III.  RIWAYAT PEKERJAAN

Pekerjaan saat ini                      : tidak bekerja

Alamat pekerjaan                      : -

Jarak dari rumah                       : -

Transportasi                              : -

Pekerjaan sebelumnya               : Pedagang sayur yang digendong di bahu

Jarak dari rumah                       : ±10 km

Transportasi                              : Jalan kaki

Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan : kebutuhan


klien dipenuhi oleh anak-anaknya.
IV. RIWAYAT LINGKUNGAN

      Jenis lantai rumah                      : porselen

Kondisi lantai                            : kering

Tangga rumah                            : tidak ada

Penerangan                                : cukup

Tempat tidur                              : tanpa ranjang

Alat dapur                                  : tertata rapi

WC                                            : ada dikamar, ± 3 meter dari tempat tidur

Kebersihan lingkungan              : lingkungan bersih, tidak ada barang yang dapat


mebahayakan klien

Jumlah yang tinggal dalam satu rumah     : 5 (lima) orang

Derajat privasi                            : baik

Tetangga terdekat                      :Mbah Saras

Alamat                                       : Jl. Suka- Bumi Barat No. 008

V.    RIWAYAT REKREASI

Hobi/minat                                 : Klien hobby menyulam, bernyanyi

Keanggotaan organisasi             : anggota posyandu lansia  “Kamboja”

Liburan/perjalanan                     : Klien sering diajak anaknya jalan-jalan ke


taman kota.

VI. SISTEM PENDUKUNG

Perawat/Bidan/Dokter               : Mantri Sri

Jarak dari rumah                        : 1 km


RS                                              : RSU DR. Murjani Sampit, ± 4 km dari rumah
klien

Klinik                                         : Puskesmas Baamang 1, ± 1 km dari rumah


klien

Makanan yang dihantarkan       : -

Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga: tidak ada karena klien


masihdapat melakukan aktivitas madiri.

VII.          DESKRIPSI KEKHUSUSAN

Kebiasaan ritual                         : Klien selalu melaksanakan sholat lima waktu


berjamaah di mushola Al-Anshor dekat rumah
klien, dan sering mendengarkan ceraham dari TV.

VIII.       STATUS KESEHATAN

Status kesehatan umum selama setahun yang lalu :sering pegal-pegal dan
kesemutan pada ektremitas, dan hipertensi

Status kesehatan umum selama lima tahun yang lalu : Klien pernah mederita
sakit stroke dan di opname  di RSUD Sragen, Jawa tengah selama 2 minggu

Keluhan utama                          :  3 hari sekali baru BAB, perut terasa penuh

P                                                : -

Q                                               : -

R                                               : -

S                                                : -

T                                                : -

Obat-obatan                               : Ottopan (paracetamol)  500 mg 3x1     


Alergi                                        : klien tidak ada alergi

Obat-obatan                               : -

Makanan                                   : -

Faktor lingkungan                      : -

Penyakit yang diderita               : Hipertensi dan rematik

IX.  AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)

Indeks katz                                : Katz A

Oksigenasi                                 : Klien bernapas dengan hidung, RR : 20x/m

Cairan/elektrolit                         :

Nutrisi                                       : Klien makan 2x sehari, klien makan nasi dan


lauk, klien tidak suka makan sayur, klien minum
air putih 3 gelas sehari (± 750 ml),

Eliminasi                                   : 3 hari sekali baru BAB, perut dintesi, bising


usus 3x/m, BAK

                                                   

Aktivitas                                    : semua aktivitas klien sehari-hari dapat


dikerjakan secara mandiri

Istirahat&tidur                           : Klien tidak terbiasa tidur siang. Jika malam


hari klien mulai tidur pukul 22.00 sampai 04.00
pagi. Pada saat tidur klien sering terbangun.
Personal hygiene                       : Klien mandi 2x sehari, keramas 2 hari sekali,
berganti pakaian setiap hari

Seksual                                      : Klien sudah menopause sejak berumum 51


tahun, dan sudah tidak memiliki pasangan, sejak menopause klien sudah tidak
ada keinginan untuk berhubungan dengan dengan lawan jenis.

X.    PSIKOLOGI KOGNITIF PERSEPTUAL

Konsep diri                                : baik

Emosi                                        : stabil

Adaptasi mekanisme pertahan diri : baik

Status mental :

·      Tingkat kesadaran              :  compos mentis

·      Afasia                                : tidak ada

·      Dimensia                            : ada

·      Orientasi                             : baik

·      Bicara                                 : normal dan lancar

·      Bahasa yang digunakan      : bahasa banjar dan bahasa indonesia

·      Kemampuan membaca       : klien bisa membaca

·      Kemampuan interaksi        : klien mampu berinteraksi dengan baik dan
sesuai

·      Vertigo                               : ada

·      SPSMQ                               : skor 2 = fungsi mental utuh


·      MMSE                                : skor 2 = baik

·      GDS                                   : skor 4 = tidak ada depresi

·      APGAR                              : skor  10 = rendah

XI. TINJAUAN SISTEM

Keadaan umum                         : baik

Tingkat kesadaran                     : compos mentis

Tanda-tanda vital                       : TD: 190/100 mmHg, Nadi: 74x/m,  RR:


20x/m,

                                                    Suhu : 36,5 ° C, TB : 149 cm, BB, 37 kg

PENGKAJIAN PERSISTEM

B1/pernapasan

·      Bentuk dada                     : simetris

·      Sekeresi dan batuk           : tidak ada batuk

·      Pola napas                        : RR: 20x/m, reguler

·      Bunyi napas                     : vesikuler

·      Pergerakan dada               : normal

·      Tractil fremitis                 : tidak ada


·      Alat bantu pernapasan     : klien tidak menggunakan alat bantu
pernapasan

B2/Kardiovaskuler

·      Nadi                                 : 74x/m, reguler dan kuat

·      Bunyi janting                   : normal

·      Letak jantung                   : ictus cordis teraba pada interkosta ke-lima


kira-kira

                                          satu jari medial dari garis midclviucla

·      Pembesaran jantung         : ada

·      Nyeri dada                       : tidak ada

·      Oedeme                           : tidak ada

·      Clubbing finger                : tidak ada

B3/ persarafan

Ø Tingkat kesadaran            : compos mentis

·      GCS                            : 15, eye: 4, verbal:5, motorik: 6

·      Reflek                         : normal

·      Koordinasi gerak         : Klien mampu mengkoordinasikan gerak

·      Kejang                         : tidak ada

Penginderaan (persepsi sensori)


1.    Mata

·      Bentuk                        : normal

·      Visus                           : -

·      Pupil                            : isokor

·      Gerak bola mata          : menyempit

·      Medan penglihatan      : menyempit

·      Buta warna                  : tidak ada

·      Tekanan Intra Okuler  : tidak

2.    Hidung

·      Bentuk                        : normal

·      Gagguan penciuman    : tidak ada

3.    Telinga

·      Aurikel                        : normal

·      Membaran timpani      : keruh

·      Ottorhochea                : tidak ada

·      Gangguan pendengaran: ada

·      Tinitus                         : ada

4.    Perasa                              : normal

5.    Peraba                              : normal


B4/perkemihan

·      Masalah kandung kemih : Tidak terjadi nyeri saat BAK, tidak ada distensi
suprapubik , BAK lancar , tidak terjadi infeksi, tidak terjadi terjadi
inkontinensia urine.

·      Produksi urin                   : volume BAK ± 400 ml / hari

·      Frekuensi BAK                : 3 – 4 x/hari

·      Warna                              : kuning

·      Bau                                  :amoniak

B5/eliminasi alvi

1.    Mulut dan tenggorokan

·      Mulut                               : mukosa lembab

·      Lidah                               : normal

·      Kebersihan rongga muluat : tidak berbau, gigi bersih, tidak ompong,

·      Tengorokan                      : tidak ada keluhan

·      Abdomen                         : dintensi

·      Pembesaran hepar            : tidak ada

·      Pembesaran lien               : tidak ada

·      Asites                               : tidak ada

2.    Masalah usus dan rektum


·      BAB                                 : 3 hari sekali baru BAB, perut terasa penuh

·      Obat pencahar                  :

·      Lavamen                          :

B6/Otot/tulang/integumen

1.    Otot-tulang

·      Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai : bebas

Kemampuan kekuatan otot :

·      Fraktur                        : tidak ada 

·      Dislokasi                     : tidak ada

·      Hematoma                   : tidak ada

2.    Integumen

·      Warna kulit                 : sawo matang

·      Turgor                         : tidak elastis

·      Tulang belakang          : kiposis

REPRODUKSI

Payudara

·      Bentuk                        : simetris

·      Benjolan                      : tidak ada


Kelamin

·      Bentuk                        : normal

·      Keputihan                   : tidak ada

·      Siklus haid                  : klien sudah menopause

ENDOKRIN

·      Faktor alergi                : tidak ada

·      Manifestasi                  : -

·      Cara mengatasi            : -

·      Kelainan endokrin       : tidak ada

PENGETAHUAN KLIEN TENTANG KESEHATAN DIRINYA

Klien tahu bahwa dirinya sakit hipertensi dan rematik, tapi klien menganggap
sakitnya itu adalah sakit orang sudah tua.

ANALISA DATA

No Data Penyebab Masalah


            DS : Pemenuhan Gangguan Bowel
1.     Klien mengatakan 2 hari ini tidak kebutuhan gizi Eliminasi ( BAB )
bias BAB. tidak seimbang.
2.     Klien mengatakan tidak suka
makan sayur dan hanya minum air
putih sebanyak 3 gelas.

DO :
1.    Klien hanya makan nasi dan
sedikit sayur mayur.
2.    Bising usus 3 x /menit
3.    Perkusi abdomen hypertimpani.

RENCANA KEPERAWATAN

No. Dx. Kep. Tujuan Intervensi Rasional


1.        Gangguan Setelah dilakukan 1.  Kaji pengetahuan klien1.    Untuk mengetahui
Bowel Intervensi mengenai pemahaman tingkat pengetahuan
Eliminasi keperawatan dalam tentang nutrisi. klien tentang nutrisinya.
( BAB ) b.d waktu 2 X 24 jam
Pemenuha klien dapat BAB 2.   Anjurkan klien makan 2.    Sayur dan buah
n secara normal. sayur dan buah. merupakan makanan
kebutuhan Kriteria hasil : yang yang tinggi serat
gizi tidak 1.  Klien mendapatkan sehingga dapat
seimbang. nutrisi yang cukup membantu melancarnak
dengan gizi yang n pencernaan.
seimbang.
2.  Klien dapat BAB 3.    Untuk membantu
dengan lancer 3.  klien untuk
melunakan feses.
maksimal dalam meningkatkan intake

waktu 2 X 24 jam . cairan ± 1500 cc yang


dipenuhi secara
bertahap.

4.  Anjurkan klien untuk 4.    Untuk mengurasi


makan makanan yang kembung/ distensi.
tidak bergas.

5.  Lakukan auskultasi 5.    Untuk mengetahui


bising usus. keefektifan rencana
sebelumnya.

IMPLEMENTASI

No Dx.
Implementasi Evaluasi
. Kep.
1.   1 1.  Mengkaji pengetahuan klien mengenai S: “Saya sudah dapat BAB dengan
1.
pemahaman tentang nutrisi. Hasil: “yang saya lancar, minum sebanyak 5 gelas /
tahu saya harus makan makanan yang sedikit hari, mau mencoba mengkonsumsi
garam agar tensi saya tidak naik. sayuran dan buah- buahan”.

2.  Menganjurkan klien makan sayur dan buah. O:


Hasil: “ saya akan mencoba makan sayur”     Bising usus 10x / menit.
    Makan dengan lauk – pauk dan
3.  Menganjurkan klien untuk meningkatkan sayuran.
intake cairan ± 1500 cc yang dipenuhi secara     Perkusi abdomen tympani.
bertahap. Hasil: “nanti saya akan mencoba
minum yang banyak”. A:Masalah teratasi
4.  Menganjurkan klien untuk makan makanan P: Hentikan intervensi
yang tidak bergas. Hasil: “saya akan
mengurangi makan singkong”

5.  Melakukan auskultasi bising usus. Hasil:


bising usus 5x/m

BAB III

PENUTUP

I.     KESIMPULAN

Pada lansia sistem gastrointestinal mengalami perubahan seperti


kehilangan gigi,  indra pengecap yang mengalami penurunan fungsi, rasa lapar
yang menurun, peristaltic yang menurun dan lain-lain. Sehingga pada lansia pola
eliminasi urine dan fekal mengalami perubahan dimana perawat harus mampu
membantu lansia dalam menghadapi perubahan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Asfawan. M, Dkk. 1988. Gizi dan Kesehatan Manula (Manusia Lanjut Usia).
Jakarta : PT Mediyatama Sarana Prakarsa

Lueckenofte, 1998. Pedoman Praktis Pengkajian Gerontologi Edisi 2. Jakarta:


EGC

Nugroho, W. 2000. Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC


Watson, R. 2003. Perawatan pada Lansia. Jakarta : EGC

Tarwoto, Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika

Diposkan 31st March 2012 oleh Inka Februaria

Tambahkan komentar

7.

Mar

31

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


PADA PASIEN LANSIA DENGAN
MASALAH PEMENUHAN
KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN
KEAMANAN (kelompok 2)

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA PASIEN LANSIA DENGAN

MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN

KESELAMATAN DAN KEAMANAN


Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

1.     Dedi Darma Putra

2.     Edi Taufikurahman

3.     Kiki Apriliyanti

4.     Novia Yesiana

AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

Jl. Batu Berlian No.11 Telp (0531) 22960

2012

KATA PENGANTAR
               Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-
Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi
mahasiswa/I akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.

               Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen
mata kuliah Keperawatan Gerontik dengan judul Standar ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN MASALAH PEMENUHAN
KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN. Dalam penulisan makalah ini
penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para
pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan
membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.

               Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.

               Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Amin.

Sampit,       Maret 2012

DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR .................................................................................................................    
i
DAFTAR
ISI ...............................................................................................................................    ii

BAB     I............................................................................................................................


PENDAHULUAN

A. LATAR
BELAKANG...............................................................................................    1

B.  TUJUAN
PENULISAN ............................................................................................    2

C.  RUMUSAN
MASALAH...........................................................................................    2

D. METODE
PENULISAN............................................................................................    2

E.  SISTEMATIKA
PENULISAN..................................................................................    2

BAB II  PEMBAHASAN

A. PERAN PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN


KEAMANAN....    3

B.  KESELAMATAN DAN


KEAMANAN...................................................................    4

BAB III.............................................................................................................................
PENUTUP

A.
KESIMPULAN ...................................................................................................
...... 39

B. 
SARAN ...............................................................................................................
....... 39

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG

Seiring dengan meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan di negara maju dan


negara berkembang, maka bertambahlah usia harapan hidup penduduk negara
tersebut. Hal ini berarti, akan bertambahnya populasi penduduk lanjut usia (lansia).
Di Indonesia dan beberapa negara berkembang lainnya seseorang dikelompokkan ke
dalam golongan lansia jika umur kronologisnya sudah 60 tahun (Kane, 1994).

Penyakit pada usia lanjut dengan gejala khas yaitu multipatologi (lebih dari satu
penyakit), kemampuan fisiologis tubuh yang sudah menurun, tampilan gejala yang
tidak khas/menyimpang, dan penurunan status fungsional (kemampuan kreraktivitas).
Penyakit-penyakit yang ditemukan pada pasien geriatri umumnya adalah penyakit
degeneratif kronik (Kane, 1994).

Setiap orang pasti ingin memiliki masa tua yang bahagia tetapi keinginan tidaklah
selalu dapat menjadi nyata. Pada kehidupan nyata, banyak sekali lansia-lansia yang
menjadi depresi, stress, dan berpenyakitan. Banyak kita temukan lansia yang dikirim
ke panti jompo dan tidak terurus oleh keluarga, ada lansia yang diasingkan dari
kehidupan anak cucunya meskipun hidup dalam lingkungan yang sama, ada lansia
yang masih harus bekerja keras meskipun sudah tua, dan masih banyak hal-hal
lainnya yang menjadi penyebab (Lueckenotte, 2000; Hall & Hassett, 2002).

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan


paling besar untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang komprehensif
dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik, salah satunya
dalam pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan.

B.   TUJUAN PENULISAN

Untuk mengidentifikasi pemahaman perawat terhadap pemenuhan kebutuhan


keselamatan dan keamanan klien pada pasien lansia.
C.   RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah bagaimana asuhan keperawatan pada lansia (Lanjut Usia) dengan pemenuhan
kebutuhan keselamatan dan keamanan.

D.   METODE PENULISAN

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode kepustakaan
dan dikutip dari sumber-sumber yang dapat dibuktikan kebenarannya.

E.   SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan makalah ini yaitu Kata Pengantar, Daftar Isi, Bab I
Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan,
Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II Pembahasan. Bab III Penutup
yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran. Daftar Pustaka.

BAB II

PEMBAHASAN

A.  PERAN PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN

         Peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dapat berperan secara
langsung maupun tidak langsung. Secara langsung perawat dapat melakukan asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami masalah terkait dengan ketidakterpenuhinya
kebutuhan keamanan. Adapun peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan
adalah sebagai berikut:

1.            Pemberi perawatan langsung (care giver); perawat memberikan bantuan


secara langsung pada klien dan keluarga yang mengalami masalah terkait dengan
kebutuhan keamanan.
2.            Pendidik, perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan
keluarga agar klien dan keluarga melakukan program asuhan kesehatan keluarga
terkait dengan kebutuhan keamanan secara mandiri, dan bertanggung jawab terhadap
masalah keamanan keluarga.

3.            Pengawas kesehatan, perawat harus melakukan ”home visit” atau kunjungan
rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang
kebutuhan keamanan klien dan keluarga.

4.            Konsultan, perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi


masalah keamanan keluarga. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat
maka hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap
terbuka dan dapat dipercaya.

5.            Kolaborasi, perawat juga harus bekerja sama dengan lintas program maupun
secara lintas sektoral dalam pemenuhan kebutuhan keamanan keluarga untuk
mencapai kesehatan dan keamanan keluarga yang optimal.

6.            Fasilitator, perawat harus mampu menjembatani dengan baik terhadap


pemenuhan kebutuhan keamanan klien dan keuarga sehingga faktor risiko dalam
ketidakpemenuhan kebutuhan keamanan dapat diatasi.

7.            Penemu kasus/masalah, perawat mengidentifikasi masalah keamanan secara


dini, sehingga tidak terjadi injuri atau risiko jatuh pada klien yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan keamanannya.

8.            Modifikasi lingkungan, perawat harus dapat memodifikasi lingkungan baik


lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat agar tercipta lingkungan yang
sehat dalam menunjang pemenuhan kebutuhan keamanan.

B.  KESELAMATAN DAN KEAMANAN

         Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari
ancaman bahaya atau kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak dapat
diduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan keamanan
adalah keadaan aman dan tentram.

KONSEP DASAR

1.      Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan keselamatan dan keamanan

a.       Usia
      Pada anak-anak tidak terkontrol dan tidak mengetahui akibat dari apa yang dilakukan.
Pada orang tua atau lansia akan mudah sekali terjatuh atau kerapuhan tulang.

b.      Tingkat kesadaran

      Pada pasien koma, menurunnya respons terhadap rangsang, paralisis, disorientasi, dan
kurang tidur.

c.       Emosi

      Emosi seperti kecemasan, depresi, dan marah akan mudah sekali terjadi dan
berpengaruh terhadap masalah keselamatan dan keamanan.

 d.      Status mobilisasi

      Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun


memudahkan terjadinya risiko injuri atau gangguan integritas kulit.

e.       Gangguan persepsi sensori

      Kerusakan sensori akan memengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya
seperti gangguan penciuman dan penglihatan.

f.       Informasi/komunikasi

      Gangguan komunikasi seperti afasia atau tidak dapat membaca menimbulkan
kecelakaan.

g.      Penggunaan antibiotik yang tidak rasional

      Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan syok anafilaktik

h.      Keadaan imunitas

      Gangguan imunitas akan menimbulkan daya tahan tubuh yang kurang sehingga
mudah terserang penyakit.

i.        Ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi sel darah putih

      Sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap suatu penyakit.

j.        Status nutrisi

      Keadaan nutrisi yang kurang dapat menimbulkan kelemahan dan mudah terserang
penyakit, demikian sebaliknya, kelebihan nutrisi berisiko terhadap penyakit tertentu.
k.      Tingkat pengetahuan

      Kesadaran akan terjadinya gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi
sebelumnya.

2.      Macam-macam bahaya atau kecelakaan

a.       Di rumah

·         Tersedak.

·         Jatuh.

·         Tertelan alat-alat rumah tangga.

·         Tersiram air panas.

·         Jatuh dari jendela atau tangga.

·         Terpotong.

·         Luka tusuk atau luka gores.

·         Luka bakar.

·         Tenggelam.

·         Terkena pecahan kaca.

·         Jatuh dari sepeda.

·         Keracunan.

b.      Di rumah sakit

·         Mikroorganisme.

·         Cahaya.

·         Kebisingan.

·         Temperatur.
·         Kelembapan.

·         Cedera atau jatuh.

·         Kesalahan prosedur.

·         Peralatan medik.

·         Radiasi.

·         Keracunan inhalasi, injeksi.

·         Syok elektrik.

·         Asfiksia dan kebakaran.

3.      Pencegahan kecelakaan di rumah sakit

a.       Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri sendiri dari
kecelakaan.

b.      Menjaga keselamatan pasien yang gelisah selama berada di tempat tidur.

c.       Menjaga keselamatan klien dari infeksi dengan mempertahankan teknik


aseptik, menggunakan alat kesehatan sesuai tujuan.

d.      Menjaga keselamatan klien yang dibawa dengan kursi roda.

e.       Menghindari kecelakaan:

·         Mengunci roda kereta dorong saat berhenti.

·         Tempat tidur dalam keadaan rendah dan ada penghalang pada pasien
yang gelisah.

·         Bel berada pada tempat yang mudah dijangkau.

·         Meja yang mudah dijangkau.

·         Kereta dorong ada penghalangnya.

f.       Mencegah kecelakaan pada pasien yang menggunakan alat listrik misalnya
suction, kipas angin, dan lain-lain.
g.      Mencegah kecelakaan pada klien yang menggunakan alat yang mudah
meledak seperti tabung oksigen dan termos.

h.      Memasang label pada obat, botol, dan obat-obatan yang mudah terbakar.

i.        Melindungi semaksimal mungkin klien dari infeksi nosokomial seperti


penempatan klien terpisah antara infeksi dan non-infeksi.

j.        Mempertahankan ventilasi dan cahaya yang adekuat.

k.      Mencegah terjadinya kebakaran akibat pemasangan alat bantu penerangan.

l.        Mempertahankan kebersihan lantai ruangan dan kamar mandi.

m.    Menyiapkan alat pemadam kebakaran dalam keadaan siap pakai dan mampu
menggunakannya.

n.      Mencegah kesalahan prosedur; identitas klien harus jelas.

KESELAMATAN DAN KEAMANAN PADA LANSIA

PENYEBAB KECELAKAAN PADA LANSIA:

1.      Fleksibilitas ekstremitas yang berkurang

2.      Fungsi penginderaan dan pendengaran menurun

3.      Pencahayaan yang kurang

4.      Lantai licin dan tidak rata

5.      Tangga tidak ada pengaman

6.      Kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak

7.      Kehilangan kesadaran tiba-tiba (syncope)

TINDAKAN PENGAMANAN PADA LANSIA:

1.      Berikan alat bantu yang sesuai

2.      Latih lansia untuk mobilisasi

3.      Usahakan ada yang menemani jika bepergian


4.      Letakkan peralatan terjangkau lansia

5.      Gunakan tempat tidur tidak terlalu tinggi

6.      Penataan ruangan harus bebas lalu lalang

7.      Upayakan lantai bersih, tidak licin, rata, dan tidak basah

8.      Hindari lampu redup/menyilaukan

PENGKAJIAN DAN PENCEGAHAN JATUH PADA LANSIA

A.    DEFINISI

      Jatuh adalah suatu kejadian yang di laporkan penderita atau saksi mata ,yang
melibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai /tempat yang lebih
rendah atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Reuben) Jatuh sering terjadi atau
dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor berperan di dalamnya ,kelemahan otot
ekstremitas bawah kekakuan sendi, sinkope dan dizzines ,serta faktor ekstrinsik sertai
lantai yang licin dan tidak rata tersandung benda-benda ,pengelihatan kurang terang
dan sebagainya. Tidak mengejutkan bahwa jatuh merupakan kejadian yang
mempercepat patah tulang pada orang dengan kepadatan mineral tulang {Bone
Mineral Density(BMD)} rendah.

      Jatuh dapat dicegah sehingga akan mengurangi risiko patah tulang. Jatuh adalah
penyebab terbesar untuk patah tulang pinggul dan berkaitan dengan meningkatnya
risiko yang berarti terhadap berbagai patah tulang meliputi punggung, pergelangan
tangan, pinggul, lengan bagian atas.

      Jatuh dapat disebabkan oleh banyak faktor, sehingga strategi pencegahan harus
meliputi berbagai komponen agar sukses. Aktivitas fisik meliputi pola gerakan yang
beragam seperti latihan kekuatan atau kelas aerobik dapat meningkatkan massa tulang
sehingga tulang lebih padat dan dapat menurunkan risiko jatuh.

Mengurangi Risiko Jatuh

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko jatuh dan meminimalisir
dampak dari jatuh yang terjadi. Pedoman yang dikeluarkan oleh American Geriatrics
Society, British Geriatrics Society, dan American Academy of Orthopedi Surgeons
pada pencegahan jatuh meliputi beberapa rekomendasi untuk orang tua(AGS et
al.2001) .
Faktor-faktor lingkungan yang sering dihubungan dengan kecelakaan pada
lansia

Faktor penyebab jatuh pada lansia dapat dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu:

1.      Faktor Intrinsik

      Faktor instrinsik dapat disebabkan oleh proses penuaan dan berbagai penyakit
seperti Stroke dan TIA yang mengakibatkan kelemahan tubuh sesisi, Parkinson
yang mengakibatkan kekakuan alat gerak, maupun Depresi yang menyebabkan
lansia tidak terlalu perhatian saat berjalan.

      Gangguan penglihatan pun seperti misalnya katarak meningkatkan risiko jatuh
pada lansia. Gangguan sistem kardiovaskuler akan menyebabkan syncope,
syncope lah yang sering menyebabkan jatuh pada lansia. Jatuh dapat juga
disebabkan oleh dehidrasi. Dehidrasi bisa disebabkan oleh diare, demam, asupan
cairan yang kurang atau penggunaan diuretik yang berlebihan.

2.      Faktor Ekstrinsik

      Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua atau tergeletak di
bawah, tempat tidur tidak stabil atau kamar mandi yang rendah dan tempat
berpegangan yang tidak kuat atau tidak mudah dipegang, lantai tidak datar, licin
atau menurun, karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang tebal/menekuk
pinggirnya, dan benda-benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser, lantai
licin atau basah, penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan), alat
bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya.

B.     PENCEGAHAN

      Pencegahan dilakukan berdasar atas faktor resiko apa yang dapat
menyebabkan jatuh seperti faktor neuromuskular, muskuloskeletal, penyakit yang
sedang diderita, pengobatan yang sedang dijalani, gangguan keseimbangan dan
gaya berjalan, gangguan visual, ataupun faktor lingkungan. dibawah ini akan di
uraikan beberapa metode pencegahan jatuh pada orang tua :
1.      Latihan fisik

Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan meningkatkan kekuatan tungkai
dan tangan,memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan meningkatkan reaksi terhadap
bahaya lingkungan,latihan fisik juga bisa mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif.
Latihan fisik yang dianjurkan yang melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan
semampunya, salah satunya adalah berjalan kaki.(1,4,5,6)

2.      Managemen obat-obatan

Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik di antara:

§  Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat

§  Gunakan alat bantu berjalan jika memang diperlukan selama pengobatan

§  Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama terutama


sedatif dan tranquilisers

§  Hindari pemberian obat multiple (lebih dariempat macam) kecuali atas indikasi
klinis kuat

§  Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan

3.      Modifikasi lingkungan

Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas ataudingin untuk menghindari pusing akibat
suhu diantara:

§  Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada dalam


jangkauan tanpa harus berjalan dulu

§  Gunakan karpet antislip di kamar mandi.

§  Perhatikan kualitas penerangan di rumah.

§  Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas.

§  Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu tambahan untuk
daerah tangga.
§  Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang biasa
untuk melintas.

§  Gunakan lantai yang tidak licin.

§  Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah, menghindari


tersandung.

§  Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti misalnya di kamar


mandi.

4.      Memperbaiki kebiasaan pasien lansia misalnya : 

§  Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat.

§  Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus.

§  Mengambil barang dengan cara yang benar dari Lantai.

§  Hindari olahraga berlebihan.

5.      Alas kaki

Perhatikan pada saat orang tua memakai alas kaki:

§  Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar

§  Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk menjaga
keseimbangan

§  Pakai sepatu yang antislip

6.      Alat bantu jalan

Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan difokuskan untuk
mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor yang mendasarinya.

§  Penggunaannya alat bantu jalan memang membantu meningkatkan


keseimbangan, namun di sisi lain menyebabkan langkah yang terputus dan
kecenderungan tubuh untuk membungkuk, terlebih jika alat bantu tidak
menggunakan roda. Karena itu penggunaan alat bantu ini haruslah
direkomendasikan secara individual.

§  Apabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat ditangani
dengan obat-obatan maupun pembedahan. Oleh karena itu, penanganannya
adalah dengan alat bantu jalan seperti cane (tongkat), crutch (tongkat ketiak)
dan walker. (Jika hanya 1 ekstremitas atas yang digunakan, pasien dianjurkan
pakai cane). Pemilihan cane type apa yang digunakan, ditentukan oleh
kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan. Jika ke-2 ekstremitas atas
diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan tidak perlu menunjang
berat badan, alat yang paling cocok adalah four-wheeled walker.  Jika kedua
ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan
menunjang berat badan, maka pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi yang
diperlukan dalam menunjang berat badan.

7.      Periksa fungsi penglihatan dan pendengaran

8.      Hip protektor : terbukti mengurangi resiko fraktur pelvis.

9.      Memelihara kekuatan tulang

§  Suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin D terbukti meningkatkan


densitas tulang dan mengurangi resiko fraktur akibat terjatuh pada orang tua

§  Berhenti merokok

§  Hindari konsumsi alkohol

§  Latihan fisik

§  Anti-resorbsi seperti biophosphonates dan modulator reseptor estrogen

§  Suplementasi hormon estrogen / terapi hormon pengganti.


ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

1.      Faktor-faktor yang berhubungan dengan sistem sensori komunikasi pasien seperti
adanya perubahan perilaku pasien karena gangguan sensori komunikasi:

a. Halusinasi;

b.Gangguan proses pikir;

c.    Kelesuan;

d.      Ilusi;

e. Kebosanan dan tidak bergairah;

f.    Perasaan terasing;

g.Kurangnya konsentrasi;

h.Kurangnya koordinasi dan keseimbangan. 

2.      Faktor risiko yang berhubungan dengan keadaan lain:

a. Kesadaran menurun;

b.Kelemahan fisik;

c.    Imobilisasi;

d.      Penggunaan alat bantu.

Pengkajian klien dengan resiko injuri meliputi:

Pengkajian resiko (Risk assessment tools) dan adanya bahaya dilingkungan klien
(home hazards appraisal).

a.       Resiko Jatuh


§  Usia klien lebih dari 65 tahun

§  Riwayat jatuh di rumah atau RS

§  Mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran

§  Kesulitan berjalan atau gangguan mobilitas

§  Menggunakan alat bantu (tongkat, kursi roda, dll)

§  Penurunan status mental (disorientasi, penurunan daya ingat)

§  Mendapatkan obat tertentu (sedatif, hypnotik, tranquilizers, analgesics,


diuretics, or laxatives)

b.      Riwayat kecelakaan

Beberapa orang memiliki kecenderungan mengalami kecelakaan berulang, oleh


karena itu riwayat sebelumnya perlu dikaji untuk memprediksi kemungkinan
kecelakaan itu terulang kembali

c.       Keracunan

Beberapa anak dan orang tua sangat beresiko tinggi terhadap keracunan. Pengkajian
meliputi seluruh aspek pengetahuan keluarga tentang resiko bahaya keracunan dan
upaya pencegahannya.

d.      Kebakaran

Beberapa penyebab kebakaran dirumah perlu ditanyakan tentang sejauh mana klien
mengantisipasi resiko terjadi kebakaran, termasuk pengetahuan klien dan keluarga
tentang upaya proteksi dari bahaya kecelakaan akibat api.

e.       Pengkajian Bahaya

Meliputi mengkaji keadaan: lantai, peralatan rumah tangga, kamar mandi, dapur,
kamar tidur, pelindung kebakaran, zat-zat berbahaya, listrik, dll apakah dalam
keadaan aman atau dapat mengakibatkan kecelakaan.

f.       Keamanan (spesifik pada lansia di rumah)

Gangguan keamanan berupa jatuh di rumah pada lansia memiliki insidensi yang
cukup tinggi, banyak diantara lansia tersebut yang akhirnya cedera berat bahkan
meninggal. Bahaya yang menyebabkan jatuh cenderung mudah dilihat tetapi sulit
untuk diperbaiki, oleh karena itu diperlukan pengkajian yang spesifik tentang keadaan
rumah yang terstuktur.
Contoh pengkajian checklist pencegahan jatuh pada lansia yang dikeluarkan oleh
Departemen kesehatan dan pelayanan masyarakat Amerika.

Diagnosa Keperawatan dan Intervensi (Tarwoto dan Wartonah)

1.      Risiko injuri

Definisi: kondisi dimana pasien berisiko mengalami injuri akibat hubungannya dengan
kondisi lingkungan, adaptasi, dan sumber-sumber yang mengancam.

Y     Kemungkinan berhubungan dengan:

a.       Kurangnya informasi tentang keamanan;

b.      Kelemahan;

c.       Gangguan kesadaran;

d.      Kurangnya koordinasi otot;

e.       Epilepsi;

f.       Episode kejang;

g.      Vertigo;

h.      Gangguan persepsi.

Y     Kemungkinan data yang ditemukan:

a.       Perlukaan dan injuri.

Y     Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

a.       AIDS;
b.      Demensia;

c.       Pengobatan barbiturat, halosinogen, dan benzodiazepin;

d.      Epilepsi;

e.       Penyakit perdarahan.

Y     Tujuan yang diharapkan:

a.       Injuri tidak terjadi.

Y     Intervensi:

a.       Cek keadaan pasien setiap jam dan berikan penghalang pada tempat
tidurnya

b.      Cek tanda vital setiap 4 jam dan kepatenan saluran pernapasan

c.       Jangan tinggalkan obat yang dekat dengan tempat tidurnya

d.      Siagakan alat-alat emergensi seperti suction dan intubasi pada tempatnya

e.       Kunci roda tempat tidur

f.       Posisi kepala lebih ditinggikan

g.      Berikan penerangan yang cukup pada malam hari

h.      Kolaborasi dengan dokter dalam menangani masalah gangguan persepsi


pasien

i.        Bantu pasien dalam pergerakan/aktivitas ke toilet

j.        Lakukan kajian keadaan kulit pasien dan gunakan tempat tidur khusus
untuk mencegah dekubitus

k.      Berikan pendidikan kesehatan tentang:

·        Perubahan gaya hidup seperti merokok dan minum alkohol

·        Pencegahan injuri di rumah

Y      Rasional:

a.       Pencegahan primer


b.      Monitor faktor risiko

c.       Mencegah terjadinya kecelakaan

d.      Dibutuhkan pada saat emergensi

e.       Mempertahankan keamanan

f.       Mencegah aspirasi

g.      Mencegah jatuh

h.      Mencegah kecelakaan akibat gangguan sensori

i.        Mencegah kecelakaan

j.        Mencegah komplikasi akibat injuri

k.      Mencegah injuri

2.      Perubahan proteksi

Definisi: kondisi di mana pasien mengalami penurunan kemampuan untuk melindunginya


dirinya sendiri dari penyakit, baik dari luar maupun dari dalam tubuh.

Y     Kemungkinan berhubungan dengan:

a.       Defisit imunologi;

b.      Malnutrisi;

c.       Kemoterapi atau efek pengobatan;

d.      Penglihatan yang kurang;

e.       Kurang informasi tentang keselamatan.

Y     Kemungkinan data yang ditemukan:

a.       Riwayat kecelakaan;

b.      Lingkungan yang beresiko.

Y     Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:


a.       Usia: kematangan, sangat tua;

b.      Nutrisi kurang;

c.       Gangguan darah;

d.      Pembedahan;

e.       Radiasi atau kemoterapi;

f.       Penyakit imunitas;

g.      AIDS.

Y     Tujuan yang diharapkan:

Pasien tidak mengalami infeksi nosokomial

Y     Intervensi:

a.       Luangkan waktu untuk menjelaskan tentang proteksi/metode isolasi

b.      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian pengobatan

c.       Jaga pasien dari injuri dan infeksi

d.      Monitor tanda vital, integritas kulit, efek obat, dan pendarahan dari
bekas suntikan

e.       Tekan tempat penyutikan setelah menyuntik

f.       Berikan diet adekuat

g.      Lakukan pendidikan kesehatan tentang:

·         Pemberian pengobatan

·         Mempertahankan keamanan

·         Teknik isolasi

·         Penggunaan alat-alat proteksi

Y     Rasional:

a.       Mengurangi risiko penularan penyakit


b.      Mengatasi faktor penyebab

c.       Mengurangi risiko infeksi

d.      Data dasar untuk membandingkan adanya gangguan proteksi

e.       Menghindari pendarahan

f.       Meningkatkan daya tahan tubuh

g.      Memberikan pengetahuan dasar tentang menjaga keamanan diri

3.      Risiko tinggi infeksi

Definisi: kondisi di mana pasien mempunyai risiko yang tinggi terhadap masuknya virus
penyakit.

Y     Kemungkinan berhubungan dengan:

a.       Tidak adekuatnya pertahanan primer;

b.      Kerusakan jaringan;

c.       Terpaparnya lingkungan yang terkontaminasi penyakit;

d.      Prosedur invasif;

e.       Malnutrisi;

f.       Penyakit kronis.

Y     Kemungkinan data yang ditemukan:

a.       Kondisi kulit;

b.      Nilai laboratorium;

c.       Pemakaian alat-alat invasif.

Y     Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

a.       AIDS;

b.      Infeksi bakteri dan virus;


c.       Kondisi setelah operasi.

Y     Tujuan yang diharapkan:

a.       Pasien dapat menunjukkan penurunan infeksi.

b.      Tidak ada tanda-tanda infeksi.

Y     Intervensi:

a.       Monitor tanda vital setiap 4 jam

b.      Gunakan metode pengontrol adanya infeksi

c.       Pertahankan diet adekuat, vitamin C, dan tablet Fe

d.      Catat hasil laboratorium

e.       Monitor pemberian antibiotik dan kaji efek sampingnya

f.       Informasikan tentang efek pengobatan

g.      Lakukan teknik steril

h.      Lakukan pendidikan kesehatan tentang:

·         Pencegahan dan penularan penyakit

·         Tanda dan gejala infeksi

·         Hidup sehat

Y     Rasional:

a.       Data dasar untuk mengetahui keadaan normal

b.      Melindungi pasien dari infeksi

c.       Meningkatkan daya tahan tubuh

d.      Mengidentifikasi adanya infeksi

e.       Mencegah komplikasi

f.       Mencegah infeksi silang


g.      Mencegah terjadinya infeksi

h.      Memberikan pengetahuan dasar bagaimana cara memproteksi diri

Diagnosa Keperawatan dan Intervensi (NANDA)

1.      Diagnosa umum sering muncul pada kasus keamanan fisik menurut NANDA
adalah :

§  Resiko tinggi terjadinya cedera (High risk for injury).

Seorang klien mengalami masalah keperawatan resiko tinggi terjadinya cidera bila
kondisi lingkungan dan adaptasi atau pertahanan seseorang beresiko menimbulkan
cedera.

§  Resiko terjadinya keracunan: adanya resiko terjadinya kecelakaan akibat terpapar, atau
tertelannya obat atau zat berbahaya dalam dosis yang dapat menyebabkan keracunan.

§  Resiko terjadinya sufokasi: adanya resiko kecelakaan yang menyebabkan tidak adekuatnya
udara untuk proses bernafas.

§  Resiko terjadinya trauma: adanya resiko yang menyebabkan cedera pada jaringan (ms.
Luka, luka bakar, atau fraktur).

§  Respon alergi lateks: respon alergi terhadap produk yang terbuat dari lateks.

§  Resiko respon alergi lateks: kondisi beresiko terhadap respon alergi terhadap produk yang
terbuat dari lateks.

§  Resiko terjadinya aspirasi: klien beresiko akan masuknya sekresi gastrointestinal, sekresi
orofaringeal, benda padat atau cairan kedalam saluran pernafasan.

§  Resiko terjadinya sindrom disuse (gejala yang tidak diinginkan): klien beresiko terhadap
kerusakan sistem tubuh akibat inaktifitas sistem musculoskeletal yang direncanakan atau
tidak dapat dihindari.

2.      Perencanaan
Secara umum rencana asuhan keperawatan harus mencakup dua aspek yaitu:

Pendidikan kesehatan tentang tindakan pencegahan dan memodifikasi lingkungan agar


lebih aman.

1.      Contoh rencana asuhan keperawatan:

Diagnosa keperawatan: Resiko tinggi cedera: jatuh berhubungan dengan penurunan


sensori (tidak mampu melihat)

Tujuan: Klien memperlihatkan upaya menghindari cedera (jatuh) atau cidera (jatuh)
tidak terjadi

Kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan berupa modifikasi lingkungan


dan pendidikan kesehatan dalam 1 hari kunjungan diharapkan Klien mampu:

a.       Mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan


kemungkinan cidera

b.      Mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu,

c.       Melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera.

3.      Intervensi

a.       Kaji ulang adanya faktor-faktor resiko jatuh pada klien.

b.      Tulis dan laporkan adanya faktor-faktor resiko

c.       Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman (memasang pinggiran


tempat tidur, dll)  sesuai hasil pengkajian bahaya jatuh pada poin 1

d.      Monitor klien secara berkala terutama 3 hari pertama kunjungan rumah

e.       Ajarkan klien tentang upaya pencegahan cidera (menggunakan


pencahayaan yang baik, memasang penghalang tempat tidur, menempatkan
benda berbahaya ditempat yang aman)

f.       Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan glaukoma dan gangguan


penglihatannya, serta pekerja sosial untuk pemantauan secara berkala.

Secara umum kriteria hasil paling penting pada kasus resiko tinggi cidera adalah
membantu klien untuk mengidentifikasi bahaya, dan mampu melakukan tindakan
menjaga keamanan. Kriteria hasil yang lebih spesifik diantaranya, Klien mampu:
mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan kemungkinan
cidera, mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu, melaporkan
penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera.

FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Tanggal Pengkajian: 22 Maret 2012

A.   DATA BIOGRAFI

Nama                                       :     Ny. M

TTL                                         :     Kuala Kapuas, 15 September 1939

Jenis Kelamin                          :     Perempuan

Pendidikan                              :     SD

Agama                                     :     Islam

Status Perkawinan                  :     Janda

TB/BB                                     :     151 cm/45 kg

Penampilan                              :     Bersih, kurang rapi, gigi ompong

Ciri-ciri Tubuh                         :     Kulit keriput, ada bekas luka gores di lutut kiri,
kifosis

Alamat                                    :     Jl.Batu Manyar No.21

Orang Yang Dekat                  :     Ny. S

Hubungan                               :     Anak kandung


Alamat/Telepon                       :     Jl.Batu Manyar No.21

B.   RIWAYAT KEPERAWATAN

1.      Genogram

                

           

 
Keterangan:            : Laki-laki                                      : Garis Keturunan

                               : Perempuan                                   : Tinggal


Serumah

                               : Garis Hubungan                          : Meninggal

2.      Riwayat Keluarga

Klien adalah anak ketiga dari 3 orang bersaudara. Merupakan anak dari pasangan petani.
Ayah klien meninggal dunia saat klien duduk di kelas 4 SD. Sedangkan ibu klien
meninggal saat klien kelas 6 SD. Klien sendiri tidak tahu penyakit apa yang pernah
diderita oleh mendiang orang tuanya. Setelah orang tua klien meninggal dunia, awalnya
klien tinggal bertiga dengan saudara-saudara klien saja sebelum akhirnya kakak
pertamanya menikah. Klien akhirnya tinggal berdua dengan kakak keduanya sampai
akhirnya kakak klien juga menikah. Klien lupa kapan tepatnya klien menikah. Klien
menikah dengan seorang guru dan memiliki 4 orang anak. Setelah suami klien meninggal
dunia tahun 2003 karena stroke, klien tinggal dengan anak bungsunya di rumah.

C.   RIWAYAT PEKERJAAN

Pekerjaan saat ini                      :    -

Alamat Pekerjaan                     :    -

Jarak Dari Rumah                     :    -

Alat Transportasi                      :    -

Pekerjaan Sebelumnya              :    -

Jarak Dari Rumah                     :    -

Alat Transportasi                      :    -

Sumber-sumber Pendapatan & Kecukupan Terhadap Kebutuhan :


Sumber pendapatan didapat dari hasil pensiunan suami klien dan dari penghasilan
anak-anak klien terutama anak bungsu klien.

D.   RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP

Tipe tempat tinggal                  

Jenis lantai rumah                     :    Kayu Ulin

Kondisi lantai                           :    Kering

Tangga rumah                           :    -

Penerangan                               :    Cukup

Tempat tidur                             :    Aman

Alat dapur                                :    Berserakan

WC                                           :    Cukup baik, lumayan bersih, tapi agak licin

Kebersihan lingkungan             :    Kurang bersih

Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah: 3 orang

Derajat privasi                          :

Tetangga terdekat                     :    Ny.K

Alamat dan telepon                  :    Jl. Batu berlian No.11

E.   RIWAYAT REKREASI

Hobbi/Minat                             :    Berkebun dan Menyulam

Keanggotaan Organisasi           ;    Organisasi Wanita Wredatama

Liburan/Perjalanan                    :    Terakhir kali pada tahun 2011, klien pergi


mengunjungi anak tertuanya di banjarmasin
F.    SISTEM PENDUKUNG

Perawat                                     : Ny.N

Jarak dari rumah                       :  2 Km

Rumah Sakit                             :    RSUD Dr. Murjani     Jarak 3,5 km

Klinik                                        :    -           Jarak

Pelayanan Kes. Dirumah          :    -

Makanan yg dihantarkan          :    -

Perawatan sehari-hari yang dilakukan di rumah:  -

Lain-lain                                   :    -

G.  DISKRIPSI KEKHUSUSAN

Kebiasaan Ritual                      :    Shalat wajib 5 waktu, shalat sunat

Yang Lainnya                           :    mengaji setiap shalat magrib berakhir

H.  STATUS KESEHATAN

§  Status Kesehatan Umum Selama Setahun Yang Lalu   : 

Setahun yang lalu klien sempat dirawat di RS karena mengalami kecelakaan lalu lintas
dengan anak klien. Klien mengalami luka lecet di pergelangan tangan dan kaki klien.

§  Status Kesehatan Umum Selama 5 Tahun Yang lalu    :

Klien sering mengeluh sakit di punggung, dan lutut klien terasa ngilu. Keluhan itu
berlangsung sampai sekarang. Klien juga punya riwayat penyakit gastritis.

§  Keluhan Utama                  :    lutut terasa ngilu

1. Provocative/Paliative      :    penumpukan Kristal asam urat

2. Quality/Quantity            :    ngilu-ngilu


3. Region                            :    di daerah lutut paling terasa sakit, selain itu juga
terasa sakit di punggung sampai daerah pinggang

4. Severity Scale                 :    6 (dari skala 0-10)

5. Timing                            :    sangat terasa saat malam hari. Sifatnya hilang-


timbul dan terkadang terasa sakit berkisar antara 10-
15 menit

§  Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan     :

klien menyadari dirinya sudah lansia dan sering sakit-sakitan. Klien tergolong orang yang
peduli terhadap kesehatannya, kalau sakit klien akan segera berobat. Klien juga tahu
kalau dia menderita arthritis gout atau umumnya dikenal oleh orang awam (termasuk
klien) dengan asam urat. Tapi klien sendiri tidak tahu dengan jelas apa sebenarnya asam
urat itu sendiri dan obat-obat apa yang diminum klien selama ini.

§  Obat-obatan:

Menurut klien obat yang diminumnya adalah paracetamol dan vitamin (karena sampel
sudah tidak ada)

Alergi (Catatan Agent dan Reaksi Spesifik)

Obat-obatan                              :    -

Makanan                                   :    -

Faktor Lingkungan                   :    -

Penyakit Yang Diderita

Arthritis Gout (Asam Urat)

I.      AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)

Indeks KATZ                           :    A


Oksigenisasi                              :    Baik, tanpa alat bantu

Cairan & Elektrolit                   :    Klien minum ±4-6 gelas/hari, klien suka minum
kopi

Nutrisi                                       :    Baik, klien terkadang makan nasi lunak. Sayur-


sayuran terutama kangkung, dan ikan

Eliminasi                                   :    BAB kadang lancar kadang tidak, BAK dalam


sehari 3-5 kali

Aktivitas                                   :    Terbatas, klien sering merasa lelah terutama


menahan rasa cenat-cenut di lututnya. Klien jarang
melakukan aktivitas yang berlebihan dan berat.

Istirahat & Tidur                       :    Tidur siang kadang-kadang, tidur malam dari pukul
21.00 WIB dan terbangun pukul 03.00 WIB

Personal Hygiene                      :    Dapat dilakukan secara mandiri

Seksual                                     :    Sudah tidak memiliki keinginan untuk melakukan


hubungan seksual lagi

Rekreasi                                    :    Klien tidak pernah rekreasi selain mengunjungi


anak tertuanya di Banjarmasin tahun 2011 lalu

J.     PSIKOLOGI, KOGNITIF DAN PERSEPTUAL

Konsep Diri                              :    Baik, positif, klien menyadari dirinya sudah lansia

Emosi                                        :    Labil, klien mudah tersinggung

Adaptasi                                   :    Baik, klien mudah membaur dengan masyarakat


sekitarnya

Mekanisme pertahanan diri      :    Baik

Status mental                          

Tingkat kesadaran                    :    Composmentis

Afasia                                       :    -

Demensia                                  :    Tidak

Orientasi                                   :    Normal


Bicara                                       :    Normal

Bahasa yang digunakan            :    Dayak

Kemampuan membaca             :    Bisa

Kemampuan interaksi               :    Sesuai

Vertigo                                     :    Tidak

Short Portable Mental Status Quistionaire (SPMSQ)       :  6 (Kerusakan Intelektual


Sedang)

Mini-Mental State Exam (MMSE)                                   :  6 (Gangguan Intelektual


Sedang)

Geriatrik Depression Scale                                                :  Skor 4

APGAR                                                                            :  6 (Sedang)

K.  TINJAUAN SISTEM

Keadaan umum                        :    Baik

Tingkat kesadaran                    :    Composmentis

Tanda-tanda vital                     :    TD: 130/70 mmHg                  N: 68x/m

                                                      RR: 20x/m                               T: 36,3oC

                                                      TB: 152 cm                             BB: 48 Kg

L.   PENGKAJIAN PERSISTEM

§ PERNAFASAN (B1: BREATHING)

1.      Bentuk Dada                                 :    Simetris


2.      Sekresi dan Batuk                         :    Tidak Ada

3.      Pola Nafas                                    

a.       Frekuensi nafas                       :    20x/m dan teratur

4.      Bunyi Nafas

b.      Normal                                    :    Vesikuler di semua lapang paru

c.       Abnormal                                :    -

d.      Resonen lokal                          :    -

5.      Pergerakan dada                           :    -

6.      Tractil Fremitus/Fremitus Lokal    :    -

7.      Alat Bantu Pernafasan                  :    -

§ CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING)

1.      Nadi

Frekuensi                                       :    68x/m dan reguler     

2.      Bunyi jantung                               :    Normal

3.      Letak jantung                                :    Ictus cordis teraba pada ICS 5 kira-kira
satu jari medial dari garis midclavicula

4.      Pembesaran jantung                      :    Tidak

5.      Nyeri dada                                    :    Tidak

6.      Edema                                           :    Tidak

7.      Clubbing finger                             :    Tidak

§ PERSARAFAN (B3: BRAIN)

Tingkat Kesadaran: Composmentis


1.      GCS

Total GCS: 14

2.      Refleks                                          :    Normal          

3.      Koordinasi gerak                           :    Ya

4.      Kejang                                           :    Tidak

5.      Lain-lain                                        :    -

§ PENGINDERAAN (PERSEPSI SENSORI)

1.      Mata (Penglihatan)

a.       Bentuk                                    :    Normal

b.      Visus                                       :    -

c.       Pupil                                        :    Isokor

d.      Gerak bola mata                      :    Normal

e.       Medan penglihatan                 :    Menyempit

f.       Buta warna                              :    Tidak

g.      Tekanan Intra Okuler              :    Tidak

2.      Hidung (Penciuman)

a.       Bentuk                                    :    Normal

b.      Gangguan Penciuman             :    Tidak

3.      Telinga (Pendengaran)

a.       Aurikel                                    :    Normal

b.      Membran tympani                   :    Keruh

c.       Otorrhae                                  :    Tidak


d.      Gangguan Pendengaran          :    Ya

e.       Tinitus                                     :    Ya

4.      Perasa                                            :    Normal

5.      Peraba                                           :    Normal

§ PERKEMIHAN-ELIMINASI URI (B4: BLADDER)

Masalah kandung kemih                     :    Sering

Produksi urine                                     :    250ml/hari

Frekuensi                                             :    2-6x/hari

Warna                                                  :    Kuning Jernih

Bau                                                      :    Amoniak

§ PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL)

1.      Mulut dan Tenggorokan

a.       Mulut                                      :    Selaput lendir mulut lembab

b.      Lidah                                       :    Hiperemik

c.       Kebersihan Rongga Mulut      :    Tidak berbau

d.      Tenggorokan                           :    Sakit Menelan

e.       Abdomen                                :    Kenyal

f.       Pembesaran Hepar                  :    Tidak

g.      Pembesaran Lien                     :    Tidak

h.      Asites                                      :    Tidak

2.      Masalah Usus Besar dan Rectum/Anus

BAB                                              :    2X/hari, Tidak ada masalah


Obat pencahar                               :    Tidak

Lavemen                                       :    Tidak

§ OTOT, TULANG, DAN INTEGUMEN (B6: BONE)

1.      Otot dan Tulang

Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai (ROM): Bebas

Kemampuan kekuatan otot:

-       Tidak ada fraktur

-       Tidak ada dislokasi

-       Tidak ada haematom

2.      Integumen

Warna kulit                                   :    Hiperpigmentasi

Akral                                             :    Hangat

Turgor                                           :    Tidak Elastik

Tulang belakang                            :    Kiposis

M. REPRODUKSI

Perempuan:

Payudara                        :    Bentuk simetris, Tidak ada benjolan

Kelamin                          :    Bentuk normal, tidak ada keputihan, klien menopause


N.   ENDOKRIN

Klien tidak memiliki kelainan endokrin

O.  PENGETAHUAN

Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya: klien menyadari dirinya sudah lansia
dan akan rentan terhadap sakit. Klien memang selalu berobat tiap kali dia sakit. Tapi
klien tidak mengerti manfaat obat-obatan yang didapatnya secara spesifik.

ANALISA DATA

NO KELUHAN ETIOLOGI PROBLEM

DS: “Aduh, kaki saya ini ngilu. Rasanya


cenat-cenut kalau jalan”

DO:
-    klien tampak memijat kedua kakinya
-    klien tampak hati-hati saat merubah
posisi dari duduk jadi berdiri
-    klien kifosis
Penumpukan
1. P  : penumpukan Kristal asam urat Nyeri akut
Kristal asam urat
Q : ngilu, cenat-cenut
R ; di daerah lutut paling terasa sakit,
selain itu juga terasa sakit di punggung
sampai daerah pinggang
S  : 6 (dari 0-10)
T : di daerah lutut paling terasa sakit,
selain itu juga terasa sakit di punggung
sampai daerah pinggang

2 Penurunan Resiko injuri


DS: “Aduh, kaki saya ini ngilu. Rasanya sensori,
cenat-cenut kalau jalan” lingkungan
kurang kondusif,
DS: “mata saya kadang terasa kabur
kadang tidak”

DO:
-    Fokus penglihatan mulai berkurang
-    Lapang pandang menyempit
-    Aktivitas terbatas karena sakit pada
fleksibelitas
ekstrimitas dan punggung, gerak agak
ekstremitas
pelan dan hati-hati
menurun
-    Lingkungan kurang aman. WC agak licin.
Di halaman belakang terdapat beberapa
pecahan kaca, duri salak (di halaman
belakang rumah klien tumbuh 2 pohon
salak), dan tanah agak licin karena
ditumbuhi lumut

RENCANA KEPERAWATAN

Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1.        1 Setelah dilakukan 1.      Kaji karakteristik nyeri 1.      Nyeri merupakan respon
tindakan keperawatan subjektif yang dapat dikaji
selama 2x24 jam dengan menggunakan skala
diharapkan nyeri hilang nyeri.
atau terkontrol dengan
kriteria hasil: 2.      Bantu klien dalam 2.      Nyeri mungkin
1.      Klien tidak mengidentifikasi faktor dipengaruhi oleh kecemasan
mengungkapkan pencetus atau peradangan pada sendi
perasaan nyeri
2.      Gerak tidak terbatas 3.      Akan melancarkan
3.      Aktivitas bisa sedikit peredaran darah sehingga
meningkat 3.      Ajarkan relaksasi: teknik kebutuhan oksigen pada
4.      Skala nyeri 0 (dari 0- terkait ketegangan otot jaringan terpenuhi dan
10) rangka yang dapat mengurangi nyeri
5.      Menunjukkan mengurangi intensitas
ekspresi rileks nyeri 4.      Pengetahuan tersebut
membantu mengurangi
nyeri dan dapat membantu
4.      Tingkatkan pengetahuan meningkatkan kepatuhan
tentang penyebab nyeri klien terhadap rencana
dan hubungan dengan terapeutik
berapa lama nyeri akan
berlangsung 5.      Pemakaian alkohol,
kafein, dan oba-obatan
diuretik akan menambah
peningkatan kadar asam urat
5.      Anjurkan klien untuk dalam serum.
tidak meminum minuman
seperti alkohol, kafein atau
mengonsumsi  obat-obatan
diuretik, tapi perbanyak
minum air putih

2.        2 Setelah dilakukan1.      Kaji adanya faktor-1.      Mengidentifikasi adanya


tindakan perawatan faktor resiko injuri pada faktor-faktor resiko yang
selama 2x24 jam klien. mungkin akan timbul
diharapkan cidera tidak  
terjadi dengan kriteria 2.      Lakukan modifikasi2.      Mengurangi risiko injuri
hasil: lingkungan agar lebih akibat lingkungan yang
1.   Mengidentifikasi aman sesuai hasil tidak aman
bahaya apa saja yang pengkajian terhadap resiko
dapat meningkatkan injuri
kemungkinan cidera
terutama bahaya3.      Monitor klien secara
3.      Mencegah kecelakaan
lingkungan berkala terutama 2 hari akibat faktor-faktor resiko
2.   Mengidentifikasi pertama kunjungan rumah yang mungkin terjadi dan
tindakan preventif atas dialami oleh klien
bahaya tertentu
3.   Melaporkan 4.      Ajarkan klien dan 4.      Mencegah komplikasi
penggunaan cara yang keluarga tentang upaya akibat injuri dan
tepat dalam melindungi pencegahan cidera mempertahankan keamanan
diri dari cidera.

No Dx.
Implementasi Evaluasi
. Kep.
1.   1 1.      Mengkaji karakteristik nyeri (22/3/2012) S: “kaki saya masih terasa ngilu”
1. Hasil: nyeri dirasakan dominan dilutut, selain
itu nyeri juga dirasakan pada punggung O:
sampai kedaerah pinggang dengan skala nyeri-    klien menunjukkan bagian
6 (dari 0-10) kakinya yang sakit, tepatnya
2.      Membantu klien dalam mengidentifikasi dilutut.
factor pencetus (22/3/2012) -    Klien kifosis
Hasil: nyeri karena terjadinya penumpukan-    Tampak hati-hati dan pelan saat
kristal asam urat pada sendi berjalan
3.      Mengajarkan relaksasi: anjurkan klien untuk-    Ekspresi wajah sedikit meringis
menggunakan air hangat untuk mandi-    Saat merubah posisi dari duduk
(22/3/2012) jadi berdiri, tampak hati-hati
Hasil: klien memahami anjuran yang diberikan
dan akan mulai melakukan apa yang A: Masalah belum teratasi
dianjurkan
4.      Meningkatkan pengetahuan tentang P: Lanjutkan Intervensi
penyebab nyeri dan hubungan dengan berapa -   Kaji karakteristik nyeri
lama nyeri akan berlangsung (22/3/2012) -   Bantu klien dalam
Hasil: klien masih belum sepenuhnya mengidentifikasi faktor pencetus
memahami HE yang diberikan. Klien hanya -   Ajarkan relaksasi: teknik terkait
tahu kalau dirinya mengalami asam urat begitu ketegangan otot rangka yang dapat
saja. mengurangi intensitas nyeri
5.      Menganjurkan klien untuk tidak meminum -   Tingkatkan pengetahuan tentang
minuman seperti alkohol, kafein atau penyebab nyeri dan hubungan
mengonsumsi obat-obatan diuretik, tapi dengan berapa lama nyeri akan
perbanyak minum air putih (22/3/12) berlangsung
Hasil: Karena klien suka kopi, klien Anjurkan klien untuk tidak
mengatakan kalau klien akan mencoba meminum minuman seperti
mengurangi minum kopi secara bertahap alcohol, kafein atau obat-obatan
setelah mendengar anjuran yang diberikan dan diuretik, tapi perbanyak minum air
akan minum air putih lebih sering putih
dibandingkan dengan kopi.
2.   2 1.     Mengkaji adanya faktor-faktor resiko injuri S: -
2.
pada klien (22/3/2012)
2.    Hasil: faktor resiko yang ditemukan yaitu: O:
a.    adanya nyeri pada ekstremitas yang akan-    Fokus penglihatan mulai
mengurangi fleksibelitas dalam bergerak, klien berkurang
rentan terjatuh -    Lapang pandang menyempit
b.    Penurunan sensori penglihatan -    Aktivitas terbatas karena sakit
c.    Lingkungan yang kurang kondusif/ tidak pada ekstrimitas dan punggung,
adekuat gerak agak pelan dan hati-hati
3.    Melakukan modifikasi lingkungan agar lebih-    Lingkungan sudah dibersihkan
aman sesuai hasil pengkajian (22/3/2012) dari faktor-faktor resiko
4.    Hasil: bersama keluarga klien membersihkan-    WC masih berpotensi
lingkungan rumah klien, termasuk halaman menimbulkan injuri bagi klien
belakang yang beresiko tinggi menyebabkan karena lantainya yang agak licin
injuri atau trauma dengan membuang pecahan-
pecahan kaca, duri ataupun lumut yang bisa A: Masalah teratasi sebagian
menyebabkan klien jatuh
P: Lanjutkan Intervensi
5.    Memonitor klien secara berkala terutama 2       Kaji  adanya faktor-faktor resiko
hari pertama kunjungan rumah (22/3/2012) injuri pada klien
6.    Hasil: masih terdapat faktor resiko injuri di       Lakukan modifikasi lingkungan
sekitar klien agar lebih aman sesuai hasil
7.    Mengajarkan klien dan keluarga tentang pengkajian terhadap resiko injuri
upaya pencegahan cidera (22/3/2012)        Monitor klien secara berkala
Hasil: klien dan keluarga memahami apa yang terutama 2 hari pertama kunjungan
diajarkan seperti mengatur pencahayaan di
rumah
rumah (karena klien mengalami penurunan
sensori), menjaga lingkungan agar tetap bersih       Ajarkan klien dan keluarga
dan tidak menimbulkan resiko cidera dan
tentang upaya pencegahan cidera
komplikasi cidera bagi klien

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan juga merupakan kebutuhan dasar bagi lansia.
Di sini perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dapat berperan secara
langsung maupun tidak langsung yaitu sebagai Pemberi Perawatan Langsung (care
giver), Pendidik, Pengawas Kesehatan, Konsultan, dan Kolaborasi. Keselamatan
adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya atau
kecelakaan, sedangkan keamanan adalah keadaan aman dan tentram.
B.  SARAN

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan paling


besar untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang komprehensif dengan
membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik, salah satunya dalam
pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan.

DAFTAR PUSTAKA

Tarwoto, Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika

http://www.stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/19/pengkajian-dan-pencegahan-
jatuh-pada-lansia/

http://www.cita09060144.student.umm.ac.id/2010/02/05/peran-perawat-dalam-
pemenuhan-kebutuhan-keamanan-dan-keselamatan/
Diposkan 31st March 2012 oleh Inka Februaria

Tambahkan komentar

8.

Mar

31

ASUHAN KEPERAWATAN PADA


LANSIA DENGAN GANGGUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI
(kelompok 1)
KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN


GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

 
DI SUSUN OLEH :

BAMBANG SURYADINOR

NITA RAHMADANI

NOVA ZAHROTUL HAYYA

SUMIRLAN TRISNO

AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

Jl. Batu Berlian No.11 Sampit

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-
Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan
bagi mahasiswa/i akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu
Pengetahuan.
            Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari
dosen mata kuliah Keperawtan Gerontik  dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN
PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis berusaha menyajikan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan
membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis
juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini.
               Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Amin.

Sampit,      Maret 2012

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................     ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................    iii

BAB I        PENDAHULUAN


                   1.1. LATAR BELAKANG ............................................................................     1

                   1.2  TUJUAN PENULISAN ........................................................................     2

                   1.3  RUMUSAN MASALAH.......................................................................     2

                   1.4  METODE PENULISAN.........................................................................     2

                   1.5  SISTEMATIKA PENULISAN................................................................     2

BAB  II       PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN........................................................................................     3

2.2  PROSES MENUA...................................................................................     4

2.3  KEBUTUHAN NUTRISI PADA LANSIA...........................................     7

2.4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN GIZI PADA


LANSIA                  8

2.5. GANGGUAN NUTRISI PADA LANSIA............................................     9

2.6. STATUS GIZI PADA LANSIA.............................................................   11

2.7. ASKEP....................................................................................................   12

BAB  III      PENUTUP

A.      KESIMPULAN .......................................................................................   13

B.      SARAN ...................................................................................................   13

DAFTAR PUSTAKA

LAPORAN KASUS
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.            Latar Belakang


Manusia Lanjut Usia (MANULA) dimasukkan ke dalam kelompok
rentan gizi, meskipun tidak ada hubungannya dengan pertumbuhan
badan , bahkan sebaliknya sudah terjadi involusi dan degenerasi jaringan
dan sel-selnya. Timbulnya kerentanan terhadap kondisi gizi disebabkan
kondisi fisik, baik anatomis maupun fungsionalnya.
Gigi-geligi pada MANULA mungkin sudah banyak yang rusak
bahkan copot, sehingga memberikan kesulitan dalam mengunyah
makanan. Maka makanan harus diolah sehingga makanan tidak perlu
digigit atau dikunyah keras-keras. Makanan yang dipotong kecil-kecil,
lunak dan mudah ditelan akan sangat membantu para MANULA dalam
mengkonsumsi makanannya.
Fungsi alat pencernaan dan kelenjar-kelenjarnya juga sudah menurun,
sehingga makanan harus yang mudah dicerna dan tidak memberatkan
fungsi kelenjar pencernaan.makanan yang tidak banyak mengandung
lemak, pada umumnya lebih mudah dicerna, tetapi harus cukup
mengandung protein dan karbohidrat. Kadar serat yang tidak dicerna
jangan terlalu banyak, tetapi harus cukup tersedia untuk melancarkan
peristalsis dan dengan demikian melancarkan pula defaecatie, dan
menghindarkan obstipasi.
Patut diingat bahwa keperluan enersi MANULA sudah menurun, jadi
jangan di sediakan seperti masih belum berusia lanjut. Ada baiknya bila
mereka dijaga jangan sampai menjadi kegemukan karena akan lebih
mudah menderita berbagai kelainan atau penyakit gizi yang berhubungan
dengan kondisi obesitas. Frekuensi penyakit Diabetes Mellitus,
Cardiovascular diseases terdapat meningkat pada kelompok MANULA.
Yang umum sangat ditakuti ialah kemungkinan meningkat untuk
mendapat penyakit kanker.

1.2.            Tujuan
Setelah membaca makalah ini di harapkan mahasiswa mampu
melakukan Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Nutrisi Pada Lansia

1.3.            Rumusan Masalah


1.      Apa pengertian nutrisi
2.      Apa saja kebutuhan nutrisi pada lansia
3.      Faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi pada lansia
4.      Apa saja gangguan nutrisi pada lansia
5.      Factor apa saja yang mempengaruhi status gizi pada lansia

1.4.            Metode Penelitian


Metode yang di gunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode
kepustakaan.

1.5.            Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan makalah ini yaitu Halaman Judul, Kata
Pengantar, Daftar Isi, Bab I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang,
Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika
Penulisan, Bab II Pembahasan, Bab III Penutup yang terdiri dari
Kesimpulan dan Saran, Daftar Pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Pengertian
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia
untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan
menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh serta
mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu tentang
makanan, zat-zat gizi dan zat-zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, dan
keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit.
Nutrisi yang adekuat merupakan suatu komponen esensial pada
kesehatan lansia. Faktor-faktor fisiologis yang dapat dikaitkan dengan
kebutuhan nutrisi yang unik pada lansia adalah menurunnya sensitivitas
olfaktorius, perubahan persepsi rasa dan peningkatan kolesistokinin yang
dapat memengaruhi keinginan untuk makan dan peningkatan rasa
kenyang. Proses penuaan itu sendiri sebenarnya tidak mengganggu
proses penyerapan vitamin pada berbagai tingkatan yang luas. Namun,
laporan-laporan terakhir mengindikasikan bahwa lansia mengalami
defisiensi vitamin B12, vitamin D dan asam folat. Perubahan-perubahan
dan kebutuhan mineral meliputi rendahnya kebutuhan akan zat besi pada
wanita lansia daripada wanita usia produktif. Asupan kalsium sebagai
salah satu mineral esensial lainnya bagi lansia sekitar 600 mg per hari
untuk wanita. Hal ini hanya menggambarkan 30 sampai 40% dari tingkat
kebutuhan yang disarankan. Suplemen kalsium tidak akan diabsorpsi
secara merata. Karena perbedaan derajat keasaman yang dibutuhkan
untuk absorpsi yang sesuai, kalsium sitrat malat merupakan bentuk yang
lebih dipilih untuk diberikan bagi lansia yang mengalami hipoklohidria
atau aklorhidria. Pada proses penuaan yang normal, peningkatan jaringan
adipose secara normal dapat menyertai penurunan massa tubuh dan
cairan tubuh total.

2.2       Proses Menua


Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang
terjadi pada tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta
organ tersebut. Perubahan secara biologis ini dapat mempengaruhi status
gizi pada masa tua. Antara lain :
      Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah,
mengakibatkan juga jumlah cairan tubuh yang berkurang, sehingga
kulit kelihatan mengerut dan kering, wajah keriput serta muncul garis-
garis menetap. Oleh karena itu, pada lansia seringkali terlihat kurus.
      Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada lansia sehingga
dihubungkan dengan kekurangan vitamin A, vitamin C dan asam
folat. Sedangkan gangguan pada indera pengecap dihubungkan
dengan kekurangan kadar Zn yang juga menyebabkan menurunnya
nafsu makan. Penurunan indera pendengaran terjadi karena adanya
kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran.
      Dengan banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan
gangguan fungsi mengunyah yang dapat berdampak pada kurangnya
asupan gizi pada usia lanjut.
      Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran
pencernaan seperti perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu
makan, serta susah BAB yang dapat menyebabkan wasir.
      Kemampuan motorik menurun, selain menyebabkan menjadi lamban,
kurang aktif dan kesulitan menyuap makanan, juga dapat
mengganggu aktivitas kegiatan sehari-hari.
      Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan
penurunan daya ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi,
kesulitan berbahasa, kesulitan mengenal benda-benda, kegagalan
melakukan aktivitas yang mempunyai tujuan (apraksia) dan gangguan
dalam menyususn rencana, mengatur sesuatu, mengurutkan, daya
abstraksi, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam emlakukan
aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia atau pikun. Gejala pertama
adalah pelupa, perubahan kepribadian, penurunan kemampuan untuk
pekerjaan sehari-hari dan perilaku yang berulang-ulang, dapat juga
disertai delusi paranoid atau perilaku anti sosial lainnya.
      Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam
jumlah besar juga bekurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran
natrium sampai dapat terjadi hiponatremia yang menimbulkan rasa
lelah.
      Incontinentia urine (IU) adalah pengeluaran urin diluar kesadaran
merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar yang sering
diabaikan pada kelompok usia lanjut, sehingga usia lanjut yang
mengalami IU seringkali mengurangi minum yang dapat
menyebabkan dehidrasi.
      Secara psikologis pada usia lanjut juga terjadi ketidakmampuan untuk
mengadakan penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya, antara
lain sindrom lepas jabatan yang mengakibatkan sedih yang
berkepanjangan.
Penyakit Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat- zat gizi dan energi,
menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut
dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran
pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
Penuaan dicirikan dengan kehilangan banyak sel tubuh dan
penurunan metabolism di sel lainnya.Proses ini menyebabkan penurunan
fungsi tubuh dan perubahan komposisi tubuh. Perubahan pada system
pencernaan :
Kehilangan gigi,penyebab utama adanya periodontal desease yang
biasa terjadi setelah umur 30 tahun.Penyebab lain meliputi kesehatan gigi
yang buruk dan gizi yang buruk.
Indera pengecap menurun.Adanya iritasi yang kronis dari selaput
lendir.atropi indera pengecap (±80%),hilangnya sensitivitas dari syaraf
pengecap di lidah teritama rasa manis,asin,asam,pahit.Selain itu sekresi
air ludah berkurang sampai kira-kira 75% sehingga mengakibatkan
rongga mulut menjadi kering dan bisa menurunkan cita rasa.
Usofagus melebar.Penuaan usofagus berupa pengerasansfringfar
bagian bawah sehingga menjadi mengendur(relaksasi) dan
mengakibatkan usofagus melebar (presbyusofagus).Keadaan ini
memperlambat pengosongan usofagus dan tidak jarang berlanjut
sebagaiher nianhiatal.Gangguan menelan biasanya berpangkal pada
daerah presofagus tepatnta di daerah osofaring penyebabnya tersembunyi
dalam system saraf sentral atau akibat gangguan neuromuskuler seperti
jumlah ganglion yang menyusut sementara lapisan otot menebal dengan
manometer akan tampak tanda perlambatan pengosongan usofagus.
Lambung,rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun).Lapisan
lambung menipis diatas 60 tahun,sekresi HCL dan pepsin
berkurang,asam lambung menurun,waktu pengosongan lambung
menurun dampaknya vitamin B12 dan zat besi menurun.
Peristaltic lemah dan biaanya timbul konstipasi
Fungsi absopsi melemah (daya absorpsi terganggu).Berat total usus
halus berkurang diatas usia 40 tahun meskipun penyerapan zat gizi pada
umumnya masih dalam batas normal,kecuali kalsium (diatas 60
tahun)dan zat besi.
Liver (hati).Penurunan enzim hati yang terlibat dalam oksidasi dan
reduksi,yang menyebabkan metabolisme obat dan detoksifikasi zat
kurang efisien.
Produksi saliva menurun sehingga mempengaruhi proses perubahan
kompleks  krbohidrat menjadi disakarida. Fungsi ludah sebagai pelican
makanan berkurang sehingga proses menelan menjadi sukar.
Keluahn-keluhan seperti kembung, perasaan tidak enak di perut dan
sebagainya, seringkali disebabkan makanan yang kurang dicernaakibat
berkurangnya fungsi kelenjar pencernaan. Juga dapat disebabkan karena
berkurangnya toleransi terhadap makanan terutama yang mengandung
lemak.
 Keluhan lain yang sering dijumpai adalah konstipasi, yang
disebabkan karena kurangnya kadar selulosa, kurangnya nafsu makan
bisa disebabkan karenanya banyaknya gigi yang sudah lepas. Dengan
proses menua bisa terjadi gangguan motilits otot polos esophagus, bisa
juga terjadi  refluks disease (terjadi akibat refluks isi lambung ke
esophagus), insiden ini mencapai puncak pada usia 60 – 70 tahun.

2.3       Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia


o   Kalori
Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan metabolisme
basal pada orang-orang berusia lanjut menurun sekitar 15-20%,
disebabkan berkurangnya massa otot dan aktivitas. Kalori (energi)
diperoleh dari lemak 9,4 kal, karbohidrat 4 kal, dan protein 4 kal per
gramnya. Bagi lansia komposisi energi sebaiknya 20-25% berasal dari
protein, 20% dari lemak, dan sisanya dari karbohidrat. Kebutuhan 
kalori untuk lansia laki-laki sebanyak 1960 kal, sedangkan untuk lansia
wanita 1700 kal. Bila jumlah kalori yang dikonsumsi berlebihan, maka
sebagian energi akan disimpan berupa lemak, sehingga akan timbul
obesitas. Sebaliknya, bila terlalu sedikit, maka cadangan energi tubuh
akan digunakan, sehingga tubuh akan menjadi kurus.
o   Protein
Untuk lebih aman, secara umum kebutuhan protein bagi orang
dewasa per hari adalah 1 gram per kg berat badan. Pada lansia, masa
ototnya berkurang. Tetapi ternyata kebutuhan tubuhnya akan protein
tidak berkurang, bahkan harus lebih tinggi dari orang dewasa, karena
pada lansia efisiensi penggunaan senyawa nitrogen (protein) oleh
tubuh telah berkurang (disebabkan pencernaan dan penyerapannya
kurang efisien). Beberapa penelitian merekomendasikan, untuk lansia
sebaiknya konsumsi proteinnya ditingkatkan sebesar 12-14% dari
porsi untuk orang dewasa. Sumber protein yang baik diantaranya
adalah pangan hewani dan kacang-kacangan.
o   Lemak
Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total
kalori yang dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi
(lebih dari 40% dari konsumsi energi) dapat menimbulkan penyakit
atherosclerosis (penyumbatan pembuluh darah ke jantung). Juga
dianjurkan 20% dari konsumsi lemak tersebut adalah asam lemak
tidak jenuh (PUFA = poly unsaturated faty acid). Minyak nabati
merupakan sumber asam lemak tidak jenuh yang baik, sedangkan
lemak hewan banyak mengandung asam lemak jenuh.

o   Karbohidrat dan serat makanan


Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit
atau konstipasi (susah BAB) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada
usus. Serat makanan telah terbukti dapat menyembuhkan kesulitan
tersebut. Sumber serat yang baik bagi lansia adalah sayuran, buah-
buahan segar dan biji-bijian utuh. Manula tidak dianjurkan
mengkonsumsi suplemen serat (yang dijual secara komersial), karena
dikuatirkan konsumsi seratnya terlalu banyak, yang dapat
menyebabkan mineral dan zat gizi lain terserap oleh serat sehingga
tidak dapat diserap tubuh. Lansia dianjurkan untuk mengurangi
konsumsi gula-gula sederhana dan menggantinya dengan karbohidrat
kompleks, yang berasal dari kacang-kacangan dan biji-bijian yang
berfungsi sebagai sumber energi dan sumber serat.
o   Vitamin dan mineral
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang
mengkonsumsi vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D,
dan E umumnya kekurangan ini terutama disebabkan dibatasinya
konsumsi makanan, khususnya buah-buahan dan sayuran,
kekurangan mineral yang paling banyak diderita lansia adalah kurang
mineral kalsium yang menyebabkan kerapuhan tulang dan
kekurangan zat besi menyebabkan anemia. Kebutuhan vitamin dan
mineral bagi lansia menjadi penting untuk membantu metabolisme
zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara
teratur sebagai sumber vitamin, mineral dan serat.
o   Air
Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat
diperlukan tubuh untuk mengganti yang hilang (dalam bentuk
keringat dan urine), membantu pencernaan makanan dan
membersihkan ginjal (membantu fungsi kerja ginjal). Pada lansia
dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per hari.

2.4       Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Pada Lansia


a.              Tinggal sendiri: seseorang yang tinggal sendiri sering tidak
memperdulikan tugas memasak untuk menyediakan makanan
b.              Kelemahan fisik: akibat kelemahan fisik sehinga menyebabkan
kesulitan untuk berbelanja atau memasak, mereka tidak mampu
merencanakan dan menyediakan makanannya sendiri.
c.       .Kehilangan: terutama terlihat pada pria lansia yang tidak pernah
memasak untuk mereka sendiri, mereka biasanya tidak memahami
nilai suatu makananyang gizinya seimbang..
d.      Depresi: menyebabkan kehilangan nafsu makan, mereka tidak mau
bersusah payah berbelanja, memasak atau memakan makanannya.
e.       Pendapatan yang rendah: ketidak mampuan untuk membeli makanan
yang cermat untuk meningkatkan pengonsumsian makanan yang
bergizi.
f.        Penyakit saluran cerna: termasuk sakit gigi dan ulkus.Berkurangnya
kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong,
Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran Rasa lapar menurun,
asam lambung menurun,Berkurangnya indera pengecapan
mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam, dan
pahit., Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya
menimbulkan konstipasi,Penyerapan makanan di usus menurun
g.      penyalahgunaan alcohol: penyalah gunaan alcohol mengurangi
asupan kalori atau nonkalori seperti asupan energy dengan sedikit
factor nutrisi lain.
h.      Obat-obatan : lansia yang mendapatkan banyak obat dibandingkan
kelompok usia lain yang lebih muda ini berakibat buruk terhadap
nutrisi lansia. Pengobatan akan mengakibatkan kemunduran nutrisi
yang semakin jauh.

2.5       Gangguan Nutrisi Pada Lansia


1.      Malnutrisi
Malnutrisi adalah suatu keadaan gizi buruk yang terjadi karena tidak
cukupnya asupan satu atau lebih nutrisi yang membahyakan status
kesehatan (Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia.Jakarta:EGC).
2.      Obesitas
Keadaan badan yang amat gemuk dan berat akibat timbunan lemak
yang berlebihan, dimana kelebihan lemak tubuh melebihi dari 20%
dari jumlah yang di anjurkan untuk tinggi dan usia seseorang. Pola
konsumsi yang berlebihan terutama yang mengandung lemak, protein
dan karbohidrat yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pencetus
berbagai seperti Hipertensi, Penyakit jantung koroner, Strok, seta
Diabetes Melitus.
3.      Osteoporosis
Kondisi dimana sering disebut tulang kropos yang disebabkan oleh
penurunan densitas tulang akibat kurangnya konsumsi kalsium dalam
jangka waktu yang lama. Mencapai maksimum pada usia 35 tahun
pada wanita dan 45 tahun pada pria.
4.      Anemia
Kondisi dimana sel-sel darah mengandung tingkat haemoglobil yang
tidak normal, kimia yang bertugas membawa oksigen di seluruh
tubuh yang disebabkan kurang Fe, asam folat, B12 dan protein.
Akibatnya akan cepat lelah, lesu, otot lemah, letih, pucat, kesemutan,
sering pusing, mata berkunang-kunang, mengantuk, HB <8 gr/dL.
5.      Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan di
tambah dengan kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu
makn berkurang, penglihatan menurun, kulit kering, penampilan
menjadi lesu dan tidak bersemangat.
6.      Kekurangan anti oksidan
(Banyak dijumpai dalam buah-buahan dan sayuran) mampu
menangkal efek merusak radikal bebas terhadap tubuh, sehingga
konsumsi yang kurang dapat meningkatkan resiko berbagai penyakit
akibat radikal bebas, seperti serangan jantung dan stroke, katarak,
persendian hingga menurunnya penampilan fisik seperti kulit menjadi
keriput.
7.      Sulit buang air besar Karena pergerakan usus besar semakin lambat,
makanan lambat diolah dalam tubuh. Akibatnya, buang air besar jadi
jarang.
8.      Kelebihan gula dan garam
o Garam (natrium) dapat meningkatkan tekanan darah, terutama
pada orangtua
o Makanan tinggi gula membuat tubuh mudah gemuk,
meningkatkan kolesterol dan gula darah
o Karena itu, sebaiknya kurangi konsumsi gula dan garam

2.6       Status Gizi Pada Usia Lanjut


  Metabolisme basal menurun, kebutuhan kalori menurun, status gizi
lansia cenderung mengalami kegemukan/obesitas
  Aktivitas/kegiatan fisik berkurang, kalori yang dipakai sedikit,
akibatnya cenderung kegemukan/obesitas
  Ekonomi meningkat, konsumsi makanan menjadi berlebihan, akibatnya
cenderung kegemukan/obesitas
  Fungsi pengecap/penciuman menurun/hilang, makan menjadi tidak
enak dan nafsu makan menurun, akibatnya lansia menjadikurang gizi
(kurang energi protein yang kronis
  Penyakit periodontal (gigi tanggal), akibatnya kesulitan makan yang
berserat (sayur, daging) dan cenderung makan makanan yang lunak
(tinggi klaori), hal ini menyebabkan lansia cenderung
kegemukan/obesitas
  Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencerna makanan, hal ini
mengganggu penyerapan vitamin dan mineral, akibatnya lansia
menjadi defisiensi zat-zat gizi mikro
  Mobilitas usus menurun, mengakibatkan susah buang air besar,
sehingga lansia menderita wasir yang bisa menimbulkan perdarahan
dan memicu terjadinya anemia
  Sering menggunakan obat-obatan atau alkohol, hal ini dapat
menurunkan nafsu makan yang menyebabkan kurang gizi dan
hepatitis atau kanker hati
  Gangguan kemampuan motorik, akibatnya lansia kesulitan untuk
menyiapkan makanan sendiri dan menjadi kurang gizi
  Kurang bersosialisasi, kesepian (perubahan psikologis), akibatnya nafsu
makan menurun dan menjadi kurang gizi
  Pendapatan menurun (pensiun), konsumsi makanan menjadi menurun
akibatnya menjadi kurang gizi
  Dimensia (pikun), akibatnya sering makan atau malah jadi lupa makan,
yang dapat menyebabkan kegemukan atau pun kurang gizi.

2.7       ASKEP
a.PENGKAJIAN
o  Berat badan berhubungan dengan tinggi badan, contoh IMT (indeks
massa tubuh) atau catatan yang tepat
o  Perubahan berat badanDifokuskan pada kehilangan atau
pertambahan berat badan saat ini
o  Pertumbuhan gigi, Apakah lansia memakai gigi palsu atau apakah mereka
memerlukan gigipalsu? Apakah gigi palsu yang ada hilang atau rusak?
o  Kebiasaan makan, Aspek pribadi, budaya, dan agama mengenal asupan
nutrisi
o  Kemampuan untuk makan, Dapatkah lansia memindahkan makanan
dari piring ke mult dan menelannya dengan baik 

o  Farmakologi, Apakah klien banyak meminum obat-obatan (termasuk


medikasi yang dilakukan sendiri) yang dapat berakibat buruk
terhadap nutrisi.

BAB III

PENUTUP

3.1       KESIMPULAN


Lansia mengalami persoalan khusus tentang nutrisi. Mereka beresiko
tinggi menderita malnutrisi dan lebih rentan terkena dampak malnutrisi.
Salah satu indikator yang sangat penting pada status nutrisi adalah berat
badan. Perawat berperan sangat penting dalam pemenuhan nutrisi lansia
terutama di Rumah Sakit. Setiap orang harus makan. Makanan
merupakan bagian yang paling pentingdalam kehidupan sebagian lansia
dan saat-saat bersantap menjadi bagian pentingyang dialami manula
setiap harinya. Makanan juga harus menjadi sumber kesehatan serta
kegembiraan bagi orang-orang yang berusia lanjut ini.

3.2       SARAN

Patut diingat bahwa keperluan enersi MANULA sudah menurun, jadi


jangan di sediakan seperti masih belum berusia lanjut. Ada baiknya bila
mereka dijaga jangan sampai menjadi kegemukan karena akan lebih
mudah menderita berbagai kelainan atau penyakit gizi yang berhubungan
dengan kondisi obesitas. Frekuensi penyakit Diabetes Mellitus,
Cardiovascular diseases terdapat meningkat pada kelompok MANULA.

DAFTAR PUSTAKA
Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta : EGC
Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC
Fakultas Kedokteran UI. 2000. Pedoman Pengelolan Kesehatan Pasien Geriatri
Untuk Dokter dan Perawat. Jakarta
Beck, Mary E. 2000. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya dengan Penyakit-
penyakit untuk Perawat dan Dokter. Jakarta : Yayasan Essentia Medico
Tarwoto, Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Prima Medika
FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Tanggal Pengkajian : 25
Maret 2012

A.    DATA BIOGRAFI


Nama                          :Tn “S”
TTL                             :Sampit, 20 Oktober 1945
Jenis Kelamin             :laki-laki
Pendidikan                 : SMA
Agama                                    : Islam
Status Perkawinan     :Duda
TB / BB                       : 162 cm, 50 Kg
Penampilan                :Rapih danbersih        Ciri – ciri tubuh :Kurus
Alamat                        : Jl. Merdeka,  Kel. Ketapang                        RT 3 RW V
Kec.Mentawa Baru Hilir                  Telp/ Hp :  -
Kabupaten. Kotawaringin Timur
Orang Yang Dekat     :Ny “E”
Hubungan                  :Anak
Alamat / Telepon      : Jl. Merdeka No.45

B.     RIWAYAT KEPERAWATAN


1.      Genogram
 
Keterangan     :

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal dunia

: Tinggal serumah

: Garis pernikahan

            : Garis keturunan

: Klien

2.      RiwayatKeluarga
Klien seorang duda, mempunyai anak satu. Klien hidup bersama anak
laki-lakinya. Di keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit
seperti diabetes, hipertensi, asma, TB, atau hepatitis.

C.     RIWAYAT PEKERJAAN


Pekerjaan saat ini                   : Berkebun
Alamat pekerjaan                  :  Jl. MajuMundur
Jarak dari rumah                   :  ± 1km
Alat transportasi                    : Jalan kaki
Pekerjaan sebelumnya           : Swasta
Jarak darirumah                    : ± 3 Km
Alat transportasi                    : Sepeda Motor
Sumber-sumber Pendapatan & Kecukupan Terhadap Kebutuhan:
Pendapatan berasal dari hasil berkebun dan dibiayai oleh anak.

D.    RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


Type tempa tinggal                :Rumah
Jenis lantai rumah                  :Kayu
Kondisi lantai                         :Kering
Tangga rumah                                   :Tidakada
Penerangan                            :Cukup
Tempat tidur                          :Aman
Alatd apur                              :Rapi
WC                                          :Aman
Kebersihan lingkungan         :bersih
Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah :Sendiri
Derajat privasi                                   :Terjaga
Tetangga terdekat                  : Ada
Alamat dan telepon               : Jl. Merdeka No. 46

E.      RIWAYAT REKREASI


Hobbi / Minat                                    : Memancing
KeanggotaanOrganisasi        : Pengajian
Liburan / Perjalanan             : Jalan – jalan, berkunjung ketempat Anak

F.      SISTEM PENDUKUNG


Perawat / Bidan / Dokter / Fisioterapi       : Perawat
Jarak Dari Rumah                                          : ±1 Km
RumahSakit                                                    : Ada   Jarak   ±5 Km
Klinik                                                              : Ada   Jarak   ±4 Km
Pelayanan Kes. Dirumah                              : Tidakada
Makanan Yang dihantarkan                         : Tidakada
Perawatan Sehari-hari Yang Dilakukan Keluarga  : Check Up kePuskesmas

G.    DISKRIPSI KEKHUSUSAN


Kebiasaan Ritual        : klien shalat 5 waktu, klien kadang menjalankan shalat
tahajud.
Yang Lainnya             : Tidakada

H.    STATUS KESEHATAN


Status Kesehatan Umum Selama SetahunYangLalu           : klien pernah
menderita Anemia
Status KesehatanSelama 5 Tahun Yang Lalu                      : Tidak ada masalah
KeluhanUtama                                                          :
Klien mengatakan tidak nafsu makan

Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan        : Klien sering berobat ke


puskesmas

Alergi :

            Obat-Obatan              :Tidakada

            Makanan                    :Tidakada

            FaktorLingkungan     : Tidakada

           

I.       AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)


IndeksKATZ                  : B
Oksigenisasi                : Baik, RR 16 x/m
Cairan&Elektrolit       : Cukup, KlienMinum±6gelas /hr

Nutrisi                        : Nafsu makan kurang, PolaMakan : 2x/hr, hanya


mampu menghabiskan¼ porsi makanan, konjugtiva
anemis, BB sebelumnya= 51 kg, BB saatini 50 kg,
klien kurang makan sayur dan jarang makan buah-
buahan, klien hidup sendiri.

            Eliminasi                     : Baik, BAK 2x/hr BAB 1x/hr

            Aktivitas                     : Saat pagi klien berkebun, di rumah klien tidak ada
kegiatan

            Istirahat & Tidur        : Baik, klien tidur 8 jam/hr

            Personal Hygiene       : Baik, Klien Mandi 2x/hr

Seksual                        : Klien tidak ada niat lagi untuk berhubungan, klien


tidak ada keinginan untuk menikah lagi

Rekreasi                      :klien 6 bulan sekali melakukan perjalanan


(berkunjung ke rumaha naknya).

J.       PSIKOLOGI, KOGNITIF DAN PERSEPTUAL


Konsep diri                             : Klien merasa kehidupannya cukupt erpenuhi
Emosi                                      : Stabil
Adaptasi                                 : Baik
Mekanisme Pertahanan Diri : Baik
Status Mental                         : Stabil
Tingkat Keasadaran              : Compos Mentis
Afasia                                     : Tidak
Dimensia                                : Tidak
Orientasi                                 : Normal
Bicara                                      : Normal
Bahasa Yang Digunakan       :BahasaBanjar
Kemampuan Membaca         :Bisa
Kemampuan Interaksi           :Sesuai
Vertigo                                    :  –
Shirt Porteble Mental Status Questionaire (SPMSQ)           : 2 Fungsi Mental Utuh
Mini – Mental State Exam (MMSE)                          : 2 Baik
Geriatrik Depresion Scale                                          : 4 Baik
APGAR                                                                       : 6 Menengah

K.    TINJAUAN SISTEM

KeadaanUmum         :Baik

Tingkat Kesadaran    : Compos mentis

Tanda-Tanda Vital    : TD     130/90 mmhg                        Nadi    80 x/m

                                      RR     16 x/m                       Suhu   36,5oC

                                      TB      168 cm                                    BB        50kg

PENGKAJIAN PERSISTEM

1)      PERNAFASAN (B1 : BREATHING)


1.      Bentuk Dada                                      : Simetris
2.      SekresidanBatuk                                : Tidakada
Nyeriwaktubernapas                         : Tidakada
3.      PolaNapas                                          : RR 16 x/m, Reguler
4.      BunyiNapas                                       : Normal (tidakadaRonchi)
5.      Pergerakan Dada                               : Intercostal
6.      TractilFremitis/Fremitus Vokal         :Tidakada
7.      Alat Bantu Pernapasan                     : Tidakada
2)      CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING)
1.      Nadi                            : Frekuensi      80 x/m            nt , Reguler
2.      Bunyi Jantung                        : Normal
3.      LetakJantung              : Ictus Cordis teraba pada intercostal  V, kira-
kira 1 jari medial darigaris midklavikular
4.      Pembesaran Jantung  : Tidakada
5.      NyeriDada                 : Tidakada
6.      Edema                         : Tidakada
7.      Clubbing Finger         : Tidak

3)      PERSARAFAN (B3: BRAIN)


Tingkat kesadaran :         Compos Mentis
1.      GCS :
Eye : 4             Verbal : 5        Motorik : 6
Total GCS                   : 15
2.      Refleks                                    : Normal
3.      Koordinasi Gerak       : Ya
4.      Kejang                                    : Tidak

4)      PENGINDERAAN
1.      Mata (Penglihatan)
a.      Bentuk                              : Normal
b.      Pupil                                 : Ishokor
c.       Gerak Bola Mata              : Normal
d.      Medan Penglihatan         : Normal
e.       ButaWarna                       : Tidak
f.        TekananInraOkuler         : Tidak
2.      Hidung (Penciuman)
Bentuk                                                : Normal
GangguanPenciuman                        : Tidak
3.      Telinga (Pendengaran)
a.      Aurikel                              : Normal
b.      Membran Tympani          : Terang
c.       Otorrchea                         : Tidak
d.      GangguanPendengaran  : Tidak
e.       Tinitus                               : Tidak
4.      Perasa                                     : Normal
5.      Peraba                                     : Normal

5)      PERKEMIHAN - ELIMINASI URI (B4: BLADDER)


Tidak ada nyeri saat berkemih, tidak sering berkemih, tidak ada urin
yang tertahan saat berkemih
MasalahKandungKemih : Tidakadamasalah
Produksi Urine                 : 600 ml/hr                             Frekuensi : 2x/hr
Warna:Kekuningan               Bau : Amoniak

6)      PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL)


1.   MulutdanTenggorokan
a.      Mulut                                 : Rongga mulut bersih, tidak ada bau
mulut
b.      Gigi                                      : Gigi tidak lengkap, tidak ada lubang
gigi,
Selaput Lendir Mulut        : Lembab
c.       Lidah                                  : Bersih, ada sariawan
d.      Kebersihan Rongga Mulut            : Tidak Berbau
e.       Tenggorokan                      : Tidak terlihat sulit menelan
f.        Abdomen                           : Kenyal
g.      Pembesaran Hepar                        : Tidak
h.      Pembesaran Lien               : Tidak
i.        Asites                                  : Tidak

2.   Masalah Usus Besar dan Rectum / Anus


         BAB 1 x/hr
         Tidak ada masalah
         Obat Pencahar       : Tidak
         Lavemen                : Tidak

7)      OTOT, YULANG DAN INTEGUMENT (B6: BONE)


1.   OtotdanTulang
         Kemampuan Pergerakan Sendi lengan dan Tungkai (ROM)
Bebas
         Kemampuan kekuatan otot :       

4                  4
4                  4                     
         Fraktur       : Tidak
         Dislokasi     :Tidak
         Haemotom : Tidak
2.   Integumen
Warna Kulit                 : Kuning langsat
Akral                            : Hangat
Turgor                         : Tidakelastis
Tulang Belakang          : Normal
8)      REPRODUKSI
Laki-laki :
Kelamin Bentuk               : Normal
Kebersihan Alat Kelamin            : Bersih           

9)      ENDOKRIN
1.   Faktor Alergi                : Tidak
Manifestasi                   : Tidakada
Cara Mengatasi           : Tidakada
2.   Kelainan Endokrin      : Tidakada

10)  PENGETAHUAN
Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya :
Klien mengetahui tentang kondisi kesehatannya dan klien sering cek
up untuk kesehatannya

ANALISA DATA

NO KELUHAN ETIOLOGI PROBLEM


1. DS : Klien mengatakan tidak nafsu makan

DO :
        Gigi tidak lengkap
        Lidah ada sariawan
        PolaMakan : 2x/hr, Ketidak
hanyamampumenghabiskan ¼ porsimakanan Intake yang seimbangan
        Konjugtiva anemis tidakadekuat nutrisi : nutrisi
        BB sebelumnya= 51 kg, BB saatini 50 kg kurang dari
        Klien kurang makan sayur dan jarang makan kebutuhan tubuh
buah-buahan
        klienhidupsendiri

RENCANA KEPERAWATAN

Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1.        1 Setelah dilakukan 1.      Timbang berat badan 1.     R/mengetahui perubahan
tindakan keperawatan setiap hari keadaan umum nutrisi pada
selama 1x24 jam klien
diharapkan
ketidakseimbangan 2.      Anjurkan makan sedikit 2.     R/Dilatasi gaster dapat
nutrisi : nutrisi kurang tapi sering terjadi bila pemberian
dari kebutuhan tubuh makan terlalu cepat setelah
teratasi dengan periode puasa
Kriteria hasil :  
1.      Nafsu makan 3.      Anjurkan makan-makanan3.     R/membantu meningkatkan
meningkat yang lunak dan mudah intake makanan
2.      Berat badan meningkat dicerna.
3.      Adanya perubahan pola
makan 4.     Membantu meningkatkan
4.      Konjungtiva normal 4.      Anjurkan keluarga untuk nafsu makan
5.      Klien tampak tidak menyediakan makanan
lemah kesukaan klien.
5.     R/ Mencegah terjadinya
5.      Anjurkan makan makanan mual dan membantu
yang disajikan dalam meningkatkan nafsu makan
kondisi hangat
No Dx.
Implementasi Evaluasi
. Kep.
1.   1 Tgl 25 Maret 2012 (09.00 wib) 26 Maret 2012 (09.00 wib)
1. DS : “Saya sudah
1.      Menimbang berat badan setiap hari menghabiskan setengah porsi
Hasil : BB = 50 kg makanan”

2.      Menganjurkan makan sedikit tapi sering DO :


Hasil : K/u baik
       
Anjuran telah di berikan , klien akan         Nafsumakanklienmeningkat
melakukan anjuran.         Konjungtiva normal

        TD : 100 / 70 mmhg


3.      Menganjurkan makan makanan yang         N : 80 x/m
lunak dan mudah dicerna         RR : 20 x/m
Hasil :         S : 36,6 C
o

Klien setuju untuk makan makanan yang         BB 50 kg


lunak dan mudah dicerna

4.      Menganjurkan keluarga untuk A : Masalah nutrisi kurang dari


menyediakan makanan kesukaan klien kebutuhan tubuh teratasi
Hasil : sebagian
Anjuran telah diberikan, keluarga 1.      Nafsu makan meningkat
mengungkapkan akan melakukan apa 2.      Adanya perubahan pola makan
yang di anjurkan. 3.      Konjungtiva normal
4.      Klien tampak tidak lemah
5.      Menganjurkan makan makanan yang
disajikan dalamkondisi hangat P: Lanjutkan intervensi
Hasil :
Klien setuju untuk makan makanan yang
disajikan dalam kondisi hangat
Diposkan 31st March 2012 oleh Inka Februaria

Lihat komentar

Memuat
Template Dynamic Views. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai