Anda di halaman 1dari 14

ILMU LINGKUNGAN

“ASAS DASAR ILMU LINGKUNGAN (ASAS 8-14)”

Disusun oleh:

Kelompok 4

Fitria Nur Cahyati (1304617068)

Gia Laras Pangestu (1304617047)

Rinjani Ayu Rizkia (1304617046)

Pendidikan Biologi B
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Jakarta
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,


karena atas rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesehatan sehingga dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini dengan baik, dan tepat waktu. Tidak lupa,
shalawat serta salam marilah kita curahkan kepada junjungan umat manusia, yaitu Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa kami dari zaman kegelapan menuju zaman terang-
benderang karena canggihnya teknologi seperti sekarang. Ini merupakan suatu nikmat yang
tidak terhingga, sehingga harus di syukuri sampai akhir hayat.
Makalah yang berjudul “Asas Dasar Ilmu Lingkungan (Asas 8-14)” ini kami buat
dengan maksud untuk memberikan pengetahuan, serta pemahaman kepada penyusun,
pembaca, serta untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Lingkungan.
Ucapan terimakasih penyusun sampaikan kepada :
1. Allah SWT.
2. Dosen Ilmu Lingkungan, yaitu Ibu Dr. Mieke Miarsyah, M.Si dan Dr. Diana Vivanti
Sigit, M.Si.
3. Serta kepada orang tua yang telah memberi dukungan baik secara langsung maupun
tidak langsung, dan
4. Teman-teman, serta pihak-pihak lain.
Dengan penyusunan makalah ini, semoga pembaca mendapatkan penambahan ilmu
yang bermanfaat. Penyusun dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, perlu adanya kritik dan saran yang membangun untuk pembuatan karya-
karya kami selanjutnya.

Jakarta, 11 Maret 2019

(Penyusun)

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul…………………………….………………………...………..…………. i

Kata Pengantar……………………………………………………...…………………… ii

Daftar Isi…………………………………………………………...……..…………...… iii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang…………………..…….………………………………………...…… 1

1.2 Rumusan Masalah………………...…………………………….…………………….. 1

1.3 Tujuan……………………………......…...………………………………………….. 2

BAB II Pembahasan Asas Dasar Ilmu Lingkungan

2.1 Asas 8………...…………….……………………………………………...…………. 3

2.2 Asas 9...………..……………………………………….……………….……………. 3

2.3 Asas 10……….……………………………………….……………………………… 4

2.4 Asas 11……………...………………………………….……..….......................……. 5

2.5 Asas 12……………...………………………………….……..….......................……. 5

2.6 Asas 13……………...………………………………….……..….......................……. 6

2.7 Asas 14……………...………………………………….……..….......................……. 8

BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan………………………………………….…….……………..…….……. 9

3.2 Saran……………………………………………………….………..………….…… 9

Daftar Pustaka……………………………….……………….……..…………………. 10

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan yang terus berkembang mengharuskan manusia untuk selalu berpikir dan
mengembangkan ilmu pengetahuan untuk dapat terus menghasilkan suatu karya.
Keingintahuan yang ada pada manusia menyebabkan seseorang untuk mempunyai landasan
yang kokoh sebagai dasar yang diambil dalam sebuah keputusan.

Asas merupakan landasan pada suatu ilmu yang sudah di uji terus-menerus dan
menghasilkan hasil yang dapat dipertahankan merupakan hukum yang dipakai seseorang
untuk menentukan keputusan-keputusan yang akan diambil dalam kehidupannya. Asas
lingkungan merupakan ilmu yang fokus mempelajari makhluk hidup dengan lingkungannya.
Aspek-aspek terkait dengan ilmu lingkungan antara lain adalah aspek sosial, kesehatan,
ekonomi dan pertanian, sehingga ilmu lingkungan dapat dihubungkan dengan berbagai ilmu
yang saling terikat untuk mengatasi masalah yang berhubungan dengan makhluk hidup dan
lingkungannya.

Untuk menyajikan suatu asas, terlebih dahulu diperlukan kerangka teori, kemudian
kerangka tersebut dipahami dan dikembangkan menjadi teori pemikiran baru beserta fakta-
fakta yang ada dan mendukung. Fungsinya adalah agar asas yang disajikan benar-benar
saling terikat satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan asas dasar ilmu lingkungan ?


1.2.2 Bagaimana perbedaan isi pada setiap asas dasar ilmu lingkungan ?
1.2.3 Bagaimana contoh dari isi setiap asas dasar ilmu lingkungan ?
1.2.4 Bagaimana solusi terkait dengan pembahasan pada setiap asas ?
1.2.5 Apa manfaat dari mempelajari asas dasar ilmu lingkungan ?

1
1.3 Tujuan

1.3.1 Memahami pengertian asas dasar ilmu lingkungan.

1.3.2 Mengetahui perbedaan isi pada setiap asas dasar ilmu lingkungan.

1.3.3 Menganalisis contoh dari isi setiap asas dasar ilmu lingkungan.
1.3.4 Mendapatkan solusi terkait dengan pembahasan pada setiap asas.
1.3.5 Mengetahui, dan memahami manfaat dari mempelajari asas dasar ilmu lingkungan.

2
BAB II

PEMBAHASAN ASAS DASAR ILMU LINGKUNGAN

2.1 Asas 8

“Sebuah habitat dapat jenuh atau tidak oleh keanekaragaman takson, bergantung kepada
bagaimana nicia dalam lingkungan hidup itu dapat memisahkan takson tersebut.”

Pengertian:

Kelompok taksonomi tertentu dari suatu jasad hidup ditandai oleh keadaan lingkungannya
yang khas (niche), tiap spesies mempunyai niche tertentu. Spesies dapat hidup berdampingan
dengan spesies lain tanpa persaiangan, karena masing-masing mempunyai keperluan dan
fungsi yang berbeda di alam.

Contoh :

Habitat dan relung, dua istilah tentang kehidupan organisme. Habitat suatu organisme dapat
juga disebut “alamat”. Relung (niche atau nicia) adalah profesi atau status suatu organisme
dalam suatu komunitas dan ekosistem tertentu, sebagai akibat adaptasi struktural, tanggal
fisiologis serta perilaku spesifik organisme itu. Organisme-organisme akan menempati
habitat yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Misalnya antara zebra dengan
jerapah, zebra akan menempati wilayahnya sendiri begitupun juga dengan jerapah. Hal ini
karena adanya perbedaan jenis makanan dan kemampuan organisme tersebut dalam
mempertahankan hidup. Zebra hidup di daerah yang banyak rumput atau padang rumput
sedangkan jerapah hidup di kondisi alam yang banyak menyediakan pohon yang banyak daun
mudanya. Atau dapat disimpulkan bahwa pada nicia yang berbeda akan mempengaruhi
perilaku organisme yang ada pada tempat itu.

2.2 Asas 9

“Keanekaragaman komunitas apa saja sebanding dengan biomasa dibagi produktivitas.”

T = K x (B/P) ; D ≈ T

T = waktu rata-rata penggunaan energi

3
K = koefisien tetapan

B = biomassa

P = produktivitas

D = keanekaragaman

Pengertian:

Asas ini mengandung arti, bahwa efisiensi penggunaan aliran energidalam sistem biologi
akan meningkat dengan meningkatnya kompleksitas organisasi sistem biologi dalam suatu
komunitas.

Contoh :

Tingkat keberagaman komunitas akan semakin besar jika biomasanya besar dan produktivitas
kecil. Hal ini disebabkan karena aliran energi dalam sistem tersebut, aliran energi tersebut
akan saling tukar-menukar dengan materi yang tersimpan pada suatu komunitas. Misalnya
biomasa pada suatu sistem simpanan materinya besar maka secara otomatis akan
meningkatkan keanekaragaman pada suatu komunitas tersebut.

2.3 Asas 10

“Pada lingkungan yang stabil perbandingan antara biomasa dengan produktivitas (B/P) dalam
perjalanan waktu naik mencapai sebuah asimtot.”

Pengertian:

Sistem biologi menjalani evolusi yang Mengarah kepada peningkatan efisiensi penggunaan
energi dalam lingkungan fisik yang stabil, dan memungkinkan berkembangnya keaneka-
ragaman.

Contoh :

Pada lingkungan yang stabil hewan yang mampu bertahan akan dapat hidup lebih lama.
Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan efisiensi penggunaan energi sehingga dapat
digunakan dalam waktu lama atau jangka panjang. Hal ini dapat dicapai jika jumlah energi
yang tersedia dapat digunakan untuk menyokong biomasa yang lebih besar.
4
Contohnya pada populasi jumlah biomasanya besar maka diperlukan energi yang besar pula
untuk memenuhi hal tersebut. Sehingga untuk memenuhi dalam waktu lama diperlukan
efisiensi dalam menggunakan energi tersebut

2.4 Asas 11

“Sistem yg sudah mantap (dewasa) mengeksploitasi sistem yg belum mantap (belum


dewasa).”

Pengertiannya adalah memindahkan keanekaragaman, materi dan energi yang sudah


besar (maju) menuju tempat yang kecil (belum maju). Dapat juga diartikan sebagai
pemindahan keanekaragaman, materi dan energi dari sesuatu yang sederhana menuju sesuatu
yang lebih kompleks atau dari substansi keanekaragaman yang rendah menuju ke arah
substansi keanekaragaman yang tinggi.

Asas ini mengacu pada asas ke-5 dan di ikuti oleh asas ke-9 yang menyatakan apabila
terdapat peningkatan suatu sumberdaya (termasuk keanekaragaman) disuatu daerah besar,
maka akan menarik banyak pendayaguna dari daerah kecil untuk datang ke daerah tersebut.
Begitu pula asas ke-9 yang meyatakan, apabila terdapat keanekaragaman yang meningkat
pada suatu system sebuah daerah maka meningkatkan pula efisiensi yang ada pada sistem di
daerah tersebut.

Asas ini menunjukkan banyaknya masyarakat kota kecil atau perkampungan yang
pindah dan beralih ke kota-kota besar dikarenakan keanekaragaman yang lebih maju dan
lebih besar dibandingkan dengan perkampungan tempat asalnya. Baik itu dalam hal
perekonomian, pendidikan, daya saing dan sebagainya. Dengan adanya asas ini diharapkan
setiap daerah kecil yang belum besar segera mampu untuk meningkatkan daya saing mereka
dengan kota kota besar yang sudah maju.

2.5 Asas 12

“Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat bergantung pada kepentingan relatifnya dalam
keadaan suatu lingkungan.”

Pengertianya adalah populasi dalam ekosistem yang belum mantap, kurang bereaksi
terhadap perubahan lingkungan fisikokimia dibandingkan dengan populasi dalam ekosistem
5
yang sudah mantap. Populasi dalam lingkungan dengan kemantapan risiko kimia yang cukup
lama, tidak perlu berevolusi untuk meningkatkan kemampuannya beradaptasi dengan
keadaan yang tidak stabil.
Asas ini mengacu pada asas ke-6 dan di ikuti oleh asas ke-7 yang menyatakan bahwa
jasad hidup yang tidak mampu beradaptasi akan kalah dalam persaingan. Dapat pula diartikan
bahwa jasad hidup yang adaptif akan menghasilkan banyak keturunan daripada yang non-
adaptif. Sama seperti asas 6, asas ke-7 menyatakan lingkungan yang stabil secara fisik
merupakan lingkungan yang mempunyai jumlah spesies yang banyak, dan mereka dapat
melakukan penyesuaian terhadap lingkungannya tersebut (secara evolusi). Sedangkan
lingkungan yang tidak stabil adalah lingkungan yang dihuni oleh spesies yang jumlahnya
relatif sedikit. Semakin lama keadaan lingkungan dalam kondisi yang stabil, maka semakin
banyak keanekaragaman spesies yang muncul disitu sebagai akibat berlangsungnya proses
evolusi.

Implikasi dari asas ini bahwa sesungguhnya tidak ada sebuah strategi evolusi yang
terbaik dan mandiri, semua tergantung pada kondisi lingkungan fisik. Kesimpulannya bahwa
populasi pada ekosistem yang belum mantap, kurang bereaksi terhadap perubahan
lingkungan fisikokimia dibandingkan dengan populasi pada ekosistem yang sudah mantap.

2.6 Asas 13

"Lingkungan yang secara fisik mantap (dewasa) memungkinkan terjadinya penimbunan


keanekaragaman biologi dalam ekosistem yang mantap (dewasa), yang kemudian dapat
menggalakkan kemantapan populasi yang lebih jauh."
Kemantapan lingkungan fisik → Kompleksitas organisasi + keanekaragaman, naik turunnya
populasi → ciri ekosistem yang belum mantap.
Contoh : Kondisi iklim didaerah tropis yang menyebabkan keanekaragaman tinggi
(lingkungan yang stabil).
Lahirnya asas ini ditopang oleh tiga jalur. Pertama, yaitu asas 7 ; mengemukakan
bahwa organisasi yang kompleks semakin meningkat ketika lingkungan fisik yang mantap.
Artinya, akan terjadi kenaikan jumlah varitas,dan spesies pada rantai makanan dalam
komunitas. Komunitas yang mantap, maka jumlah jalur energi yang masuk melalui ekosistem
meningkat.
6
Jika terjadi sesuatu yang buruk pada satu jalur, memungkinkan jalur yang lebih mantap
mengambil alih lebih besar. Jadi, risiko dibagi merata pada ekosistem.

Kedua, jika kemantapan lingkungan fisik adalah syarat banyaknya keanekaragaman biologi,
dan kompleksitasnya, maka kemantapan faktor fisik tersebut akan mendukung populasi
dalam ekosistem yang mantap.

Ketiga, berasal dari asas 12 bahwa adaptasi yang kompleks dan peka, serta sistem kontrol
akan berevolusi sebagai tanggapan terhadap lingkungan biologi dan sosial daripada
komunitas yang mantap.

Keempat, yaitu asas 9 bahwasanya menyangkut hubungan antara kemantapan (kedewasaan,


keanekaragaman yang tinggi) dan efisiensi penggunaan energi.

Ketidakmantapan populasi bisa jadi disebabkan oleh keadaan tempat, seperti di pegunungan
tinggi, jauh dari katulistiwa, atau karena gangguan manusia.

Asas 13 dikemukakan oleh pengarang arsitektur, yaitu Jane Jacobs (1969) tanpa
didasari oleh ekologi. Oleh karena itu, penemuan ini menunjukkan perlunya memperluas
ruang lingkup ekologi (hewan dan tumbuhan) murni menjadi ilmu lingkungan dengan
batasan yang lebih luas. Ia menunjukkan kontras antara kota model Manchester (di Inggris)
dan Detroit (di Amerika Serikat) dengan Birmigham dan Cambridge (di Inggris), Palo Alto
(di Amerika Serikat). Ekonomi kota terdahulu dikuasai oleh sejumlah kecil industri besar,
sehingga mudah terancam oleh ketidakmantapan kondisi pemasaran industri tersebut. Kota
yang disebut kemudian mempunyai industri kecil yang relatif banyak. (Den Boer, 1968)
Perubahan ketergantungan manusia dari aliran energi (sinar matahari) ke persediaan energi
(gas, minyak bumi, atom, dsbnya) memisahkan manusia dengan dunia hewan dan tumbuhan
alam. Apa yang berlaku dialam merupakan hasil keseimbangan alam yang berlangsung
dalam waktu yang lama (evolusi). Penyebab timbulnya berbagai macam bencana, termasuk
serangan hama secara tiba-tiba dan eksplosif yang luas dikarenakan ulah manusia itu sendiri.
Jadi, asas ini merupakan penjabaran dari asas 7, 9 dan 12. Pada komunitas yang mantap,
jumlah jalur energi yang masuk melalui ekosistem meningkat, sehingga apabila terjadi suatu
goncangan pada salah satu jalur, maka jalur yang lain akan mengambil alih, dengan demikian
komunitas masih tetap terjaga kemantapannya. Apabila kemantapan lingkungan fisik
merupakan suatu syarat bagi keanekaragaman biologi, maka kemantapan faktor fisik itu akan
7
mendukung kemantapan populasi dalam ekosistem yang mantap dan komunitas yang mantap
mempunyai umpan-balik yang sangat kompleks. Disini terdapat hubungan antara kemantapan
ekosistem dengan efisiensi penggunaan energi.

2.7 Asas 14

"Derajat pola keteraturan turun-naiknya populasi bergantung pada jumlah keturunan dalam
sejarah populasi sebelumnya yang nanti akan mempengaruhi populasi tersebut."
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam komunitas atau populasi dapat diamati dan
seringkali perubahan itu berupa pergantian komunitas lain. Populasi dahulu → Populasi
sekarang → Populasi yang akan datang. Perubahan suatu populasi → perubahan populasi
lain sesuai dengan perjalanan waktu, contoh: Sebuah kebun jagung yang ditinggalkan setelah
panen dan tidak ditanami lagi >> muncul berbagai jenis gulma (membentuk komunitas).
Asas ini berkebalikan dengan asas 13, tidak adanya keanekaragaman yang tinggi pada
rantai makanan dalam ekosistem yang belum mantap menyebabkan ketidakstabilan populasi
yang tinggi. Contoh : burung elang yang sangat bergantung pada tikus tanah sebagai makanan
utama, tikus tanah bergantung pada suatu spesies tumbuhan, dan tumbuhan bergantung pada
jenis tanah tertentu untuk keberlangsungan hidupnya. Kemudian, jika tikus tanah mengalami
kelaparan yang kronis, akan terjadi penurunan tikus tanah pada tahun t+1. Penurunan ini
dapat menaikkan jumlah bahan makanan pada tahun t+3, dan menaikkan produktivitas
tumbuhan pada tahun t + 4. Kenaikan produktivitas tumbuhan dapat meningkatkan populasi
tikus pada tahun t + 5, serta meningkatkan populasi burung elang pada tahun t + 6 atau t + 7.
Itulah yang disebut dengan ketidakstabilan atau turun-naiknya populasi derajat tinggi
momentum. Ciri - ciri lingkungan/ komunitas yang mantap, yaitu: tingkat keanekaragaman
tinggi, jumlah jalur energi yang masuk melalui ekosistem meningkat (banyak), efisiensi
penggunaan energi, lingkungan fisik mantap (mudah diramal), dan sistem control umpan
balik (feedback) komunitas yang sangat kompleks.
8
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Sebuah perbedaan penting antara ekologi dan ilmu lingkungan adalah tujuan dari
penelitian dalam disiplin ilmu masing-masing. Tidak seperti ilmuwan bidang lingkungan, ahli
ekologi cenderung fokus penelitian (kajian) mereka pada populasi yang sangat spesifik dari
makhluk hidup, seperti jenis tertentu dari rumput atau kelompok ikan. Ahli ekologi berusaha
untuk memahami bagaimana populasi berinteraksi, bereproduksi, dan berkembang dalam
suatu ekosistem. Para ahli ekologi lebih berkonsentrasi terutama pada faktor-faktor langsung
seperti penyediaan makanan,peristiwa makan memakan, dan seleksi seksual dalam suatu
kelompok melalui pengamatan yang cermat dan penelitian sejarah. Ekologi menjelaskan
perkembangan dan adaptasi evolusioner yang mempengaruhi suatu spesies.

Ahli lingkungan melakukan penelitian laboratorium dan lapangan untuk belajar


tentang berbagai faktor yang mempengaruhi suatu daerah. Seperti ekologi, mereka juga
mempelajari makhluk hidup dan perilaku mereka secara rinci. Selain itu, para ahlilingkungan
mempertimbangkan dampak iklim, proses geologi, perubahan suhu, dan siklus air ketika
menyelidiki ekosistem. Sebagai contoh, seorang ahli lingkungan mungkin melakukan
penelitian tentang dampak dari musim kering terutama pertumbuhan spesies tanaman yang
berbeda di suatu daerah. Ilmuwan kemudian dapat mencoba untuk mengidentifikasi dampak
negatif yang dihasilkanpada hewan herbivora di wilayah tersebut, dan dalam asas dasar ilmu
lingkungan harus kita pelajari karena asas dasar inilah yang menjadi poros disaat kita
memanfaatkan sumber daya alam yang ada di bumi kita dan semua kekayaan alam yang
dimiliki oleh bumi kita tercinta.

3.2 SARAN

Sebagai warga negara yang baik, sudah seharusnya kita menjaga dan melestarikan
lingkungan disekitar masing-masing. Mulai dari tidak membuang sampah sembarangan, tidak
melakukan hal – hal yang dapat merusak atau mecemari lingkungan. Karena di dalam suatu
lingkungan yang bersih, rapi, terjaga dan terawat dengan baik, maka kita yang tinggal di
dalamnya akan merasa nyaman. Jika kita mencintai alam, maka alam akan menghormati kita.
9
DAFTAR PUSTAKA

Dinus.ac.id
File.upi.edu
Marno.lecture.ub.ac.id
Soeriaatmadja. (1997). ILMU LINGKUNGAN. Bandung : ITB
Wijana, Nyoman. (2014). ILMU LINGKUNGAN Edisi 2. Yogyakarta : Graha Ilmu
10

Anda mungkin juga menyukai