Anda di halaman 1dari 6

Mekanisme Rencana Penjemputan WNI

di Kapal World Dream

Fitri Haryanti Harsono

23 Feb 2020, 14:01 WIB

Kapal pesiar World Dream berlabuh di Kai Tak Cruise Terminal, Hong Kong, Rabu (5/2/2020). Hong
Kong mengarantina lebih dari 1.800 orang di atas kapal pesiar yang berpaling dari pelabuhan
Taiwan tersebut terkait wabah virus corona. (AP Photo/ Vincent Yu)

Liputan6.com, Jakarta Adanya kabar satu penumpang yang positif virus corona


atau COVID-19 membuat Kapal World Dream ditolak berlabuh di seluruh
negara. Bersama penumpang lainnya, ada sekitar 270 kru kapal
berkewarganegaraan Indonesia di kapal tersebut.

Dalam konferensi pers, Sekretaris Direktur Jenderal Pencegahan dan


Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI, Achmad Yurianto
menerangkan, demi melindungi WNI, pemerintah akan menjemput mereka.

BACA JUGA

 Satu Penumpang Positif COVID-19, Kapal World Dream yang Angkut Sekitar 270
WNI Ditolak Berlabuh
"Sebenarnya, Kapal World Dream ingin berlabuh di Pulau Bintan, Kepulauan
Riau. Tapi ditolak juga oleh kita (Indonesia). Sekarang kapalnya berada di
perairan internasional," terang Yuri ditemui di Gedung Kementerian
Kesehatan RI, Jakarta, kemarin (21/2/2020).

Yuri mengatakan, rencananya 270 WNI itu akan dijemput dengan kapal laut.

"Rencananya pakai kapal laut. Karena kan di laut ya. Dengan menggunakan


kapal TNI Angkatan Laut. Jadi, nanti bertemu di perairan internasional."

Satu penumpang yang positif COVID-19 baru terdeteksi beberapa hari


kemudian, selepas Kapal World Dream yang berbendera Malaysia tersebut
kembali berlayar dari Hong Kong.

2 dari 4 halaman

Turun Gunakan Sekoci

Penumpang melambaikan tangan ke arah media dari kapal pesiar World Dream yang berlabuh di
Kai Tak Cruise Terminal, Hong Kong, Rabu (5/2/2020). Hong Kong mengarantina lebih dari 1.800
orang di atas kapal pesiar yang berpaling dari pelabuhan Taiwan tersebut terkait wabah virus
corona. (AP Photo/ Vince
Yuri memaparkan mekanisme rencana penjemputan WNI di Kapal World
Dream. Prosesnya dari kapal ke kapal.

"Para kru kapal WNI itu turun dengan sekoci dari Kapal World Dream. Lalu
menuju ke kapal kita (kapal TNI AL). Diharapkan begitu pelaksanaannya,"
ujarnya.

"Setelah masuk ke kapal TNI AL, langsung diobservasi. Meskipun tidak ada
yang sakit dengan gejala COVID-19, bisa saja sakit lain akan tetap dilakukan
pemeriksaan kesehatan menyeluruh."

Yuri menyebut, observasi selama 14 hari juga perlu dilakukan terhadap para
WNI dari Kapal World Dream.

"Jangka waktu ini sebagaimana observasi yang kita lakukan terhadap WNI
dari Wuhan," lanjut Yuri.

Jarak lokasi menuju Kapal World Dream yang berada di perairan internasional
dekat Pulau Bintan kurang lebih membutuhkan waktu 20 jam. Kapal TNI AL
yang akan menjemput adalah KRI Banjarmasin 592.

3 dari 4 halaman
Menunggu Keputusan

Seorang pria dipindahkan dari kapal pesiar World Dream ke ambulans di Kai Tak Cruise Terminal,
Hong Kong, Rabu (5/2/2020). Hong Kong mengarantina lebih dari 1.800 orang di atas kapal pesiar
yang berpaling dari pelabuhan Taiwan tersebut terkait wabah virus corona. (Philip FONG/AFP)

Sampai sekarang belum ditentukan lokasi 14 hari observasi kru WNI Kapal
World Dream di mana. Proses penjemputan WNI di Kapal World Dream juga
masih menunggu keputusan resmi.

"Kita menunggu keputusan untuk menjemput WNI di Kapal World Dream.


Seluruh kru kapal itu nanti masuk kelompok orang dalam pemantauan
(ODP)," Yuri menambahkan.

"Dengan demikian perlu observasi. Agar mereka aman juga bila kembali ke
masyarakat nanti."

Sebelumnya, Kapal World Dream dimasukkan ke dalam proses karantina


pada Rabu (5/2/2020) setelah terungkap tiga penumpang yang berlayar pada
pelayaran sebelumnya ditemukan terjangkit virus corona.

Proses pemeriksaan pun sudah dilakukan. Menurut Kepala Petugas


Kesehatan Pelabuhan Leng Yiu-Hong, seluruh penumpang dan kru kapal dites
dan dinyatakan negatif terhadap virus corona. Alhasil, seluruh penumpang
pun diizinkan untuk turun di Hong Kong.
Jakarta - 
Dari 16 anak buah kapal (ABK) perempuan dari kapal pesiar Dream
World, ada seorang yang dalam kondisi hamil. Mereka, termasuk
172 ABK pria, masih menjalani observasi berkaitan dengan virus
corona (Covid-19) di Pulau Sebaru Kecil, Kepulauan Seribu.

"Dari 188 (ABK) ini ada 16 ABK wanita, dan salah satunya dalam
kondisi hamil 3 bulan dan suaminya juga ada di sana, kondisi
kehamilan dan ibunya bagus, tidak ada masalah," kata Sekretaris
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kementerian Kesehatan (Sesditjen P2P Kemenkes) Achmad
Yurianto dalam konferensi pers di kantor Kepala Staf Kepresidenan
(KSP), Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Jumat (6/3/2020).

Yuri, panggilan Achmad Yurianto, mengatakan sejak masuk


observasi, keseluruhan ABK itu dalam kondisi sehat hingga hari
keenam observasi. Dalam waktu 14 hari, 188 ABK itu akan kembali
menjalani pemeriksaan lagi.

"Perjalanan waktu sekarang dari observasi kita alhamdulillah


pemeriksaan pagi dan sore yang kita laksanakan tidak ada satu pun
yang sakit, baik secara psikologis maupun fisik, tidak ada
permasalahan sehingga diharapkan dalam waktu yang tidak lama
lagi, setelah 14 hari kita akan lakukan pemeriksaan lagi dan
kemudian bisa kita kembalikan ke keluarga masing-masing," kata
Yuri yang ditunjuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai juru
bicara penanganan virus corona itu.

"Untuk ABK Dream World ini kita back-up dengan 35 tenaga


kesehatan dari kementerian kesehatan yang terdiri dari dokter
spesialis paru, penyakit dalam, jantung, kemudian patologi klinik,
dokter umum, perawat, fasilitas yang kita siapkan di sana di
samping UGD dengan ICU mini kita siapkan di sana," imbuhnya.

Sebanyak 188 ABK yang berkewarganegaraan Indonesia itu


sebelumnya dievakuasi dari kapal pesiar World Dream di Hong
Kong. Mereka lantas diobservasi di Pulau Sebaru Kecil.
Berdasarkan draf standar WHO, prosedur WHO tercantum pada Peraturan Kesehatan
Internasional Tahun 2005.

Menurut aturan itu, jika ada pasien yang terjangkit virus perlu dilakukan imunisasi agar tidak
menular secara masif. Artinya, pemerintah suatu negara wajib menyelenggarakan vaksinasi
tanpa dipungut biaya jika penyakit dikategorikan sangat menular.

Selain imunisasi, penyedia layanan kesehatan perlu melakukan deteksi dini agar dapat
memperkirakan perawatan lebih lanjut, mengelola komorbiditas (istilah dalam dunia kedokteran
yang menggambarkan kondisi bahwa ada penyakit lain yang dialami selain penyakit utamanya),
dan mengurangi tingkat penularan.

Menurut Peraturan Kesehatan Internasional, ada sejumlah prosedur yang perlu diperhatikan
saat memutuskan untuk melakukan isolasi dan karantina:

1. Individu yang terisolasi harus ditempatkan secara terpisah dari individu yang dikarantina.
2. Status kesehatan individu yang terisolasi dan dikarantina harus dimonitor secara teratur, untuk
menentukan apakah mereka terus membutuhkan isolasi atau karantina.
3. Jika seseorang yang dikarantina diyakini terinfeksi penyakit menular maka ia harus segera
dibawa ke ruang isolasi.
4. Isolasi dan karantina mesti segera diakhiri ketika individu negatif mengidap penyakit menular.
5. Kebutuhan individu yang tengah diisolasi dan karantina juga perlu diperhatikan, seperti
disediakan makanan, pakaian, dan lainnya.
6. Tempat isolasi dan karantina pun juga harus dijaga dan higienis.

Ditanya soal proses setelah masker dipakai untuk menangani penyakit menular seperti virus
corona novel, Sugiyono mengatakan masker akan didestruksi (pemecahan senyawa) untuk
mematikan virus.

"Kalau untuk masker biasanya harus didestruksi untuk mematikan virus maupun patogen lainnya
dari penderita, sesuai dengan prosedur rumah sakit," pungkasnya.

Sebelumnya, WHO mendeklarasikan wabah virus corona novel kini berstatus gawat darurat dan
menjadi perhatian dunia. Keputusan itu diambil dalam rapat yang digelar di Jenewa, Swiss.

"Karena jumlah pengidap terus bertambah dan terjadi penularan antarmanusia di luar China,
maka WHO kembali menggelar rapat karena ada potensi wabah ini semakin meluas," kata Dirjen
WHO, Tedros Adanom Ghebreyesus.

WHO menyatakan yang dimaksud status gawat darurat yang menjadi perhatian dunia adalah
kejadian luar biasa yang mengancam kesehatan masyarakat di banyak negara akibat
penyebaran wabah secara global. Hal ini juga membutuhkan tanggap dan koordinasi dari
seluruh dunia.

Anda mungkin juga menyukai