DSR Hukum Plksanaan Ibdah
DSR Hukum Plksanaan Ibdah
Disusun Oleh :
2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur
kami ucapkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah fiqh ibadah dengan judul "Dasar Hukum
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, kami harapkan
bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
2. Tujuan ……………………………………………………………… 4
BAB II PEMBAHASAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Allah telah menetapkan hukum untuk setiap kejadian. Yang dengan tegas telah dinashkan,
sedang sebagiannya belum dinashkan. Oleh karena itu Allah memberikan hak bagi Nabi
Muhhammad SAW, Sahabat serta para Mujtahid untuk memperjelas hukum yang masih perlu
Hukum-hukum fiqih ada yang diambil dari sumber-sumber yang asasi baik dari Al-Qur’an
ataupun As-Sunnah, termasuk hukum fiqih tentang pelaksanaan ibadah. Hukum-hukum ini telah
ditetapkan dalam nash, dan tidak akan berubah didalam penetapannya serta wajib dijalankan oleh
2. Tujuan
Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Al Islam 1 (Fiqh Ibadah), tujuan dibuatnya
makalah ini adalah demi menambah wawasan mengenai dasar hukum dari pelaksanaan ibadah.
4
BAB II
PEMBAHASAN
dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri surat An-Nas dan yang membacanya
termasuk ibadah.”
Tauhid yaitu kepercayaan terhadap ke-esaan Allah SWT dengan meyakini bahwa
Ibadah yaitu semua bentuk amaliyah dalam kehidupan sehari-hari yang menuju
Janji dan ancaman yaitu janji pahala untuk yang mengamalkan isi kandungan Al
Qur’an dan ancaman siksa bagi yang keluar dari ajaran Al Qur’an.
Kisah umat terdahulu, di dalam Al Qur’an banyak berisi cerita atau kisah-kisah para
Nabi dan Rasul dalam menyiarkan agama Allah dan kisah orang-orang shaleh agar di
5
C. Dasar Kehujjahan Al-Qur’an dan Kedudukan sebagai Sumber Hukum
Al-Qur’an berkedudukan yang pertama sebagai sumber hukum dari sumber hukum-
hukum yang lain. Oleh karena itu, sumber hukum selain al-Qur’an tidak boleh bertentangan
dengan al-Qur’an.
Q.S. Al-Hud : 17
“Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang-orang yang ada mempunyai bukti yang
nyata (Al Quran) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi (Muhammad) dari Allah
dan sebelum Al Quran itu telah ada Kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat? Mereka itu
beriman kepada Al Quran. Dan barangsiapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan
sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al Quran, maka nerakalah tempat yang diancamkan
baginya, karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Quran itu. Sesungguhnya (Al
Quran) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.” (Q.S. Al-
Hud : 17)
6
“(Al-Quran) ini adalah penerang bagi seluruh manusia, dan petunjuk dan pelajaran bagi
انا انزلنا اليك الكتا ب با لحق لتحكم بين النا س بما ار ىك الله وال تكن
للخا ئنين خصيما
“Sesungguhnya kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran , supaya
kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan
janganlah kamu menjadi penentang karena membela orang-oarng yang berkhianat.” (Q.S. An-
Nisa : 105)
Ayat-ayat tersebut merupakan dasar kehujjahan Al-Qur’an, agar manusia tidak ragu
dalam mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an supaya mendapatkan kebahagiaan di Dunia dan di
Akhirat.
Pedoman Al-Quran dalam menetapkan hukum sesuai dengan kemampuan jasmani dan
rohani manusia, karena manusia berawal dari kelemahan dan ketidakmampuan. Oleh karena itu
7
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya...”(Q.S. Al-
Baqarah : 286)
Baqrah : 185)
“Dan al-Quran itu telah Kami turunkan dengan beransur-ansur agar kamu membacakannya
perlahan-lahan kepada manusiadan kami menurunkannya bagian demi bagian.” (Q.S. Al-Isra’)
Q.S. Al-Furqon : 32
وقال الذين كفرولوال نزل عليه القرأن جملة واحدة كذا لك لنثبت به
فؤدك ورتلنه ترتيال
Artinya :
“Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali
turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya
8
Turunya Al-Qur’an secara berangsur-angsur. Demikian pula Al-Qur’an dalam menetapkan
adalah sesuatu yang berasal dari Rasulullah SAW., baik berupa perkataan, perbuatan maupun
penetapan pengakuan.
Dasar kehujjahan as-Sunnah sebagai sumber hukum adalah Al-Qur’an, ijma’ dan dalil ‘aqli.
Nisa : 80)
Dasar hukum kedua dalam melaksanakan ibadah kepada Allah adalah As Sunnah atau
Al Hadist. Hadist-hadist yang memperintahkan manusia beribadah kepada Allah adalah sebagai
berikut :
9
Dari Mu’adz bin Jabal telah berkata:
أتدرى، يا معا ذ: كنت رديف النبي صلى الله عليه وسلم على حمار فقال
الله ورسوله:ما حق الله على العبا د وما حق العبا د على الله؟ قلت
، حق الله على العبا د ان يعبدوه وحده وال يشركوا به شيئا: قال.اعلم
وحق العباد على الله ان ال يعذب من ال يشرك به شيئا
Artinya :
“Saya pernah mengikuti Nabi SAW naik keledai bersam beliau. Beliau Bersabda kepada saya,
Wahai muadz ! Taukah kamu apa yang menjadi tugas dan kewajiban hamba terhadap Allah
SWT. Dan apa janji Allah terhadap hamba ? Saya menjawab, Allah dan RasulNya yang lebih
mengetahui. Beliau menjawab, Tugas dan kewajiban hamba terhadap Allah adalah agar
beribadah kepadaNya Dan tidak menyekutukaNya dengan sesuatu apapun. Dan janji Allah
kepada hamba ialah bahwasanya Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak menyekutukan-
nya dengan sesuatu apa pun.Saya bertanya,”ya rasulullah ! bolehkah saya menyampaikan
kabar gembira ini kepada mereka,agar mereka tidak bersifat apatis.” (H.R. Imam bukhori dan
Imam Muslim)
10
“ Barang siapa mengucapkan ‘la ilaha illallah’ dan ia mengingkari semua penyembahan
kepada selain Allah maka haramlah harta dan darahnya serta perhitungannya nati ada pada
Al-Qur’an adalah sumber hukum utama bagi syariat islam, sedang As-Sunnah sumber
hukum kedua. Ayat-ayat Al-Qur’an adalah Qiath’i dari Allah baik secara mujmal maupun tafsili,
seseoarang harus kembali pada As-Sunnah dalam mencari ketetapan hukum jika tidak
يأيهاالذين ءامنوا أطيعوا الله واطيعوا الرسول واولى األمر منكم فان
فى شىئ فردوه الى الله والرسول إن كنتم تؤمنون باالله واليوم,تنازعتم
اآلخرذلك خير و احسن تأويال
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Rosul (Nya), dan ulil amri diantara kam.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalilah ia kepada Allah (Al-
Quran) dan Rosul (Sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudia. Yang
demikian lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (An-Nisa’ :59)
Maksud As-Sunnah pada hakikatnya sudah terkandung dalam Al-Qur’an. As-Sunnah
adakalanya menjelaskan apa-apa yang belum jelas dalam Al-Qur’an, membatasi hukum yang
datang secara mutlak, serta memberikan ketentuan khusus terhadap hukum yang datang secara
umum. Demikian pula As-Sunnah menetapkan danmenguatkan hukum yang telah ada dalam Al-
11
Qur’an. Oleh karena itu kedudukan yang dijelaskan lebih tinggi dan harus didahulukan dari pada
yang menjelaskan.
Hadist Muadz bin Jabal yang menerangkan urutan dalam menetapkan hukum, menunjukan
Dasar hukum semua bentuk ibadah kepada Allah adalah Al-Qur’an dan As-
Sunnah karena semua sahabat dan para pengikutnya, para ulama dan semua umat Islam bahwa
ibadah yang berhubungan secara langsung dengan Allah harus didasarkan pada nash Al-Qur’an
dan As-Sunnah. Tidak ada bentuk ibadah yang didasarkan pada dalil akal, karena akal cenderung
subjektif dan dipengaruhi hawa nafsu, kecuali ibadah yang bersifat substantif yang berkaitan
beriman kepada Allah karena ibadah merupakan bagian dari tata cara kepada Rahman dan
Rahimnya Allah. Akan tetapi, disisi lain, Allah dan Rasul-Nya mewajibkan kepada seluruh
hamba-Nya untuk beribadah dengan tujuan agar semua hamba Alah merdekadan tidak
terbelenggu oleh sikap-sikap yang menghambakan diri kepada sesama hamba Allah. Semua
mahluk Allah diciptakan dalam keadaan lemah. Oleh karena itu tidak rasional jika harus
menghambakan diri kepada manusia yang sama-sama sebagai mahluk yang tidak berdaya dan
kewajiban, melainkan suatu sistem ber-taqarub kepada Allah karena Allah yang menciptakan
12
Taqarub merupakan upaya mendekatkan diri secara intensif kepada Allah agar
semua do’a orang yang beriman di dengar dan dikabulkan. Taqarub yang paling ideal adalah
dengan cara melaksanakan seluruh perintah Allah dan menjauhi seluruh larangan-Nya.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari makalah yang telah dibuat dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya dalam kita
melakukan ibadah harus didasarkan pada ketauhidan atau keyakinan, keikhlasan dan sesuai
dengan syariat Islam. Dan sumber atau dasar dari syariat Islam adalah Al-Qur’an sebagai sumber
utama dalam penetapan hukum. Dan As-Sunnah atau Al-Hadist sebagai sumber sumber yang
13
DAFTAR PUSTAKA
Rizki Putra.
14
15