Anda di halaman 1dari 26

KELAINAN SISTEMIK

I GUSTI NGURAH GEDE SWARGA PRAWIRA


1706122010037

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
2020
ABSTRAK

Di dalam kelainan penyakit darah, terdapat jenis-jenis penyakit darah berbagai macam gejala
dengan jumlah yang tidak sedikit yang di alami oleh masyarakt itu sifatnya selalu unik, yaitu
berbagai penyakit kelainan darah yang memiliki hampir kesamaan gejala dalam masing-masing
penyakit darah. Penyakit kelainan darah bukanlah penyakit yang dapat disepelekan karena jika
terlambat dalam penanganannya dapat menyebabkan kematian. Keterlambatan penanganan ini
terjadi karena penyakit kelainan darah tidak mempunyai gejala yang spesifik (satu gejala dapat
dimiliki banyak penyakit) sehingga sulit untuk mendeteksi penyakit kelainan darah karena gejala
pada penyakit kelainan darah merupakan gejala yang umum dan bisa dimiliki oleh gejala
penyakit lain. Dengan adanya berbagai macam penyakit terebut membuat masyarakat sulit
mendapatkan informasi yang pasti gejala masing-masing penyakit dan cara penanganannya.
Disini saya akan membahas tentang penyakit kelainan darah (anemia, leukemia, dan
hemophilia).
Penyakit Anemia atau kurang darah adalah suatu kondisi di mana jumlah sel darah merah
(Hemoglobin) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Hemoglobinyang terkandung di
dalam Sel darah merah berperan dalam mengangkut oksigen dari paru-paru dan
mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Seorang pasien dikatakan anemia apabila konsentrasi
Hemoglobin (Hb) pada laki-laki kurang dari 13,5 G/DL dan Hematokrit kurang dari 41%, Pada
perempuan konsentrasi Hemoglobin kurang dari 11,5 G/DL atau Hematocrit kurang dari 36%.
Leukimia adalah suatu penyakit yang dikenal dengan adanya proliferasi neoplasitik dari sel-
sel organ hemopoietik, yang terjadi sebagai akibat mutasi somatik sel bakal (stem cell) yang
akan membentuk suatu klon sel leukimia.
Hemofilia berasal dari bahasa Yunani Kuno, yang terdiri dari dua kata yaitu
haima
yang berarti darah dan philia yang berarti cinta atau kasih sayang. Hemofilia adalah
suatu penyakit yang diturunkan, yang artinya diturunkan dari ibu kepada anaknya
pada saat anak tersebut dilahirkan.
Dalam penulisan paper ini sya tidak hanya memberikan penjelasan tentang kelainan
darah, tetapi juga membahas tentang Tekanan Darah. Tekanan darah merujuk kepada tekanan
yang dialami darah pada pembuluh arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh
anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya
diukur seperti berikut - 120 /80 mmHg. Nomor atas (120) menunjukkan tekanan ke atas
pembuluh arteri akibat denyutan jantung, dan disebut tekanan sistole. Nomor bawah (80)
menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan
diastole. Saat yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah saat Anda istirahat dan
dalam keadaan duduk atau berbaring.
Dan yang terakhir dalam paper ini saya ingin membahas tentang Gangguan Hormonal.
Dalam Gangguan Hormonal terdapat siklus menstruasi, gangguan siklus menstruasi atau
infertilitas pada wanita disebabkan oleh gangguan hormonal. Salah satu faktor yang dapat
menyebabkan gangguan sistem hormonal adalah gelombang elektromagnetik dari radiasi ponsel.
Penggunaan ponsel dapat meningkatkan radikal bebas dan tomat serta zinc merupakan
antioksidan yang dapat menghambat pembentukan radikal bebas.
PENDAHULUAN

Blood disorder atau penyakit kelainan darah adalah gangguan yang terjadi pada salah satu


atau beberapa bagian darah sehingga memengaruhi jumlah dan fungsinya. Kelainan darah bisa
bersifat akut maupun kronis. Darah mengandung zat cair dan zat padat. Bagian yang bersifat cair
disebut plasma darah. Lebih dari setengah bagian darah merupakan plasma darah. Sedangkan
bagian yang bersifat padat merupakan sel-sel darah yang terdiri dari sel darah merah, sel darah
putih, dan keping darah (trombosit).
Penyakit kelainan darah terdiri dari beberapa jenis, tergantung bagian darah yang
terganggu dan penyebab yang mendasarinya. Berikut ini adalah beberapa kelainan darah yang
memengaruhi sel darah merah: Anemia, Anemia Aplastik, Anemia Autoimun Hemolitik,
Anemia Sel Sabit, dan Polisitemia. Selain mengganggu sel darah merah, ada  beberapa jenis
kelainan darah yang berdampak kepada sel darah putih, di antaranya: Leukemia, Multiple
Myeloma, Sindrom Mielodisplasia, dan Limfoma.
Bukan hanya memengaruhi sel darah merah dan sel darah putih. Kelainan darah juga
dapat terjadi pada trombosit. Ini adalah jenis-jenis kelainan darah pada trombosit dan proses
pembekuan darah: Idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP), Penyakit von Willebrand, Hemofilia,
Essential thrombocythemia, dan Sindrom antifosfolipid.
Penyakit Anemia atau kurang darah adalah suatu kondisi di mana jumlah sel darah merah
(Hemoglobin) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Hemoglobinyang terkandung di
dalam Sel darah merah berperan dalam mengangkut oksigen dari paru-paru dan
mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Seorang pasien dikatakan anemia apabila konsentrasi
Hemoglobin (Hb) pada laki-laki kurang dari 13,5 G/DL dan Hematokrit kurang dari 41%, Pada
perempuan konsentrasi Hemoglobin kurang dari 11,5 G/DL atau Hematocrit kurang dari 36%.
Leukimia adalah suatu penyakit yang dikenal dengan adanya proliferasi neoplasitik dari sel-
sel organ hemopoietik, yang terjadi sebagai akibat mutasi somatik sel bakal (stem cell) yang
akan membentuk suatu klon sel leukimia.
Hemofilia berasal dari bahasa Yunani Kuno, yang terdiri dari dua kata yaitu
haima yang berarti darah dan philia yang berarti cinta atau kasih sayang. Hemofilia
adalah suatu penyakit yang diturunkan, yang artinya diturunkan dari ibu kepada
anaknya pada saat anak tersebut dilahirkan.

Setelah membahas tentang kelainan darah, ada juga pembahasan tentang Tekanan Darah.
Tekanan darah merupakan suatu ukuran daya yang mengarahkan darah untuk mengalir melalui
sirkulasi tubuh. Tekanan darah diperlukan tubuh untuk membawa oksigen dan zat gizi lain ke
jaringan tubuh. Tanpa tekanan darah, energi dan nutrisi penting untuk jantung, otak, ginjal, dan
organ-organ lain tidak dapat terpenuhi (Townsend,2010).
Terdapat dua macam kelainan tekanan darah yaitu hipertensi atau tekanan darah tinggi
dan hipotensi atau tekanan darah rendah (Anggara dan Nanang, 2013). Seseorang dikatakan
hipertensi jika memiliki tekanan sistolik ≥140 mmHg dan tekanan diastolik ≥160 mmHg (JNC
VII, 2003). Darah rendah atau hipotensi adalah kondisi ketika tekanan darah berada di bawah 90/60
mmHg. Hipotensi umumnya tidak berbahaya dan dapat dialami oleh siapa saja. Namun pada beberapa
orang, hipotensi dapat menyebabkan pusing dan lemas.
Dan yang terakhir saya akan membahas tentang Gangguan Hormonal. Hormon adalah zat
yang disekresikan oleh kelenjar endokrin (seperti kelenjar, hipotalamus, hipofyse, epifise di otak,
kelenjar kelamin testes di pria dan ovarium di wanita, kelenjar  anak ginjal, tiroid, para tiroid di
leher, dan kelenjar pankreas di dekat lambung), masuk langsung ke aliran darah guna
memberikan efek fungsi kerja yang normal kepada organ yang memerlukannya.
Sistem hormon adalah sistem yang terdiri dari beragam organ dan kelenjar yang berperan
dalam memproduksi hormon. Hormon-hormon tersebut bertugas untuk mengatur berbagai fungsi
organ tubuh. Ketika sistem ini terganggu, kinerja sistem organ tertentu akan bermasalah dan
menimbulkan sejumlah penyakit.
BAB I
KELAINAN DARAH

Kelainan darah adalah gangguan yang terjadi pada salah satu atau beberapa bagian darah


sehingga memengaruhi jumlah dan fungsinya. Kelainan darah bisa bersifat akut maupun kronis.
Darah mengandung zat cair dan zat padat. Bagian yang bersifat cair disebut plasma darah. Lebih
dari setengah bagian darah merupakan plasma darah. Sedangkan bagian yang bersifat padat
merupakan sel-sel darah yang terdiri dari sel darah merah, sel darah putih, dan keping darah
(trombosit).

Sel darah memiliki fungsi yang berbeda-beda. Berikut adalah penjelasannya:


 Sel darah merah berfungsi mengangkut oksigen ke jaringan tubuh
 Sel darah putih berfungsi melawan infeksi
 Trombosit berfungsi membantu proses penggumpalan darah
 Plasma darah berfungsi memproduksi antibodi di dalam tubuh
Setiap kelainan darah akan berdampak pada fungsi bagian darah tersebut.
Gejala Kelainan Darah
Gejala yang muncul akibat terjadinya penyakit kelainan darah berbeda-beda, tergantung pada
penyebab yang mendasarinya. Beberapa gejala tersebut adalah:
 Mudah mengalami memar
 Mimisan
 Gusi berdarah
 Cepat lelah
 Demam berulang
 Sakit kepala
 Diare
 Nyeri dada
 Jantung berdebar
 Sesak napas

Penyebab Kelainan Darah   


Penyakit kelainan darah terdiri dari beberapa jenis, tergantung bagian darah yang
terganggu dan penyebab yang mendasarinya. Berikut ini adalah beberapa kelainan darah yang
memengaruhi sel darah merah:
1. Anemia
Anemia terjadi jika kadar sel darah merah sangat rendah, baik akibat perdarahan
berlebihan, kekurangan zat besi, atau kekurangan vitamin B12. Pada anemia yang cukup parah,
penderita akan terlihat pucat, mudah lelah, dan sering sesak napas.
2. Anemia Aplastik
Kondisi ini terjadi ketika sumsum tulang tidak menghasilkan cukup banyak sel darah,
salah satunya sel darah merah. Anemia aplastik belum diketahui penyebabnya, tetapi diduga
dipicu oleh infeksi virus, penyakit autoimun, efek samping penggunaan obat, kemoterapi, hingga
kehamilan.
3. Anemia Autoimun Hemolitik
Pada anemia autoimun hemolitik, sistem kekebalan tubuh menjadi terlalu aktif dan secara
keliru akan menghancurkan sel darah merah, sehingga menyebabkan anemia. Kondisi ini
disebabkan oleh gangguan autoimun, yaitu kondisi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang diri
sendiri.
4. Anemia Sel Sabit
Kondisi ini membuat sel darah merah menjadi lengket dan kaku, hingga menghambat
aliran darah. Anemia sel sabit merupakan penyakit genetik. Penderita kondisi ini bisa mengalami
kerusakan organ tubuh dan rasa sakit yang tidak tertahankan.
5. Polisitemia
Polisitemia adalah salah satu jenis kelainan darah akibat kelainan darah. Darah menjadi
terlalu kental akibat sumsum tulang memproduksi terlalu banyak sel darah merah. Kondisi ini
dapat meningkatkan risiko penggumpalan darah, stroke, hingga serangan jantung.

Selain mengganggu sel darah merah, ada  beberapa jenis kelainan darah yang berdampak
kepada sel darah putih, di antaranya:
1. Leukemia
Leukemia adalah salah satu bentuk dari kanker darah, di mana sel darah putih menjadi
ganas dan diproduksi secara berlebihan dalam sumsum tulang. Sayangnya, belum diketahui
penyebab pasti dari kondisi ini.
2. Multiple Myeloma
Multiple myeloma merupakan kanker darah yang terjadi ketika sel darah putih menjadi
ganas. Sel darah putih akan diproduksi secara berlipat ganda dan melepaskan protein abnormal
yang dapat merusak organ.
3. Sindrom Mielodisplasia
Sindrom mielodisplasia adalah salah satu kelainan darah yang berdampak pada sumsum
tulang. Kondisi ini terjadi akibat sumsum tulang tidak dapat memproduksi sel darah yang sehat.
4. Limfoma
Limfoma merupakan kanker darah yang berkembang di dalam sistem getah bening. Sel
darah putih pada orang yang mengalami limfoma akan menjadi ganas, menyebar secara
abnormal, dan berlipat ganda tanpa terkendali.
Bukan hanya memengaruhi sel darah merah dan sel darah putih. Kelainan darah juga dapat
terjadi pada trombosit. Di bawah ini adalah jenis-jenis kelainan darah pada trombosit dan proses
pembekuan darah:
1. Idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP)
Idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP) merupakan kelainan autoimun yang
menurunkan jumlah trombosit atau keping darah. Penderita akan mudah memar atau dapat
mengalami perdarahan secara berlebihan akibat jumlah trombosit di dalam tubuhnya rendah.
Belum diketahui secara pasti pemicu munculnya kelainan autoimun tersebut.
2. Penyakit von Willebrand
Penyakit von Willebrand adalah gangguan pembekuan darah yang disebabkan oleh
kurangnya protein bernama von Willebrand yang dibutuhkan dalam proses pembekuan darah.
Jika jumlah protein tersebut rendah, trombosit yang bertugas menghentikan perdarahan tidak
dapat bekerja dengan baik dan menyebabkan terjadinya perdarahan yang berkepanjangan.
3. Hemofilia
Hemofilia merupakan gangguan proses pembekuan darah yang disebabkan oleh kelainan
genetik yang diturunkan. Kondisi ini mengakibatkan rendahnya jumlah protein yang disebut
sebagai faktor pembekuan darah. Perdarahan tersebut dapat terjadi secara tiba-tiba di dalam atau
luar tubuh.
4. Essential thrombocythemia
Essential thrombocythemia terjadi ketika trombosit yang dihasilkan oleh sumsum tulang
belakang terlalu banyak. Akibatnya pembekuan darah di dalam tubuh meningkat hingga
menggumpal. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung dan stroke.
5. Sindrom antifosfolipid
Sindrom antifosfolipid adalah gangguan pada sistem imun yang dapat meningkatkan
risiko terjadinya penggumpalan darah. Pada kondisi ini, sistem imun menghasilkan antibodi
abnormal yang disebut dengan antibodi antifosfolipid. Antibodi tersebut menyerang protein pada
lemak dan menyebabkan darah lebih mudah menggumpal.
ANEMIA
Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah
atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah
normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut
oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan
berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga
darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh (kamus
bahasa indonesia). Berikut pengertian anemia menurut para ahli diantaranya :
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah,
eleman tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang
mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia
dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 1999).
Anemia definisi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral FE sebagai
bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit (Arif Mansjoer, Kapita Selekta, Jilid 2 edisi 3,
Jakarta 1999).
Anemia secara umum adalah turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam darah
(Anonim). Anemia dapat diketahuui dengan adanya pemerisaan darah lengkap laboratorium.

1. Nilai Hb normal
a) Pria : 13.8 - 17.2 gram/dl
b) Wanita : 12.1 – 15.1 gram/dl
2. Nilai Hb anemia
a) Pria : <13.8 – 17.2 gram/dl
b) Wanita : <12.1 – 15.1 gram/dl
(WHO.2008)

Klasifikasi Anemia

1.  Anemia defisiensi besi (62,3%)


Anemia jenis ini berbentuk normositik dan hipokromik di sebabkan oleh kurang gizi
(malnutrisi), kurang zat besi dalam diet, malabsorpsi, kehilangan darah yang banyak (persalinan
yang lalu, haid, dll)

2.  Anemia megaloblastik  (29,0%)


Anemia ini berbentuk makrositik, penyebabnya adalah kekurangan asam folik  dan
kekurangan vitamin B12 tetapi jarang terjadi.

3.  Anemia anemia hipoblastik (8,0%)


Anemia jenis ini di sebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel-sel darah
merah baru. Untuk itu di perlukan pemeriksaan :
a)  Darah tepi lengkap
b)  Pemeriksaan fungsi sterna
c)  Pemeriksaan retikulosit, dll

4.  Anemia hemolitik (0,7%)


        Anemia jenis ini di sebabkan penghancuran/pemecahan sel darah nerah yang lebih cepat
dari pembuatannya.
Macam-macam Anemia

1. Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat. Hasil


pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut:    
a)    Tidak anemia dengan Hb lebih dari 11gr%
b)    Anemia ringan dengan Hb 9-10gr%
c)    Anemia sedang dengan Hb 7-8gr%
d)    Anemia berat dengan Hb kurang dari 7gr%

2. Berdasarkan klasifikasi WHO kadar hemoglobin pada wanita hamil dapat dibagi 3 kategori
yaitu (Manuaba, 2002) :
1)  Anemia Ringan      : Kadar Hb 9 – 11 gr%
2)  Anemia Sedang     : Kadar Hb 7 – 8 gr%
3)  Anemia Berat          : Kadar Hb < 7 gr%
LEUKIMIA

Leukimia adalah suatu penyakit yang dikenal dengan adanya proliferasi neoplasitik dari
sel-sel organ hemopoietik, yang terjadi sebagai akibat mutasi somatik sel bakal (stem cell) yang
akan membentuk suatu klon sel leukimia.
Penyakit kanker darah (leukimia) menduduki peringkat tertinggi kanker pada anak.
Namun, penanganan kanker pada anak di Indonesia masih lambat. Itulah sebabnya lebih dari
60% anak penderita kanker yang ditangani secara medis sudah memasuki stadium lanjut.
Leukimia merupakan keganasan hemopoietik yang mengakibatkan proliferasi klon yang
abnormal dan sel bakal mengalami transformasi leukimia, terjadi kelainan pada diferensiasi dan
pertumbuhan dari sel limfoid dan mieloid. Penyakit Leukemia umumnya muncul pada diri
seseorang sejak dimasa kecilnya, sumsum tulang tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah
memproduksi sel darah putih yang berkembang tidak normal atau abnormal. Normalnya, sel
darah putih memproduksi ulang bila tubuh memerlukannya atau ada tempat bagi sel darah itu
sendiri. Tubuh manusia akan memberikan tanda/signal secara teratur kapankah sel darah
diharapkan bereproduksi kembali.
Pada penyakit Leukimia sel darah putih tidak merespon tanda/signal yang diberikan.
Akhirnya produksi yang berlebihan tidak terkontrol (abnormal) akan keluar dari sumsum tulang
dan dapat ditemukan didalam darah perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang
abnormal ini bila berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya,
Penyakit leukemia akut ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat,
mematikan, dan memburuk. Apabila hal ini tidak segera diobati, maka dapat menyebabkan
kematian dalam hitungan minggu hingga hari. Sedangkan leukemia kronis memiliki perjalanan
penyakit yang tidak begitu cepat sehingga memiliki harapan hidup yang lebih lama, hingga lebih
dari 1 tahun.
Ketika pada pemeriksaan diketahui bahwa Leukimia mempengaruhi limfosit atau sel
limfoid, maka disebut Leukimia limfosit. Sedangkan Leukimia yang mempengaruhi sel myeloid
seperti neutrofil, basofil, dan esinofil, disebut Leukimia mielositik. Dari klasifikasi ini, maka
Leukimia dibagi menjadi empat type yaitu :

1. Leukemia Limfositik akut (LLA)


Merupakan tipe Leukimia paling sering terjadi pada anak-anak. Penyakit ini juga terdapat
pada dewasa yang terutama telah berumur 65 tahun atau lebih.

2. Leukimia Mielositik akut (LMA)


Ini lebih sering terjadi pada dewasa daripada anak-anak. Tipe ini dahulunya disebut Leukimia
nonlimfositik akut.

3. Leukimia Limfositik Kronis (LLK)


Hal ini sering diderita oleh orang dewasa yang berumur lebih dari 55 tahun. Kadang-kadang
juga diderita oleh dewasa muda, hampir tidak ada pada anak-anak.

4. Leukimia Mielositik Kronis (LMK)


Sering terjadi pada orang dewasa. Dapat juga terjadi pada anak-anak, namun sangat sedikit.

Diagnose leukemia dapat dipastikan dengan beberapa pemeriksaan,diantaranya adalah


biopsy, pemeriksaan darah complete blood count (CBC) , CT or CAT scan, magnetic resonance
imaging (MRI), X-ray, ultrasound, spinal tap/lumbar puncture. Leukemia akut dapat didiagnosa
melalui bebrapa alat seperti :

1. Pemeriksaan morfologi (darah tepi, aspirasi sumsum tulang, biopsy sumsum tulang)
2. Pewarnaan sitokimia
3. Immunofenotipe
4. Sitogenetika
5. Diagnosis molekuler

HEMOFILIA
Hemofilia adalah penyakit gangguan pembekuan darah dan diturunkan oleh melalui
kromoson X. Penyakit ini ditandai dengan perdarahan spontan yang berat dan kelainan seni yang
nyeri dan menahun. Hemofilia lebih banyak terjadi pada laki-laki, karena mereka hanya
mempunyai satu kromosom X. Sedang perempuan umumnya menjadi pembawa sifat (carrier).
Namun perempuan bisa juga menderita hemofilia jika pria hemofilia menikah dengan wanita
carrier hemofilia.
JENIS-JENIS HEMOFILIA :
Klasifikasi hemophilia dibedakan atas 3 macam :
a. Hemofilia A
Ditandai karena penderita tidak memiliki zat anti hemofili globulin (factor VIII).Kira-kira 80
% dari kasus hemophilia adalah tipe ini.Seseorang mampu membentuk antihemofilia globulin
(AHG) dalam serum darahnya karena ia memiliki gen dominan H sedang alelnya resesif tidak
dapat membentuk zat tersebut.Oleh karena gennya terangkai X maka perempuan normal dapat
mempunyai genotif H_.Perempuan hemophilia mempunyai genotif hh,sedangkan laki-laki
hemophilia h
b. Hemofilia B atau penyakit “Christmas”
Penderita tidak memiliki komponen plasma tromboplastin (KPT;faktorIX).Kira-kira 20%
dari hemophilia adalah tipe ini
c. Hemofilia C
Penyakit hemophilia C tidak disebabkan oleh gen resesif kromosom X melainkan oleh gen
resesif yang jarang dijumpai dan terdapatnya pada auotosom.Tidak ada 1% dari kasus
hemophilia adalah tipe ini.Penderita tidak mampu membentuk zat plasma,tromboplastin
anteseden (PTA).

Etiologi
Penyebab Hemofilia adalah karena anak kekurangan faktor pembekuan VIII (Hemofilia
A) atau faktor IX (Hemofilia B).

Tanda dan Gejala


·  Apabila terjadi benturan pada tubuh akan mengakibatkan kebiru-biruan (pendarahan dibawah
kulit) 
·  Apabila terjadi pendarahan di kulit luar maka pendarahan tidak dapat berhenti. 
· Pendarahan dalam kulit sering terjadi pada persendian seperti siku tangan maupun lutut kaki
sehingga mengakibatkan rasa nyeri yang hebat.
· Perdarahan di kepala. Tanda-tandanya: sakit kepala hebat, muntah berulang kali, mengantuk terus,
bingung, tak dapat mengenali orang atau benda di sekitarnya, penglihatannya kabur atau ganda,
keluar cairan dari hidung atau telinga, terasa lemah pada tangan, kaki, dan wajah.
· Perdarahan di tenggorokan. Tanda-tanda: sulit bernapas atau menelan, bengkak.
· Perdarahan di perut. Tanda-tanda: muntah darah, terdapat darah pada feses, sakit perut tak kunjung
sembuh, penderita tampak pucat dan lemah.
· Perdarahan di paha. Tanda-tanda: nyeri di daerah paha atau agak ke bawahnya, mati rasa di daerah
paha atau tidak mampu mengangkat kaki.
Bagi mereka yang memiliki gejala-gejala tersebut, disarankan segera melakukan tes
darah untuk mendapat kepastian penyakit dan pengobatannya. Pengobatan penderita hemofilia
berupa Recombinant Factor VIII (Hemofilia A)yang diberikan kepada pasien hemofili berupa
suntikan maupun tranfusi.
Hemofilia adalah penyakit yang tidak populer dan tidak mudah didiagnosis. Karena itulah
para penderita hemofilia diharapkan mengenakan gelang atau kalung penanda hemofilia dan
selalu membawa keterangan medis dirinya. Hal ini terkait dengan penanganan medis, jika
penderita hemofilia terpaksa harus menjalani perawatan di rumah sakit atau mengalami
kecelakaan. Yang paling penting, penderita hemofilia tidak boleh mendapat suntikan kedalam
otot karena bisa menimbulkan luka atau pendarahan.

Patologi Dan Fisiologi


Penyakit Hemofilia merupakan penyakit yang bersifat herediter.Pada penyakit ini terjadi
gangguan pada gen yang mengeksplesikan factor pembekuan darah,sehingga terjadi luka,luka
tersebut sukar menutup.
Pada orang normal, proses pembekuan darah dapat melalui 4 cara yaitu:
1) Spasme pembuluh darah
2) Pembentukan sumbat dari trombosit atau pratelet
3) Pembekuan darah
4) Terjadi pertumbuhan jaringan ikat kedalam bekuan darah untuk menutup lubang pada
pembuluh darah secara permanen.
Hemofilia merupakan penyakit kongenital yang diturunkan oleh gen resesif x-linked dari
pihak ibu. Faktor VIII (Hemofilia A) dan faktor IX (Hemofilia B) adalah protein plasma yang
merupakan komponen yang diperlukan untuk pembekuan darah, faktor-faktor tersebut
diperlukan untuk pembentukan bekuan fibrin pada tempat pembuluh cidera.Hemofilia berat
terjadi apabila konsentrasi faktor VIII dan faktor IX plasma kurang dari 1 %. Hemofilia berat
ditandai dengan perdarahan kambuhan, timbul spontan atau setelah trauma yang relatif
ringan.Tempat perdarahan yang paling umum di dalam persendian lutut, siku, pergelangan kaki,
bahu dan pangkal paha. Otot yang tersering terkena adalah flexar lengan bawah, gastrak nemius,
& iliopsoas.

BAB II
TEKANAN DARAH

Tekanan darah merupakan suatu ukuran daya yang mengarahkan darah untuk mengalir
melalui sirkulasi tubuh. Tekanan darah diperlukan tubuh untuk membawa oksigen dan zat gizi
lain ke jaringan tubuh. Tanpa tekanan darah, energi dan nutrisi penting untuk jantung, otak,
ginjal, dan organ-organ lain tidak dapat terpenuhi (Townsend,2010).
Dampak negatif kinerja pekerja akibat tekanan darah tinggi dapat dilihat dari
menurunnya stamina, kecepatan kerja, dan kesigapan pekerja. Hal inilah yang memicu turunnya
produktivitas pekerja dan dapat merugikan perusahaan. Seorang tenaga kerja dinilai produktif
jika ia mampu menghasilkan barang atau jasa yang lebih banyak dari tenaga kerja lain untuk
satuan waktu yang sama (Hafid, 2004).
Terdapat dua macam kelainan tekanan darah yaitu hipertensi atau tekanan darah tinggi
dan hipotensi atau tekanan darah rendah (Anggara dan Nanang, 2013). Seseorang dikatakan
hipertensi jika memiliki tekanan sistolik ≥140 mmHg dan tekanan diastolik ≥160 mmHg (JNC
VII, 2003).
Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama di dunia dan masih menjadi tantangan
terbesar di Indonesia karena menjadi faktor risiko primer terjadinya penyakit jantung koroner,
stroke, dan gagal jantung (Martiani dan Lelyana, 2012).

Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah
diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka
kematian (mortalitas) (Triyanto, 2014). Sedangkan menurut Joint National Commite on
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) hipertensi didefinisikan
sebagai tekanan yang lebih tinggi atau sama dengan 140/90 mmHg dapat diklasifikasikan sesuai
derajat keparahannya (Ruhyanudin, 2007).
Menurut Komisi Pakar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang Pengendalian
Hipertensi menjelaskan bahwa hipertensi merupakan gangguan pembuluh darah jantung
(kardiovaskular) paling umum yang merupakan tantangan kesehatan utama masyarakat yang
sedang mengalami perubahan sosioekonomi dan epidemiologi. Dalam laporan Badan Kesehatan
Dunia (WHO), hipertensi merupakan salah satu faktor utama risiko kematian karena gangguan
kardiovaskuler yang mengakibatkan 20-50% dari seluruh kematian.
Hipertensi merupakan penyakit kronik degeneratif yang banyak dijumpai dalam praktek
klinik sehari-hari (Simadibrata dkk, 2003). Penyakit hipertensi salah satu faktor resiko yang
paling berpengaruh terhadap penyakit jantung dan pembuluh darah. Namun sering sekali
penyakit hipertensi ini tidak menunjukkan gejala, sehingga baru disadari bila telah menyebabkan
gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung atau stroke. Hipertensi yang juga disebut
sebagai silent killer ini adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat
secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih keras memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh.

Hipotensi

Hipotensi dikenal juga sebagai tekanan darah rendah. Saat darah mengalir melalui arteri,
darah memberikan tekanan pada dinding arteri, tekanan itulah yang dinilai sebagai ukuran
kekuatan aliran darah atau disebut dengan tekanan darah. Jika tekanan darah terlalu rendah,
kondisi tersebut bisa menyebabkan aliran darah ke otak dan organ vital lainnya seperti ginjal
menjadi terhambat atau berkurang. Itulah sebabnya orang yang mengalami tekanan darah rendah
akan mengalami gejala berupa kepala terasa ringan dan pusing. Ketika mengalami gangguan ini,
tubuh juga akan terasa tidak stabil atau goyah, bahkan kehilangan kesadaran.

Ukuran tekanan darah muncul dalam dua angka, yaitu tekanan sistolik (bilangan atas) dan
tekanan diastolik (bilangan bawah). Tekanan darah yang normal adalah antara 90/60 mm/Hg dan
120/80 mm/Hg. Pengidap hipotensi memiliki tekanan darah di bawah 90/60 mm/Hg, sedangkan
jika tekanan darah di atas 120/80 mm/Hg, orang tersebut mengidap hipertensi.

Gejala Hipotensi

Tidak semua orang yang mengalami hipotensi akan merasakan gejala. Kondisi hipotensi juga
tidak selalu memerlukan perawatan. Namun, bila tekanan darah cukup rendah, kemungkinan
besar gejala-gejala berikut bisa terjadi:

 Jantung berdebar kencang atau tidak teratur.


 Pusing.
 Lemas.
 Mual.
 Pingsan.
 Kehilangan keseimbangan atau merasa goyah.
 Pandangan buram.

Penanganan awal yang dapat dilakukan jika seseorang mengalami gejala hipotensi, sebaiknya
segera duduk atau berbaring, minum air putih, dan menghentikan semua kegiatan yang sedang
dilakukan. Gejala biasanya akan segera hilang setelah beberapa saat. Bicarakan pada dokter jika
sudah sering mengalami hipotensi.

BAB III
GANGGUAN HORMONAL

Sistem hormon adalah sistem yang terdiri dari beragam organ dan kelenjar yang berperan
dalam memproduksi hormon. Hormon-hormon tersebut bertugas untuk mengatur berbagai fungsi
organ tubuh. Ketika sistem ini terganggu, kinerja sistem organ tertentu akan bermasalah dan
menimbulkan sejumlah penyakit.

Fungsi Sistem Hormon Berdasarkan Organnya


Sistem hormon di dalam tubuh melibatkan banyak organ dan kelenjar. Masing-masing
organ dan kelenjar tersebut menghasilkan hormon yang berbeda-beda dengan fungsinya
tersendiri.
Berikut ini adalah beberapa jenis organ dan kelenjar yang berfungsi untuk menghasilkan
hormon:

1. Kelenjar pituitari
Kelenjar pituitari atau kelenjar hipofisis yang terletak di bagian dasar otak ini dijuluki
sebagai the master gland. Kelenjar ini berperan dalam memproduksi hormon yang bertugas
untuk mengatur fungsi berbagai organ dan kelenjar lain, seperti kelenjar tiroid, organ reproduksi,
dan kelenjar adrenal.
Kelenjar pituitari memiliki tugas untuk menghasilkan beberapa hormon berikut ini:
 Hormon TSH, yaitu hormon yang bertugas untuk menghasilkan hormon tiroid
 Hormon pertumbuhan, yaitu hormon yang bertugas untuk mengatur laju pertumbuhan tubuh
 Hormon FSH, yaitu hormon yang berperan dalam mengatur ovulasi atau masa subur wanita
 Hormon ACTH, yaitu hormon yang berfungsi untuk menghasilkan hormon stres dan merangsang
kinerja kelenjar adrenal
 Hormon prolaktin, yaitu hormon yang mengatur produksi ASI pada ibu menyusui
 Hormon perangsang beta-melanosit, yaitu hormon yang meningkatkan pigmentasi kulit ketika
terpapar radiasi sinar ultraviolet
 Hormon enkephalin dan endorfin, yaitu hormon yang berperan dalam mengendalikan rasa sakit
dan menimbulkan perasaan gembira

Jika kelenjar pituitari mengalami gangguan, misalnya akibat tumor hipofisis, cedera kepala
berat, penyakit Cushing, dan cedera kepala berat, maka berbagai sistem organ tubuh juga akan
terganggu.
Gangguan pada kelenjar pituitari dapat menimbulkan gejala berupa sakit kepala, tekanan
darah meningkat, sulit tidur, tubuh terasa lemas, gangguan suasana hati, sulit memperoleh
keturunan (infertilitas), gangguan libido atau hasrat seksual, serta produksi ASI kurang lancar.

2. Kelenjar hipotalamus
Hipotalamus juga terletak di dasar otak, berdekatan dengan kelenjar hipofisis. Salah satu
tugas kelenjar hipotalamus adalah memberikan instruksi kepada kelenjar hipofisis kapan harus
melepas hormon yang diproduksinya.Selain itu, kelenjar hipotalamus juga memproduksi
sejumlah hormon yang bertugas mengatur suhu dan kadar air dalam tubuh.
Kelenjar ini pun berperan dalam menghasilkan hormon oksitosin yang bertugas untuk
merangsang kontraksi rahim menjelang persalinan, mengendalikan emosi dan libido, serta
memelihara kesehatan sistem reproduksi.
Gangguan pada kelenjar hipotalamus dapat menyebabkan sejumlah penyakit, di
antaranya hipopituitarisme dan diabetes insipidus. Penyakit-penyakit tersebut dapat
menimbulkan sejumlah gejala, seperti:

 Penurunan berat badan


 Penurunan nafsu makan
 Peningkatan atau penurunan tekanan darah
 Sering buang air kecil
 Sulit tidur
 Gangguan tumbuh kembang
 Pubertas terlambat
 Infertilitas

3. Kelenjar adrenal
Kelenjar adrenal yang terletak di atas ginjal ini bertugas untuk menghasilkan beberapa
jenis hormon, antara lain hormon androgen, aldosterone, adrenalin, dan noradrenalin.
Fungsi dari hormon-hormon tersebut adalah mengendalikan tekanan darah serta kadar
elektrolit dan gula darah dalam tubuh. Tak hanya itu, kelenjar ini juga memproduksi hormon
kortisol juga berperan dalam siklus bangun dan tidur Anda.
Kelenjar adrenal dapat terkena beberapa penyakit, misalnya penyakit Addison, penyakit
Cushing, feokromositoma, dan tumor kelenjar adrenal.
Gangguan pada kelenjar adrenal dapat menimbulkan sejumlah gejala, yaitu pusing, tubuh
terasa lemas, mual dan muntah, mudah berkeringat, tekanan darah menurun, menstruasi tidak
teratur, penurunan berat badan, muncul bercak hitam di kulit, serta nyeri otot dan sendi.

4. Kelenjar tiroid
Kelenjar tiroid berbentuk seperti kupu-kupu dan berada di dalam leher. Kelenjar ini
berfungsi untuk memproduksi hormon tiroid. Hormon ini berperan penting dalam mengatur
metabolisme serta pertumbuhan dan kinerja berbagai organ tubuh.

Sistem hormon bisa terganggu jika kelenjar tiroid terlalu banyak atau justru sedikit.
Ketika hormon tiroid di dalam tubuh terlalu banyak atau aktif (hipertiroidisme), tubuh dapat
mengalami beberapa gejala berikut ini:

 Detak jantung cepat atau berdebar-debar


 Gemetaran atau tremor
 Mudah berkeringat
 Tidak tahan dengan suhu panas.
 Susah tidur
 Mudah lelah
 Rambut dan kuku rapuh
 Berat badan menurun
 Gangguan psikologis, seperti rasa cemas, gugup, dan mudah marah

Sebaliknya, hormon tiroid yang terlalu rendah atau hipotiroidisme dapat menimbulkan
beberapa gejala, antara lain:

 Tubuh lemas
 Sering mengantuk
 Kulit kering
 Sensitif terhadap udara dingin
 Susah konsentrasi
 Kesemutan atau mati rasa di bagian tubuh tertentu
 Berat badan meningkat
 Irama jantung lambat

5. Kelenjar paratiroid
Kelenjar paratiroid yang terletak di dekat kelenjar tiroid ini bertugas untuk memproduksi
hormon paratiroid, yaitu hormon pengatur keseimbangan kalsium di dalam tubuh. Kelenjar ini
berperan besar terhadap kesehatan dan perkembangan organ-organ yang membutuhkan kalsium,
seperti tulang, gigi, pembuluh darah, jantung, dan otot.
Gangguan pada kelenjar paratiroid sering kali tidak bergejala. Namun, sebagian orang
yang memiliki gangguan kelenjar paratiroid dapat merasakan keluhan nyeri atau kram otot,
kesemutan, mual, nyeri ulu hati, tubuh lemas, dan sering haus. Jika tidak ditangani dengan tepat,
gangguan kelenjar paratiroid dapat memicu munculnya masalah kesehatan serius, seperti
osteoporosis, tekanan darah tinggi, batu ginjal, dan penyakit jantung.

6. Kelenjar timus
Kelenjar timus merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh yang terletak di belakang
tulang dada. Salah satu fungsinya adalah memproduksi sel darah putih yang disebut limfosit T.
Sel ini bertugas untuk melawan bakteri dan virus penyebab penyakit serta mencegah
pertumbuhan sel kanker. Kinerja sel limfosit T ini diatur oleh hormon yang dihasilkan oleh
kelenjar timus, yaitu thymosin, thymopoietin, thymulin,  dan thymic humoral factor.
Walau jarang terjadi, kelenjar timus dapat mengalami beberapa penyakit, seperti tumor
kelenjar timus, sindrom DiGeorge, dan kista timus. Penyakit-penyakt tersebut dapat
menimbulkan gejala sesak napas, nyeri dada, batuk darah, sulit menelan, berkurangnya nafsu
makan, dan penurunan berat badan.

7. Kelenjar pineal
Kelenjar pineal memiliki bentuk menyerupai kacang dan terletak di bagian tengah otak.
Salah satu fungsinya adalah memproduksi hormon melatonin, yaitu hormon yang mengendalikan
siklus tidur.
Jika Anda mengalami gangguan tidur, misalnya insomnia, bisa jadi itu tanda adanya
masalah pada kelenjar pineal Anda. Segera periksakan diri ke dokter agar segera mendapat
penanganan.

8. Pankreas
Pankreas memiliki 2 peran utama, yaitu menghasilkan enzim yang membantu tubuh
mencerna makanan, serta memproduksi hormon insulin dan glukagon yang bertugas untuk
mengendalikan kadar gula darah.
Salah satu penyakit yang sering menyerang pankreas adalah pankreatitis, yaitu
peradangan pada pankreas. Kondisi ini dapat muncul secara tiba-tiba selama beberapa hari
(pankreatitis akut), namun dapat juga terjadi terus-menerus hingga berbulan-bulan atau bertahun-
tahun lamanya (pankreatitis kronis). Pankreatitis akut dapat dikenali dari munculnya gejala
berupa nyeri perut bagian atas yang semakin parah setelah makan, demam, denyut nadi cepat,
mual, serta muntah. Sedangkan pankreatitis kronis biasanya menimbulkan gejala berupa nyeri
perut bagian atas, berat badan menurun tanpa alasan jelas, serta tinja berminyak dan berbau
menyengat.
9. Organ reproduksi
Organ reproduksi pria dan wanita masing-masing menghasilkan hormon yang berbeda-
beda. Salah satu kelenjar pada organ reproduksi wanita adalah ovarium. Organ ini bertugas untuk
melepaskan sel telur serta menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Kedua hormon
tersebut memengaruhi perubahan fisik wanita saat menginjak masa pubertas, mengatur siklus
menstruasi dan masa subur, dan menunjang proses kehamilan.
Gangguan ovarium yang sering dialami wania berusia subur adalah sindrom ovarium
polikistik (PCOS). Kondisi ini dapat dikenali dengan munculnya gejala:

 Siklus menstruasi tidak normal


 Perdarahan hebat dari vagina
 Tumbuh rambut di wajah, punggung, perut, dan dada
 Kulit terlihat lebih berminyak dan rentan berjerawat
 Berat badan meningkat
 Rambut rontok dan menipis
 Muncul bercak hitam di lipatan tubuh, seperti leher, pangkal paha, dan lipatan payudara

Organ reproduksi pada pria yang berperan penting dalam menghasilkan hormon adalah testis.
Kelenjar yang terletak di dalam kantung zakar (skrotum) ini tak hanya memproduksi sperma, tapi
juga hormon testosteron. Ketika remaja pria meranjak dewasa (puber), hormon inilah yang
berperan dalam menunjang pertumbuhan penis, rambut kemaluan, tinggi badan, kekuatan otot
dan tulang, serta perubahan suara.
Gejala yang dapat muncul ketika testis mengalami gangguan sangat beragam, tergantung
jenis gangguan yang terjadi pada testis. Pada orang dewasa, gangguan pada testis dapat
menyebabkan menurunnya hasrat seksual, disfungsi ereksi, dan suasana hati yang mudah
berganti. Sedangkan gangguan testis pada anak-anak dapat dikenali dengan pubertas terlalu dini,
yaitu sebelum usia 9 tahun.
KESIMPULAN

Anemia adalah turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam darah
(Anonim).anemia dapat diketahuui dengan adanya pemerisaan darah lengkap laboratorium.
Pemeriksaan darah lengkap adalah pemeriksaan yang dilakukan pada darah manusia dengan
menghitung seluruh komponen pembentuk darah. Banyak cara penangan yang dilakukan untuk
mengatasi penyakit ini salah satunya adalah pemberian fe, dan lain-lain.
Leukimia adalah suatu penyakit yang dikenal dengan adanya proliferasi neoplasitik dari
sel-sel organ hemopoietik, yang terjadi sebagai akibat mutasi somatik sel bakal (stem cell) yang
akan membentuk suatu klon sel leukimia.
Penyakit Hemofilia merupakan penyakit yang bersifat herediter. Pada penyakit ini terjadi
gangguan pada gen yang mengekspresikan faktor pembekuan darah, sehingga jika terjadi
luka,luka tersebut sukar menutup.
Sistem peredaran darah manusia terkadang dapat mengalami suatu gangguan. Gangguan
tersebut dapat terjadi karena keturunan (genetis), penyakit, atau karena gaya hidup individu yang
bersangkutan. Beberapa gangguan pada sistem peredaran darah disebabkan oleh faktor
keturunan,
kerusakan atau makanan.
Agar anda terhindar dari penyakit yang dapat mengganggu sistem peredaran darah,
disarankan memakan makanan yang seimbang, tidak berlebihan, mengurangi makanan yang
berlemak dari hewan (lemak hewani), menjaga berat badan yang sesuai dengan umur dan tinggi
badan, serta rajin-rajinlah anda berolahraga secara rutin.
Untuk menjaga agar sistem hormon tubuh berfungsi dengan baik, Anda perlu
menerapkan pola hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi seimbang, menghindari
rokok dan minuman beralkohol, serta rajin berolahraga.
Selain itu, Anda juga dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan rutin ke dokter agar
fungsi sistem hormon dapat dievaluasi secara berkala. Jika terdapat gangguan pada sistem
hormon, dokter akan memberikan pengobatan agar kondisi tersebut dapat ditangani dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Sodeman, 1995, Patofisiologi Sodeman : Mekanisme Penyakit, Editor, Joko Suyono, Hipocrates,
Jakarta
https://www.alodokter.com/kelainan-darah (Ditinjau oleh: dr. Tjin Willy)
DA. Pratiwi, Sri maryati, Srikini, Suharno, dan Bambang S. Penerbit : Erlangga 2006. Biologi
untuk SMA Kelas XI.Jilid 2 Jakarta. Penerbit Erlangga.
Http//:kanker.darah.com
Arif Mansjoer. dkk, 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, Media Aes Cv Lapius FKUI.
Buku penyakit anemia /24 Nopember,2011
https://wahprilias123.blogspot.com/2013/03/contoh-makalah-biologi-kelainan-pada.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/50667/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y
https://www.halodoc.com/kesehatan/hipotensi

https://www.alodokter.com/kenali-gangguan-pada-sistem-hormon-manusia (Ditinjau oleh: dr.


Kevin Adrian)

https://linakarlinaa.blogspot.com/2014/01/laporan-praktikum-tekanan-darah.html

Anda mungkin juga menyukai