Classical hodgkin lymphoma (cHL) dikarakteristik sebagai sel-sel tumor yang berasal dari sel
B germinal center dan mayoritas sel-sel reaktif non malignansi. Sel-sel tumor menunjukkan
kehilangan fenotip sel B termasuk kurangnya reseptor sel B, dimana membuat sel tumor
rentan terjadi apoptosis. Untuk mengatasi ancaman ini, sel-sel tumor dan prekursornya
bergantung pada faktor stimulasi pertumbuhan dan anti apoptosis yang didapat melalui
rangsangan berbagai reseptor membran. Sebagai tambahan, sel-sel tumor beradaptasi dengan
memproduksi sejumlah kemokin dan sitokin. Faktor-faktor ini menghambat pengaruh
lingkungan mikro dan meningkatkan efektifitas infiltrasi sel. Sel yang ditarik meningkatkan
sinyal pertumbuhan dan survival sel-sel tumor. Untuk menghindari respon anti tumor, sel-sel
tumor menghambat pengenalan sel Nk dan sel T dengan menurunkan molekul HLA dan
meningkatkan reseptor sel T dan NK. Sebagai tambahan sel-sel tumor memproduksi sitokin
yang menghambat respon sitotoksik. Pada jurnal ini relevansi dari lingkungan mikro cHL
akan didiskusikan.
2.3. Notch1
Sebagai kebalikan dari beberapa sel B limfoma non hogkin, sel-sel HRS menunjukkan
ekspresi yang kuat pada Notch1. Inhibisi aktifitas Notch1 mengurangi viabilitas sel dan
meningkatkan apoptosis pada sel cHL melalui downregulasi dari aktifitas transkripsi NF-kB.
Stimulasi Notch1 melalui Jagged1, mempunyai efek proferatif kuat pada sel-sel cHL dan
mengurangi jumlah sel apoptotik. Ekspresi Jagged 1 dijumpai pada sel-sel HRS dan sel-sel
otot polos dan sel-sel epitelial, dua tipe sel yang jarang pada lingkungan mikro cHL.
3.3. Sitokin-sitokin
Kelompok kedua molekul yang berkontribusi dalam membentuk lingkungan adalah
famili sitokin. Makrofag M2 mendominasi populasi makrofag pada lingkungan mikro cHL
dan sel-sel ini didorong oleh macrophage migration inhibitory factor (MIF) yang diproduksi
oleh sel-sel HRS. Pada MIF tikus dapat meningkatkan produksi sel Treg dari sel T yang tidak
terstimulus dengan men down-modulasi produksi IL-2. Sel-sel treg yang mensekresi IL-10
(sel Tr-1) dapat diinduksi oleh kedua LMP1 dan galectin-1 yang diproduksi oleh sel HRS.
Konsisten dengan penemuan ini, sifat garis sel cHL yang iradiasi dengan sel T CD4 naïve
menyebabkan diferensiasi ke arah sel Treg CD25+FoxP3+ yang diproduksi IL-10 dan ke arah
sel T sitotoksik CD4. Sebagai tambahan, produksi IL-7 oleh sel HRS mendorong proliferasi
sel Treg. Oleh karena itu, sel HRS menerapkan berbagai mekanisme untuk mendorong dan
meningkatkan jumlah sel Tr-1 dan Treg pada lingkungan mikro. Suatu diferensiasi sel Th2
dapat diinduksi melalui IL-13, dimana disekresi oleh sel HRS dan sel T. Eosinofil ditarik ke
lingkungan mikro HL oleh IL-5 dan IL-9 yang diproduksi oleh sel HRS. IL-9 juga
berkontribusi terhadap proliferasi dan survival eosinofil dan terlibat dalam diferensiasi sel
mast. Sel mast mendoront pertumbuhan sel HRS dengan memproduksi faktor pro angiogenik
dan mereka juga dapat menyebabkan fibrosis.
Sebagai kesimpulan, sel HRS memodulasi lingkungan mikro mereka dengan secara
aktif menarik berbagai tipe sel dan menyebabkan diferensiasi sel lain yang berperan terhadap
survival sel HRS.
4.5. Galectin-1
Galectin-1 terekspresi sangat tinggi pada sel HRS pada lebih dari 50% pasien cHL
dan juga pada garis sel cHL. Ekspresi tinggi Galectin-1 pada sel HRS berkorelasi terhadap
jumlah sel T CD8 yang rendah pada jaringan cHL.
4.6. Sitokin-sitokin
Sitokin IL-12 diproduksi oleh sel T disekitar sel-sel neoplastik pada cHL EBV+.
Akan tetapi fungsinya dihambat akibat ekspresi sitokin yang dikenali sebagai EBI3 oleh sel
HRS yang dapat mengantagonis efek IL-12 dan karena itu memblok pembentukan respon
imun Th1 yang efektif.
Dengan memproduksi sejumlah besar sitokin seperti IL-10 dan TGF-beta, sel HRS
melindungi diri mereka dari serangan sel T sitotoksik. TGF-B1 mRNA dapat ditemukan
secara predominan pada sel HRS dari subtipe nodular sclerosis cHL. Sel L428 memproduksis
bentuk aktif dari TGF-beta dan bentuk aktif ini juga dapat ditemukan pada urin pasien dengan
cHL tipe nodular sclerosis. Sel T CD4 pada cHL menunjukkan fingerprint genomik TGF-
beta, dibandingkan dengan fingerprint yang terbentuk in vitro dimana sel T yang diterapi
dengan TGF-beta menunjukkan inhibisi proliferasi and produksi IFN-gamma. Persentasi
kasus dengan positif IL-10 dan persentasi sel HRS positif IL-10 lebih tinggi pada pasien cHL
dengan EBV+ dibanding dengan EBV-. Sebagai tambahan, persentase limfosit yang
memproduksi IL-10 lebih tinggi pada kasus EBV+. Imunosupresor sel Treg dan IL-10
memproduksi sel Tr-1 yang abundan pada infiltrat reaktid dan berkontribusi terhadap
lingkungan supresi imun. Bersamaan studi ini mendukung peran IL-10 dan TGF-beta dalam
menghmbat respon sel sitotoksik anti-tumor. Sel HRS juga secara aktif menarik Th2 dan
Treg. Sel-sel ini membentuk lapisan fisik antara sel HRS dan sel sitotoksik pada lingkungan
mikro dan mencegah penargetan terhadap sel HRS.
5. Kesimpulan
cHL merupakan suatu malignansi yang menghubungkan onkologi dan imunologi,
Karena HL berasal dari KGB, sel tumor dan prekursornya harus mengatur efektifitas sel imun
secara konstan. Ini tidak hanya dengan menhindari respon imun anti tumor, tetapi melalui
lingkungan mikro mereka untuk survival. Pada pembentukan sel tumor cHL dan lingkungan
harus terbentuk secara simultan dan sel tumor memerlukan mekanisme pendorong tumor.
Oleh karena itu tidak mengejutkan bahwa hubungan antara sel tumor dan infiltrat reaktifnya
sangat kompleks dan beberapa mekanisme dijumpai. Beberapa mekanisme spesifik ini
biasanya hanya dijumpai pada beberapa kasus, nmenjadikan cHL suatu penyakit yan sangat
heterogen.
Berdasarkan pengetahuan sekarang, terbukti bahwa lingkungan mikro cHL secara
aktif terbentuk dan suatu komponen penting dari tumor. Masih banyak yang harus dipelajari
tentang pentingya lingkungan mikro pada malignansi secara umum dan cHL menekan
kemungkinan perluasan ini dengan karakteristik fenotip yang kurang dari 1% sel tumor.