Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PSIKOLOGI KEPERAWATAN
“PERKEMBANGAN PERILAKU ABNORMAL”

Disusun Oleh Kelompok 1 :

1. Neza Ferti Malini (1826010064)


2. Dexi Elan Sari (1826010071)
3. Yori Destia W (1826010044)
4. Yeni Juniati (1826010069)
5. Sevin veranika (1826010051)
6. Tri Susanti (1826010066)
7. Tika Oktavia (1826010031)
8. Rubiyanti Rahmadani(1826010052)
9. Freziliya (1826010058)

Dosen Pengampu : Ns.Dian Dwiana, S.Kep.MAN

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2019
KATA PENGANTAR

Kenikmatan fisik, jiwa, dan pikiran dari Tuhan Yang Mahadaya Ilmu
menjadi kekuatan penulis dalam menemukan inspirasi dan ide gagasan dalam
merangkai kata untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu,penulis
senantiasa mengucapkan syukur atas anugerah dan kemudahan dalam
menyelesaikan makalah yang berjudul “Perkembangan Perilaku Abnormal” yang
ditujukan kepada Program Studi Psikologi Keperawatan.Penulisan Makalah ini
bertujuan untuk mengkaji dan memberikan informasi mengenai Temperatur pada
suhu tubuh manusia.untuk itu dalam makalah ini diuraikan bagaimana mekanisme
perubahan suhu tubuh, asal panas dalam tubuh,reseptor suhu,serta pengaruh dan
gangguan pada suhu tubuh manusia.

Dalam penulisan Makalah ini, penulis banyak mengucapkan terima kasih


kepada tim kelompok yang telah memberikan ide dan menghargai pendapat
masing-masing individu sehingga penulisan makalah ini berjalan dengan lancar.

Penulis berharap dengan terselesainya makalah ini bisa memberikan


informasi dan bermafaat bagi pembaca tentang “Perkembangan Perilaku
Abnormal” agar lebih memahami serta bisa dijadikan contoh untuk penulisan
karya ilmiah yang baik dan benar.

Bengkulu, 10 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Perilaku Abnormal..................................................... 3
B. Penyebab Perilaku Abnormal....................................................... 3
C. Faktor-faktor Penyebab yang
Mempengaruhi Perilaku Abnormal.............................................. 4
D. Karakteristik Perilaku Abnormal.................................................. 7
E. Jenis-Jenis Perilaku Abnormal..................................................... 11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................. 13
B. Saran................................................................................................13

Daftar Pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG
Pada dasarnya, gangguan tingkah laku adalah pola tingkah laku anak atau
remaja yang berulang dan menetap dimana terjadi pelanggaran norma-norma
sosial dan peraturan utama setempat. Gangguan tingkah laku tersebut
mencakup perusakan benda, pencurian, berbohong berulang-ulang,
pelanggaran serius terhadap peraturan, dan kekerasan terhadap hewan atau
orang lain. Etiologi gangguan tingkah laku meliputi psikodinamika, faktor
sosial, dinamika keluarga, pengelolaan jasmaniah yang tidak wajar dan
biologis.
Sebelum mengklasifikasikan adanya gangguan perilaku pada usia anak-
anak atau remaja, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengetahui apa
yang dianggap normal pada usia tersebut. Untuk menentukan apa yang normal
dan apa yang terganggu, khusus pada anak dan remaja yang perlu ditambahkan
selain kriteria umum yang telah kita ketahui adalah faktor usia anak dan latar
belakang budaya. Banyak masalah yang pertama kali teridentifikasi pada saat
anak masuk sekolah.
Masalah tersebut mungkin sudah muncul lebih awal tetapi masih
ditoleransi, atau tidak dianggap sebagai masalah ketika di rumah. Kadang-
kadang stres karena pertama kali masuk sekolah ikut mempengaruhi
kemunculannya (onset). Namun, perlu diingat bahwa apa yang secara sosial
dapat diterima pada usia tertentu, menjadi tidak dapat diterima di usia yang
lebih besar. Banyak pola perilaku yang mungkin dianggap abnormal pada masa
dewasa,dianggap normal pada usia tertentu.
Gangguan pada anak-anak ini sering kali dikelompokkan dalam dua
kelompok yaitu eksternalisasi dan internalisasi. Gangguan eksternalisasi
ditandai dengan perilaku yang diarahkan ke luar diri, seperti agresivitas,
ketidakpatuhan, overaktivitas, dan impulsivitas. Gangguan internalisasi
ditandai dengan pengalaman dan perilaku yang lebih terfokus kedalam diri

1
seperti depresi, menarik diri dari pergaulan social, dan kecemasan, termasuk
juga anxietas dan mood dimasa anak-anak.
Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa
(PPDGJ) – III, gangguan tingkah laku (F.91) digolongkan dalam Gangguan
Perilaku dan Emosional dengan Onset biasanya pada masa kanak dan remaja,
yang merupakan salah satu gangguan yang dapat terjadi pada masa kanak,
remaja, dan perkembangan. Sedangkan berdasarkan DSM-IV, gangguan
tingkah laku tergolongkan gangguan eksternalisasi yang termasuk dalam
kategori DSM-IV-TR bersama dengan Attention Deficit and Hyperactivity
Disorder (ADHD) dan gangguan sikap menentang (GSM).

B.    RUMUSAN MASALAH


1. perilaku Karakteristik perilaku abnormal
2. Jenis-jenis abnormal
3. Ada beberapa materi yang akan disampaikan, antara lain:
4. Pengertian perilaku abnormal
5. Penyebab perilaku abnormal
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku abnormal
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERILAKU ABNORMAL


Perilaku Abnormal adalah kondisi emosional seperti kecemasan
dan depresi yang tidak sesuai dengan situasinya. Perilaku Abnormal terdiri
dari dua kata yaitu Perilaku dan Abnormal, Perilaku menurut kamus
bahasa Indonesia adalah tingkah laku seorang manusia/ sikap seorang
manusia, sedangkan Abnormal dapat didefinisikan sebagai hal yang jarang
terjadi (seperti kidal) atau penyimpangan dari kondisi rata-rata (seperti
tinggi badan yang ekstrem). Abnormalitas umumnya ditentukan
berdasarkan munculnya beberapa karakteristik sekaligus dan definisi
terbaik untuk ini menggunakan beberapa kareakteristik Kejarangan
statistik, Pelanggaran norma, distress pribadi, ketidakmampuan atau
disfungi, dan repons yang tidak diharapkan (unexpectedness).
Sumber lain mengatakan Perilaku abnormal adalah perilaku yang
menyimpang dari norma sosial. Karena setiap masyarakat mempunyai
patokan atau norma tertentu, untuk perilaku yang sesuai dengan norma
maka dapat diterima, sedangkan perilaku yang menyimpang secara
mencolok dari norma ini dianggap abnormal. sehingga perilaku yang
dianggap normal oleh suatu masyarakat mungkin dianggap tidak normal
oleh masyarakat lain, jadi gagasan tentang kenormalan atau keabnormalan
berbeda dari satu masyarakat lain dari waktu ke waktu dalam masyarakat
yang sama.
Perilaku Abnormal yang terjadi pada kondisi emosional biasa
terjadi kapan saja dalam kehidupan manusia, Mereka kadang-kadang bisa
terjadi dan sudah terjadi dalam kehidupan orang lain.Sebuah masalah
emosional dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan secara
mental dan fisik.
B. PENYEBAB PERILAKU ABNORMAL
1. Penyebab prilaku abnormal ditinjau dari prilaku psikososial. Trauma
pada masa kanak-kanak
Contoh:ketika seorang anak melihat kedua orang tuanya bertengkar,
maka tida menutup kemungkinan ia akan memutuskan untuk tidak
menikah karena ia menganggap bahwa pernikahan menimbulkan
penderitaan.
2. Deprivasi parental (kurangnya rangsangan emosi dari orang tua seperti
pelukan, pujian, ciuman dan lain-lain)
Contoh : ketika ayah dan ibu si anak pergi berkerja setiap dini hari dan
pulang setiap malam hari maka otomatis waktu bertemu orang tua dan
anak sangat minim, sehingga anak kurang perhatian, pelukan, pujian,
pengasuhan dan lain-lain dari orang tuannya, hal itu dapat berpengaruh
pada perkembangan emosi dan mentalnya.
3. Hubungan orang tua dan anak yang tidak sehat
Contoh: pola asuh yang salah seperti seperti terlalu mengengkang,
terlalu membebaskan, atau contoh yang buruk dari orang tua yang
kemudian ditiru  oleh sang anak.
4. Struktur keluarga yang tidak sehat
Contoh : orang tua kurang tepat dalam mendidik anaknya, orang tua
yang anti sosial seperti pengedar narkoba/perampok, keluarga yang
tidak akur dan bermasalah, keluarga yang tidak utuh.
5. Stres berat
Contoh : frustasi, merasa tidak diperhatikan dan lain-lain.

C. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB  YANG MEMPENGARUHI


PERILAKU ABNORMAL
Sebab – sebab perilaku Abnormal dapat ditinjau dari beberapa sudut,
misalnya berdasarkan tahap berfungsinya dan menurut sumber asalnya.
Kedua macam penggolongan tersebut disajikan sebagai berikut :
1.MENURUT TAHAP BERFUNGSINYA
Menurut tahap – tahap berfungsinya, sebab – sebab perilaku abnormal dapat
dibedakan sebagai berikut :
Penyebab Primer ( Primary Cause )
Penyebab primer adalah kondisi yang tanpa kehadirannya suatu gangguan tidak
akan muncul. Misalnya infeksi sipilis yang menyerang system syaraf pada kasus
paresis general yaitu sejenis psikosis yang disertai paralysis atau kelumpuhan
yang bersifat progresif atau berkembang secara bertahap sampai akhirnya
penderita mengalami kelumpuhan total. Tanpa infeksi sipilis gangguan ini tidak
mungkin menyerang seseorang.
2. Penyebab yang Menyiapkan ( Predisposing Cause )
Kondisi yang mendahului dan membuka jalan bagi kemungkinan terjadinya
gangguan tertentu dalam kondisi – kondisi tertentu di masa mendatang.
Misalnya anak yang ditolak oleh orang tuanya (rejected child) mungkin
menjadi lebih rentan dengan tekanan hidup sesudah dewasa dibandingkan
dengan orang – orang yang memiliki dasar rasa aman yang lebih baik.
3. Penyebab Pencetus ( Preciptating Cause )
Penyebab pencetus adalah setiap kondisi yang tak tertahankan bagi individu
dan mencetuskan gangguan. Misalnya seorang wanita muda yang menjadi
terganggu sesudah mengalami kekecewaan berat ditinggalkan oleh
tunangannya. Contoh lain seorang pria setengah baya yang menjadi terganggu
karena kecewa berat sesudah bisnis pakaiannya bangkrut.
4. Penyebab Yang Menguatkan ( Reinforcing Cause )
Kondisi yang cenderung mempertahankan atau memperteguh tinkah laku
maladaptif yang sudah terjadi. Misalnya perhatian yang berlebihan pada
seorang gadis yang ”sedang sakit” justru dapat menyebabkan yang
bersangkutan kurang bertanggungjawab atas dirinya, dan menunda
kesembuhannya.
1. Sirkulasi Faktor – Faktor Penyebab
Dalam kenyataan, suatu gangguan perilaku jarang disebabkan oleh satu
penyebab tunggal. Serangkaian faktor penyebab yang kompleks, bukan
sebagai hubungan sebab akibat sederhana melainkan saling mempengaruhi
sebagai lingkaran setan, sering menadi sumber penyebab sebagai
abnormalitas . Misalnya sepasang suami istri menjalani konseling untuk
mengatasi problem dalam hubungan perkawinan mereka. Sang suami
menuduh istrinya senang berfoya – foya sedangkan sang suami hanya
asyik dengan dirinya dan tidak memperhatikannya. Menurut versi sang
suami dia jengkel keada istrinya karena suka berfoya – foya bersama
teman – temannya. Jadi tidak lagi jelas mana sebab mana akibat.
2. MENURUT SUMBER ASALNYA
Berdasarkan sumber asalnya, sebab – sebab perilaku abnormal dapat
digolongkan sedikitnya menjadi tiga yaitu :
1. Faktor Biologis Adalah berbagai keadaan biologis atau jasmani yang
dapat menghambat perkembangan ataupun fungsi sang pribadi dalam
kehidupan sehari – hari seperti kelainan gen, kurang gizi, penyakit dsb.
Pengaruh – pengaruh faktor biologis lazimnya bersifa menyeluruh.
Artinya mempengaruhi seluruh aspek tingkah laku, mulai dari kecerdasan
sampai daya tahan terhadap stress.
a. Faktor – faktor psikososial
1. Trauma Di Masa Kanak – Kanak
Trauma Psikologis adalah pengalaman yang menghancurkan rasa
aman, rasa mampu, dan harga diri sehingga menimbulkan luka
psikologis yang sulit disembuhkan sepenuhnya. Trauma psikologis
yang dialami pada masa kanak – kanak cenderung akan terus
dibawa sampai ke masa dewasa.
2. Deprivasi Parental Tiadanya kesempatan untuk mendapatka
rangsangan emosi dari orang tua, berupa kehangatan, kontak
fisik,rangsangan intelektual, emosional dan social. Ada beberapa
kemungkinan sebab misalnya :1. Dipisahkan dari orang tua dan
dititipkan di panti asuhan, 2. Kurangnya perhatian dari pihak orang
tua kendati tinggal bersama orang tua di rumah.
3. Hubungan orang tua – anak yang patogenik
Hubungan patogenik adalah hubungan yang tidak serasi, dalam hal
ini hubungan antara orang tua dan anak yang berakibat
menimbulkan masalah atau gangguan tertentu pada anak.
4. Struktur keluarga yang patogenik Struktur keluarga sangat
menentukan corak komunikasi yang berlangsung diantara para
anggotanya. Struktur keluarga tertentu melahirkan pola komunikasi
yang kurang sehat dan selanjutnya muncul pola gangguan perilaku
pada sebagian anggotanya. Ada empat struktur keluarga yang
melahirkan gangguan pada para anggotanya:
1) Keluarga yang tidak mampu mengatasi masalah sehari-hari.
    Kehidupan keluarga karena berbagai macam sebab seperti tidak
memiliki cukup sumber atau karena orang tua tidak memiliki
pengetahuan dan keterampilan secukupnya .
2) Keluarga yang antisosial Keluarga yang menganut nilai – nilai
yang bertentangan dengan masyarakat luas
3) Keluarga yang tidak akur dan keluarga yang bermasalah
4) Keluarga yang tidak utuh Keluarga dimana ayah / ibu yang tidak
ada di rumah, entah karena sudah meninggal atau sebab lain seperti
perceraian, ayah memiliki dua istri dll.
5. Stress berat Stress adalah keadaan yang menekan khususnya
secara psikologis. Keadaan ini dapat ditimbulkan oleh berbagai
sebab, seperti :
1) Frustasi yang menyebabkan hilangnya harga diri
2) Konflik nilai
3) Tekanan kehidupan modern
3. Faktor – Faktor Sosiokultural
Meliputi keadaan obyektif dalam masyarakat atau tuntutan
dari masyarakat yang dapat berakibat menimbulkan tekanan dalam
individu dan selanjutnya melahirkan berbagai bentuk gangguan
seperti :
a. Suasana perang dan suasana kehidupan yang diliputi oleh
kekerasan,
b. Terpaksa menjalani peran social yang berpotensi menimbulkan
gangguan, seperti menjadi tentara yang dalam peperangan harus
membunuh.
c. Menjadi korban prasangka dan diskriminasi berdasarkan
penggolongan tertentu seperti berdasarkan agama, ras, suku dll
D. KARAKTERISTIK PERILAKU ABNORMAL
1.Karakteristik perilaku abnormal, antara lain :
a. Disfungsi Psikologis menjalankan peran/fungsi dalam kehidupan;
integrasi aspek kognitif, afektif, konatif/psikomotorik.
Contoh: seorang anak melihat ibunya bertengkar dengan ayahnya
dan melihat ibunya dipukul/dianiaya oleh ayahnya dan kemudian
kedua orangtuanya bercerai.
1.    Aspek kognitif → perspektif anak terhadap ayahnya menjadi
negatif, menurutnya ayahnya itu jahat, tidak mempunyai perasaan
dan tidak sayang terhadap ibunya. Disekolah anak juga jadi tidak
bisa berkonsentrasi dalam belajar. Sehingga anak jadi malas
belajar, sehingga nilai disekolah menurun. Menjadi pendiam
disekolah dan tidak percaya diri.
2.    Aspek afektif → anak menjadi sedih, khawatir, cemas dan
takut apabila melihat ibunya bertengkar dengan ayahnya.
3.    Aspek konatif → malas belajar, ingin memukul dan
membunuh ayahnya
b. Distres (Impairment (Hendaya) menunjukkan pada keadaan
“merusak” dirinya baik secara fisik ataupun psikologis.
1.    Secara Fisik → memukul-mukul tangannya ketembok/kekaca
hingga berdarah, mengonsumsi narkoba, minuman beralkohol
secara berlebihan.
2.    Secara Psikologis → mengurung diri dikamar tidak mau
makan, main game online di warnet hingga larut makan bahkan
terkadang tidak pulang seharian.
3. Respon Atipikal (Secara Kultural Tidak Diharapkan)
Reaksi yang TIDAK sesuai dengan keadaan sosio kultural yang
berlaku
Contoh : Teman-temannya mengolok-olok dan menjauhi dirinya
karena dia berasal dari keluarga broken home dan karena dia sudah
menjadi narapidana karena terlibat kasus narkoba. Ayahnya sudah
tidak peduli lagi terhada keadaan ia dan ibunyanya sehingga
ayahnya tidak mau  sama sekali menemui  anaknya dan istrinya
lagi. Ibunya juga dirawat dirumah sakit jiwa.
2. Adapula dari sumber lain mengenai kriteria gangguan
abnormalitas adalah sebagai berikut:
a Abnormalitas menurut  Konsepsi  Statistik
Secara statistik suatu gejala dinyatakan sebagai abnormal bila
menyimpang dari mayoritas. Dengan demikian seorang yang jenius
sama- sama abnormalnya dengan seorang idiot, seorang yang jujur
menjadi abnormal diantara komunitas orang yang tidak jujur.
b. Abnormal  menurut  Konsepsi  Patologis
Berdasarkan konsepsi ini tingkah laku individu dinyatakan
tidak normal bila terdapat simptom-simptom (tanda-tanda) klinis
tertentu, misalnya ilusi, halusinasi, obsesi, fobia, dst. Sebaliknya
individu yang tingkah lakunya tidak menunjukkan adanya
simptom-simptom tersebut adalah individu yang normal.
c. Abnormal  menurut  Konsepsi Penyesuaian Pribadi
Menurut konsepsi ini seseorang dinyatakan penyesuaiannya baik
bila yang bersangkutan mampu menangani setiap masalah yang
dihadapinya dengan berhasil. Dan hal itu menunjukkan bahwa
dirinya memiliki jiwa yang normal. Tetapi bila dalam menghadapi
masalah dirinya menunjukkan kecemasan, kesedihan, ketakutan,
dst. yang pada akhirnya masalah tidak terpecahkan, maka
dikatakan bahwa penyesuaian pribadinya tidak baik, sehingga
dinyatakan jiwanya tidak normal.
d. Abnormal menurut  Konsepsi Penderitaan/tekanan Pribadi
Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan
dan kesengsaraan bagi individu. Tidak semua gangguan (disorder)
menyebabkan distress. Misalnya psikopat yang mengancam atau
melukai orang lain tanpa menunjukkan suatu rasa bersalah atau
kecemasan. Juga tidak semua penderitaan atau kesakitan
merupakan abnormal. Misalnya seseorang yang  sakit karena
disuntik. Kriteria ini bersifat subjektif karena susah untuk
menentukan standar tingkat distress seseorang agar dapat
diberlakukan secara umum.
e. Perilaku berbahaya
Perilaku yang menimbulkan bahaya bagi orang itu sendiri
ataupun orang lain dapat dikatakan abnormal.
f. Abnormalitas  menurut  Konsepsi  Sosio-kultural
Menurut konsepsi ini seseorang dinyatakan penyesuaiannya baik
bila yang bersangkutan mampu menangani setiap masalah yang
dihadapinya dengan berhasil. Dan hal itu menunjukkan bahwa
dirinya memiliki jiwa yang normal. Tetapi bila dalam menghadapi
maslah dirinya menunjukkan kecemasan, kesedihan, ketakutan, dst.
yang pada akhirnya masalah tidak terpecahkan, maka dikatakan
bahwa penyesuaian pribadinya tidak baik, sehingga dinyatakan
jiwanya tidak normal.
g. Abnormalitas menurut  Konsepsi Kematangan  Pribadi
Menurut konsepsi kematangan pribadi, seseorang dinyatakan
normal jiwanya bila dirinya telah menunjukkan kematangan
pribadinya, yaitu bila dirinya mampu berperilaku sesuai dengan
tingkat perkembangannya.
h. Disability (tidak stabil)
Individu mengalami ketidakmampuan (kesulitan) untuk mencapai
tujuan karena abnormalitas yang dideritanya. Misalnya para
pemakai narkoba dianggap abnormal karena pemakaian narkoba
telah mengakibatkan mereka mengalami kesulitan untuk
menjalankan fungsi akademik, sosial atau pekerjaan.
•      Seseorang yang abnormal juga mengalami disability. Misalnya
seseorang yang mempunyai gangguan seksual voyeurisme
(mendapatkan kepuasan seksual dengan cara mengintip orang lain
telanjang atau sedang melakukan hubungan seksual), tidak jelas
juga apakah ia mengalami disability dalam masalah seksual.
3.    Menurut Elizabeth B. Hurlock ada tiga ciri perilaku abnormal, yaitu
sebagai berikut:
a. Manic Syndrome
Gejala ini ditandai dengan  ketidakmampuan seseorang dalam
mengenali .perubahan personality. Ia tidak dapat membedakan mana
dirinya ketika ia sedih atau ketika ia sedang bahagia. Selain itu,
ketidakmampuan ini pun terlihat dari gejala perubahan fisik maupun usia,
tetapi kepribadiannya tidak berkembang. Mereka yang termasuk kedalam
individu abnormal sering kali dikuasai oleh halusinasi. Seolah mereka
mempunyai dunia sendiri, aktivitas merekapun sangat tidak dimengerti
oleh orang-orang biasa. Gejala halusinasi ini kemudian diikuti oleh
perlaku lainnya, seperti berbicara sendiri, banyak bicara, over aktif, juga
menjadi tidak sabar. Adapun ciri lain dari Manic Syndrom dalam individu
abnormal adalah tidak memiliki dorongan seksual. Mereka sama sekali
pasif terhadap lawan jenis, bahkan terkadang mereka menganggapnya
sebagai individu yang sama.
b. Psychopathic Personality
Dalam gejala Psichopathic Personality, seseorang yang dikatakan
abnormal biasanya memiliki ego yang sangat tinggi. Mereka tidak mau
tahu (karena memang mereka tidak mengerti) apapun tentang keadaan
orang lain, yang terpenting bagi mereka adalah kepuasan terhadap ego.

Saat sedang tertawa dan bahagia, beberapa detik atau menit kemudian
tiba-tiba menangis dan bersedih. Mungkin gejala perubahan emosi ini
dipengaruhi pula oleh halusinasi. Mereka pun tidak jarang
mengekspresikankan perasaan mereka, seperti cinta, marah, bahagia,
sedih, atau takut dengan bentuk-bentuk perilaku yang sulit
dikendalikan.
c. Deliquen Personality
Gejala ini ditampilkan dengan sikap pertahanan diri yang
sangat kuat. Mereka yang abnormal seringkali mengunci diri dalam
lingkungan yang sepi dan sendiri. Mereka seolah tidak ingin ada
serangan yang datang terhadap dirinya sehingga mereka selalu
mempertahankan diri atau membuat benteng pertahanan terhadap
segala hal yang ada.
Gejala lain yang ditunjukkan adalah hiper-sensitif. Mereka
dengan sangat cepat mengekspresikan rasa sedih, marah, takut,
atau senang dengan hal-hal yang oleh orang normal biasa-biasa
saja. Gejala hiper-sensitif inilah yang perlu diperhatikan ketika
invidu abnormal berhubungan dengan orang lain, bisa-bisa terjadi
pertengkaran karena yang satu tidak mengetahui dan memahami
yang lainnya.
Bentuk lain dari Deliquen Personality adalah
ketidakmampuan menurut terhadap peraturan yang disebut juga
Diciplin Problems. Baik itu masalah kedisplinan yang berkaitan
dengan aturan yang di rumah, ataupun di lingkungan masyarakat

E. JENIS-JENIS PERILAKU ABNORMAL


1.PSIKOPAT
Disebut juga sosiopat, adalah kelainan perilaku yang berbentuk
antisosial yaitu yang tidak mempedulikan norma – norma sosial .
2. KELAINAN SEXUAL
Ada 2 macam kelainan tingkah laku sexual yaitu :

1. Kelainan pada obyek


Cara seseorang memuaskan dorongan sexualnya normal, tetapi obyek
yang dijadikan sasaran pemuasan lain dari biasanya, antara lain:
a.    Homosex : Ketertarikan melakukan hubungan seks dengan sesama
jenis ( pria )
b.    Lesbian : Ketertarikan melakukan hubungan seks dengan sesama jenis
( wanita )
c.    Pedofilia : Obyek pemuasan seksual adalah pada anak yang belum akil
baligh
d.    Fetisisme : Obyek pemuasan seksual adalah dengan benda mati seperti
pakaian dalam, rambut.
e.    Nekrofilia : Obyek pemuasan seksual adalah dengan mayat
f.    Bestiality : Obyek pemuasan seksual adalah dengan binatang
g.    Gerontoseksualitas : Obyek pemuasan seksual adalah dengan
seseorang yang berusia lanjut
h.    Incest : Obyek pemuasan seksual dengan sesama anggota keluarga
yang tidak diperbolehkan melakukan pernikahan
2. Kelainan pada cara
Obyek pemuasan seksual tetap lawan jenis, tetapi dengan cara yang tidak
biasa, contoh :
a.    Ekshibisionis : Cara pemuasan seksual dengan memperlihatkan
genetalianya kepada orang lain yang tidak dikenalnya
b.    Voyeuris :Cara pemuasan seksual dengan melihat/ mengintip orang
telanjang
c.    Sadisme : Cara pemuasan seksual dengan menyakiti secara fisik dan
psikologis obyek seksualnya
d.    Masokisme : Cara pemuasan seksual dengan menyiksa diri sendiri
e.    Frottage : Cara pemuasan seksual dengan meraba orang yang
disenangi tanpa diketahui oleh korbannya
3.PSIKONEUROSIS
Kumpulan reaksi psikis dengan ciri spesifik kecemasan dan diekspresikan
secara tidak sadar dengan menggunakan mekanisme pertahanan diri,
contoh :
a.    Fugue : Bentuk gangguan mental disertai keinginan kuat untuk
mengembara atau meninggalkan rumah karena amnesia
b.    Somnabulisme : Keadaan tidur sambil berjalan dan melakukan suatu
perbuatan
c. Multiple personality : Kepribadian ganda
d.    Fobia : Ketakutan yang tiada sebab, irasional dan tidak logis walaupun
sebenarnya tidak ada alasan untuk takut
f.    Obsesi : Ide kuat yang bersifat terus menerus melekat dalam pikiran
dan tidak mau hilang serta sering irasional
g.    Histeria : Gangguan mental yang ditandai dengan perilaku yang
cenderung dramatis, emosional dan reaksi berlebihan
h.    Hipokondria : Kondisi kecemasan yang kronis, pasien selalu
merasakan ketakutan yang patologis tentang kesehatan sendiri
4.    PSIKOSIS
Disebut dengan kelainan kepribadian yang besar (Psychosis
Mayor) karena seluruh kepribadian orang yang bersangkutan terkena dan
orang tersebut tidak dapat lagi hidup dan bergaul normal dengan orang di
sekitarnya.                         
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bahwa perilaku abnormal merupakan perilaku yang ditunjukan oleh
seseorang baik dari tampilan luar maupun tampilan dalam atau juga dapat
merupakan sebutan untuk masalah-maslah yang berkepanjangan atau bersifat
kronis dan ganguan-gangguan yang gejala-gejalnya bersifat akut atau
temporer. Perilaku abnormal dapat disebabkan gaya hidup seseorang yang
dapat menyebabkan perilaku abnormal.
B. SARAN
Setelah kita mengetahui apa itu perilaku abnormal, faktor penyebab
perilaku abnormal, karakteristik perilaku abnormal, dan jenis perilaku
abnormal kita dapat menghindari dari segala sesuatu perilaku yang akan
membawa kita ke perilaku abnormal, selalu berperilaku yang baik, selalu
berfikir positif, dan melakukan gaya hidup yang sehat agar tidak membawa
kita ke perilaku abnormal.
DAFTAR PUSTAKA

Ardani, Tristriadi. 2011. Psikologi Abnormal. Bandung : CV. Lubuk


Agung.

B.Hurlok Elizabeth.1990. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan


Sepanjanng Rentang hidup.

Desmita. 2009. Psikologi perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT


Remaja Rosdakarya.

Departemen Sosial Republik Indonesia. Jakarta Pusast.

Departement Sosial, 2008. Pedoman Penanganan Anak yang Memerlukan


Perlindungan Khusus.

Departement Direktorat Bina Pelayanan Sosial anak.

Elfi Yuliani Rahmah. 2005. Psikologi Perkembangan. Sleman


Yogyakarta :

STANPonorogo Pres dan Teras.Hawari,

Dadang. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, PT Dana


Bhakti Prima Yasa,
Yogyakarta.

Irawan, Soehartono. 2008. Metodepenelitian Sosial. Bandung : PT.


Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai