Anda di halaman 1dari 6

ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN TRIASE

DI RUANG IGD

RS PANTIWILASA CITARUM SEMARANG

Disusun oleh:

Wisnu Candra Firmansyah

2213081

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES JENDERAL AHMAD YANI YOGYAKARTA

TAHUN AKADEMIK

2013
LEMBAR PENGESAHAN

Disetujui Pada
Hari :
Tanggal :

Mahasiswa

Wisnu Candra Firmansyah

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

....................................... .............................
1. Tindakan yang dilakukan
Triase
2. Dasar pemikiran
Pengertian : Triage adalah suatu sistem seleksi dan pemilihan pasien
untuk menentukan tingkat kegawatan dan prioritas penanganan pasien (DepKes
RI, 2005). Sistem triage merupakan salah satu penerapan sistem manajemen
risiko di unit gawat darurat sehingga pasien yang datang mendapatkan
penanganan dengan cepat dan tepat sesuai kebutuhannya dengan menggunakan
sumberdaya yang tersedia. Triage juga membantu mengatur pelayanan sesuai
dengan alur pasien di unit gawat darurat. Penilaian triage merupakan
pengkajian awal pasien unit gawat darurat yang dilakukan oleh perawat.
Tujuan Triage : Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi
mengancam nyawa. Tujuan triage selanjutnya adalah untuk menetapkan tingkat
atau derajat kegawatan yang memerlukan pertolongan kedaruratan.

a. Dengan triage tenaga kesehatan akan mampu :

1) Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada


pasien
2) Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan
pengobatan lanjutan 
3) Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses
penanggulangan/pengobatan gawat darurat

b. Sistem Triage dipengaruhi :

1) Jumlah tenaga profesional dan pola ketenagaan


2) Jumlah kunjungan pasien dan pola kunjungan pasien 
3) Denah bangunan fisik unit gawat darurat 
4) Terdapatnya klinik rawat jalan dan pelayanan medis

c. Klasifikasi Triage :
1) Klasifikasi berdasarkan pada :
2) Pengetahuan
3) Data yang tersedia
4) Situasi yang berlangsung
3. Prinsip-prinsip tindakan
a. Perkenalkan diri anda dan jelaskan apa yang akan anda lakukan.
b. Pertahankan rasa percaya diri pasien.
c. Coba untuk mengamati semua pasien yang datang, bahkan saat
mewawancara pasien.
d. Pertahankan arus informasi petugas triase dengan area tunggu & area
tindakan. Komunikasi lancar sangat perlu. Bila ada waktu: penyuluhan.
e. Pahami sistem IGD dan keterbatasan anda. Ingat objektif primer aturan
triase. Gunakan sumber daya untuk mempertahankan standar pelayanan
memadai.

4. Klasifikasi berdasarkan Tingkat Prioritas (Labeling)


a. Prioritas I (MERAH)
Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan tindakan bedah
segera, mempunyai kesempatan hidup yang besar. Penanganan dan
pemindahan bersifat segera yaitu gangguan pada jalan nafas, pernafasan
dan sirkulasi. Contohnya sumbatan jalan nafas, tension pneumothorak,
syok hemoragik, luka terpotong pada tangan dan kaki, combutio (luka
bakar tingkat II dan III > 25 %.
b. Prioritas II (KUNING)
Potensial mengancam nyawa atau fungsi vital bila tidak segera ditangani
dalam jangka waktu singkat. Penanganan dan pemindahan bersifat jangan
terlambat. Contoh : patah tulang besar, combutio (luka bakar) tingkat II dan
III < 25 %, trauma thorak / abdomen, laserasi luas, trauma bola mata.
c. Prioritas III (HIJAU)
Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak perlu segera. Penanganan
dan pemindahan bersifat terakhir. Contoh luka superficial, luka-luka
ringan.
d. Prioritas 0 (HITAM)
Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat parah. Hanya perlu
terapi suportif. Contoh henti jantung kritis, trauma kepala kritis.

5. Alur dalam proses Triage


a. Pasien datang diterima petugas / paramedic IGD
b. Diruang triase dilakukan anamneses dan pemeriksaan singkat dan cepat
(selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya oleh perawat.
c. Bila jumlah penderita / korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triase
dapat dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD)
d. Penderita dibedakan menurut kegawatannya dengan memberi kode
warna :
e. Segera – Immediate (MERAH). Pasien mengalami cedera mengancam
jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera. Misalnya
: Tension pneumothorax, distress pernafasan (RR<30x/menit),
perdarahan internal, dsb
f. Tunda – Delayed (KUNING). Pasien memerlukan tindakan definitive
tetapi tidak ada ancaman jiwa segera. Misalnya : Perdarahan laserasi
terkontrol, fraktur tertutup pada ekstremitas dengan perdarahan
terkontrol, luka bakar <25% luas permukaan tubuh, dsb.
g. Minimal (HIJAU). Pasien mendapat cidera minimal, dapat berjalan dan
menolong diri sendiri atau mencari pertolongan. Misalnya : laserasi
minor, memar dan lecet, luka bakar superfisial.
h. Expextant (HITAM). Pasien mengalami cidera mematikan dan akan
meninggal meski mendapat pertolongan. Misalnya : luka bakar derajat 3
hampir diseluruh tubuh, kerusakan organ vital, dsb.
i. Penderita/korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan warna :
merah, kuning, hijau, hitam.
j. Penderita/korban kategori triase merah dapat langsung diberikan
pengobatan diruang tindakan IGD. Tetapi bila memerlukan tindakan
medis lebih lanjut, penderita/korban dapat dipindahkan ke ruang operasi
atau dirujuk ke rumah sakit lain.
k. Penderita dengan kategori triase kuning yang memerlukan tindakan
medis lebih lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi dan menunggu
giliran setelah pasien dengan kategori triase merah selesai ditangani.
l. Penderita dengan kategori triase hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan,
atau bila sudah memungkinkan untuk dipulangkan, maka
penderita/korban dapat diperbolehkan untuk pulang.
m. Penderita kategori triase hitam (meninggal) dapat langsung dipindahkan
ke kamar jenazah (Rowles, 2007).

DAFTAR PUSTAKA

http://diaryforberti.blogspot.co.id/2014/12/makalah-keperawatan-gawat-darurat-
triage.html diakses pada hari kamis, 17 Desember 2015, pukul : 09.00

Anda mungkin juga menyukai