Peran Perawat Dalam Pengambilan Keputusa
Peran Perawat Dalam Pengambilan Keputusa
Peran Perawat Dalam Pengambilan Keputusa
Oleh :
NIM 166070300111042
1
Latar Belakang
Dilema etis adalah kondisi yang terjadi dalam pelayanan, yang mengharuskan
perawat untuk menapis, melakukan analisa dan sintesa serta menetapkan keputusan
yang “terbaik” bagi klien, terutama bagi kesehatan dan integritasnya sebagai manusia.
Dilema etik merupakan hal yang kerap dialami oleh perawat dalam praktik keperawatan
sehari-hari. Sebab perawat dianggap bertanggung jawab untuk mengidentifikasi masalah
pasien, membuat keputusan klinis dan mengevaluasi efek klinis dari pengobatan (villa ,
2012). Tanggung jawab tersebut membuat perawat kerap bersinggungan dengan
pengambilan keputusan etis yang sedapat mungkin tidak merugikan pasien. Tindakan
keperawatan melibatkan pilihan etis dan nilai moral yang memberikan bimbingan pada
praktik keperawatan yang digambarkan berhubungan dengan rasa kepedulian, belas
kasih dan penghormatan terhadap martabat manusia ( Knutson, 2012 ).
Tujuan Penulisan
Tinjauan Pustaka
Etika adalah cabang filsafat (studi keyakinan dan asumsi) disebut filsafat sebagai
moral. Berasal dari bahasa Yunani kata "etos" yang berarti kebiasaan, penggunaan
kebiasaan, perilaku dan karakter. Etika biasanya mengacu pada praktek, keyakinan, dan
standar perilaku kelompok tertentu seperti perawat. Hal ini juga mengacu pada metode
penyelidikan yang membantu orang untuk memahami moralitas perilaku manusia (studi
moralitas)
Dilema etis terjadi ketika ada konflik antara dua atau lebih prinsip-prinsip etika.
Keputusan yang diambil ketika terjadi dilema etik adalah yang paling menguntungkan
tergantung pada keadaan. Maka analisis etis yang dilakukan perawat adalah bukan ilmu
pasti.
2
Etika keperawatan adalah norma-norma yang dianut oleh perawat dalam
bertingkah laku dengan pasien, keluarga, kolega atau tenaga kesehatan lainnya di suatu
pelayanan keperawatan yang bersifat profesional. Perilaku etik akan dibentuk oleh nilai-
nilai dari pasien, perawat dan interaksi sosial dalam lingkungan.
Teori etik digunakan dalam pembuatan keputusan bila terjadi konflik antara
prinsip dan aturan Beberapa teori etik adalah teleologi dan deontologi.
Teleologi (berasal dari bahasa Yunani, dari kata telos, berarti akhir). Istilah teleologi dan
utilitarinisme sering digunakan saling bergantian. Teleologi merupaka suatu doktrin yang
menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang dihasilkan atau konsekuensi yang dapat
terjadi. Pendekatan ini sering disebut dengan ungkapan “The end justifies the means“
atau makna dari suatu tindakan ditentukan dari hasil akhir yang terjadi. Contoh dari
teori ini adalah bayi yang lahir cacat lebih baik diizinkan meninggal daripada nantinya
menjadi beban masyarakat. Deontologi (berasal dari bahasa Yunani, Deon berarti tugas)
prinsip pada aksi atau tindakan. Benar atau salah bukan ditentukan oleh hasil akhir atau
konsekuensi dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai moralnya. Dalam konteks ini,
perhatian difokuskan pada tindakan melakukan tanggung jawab moral yang dapat
memberikan penentu apakah tindakan tersebut secara moral benar atau salah. Contoh
dari penerapan teori ini adalah seorang perawat yang yakin bahwa klien harus diberi
tahu tentang sebenarnya terjadi walaupun kenyataan tersebut sangat menyakitkan.
3
Kode etik adalah suatu tatanan tentang prinsip-prinsip umum yang telah diterima
oleh suatu profesi. Kode etik keperawatan merupakan suatu pernyataan komprehensif
dari profesi yang memberikan tuntunan bagi anggotanya dalam melaksanakan praktek
keperawatan baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga, masyarakat, teman
sejawat, diri sendiri, dan tim kesehatan (Wulan, 2011). Tujuan kode etik keperawatan
tersebut adalah sebagai berikut yaitu merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar
perawat, klien atau pasien, teman sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam
profesi keperawatan maupun dengan profesi lain di luar profesi keperawatan.
Kode etik merupakan standar untuk mengatasi masalah yang silakukan oleh praktisi
keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya.
Perawat merupakan salah satu profesi yang selalu berhubungan dan berinterkasi
langsung dengan pasien. Oleh karena itu, perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan dituntut untuk memahami dan berperilaku sesuai dengan etika
keperawatan. Keperawatan membutuhkan landasan pengetahuan tentang etik sebagai
bimbingan ( guidelines) dalam melakukan asuhan keperawatan ( Aghdam, 2013). Etik
merupakan salah satu elemen dasar dalam profesi perawat dan menjadi indikator yang
penting dari asuhan keperawatan serta mengembangkan kompetensi moral yang
penting bagi praktik keperawatan di masa kini dan masa mendatang ( Aghdam, 2013).
4
perspektif sebagai sebuah profesi (Aghdam, 2012). Etik berhubungan dengan bagaimana
seseorang harus bertindak dan bagaimana mereka melakukan hubungan dengan orang
lain. Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Gastmans dan Verpeet dalam Aghdam
( 2013), tiga masalah umum dalam kode etik keperawatan adalah kurangnya efektivitas
dalam praktek klinis sehari-hari, perbedaan antara kode moral dan realita di klinik , serta
beberapa perawat tidak menyadari isi dari kode etik. Hal tersebut menyebabkan dilema
etik. Oleh sebab itu diperlukan kerangka pemecahan dilema etik dengan
mengembangkan data dasar , mengidentifikasi konflik, mengkaji berbagai alternatif
tindakan , menetapkan pengambil keputusan dan membuat keputusan.
Keputusan etis dibuat berdasarkan kesepakatan antara pasien dan perawat. Oleh
karena itu sebagai perawat harus mampu meyakinkan pasien bahwa keputusan etis
yang diambil adalah berdasarkan analisa dan pertimbangan yang matang. Kesepakatan
persetujuan antara pasien dan perawat tentang keputusan tindakan tersebut dapat
berupa informed consent sehingga terdapat bukti yang kuat bahwa keputusan etik
tersebut diambil berdasarkan kesepakatan bersama. Dalam setiap pengambilan
keputusan etis peran perawat adalah sebagai konselor dan advokat. Artinya perawat
harus memberikan informasi tentang kondisi dan situasi yang terjadi, dan melibatkan
pasien dan keluarga dalam proses pengambilan keputusan. Sebagai advokat, berarti
perawat melindungi hak pasien untuk mendapatkan perawatan yang menguntungkan
dan tidak merugikan .
Kesimpulan
Daftar pustaka
5
Aghdam, A. ( 2013). Knowledge and performane about nursing ethic codes from nurses
and patiens perspective in tabriz teaching hospitals Iran. Tabriz university of
medical sciences. 2 (3). 219-220.
Cannaerts, N. (2014), Contribution of ethics education to the ethical competence of
nursing student. Nejsagepub. 21 (8). 862
Kim, Y. (2012). Moral sensitivity relating to the application of the code ethucs.
Nejsagepub . 20 (4). 471- 472
Knutson, G. (2012). Nurses ethical problem solving . University of toronto. 15 (1). 1
Leuter, C. (2012). Ethical difficulties in nursing, educational needs and attitudes about
using ethics resources. Nedsagepub. 20 (3). 348
Persatuan perawat indonesia. (2000). Kode etik keperawatan, lambang dan panji PPNI
dan ikrar perawat indonesia. Jakarta : PPNI
Piryani, R. (2016). Needs assessment for teaching / learning nursing ethics for master of
nursing students . Asian bioethic review. 8 (2). 135
Villa, G. (2012). Nurses near decision making process of postoperative patients
cardiosurgical weaning and extubation in italian environtment. Elsevier. 28 (1).
42-43
Wulan dan hastuti. (2011), Pengantar etika keperawatan, panduan lengkap menjadi
perawat profesional berwawasan etis . Jakarta : Prestasi Pustaka