Disusun Oleh :
NI KADEK HERLIN OCTA VIANI
NIM. 19J10139
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan
Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis bisa
menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners yang berjudul “Pengaruh Pemberian
Kompres Hangat Pada Peningkatan Suhu Tubuh Terhadap Pasien Demam Berdarah
Dengue Di Ruang IGD RS Tk. II Udayana”.
Dalam penyusunan karya ilmiah akhir ners ini, penulis banyak mendapat
bimbingan, pengarahan dan bantuan dari semua pihak sehingga karya ilmiah akhir
ners ini bisa diselesaikan tepat pada waktunya. Untuk itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kep.,M.Ng.,Ph.D selaku Rektor Institut
Teknologi Dan Kesehatan Bali yang telah memberikan ijin dan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini.
2. Ibu Ida Ayu Lysandari, SE.,MM selaku Sekretaris Rektor Institut Teknologi Dan
Kesehatan Bali yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis
menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini.
3. Bapak Ns. I Kadek Nuryanto, S.Kep.,MNS selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali yang telah memberikan ijin dan
kesempatan kepada penulis menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini.
4. Ibu Ns. Ida Ayu Putri Wulandari, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.J selaku pembimbing
akademik yang memberikan dukungan moral, perhatian, bimbingan serta
masukan kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini.
5. Ibu Ns. Anak Agung Raka Yuni, S.Kep selaku pembimbing di Ruangan IGD RS
TK. II Udayana yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam
menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini.
6. Seluruh keluarga terutama Bapak Drs. I Ketut Rustam, Ibu Dra. Ni Nyoman
Sarmini, dan Kakak dr. Ni Luh Nita Natalia, Sp. M yang banyak meberikan
ii
dukungan serta dorongan moral dan materil hingga selesainya karya ilmiah akhir
ners ini.
7. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penyusunan karya ilmiah akhir ners ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan karya ilmiah akhir ners ini masih belum
sempurna untuk itu dengan hati terbuka, penulis menerima kritik dan saran yang
sifatnya konstruktif untuk kesempurnaan karya ilmiah akhir ners ini.
Denpasar, 2020
Penulis
iii
ANALISIS PEMBERIAN KOMPRES HANGAT PADA PENINGKATAN
SUHU TUBUH TERHADAP PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE DI
RUANG IGD RS TK. II UDAYANA
Ni Kadek Herlin Octa Viani
Program Studi Profesi Ners
Institut Teknologi dan Kesehatan Bali
E-mail : hrerlinoctaviani16@gmail.com
ABSTRAK
Pendahuluan: Demam Berdarah Dengue adalah infeksi virus dengue yang ditularkan
oleh nyamuk
Tujuan : : Untuk menganalisis terhadap kasus kelolaan pada pasien peningkatan
suhu tubuh dengan tindakan kompres hangat untuk menurunkan panas pada pasien
Demam Berdarah Dengue di Ruang UGD RS TK II Udayana tahun 2020
Hasil : Setelah dilakukan tindakan kompres hangat , pasien mengalami perubahan
penurunan suhu tubuh dari suhu 38,6°C turun ke 36,4°C
Kesimpulan : Memberikan kompres hangat pada peningkatan suhu tubuh terhadap
pasien demam Berdarah Dengue di UGD Rs Tk II Udayana Pada tanggal 26 Februari
2020.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN.....................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
ABSTRAK.......................................................................................................iv
DAFTAR ISI...................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................1
B. Tujuan Penulisan.......................................................................5
C. Manfaat Penulisan.....................................................................5
v
F. Implementasi.............................................................................34
G. Evaluasi.....................................................................................37
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................42
B. Saran...........................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan iklim global menjadi isu penting dalam beberapa tahun
terakhir. Pada dasarnya, iklim bumi senantiasa mengalami perubahan. Hanya
saja perubahan iklim di masa lalu berlangsung secara alamiah sedangkan saat
ini lebih banyak disebabkan karena aktivitas manusia sehingga sifat
kejadiannya pun menjadi lebih cepat. Hal ini mendorong timbulnya sejumlah
penyimpangan pada proses alam (Susandi, 2015; Sumampouw, 2019).
Kepadatan penduduk yang tinggi dan jarak rumah yang berdekatan dapat
membuat penyebaran penyakit DBD lebih intensif di wilayah perkotaan
daripada wilayah pedesaan karena jarak rumah yang berdekatan memudahkan
nyamuk menyebarkan virus dengue dari satu orang ke orang lain yang ada di
sekitarnya oleh karena jarak terbang nyamuk yang diperkirakan mencapai
sekitar 50-100 meter (Lestari, 2017).
Menurut Sari (2015) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang terkait
dalam penularan DBD pada manusia, yaitu: Kepadatan penduduk, dimana
kepadatan penduduk yang lebih padat lebih mudah untuk terjadi penularan
DBD, karena diperkirakan jarak terbang nyamuk sekitar 50 meter. Mobilitas
penduduk juga memudahkan penularan DBD dari suatu tempat ke tempat
yang lain. Kualitas perumahan, jarak antar rumah, pencahayaan, bentuk
rumah, bahan bangunan juga akan mempengaruhi penularan penyakit DBD.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang
berbasis perkotaan dan sudah meluas ke pedesaan. Penyakit ini termasuk
permasalahan pokok di seluruh dunia dan masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Berdasarkan WHO dilaporkan
bahwa 2,5-3 juta manusia berisiko terhadap penyakit ini. Pada tahun 2018
tercatat sebanyak 65.602 kasus kejadian DBD dengan jumlah kematian
2
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2015, jumlah
penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) sebanyak 10.759 kasus dengan
jumlah kematian sebanyak 29 orang (Incidence Rate/Angka Kesakitan 259,1
per 100.000 penduduk dan Case Fatality Rate/Angka Kematian 0,3%). Kota
Denpasar menyumbang kasus DBD terbesar dengan angka insiden 143,2 per
100.000 penduduk.2 Upaya-upaya pengendalian seperti penyuluhan dan
pameran, pemberantasan jentik berkala, pengerahan petugas juru pemantau
jentik (jumantik) dan penggerakan peran serta masyarakat melalui gerakan
3M plus yaitu menguras, mengubur, menutup dan menghindari gigitan
nyamuk serta fogging fokus belum mendapatkan hasil maksimal (Dinkes Bali,
2016).
Beberapa faktor risiko terjadinya penularan DBD bersifat lokal spesifik
sesuai dengan kebiasaan masyarakat setempat sehingga diperlukan
pemahaman faktor-faktor risiko yang mungkin berperan terhadap kejadian
DBD di Kota Denpasar. Beberapa faktor yang diperkirakan berperan yaitu
pengetahuan masyarakat tentang DBD, kebiasaan tidur siang, kebiasaan
menggantung pakaian, kebiasaan membersihkan tempat penampungan air,
kebiasaan membersihkan halaman di sekitar rumah, tempat penampungan air
di dalam atau di luar yang terbuka, tempat penampungan air di dalam atau di
luar rumah yang positif.
Kasus deman berdarah pada periode Januari- Juni 2019 di Kota Denpasar
meningkat drastis dibandingkan tahun sebelumnya. Sebelumnya pada Tahun
2017 kasus demam berdarah sebanyak 928 kasus, dan turun pada Tahun 2018
menjadi 113 kasus, akan tetapi Tahun 2019 sudah meningkat tajam padahal
baru pertengahan tahun. Dari data Dinas Kesehatan Kota Denpasar pada
periode Januari- Juni 2019 terjadi sebanyak 1.037 kasus (Dinkes Kota
Denpasar, 2019)
Penatalaksanaan pada pasien demam berdarah dengue dapat dilakukan
secara farmakologik dan non farmakologik. Pengobatan farmakologik seperti
4
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisa penerapan kompres hangat sebagai manajemen
peningkatan suhu tubuh pada pasien demam berdarah di ruang IGD RS
TK. II Udayana Tahun 2020.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisa hasil pengkajian pada pasien demam berdarah di ruang
IGD RS TK. II Udayana Tahun 2020.
b. Menganalisa diagnosa keperawatan pada pasien demam berdarah di
ruang IGD RS TK. II Udayana Tahun 2020.
c. Menganalisa intervensi keperawatan penerapan kompres hangat pada
pasien demam berdarah di ruang IGD RS TK. II Udayana Tahun 2020.
d. Menganalisa implementasi keperawatan penerapan kompres hangat
pada pasien demam berdarah di ruang IGD RS TK. II Udayana Tahun
2020.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Penulisan laporan ini bermanfaat bagi mahasiswa dalam menambah
wawasan dan pengetahuan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien demam berdarah.
6
c. Manifestasi klinis
Menurut Soedarto (2012) manifestasi klinis yang ditimbulkan dari demam
dengue (DD), demam berdarah dengue (DBD) dan dengue shock
syndrome (DSS) adalah sebagai berikut:
1) Demam dengue (DD):
a) Demam tinggi, terjadi mendadak, kadang-kadang bifasik (saddle
back fever)
b) Sakit kepala berat
c) Nyeri belakang bola mata
d) Nyeri otot, tulang atau sendi
e) Mual dan muntah
f) Ruam kulit makulopapular pada hari pertama atau kedua, lalu
menghilang tanpa bekas
g) Ruam merah halus daerah kaki, telapak kaki dan tangan (hari ke-6
atau hari ke-7)
h) Petekia
i) Pada waktu epidemi kadang-kadang dijumpai perdarahan gusi,
epitaksis, perdarahan gastrointestinal, hematuria, menoragia.
2) Demam berdarah dengue (DBD):
a) Demam tinggi mendadak 2-7 hari
b) Muka kemerahan
c) Anoreksia
d) Sakit kepala berat
e) Nyeri otot, tulang dan sendi
f) Mual dan muntah
11
4. Komplikasi
Soedarto (2012) menyatakan penyakit dengue dapat berkembang menjadi
penyakit yang serius jika terjadi komplikasi, antara lain:
1) Kerusakan hati.
2) Kerusakan otak.
12
3) Kejang-kejang.
4) Syok.
5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Soedarto (2012) infeksi virus dengue menimbulkan gelaja klinis
yang bermacam-macam, yang sebagian besar tidak khas. Penegakan diagnosis
tidak bisa dilakukan hanya berdasarkan gejala klinis, maka dari itu perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang, yaitu pemeriksaan hematologi:
1) Terjadi penurunan leukosit
2) Neutrofil menurun
3) Terjadi penurunan trombosit, kurang dari 100.000 per mm3 antara
hari ke-3 sampai hari ke-8.
4) Blood urea nitrogen (BUN) meningkat pada stadium terminal syok
5) Terjadi peningkatan hematokrit lebih dari 20% merupakan tanda
adanya perembesan plasma karena meningkatnya permeabilitas
vaskuler dan awal terjadinya syok.
6. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi farmakologi
Menurut Soedarto (2012) obat-obatan diberikan untuk mengatasi demam,
rasa nyeri, muntah dan kejang-kejang, tidak ada pengobatan antiviral
terhadap virus dengue. Obat-obat yang diberikan antara lain:
1) Antipiretik diberikan untuk menghilangnya rasa nyeri dan
menurunkan panas.
2) Diazepam diberikan pada pederita yang mengalami kejang-kejang,
dengan dosis 0.5 mg/kg BB diberikan secara rektal.
3) Domperidone diberikan dengan dosis 3x 10 mg untuk mencegah
muntah agar penderita dapat minum.
13
FORMAT PENILAIAN
Kemampuan ke -
No Komponen Penilaian / Keterampilan Ket
I II III IV
I Tahap Persiapan (30%)
A. Persiapan Pasien
1. Perkenalan diri (kontrak)
2. Meminta pengunjung/keluarga meninggalkan
ruangan
3. Menjelaskan tujuan
4. Menjelaskan langkah/prosedur yang akan
dilakukan
B. Persiapan Lingkungan
1. Menutup pintu / jendela atau memasang sampiran
C. Persiapan Alat
1. Baskom mandi
2. Bantalan tahan air/perlak
3. Air hangat 370 C
4. Selimut mandi
5. Termometer air (hidrometer)
6. Lap mandi
7. Handuk mandi
8. Termometer air raksa (Axilla)
17
Kemampuan ke -
No Komponen Penilaian / Keterampilan Ket
I II III IV
9. Sarung tangan
B. Sikap (10%)
1. Disiplin
2. Motivasi
3. Kerjasama
4. Tanggung Jawab
5. Komunikasi
6. Kejujuran
7. Penampilan fisik
8. Kreativitas
C. Ketrampilan (40%)
1. Bawa alat-alat ke dekat pasien
2. Perawat mencuci tangan, kenakan sarung tangan
bila perlu
3. Ukur suhu dan nadi pasien
4. Letakkan bantal tahan air/perlak di bawah pasien
5. Pasang selimut mandi
6. Lepaskan pakian pasien
7. Celupkan lap mandi dan seka seluruh tubuh
pasien
8. Kalau menggunakan bak mandi, rendam pasien
selama 20-30 menit
9. Ganti air bila sudah dingin
10. Keringkan dengan handuk
11. Ukur suhu tubuh pasien
12. Kenakan kembali pakian pasien
13. Angkat selimut mandi
14. Alat dibereskan dan mencuci tangan
18
Kemampuan ke -
No Komponen Penilaian / Keterampilan Ket
I II III IV
TOTAL AKHIR
……………………….,
20….
Penilai,
1. ……………………
…….
2. ……………………
…….
Kriteria Nilai :
1. Item yang dilakukan tidak tepat dan tidak akurat
2. Tiga item utama tidak dilakukan
3. Bila satu item tidak dilakukan
4. Bila semua item dilakukan dengan tepat dan akurat
19
Gejala : nyeri uluhati, nyeri pada otot dan sendi, pegal-pegal pada
seluruh tubuh, nyeri tekan pada epigastrik, sakit saat menelan
f) Pernafasan
Gejala : nafas dangkal
Tanda : nadi cepat dan lemas
D. Diagnosa
Kriteria hasil :
1) Menunjukkan perbaikan perfusi yang dibuktikan oleh adanya
nadi perifer/sama, warna kulit dan suhu normal, tidak ada
edema.
2) Peningktan prilaku/tindakan yang meningkatkan perfusi
jaringan.
3) Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
Tindakan keperawatan :
a) Observasi tanda-tanda vital
Rasional : Hipotensi dan bradikardi menandakan adanya
penurunan aliran darah, perubahan suhu kulit (lebih
dingin atau lebih hangat) menandakan adanya gangguan
dalam suplai darah kapiler.
b) Anjurkan pasien untuk banyak istirahat.
Rasional : Aktivitas pasien yang tidak terkontrol, dapat
menyebabkan perdarahan sehingga terjadi penurunan
suplay darah.
c) Pantau frekuensi jantung dan irama.
Rasional : Fekuensi dan irama jantung dapat menentukan adanya
komplikasi.
d) Kolaborasi pemberian oksigen tambahan.
Rasional : Meningkatkan jumlah sediaan oksigen untuk
kebutuhan sirkulasi.
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
menurunnya nafsu makan sekunder terhadap anoreksia, mual, muntah.
Tujuan : Nutrisi pasien terpenuhi (adekuat)
Kriteria hasil :
24
Rencana tindakan:
a) Ajarkan teknik relaksasi/nafas dalam menjelang tidur.
Rasional: meningkatkan rasa mengantuk/keinginan untuk tidur.
b) Tutup gordin atau tirai dan batasi pengunjung di ruang saat jam tidur.
Rasional: member rasa nyaman dan perasaan tenang sehingga
memudahkan tidur pasien.
c) Anjurkan pasien untuk minum susu.
Rasional: susu mengandung asam amino tritopan yang merangsang
medulus spinalis untuk tidur.
d) Anjurkan keluarga/pengunjung berada di luar saat jam istirahat.
Rasional: memberi rasa nyaman dan perasaan tenang sehingga
memudahkan tidur pasien.
e) Catat jumlah jam tidur dan kualitas tidur pasien setiap hari.
Rasional: dapat diketahui kualitas tidur pasien.
f) Ajarkan untuk melakukan perawatan di malam hari seperti gosok gigi
dan cuci kaki.
Rasional: memberi rasa nyaman menjelang tidur
8) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
Tujuan : Pengetahuan pasien/keluarga bertambah
Kiteria hasil :
27
Angkatan Darat, dimana pergantian dimulai tahun 1950 sampai dengan sekarang,
sebagai berikut :
a. Tahun 1950 – 1957 dengan nama Palang Merah KNIL menjadi Dinas
Kesehatan Tentara (DKT).
b. Tahun 1958 – 1963 Perubahan nama dari DKT menjadi Jawatan Kesehatan
Teritorial Tujuh.
c. Tahun 1964 – 1976 Perubahan nama dari Jawatan Kesehatan Teritorial
Tujuh menjadi Rumah Sakit Tentara (RST).
d. Tahun 1977 – 1985 Perubahan nama dari RST menjadi Rumkitdam
XVI/Udayana.
e. Tahun 1985 – 2012 Perubahan nama dari Rumkitdam XVI/Udayana menjadi
Rumah Sakit Tk. III Denpasar.
f. Tahun 2012 sampai dengan sekarang Perubahan nama dari Rumah Sakit Tk.
III Denpasar menjadi Rumah Sakit Tk. II Udayana.
Dasar-dasar dari perubahan nama Rumah Sakit :
a. Nama RST menjadi Rumkitdam XVI/Udayana berdasarkan Surat Keputusan
Menhankam Nomor Kep/225/II/1977 Tanggal 2 – 2 1977.
b. Nama Rumkitdam XVI/Udayana menjadi Rumah Sakit Tk. III Denpasar
berdasarkan Keputusan Kasad Nomor Kep /76/X/1985 tanggal 28 – 10 –
1985.
c. Nama Rumah Sakit Tk. III menjadi Rumkit Udayana ditetapkan oleh
Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Sintong Panjaitan, tanpa Surat
Keputusan/Sprin Tahun 1990.
d. Nama Rumah Sakit Tk. III Denpasar berdasarkan dengan keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor YM.02.04.3.1.3471 tanggal 1 Agustus 2006 tentang
Pemberian Ijin Penyelenggara kepada Mabes TNI-AD Jl. Merdeka Utara
No.2 Jakpus,DKI Jakarta untuk Menyelenggarakan Rumah Sakit Umum
32
C. Pengkajian
Pada tanggal 24- 26 Februari 2020 di ruang IGD RS TK. II Udayana
dengan metode observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan dokumentasi
(rekam medis). Terdapat 3 pasien dengan deman berdarah dengue yang terdaftar
33
2. Breathing
Dari hasil pengkajian breathing pada pasien tersebut gerakan dada simetris, frekuensi
nafas pasien >20x/menit, saturasi O2 pada pasien <90%.
3. Circulation
Dari hasil pengkajian, nadi teraba pada pasien. CRT <2 detik.
D. Diagnosa
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan maka diangkat diagnosa
utama keperawatan yaitu hipertermi berhubungan dengan tidak efektifnya
termoregulasi sekunder terhadap infeksi virus dengue yang ditandai dengan
muncul ruam merah pada kulit, pasien mengeluhkan nyeri otot dan pegal linu di
sekujur tubuh, mengeluh sakit kepala dan mengeluh mual. Apabila peningkatan
suhu tubuh pada pasien tidak segera di turunkan, maka akan mengakibatkan syok
karena terjadi kebocoran dan kehilangan plasma yang hebat. Peningkatan suhu
tubuh pada pasien disebabkan infeksi virus dengue (arbovirus) yang masuk ke
dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegepti yang masuk ke hipotalamus
kemudian mengacaukan termoregulasi maka terjadi peningkatan suhu tubuh pada
penderita demam berdarah dengue.
34
E. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tindakan
Kriteria Hasil Rasional
Keperawtan Keperawatan
Hipertermi Setelah diberikan NIC Label: NIC Label:
berhubungan asuhan Manajemen Suhu Manajemen Suhu
dengan tidak keperawatan Tubuh Tubuh
efektifnya selama 1 x 2 jam 1. Kaji suhu tubuh 1. Mengetahui
termoregulasi diharapkan suhu pasien. peningkatan
sekunder tubuh pasien 2. Beri kompres air suhu tubuh,
terhadap infeksi kembali normal hangat memudahkan
virus dengue dengan kriteria 3. Berikan/anjurkan intervensi.
yang ditandai hasil: pasien untuk 2. Mengurangi
dengan muncul 1. Pasien banyak minum panas dengan
ruam merah mengatakan 1500-2000 cc/hari pemindahan
pada kulit, badannya 4. Cek tanda-tanda panas secara
pasien tidak panas vital pasien konduksi. Air
mengeluhkan lagi. 5. Kolaborasi hangat
nyeri otot dan 2. Suhu tubuh pemberian cairan mengontrol
pegal linu di antara 36°C- intravena dan pemindahan
sekujur tubuh, 37°C. obat sesuai panas secara
mengeluh sakit 3. Nyeri otot program. perlahan tanpa
kepala dan hilang. 6. Observasi respon menyebabkan
mengeluh mual. 4. Nadi 80- verbal dan non hipotermi atau
100x/menit. verbal pasien menggigil.
5. Lemas hilang. terhadap nyeri. 3. Untuk
35
mengganti
cairan tubuh
yang hilang
akibat
evaporasi.
4. Tanda-tanda
vital merupakan
acuan untuk
mengetahui
keadaan umum
pasien.
5. Pemberian
cairan sangat
penting bagi
pasien dengan
suhu tubuh yang
tinggi dan obat
khususnya
untuk
menurunkan
panas pasien.
badannya tidak panas lagi, suhu tubuh antara 36°C- 37°C, nyeri otot
hilang dan nadi 80-100x/menit.
F. Implementasi
NoHari/ Tanggal
No DxIplementasi Keperawatan Evaluasi Respon Paraf
Jam
Rabu, 26 Februari Mengobservasi tanda-tanda vital DS : Pasien
2020 mengatakan
12.30 wita badannya panas,
nyeri otot, pegal
linu di sekujur
tubuh, sakit
kepala dan mual.
DO : TD: 100/80
mmHg, Nadi: 90
x/mnt, SpO2 : 99
RA, RR: 20
x/mnt, Suhu:
38,6°C
12.35 wita Memberikan kompres air hangat DS : -
pada kening dan
DO : Pasien
lipatan aksila
dikompres air
hangat pada
kening dan
lipatan aksila,
pasien sangat
kooperatif.
37
200 cc
DO : Mukosa bibir
kering
12.50 wita Mengobservasi tanda-tanda vital DS : Pasien
mengatakan
badanya masih
lemas dan panas
DO :
- Keadaan
umum pasien
masih lemah
- Suhu : 380C,
TD: 110/70
mmHg, Nadi :
82 x/mnt, RR:
20 x/mnt
13.00 wita Memberi HE tentang DS : Pasien
pengertian, penyebab, mengatakan
perawatan, hanya
pencegahan dan mengetahui
pengobatan serta penyebap
menyarankan pasien DO : Pasien tampak
38
umum pasien
masih lemah
- Suhu : 36,40
C, TD:
110/70
mmHg, Nadi :
39
90 x/mnt, RR:
20 x/mnt
14.00 wita Mengantar pasien ke ruang rawat
inap (Ruang Sandat) DO : pasien tampak
masih lemas
G. Evaluasi
No Hari/Tanggal/ Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan
Jam
Rabu, 26 FebruariHipertermi
2020 berhubungan dengan tidak
14.30 wita efektifnya termoregulasi - Pasien
sekunder terhadap infeksi
mengatakan
virus dengue yang
badannya masih
ditandai dengan muncul
lemas dan
ruam merah pada kulit,
mengatakan
pasien mengeluhkan nyeri
panasnya sudah
otot dan pegal linu di
sedikit berkurang
sekujur tubuh, mengeluh
O:
sakit kepala dan mengeluh
- Keadaan umum
mual
pasien masih
40
lemah
- Suhu : 36,40 C,
TD: 110/70
mmHg, Nadi : 90
x/mnt, RR: 20
x/mnt
A:
- Tujuan 1,2,3 dan
4 tercapai
masalah teratasi
sebagian
P:
- Pasien rawat inap
- Lanjutkan
intervensi di
ruangan
BAB IV
PEMBAHASAN
41
melapisi permukaan kulit dengan handuk yang telah dibasahi air hangat dengan
temperatur maksimal 43°C. Pemberian kompres air panas/hangat pada daerah
tubuh akan memberikan sinyal ke hypothalamus melalui sumsum tulang
belakang. Ketika reseptor yang peka terhadap panas di hypothalamus dirangsang,
system efektor mengeluarkan sinyal yang memulai berkeringat dan vasodilatasi
perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat vasomotor pada
medulla oblongata dari tangkai otak, dibawah pengaruh hypothalamic bagian
anterior sehingga terjadi vasodilatasi. Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan
pembuangan/ kehilangan energi/panas melalui kulit meningkat, diharapkan akan
terjadi penurunan suhu tubuh sehingga mencapai keadaan normal kembali
(Djuwarijah, 2009).
Standar Prosedur Operasional (SPO) menyebutkan bahwa saat menjalani
kompres hangat menurunkan suhu tubuh pasien secara bertahap dan mencegah
penurunan suhu secara fluktuatif dan mencegah pasien menggigil, dengan
kompres hangat menyebabkan suhu tubuh diluaran akan terjadi hangat sehingga
tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluaran cukup panas, akhirnya
tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak
meningkatkan suhu pengatur tubuh, dengan suhu diluaran hangat akan membuat
pembuluh darah tepi dikulit melebar dan mengalami vasodilatasi sehingga pori–
pori kulit akan membuka dan mempermudah pengeluaran panas pada tubuh,
sehingga kan terjadi perubahan suhu tubuh (Purwanti, 2015). Hasil tersebut juga
di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Purwanti (2019) tentang Pengaruh
Kompres Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh pada Pasien Hipertermia di
Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta melalui pendekatan pre
eksperimen dengan rancangan yang dapat dipakai one group pre test and post
test, yaitu dengan menggunakan kelompok sampel yang sama. Penelitian ini
menggunakan test awal dan test akhir yang diberikan kepada kelompok yang
sama, setelah selang waktu untuk memberikan perlakuan. Banyaknya sampel
yang digunakan pada penelitian ini yaitu purposive sampel atau sampel
43
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian kompres hangat
pada peningkatan suhu tubuh terhadap pasien demam berdarah dengue di Ruang
IGD RS TK. II Udayana, maka dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh dalam
pemberian kompres hangat untuk menurunkan panas pada pasien dengan demam
berdarah dengue di Ruang IGD RS TK II. Udayana.
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan, sarana, pengawasan dan
evaluasi dalam melakukan tindakan untuk mencegah dan mengatasi panas
dengan pemberian kompres hangat pada pasien Demam Berdarah Dengue.
2. Bagi Institusi
Dapat dijadikan sumber literature tambahan serta refrensi dalam pembuatan
karya ilmiah akhir selanjutnya untuk mengobservasi, mengkaji dan
menerapkan pemberian komprs hangat pada pasien Demam Berdarah
Dengue dengan masalah keperawatan hipertermi.
3. Bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan pada praktik klinik lapangan atau
sedang melaksanakan profesi ners diharapkan senantiasa selalu
memperhatikan keluhan pasien sehingga pengetahuan dan informasi terkini
tentang pemberian asuhan keperawatan pada pasien Demam Berdarah
Dengue sesuai dengan perkembangan ilmu terbaru.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. 2016. Upaya Penurunan Suhu Tubuh Dengan Kompres Hangat Pada Anak
DBD di RSPA Boyolali. Diperoleh pada tanggal 16 maret 2020, dari
http://eprints.ums.ac.id/44518/.
BPS Bali. 2018. Jumlah Wisatawan Asing ke Bali dan Indonesia, 1969-2017.
bali.bps.go.id. 2018. Available at:
https://bali.bps.go.id/statictable/2018/02/09/28/ jumlah-wisatawan-asing-ke-
bali-dan-indonesia-1969-2017.html [Accessed May 16, 2018].
Dinkes Provinsi Bali. 2016. Kasus DBD Provinsi Bali Tahun 2015. Diperoleh pada
tanggal 07 maret 2020, dari http://bali.tribunnews.com.
Dinkes Kota Denpasar. 2019. Kasus DBD di Kota Denpasar Tahun 2019. Diperoleh
pada tanggal 07 maret 2020, dari http://bali.tribunnews.com.
Schmidt-Chanasit, J., Haditsch, M., Schöneberg, I., Günther, S., Stark, K., Frank, C.
Dengue virus infection in a traveller returning from croatia to Germany.
Eurosurveillance. 2010; 15: 2–3.
Susandi, A. 2015. Perubahan Iklim Wilayah DKI Jakarta: Studi Masa Lalu untuk
Proyeksi Mendatang. The 31st Annual Scientific Meeting (PIT) HAGI.
Semarang: HAGI. Hal 77-80.
Tania. (2018). Pilihan Obat Dokter Herbal dan Cara Alami Untuk Mengobati
Demam Berdarah. Diperoleh pada tanggal 09 maret 2020, dari
https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/penyakit-musiman/obat-demam-
berdarah-dbd/
World Health Organization. International travel and health, Switzerland: World
Health Organization. 2012. Available at: http://www.who.int/ith/ITH_
EN_2012_WEB_1.2.pdf.
World Health Organization. (2018). Dengue and severe dengue. Diperoleh tanggal 09
Maret 2020, dari http://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dengue-
and-severe-dengue.