Anda di halaman 1dari 52

KARYA ILMIAH AKHIR (KIA)

ANALISIS PEMBERIAN KOMPRES HANGAT PADA


PENINGKATAN SUHU TUBUH TERHADAP PASIEN DEMAM
BERDARAH DENGUE DI RUANG IGD RS TK. II UDAYANA
TANGGAL 24 FEBRUARI–22 MARET 2020

Disusun Oleh :
NI KADEK HERLIN OCTA VIANI
NIM. 19J10139

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan
Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis bisa
menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners yang berjudul “Pengaruh Pemberian
Kompres Hangat Pada Peningkatan Suhu Tubuh Terhadap Pasien Demam Berdarah
Dengue Di Ruang IGD RS Tk. II Udayana”.
Dalam penyusunan karya ilmiah akhir ners ini, penulis banyak mendapat
bimbingan, pengarahan dan bantuan dari semua pihak sehingga karya ilmiah akhir
ners ini bisa diselesaikan tepat pada waktunya. Untuk itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kep.,M.Ng.,Ph.D selaku Rektor Institut
Teknologi Dan Kesehatan Bali yang telah memberikan ijin dan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini.
2. Ibu Ida Ayu Lysandari, SE.,MM selaku Sekretaris Rektor Institut Teknologi Dan
Kesehatan Bali yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis
menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini.
3. Bapak Ns. I Kadek Nuryanto, S.Kep.,MNS selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali yang telah memberikan ijin dan
kesempatan kepada penulis menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini.
4. Ibu Ns. Ida Ayu Putri Wulandari, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.J selaku pembimbing
akademik yang memberikan dukungan moral, perhatian, bimbingan serta
masukan kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini.
5. Ibu Ns. Anak Agung Raka Yuni, S.Kep selaku pembimbing di Ruangan IGD RS
TK. II Udayana yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam
menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini.
6. Seluruh keluarga terutama Bapak Drs. I Ketut Rustam, Ibu Dra. Ni Nyoman
Sarmini, dan Kakak dr. Ni Luh Nita Natalia, Sp. M yang banyak meberikan

ii
dukungan serta dorongan moral dan materil hingga selesainya karya ilmiah akhir
ners ini.
7. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penyusunan karya ilmiah akhir ners ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan karya ilmiah akhir ners ini masih belum
sempurna untuk itu dengan hati terbuka, penulis menerima kritik dan saran yang
sifatnya konstruktif untuk kesempurnaan karya ilmiah akhir ners ini.

Denpasar, 2020

Penulis

iii
ANALISIS PEMBERIAN KOMPRES HANGAT PADA PENINGKATAN
SUHU TUBUH TERHADAP PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE DI
RUANG IGD RS TK. II UDAYANA
Ni Kadek Herlin Octa Viani
Program Studi Profesi Ners
Institut Teknologi dan Kesehatan Bali
E-mail : hrerlinoctaviani16@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan: Demam Berdarah Dengue adalah infeksi virus dengue yang ditularkan
oleh nyamuk
Tujuan : : Untuk menganalisis terhadap kasus kelolaan pada pasien peningkatan
suhu tubuh dengan tindakan kompres hangat untuk menurunkan panas pada pasien
Demam Berdarah Dengue di Ruang UGD RS TK II Udayana tahun 2020
Hasil : Setelah dilakukan tindakan kompres hangat , pasien mengalami perubahan
penurunan suhu tubuh dari suhu 38,6°C turun ke 36,4°C
Kesimpulan : Memberikan kompres hangat pada peningkatan suhu tubuh terhadap
pasien demam Berdarah Dengue di UGD Rs Tk II Udayana Pada tanggal 26 Februari
2020.

Kata kunci : Demam Berdarah Dengue , Peningkatan Suhu Tubuh, Kompres


Hangat

iv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN.....................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
ABSTRAK.......................................................................................................iv
DAFTAR ISI...................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................1
B. Tujuan Penulisan.......................................................................5
C. Manfaat Penulisan.....................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep DBD.............................................................................7
1. Definisi...............................................................................7
2. Klasifikasi..........................................................................7
3. Patofisiologi.......................................................................8
4. Komplikasi.........................................................................10
5. Pemeriksaan Penunjang.....................................................11
6. Penatalasksanaan Medis.....................................................11
7. Pencegahan.........................................................................12
B. Konsep Kompres Hangat..........................................................13
1. Definisi ...............................................................................13
2. Prosedur/ SOP Kompres Hangat.........................................15
C. Asuhan Keperawatan Teoritis DBD..........................................18

BAB III ANALISA KEGIATAN KASUS


A. Profil Lahan Praktik..................................................................28
B. Profil IGD RS Tk. II Udayana..................................................30
C. Pengkajian.................................................................................30
D. Diagnosa....................................................................................31
E. Intervensi...................................................................................32

v
F. Implementasi.............................................................................34
G. Evaluasi.....................................................................................37

BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................42
B. Saran...........................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan iklim global menjadi isu penting dalam beberapa tahun
terakhir. Pada dasarnya, iklim bumi senantiasa mengalami perubahan. Hanya
saja perubahan iklim di masa lalu berlangsung secara alamiah sedangkan saat
ini lebih banyak disebabkan karena aktivitas manusia sehingga sifat
kejadiannya pun menjadi lebih cepat. Hal ini mendorong timbulnya sejumlah
penyimpangan pada proses alam (Susandi, 2015; Sumampouw, 2019).
Kepadatan penduduk yang tinggi dan jarak rumah yang berdekatan dapat
membuat penyebaran penyakit DBD lebih intensif di wilayah perkotaan
daripada wilayah pedesaan karena jarak rumah yang berdekatan memudahkan
nyamuk menyebarkan virus dengue dari satu orang ke orang lain yang ada di
sekitarnya oleh karena jarak terbang nyamuk yang diperkirakan mencapai
sekitar 50-100 meter (Lestari, 2017).
Menurut Sari (2015) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang terkait
dalam penularan DBD pada manusia, yaitu: Kepadatan penduduk, dimana
kepadatan penduduk yang lebih padat lebih mudah untuk terjadi penularan
DBD, karena diperkirakan jarak terbang nyamuk sekitar 50 meter. Mobilitas
penduduk juga memudahkan penularan DBD dari suatu tempat ke tempat
yang lain. Kualitas perumahan, jarak antar rumah, pencahayaan, bentuk
rumah, bahan bangunan juga akan mempengaruhi penularan penyakit DBD.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang
berbasis perkotaan dan sudah meluas ke pedesaan. Penyakit ini termasuk
permasalahan pokok di seluruh dunia dan masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Berdasarkan WHO dilaporkan
bahwa 2,5-3 juta manusia berisiko terhadap penyakit ini. Pada tahun 2018
tercatat sebanyak 65.602 kasus kejadian DBD dengan jumlah kematian
2

sebanyak 467 orang. Peningkatan dan penyebaran kasus DBD dapat


disebabkan oleh Perubahan iklim, kelembaban udara, kepadatan hunian dan
distribusi penduduk, mobilitas penduduk , kepadatan nyamuk serta faktor
epidemiologi lainnya (WHO, 2018)
Perkembangan angka insiden dan angka kematian karena DBD sejak
tahun 2010 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2013, jumlah penderita
penyakit DBD di Indonesia dilaporkan sebanyak 114.656 kasus dengan angka
kematian atau Crude Fatality Rate (CFR) sebesar 1,04% dan angka insiden
sebesar 52,48 kasus per 100.000 penduduk. DKI Jakarta merupakan provinsi
dengan angka insiden penyakit DBD tertinggi pada tahun 2015 (316,17 per
100.000 penduduk), kemudian Provinsi Bali (170,57 per 100.000 penduduk),
Kalimantan Timur (103,64 per 100.000 penduduk), dan Kepulauan Riau
(74,79 per 100.000 penduduk). Sedangkan CFR tertinggi di Sulawesi Barat
sebesar 3,23%, Sulawesi Tenggara sebesar 3,16%, dan Jambi sebesar 3,01%
(Depertemen Kesehatan Republik Indonesia, 2015).
Provinsi Bali merupakan salah satu tujuan wisata yang terkenal di mata
dunia. Setiap tahunnya banyak wisatawan yang datang berkunjung ke Provinsi
Bali, baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Berdasarkan informasi
dari website Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali menyatakan bahwa
kunjungan wisatawan asing yang berkunjung ke Bali pada tahun 2017 adalah
sebanyak 5.697.739 orang (BPS Bali, 2018). Sebagai daerah tujuan wisata,
Provinsi Bali berkewajiban untuk menyediakan daerah wisata yang sehat
sesuai dengan Peraturan Menteri Pariwisata (Kemenpar RI, 2016). Menurut
WHO, salah satu penyakit yang patut diwaspadai saat melakukan perjalanan
adalah infeksi virus dengue (WHO, 2012), yang mudah sekali menular
terutama di daerah tropis. Infeksi virus dengue dilaporkan sebagai salah satu
penyakit yang diakibatkan dari adanya pariwisata dan berpotensi untuk
menurunkan jumlah wisatawan yang berkunjung (Schmidt-Chanasit et al.,
2010; Mavalankar et al., 2009).
3

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2015, jumlah
penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) sebanyak 10.759 kasus dengan
jumlah kematian sebanyak 29 orang (Incidence Rate/Angka Kesakitan 259,1
per 100.000 penduduk dan Case Fatality Rate/Angka Kematian 0,3%). Kota
Denpasar menyumbang kasus DBD terbesar dengan angka insiden 143,2 per
100.000 penduduk.2 Upaya-upaya pengendalian seperti penyuluhan dan
pameran, pemberantasan jentik berkala, pengerahan petugas juru pemantau
jentik (jumantik) dan penggerakan peran serta masyarakat melalui gerakan
3M plus yaitu menguras, mengubur, menutup dan menghindari gigitan
nyamuk serta fogging fokus belum mendapatkan hasil maksimal (Dinkes Bali,
2016).
Beberapa faktor risiko terjadinya penularan DBD bersifat lokal spesifik
sesuai dengan kebiasaan masyarakat setempat sehingga diperlukan
pemahaman faktor-faktor risiko yang mungkin berperan terhadap kejadian
DBD di Kota Denpasar. Beberapa faktor yang diperkirakan berperan yaitu
pengetahuan masyarakat tentang DBD, kebiasaan tidur siang, kebiasaan
menggantung pakaian, kebiasaan membersihkan tempat penampungan air,
kebiasaan membersihkan halaman di sekitar rumah, tempat penampungan air
di dalam atau di luar yang terbuka, tempat penampungan air di dalam atau di
luar rumah yang positif.
Kasus deman berdarah pada periode Januari- Juni 2019 di Kota Denpasar
meningkat drastis dibandingkan tahun sebelumnya. Sebelumnya pada Tahun
2017 kasus demam berdarah sebanyak 928 kasus, dan turun pada Tahun 2018
menjadi 113 kasus, akan tetapi Tahun 2019 sudah meningkat tajam padahal
baru pertengahan tahun. Dari data Dinas Kesehatan Kota Denpasar pada
periode Januari- Juni 2019 terjadi sebanyak 1.037 kasus (Dinkes Kota
Denpasar, 2019)
Penatalaksanaan pada pasien demam berdarah dengue dapat dilakukan
secara farmakologik dan non farmakologik. Pengobatan farmakologik seperti
4

antipiretik untuk menghilangnya rasa nyeri dan menurunkan panas, diazepam


diberikan pada pederita yang mengalami kejang-kejang, dengan dosis 0.5
mg/kg BB diberikan secara rektal, domperidone diberikan dengan dosis 3x 10
mg untuk mencegah muntah agar penderita dapat minum, ranitidine diberikan
setiap 8 jam dengan dosis 50 mg pada orang dewasa atau 1 mg/kg BB per hari
pada anak melalui intravena, untuk mencegah terjadinya perdarahan saluran
pencernaan bagian atas, immunoglobulin diberikan melalui intravena dengan
dosis 500 mg/kg BB perhari pada penderita yang baru pulih dari trombositopeni
yang berat atau baru pulih dari syok dan pemberian infus untuk mengatasi
gangguan keseimbangan elektrolit, sedangkan pengobatan non farmakologik
seperti penyuluhan mengenai demam berdarah, kompres hangat untuk
menurunkan demam pada pasien demam berdarah, minum air putih 2-3 liter
perhari, jus jambu merah untuk meningkatkan trombosit, konsumsi makanan
yang bergizi dan hindari minuman bersoda dan kafein karena berpotensi
menarik cairan keluar dari tubuh (Soedarto, 2012).
Pada Bulan Januari 2020 terdata sebanyak 37 orang kunjungan ke IGD RS
TK.II Udayana dengan demam berdarah dengue. Penangan pada pasien demam
berdarah dengue dengan serangan akut di intalasi gawat darurat adalah dengan
pemberian cairan dan obat paracetamol utuk menurunkan demam. Pasien
diharuskan mengonsumsi banyak cairan untuk mencegah terjadinya dehidrasi,
jika dehidrasi dibiarkan maka akan mengakibatkan penurunan trombosit dan
syok. Metode pengobatan utama dari demam berdarah di rumah sakit adalah
dengan infus utuk menormalkan tekanan serta aliran darah. Infus juga berfungsi
untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang guna mecegah dhidrasi dan
syok. Selain itu obat paracetamol bisa digunakan untuk mengurangi demam
serta meredakan nyeri sendi dan otot lesu serta tidak enak badan akibat penyakit
ini. Penyakit demam berdarah dengue dapat menimbulkan masalah yaitu
peningkatan suhu tubuh dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Apabila demam
tidak segera di tangani bisa mengakibatkan kejang pada pasien sehingga selain
5

banyak mengonsumsi cairan pasien juga dianjurkan untuk kompres, kompres


tidak hanya pada dahi saja tetapi seluruh tubuh, termasuk ketiak, kepala dan
selangkangan. Hal ini berfungsi untuk mentransfer suhu panas ke handuk
kompres (Tania, 2018).
Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk menganalisa
penerapan kompres hangat sebagai manajemen peningkatan suhu tubuh pada
pasien demam berdarah dengue di ruang IGD RS TK. II Udayana Tahun 2020.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisa penerapan kompres hangat sebagai manajemen
peningkatan suhu tubuh pada pasien demam berdarah di ruang IGD RS
TK. II Udayana Tahun 2020.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisa hasil pengkajian pada pasien demam berdarah di ruang
IGD RS TK. II Udayana Tahun 2020.
b. Menganalisa diagnosa keperawatan pada pasien demam berdarah di
ruang IGD RS TK. II Udayana Tahun 2020.
c. Menganalisa intervensi keperawatan penerapan kompres hangat pada
pasien demam berdarah di ruang IGD RS TK. II Udayana Tahun 2020.
d. Menganalisa implementasi keperawatan penerapan kompres hangat
pada pasien demam berdarah di ruang IGD RS TK. II Udayana Tahun
2020.

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Penulisan laporan ini bermanfaat bagi mahasiswa dalam menambah
wawasan dan pengetahuan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien demam berdarah.
6

2. Bagi Institusi Pendidikan


Penulisan laporan ini dapat memberikan tambahan informasi, pengetahuan
dan bahan referensi untuk perkembangan ilmu pengetahuan tentang demam
berdarah. Penulisan laporan ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk
institusi Itekes Bali terkait tentang askep pada pasien demam berdarah.

3. Bagi Pelayanan Kesehatan atau Rumah Sakit


Penulisan laporan ini dilaksanakan dengan harapan agar perawat di ruang
IGD RS TK.II Udayana untuk meneruskan asuhan keperawatan pada
pasien demam berdarah dengan menerapkan kompres hangat sebagai
manajemen peningkatan suhu tubuh sebagai evidence base terkait
pentingnya pemberian kompres hangat untuk menurunkan demam pada
pasien demam berdarah.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Demam Berdarah Dengue (DBD)


1. Definisi
Demam Berdarah Dengue adalah infeksi virus dengue yang ditularkan
oleh nyamuk dan merupakan penyebab utama penyakit serius dan kematian
pada anak (World Health Organization, 2018).
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan
Aedes Albopictus (Kementrian Kesehatan RI, 2017)
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit demam akut
yang disebabkan oleh empat serotipe virus dari genus Flavivirus, virus RNA
dari keluarga Flaviviridae ditularkan oleh nyamuk genus Aedes yang dapat
menyebabkan kematian (Soedarto, 2012).
2. Klasifikasi
Menurut Soedarto (2012) demam berdarah dengue dibagi menjadi
empat derajat berdasarkan beratnya penyakit, yaitu:
a. Derajat I: Demam dengan gejala yang tidak jelas, gejala perdarahan hanya
dalam bentuk tourniquet positif dan atau mudah memar.
b. Derajat II: Gejala derajat I ditambah dengan perdarahan spontan, biasanya
berupa perdarahan kulit atau perdarahan pada jaringan lainnya.
c. Derajat III: Kegagalan sirkulasi, dimana nadi cepat dan lemah, hipotensi,
akral dingin dan penderita gelisah.
d. Derajat IV: terjadi gejala awal syok berupa tekanan darah rendah dan nadi
lemah.
Derajat III dan IV dikelompokkan pada dengue shock syndrome
(DSS). Derajat I dan II dilihat dari adanya trombositopeni dan
9

hemokonsentrasi membedakan demam berdarah dengue (DBD) dengan


demam dengue (DD).
3. Patofisiologi
a. Etiologi
Demam dengue disebabkan oleh virus dengue (DEN) yang termasuk
genus Flavivirus dari keluarga Flaviviridae dan tergolong ss RNA
piositive-strand virus. Virus DEN dibagi menjadi empat dimana sifat
antigenetiknya berbeda-beda, yaitu virus dengue-1 (DEN1), virus dengue-
2 (DEN2), virus dengue-3 (DEN3), dan virus dengue-4 (DEN4). Dengue
ditularkan pada manusia melalui nyamuk Aedes aegypty dan nyamuk
Aedes albopictus (Soedarto, 2012).
b. Proses terjadinya
Virus dengue ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk aedes.
Virus berkembang baik dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation
period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada gigitan
selanjutnya. Virus dengue menimbulkan viremia saat berhasil masuk ke
tubuh manusia. Viremia menyebabkan terjadinya pengaktifan komplemen
sehingga terjadi kompleks imun antibody-virus dan pelepasan zat C3a,
C5a, bradikinin, serotonin, trombin dan histamin yang akan merangsang
PGE2 di hipotalamus. Termoregulasi menjadi tidak stabil, sehingga
menyebabkan terjadinya hipertermia yang akan meningkatkan reabsorpsi
Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemia. Hipovolemia juga dapat
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah yang
menyebabkan kebocoran plasma.
Adanya kompleks imun antibody-virus juga dapat menimbulkan agresi
trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit seperti
trombositopenia dan koagulopati. Gangguan fungsi trombosit dapat
menyebabkan terjadinya perdarahan, jika perdarahan berlebih akan terjadi
10

syok. Syok tidak teratasi menyebabkan hipoksia jaringan sehingga terjadi


asidosis metabolik (Mumpuni&Lestari, 2015).

c. Manifestasi klinis
Menurut Soedarto (2012) manifestasi klinis yang ditimbulkan dari demam
dengue (DD), demam berdarah dengue (DBD) dan dengue shock
syndrome (DSS) adalah sebagai berikut:
1) Demam dengue (DD):
a) Demam tinggi, terjadi mendadak, kadang-kadang bifasik (saddle
back fever)
b) Sakit kepala berat
c) Nyeri belakang bola mata
d) Nyeri otot, tulang atau sendi
e) Mual dan muntah
f) Ruam kulit makulopapular pada hari pertama atau kedua, lalu
menghilang tanpa bekas
g) Ruam merah halus daerah kaki, telapak kaki dan tangan (hari ke-6
atau hari ke-7)
h) Petekia
i) Pada waktu epidemi kadang-kadang dijumpai perdarahan gusi,
epitaksis, perdarahan gastrointestinal, hematuria, menoragia.
2) Demam berdarah dengue (DBD):
a) Demam tinggi mendadak 2-7 hari
b) Muka kemerahan
c) Anoreksia
d) Sakit kepala berat
e) Nyeri otot, tulang dan sendi
f) Mual dan muntah
11

g) Nyeri perut daerah epigastrium dan dibawah tulang iga


h) Kejang demam (pada bayi)
i) Nyeri saat menelan dan faring hiperemis kadang ditemukan
j) Uji tourniquet (rumple leede) positif
k) Kulit mudah memar
l) Perdarahan pada bekas suntikan intravena/tempat pengambilan
darah
m)Petekia halus tersebar di daerah wajah, ekstremitas, palatum
molle, aksila
n) Perdarahan gusi, epistakis jarang ditemukan
o) Perdarahan gastrointestinal ringan pada fase demam.
3) Dengue shock syndrome (DSS):
a) Kulit dingin dan lembab
b) Tangan dan kaki dingin
c) Sianosis di sekitar mulut (circumoral cyanosis)
d) Nadi cepat dan lemah
e) Penderita gelisah
f) Letargi (lemah badan)
g) Oliguria
h) Hipotensi
i) Kadar hematokrit meningkat mendadak atau terus meningkat
meskipun telah diberi cairan intravena
j) Kesadaran penderita tetap ada bahkan menjelang stadium akhir.

4. Komplikasi
Soedarto (2012) menyatakan penyakit dengue dapat berkembang menjadi
penyakit yang serius jika terjadi komplikasi, antara lain:
1) Kerusakan hati.
2) Kerusakan otak.
12

3) Kejang-kejang.
4) Syok.

5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Soedarto (2012) infeksi virus dengue menimbulkan gelaja klinis
yang bermacam-macam, yang sebagian besar tidak khas. Penegakan diagnosis
tidak bisa dilakukan hanya berdasarkan gejala klinis, maka dari itu perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang, yaitu pemeriksaan hematologi:
1) Terjadi penurunan leukosit
2) Neutrofil menurun
3) Terjadi penurunan trombosit, kurang dari 100.000 per mm3 antara
hari ke-3 sampai hari ke-8.
4) Blood urea nitrogen (BUN) meningkat pada stadium terminal syok
5) Terjadi peningkatan hematokrit lebih dari 20% merupakan tanda
adanya perembesan plasma karena meningkatnya permeabilitas
vaskuler dan awal terjadinya syok.
6. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi farmakologi
Menurut Soedarto (2012) obat-obatan diberikan untuk mengatasi demam,
rasa nyeri, muntah dan kejang-kejang, tidak ada pengobatan antiviral
terhadap virus dengue. Obat-obat yang diberikan antara lain:
1) Antipiretik diberikan untuk menghilangnya rasa nyeri dan
menurunkan panas.
2) Diazepam diberikan pada pederita yang mengalami kejang-kejang,
dengan dosis 0.5 mg/kg BB diberikan secara rektal.
3) Domperidone diberikan dengan dosis 3x 10 mg untuk mencegah
muntah agar penderita dapat minum.
13

4) Ranitidine diberikan setiap 8 jam dengan dosis 50 mg pada orang


dewasa atau 1 mg/kg BB per hari pada anak melalui intravena, untuk
mencegah terjadinya perdarahan saluran pencernaan bagian atas.
5) Immunoglobulin diberikan melalui intravena dengan dosis 500
mg/kg BB perhari pada penderita yang baru pulih dari
trombositopeni yang berat atau baru pulih dari syok.
b. Terapi suportif
Terapi suportif yang diberikan yaitu penggantian cairan dengan banyak
minum dan banyak istirahat. Pasien yang tidak dapat minum melalui oral
dapat diberikan cairan melalui intravena dan elektrolit untuk mengatasi
dehidrasi dan untuk mengatasi gangguan keseimbangan elektrolit.
Tranfusi darah dapat diberikan jika angka trombosit kurang dari 20.000
per mm3 atau jika terjadi perdarahan berat (Soedarto, 2012).
7. Pencegahan
Soedarto (2012) menyatakan tindakan pencegahan diarahkan pada
pemberantasan sarang nyamuk dan mencegah gigitan nyamuk. Pencegahan
dilakukan saat terjadinya epidemi, sebelum terjadinya masa penularan yaitu
selama dan sesudah musim hujan.
a. Mencegah gigitan nyamuk.
Nyamuk penular dengue menggigit mangsanya pada siang hari, untuk
menghindari gigitan nyamuk dapat melakukan:
1) Menggunakan pakaian yang menutupi seluruh bagian anggota tubuh.
2) Menggunakan obat anti nyamuk (repellent).
3) Menggunakan obat nyamuk bakar atau elektrik waktu siang hari.
4) Menggunakan kelambu (lebih baik jika dicelupkan insektisida
piretroid, misalnya permetrin) saat tidur siang hari.
5) Penderita dengue sebaiknya juga dilindungi dari gigitan nyamuk agar
tidak menularkan penyakit dengue yang dideritanya.
14

b. Mencegah nyamuk berkembangbiak


Nyamuk aedes aegypty dan aedes albopictus hidup dan berkembang biak
di dalam dan diluar rumah, untuk mencegah nyamuk berkembang biak
dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
1) Buanglah air dua hari sekali yang terdapat di dalam alat pedingin,
tangki, tong dan wadah berisi air.
2) Keluarkan semua benda yang terisi air, misalnya cawan alas tanaman
hias dari dalam rumah.
3) Semua wadah penampung air, misalnya gentong atau ember
penyimpan air minum harus selalu ditutup rapat.
4) Kuras tempat penampungan air secara teratur seminggu sekali atau
taburkan bubuk abate ke dalamnya.
5) Buanglah atau timbun dengan tanah semua sampah padat yang dapat
menampung air hujan, misalnya kaleng, botol plastik, ban bekas agar
tidak berserakan di halaman rumah.
6) Hindari menggantung pakaian yang telah digunakan di dalam rumah.

B. Konsep Kompres Hangat


1. Definisi
Kompres hangat adalah kompres dengan air suam-suam kuku atau air
hangat (Rudianto,2010). Manfaat kompres air hangat adalah dapat
memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh, kompres hangat
adalah melapisi permukaan kulit dengan handuk yang telah dibasahi air
hangat dengan temperatur maksimal 43°C. Pemberian kompres air
panas/hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke hypothalamus
melalui sumsum tulang belakang. Ketika reseptor yang peka terhadap panas di
hypothalamus dirangsang, system efektor mengeluarkan sinyal yang memulai
berkeringat dan vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah diatur
oleh pusat vasomotor pada medulla oblongata dari tangkai otak, dibawah
15

pengaruh hypothalamic bagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi.


Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan/ kehilangan
energi/panas melalui kulit meningkat, diharapkan akan terjadi penurunan suhu
tubuh sehingga mencapai keadaan normal kembali (Djuwarijah, 2009).
Pemberian kompres hangat pada daerah pembuluh darah besar
merupakan upaya memberikan rangsangan pada area preoptik hipotalamus
agar menurunkan suhu tubuh. Sinyal hangat yang dibawa oleh darah ini
menuju hipotalamus akan merangsang area preoptik mengakibatkan
pengeluaran sinyal oleh sistem efektor. Sinyal ini akan menyebabkan
terjadinya pengeluarn panas tubuh yang lebih banyak melalui dua mekanisme
yaitu dilatasi pembuluh darah perifer dan berkeringat (Potter & Perry, 2012).
Untuk mempertahankan suhu yang konstan, perawat harus sering
mengganti kompres atau menggunakan bantalan akuatermi yang hangat atau
bantalan panas kedap air di atas kompres. Karena kelembaban dapat
mengantarkan panas, maka untuk membuat kompres lembab, semua
pengaturan suhu pada alat pemanas harus lebih rendah dari pada membuat
kondisi kering. Lapisan pembungkus plastik atau handuk kering juga dapat
mengisolasi kompres dan menahan panas.Panas yang lembab dapat
meningkatkan vasodilatasi dan evaporasi panas dari permukaan kulit (Potter
& Perry, 2009).
Dengan kompres hangat menyebabkan suhu tubuh diluaran akan
terjadi hangat sehingga tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluaran
cukup panas, akhirnya tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak
supaya tidak meningkatkan suhu pengatur tubuh, dengan suhu diluaran hangat
akan membuat pembuluh darah tepi dikulit melebar dan mengalami
vasodilatasi sehingga pori–pori kulit akan membuka dan mempermudah
pengeluaran panas. Sehingga akan terjadi perubahan suhu tubuh (Purwanti,
2015)
16

2. Prosedur/ SOP Kompres Hangat

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
Jln. Tukad Balian No. 180, Denpasar-Bali

FORMAT PENILAIAN

1. Mata Ajaran : KDM I


2. Kompetensi : Memberikan kompres hangat “Tepid Sponge”
3. Pengertian : memberikan kompres sebagai bentuk mandi umum atau
dengan menyeka seluruh tubuh pasien dengan air hangat
4. Tujuan : 1. Menurunkan suhu tubuh pasien secara bertahap dan
mencegah penurunan suhu secara fluktuatif
2. Mencegah pasien menggigil
5. Penilaian :

Kemampuan ke -
No Komponen Penilaian / Keterampilan Ket
I II III IV
I Tahap Persiapan (30%)
A. Persiapan Pasien
1. Perkenalan diri (kontrak)
2. Meminta pengunjung/keluarga meninggalkan
ruangan
3. Menjelaskan tujuan
4. Menjelaskan langkah/prosedur yang akan
dilakukan

B. Persiapan Lingkungan
1. Menutup pintu / jendela atau memasang sampiran

C. Persiapan Alat
1. Baskom mandi
2. Bantalan tahan air/perlak
3. Air hangat 370 C
4. Selimut mandi
5. Termometer air (hidrometer)
6. Lap mandi
7. Handuk mandi
8. Termometer air raksa (Axilla)
17

Kemampuan ke -
No Komponen Penilaian / Keterampilan Ket
I II III IV
9. Sarung tangan

II Tahap Pelaksanaan (70%)


A. Pengetahuan (20%)
1. Penguasaan prosedur
2. Ketepatan data
3. Rasional tindakan

B. Sikap (10%)
1. Disiplin
2. Motivasi
3. Kerjasama
4. Tanggung Jawab
5. Komunikasi
6. Kejujuran
7. Penampilan fisik
8. Kreativitas

C. Ketrampilan (40%)
1. Bawa alat-alat ke dekat pasien
2. Perawat mencuci tangan, kenakan sarung tangan
bila perlu
3. Ukur suhu dan nadi pasien
4. Letakkan bantal tahan air/perlak di bawah pasien
5. Pasang selimut mandi
6. Lepaskan pakian pasien
7. Celupkan lap mandi dan seka seluruh tubuh
pasien
8. Kalau menggunakan bak mandi, rendam pasien
selama 20-30 menit
9. Ganti air bila sudah dingin
10. Keringkan dengan handuk
11. Ukur suhu tubuh pasien
12. Kenakan kembali pakian pasien
13. Angkat selimut mandi
14. Alat dibereskan dan mencuci tangan
18

Kemampuan ke -
No Komponen Penilaian / Keterampilan Ket
I II III IV

III Tahap Akhir (10%)


A. Evaluasi perasaan pasien (merasa aman dan
nyaman)
B. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
C. Dukomentasikan prosedur dan hasil observasi

TOTAL AKHIR

……………………….,
20….
Penilai,
1. ……………………
…….
2. ……………………
…….

Kriteria Nilai :
1. Item yang dilakukan tidak tepat dan tidak akurat
2. Tiga item utama tidak dilakukan
3. Bila satu item tidak dilakukan
4. Bila semua item dilakukan dengan tepat dan akurat
19

C. Asuhan Keperawatan Teoritis Demam Berdarah Dengue


a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan
mencakup data yang di kumpulkan melalui wawancara, pengumpulan
riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboraturium dan
diagnostic serta melihat catatan sebelumnya. Pengumpulan riwayat tersebut
meliputi data subjektif (“melaporkan”) dan obyektif (“menunjukan”)
(Tarwoto dan Wartonah 2006).
Data perawatan yang ditemukan pada pasien DHF:
a) Aktivitas/Istirahat
Gejala : lemah, lelah

Tanda : dispnea, takipnea, lemah


b) Sirkulasi
Gejala : epitaksis, hematoma,ekimosis, petekie, hyperemia pada
tenggorokan, perdarahan gusi, hematemesis, melena
Tanda : nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin dan
gelisah
c) Makanan/cairan
Gejala : mual muntah, anoreksia, haus
Tanda : mukosa mulut kering,lidah kotor (kadang-kadang)
d) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, suhu tubuh tinggi
Tanda : menggigil, wajah tampak kemerahan, takikardi.
e) Nyeri/kenyamanan
20

Gejala : nyeri uluhati, nyeri pada otot dan sendi, pegal-pegal pada
seluruh tubuh, nyeri tekan pada epigastrik, sakit saat menelan
f) Pernafasan
Gejala : nafas dangkal
Tanda : nadi cepat dan lemas

D. Diagnosa

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah :


1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler.
2) Hipertermi berhubungan dengan tidak efektifnya termoregulasi
sekunder terhadap infeksi virus dengue.
3) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan faktor-
faktor pembekuan darah (trombsitopenia).
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
menurunnya nafsu makan sekunder terhadap anoreksia, mual-muntah.
5) Nyeri akut berhubungan dengan Inflamasi otot.
6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolisme sekunder terhadap infeksi virus.
7) Gangguan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan
sekunder akibat hospitalisasi.
8) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang inforrnasi.
E. Perencanaan

Rencana keperawatan adalah memprioritaskan diagnosa keperawatan,


menentukan hasil akhir perawatan klien, mengidentifikasi tindakan
keperawatan dan klien yang sesuai dan rasional ilmiahnya, dan menetapkan
encana asuhan keperawatan.
21

Tahap awal perencanaan adalah prioritas masalah. Prioritas masalah


berdasarkan mengancam jiwa pasien, tahap kedua adalah rencana prioritas
(Deden Dermawan, 2012)
Perencanaan ditulis sesuai dengan prioritas (mengancam jiwa pasien):
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler.
Tujuan: Kebutuhan cairan pasien terpenuhi/adekuat
Kriteria hasil :
(a) Mukosa bibir lembab
(b) Pasien minum 6-8 gelas sehari
(c) Tanda-tanda vital suhu 36˚c, nadi 60-100x/menit, TD
120/80mmHg, Respirasi 24x/menit.
Tindakan Keperawatan :

a) Mengobservasi tanda – tanda vital tiap jam.


Rasional : Menetapkan data dasar pasien, untuk mengetahui dengan
cepat penyimpangan dari keadaan normalnya.
b) Anjurkan pasien banyak minum ±1800 – 2000 ml/hari.
Rasional : Mencegah kehilangan caian tubuh.
c) Catat intake dan output cairan tiap 24 jam.
Rasional : Memberi informasi tentang keadekuatan volume cairan
dan kebutuhan pengganti.
d) Kolaborasi dalam pemberian cairan intravena sesuai program
dokter.
Rasional : Untuk mempertahankan/mengganti cairan dalam tubuh.
e) Kolaborasi dalam pemeriksaan lab HCT, PLT tiap 12 jam.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran plasma dalam
pembuluh darah yang dialami pasien dan untuk acuan
melakukan tindakan lebih lanjut.
22

2) Hipertermi berhubungan dengan tidak efektifnya termoregulasi


sekunder terhadap infeksi virus dengue.
Tujuan : Suhu tubuh dalam batas normal (36 – 37 oC).
Kriteria hasil :
1) Pasien mengatakan badannya tidak panas lagi.
2) Suhu tubuh dalam batas nomal (36 – 37˚C)
3) Nadi 80-100x/menit.
Tindakan keperawatan :
a) Observasi tanda-tanda vital.
Rasional : Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui
keadaan umum pasien.
b) Anjurkan pasien banyak minum yaitu ± 1,5 - 2 liter per hari
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan
tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi
dengan asupan cairan yang banyak/adekuat.
c) Libatkan keluarga untuk tindakan kompres hangat (pada daerah
axila, kening dan lipatan paha).
Rasional : Pemindahan panas secara konduksi
d) Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik.
Rasional : Dapat membantu menurunkan panas.
e) Observasi respon verbal dan non verbal pasien terhadap nyeri
Rasional : Mengetahui respon pasien terhadap nyeri yang
dirasakan
Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani
syok yang dialami pasien.

3) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan faktor-


faktor pembekuan darah (trombositopenia).
Tujuan : Perfusi jaringan adekuat
23

Kriteria hasil :
1) Menunjukkan perbaikan perfusi yang dibuktikan oleh adanya
nadi perifer/sama, warna kulit dan suhu normal, tidak ada
edema.
2) Peningktan prilaku/tindakan yang meningkatkan perfusi
jaringan.
3) Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.

Tindakan keperawatan :
a) Observasi tanda-tanda vital
Rasional : Hipotensi dan bradikardi menandakan adanya
penurunan aliran darah, perubahan suhu kulit (lebih
dingin atau lebih hangat) menandakan adanya gangguan
dalam suplai darah kapiler.
b) Anjurkan pasien untuk banyak istirahat.
Rasional : Aktivitas pasien yang tidak terkontrol, dapat
menyebabkan perdarahan sehingga terjadi penurunan
suplay darah.
c) Pantau frekuensi jantung dan irama.
Rasional : Fekuensi dan irama jantung dapat menentukan adanya
komplikasi.
d) Kolaborasi pemberian oksigen tambahan.
Rasional : Meningkatkan jumlah sediaan oksigen untuk
kebutuhan sirkulasi.
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
menurunnya nafsu makan sekunder terhadap anoreksia, mual, muntah.
Tujuan : Nutrisi pasien terpenuhi (adekuat)
Kriteria hasil :
24

1) Pasien tidak lemah


2) Makanan habis 1 porsi setiap kali makan
3) Nafsu makan meningkat
4) Mual muntah tidak ada
Tindakan keperawatan :
a) Timbang berat badan tiap hari.
Rasional : Untuk mengetahui status gizi pasien
b) Beri HE pada pasien/keluarga tentang pentingnya Nutrisi bagi
tubuh.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi
sehingga motivasi untuk makan meningkat.
c) Kaji makanan yang disukai pasien.
Rasional : Menambah/merangsang nafsu makan.
d) Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional : Meningkatkan asupan nutrisi tanpa merangsang
muntah.
e) Sajikan makanan dalam keadaan hangat.
Rasional : Mengurangi mual dan meningkatkan nafsu makan.
f) Kolaborasi dalam pemberian obat anti emetik sesuai indikasi.
Rasional : Antiemetik mengurangi rasa mual dan muntah.
5) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi otot.
Tujuan : pasien merasa nyaman
Kriteria hasil :
1) Menunjukkan posisi/ekspresi wajah rileks.
2) Dapat tidur/beristirahat adekuat.
Tindakan keperawatan :
a) Observasi tanda-tanda vital terutama nadi
Rasional : Tanda-tanda vital merupakan indikator adanya
perubahan kenyamanan.
25

b) Observasi skala nyeri dan karakteristiknya.


Rasional : Untuk mengetahui tingkat nyeri pasien.
c) Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi.
Rasional : Tehnik distraksi dapat mengalihkan perhatian dari nyeri/
ketidaknyamanan dan relaksasi dapat memberikan rasa
nyaman.
d) Berikan posisi yang nyaman pada pasien.
Rasional : Posisi yang nyaman membantu relaksasi tubuh.
e) Kolaborasi dalam pemberian analgetik.
Rasional : Analetik mengurangi rasa nyeri.
6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolisme sekunder terhadap infeksi virus.
Tujuan : Pasien dapat memenuhi kebutuhan ADL
Kriteia hasil :
1) Pasien dapat memenuhi ADL sendiri
2) Pasien tidak lemah
3) Pasien tampak kooperatif
Tindakan keperawatan :
a) Kaji ulang kemampuan pasien melakukan ADLnya
Rasional : Untuk mengetahui tingkat ketergantungan pasien dalam
memenuhi kebutuhannya.
b) Observasi tanda – tanda vital terutama nadi tiap 6 jam.
Rasional : Nadi menurun merupakan salah satu indikasi adanya
penurunan aktivitas.
c) Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung.
Rasional : Memberikan suasana yang tenang dan menurunkan
kebutuhan energi.
d) Anjurkan pasien untuk mempertahankan tirah baringnya dan
banyak beristirahat.
26

Rasional : Menurunkan penggunaan energi.


e) Libatkan keluarga dalam membantu ADL pasien.
Rasional : Memenuhi ADL pasien.
7) Gangguan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan sekunder
akibat hospitalisasi
Rencana tujuan: ganggguan pola tidur teratasi
Kriteria hasil: pasien tidur 6-9 jam/hari, tidak mengantuk, segar tidak
lelah, tidak sayu dan nyeri hilang.

Rencana tindakan:
a) Ajarkan teknik relaksasi/nafas dalam menjelang tidur.
Rasional: meningkatkan rasa mengantuk/keinginan untuk tidur.
b) Tutup gordin atau tirai dan batasi pengunjung di ruang saat jam tidur.
Rasional: member rasa nyaman dan perasaan tenang sehingga
memudahkan tidur pasien.
c) Anjurkan pasien untuk minum susu.
Rasional: susu mengandung asam amino tritopan yang merangsang
medulus spinalis untuk tidur.
d) Anjurkan keluarga/pengunjung berada di luar saat jam istirahat.
Rasional: memberi rasa nyaman dan perasaan tenang sehingga
memudahkan tidur pasien.
e) Catat jumlah jam tidur dan kualitas tidur pasien setiap hari.
Rasional: dapat diketahui kualitas tidur pasien.
f) Ajarkan untuk melakukan perawatan di malam hari seperti gosok gigi
dan cuci kaki.
Rasional: memberi rasa nyaman menjelang tidur
8) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
Tujuan : Pengetahuan pasien/keluarga bertambah
Kiteria hasil :
27

1) Pasien mengatakan sudah mengerti tentang penyakit DHF,


penyebab dan penanggulangannya.
Tindakan keperawatan :
a) Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga.
Rasional : Mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan pasien/
keluarga tentang penyakit.
b) Beri penjelasan pada pasien/keluarga tentang penyakit, penyebab
dan pencegahannya.
Rasional : Agar pasien/keluarga mengerti tentang penyakit,
penyebab dan pencegahannya.
c) Beri kesempatan keluarga/pasien untuk menanyakan hal-hal yang
tidak diketahui.
Rasional : Mengurangi kecemasan dan memotivasi dalam
perawatan pasien.
a) Lakukan evaluasi setelah memberikan penjelasan
Rasional : Untuk mengetahui tentang informasi yang telah diberikan
apakah benar-benar sudah dimengerti atau tidak.
e) Libatkan orang tua dalam perawatan pasien/keluarga.
Rasional : Memberi support dalam proses penyembuhan.
F. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah melaksanakan order keperawatan yang disusun
sesuai rencana oleh klien, perawat atau orang lain. Implementasi dapat
mencakup dengan tenaga perawatan kesehatan lain dalam menjalankan
tanggung jawab (Darmawan, 2012).
G. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Membandingkan
status kesehatan klien saat ini dengan hasil klien yang diharapkan dan
menentukan kemajuan klien atau kuangnya kemajuan ke aah pencapaian
hasil. Perawat membandingkan, menilai dan mengevaluasi sebagai bagian
28

dari berfikir krtis.Kriteria untuk mengukur tingkat pencapaian klien


dinyatakan dalam hasil jangka pendek atau evaluasi.Evaluasi adalah poses
berkesinambungan yang terjadi selama pengkajian berkelanjutan dan
implementasi asuhan keperawatan (Darmawan, 2012)

Dalam proses keperawatan berdasarkan permasalahan yang muncul maka hal-


hal yang diharapkan pada evaluasi adalah sebagai berikut :

1) Kebutuhan cairan pasien terpenuhi


2) Suhu tubuh menurun (dalam batas normal 36 – 37°C)
3) Perfusi jaringan perifer adekuat
4) Kebutuhan pasien akan nutrisi dapat terpenuhi
5) Rasa nyaman terpenuhi
6) Pasien dapat melakukan aktivitas secara mandiri
7) Kebutuhan tidur pasien terpenuhi
8) Pengetahuan bertambah
29
BAB III
ANALISA KEGIATAN KASUS

A. Profil Lahan Praktik


Rumah Sakit Tk. II Udayana merupakan Rumah Sakit Militer yang
menjadi Rumah Sakit rujukan tertinggi di lingkungan Kodam IX/Udayana yang
mempunyai tugas pokok yaitu memberikan pelayanan Kesehatan bagi personel
TNI – AD, PNS beserta keluarganya di jajaran Kodam IX/Udayana dan
merupakan Rumah Sakit rujukan dari personel TNI-AU/ TNI-AL/ PNS dan
keluarganya ( Rumah Sakit integrasi).Dalam perjalanannya, Rumah Sakit Tk. II
Udayana mengalami perkembangan dan perubahan baik secara fisik bangunan,
fasilitas kesehatan maupun nama dan status Rumah Sakit.
Rumah Sakit ini memulai perjalanan sejarahnya pada tahun 1950 dimana
terjadi serah terima pemerintahan dari Hindia Belanda kepada pemerintah
Republik Indonesia yang pada saat ini diserahkan kepada Tentara Nasional
Indonesia sehingga terjadi pergantian nama Rumah Sakit dari Palang Merah
KNIL menjadi Jawatan Kesehatan Tentara yang disingkat DKT yang beralamat
di jalan Melati Denpasar (sekarang menjadi Rumah Dinas Kakesdam IX/
Udayana dan Kantor Koramil Denpasar Timur), sedangkan yang berlokasi di
Jalan Thamrin Denpasar (sekarang merupakan bangunan CV. Gajah Gotra) yang
dulu dipakai sebagai Bangsal Bersalin dan Bangsal Anak.
Selama kurun waktu perjalanan sejarah dari tahun 1950 sampai dengan
sekarang Rumah Sakit Tk. II Udayana mengalami pergantian nama Rumah Sakit
dan pergantian Pejabat-pejabat Kepala Rumah Sakit maupun dilakukan
perbaikan/ penambahan bangunan baik bangunan utama/perkantoran, sarana
penunjang maupun bangsal perawatan.
Dari perjalanan waktu ke waktu sampai dengan sekarang, Rumah Sakit
Tk. II Udayana mengalami pergantian nama berdasarkan keputusan pimpinan
31

Angkatan Darat, dimana pergantian dimulai tahun 1950 sampai dengan sekarang,
sebagai berikut :

a. Tahun 1950 – 1957 dengan nama Palang Merah KNIL menjadi Dinas
Kesehatan Tentara (DKT).
b. Tahun 1958 – 1963 Perubahan nama dari DKT menjadi Jawatan Kesehatan
Teritorial Tujuh.
c. Tahun 1964 – 1976 Perubahan nama dari Jawatan Kesehatan Teritorial
Tujuh menjadi Rumah Sakit Tentara (RST).
d. Tahun 1977 – 1985 Perubahan nama dari RST menjadi Rumkitdam
XVI/Udayana.
e. Tahun 1985 – 2012 Perubahan nama dari Rumkitdam XVI/Udayana menjadi
Rumah Sakit Tk. III Denpasar.
f. Tahun 2012 sampai dengan sekarang Perubahan nama dari Rumah Sakit Tk.
III Denpasar menjadi Rumah Sakit Tk. II Udayana.
Dasar-dasar dari perubahan nama Rumah Sakit :
a. Nama RST menjadi Rumkitdam XVI/Udayana berdasarkan Surat Keputusan
Menhankam Nomor Kep/225/II/1977 Tanggal 2 – 2 1977.
b. Nama Rumkitdam XVI/Udayana menjadi Rumah Sakit Tk. III Denpasar
berdasarkan Keputusan Kasad Nomor Kep /76/X/1985 tanggal 28 – 10 –
1985.
c. Nama Rumah Sakit Tk. III menjadi Rumkit Udayana ditetapkan oleh
Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Sintong Panjaitan, tanpa Surat
Keputusan/Sprin Tahun 1990.
d. Nama Rumah Sakit Tk. III Denpasar berdasarkan dengan keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor YM.02.04.3.1.3471 tanggal 1 Agustus 2006 tentang
Pemberian Ijin Penyelenggara kepada Mabes TNI-AD Jl. Merdeka Utara
No.2 Jakpus,DKI Jakarta untuk Menyelenggarakan Rumah Sakit Umum
32

dengan Nama ” Rumah Sakit Tk III Denpasar ” Jl.PB Sudirman No.1


Denpasar, Propinsi Bali.
e. Nama Rumah Sakit Tk. II Udayana sampai dengan sekarang berdasarkan
dengan Peraturan Panglima TNI Nomor 8 Tahun 2012 tentang peningkatan
status Rumah Sakit Tk. III menjadi Tingat II di lingkungan TNI diantaranya
Rumah Sakit Tk. II Udayana.

B. Profil IGD RS TK.II Udayana

IGD RS TK. II Udayana adalah instalasi yang memberikan pelayanan kepada


penderita gawat darurat dan merupakan rangkaian dari upaya penanggulangan
penderita gawat darurat serta evakuasi medis selama 24 jam. Bentuk pelayanan
utama berupa pelayanan penderita yang mengalami keadaan gawat darurat dan
untuk selanjutnya dikordinasikan dengan bagian atau unit lain yang sesuai
dengan kasus penyakit. Saat memberikan pelayanan pada pasien dengan keadaan
gawat darurat, pasien dibagi berdasarkan tingkat kegawatannya menggunakan
triage. Jenis triage yang digunakan di IGD RS TK. II Udayana yaitu SMART
(Simple Triage and Rapid Treatment). Dimana triage jenis SMART
menggunakan warna untuk membagi pasien berdasakan tingkat kegawat
daruratannya, warna-warna tersebut diantaranya Hijau (Delayed), Kuning
(Urgent), Merah (Critical), dan Hitam (Expectant). IGD RS TK. II Udaya
memiliki tenaga perawat dan dokter yang profesional. Jumlah bed yang ada di
IGD RS TK. II Udayana yaitu sebanyak 8 buah, jumlah perawat yaitu 20 orang
yang di bagi menjadi 3 sift yaitu sift pagi, sift siang/sore dan sift malam.

C. Pengkajian
Pada tanggal 24- 26 Februari 2020 di ruang IGD RS TK. II Udayana
dengan metode observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan dokumentasi
(rekam medis). Terdapat 3 pasien dengan deman berdarah dengue yang terdaftar
33

di instalasi gawat darurat (IGD) RS TK. II Udayana. Dari 3 pasien tersebut 2


orang anak-anak dan 1 orang dewasa, ketiga pasien menderita demam berdarah
dengue dengan derajat I yaitu dimana demam tinggi selama 3 hari disertai
muncul ruam merah pada kulit, pasien mengeluhkan nyeri otot dan pegal linu di
sekujur tubuh, mengeluh sakit kepala dan mengeluh mual. Dari hasil wawancara
pasien mengatakan tetangga dan saudara banyak yang mengalami demam
berdarah dengue. Dari hasil pengkajian didapatkan hasil:
1. Airway
Pasien dengan jalan nafas paten dan tidak terdapat obstruksi serta tidak terdapat suara
tambahan.

2. Breathing
Dari hasil pengkajian breathing pada pasien tersebut gerakan dada simetris, frekuensi
nafas pasien >20x/menit, saturasi O2 pada pasien <90%.

3. Circulation
Dari hasil pengkajian, nadi teraba pada pasien. CRT <2 detik.

D. Diagnosa
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan maka diangkat diagnosa
utama keperawatan yaitu hipertermi berhubungan dengan tidak efektifnya
termoregulasi sekunder terhadap infeksi virus dengue yang ditandai dengan
muncul ruam merah pada kulit, pasien mengeluhkan nyeri otot dan pegal linu di
sekujur tubuh, mengeluh sakit kepala dan mengeluh mual. Apabila peningkatan
suhu tubuh pada pasien tidak segera di turunkan, maka akan mengakibatkan syok
karena terjadi kebocoran dan kehilangan plasma yang hebat. Peningkatan suhu
tubuh pada pasien disebabkan infeksi virus dengue (arbovirus) yang masuk ke
dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegepti yang masuk ke hipotalamus
kemudian mengacaukan termoregulasi maka terjadi peningkatan suhu tubuh pada
penderita demam berdarah dengue.
34

E. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tindakan
Kriteria Hasil Rasional
Keperawtan Keperawatan
Hipertermi Setelah diberikan NIC Label: NIC Label:
berhubungan asuhan Manajemen Suhu Manajemen Suhu
dengan tidak keperawatan Tubuh Tubuh
efektifnya selama 1 x 2 jam 1. Kaji suhu tubuh 1. Mengetahui
termoregulasi diharapkan suhu pasien. peningkatan
sekunder tubuh pasien 2. Beri kompres air suhu tubuh,
terhadap infeksi kembali normal hangat memudahkan
virus dengue dengan kriteria 3. Berikan/anjurkan intervensi.
yang ditandai hasil: pasien untuk 2. Mengurangi
dengan muncul 1. Pasien banyak minum panas dengan
ruam merah mengatakan 1500-2000 cc/hari pemindahan
pada kulit, badannya 4. Cek tanda-tanda panas secara
pasien tidak panas vital pasien konduksi. Air
mengeluhkan lagi. 5. Kolaborasi hangat
nyeri otot dan 2. Suhu tubuh pemberian cairan mengontrol
pegal linu di antara 36°C- intravena dan pemindahan
sekujur tubuh, 37°C. obat sesuai panas secara
mengeluh sakit 3. Nyeri otot program. perlahan tanpa
kepala dan hilang. 6. Observasi respon menyebabkan
mengeluh mual. 4. Nadi 80- verbal dan non hipotermi atau
100x/menit. verbal pasien menggigil.
5. Lemas hilang. terhadap nyeri. 3. Untuk
35

mengganti
cairan tubuh
yang hilang
akibat
evaporasi.
4. Tanda-tanda
vital merupakan
acuan untuk
mengetahui
keadaan umum
pasien.
5. Pemberian
cairan sangat
penting bagi
pasien dengan
suhu tubuh yang
tinggi dan obat
khususnya
untuk
menurunkan
panas pasien.

Berdasarkan intervensi diagnosa hipertermi diatas, maka fokus


intervensi yang akan dibahas yaitu pemeberian kompres hangat untuk
menurunkan panas pada pasien demam berdarah dengue diharapkan
setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 2 jam diharapkan suhu
tubuh pasien kembali normal dengan kritetia hasil pasien mengatakan
36

badannya tidak panas lagi, suhu tubuh antara 36°C- 37°C, nyeri otot
hilang dan nadi 80-100x/menit.

F. Implementasi
NoHari/ Tanggal
No DxIplementasi Keperawatan Evaluasi Respon Paraf
Jam
Rabu, 26 Februari Mengobservasi tanda-tanda vital DS : Pasien
2020 mengatakan
12.30 wita badannya panas,
nyeri otot, pegal
linu di sekujur
tubuh, sakit
kepala dan mual.
DO : TD: 100/80
mmHg, Nadi: 90
x/mnt, SpO2 : 99
RA, RR: 20
x/mnt, Suhu:
38,6°C
12.35 wita Memberikan kompres air hangat DS : -
pada kening dan
DO : Pasien
lipatan aksila
dikompres air
hangat pada
kening dan
lipatan aksila,
pasien sangat
kooperatif.
37

12.45 wita Menganjurkan pasien DS : Pasien

untuk banyak minum mengatakan

 (1500 – 2000 cc) sudah minum 1

per hari. gelas,1 x minum

 200 cc

DO : Mukosa bibir

kering
12.50 wita Mengobservasi tanda-tanda vital DS : Pasien
mengatakan
badanya masih
lemas dan panas
DO :
- Keadaan

umum pasien
masih lemah
- Suhu : 380C,

TD: 110/70
mmHg, Nadi :
82 x/mnt, RR:
20 x/mnt
13.00 wita Memberi HE tentang DS : Pasien
pengertian, penyebab, mengatakan
perawatan, hanya
pencegahan dan mengetahui
pengobatan serta penyebap
menyarankan pasien DO : Pasien tampak
38

untuk rawat inap mendengar


penjelasan
yang diberikan
dan setuju
untuk di rawat
inap

13. 30 wita Kolaborasi pemberian


Infus IVFD RL 20 tetes/menit DO : Obat sudah
Omeprazole 40 mg/iv masuk ke
Ondansentron 8 mg/iv pasien
Ketorolac 10 mg/iv
Mengobservasi tanda-tanda vital DS : Pasien
pasien mengatakan
badanyna masih
lemas dan
mengatakan
panasnya sudah
sedikit
berkurang
DO :
- Keadaan

umum pasien
masih lemah
- Suhu : 36,40

C, TD:
110/70
mmHg, Nadi :
39

90 x/mnt, RR:
20 x/mnt
14.00 wita Mengantar pasien ke ruang rawat
inap (Ruang Sandat) DO : pasien tampak
masih lemas

Pasien demam berdarah dengue dengan diagnosa keperawatan hipertermi


berhubungan dengan tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap infeksi
virus dengue yang ditandai dengan muncul ruam merah pada kulit, pasien
mengeluhkan nyeri otot dan pegal linu di sekujur tubuh, mengeluh sakit kepala
dan mengeluh mual, kemudian diberikan terapi kompres hangat. Setelah
diberikan terapi kompres hangat pasien pasien mengatakan panas pada tubuhnya
sudah berkurang. Dari hasil pemeriksaan fisik setelah dilakukan kompres hangat
suhu tubuh pasien 36,4°C dan nadi 90 x/menit.

G. Evaluasi
No Hari/Tanggal/ Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan
Jam
Rabu, 26 FebruariHipertermi
2020 berhubungan dengan tidak
14.30 wita efektifnya termoregulasi - Pasien
sekunder terhadap infeksi
mengatakan
virus dengue yang
badannya masih
ditandai dengan muncul
lemas dan
ruam merah pada kulit,
mengatakan
pasien mengeluhkan nyeri
panasnya sudah
otot dan pegal linu di
sedikit berkurang
sekujur tubuh, mengeluh
O:
sakit kepala dan mengeluh
- Keadaan umum
mual
pasien masih
40

lemah
- Suhu : 36,40 C,

TD: 110/70
mmHg, Nadi : 90
x/mnt, RR: 20
x/mnt
A:
- Tujuan 1,2,3 dan

4 tercapai
masalah teratasi
sebagian
P:
- Pasien rawat inap

- Lanjutkan

intervensi di
ruangan

BAB IV
PEMBAHASAN
41

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus


dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan
Aedes Albopictus (Kementrian Kesehatan RI, 2017). Berdasarkan implementasi
yang telah dilakukan tentang pengaruh pemberian kompres hangat pada
peningkatan suhu tubuh terhadap pasien demam berdarah dengue didapatkan
hasil bahwa ketiga pasien yang telah mendapatkan terapi mengatakan panasnya
sudah berkurang. Dari hasil pemeriksaan fisik setelah dilakukan kompres hangat
suhu tubuh pasien 36,4°C dan nadi 90 x/menit.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad (2016)
tentang Pemberian Kompres Hangat Pada Pasien Demam Berdarah Dengue di
RSAP Boyolali dengan metode study kasus, penulis berupaya melakukan
tindakan untuk menurunkan suhu tubuh dengan teknik kompres hangat pada anak
dengan Demam Berdarah Dengue (DBD), asuhan keperawatan di mulai tanggal
29 Maret 2020 pukul 13.00 WIB di awali dengan pengkajian, sumber yang di
dapat dari pasien, ibu pasien, catatan keperawatan, catatan dokter, dan perawat
bangsal Edelweis, yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh pemberian
kompres hangat untuk menurunkan panas pada pasien demam berdarah dengue
dengan hasil setelah di lakukan tindakan kompres hangat selama 20 menit, suhu
tubuh pasien turun 0,2°C, suhu tubuh sebelum di lakukan kompres hangat yaitu
37,3°C setelah di lakukan kompres hangat suhu tubuh turun menjadi 37,1°C.
Tindakan kompres hangat yang di lakukan terhadap pasien di anggap efektif
karena suhu tubuh pasien dapat turun 0,2°C setelah dilakukan kompres hangat
selama 20 menit.
Hal ini sesuai dengan konsep kompres hangat yang sudah dibahas pada
Bab II, dimana kompres hangat adalah kompres dengan air suam-suam kuku atau
air hangat (Rudianto,2010). Manfaat kompres air hangat adalah dapat
memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh, kompres hangat adalah
42

melapisi permukaan kulit dengan handuk yang telah dibasahi air hangat dengan
temperatur maksimal 43°C. Pemberian kompres air panas/hangat pada daerah
tubuh akan memberikan sinyal ke hypothalamus melalui sumsum tulang
belakang. Ketika reseptor yang peka terhadap panas di hypothalamus dirangsang,
system efektor mengeluarkan sinyal yang memulai berkeringat dan vasodilatasi
perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat vasomotor pada
medulla oblongata dari tangkai otak, dibawah pengaruh hypothalamic bagian
anterior sehingga terjadi vasodilatasi. Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan
pembuangan/ kehilangan energi/panas melalui kulit meningkat, diharapkan akan
terjadi penurunan suhu tubuh sehingga mencapai keadaan normal kembali
(Djuwarijah, 2009).
Standar Prosedur Operasional (SPO) menyebutkan bahwa saat menjalani
kompres hangat menurunkan suhu tubuh pasien secara bertahap dan mencegah
penurunan suhu secara fluktuatif dan mencegah pasien menggigil, dengan
kompres hangat menyebabkan suhu tubuh diluaran akan terjadi hangat sehingga
tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluaran cukup panas, akhirnya
tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak
meningkatkan suhu pengatur tubuh, dengan suhu diluaran hangat akan membuat
pembuluh darah tepi dikulit melebar dan mengalami vasodilatasi sehingga pori–
pori kulit akan membuka dan mempermudah pengeluaran panas pada tubuh,
sehingga kan terjadi perubahan suhu tubuh (Purwanti, 2015). Hasil tersebut juga
di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Purwanti (2019) tentang Pengaruh
Kompres Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh pada Pasien Hipertermia di
Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta melalui pendekatan pre
eksperimen dengan rancangan yang dapat dipakai one group pre test and post
test, yaitu dengan menggunakan kelompok sampel yang sama. Penelitian ini
menggunakan test awal dan test akhir yang diberikan kepada kelompok yang
sama, setelah selang waktu untuk memberikan perlakuan. Banyaknya sampel
yang digunakan pada penelitian ini yaitu purposive sampel atau sampel
43

bertujuan, penelitian ini mengambil sampel minimal yaitu 30 anak yang


mengalami hipertermia, berdasarkan analisis yang menyatakan bahwa pada suhu
tubuh sebelum tindakan kompres hangat 38,9°C, setelah mendapatkan kompres
hangat selama 10 menit menjadi 37,9°C. Pada uji analisis pemberian kompres
hangat pada peningkatan suhu tubuh terhadap pasien demam berdarah dengue di
IGD RS TK. II Udayana dengan mengambil satu pasien menyatakan bahwa pada
suhu sebelum tindakan kompres hangat suhu tubuh pasien 38.6°C, selama
mendapatkan kompres hangat selama di ruang IGD selama kurang lebih satu
setengah jam menjadi 36,4°C.
Hal tersebut diperkuat juga oleh hasil penelitian Sri Hartini (2015) yang
berjudul Efektifitas Kompres Air Hangat Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak
Demam Usia 1–3 Tahun di SMC RS Telogorejo Semarang melalui pendekatan
metode menggunakan pre-post design. Banyaknya sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 36 responden. Berdasarkan analisis dari 36 responden yang
diberikan kompres air hangat, rata – rata penurunan suhu tubuh sebesar 1,3°C.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kompres air hangat efektif terhadap
penurunan suhu tubuh pada anak demam usia 1-3 tahun di SMC RS Telogorejo
Semarang.
Jadi dapat disimpulkan dari ketiga jurnal yang sudah dijabarkan yaitu ada
pengaruh dari pemberian kompres hangat untuk menurunkan demam, baik itu
demam biasa, demam pada anak usia 1 -3 tahun dan demam karena gejala
Demam Derdarah Dengue, maka dari itu teknik kompres hangat efektif dalam
penurunan suhu tubuh pada penderita Demam Berdarah Dengue.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian kompres hangat
pada peningkatan suhu tubuh terhadap pasien demam berdarah dengue di Ruang
IGD RS TK. II Udayana, maka dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh dalam
pemberian kompres hangat untuk menurunkan panas pada pasien dengan demam
berdarah dengue di Ruang IGD RS TK II. Udayana.

B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan, sarana, pengawasan dan
evaluasi dalam melakukan tindakan untuk mencegah dan mengatasi panas
dengan pemberian kompres hangat pada pasien Demam Berdarah Dengue.
2. Bagi Institusi
Dapat dijadikan sumber literature tambahan serta refrensi dalam pembuatan
karya ilmiah akhir selanjutnya untuk mengobservasi, mengkaji dan
menerapkan pemberian komprs hangat pada pasien Demam Berdarah
Dengue dengan masalah keperawatan hipertermi.
3. Bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan pada praktik klinik lapangan atau
sedang melaksanakan profesi ners diharapkan senantiasa selalu
memperhatikan keluhan pasien sehingga pengetahuan dan informasi terkini
tentang pemberian asuhan keperawatan pada pasien Demam Berdarah
Dengue sesuai dengan perkembangan ilmu terbaru.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2016. Upaya Penurunan Suhu Tubuh Dengan Kompres Hangat Pada Anak
DBD di RSPA Boyolali. Diperoleh pada tanggal 16 maret 2020, dari
http://eprints.ums.ac.id/44518/.

BPS Bali. 2018. Jumlah Wisatawan Asing ke Bali dan Indonesia, 1969-2017.
bali.bps.go.id. 2018. Available at:
https://bali.bps.go.id/statictable/2018/02/09/28/ jumlah-wisatawan-asing-ke-
bali-dan-indonesia-1969-2017.html [Accessed May 16, 2018].

Dermawan, Deden.(2012). Proses Keperawatan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Dinkes Provinsi Bali. 2016. Kasus DBD Provinsi Bali Tahun 2015. Diperoleh pada
tanggal 07 maret 2020, dari http://bali.tribunnews.com.

Dinkes Kota Denpasar. 2019. Kasus DBD di Kota Denpasar Tahun 2019. Diperoleh
pada tanggal 07 maret 2020, dari http://bali.tribunnews.com.

Djuwarijah, dkk. 2009. Efektivitas Penurunan Suhu Tubuh MenggunakanKompres


Air Hangat Dan Kompres Plester Pada Anak Dengan Demam Di Ruang
Kanthil Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas.
Hartini, S., & Pertiwi, P. P. (2015). Efektifitas kompres air hangat terhadap
penurunan suhu tubuh anak demam usia 1-3 tahun di SMC RS Telogorejo
Semarang. Karya Ilmiah. Diperoleh pada tanggal 20 Maret 2020, dari
file:///C:/Users/User/Downloads/288-602-1-SM.pdf.pdf
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Demam berdarah dengue.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenpar R.I. Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 14 Tahun


2016 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan. 2016. p. 1–64.
Available at: http://kemenpar. go.id/userfiles/PERMEN PAR No_14
Thn 2016 ttg PEDOMAN DESTINASI PARIWISATA
BERKELANJUTAN_Grda.pdf.

Lestari, K. 2017. Epidemiologi dan Pencegahan Demam Berdarah Dengue di


Indonesia. Farmaka. 79-8.
Mavalankar, D., Puwar, T., Murtola, T., Vasan, S.S. Quantifying the impact of
chikungunya and degue on tourism revenues, India. 2009. Available at:
http://www.iimahd.ernet.in/publications/ data/2009-02-03Mavalankar.pdf.
Mumpuni, Y., Lestari, W. (2015). Cegah dan tangkal sampai tuntas demam berdarah
dengue. Yogyakarta: ANDI.

Potter & Perry. 2012. Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Purwanti, S. 2015. Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Suhu


TubuhPada Pasien Anak Hipertermia Di Ruang Rawat Inap RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Diakses pada tanggal 08 maret 2020, dari
http://ejournal.stikestelogorejo .ac.id/index.php/ilmukeperawatan/
article/download/288/312.

Rudianto, S. 2010. Demam Pada Anak. Jakarta: Gramedia Press.

Sari, C. I. N. 2015. Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangan Penyakit Malaria


Dan Demam Berdarah Dengue. Bogor: IPB. Hal 70-73.

Schmidt-Chanasit, J., Haditsch, M., Schöneberg, I., Günther, S., Stark, K., Frank, C.
Dengue virus infection in a traveller returning from croatia to Germany.
Eurosurveillance. 2010; 15: 2–3.

Sumampouw, O. J. (2019). Perubahan Iklim Dan Kesehatan Masyarakat.


Deepublish.

Susandi, A. 2015. Perubahan Iklim Wilayah DKI Jakarta: Studi Masa Lalu untuk
Proyeksi Mendatang. The 31st Annual Scientific Meeting (PIT) HAGI.
Semarang: HAGI. Hal 77-80.

Soedarto. (2012). Demam Berdarah Dengue. Surabaya: Sagung Seto.

Tania. (2018). Pilihan Obat Dokter Herbal dan Cara Alami Untuk Mengobati
Demam Berdarah. Diperoleh pada tanggal 09 maret 2020, dari
https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/penyakit-musiman/obat-demam-
berdarah-dbd/
World Health Organization. International travel and health, Switzerland: World
Health Organization. 2012. Available at: http://www.who.int/ith/ITH_
EN_2012_WEB_1.2.pdf.

World Health Organization. (2018). Dengue and severe dengue. Diperoleh tanggal 09
Maret 2020, dari http://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dengue-
and-severe-dengue.

Anda mungkin juga menyukai