Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH ADAPTASI DAN PERUBAHAN FISIOLOGI PADA BAYI

BARU LAHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar Pengantar Asuhan
Kebidanan

Tingkat I Semester II

Dosen Pembimbing: Ni Wayan Dian Ekayanthi, M.Keb

Disusun Oleh:

KELOMPOK 1

1. Alfazahrah
2. Carmenita Solagratia
3. Ira Angraeny
4. Rafa Ersa Rosyana P
5. Vira Dwisha Aulyzra

TINGKAT 1A

PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat, nikmat serta karunia-NYA yang
tak ternilai dan tak dapat dihitung sehingga kami bisa menyusun dan menyelesaikan makalah
ini. Makalah yang berjudul “Adaptasi dan Perubahan Fisiologi Pada Bayi Baru Lahir”
makalah ini disusun dengan tujuan memenuhi mata kuliah Konsep Dasar Pengantar Asuhan
Kebidanan.

Terimakasih kami haturkan kepada pihak-pihak yang telah terlibat dalam pembuatan
makalah ini terimakasih atas dukungan dan bantuan yang diberikan terutama kepada:

1. Ni Wayan Dian Ekayanthi, M.Keb selaku dosen mata kuliah Konsep Dasar Pengantar
Asuhan Kebidanan.
2. Seluruh pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Adapun penyusunan makalah ini kiranya jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami
menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini. Kami pun
berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan saran kepada kami agar
dikemudian hari kami bisa membuat makalah yang lebih baik. Kini kami berharap agar
makalah ini dapat bermanfaat terutama bagi mahasiswa prodi kebidanan Bogor. Akhir kata,
kami ucapkan terimakasih kepada segala pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas
bantuannya dalam penyususnan makalah ini.

Bogor, 11 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

1.1.........................................................................................................................Latar
Belakang.........................................................................................................1
1.2.........................................................................................................................Rumusan
Masalah..........................................................................................................1
1.3.........................................................................................................................Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2

2.1.........................................................................................................................Adaptasi
Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan Di Luar Uterus..................................2
2.2.........................................................................................................................Perubahan
Fisologi Berdasarkan Karakteristik Biologis pada
Bayi Baru Lahir..............................................................................................4

BAB III PENUTUP..................................................................................................24

3.1.........................................................................................................................Kesimpula
n......................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................25
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat-saat dan jam pertama kehidupan di luar rahim merupakan salah satu
siklus kehidupan. Pada saat bayi dilahirkan beralih ketergantungan pada ibu menuju
kemandirian fisiologi. Proses perubahan yang komplek ini dikenal sebagai periode
transisi. Bidan harus selalu berupaya untuk mengetahui periode transisi ini
berlangsung sangat cepat. Adaftasi fisiologis BBL adalah sangat berguna bagi bayi
untuk menjaga kelangsungan hidupnya diluar uterus. Artinya nantinya bayi harus
dapat melaksanakan sendiri segala kegiatan untuk mempertahankan kehidupannya.
Dalam hal ini yang sangat perlu diperhatikan adalah bagaimana upaya untuk menjaga
agar bayi tetap terjaga kesehatannya. Yang utama adalah menjaga bayi agar tetap
hangat, mampu melakukan pernafasan dengan spontan dan bayi menyusu sendiri pada
ibunya.
Dalam menjalankan Asuhan Kebidanan banyak hal yang harus diperhatikan
juga dipahami terutama mengenai perubahan-perubahan yang terdapat pada Bayi
Baru Lahir agar menjalankan Asuhan dengan baik
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus?
2. Apa saja perubahan fisiologis berdasarkan karakteristik biologis pada bayi
baru lahir?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan di
luar uterus.
2. Untuk mengetahui apa saja perubahan fisiologis berdasarkan karakteristik
biologis pada bayi baru lahir.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan Di Luar Uterus

Penelitian menunjukan bahwa, 50% kematian bayi terjadi dalam periode


neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi
baru lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang mengakibatkan cacat
seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya karena hipotermi akan menyebabkan
hipoglikemia dan akhirnya dapat terjadi kerusakan otak. Pencegahan merupakan hal
terbaik yang harus dilakukan dan penanganan neonatal sehingga neonatus sebagai
organisme yang harus mmenyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine dan
ekstrauterine dapat bertahan dengan baik karena periode neonatal merupakan periode
yang paling kritis dalam fase pertumbuhan dan perkembangan bayi. Proses adaptasi
fisiologis yang dilakukan bayi baru lahir perlu diketahui dengan baik oleh tenaga
kesehatan khususnya bidan, yang selalu memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu,
bayi dan anak.

Adaptasi neonatal adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari


kehidupan didalam uterus ke kehidupan diluar uterus.kemampuan adaptasi fisiologis
ini disebut juga homeostasis. Bila terdapat gangguan adaptasi, maka bayi akan sakit.
Homeostasis adalah kemampuan mempertahankan fungsi-fungsi vital, bersifat
dinamis, dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan perkembangan, termasuk masa
pertumbuhan dan perkembangan intrauterine.[ CITATION Fat17 \l 1057 ]

1. Periode pertama reaktivitas

Periode pertama reaktivitas berakhir pada 30 menit pertama setelah


kelahiran. Karakteristik pada periode ini antara lain: denyut nadi apikal
berlangsung cepat dan irama tidak teratur, frekuensi pernafasan mencapai 80x
permenit, irama tidak teratur dan beberapa bayi baru lahir, tiper pernafasan
cuping hidung, ekspirasi mendengkur dan adanya retraksi. Terjadi fluktuasi
warna dari merah jambu pucat ke sianosis. Tidak adanya bising usus dan bayi
tidak berkemih. Bayi memiliki sejumlah mukus, menangis kuat, refleks
menghisap kuat. Pada periode ini, mata bayi terbuka lebih lama dari hari-hari
sesudahnya, sehingga merupakan waktu yang tepat untuk memulai proses
perlekatan, karena bayi dapat mempertahankan kontak dalam waktu lama.

Pada periode ini, bayi membutuhkan perawatan khusus, antara lain:


mengkaji dan memantau frekuensi jantung dan pernapasan setiap 30 menit pada 4
jam pertama setalah kelahiran, menjaga bayi agar tetap hangat, menempatkan ibu
dan bayi bersama-sama kulit ke kulit untuk memfasilitasi proses perekatan,
menunda pemberian tetes mata profilaksais 1 jam pertama. [ CITATION Res15 \l
1057 ]

2. Fase tidur

Fase ini merupakan interval tidak responsif relatif atau fase tidur yang
dimulai dari 30 menit setelah periode pertama reaktifitas dan berakhir pada 2-4
jam. Karakteristik pad fase ini, adalah frekuensi pernafasan dan denyut jantung
menurun kembali kenilai dasar, warna kulit cenderung stabil, terdapat
akrosianosis dan bisa terdengar bising usus.

Bayi tidak banyak membutuhkan asuhan karena bayi tidak memberikan


respon terhadap stimulus eksternal pada fase ini. Meskipun demikian, orang
tuanya tetap dapat menikmati fase ini dengan memeluk atau menggendong bayi.

3. Periode kedua reaktifitas

Periode kedua reaktifitas ini berakhir sekitar 4-6 jam setelah kelahiran.
Karakteristik pada periode ini, adalah: bayi memiliki tingkat sensitifitas yang
tinggi terhadap stimulus internal dan lingkungan. Frekuensi nadi apikal berkisar
120-160 kali permenit, frekuensi pernafasan berkisar 30-60 kali permenit. Terjadi
fluktuasi warna kulit dari warna merah jambu atau kebiruan ke sianotik ringan
disertai bercak-bercak. Bayi sering berkemih dan mengeluarkan mekonium pada
periode ini. Terjadi peningkatan sekresi mukus dan bayi bisa tersedak pda saat
sekresi. Refleks menghisap bayi sagat kuat dan sangat aktif.

Kebutuhan asuhan bayi pada periode ini, antar lain: memantau secara
ketat kemungkinan bayi tersedak saat mengeluarkan mukus yang berlibahan,
memantau setiap kejadian apnea dan mulai melakukan metode stimulasi atau
rangsangan taktil segera, seperti mengusap punggung, memiringkan bayi serta
mengkaji keinginan dan kemampuan bayi unntuk mengihisap dan menelan.
B. Perubahan Fisiologis Berdasarkan Karakteristik Biologis pada Bayi Baru Lahir
1. Sistem Pernafasan

Perkembangan sistem pulmoner terjadi sejak masa embrio, tepatnya


pada umur kehamilan 24 hari. Pada umur kehamilan 24 hari ini bakal paru-
paru terbentuk pada kehamilan 26-28 hari kedua bronchi membesar. Pada
umur kehamilan 6 minggu terbentuk segmen bronchus. Pada umur kehamilan
12 minggu terjadi deferensiasi lobus. Pada umur kehamilan 24 minggu
terbentuk alveolus. Pada umur kehamilan 28 minggu terbentuk surfaktan. Pada
umur kehamilan 34-36 minggu struktur paru-paru matang, artinya paru-paru
sudah bisa mengembangkan sistem alveoli. Selama melalui plasenta setelah
bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi. (Astuti, 2018)

Rangsangan gerakan pernafasan pertama terjadi karena tekanan


mekanik dari thorax sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi mekanik)
penurunan PaO2 dan kenaikan PaCO2 merangsang kemoreseptor yang terletak
di sinus karotikus (stimulasi kimiawi), rangsangan dingin didaerah muka dan
perubahan suhu didalam uterus (stimulasi sensorik) dan refleks deflasi hering
breur, yaitu pengisian paru yang meningkatkan aktivitas pusat ekspirasi.
Ketika struktur matang, ranting paru-paru sudah bisa mengembangkan sistem
alveoli. Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas
melalui plasenta dan setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru
bayi.(Sembiring, 2019)
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi pada waktu 30 menit
pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan
tekanan alveoli selain adanya surfaktan yang dengan menarik nafas dan
mengeluarkan nafas dengan merintih sehingga udara tertahan didalam.
Respirasi pada neonatus biasanya pernafasan diafragmatik dan abdominal.
Sedangkan, frekuensi dan dalamnya belum teratur. Apabila surfaktan
berkurang, maka alveoli akan collaps dan paru-paru kaku sehingga terjadi
atelektasis, merupakan kondisi tidak berfungsinya paru-paru karena halangan
pada bronkus (jalur udara menuju paru-paru) atau pada bronkiolus (jalur udara
yang lebih kecil). Atelektasis berasal dari bahasa Yunani yaitu ateles dan
ekstasis yang berarti pengembangan yang tidak sempurna. (Bot, 2019) Dalam
keadaan anoksia neonatus masih dapat mempertahankan hidupnya karena
adanya kelanjutan metabolisme anerobik.

2. Suhu Tubuh
Pada kondisi normal, suhu tubuh bayi berada pada kisaran 36,5 hingga 37
derajat Celcius. Ketika mengalami demam, suhu tubuhnya meningkat hingga
lebih dari 38 derajat Celcius dengan pengukuran melalui dubur atau suhu
rektal. Jika pengukuran dilakukan melalui mulut, demam pada bayi terjadi
pada suhu 37,5 derajat Celcius, dan bila dilakukan pengukuran melalui ketiak,
demam pada anak akan terjadi pada suhu 37,2 derajat Celcius. (Makarim,
2019)
Terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari
bayi baru lahir ke lingkungannya.
a. Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak
langsung dengan tubuh bayi contoh hilangnya panas tubuh bayi secara
konduksi, ialah menimbang bayi tanpa alas timbangan, tangan penolong
yang dingin memegang bayi baru lahir, menggunakan stetoskop dingin
untuk pemeriksaan bayi baru lahir.
b. Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak
(jumlah panas yang hilang tergantung kepada kecepatan dan suhu udara).
Contoh hilangnya panas tubuh bayi secara konveksi, ialah membiarkan
atau menempatkan bayi baru lahir dekat jendela, membiarkan bayi baru
lahir diluar ruang yang terdapat kipas angin
c. Radiasi
Panas dipancarakan dari bayi baru lahir, keluar tubuhnya ke lingkungan
yang lebih dingin (pemindahan panas antara dua objek yang mempunyai
suhu berbeda) contoh bayi mengalami kehilangan panas secara radiasi,
ialah bayi baru lahir dibiarkan dalam ruangan dengan AC tanpa diberikan
pemanas (radiant warmer), bayi baru lahir dibiarkan dalam keadaan
telanjang, bayi baru lahir ditidurkan berdekatan dengan ruang yang dingin,
misalnya dekat tembok
d. Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada kecepatan dan
kelembapan udara (perpindahan panas dengan cara merubah cairan
menjadi uap). Evaporasi diengaruhi oleh jumlah panas yang dipakai,
tingkat kelembapan udara, aliran udara yang melewati. Apabila bayi baru
lahir dibiarkan dalam suhu kamar 25 derajat celcius, maka bayi akan
kehilangan panas melalui konveksi, radiasi dan evaporasi 200/kg berat
badan, sedangkan yang dibentuk hanya 1/10 nya untuk mencegah
kehilangan panas pada bayi baru lahir, antara lain mengeringkan bayi
secara seksama, menyelimuti bayi dengan kain bersih atau selimut, kering
dan hangat, menutupi bagian kepala bayi, menganjurkan ibu untuk
memeluk dan menyusukan bayinya, jangan segera menimbang atau
memandikan bayi baru lahir, menempatkan bayi di lingkungan yang
hangat.

Thermogenesis (dari bahasa Yunani: thermo temperature genesis start)


adalah kemampuan untuk menghasilkan panas dalam tubuh karena reaksi
metabolisme (Gunawan, 2018). Hipotermia adalah kondisi ketika suhu tubuh
menurun drastis hingga di bawah 35oC. Ketika suhu tubuh berada jauh di
bawah normal (37oC), fungsi sistem saraf dan organ tubuh lainnya akan
mengalami gangguan. Jika tidak segera ditangani, hipotermia dapat
menyebabkan gagal jantung, gangguan sistem pernapasan, dan bahkan
kematian (Willy, 2019). Menurut Amberg, gangguan stres biasanya timbul
secara lamban, tidak jelas kapan mulainya dan sering kali kita tidak
menyadari. Berikut adalah keenam tingkatan tersebut:
a. Stres tingkat 1
Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan dan biasanya
disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut:
 Semangat besar.
 Penglihatan tajam tidak sebagaimana mestinya.
 Energi dan gugup berlebihan, kemampuan menyelesaikan masalah
pekerjaan lebih dari biasanya.
b. Stres tingkat 2
Dalam tingkatan ini dampak stres yang menyenangkan mulai menghilang
dan timbul keluhan-keluhan dikarenakan cadangan energi tidak lagi cukup
sepanjang hari. Keluhan yang sering dikemukakan sebagai berikut:
 Merasa letih ketika bangun pagi.
 Merasa lelah sesudah makan siang.
 Merasa lelah sepanjang sore.
 Terkadang gangguan sistem pencernaan (gangguan usus, perut
kembung), kadang-kadang pula jantung berdebar.
 Perasaan tegang pada otot-otot punggung dan tengkuk (belakang
leher).
 Perasaan tidak bisa santai.
c. Stres tingkat 3
Pada tingkatan ini keluhan keletihan nampak disertai dengan gejala-gejala:
 Gangguan usus lebih terasa.
 Otot terasa lebih tegang.
 Perasaan tegang yang semakin meningkat.
 Gangguan tidur (sukar tidur, sering terbangun dan sukar tidur
kembali, atau bangun pagi-pagi).
 Badan terasa oyong, rasa-rasa mau pingsan (tidak sampai jatuh).
d. Stres tingkat 4
Tingkatan ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih buruk, yang ditandai
dengan ciri-ciri sebagai berikut:
 Untuk bisa bertahan sepanjang hari terasa sulit.
 Kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa sulit.
 Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan
social dan kegiatan-kegiatan rutin lainnya terasa berat.
 Tidur semakain sukar, mimpi-mimpi menegangkan dan seringkali
terbangun dini hari.
 Perasaan negativistik.
 Kemampuan konsentrasi menurun tajam.
 Perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan, tidak mengerti
mengapa.
e. Stres tingkat 5
Tingkat ini merupakan keadan yang lebih mendalam dari tingkatan empat
diatas:
 Keletihan yang mendalam.
 Untuk pekerjaan-pekerjaan yang sederhana saja terasa kurang
mampu.
 Gangguan sistem pencernaan (sakit maag dan usus) lebih sering,
sukar buang air besar atau sebaliknya feses encer dan sering ke
belakang (kamar mandi).
f. Stres tingkat 6
Tingkatan ini merupakan tingkatan puncak yang merupakan keadaan
darurat. Gejalanya antara lain:
 Debaran jantung terasa amat keras.
 Nafas sesak.
 Badan gemetar.[ CITATION Ren18 \l 1057 ]

3. Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari tubuh orang
dewasa sehingga metabolisme basal per kg bb akan lebih besar. Hipoglikemia
pada bayi Baru Lahir.Bayi baru lahir harus menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang baru sehingga energi diperoleh dari metabolisme karbohidrat
dan lemak. Pada jam-jam pertama energi di dapatkkan dari perubahan
karbohidrat. Pada hari kedua, energi berasal dari pembakaran lemak. Setelah
mendapatkan susu kurang lebih pada hari ke enam, pemenuhan kebutuhan
energi bayi 60% didapatkan dari lemak dan 40% dari karbohidrat.[ CITATION
PRI15 \l 1057 ]
Lemak yang berfungsi sebagai cadangan energi pada Bayi Baru Lahir
yaitu Brown Fat (Lemak Coklat) Jaringan lemak coklat banyak terdapat di
daerah leher dan interskapular fetus manusia berusia 28 minggu dan pada
waktu lahir sebanyak 2-5% dari berat badan, Berbeda halnya dengan jaringan
lemak coklat yang berfungsi khusus untuk menghasilkan panas tubuh.
Sitoplasma lemak coklat mengandung banyak mitokondria, berfungsi
menghasilkan panas melalui oksidasi asam lemak. kecepatan oksidasi lemak
coklat 20 kali lebih tinggi dari lemak putih. Dalam keadaan dingin lemak
coklat dapat menghasilkan panas sampai tiga kali lipat.
Bayi yang baru lahir atau masih muda tidak dapat menggigil sehingga
memerlukan lemak coklat untuk menghasilkan panas, Pelepasan asam lemak
akan meningkatkan metabolisme dengan konsekuensi meningkatkan
kebutuhan oksigen dan pelepasan panas. Darah yang melewati daerah tersebut
akan meningkat suhunya dan disebarkan ke seluruh tubuh. Meningkatnya
panas yang dihasilkan berhubungan dengan mitokondria dalam sel-sel lemak
coklat yang memiliki protein transmembran yang dinamakan termogenin.
Protein transmembran ini berfungsi untuk mengalirkan kembali proton yang
sebelumnya ditransfer ke celah intermembran tanpa melewati sistem ATP
sintase dalam unit globular mitokondria. Akibatnya energi yang dibutuhkan
untuk aliran proton tidak digunakan untuk sintesis ATP tapi untuk
menghasilkan panas.[ CITATION Ron14 \l 1057 ]
4. Peredaran Darah

Perubahan yang paling penting dalam sirkulasi setelah bayi lahir adalah
karena penghentian mendadak aliran darah dari plasenta dan dimulainya
pernapasan melalui paru, sehingga pengambilan oksigen terjadi di sistem
pembuluh darah paru. Perubahan yang terjadi adalah: penurunan tahanan
vaskuler pulmonal, peningkatan tahanan vaskuler sistemik, penutupan
foramen ovale, penutupan duktus arteriosus, duktus venosus, vena umbilikalis
dan arteri umbilikalis.
1. Penurunan tahanan vaskuler paru dan peningkatan tahanan sistemik
Penurunan tahanan vaskuler paru terjadi akibat ekspansi mekanik paru,
peningkatan saturasi oksigen arteri pulmonalis dan PO2 alveolar ketika
bayi menangis untuk pertama kalinya. Penurunan tahanan arteri
pulmonalis, menyebabkan aliran darah pulmonal meningkat sehingga paru
dapat berkembang. Penurunan tahanan arteri pulmonalis dipengaruhi oleh
perubahan pada dinding arteriol paru. Lapisan medial arteri pulmonalis
perifer berangsur-angsur menipis, 13 dan pada usia 10-14 hari tahanan
arteri pulmonalis sudah seperti kondisi orang dewasa. Sedangkan tekanan
darah sistemik tidak segera meningkat dengan pernapasan pertama,
biasanya terjadi secara berangsur-angsur, bahkan mungkin tekanan darah
turun lebih dulu dalam 24 jam pertama.
2. Penutupan foramen ovale Setelah plasenta terlepas dari sirkulasi, aliran
darah melalui vena cava inferior yang menuju ke kedua atrium menurun.
Ketika pernapasan dimulai, aliran darah ke atrium kiri yang melalui
jaringan pulmonal meningkat. Perubahan pola aliran yang menuju ke
jantung ini mengubah hubungan antara tekanan atrium kiri dan kanan.
Tekanan atrium kiri, yang pada janin dalam kandungan lebih rendah
daripada atrium kanan, kini menjadi lebih tinggi, sehingga menyebabkan
katup foramen ovale menutup. Walaupun penutupan fungsional foramen
ovale terjadi pada kebanyakan bayi, penutupan secara anatomis tidak
selalu sempurna, dan foramen tersebut dapat tetap ada untuk beberapa
tahun, kadang-kadang sampai dewasa.
3. Penutupan Duktus Arteriosus Duktus arteriosus menutup secara fungsional
pada 10-15 jam setelah lahir. Penutupan permanen terjadi pada usia 2-3
minggu. Duktus arteriosus janin mengandung otot polos medialis yang
dipertahankan dalam keadaan relaksasi oleh kerja prostaglandin E2
sirkulasi. Setelah persalinan, plasenta yang merupakan sumber PGE2
diangkat dan terjadi peningkatan aliran darah pulmonal yang
meningkatkan metabolisme seluruh PGE sirkulasi. Sebagai akibatnya,
konsentrasi PGE2 dalam serum menurun dan tidak ada yang menghalangi
konstriksi duktus arteriosus. Di samping itu, peningkatan tekanan oksigen
arteri (PaO2) dan peningkatan substansi vasoaktif seperti bradikinin,
katekolamin dan histamin juga menyebabkan konstriksi dari otot polos
dari dinding pembuluh darah duktus arteriosus. Oksigen yang mencapai
paru pada waktu pernapasan pertama merangsang pelepasan bradikinin.
Bradikinin mempunyai efek kontraktil terhadap otot polos. Aksi ini
tergantung dari kadar oksigen yang tinggi dalam darah arteri setelah
terjadinya pernafasan pertama. Ketika PO2 dalam darah diatas 50 mmHg,
dinding duktus arteriosus akan mengalami konstriksi. Pada keadaan 14
hipoksia seperti sindrom gangguan pernafasan dan prematuritas, duktus
arteriosus dapat tetap terbuka atau disebut Duktus Arteriosus Persisten.
Penutupan duktus venosus, vena dan arteri umbilikalis. Terputusnya
hubungan peredaran darah ibu dan janin akibat dipotong dan diikatnya tali
pusat, arteri umbilikalis dan duktus venosus akan mengalami obliterasi,
dengan demikian kebutuhan oksigen dan nutrisi tidak tergantung lagi dari
ibu. Melainkan oksigen akan dipenuhi oleh udara yang dihisap paru, dan
nutrisi akan diperoleh dari makanan yang dicerna oleh sistem pencernaan
bayi itu sendiri.
Umumnya, bayi yang baru saja dilahirkan memiliki detak jantung
30 hingga 60 kali per menit. Namun, ada kalanya bayi akan berhenti
bernapas selama beberapa detik akibat retraksi ringan pada dada.
Setelah melakukan beberapa kali adaptasi dengan dunia luar rahim, bayi
secara akan memiliki detak jantung  yang normal antara 100 sampai 160
kali per menit. Dalam prosesnya, beberapa kali bayi bisa saja memiliki
denyut lebih dari 160 kali per menit, dan kondisi tersebut masih dalam
batas normal. Atau denyut jantung sedikit melemah namun
masih berada pada batas wajar sesuai dengan bayi seusianya yaitu 60-
100 kali per menit.[ CITATION Bri18 \l 1057 ]

a. Perbedaan Sistem Kardiovaskuler Janin dengan Bayi Baru Lahir


Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta kemudian setelah lahir melalui paru. Janin cukup bulan
mengalami penurunan cairan paru pada hari-hari sebelum persalinan. Janin
dalam rahim sebenarnya sudah mampu bernapas dalam rahim. Namun air
ketuban tidak masuk ke dalam alveoli paru. Pusat pernapasan ini
dipengaruhi oleh kadar O2 dan CO2 di dalam tubuh janin. Paru janin
mulai berkembang pada saat berusia sekitar enam minggu di perut ibu dan
akan ketika berusia sekitar delapan bulan. Selama bulan-bulan terakhir
kehamilan, tubuh menghasilkan sejenis zat minyak yang akan melindungi
paru janin agar tak terisi cairan. Paru manusia tercipta khusus untuk
menampung udara, tidak yang lain. Meskipun paru bayi baru berfungsi
sesaat setelah lahir, paru sudah mulai menunjukkan aktivitasnya sejak
masih dalam uterus. Tali pusar yang menempel pada ibu terdiri atas dua
pembuluh nadi dan sebuah pembuluh vena: vena mengangkut oksigen dan
nutrisi yang dibutuhkan untuk perkembangan janin sedangkan nadi
mengangkut karbondioksida dan sisa-sisa nutrisi yang harus dibuang
kembali kepada ibu. Pertukaran antara oksigen dengan karbondioksida
inilah yang disebut bernapas. Ketika tali pusar dipotong saat kelahiran,
bayi yang baru lahir harus belajar untuk hidup tanpa bantuan ibunya.
Hanya dalam beberapa detik paru mulai terbuka, darah mulai mengalir,
dan paru bayi mulai berfungsi sebagaimana 15 mestinya. Sirkulasi darah
janin dalam rahim tidak sama dengan sirkulasi darah pada bayi dan anak.
Dalam rahim, paru tidak berfungsi sebagai alat pernapasan, pertukaran gas
dilakukan oleh plasenta. Pembentukan pembuluh darah dan sel darah
dimulai minggu ke tiga dan bertujuan memenuhi kebutuhan embrio
dengan oksigen dan nutrisi dari ibu.
Terdapat perbedaan antara sirkulasi janin dan setelah lahir, sebagai
berikut:
1. Pada janin terdapat pirau intrakardiak (foramen ovale) dan pirau
ekstrakardiak (duktus arteriosus Botalli, duktus venosus Arantii)
yang efektif. Arah pirau adalah dari atrium kanan ke atrium kiri
melalui foramen ovale, dan dari arteri pulmonalis menuju ke aorta
melalui duktus arteriosus. Pada sirkulasi setelah lahir pirau
intrakardiak maupun intrakardiak ini tidak ada.
2. Pada janin, ventrikel kiri dan kanan bekerja serentak, sedangkan
pada keadaan setelah lahir ventrikel kiri berkontraksi sedikit lebih
awal dari ventrikel kanan.
3. Pada janin ventrikel kanan memompa darah ke sistemik yang
tahanannya tinggi, sedangkan ventrikel kiri melawan tahanan yang
rendah yaitu plasenta. Pada keadaan setelah lahir, ventrikel kanan
akan memompa darah ke paru yang tahannnya jauh lebih rendah
daripada tahanan sistemik yang dibawa oleh ventrikel kiri.
4. Pada janin darah yang dipompa oleh ventrikel kanan sebagian
besar menuju aorta melalui duktus arteriosus, dan hanya sebagian
kecil yang menuju ke paru. Pada keadaan setelah lahir darah dari
ventrikel kanan seluruhnya ke paru.
5. Pada saat janin, paru memperoleh oksigen dari darah yang
mengambilnya dari plasenta, setelah janin lahir paru memberi
oksigen pada darah.
6. Pada janin, plasenta merupakan tempat terutama untuk pertukaran
gas, makanan, dan ekskresi. Pada keadaan setelah lahir organ-
organ lain mengambil alih berbagai fungsi tersebut
7. Pada janin, adanya plasenta menjamin adanya pertukaran gas
bertahanan rendah. Sedangkan pada keadaan setelah lahir hal ini
tidak ada[ CITATION drK \l 1057 ]
Setelah bayi lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru-paru untuk
mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi tubuh menghantar oksigen
kejaringan sehingga harus terjadi dua hal : penutupan voramen ovale dan
penutupan duktus antara arteoriosus antara arteri paru-paru serta aorta.
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah
adalah sebagai berikut :
1. Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan
tekanan atrium kanan menurun. Tekanan atrium kanan menurun karena
berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan
penurunana volume dan tekanan atrium kenan itu sendiri. Kedua kejadian
ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit menglir ke paru-
paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
2. Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru dan
meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernafasan pertama ini
menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem pembuluh darah paru-paru
(menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru). Peningkatan sirkulasi
ke paru-paru mengakibatkan peningkatanan volume darah dan tekanan
pada atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan
penurunana tekanan pada atrium kiri, foreman ovale secara fungsional
akan menutup.
Aliran darah paru pada hari pertama ialah 4-5 liter permenit/m2.
Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhi oleh jumlah darah yang melalui
transfusi plasenta dan pada jam-jam pertama sedikit menurun. Untuk
kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira-kira 85/40 mmHg.

5. Keseimbangan Air dan Fungsi Ginjal


Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar
natrium relatif besar dari kalium karena ruangan ekstraseluler luas. Fungsi
ginjal belum sempurna karena jumlah nefron masih belum sebanyak orang
dewasa, ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan volume tubulus
proksimal, serta renal blood flow (aliran darah ginjal) relatif kurang bila
dibandingkan dengan orang dewasa.
Bayi baru lahir normal akan BAK dalam 24 jam pertama. Jika ini tidak
terjadi, bayi perlu diperiksa lebih lanjut. Selanjutnya, bayi akan akan BAK 5-6
kali per hari. Warna BAK yang baik adalah jernih tidak berwarna pekat. Jika
ibu menemukan darah pada kemaluan bayi perempuan saat awal-awal
kelahiran, ibu tidak perlu khawatir, karena hal itu disebabkan bayi masih
dipengaruhi hormon ibu. Keadaan tersebut dianggap normal. [ CITATION
Nin14 \l 1057 ]
6. Imunoglobulin
Sebenarnya bayi yang baru lahir tidak bisa langsung menghasilkan
sistem kekebalan tubuh sendiri. Sehingga, semua komponen sistem kekebalan
tubuh yang ada di bayi yang baru lahir didapatkannya dari sang ibu. Ketika
kehamilan usia tua dan mendekati hari kelahiran, maka sistem kekebalan
tubuh ibu akan ditransfer ke janin melalui pembuluh darah dan plasenta.
Komponen sistem kekebalan tubuh yang diberikan ibu pada janin yaitu
Immunoglobulin G (IgG).
Immunoglobulin adalah jenis antibodi yang dibentuk oleh tubuh untuk
melawan racun, bakteri, virus, dan zat asing lainnya. Sedangkan dianatar
berbagai macam immunoglobulin, hanya IgG lah yang dapat melintasi
plasenta dan merupakan antibodi yang paling kecil yang dibentuk tubuh tetapi
jumlahnya paling banyak.
Setidaknya terdapat 75 hingga 80 persen IgG dari total antibodi yang
dibentuk. Oleh karena itu pada bayi yang lahir premature sangat rentan terkena
berbagai penyakit karena tidak mendapatkan antibodi yang cukup dari sang
ibu. IgG dianggap sangat penting untuk menjaga janin didalam kandungan
agar tidak terkena infeksi dan berbagai komplikasi yang dapat membahayakan
kesehatan. Kondisi ini disebut dengan imunitas pasif, karena antibodi
dihasilkan dari ibu kemudian diberikan kepada anak melalui berbagai proses.
Setelah lahir, bayi harus mendapatkan ASI Ekslusif dari sang ibu,
karena ASI mengandung antibodi yang lengkap yaitu Immunoglobulin A,
Immunoglobulin D, Immunoglobulin E, Immunoglobulin G dan
Immunoglobulin M. Oleh karena itu, ASI dianggap sebagai makanan yang
paling sempurna untuk bayi karena selain sangat mudah dicerna, tetapi juga
mampu melindungi bayi yang rentan terhadap bermacam-macam penyakit
infeksi. Selain itu, ASI yang pertama kali keluar sesaat setelah ibu melahirkan
atau yang sering disebut cairan kolostrum berwarna kuning mengandung
antibodi yang sangat banyak yang cukup untuk melindung bayi saat lahir.
[ CITATION Beh12 \l 1057 ]
7. Traktus Digestivus
Traktus digestivus relatif lebih berat dan lebih panjang dibandingkan
dengan orang dewasa. Pada neonatus, traktus digestivus mengandung zat yang
berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari mukopolisakarida dan disebut
mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya dalam 24 jam pertama dan dalam
empat hari biasanya tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa. Meski
seharusnya mekonium dikeluarkan dalam 24 jam, bisa saja bayi mengeluarkan
mekonium saat ia masih dalam kandunga. Penyebabnya beragam, dan salah
satunya adalah janin mengalami stress. Mekonium yang keluar dalam rahim
dapat bercampur dengan air ketuban. Ini sangat berbahaya, karena mekonium
bisa terhirup oleh bayi, baik sebelum, selama, atau setelah persalinan. Kondisi
ini disebut sindrom aspirasi mekonium. Sindrom aspirasi mekonium dapat
meningkatkan risiko bayi mengalami hipertensi pulmonal, kerusakan otak
permanen pada bayi dan jika masuk kedalam paru-paru bayi bisa
menyebabkan peradangan dan infeksi pada paru-paru, selain itu dapat
membuat paru-paru bayi mengembang secara berlebihan. Pengembangan
paru-paru yang tidak normal dapat meningkatkan risiko menumpuknya udara
di rongga dada dan disekitar paru. Kondisi ini dikenal pneumotoraks dan
menyebabkan bayi sulit bernafas. [ CITATION drM19 \l 1057 ]
Enzim dalam traktus digestivus biasanya sudah terdapat pada neonatus
kecuali amilase prankeas. Pada saat yang sama, sistem pencernaan si kecil
yang baru lahir bersiap-siap untuk pekerjaan barunya yaitu mencerna dan
memproses ASI dengan cara meningkatkan asam lambung, kadar asam
lambung berlipat ganda dalam 24 jam setelah kelahiran. Hal ini membantu
memecah protein susu dalam lambung. Selain itu memperbanyak laktase,
hampir semua anak dilahirkan dengan kemampuan untuk menghasilkan
laktase dalam jumlah yang besar, suatu enzim yang bekerja di usus untuk
mencerna laktosa. Tingkat laktase yang tertinggi adalah saat kelahiran,
kemudian turun selama tahun pertama. Untuk kebanyakan orang, tubuh
berhenti memproduksi laktase yang cukup untuk mencerna susu pada masa
kanak-kanak dan remaja.[ CITATION Bay20 \l 1057 ]
Dalam 24 jam pertama bayi baru lahir, saluran pencernaan bayi akan
mencerna asupan untuk pertama kalinya. Bayi yang baru lahir memiliki
kapasitas lambung seukuran kelereng, namun akan terus membesar dalam
beberapa hari selanjutnya. Dinding perut si kecil agak kaku dalam beberapa
hari pertama setelah kelahiran, oleh karena itu asupan yang dicerna akan
bergerak perlahan dari lambung ke usus. Bayi ibu hanya akan bisa menelan
sekitar tiga sendok makan ASI di hari pertamanya. Pada Ibu yang menyusui
untuk enam bulan pertama atau kedepannya, si kecil mungkin ingin meminum
susu setiap jam. Alasan lain untuk menyusui lebih sering dalam jumlah yang
kecil adalah pada mulanya payudara Ibu menghasilkan ASI dalam jumlah
kecil dengan protein tinggi dan kaya dengan antibodi yang disebut kolostrum. [
CITATION Bay20 \l 1057 ]
Kolik merupakan kondisi yang membuat bayi menangis secara
berlebihan selama beberapa jam dan sulit ditenangkan. Kondisi ini umum
terjadi pada bayi baru lahir. Diduga penyebab utamanya berasal dari gangguan
pencernaan seperti produksi gas berlebih pada saluran cerna atau usus yang
sensitif terhadap jenis protein tertentu. Meskipun tidak berbahaya, kolik
membuat bayi merasa sangat tidak nyaman dan tentu saja hal itu seringkali
membuat orangtua bingung dan panik. Namun, periode kolik biasanya tidak
berlangsung lama. Kondisi ini umumnya akan berhenti dengan sendirinya
seiring dengan membaiknya saluran pencernaan dan meningkatnya sistem
imunitas bayi. Bayi yang terserang kolik cenderung lebih rewel dari biasanya.
Selain itu, tangisan bayi akan terdengar lebih melengking dan sengsara dengan
wajah yang memerah. Kondisi ini biasanya berlangsung selama beberapa
menit hingga 3 jam atau lebih dan kadang disertai dengan buang angin atau
buang air besar. Ciri-ciri lain yang ditunjukkan pada bayi kolik adalah posisi
tangannya yang mengepal, lutut ditarik ke arah perut dan otot-otot perut yang
mengencang. [ CITATION Ast18 \l 1057 ]
Gumoh (spitting up atau gastroesophageal reflux) merupakan
keluarnya sebagian susu saat atau setelah bayi menyusu. Ukuran lambung
yang sangat kecil serta katup lambung yang belum kuat menyebabkan gumoh.
Katup lambung bayi belum dapat menutup dengan erat sehingga susu yang
sudah berada dalam lambung dapat mengalir kembali ke mulut jika volume
susu terlalu besar atau jika bayi langsung berbaring setelah minum. Gumoh
umumnya terjadi saat bayi minum susu terlalu banyak, saat bersendawa, atau
menelan banyak udara. Gumoh tidak menyakitkan bagi bayi dan bahkan
kebanyakan bayi bahkan tidak menyadarinya. Selama bayi sehat dan
bertambah berat badan, Mama tidak perlu khawatir. Ini adalah bagian dari
proses perkembangan bayi.[ CITATION Sys19 \l 1057 ]
8. Hati
Segera setelah lahir, hati menunjukan perubahan kimia dan morfologis,
yaitu kenaikan kadar protein serta penurunan kadar lemak dan glikogen. Sel
hemapoetik juga mulai berkurang, walaupun memakan waktu agak lama.
Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasi
hati pada neonatus juga belum sempurna, contohnya pemberian obat
kloramfenikol dengan dosis lebih dari 500 mg/kg bb/hari dapat menimbulkan
grey baby syndrome. Grey baby syndrome adalah kondisi langka yang
kebanyakan terjad pada bayi baru lahir, kulit bayi terlihat berwarna keabu-
abuan. Ini adalah kondisi kesehatan yang berpotensi fatal karena bisa
membahayakan bayi mulai dari keterlambatan perkembangan hingga
kematian. Kondisi ini pun terjadi karena adanya jumlah berlebihan antibiotik
yakni kloramfenikol dalam tubuh bayi karena asupan abnormal ketika ibu
mengandung janin maupun ketika menyusui.[ CITATION Ani18 \l 1057 ]
Bilirubin merupakan pigmen kuning dalam darah dan tinja. Bilirubin
dibuat oleh tubuh ketika sel darah merah hancur secara alami. Pada bayi baru
lahir, salah satu pertanda kadar bilirubin yang tinggi yaitu kondisi bayi kuning.
Bayi akan kuning jika bilirubin tidak diproses sebagaimana mestinya oleh hati.
Hal ini bisa terjadi karena jumlah bilirubin yang dihasilkan dari penghancuran
sel darah terlalu banyak, sehingga hati tidak sempat memprosesnya, atau
memang karena ada gangguan pada organ hati. Ketika hal ini terjadi, maka
permukaan kulit dan bagian putih pada mata menjadi berwarna kuning.
Kondisi ini disebut jaundice. Pada bayi baru lahir, kadar bilirubin normal
seharusnya di bawah 5 mg/dL. Namun, tidak sedikit bayi baru lahir yang
memiliki kadar bilirubin melebihi kadar tersebut. Untuk sebagian kasus
jaundice ringan pada bayi baru lahir, tidak dibutuhkan terapi khusus atau
tindakan medis. Kondisi ini dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu 2-3
minggu. Namun untuk kondisi yang lebih berat, perlu mendapat penanganan
intensif oleh dokter di rumah sakit. [ CITATION drM191 \l 1057 ]
Bayi dengan jumlah bilirubin meningkat, akan mengalami perubahan
warna kuning pada kulit dan mata bayi baru lahir. Gangguan ini kerap terjadi
pada bayi yang lahir prematur atau sebelum usia kehamilan 38 minggu.
Jumlah bilirubin ini harus diturunkan karena dapat memicu komplikasi pada
bayi. Yang dikhawatirkan bayi akan mengalami kerusakan otak, meskipun
risiko ini cukup kecil. Penyebab umum kelebihan bilirubin
(hiperbilirubinemia) yaitu karena pemecahan sel darah merah. Biasanya, organ
hati menyaring bilirubin dari aliran darah dan melepaskannya ke saluran
pencernaan. Organ hati bayi baru lahir belum matang, sehingga seringkali
tidak bisa menghilangkan bilirubin dengan cukup cepat. Tapi kondisi ini tidak
dapat diabaikan. Penyebab lainnya, bayi mengalami infeksi virus atau bakteri
dibagian hati. Karena itu, orang tua harus mencegah hal ini. Si kecil dapat saja
mengalami perdarahan hati yang mengancam nyawanya. Biasanya penyakit
kuning muncul setelah dua hari hingga empat hari bayi lahir. Orangtua dan
tenaga media harus mencegah hal ini. Untuk deteksi peningkatan bilirubin,
bayi akan dites ikterus. Dokter atau bidan akan menekan lembut dahi atau
hidung bayi. Jika kulit bayi terlihat kuning saat ditekan, kemungkinan bayi
mengalami ikterus ringan. Jika bayi tidak terkena ikterus, warna kulit normal-
normal saja.[ CITATION Dew17 \l 1057 ]
Pada bayi baru lahir, kadar Hb pada bayi bisa tinggi atau rendah.
Menjelang kelahiran, kadar Hb bayi normalnya akan tinggi. Ini terjadi karena
bayi harus mengikat oksigen sendiri yang didapat dari plasenta ibunya. Kadar
oksigen yang terbatas ini menyebabkan hemoglobin bayi akan meningkat.
Jumlah Hb normal pada bayi yang baru lahir, yakni 19,3 mg/dl-22 mg/dl.
Nilainya akan terus meningkat selama 2 jam setelah bayi dilahirkan. Setelah
usianya mencapai 1 minggu, kadar Hb bayi akan menjadi turun. Ini
merupakan tanda bahwa bayi merespon adanya tekanan oksigen yang lebih
tinggi ketimbang di dalam kandungan ibunya. Memasuki minggu ke-8 dan ke-
12, kadar Hb pada bayi akan jadi lebih rendah. Menurunnya kadar Hb ini,
seolah-olah membuat bayi mengalami anemia, padahal sebenarnya tidak.
Konsentrasi Hb bayi pada saat ini, akan berkisar antara 9 mg/dL-11 mg/dL.
[ CITATION Apr19 \l 1057 ]
9. Keseimbangan Asam Basa
Keseimbangan asam basa adalah homeostatis dari kadar ion hidrogen
dalam tubuh. Kadar normal ion hidrogen (H) arteri adalah 4x10 – 8 atau pH =
7,4 (7,35 – 7,45). Asidosis = asidemia adalah kadar pH darah < 7,35.
Sedangkan, Alkalemia = alkalosis adalah kadar pH darah > 7,45. Kadar pH
darah < 6,8 atau > 7,8 tidak dapat diatasi oleh tubuh [ CITATION Rin16 \l 1057 ].
Derajat keasaman (pH) darah pada waktu lahir rendah, karna glikolisis
anaerobik. Dalam 24 jam neonatus telah mengkonpensasi asidosis ini.
10. Perubahan Sistem Neurologi dan Refleks pada Bayi Baru Lahir
Jika dibandingkan dengan sistem tubuh yang lain, sistem saraf bayi
belum matang secara anatomi dan fisiologi. Hal ini mengakibatkan kontrol
yang minimal oleh korteks serebri terhadap sebagian besar batang otak dan
aktivitas refleks tulang belakang pada bulan pertama kehidupan walaupun
sudah terjadi interaksi sosial.
Bayi telah dapat melihat dan mendengar sejak baru lahir sehingga
membutuhkan stimulasi suaran dan penglihatan. Setelah lahir jumlah dan
ukuran sel saraf tidak bertambah. Pembentukan sinaps terjadi secara progesif
sejak lahir sampai usia 2 tahun. Adanya beberapa aktivitas reflek yang
terdapat pada bayi baru lahir menandakan adanya kerja sama antara sistem
saraf dan sistem muskuloskeletal. Reflek pada bayi antara lain sebagai berikut:
a. Reflek moro
Reflek dimana bayi akan mengembangkan tangan lebar-lebar dan
melebarkan jari-jari, lalu membandingkan tarikan yang cepat seakan-
akan memeluk seseorang.
b. Reflek rooting
Reflek ini timbul karena stimulasi taktil pipi dan daerah mulut. Bayi
akan memutar kepaa seakan mencari puting susu.
c. Reflek sucking
Reflek ini timbul bersama reflek rooting untuk menghisap puting susu
dan menelan ASI.
d. Reflek batuk dan bersin
Reflek ini timbul untuk untuk melindungi bayi dan obstruksi
pernafasan.
e. Reflek graps
Reflek yang timbul jika ibu jari diletakkan pada telapak tangan bayi
lalu bayi akan menutup tangannya.
f. Reflek walking dan stapping
Reflek yang timbul jika bayi dalam posisi berdiri akan ada gerakan
spontan kaki melangkah kedepan walaupun bayi tersebut belum bisa
berjalan.
g. Reflek tonic neck
Reflek yang timbul jika bayi mengangkat leher dan menoleh kekanan
atau kekiri jika diposisikan tengkurap.
h. Reflek babinsky
Reflek ini akan muncul jika ada rangsangan pada telapak kaki. Ibu jari
kaki akan bergerak keatas dan jari-jari lainnya membuka.
i. Reflek membengkokan badan (reflek galant)
Ketika bayi tengkurap, goresan pada punggung menyebabkan pelvis
membengkok kesamping.
j. Reflek bauer/merangkak
Reflek akan terlihat pada bayi aterm dengan posisi bayi tengkurap.
[ CITATION Eli16 \l 1057 ]
11. Perubahan Sistem Integumen pada Bayi Baru Lahir
Pada bayi baru lahir cukup bulan, kulit berwarna merah dengan sedikit
verniks kaseosa. Sementara itu, bayi prematur memiliki kulit tembus pandang
dan banyak verniks. Pada saat lahir, tidak semua verniks dihilangkan karena
absorpasi oleh kulit bayi dan hilang dalam 24 jam. Bayi baru lahir tidak
memerlukan bedak atau cream karena zat-zat kimia dapat mempengaruhi pH
kulit bayi.[ CITATION Eli16 \l 1057 ]
12. Perubahan Sistem Reproduksi pada Bayi Baru Lahir
Pada sistem reproduksi bayi baru lahir, anak laki-laki tidak
menghasilkan sperma sampai pubertas tetapi anak perempuan mempunyai
ovum atau sel telur dalam indung telurnya. Kedua jenis kelamin mungkin
memperlihatkan pembesaran payudara, terkadang disertai sekresi cairan pada
puting pada hari 4-5 karena adanya gejala berhentinya sirkulasi hormon ibu.
Pada anak perempuan, peningkatan kadar esterogen selama masa hamil yang
diikuti dengan penurunan setelah bayi lahir mengakibatkan pengeluaran suatu
cairan mukoid atau terkadang pengeluaran bercak darah melalui vagina. Pada
bayi baru lahir cukup bulan, labia mayora dan minora menutupi vestibulum.
[ CITATION Eli16 \l 1057 ]
13. Perubahan Sistem Hematopoesis pada Bayi Baru Lahir
Volume darah bayi baru lahir bervariasi dari 80-110 ml/kg selama hari
pertama dan meningkat dua kali lipat pada akhir tahun pertama. Nilai rata-rata
hemoglobin dan sel darah merah lebih tinggi dari nilai normal orang dewasa.
Hemoglobin bayi baru lahir berkisar antara 14,5-22,5 gr/dl, hematokrit
bervariasi dari 44% sampai 72% dan SDM berkisar antara 5-7,5 juta/mmᶟ.
Leukosit janin dengan nilai hitung sel daerah putih sekitar 18.000/mmᶟ,
merupakan nilai normal saat bayi lahir (Behrman, 2000).[ CITATION Dev20 \l
1057 ]
14. Perubahan Sistem Pendengaran dan Penglihatan pada Bayi Baru Lahir
Adaptasi neonatus pada fungsi auditori ditandai dengan reaksi terhadap
bunyi yang mendadak dan menimbulkan refleks untuk kaget hingga akhirnya
menangis. Juga bayi mampu menangkap suara yang halus dan menenangkan
pada frekuensi kecil. Tepatnya pada hati ketiga dari kehidupan bayi telah
dapat mengenali suara ibu sebagai suara yang familiar dan biasa didengar.
Secara perkembangan, telinga bayi telah tersusun dengan baik sejak lahir
namun membutuhkan waktu selama enam bulan untuk bayi dapat mendengar
jelas suara dan memahami berbagai suara.
Hal ini disebabkan oleh ketika bayi lahir telinganya masih penuh
dengan cairan serta membutuhkan waktu lebih untuk bersih dan bagian dari
korteks bayi yang mengasosiasikan pendengaran masih dalam tahap
perkembangan. Saat bayi lahir, bayi akan sangat memperhatikan suara
khususnya pada nada yang tinggi serta merespon terhadap kebisingan yang
dikenali. Respon yang terjadi dapat berupa terkejutnya bayi akibat kebisingan
atau suara keras yang didengarnya tidak terduga.[ CITATION Kem19 \l 1057 ]
Secara umumnya yang akan dijangkau oleh bayi dalam fase neonatus
adalah bisa melihat tingkatan perbedaan visual dan juga gelap-terangnya. Pada
beberapa bulan dikandungan, yang terjadi pada organ visual bayi masih
berupa perkembangan struktur (fase embrionik) dan fungsi (fetal). Saat lahir
terdapat beberapa ciri mata sebagai penyesuaian terhadap dunia luar
diantaranya secara penuh, kemampuan untuk fiksasi mata masih lemah
(hiperopik), serta penargetan visual untuk penglihatan sekilas cukup terbatas
hingga di bulan ke-3.
Terdapat perkembangan yang pesat ketika umur bayi telah mencapai
tiga bulan diantaranya yakni telah terkoordinasinya gerakan okiler sepanjang
waktu, target visualnya sudah mampu melihat kepada objek yang hitam-putih
maupun berwarna khususnya lebih utama untuk warna kuning dan merah,
peningkatan kemampuan untuk melirik kepada target yang dekat (sekitar 2,5
cm), dimulainya kemampuan memperhatikan dan menelusuri suatu objek, dan
bayi mulai dapat mengasosiasikan objek tertentu yang dengan pemahaman
(seperti makanan atau mainan).[ CITATION Kem19 \l 1057 ]
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Saat-saat dan jam pertama kehidupan di luar rahim merupakan salah satu
siklus kehidupan. Pada saat bayi dilahirkan beralih ketergantungan pada ibu
menuju kemandirian fisiologi. Proses perubahan yang komplek ini dikenal
sebagai periode transisi. Bidan harus selalu berupaya untuk mengetahui periode
transisi ini berlangsung sangat cepat. Adaptasi fisiologis BBL adalah sangat
berguna bagi bayi untuk menjaga kelangsungan hidupnya diluar uterus dan
sangat penting bagi bidan terutama dalam menjalankan Asuhan Kebidanan pada
Bayi Baru Lahir.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, E., 2016. MAKALAH ADAPTASI BAYI BARU LAHIR. [Online]


Available at:
https://www.academia.edu/29974256/MAKALAH_ADAPTASI_BAYI_BARU_LAHIR
[Diakses 11 April 2020].
Anon., t.thn. Bayi Baru Lahir. [Online]
Available at: https://www.enfa.co.id/digestion-center/milestone-pencernaan/bayi-baru-lahir
[Diakses 10 April 2020].
Astuti, A., 2018. Adaptasi BBL. [Online]
Available at: https://www.slideshare.net/mobile/AsihAstuti1/adaptasi-bbl
Berhman, K., 2012. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15 penyunt. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Bot, L., 2019. Atelektesis. [Online]
Available at: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Atelektasis
Diana, A., 2018. Cara Ampuh Meredakan Kolik pada Bayi Baru Lahir. [Online]
Available at: https://www.popmama.com/baby/0-6-months/astri-diana/cara-ampuh-
meredakan-kolik-pada-bayi-baru-lahir/full
[Diakses 10 April 2020].
Diva, B., 2018. Bersikap Kritis dengan Detak Jantung Bayi. [Online]
Available at: https://www.guesehat.com/bersikap-kritis-dengan-detak-jantung-bayi
dr. Kadek Agus Heryana Putra, S., dr. Pontisomaya Parami, S. M. & Dwikayana, I. M., t.thn.
SISTEM KARDIOVASKULER PADA BAYI BARU LAHIR. [Seni] (SISTEM
KARDIOVASKULER PADA BAYI BARU LAHIR).
Etika, N. M., 2016. Ternyata, Bayi yang Baru Lahir Belum Punya Sistem Imun Sendiri.
[Online]
Available at: https://hellosehat.com/parenting/perkembangan-bayi/sistem-imun-antibodi-
bayi-dari-ibu/
[Diakses 10 April 2020].
Fatima, E., 2017. Adaptasi Fisiologis Pada BBL. [Online]
Available at: https://id.scribd.com/document/371473694/Makalah-Adaptasi-Fisiologis-Pada-
Bbl
[Diakses 09 November 2020].
Fradiana, D., t.thn. Tugas Adaptasi BBL. [Online]
Available at: https://www.academia.edu/8378455/Tugas_adaptasi_bbl
[Diakses 11 April 2020].
furi, R., 2018. Tingkatan Stress. [Online]
Available at: https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://etheses.uin-
malang.ac.id/1829/6/09410140_Bab_2.pdf&ved=2ahUKEwjw1oTs1t3oAhVPOSsKHfr5C5w
QFjACegQIBBAB&usg=AOvVaw1IvCZD78-y5W2YlKEJMKj2
Gunawan, A., 2018. Termogenesis. [Online]
Available at: https://translate.googleusercontent.com/translate_c?
depth=1&hl=id&nv=1&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=es&sp=nmt4&u=https:/
/es.m.wikipedia.org/wiki/Termog
%25C3%25A9nesis&usg=ALkJrhjPcJ6PdUbPhT4UTKwQgrgvBiDg1A
Helen, V., 2007. Asuhan Kebidanan. Cetakan I : 2007 penyunt. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Kania, D., 2017. Penyebab Jumlah Bilirubin Meningkat pada Bayi Baru Lahir. [Online]
Available at: https://lifestyle.okezone.com/read/2017/05/10/481/1687960/penyebab-jumlah-
bilirubin-meningkat-pada-bayi-baru-lahir
[Diakses 10 April 2020].
Kusumawati, A., 2018. Kenali Tanda Grey Baby Syndrome pada Bayi Baru Lahir,
Menyebabkan Terlambat Berkembang Hingga Kematian. [Online]
Available at: https://nakita.grid.id/amp/021250271/kenali-tanda-grey-baby-syndrome-pada-
bayi-baru-lahir-menyebabkan-terlambat-berkembang-hingga-kematian?page=all
[Diakses 10 April 2020].
Makarim, F. R., 2019. Berapa Suhu Tubuh Normal Pada Bayi. [Online]
Available at: https://www.halodoc.com/berapa-suhu-tubuh-normal-pada-bayi
Marianti, d., 2019. Kenali Tingkat Bilirubin Normal pada Bayi Baru Lahir. [Online]
Available at: https://www.alodokter.com/kenali-tingkat-bilirubin-normal-pada-bayi-baru-
lahir
[Diakses 10 April 2020].
Muslihatun, W. N., 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Cetakan I : Februari 2010
penyunt. Yogyakarta: Fitramaya.
Nina Dwi Putri, A. S., 2014. PERAWATAN BAYI BARU LAHIR. [Online]
Available at: http://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/perawatan-bayi-baru-lahir
[Diakses 14 April 2020].
Pane, d. M. D. C., 2019. Yuk, Berkenalan dengan Mekonium dan Risiko Penyakit di
Baliknya. [Online]
Available at: https://www.alodokter.com/yuk-berkenalan-dengan-mekonium-dan-risiko-
penyakit-di-baliknya
[Diakses 10 April 2020].
Puji, A., 2019. Memahami Kadar Hb Rendah Pada Bayi Baru Lahir dan Bahayanya.
[Online]
Available at: https://hellosehat.com/parenting/perkembangan-bayi/bahaya-hb-rendah-pada-
bayi/
[Diakses 10 April 2020].
Rian, R. v., 2016. Asidosis Dan Alkalosis Pada Anak Dan Neonatus. [Online]
Available at: https://id.scribd.com/presentation/334245918/Asidosis-Dan-Alkalosis-Pada-
Anak-Dan-Neonatus
[Diakses 11 April 2020].
Ronny Karundeng, S. W. S. J. R. K., November 2014. JARINGAN LEMAK PUTIH DAN
JARINGAN LEMAK COKLAT. Jurnal Biomedik, Volume 6, Nomor 3, Suplemen, pp. S8-
16.
Sarwono, P., 2016. Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat penyunt. Jakarta: PT. BINA PUSTAKA
SARWONO PRAWIHARJO.
Sembiring, J. B., 2019. Buku ajar Neonatus,Bayi,Balita. [Online]
Available at: ( https://books.google.co.id/books?
id=ZAyfDwAAQBAJ&pg=PA5&lpg=PA5&dq=refleks+deflasi+hering+breur&source=bl&o
ts=4r0c5ItSmj&sig=ACfU3U1Dd-OGNlsu-
hhIhRwQ2qrXZVpUuQ&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjsjq_40t3oAhXlH7cAHfWXCqIQ6A
EwCHoECAkQAQ
Siti Arifah, K., Desember 2008. PERAN LEMAK COKLAT DALAM MEKANISME
PRODUKSI PANAS. Berita Ilmu Keperawatan, ISSN 1979-2697, Vol. 1 No. 4 , pp. 197-
200 .
SOERATNO, P., 2015. [Online]
Available at: https://www.ayahbunda.co.id/kelahiran-gizi-kesehatan/memahami-
hipoglikemia-pada-bayi-baru-lahir-
Suryoadji, K. A., 2019. Adaptasi Sistem Penglihatan dan Pendengaran pada Neonatus.
[Online]
Available at:
https://www.kompasiana.com/kemalacc8/5c3533d35ddcae4e2c3c6442/adaptasi-sistem-
penglihatan-dan-pendengaran-pada-neonatus
[Diakses 11 April 2020].
Tanhati, S., 2019. Gumoh pada Bayi: Apakah Normal?. [Online]
Available at: https://www.popmama.com/baby/0-6-months/sysilia-tanhati/gumoh-pada-
bayi/full
[Diakses 10 April 2020].
Willy, T., 2019. Hipotermia- Gejala,penyebab. [Online]
Available at: https://www.alodokter.com/hipotermia

Anda mungkin juga menyukai