Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

ABLASIO RETINA
https://www.slideshare.net/RiedhaPoenya/ablasio-retina-17101504

Oleh :
YUNDA INTAN WIDYA PRATIWI
17613119

DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : YUNDA INTAN WIDYA PRATIWI


Judul : LAPORAN PENDAHULUAN ABLASIO RETINA

Telah disetujui dalam rangka mengikuti Praktik Klinik Keperawatan III Mahasiswa
DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehtan Univesitas Muhammadiyah Ponorogo

Mengetahui,

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

(………………….) (……………………..)
A. KONSEP DASAR MASALAH
1. DEFINISI
Definisi Ablasio retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari
lapisan epitel berpigmen retina dibawahnya karena retina neurosensori, bagian retina
yang mengandung batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi nutrisi,
maka sel fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas fungsi visualnya dan berakibat
hilangnya penglihatan.
Ablasi retina adalah suatu keadaan terpisahnya lapisan sensoris retina dari
lapisan epitel pigmen retina.
Ablasio Retina adalah pelepasan retina dari lapisan epitelium neurosensoris
retina dan lapisan epitelia pigmen retina.
Ablatio Retina juga diartikan sebagai terpisahnya khoroid di daerah posterior
mata yang disebabkan oleh lubang pada retina, sehingga mengakibatkan kebocoran
cairan, sehingga antara koroid dan retina kekurangan cairan.
Klasifikasi Ablatio Retina dapat diklasifikasikan secara alamiah menurut cara
terbentuknya:
1) Ablatio Rhegmatogen terjadi setelah terbentuknya tulang atau robekan dalam retina
yang menembus sampai badan mata masuk ke ruang sub retina, apabila cairan
terkumpul sudah cukup banyak dapat menyebabkan retina terlepas.
2) Ablatio oleh karena tarikan, terjadi saat retina mendorong ke luar dari lapisan epitel
oleh ikatan atau sambungan jaringan fibrosa dalam badan kaca.
3) Ablatio eksudatif, terjadi karena penumpukan cairan dalam ruang retina akibat
proses peradangan, gabungan dari penyakit sistemik atau oleh tumor intraocular, jika
cairan tetap berkumpul, lapisan sensoris akan terlepas dari lapisan epitel pigmen
2. ETIOLOGI
Retina merupakan selaput transparan di bagian belakang mata yang mengolah
bayangan yang difokuskan di retina oleh kornea dan lensa. Ablasio retina seringkali
dihubungkan dengan adanya robekan atau lubang pada retina, sehingga cairan di
dalam mata merembes melalui robekan atau lubang tersebut dan menyebabkan
terlepasnya retina dari jaringan di bawahnya.
Hal tersebut bisa terjadi akibat:
a. Malformasi kongenital
b. Kelainan metabolisme
c. Penyakit vaskuler
d. Inflamasi intraokuler
e. Neoplasma
f. Trauma
g. Perubahan degeneratif dalam vitreus atau retina
Faktor resiko terjadinya ablasio retina adalah:
a. Rabun dekat
b. Riwayat keluarga dengan ablasio retina
c. Diabetes yang tidak terkontrol
d. Trauma
3. MANIFESTASI KLINIS
1. Riwayat melihat benda mengapung atau pendaran cahaya atau keduanya
2. Floater dipersepsikan sebagai titik-titik hitam kecil/rumah laba-laba
3. Pasien akan melihat bayangan berkembang atau tirai bergerak dilapang pandang
ketika retina benar-benar terlepas dari epitel berpigmen
4. Penurunan tajam pandangan sentral atau hilangnya pandangan sentral
menunjjukkan bahwa adanya keterlibatan macula.
4. PATOFISIOLOGI
Retina adalah jaringan tipis dan transparan yang peka terhadap cahaya, yang
terdiri dari sel-sel dan serabut saraf. Retina melapisi dinding mata bagian dalam
seperti kertas dinding melapisi dinding rumah. Retina berfungsi seperti lapisan film
pada kamera foto: cahaya yang melalui lensa akan difokuskan ke retina. Sel-sel retina
yang peka terhadap cahaya inilah yang menangkap “gambar” dan menyalurkannya ke
otak melalui saraf optik. Sebab dan Gejala Lepasnya Retina Sebagian besar lepasnya
retina terjadi akibat adanya satu atau lebih robekan-robekan kecil atau lubang-lubang
di retina.
Kadang-kadang proses penuaan yang normal pun dapat menyebabkan retina
menjadi tipis dan kurang sehat, tetapi yang lebih sering mengakibatkan kerusakan dan
robekan pada retina adalah menyusutnya korpus vitreum, bahan jernih seperti agar-
agar yang mengisi bagian tengah mata. Korpus vitreum erat melekat ke retina pada
beberapa lokasi di sekeliling dinding mata bagian belakang. Bila korpus vitreum
menyusut, ia dapat menarik sebagian retina bersamanya, sehingga menimbulkan
robekan atau lubang pada retina. Walaupun beberapa jenis penyusutan korpus vitreum
merupakan hal yang normal terjadi pada peningkatan usia dan biasanya tidak
menimbulkan kerusakan pada retina, korpus viterum dapat pula, menyusut pada bola
mata yang tumbuh menjadi besar sekali (kadang-kadang ini merupakan akibat dari
rabun jauh), oleh peradangan, atau karena trauma. Pada sebagian besar kasus retina
baru lepas setelah terjadi perubahan besar struktur korpus vitreum.
Bila sudah ada robekan-robekan retina, cairan encer seperti air dapat masuk
dari korpus vitreum ke lubang di retina dan dapat mengalir di antara retina dan
dinding mata bagian belakang. Cairan ini akan memisahkan retina dari dinding mata
bagian belakang dan mengakibatkan retina lepas. Bagian retina yang terlepas tidak
akan berfungsi dengan baik dan di daerah itu timbul penglihatan kabur atau daerah
buta. Perlu diketahui bahwa ada beberapa jenis lepasnya retina yang disebabkan oleh
penyakit mata lain, seperti tumor, peradangan hebat, atau sebagai komplikasi dari
diabetes. Ini disebut ablasio retina sekunder. Dalam hal ini tidak ditemukan robekan
ataupun lubang-lubang di retina, dan retina hanya bisa kembali ke posisinya yang
normal dengan mengobati penyakit yang menyebabkan lepasnya retina.
5. PATHWAY

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan oftalmologi
a. Pemeriksaan visus
Dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat terlibatnya makula lutea ataupun
terjadi kekeruhan media penglihatan atau badan kaca yang menghambat sinar
masuk. Tajam penglihatan akan sangat menurun bila makula lutea ikut terangkat.
b. Pemeriksaan lapangan pandang,
Akan terjadi lapangan pandang seperti tertutup tabir dan dapat terlihat skotoma
relatif sesuai dengan kedudukan ablasio retina, pada lapangan pandang akan
terlihat pijaran api seperti halilintar kecil dan fotopsia.
c. Pemeriksaan lapang pandangan dapat dilakukan dengan:
1) Pemeriksaan konfrontasi, yaitu pemeriksaan dengan melakukan perbandingan
lapang pandangan pasien dengan si pemeriksa sendiri.
2) Pemeriksaan perimeter atau kampimetri. Lapang pandangan normal adalah 90
derajat temporal, 50 derajat atas, 50 derajat nasal dan 65 derajat ke bawah.
2. Pemeriksaan funduskopi
Yaitu salah satu cara terbaik untuk mendiagnosis ablasio retina dengan
menggunakan binokuler indirek oftalmoskopi. Pada pemeriksaan ini ablasio retina
dikenali dengan hilangnya refleks fundus dan pengangkatan retina. Retina tampak
keabu- abuan yang menutupi gambaran vaskuler koroid. Jika terdapat akumulasi
cairan bermakna pada ruang subretina, didapatkan pergerakkan undulasi retina
ketika mata bergerak. Suatu robekan pada retina terlihat agak merah muda karena
terdapat pembuluh koroid dibawahnya. Mungkin didapatkan debris terkait pada
vitreus yang terdiri dari darah dan pigmen atau ruang retina dapat ditemukan
mengambang bebas.
7. PENATALAKSANAAN
a. Tirah baring dan aktivitas dibatasi
b. Bila kedua mata dibalut, perlu bantuan oranglain untuk mencegah cidera
c. Jika terdapat gelombang udara di dalam mata, posisi yang dianjurkan harus
dipertahannkan sehingga gas mampu memberikan tamponade yang efektif pada
robekan retina
d. Pasien tidak boleh terbaring terlentang
e. Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk mempermudah pemeriksaan paska operasi

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama, umur, nomer register, agama, jenis kelamin, alamat, pendidikan,
pekerjaan, tgl MRS, dx medis
b. Keluhan utama
Pasien biasanya mengeluh penglihatan kabur, melihat kilatan–kilatan kecil,
adanya tirai hitam yang menutupi area penglihatan, adanya penurunan tajam
penglihatan.
c.

Anda mungkin juga menyukai