Karun adalah ikon seorang pengusaha yang sukses, cerdas dan kaya raya.
Oleh karena itu, banyak orang yang mengimpi-impikan untuk berhasil dan
menjadi kaya raya layaknya Karun. Bahkan -mungkin- banyak dari kita yang
mendambakan untuk mendapatkan walau hanya sedikit dari harta (peninggalan)
karun.
Tidak heran bila banyak dari umat Islam yang menyeru agar negara-negara
Islam menjiplak segala yang ada pada barat. Kita sering bercita-cita dan berjuang
agar maju seperti negri-negri barat, dengan meniti setiap jejak yang pernah
mereka lalui. Diantara wujud nyata dari sikap napak tilas yang ada pada umat
Islam ialah kesiapan banyak aktifis untuk membelak-belokkan berbagai prinsip,
dalil dan hukum islam agar selaras dengan berbagai teori barat. Semua ini demi
mewujudkan impian menjadi negara maju seperti negri barat.
Kita semua ramai-ramai mengakui bahwa tidak semua apa yang ada dan
diterapkan oleh dunia barat layak untuk ditiru. Mungkin sekarang ini -dengan
terpaksa- banyak dari pakar ekonomi yang mengakui bahwa berbagai paham dan
teori ekonomi yang mereka pelajari dari para pewaris Karun tidak dapat
menyelamatkan dan memakmurkan dunia. Di berbagai mas media, kita dapatkan
berbagai ulasan yang merinci berbagai kesalahan dan kebobrokan paham
ekonomi konvensional yang dianut oleh dunia barat.
2. Apakah dampak buruk dari jual beli mata uang terhadap ekonomi dunia?
Bukankah semua mata uang tersebut pada umumnya sama?
Jawab:
Umat manusia menggunakan uang sebagai alat untuk berinteraksi, bertukar
kemaslahatan, dan menghargai kemanfaatan orang lain. Dan barang yang paling
tepat untuk memerankan peranan ini adalah emas dan perak. Emas dan perak
adalah barang berharga yang nilai ekonomisnya langgeng dan disepakati oleh
seluruh manusia. Nilai ekonomis emas tidak ditentukan oleh kepercayaan pasar
atau faktor lain. Nilai emas ditentukan oleh dirinya sendiri, karena emas adalah
barang yang telah disepakati oleh seluruh manusia sebagai barang berharga.
Karena tujuan utama manusia membuat uang adalah sebagai standar nilai
barang atau jasa, maka syari’at Islam mempersulit sedemikian rupa pertukaran
mata uang.(7) Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:
“Janganlah engkau jual emas ditukar dengan emas melainkan sama dengan
sama, dan janganlah engkau lebihkan sebagiannya diatas sebaian lainnya.
Janganlah engkau jual perak ditukar dengan perak melainkan sama dengan
sama, dan janganlah engkau lebihkan sebagiannya diatas sebaian lainnya. Dan
janganlah engkau jual sebagiannya yang diserahkan dengan kontan ditukar
dengan lainnya yang tidak diserahkan dengan kontan.” Riwayat Al Bukhary dan
Muslim.
Umat manusia pada zaman sekarang, sedang merasakan betapa pahit dan
beratnya kerusakan yang menimpa mereka, akibat memperdagangkan mata uang.
Mereka kehilangan standar baku bagi nilai barang dagangan dan jasa mereka.
Mata uang mereka diperniagakan, dan nilainya dipasrahkan kepada
kepercayaan/hukum pasar, layaknya barang perniagaan lainnya. Bila permintaan
terhadap suatu mata uang meningkat, maka nilai tukar mata uang tersebut
LINA AFRIYANA (A1A019128)
Banyak dari pedagang valas yang berspekulasi dengan menempuh cara short
sell, yaitu membeli suatu mata uang dalam jumlah tertentu, dan dengan
pembayaran tidak kontan. Pembelian dengan cara ini, biasanya hanya berlaku
untuk satu hari saja, sehingga pada sore hari, pembeli berkewajiban untuk
menjual kembali kepada penjual pertama (broker).
Misalnya: Bila pada pembukaan pasar di pagi hari, krus rupiah terhadap dolar
US adalah : $US 1= Rp 10.000. Seorang pedagang valas bernama Pak Ahmad
membeli uang rupiah –misalnya- sejumlah Rp.150 milyar dari seorang broker
dengan harga $US 15.000.000 (lima belas juta dolar US). Pada pagi hari itu, pak
Ahmad tidak membayarkan sedikitpun kepada sang broker uang dolar miliknya,
sebagaimana sang broker juga tidak menyerahkan sedikitpun dari uang rupiah
milik pak Ahmad. Pada sore hari, pada penutupan perdagangan, bila krus rupiah
menguat menjadi $US 1= Rp 9.990,- maka pak ahmad akan mendapatkan dari
sang broker uang sebesar Rp 10 x 15.000.000 = Rp 150.000.000,- (Seratus lima
puluh juta rupiah), sebagai keuntungannya.
Sebaliknya; bila pada sore hari, krus rupiah melemah menjadi $US 1= Rp.
10.010,- maka pak Ahmad berkewajiban membayar kepada sang broker uang
sejumlah Rp. 150.000.000, sebagai kerugian yang ia derita.
Demikianlah apa yang terjadi di pasar valas (valuta asing), banyak pihak-
pihak kejam yang dengan sengaja dan dengan berbagai cara berusaha
meruntuhkan mata uang suatu negara.
Sebagai misal nyata yang sedang kita alami sekarang ini, disaat AS dilanda
krisis ekonomi, pemerintah AS tidak ingin menderita seorang diri. Pemerintah AS
memerintahkan seluruh rakyaknya -terutama perusahaan-perusahaan AS yang
menanamkan modalnya di luar negri- agar menarik kembali modal tersebut.(9)
Akibat kebijaksanaan ini, nilai tukar dolar US di pasar valas dunia melonjak,
sedangkan berbagai mata uang negara lain nilai tukarnya rontok.
Pada kesempatan ini penulis merasa perlu untuk memuji usulan brilian yang
diajukan oleh Prof Dr. Mahatir Muhammad (mantan perdana menteri Malesia)
kepada OKI, agar anggota OKI kembali menggunakan mata uang dinar. Dengan
memberlakukan mata uang dinar, negara Islam akan lebih mudah menjaga
kesetabilan nilai tukarnya, dan mempersempit gerak para spekulan, terutama yang
berniat jahat. Nilai tukar dinar tidak mungkin dapat dipermainkan oleh para
spekulan jahat, karena mempermainkan nilai tukar dinar, berartikan
menghancurkan harga emas di seluruh belahan dunia. Dan bila emas tidak lagi
berharga, maka tidak akan ada barang lain yang memiliki harga.
Saudaraku, apa yang mendera ekonomi dunia sekarang ini adalah salah satu
wujud nyata dari firman Allah Ta’ala:
Oleh karena itu, satu-satunya solusi jitu yang dapat mengentaskan umat
manusia dari krisis ekonomi global ini, adalah dengan menerapkan syari’at Islam.
Dengan menerapkan syari’at Islam dalam segala aspek kehidupan, dan
diantaranya hal perekonomian, keadilan, kemakmuran, dan stabilitas dalam segala
aspek akan terwujud. Karena hanya syari’at Islamlah yang benar-benar dapat
mewujudkan keadilan dan kebenaran dalam segala aspek kehidupan.
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu
dan mengerjakan Amal sholeh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan ornag-orang
sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka
agama yang telah diridhoi-Nya untuk mereka, dan benar-benar akan menukar
(keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman
sentausa. Mereka tetap beribadah kepada-Ku dengan tiada mempersekutukan
sesuatu apapun dengan-Ku. Dan barang siapa yang tetap kafir sesudah janji itu,
maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (An Nur 55)
3. Apa
Jawab:
Tidak boleh mengajukan syarat tambahan, yang menguntungkan pihak
pemberi hutang.
Contoh: saya mau ngutangi kamu, dengan syarat motormu saya pakai!
kita ngutangi nelayan, tapi dengan syarat, hasil ikan tangkapan nelayan, harus
dijual ke kita.
Hal ini tidak boleh, Karena Nabi melarang menggabungkan transaksi hutang
dengan jual beli! Dalam hadits dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
LINA AFRIYANA (A1A019128)
“Tidak boleh menggabungkan transaksi jual beli dan utang piutang. Tidak
boleh ada dua syarat dalam satu transaksi. Tidak boleh mengambil untung pada
sesuatu yang belum dijamin. Tidak boleh menjual barang yang belum ada di
sisimu.” (HR. Abu Daud, no. 3504; Tirmidzi, no. 1234; Ibnu Majah, no. 2188;
An-Nasa’i, no. 4615. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Ini menjadi dalil dari delapan asnaf sebagai golongan yang berhak
mendapatkan zakat. Mereka adalah fakir, miskin, amil (pengelola zakat),
gharimin (orang yang berutang), mualaf (baru masuk Islam), budak, fi sabilillah
(pejuang di jalan Allah), hingga ibnu sabil (pengembara).
Zakat ditangguhkan bisa diterima sepanjang belum ada mustahik dan ada
kemaslahatan lebih besar berdasarkan penilaian lembaga zakat atau muzaki. MUI
lantas mencantumkan persyaratan zakat yang di-ta'khir-kan bisa diinvestasikan.
Pertama, dana zakat harus disalurkan pada usaha yang dibenarkan oleh syariah
dan peraturan yang berlaku. Kedua, diinvestasikan pada bidang-bidang usaha
yang diyakini dapat memberikan keuntungan atas dasar studi kelayakan. Ketiga,
dibina dan diawasi pihak-pihak berkompeten.
Sementara untuk investasi zakat yang sudah ada di tangan lembaga, kalangan
yang menolak menjelaskan, investasi dana zakat tetap haram karena termasuk
bagian dari menangguhkan sampainya dana zakat kepada yang berhak. Padahal,
pembayaran zakat harus bersegera. Kedua, investasi dana zakat mengancam
LINA AFRIYANA (A1A019128)
adanya kerugian karena bisnis hanya mengenal dua kemungkinan, untung atau
rugi. Ketiga, investasi hanya akan menyedot dana operasional lebih banyak dari
dana zakat terkumpul itu sendiri. Berikutnya, investasi dana zakat dalam bentuk
apa pun membuat hilangnya kepemilikan harta secara personal karena semua
dana hak asnaf bersifat kepemilikan kolektif. Kelima, peran lembaga yang
mewakilinya hanya kolektor, bukan manajer pengelola.
Perluasan arti "fi sabilillah" yang diartikan segala bentuk kebaikan, seperti
membangun benteng, merenovasi masjid, membangun pabrik, dan lain-lain,
seperti yang dinukil al-Razy dalam tafsirnya (Juz 16 h 115). Jika alokasi dana
zakat dalam bentuk kebaikan apa pun, investasi dalam bentuk perdagangan dan
pabrik bisa mendatangkan keuntungan bagi para mustahik itu sendiri. Hal ini
diperkuat oleh pendapat al-Nawawi yang menyatakan bahwa imam boleh
menyalurkan dana zakat secara langsung atau tidak langsung melalui penyewaan
atau investasi bentuk apa pun (Al-Nawawi, al-Majmu, jilid 6 h. 160).
bukan uang dan tidak ada beban bunga yang ditetapkan di muka.(Rudy Badrudin
dan Subagyo:124)
Pembiayaan dalam perbankan syariah menurut Al–Harran (1999): 122.
terbagi menjadi 3 :
1) Return bearing financing, yaitu secara bentuk pembiayaan yang secara
komersial menguntungkan ketika pemilik modal mau menanggung
resikokerugian dan nasabah juga memberikan keuntungan.
2) Retrun free financing, yaitu bentuk pembiayaanya tidak semata- mata mencari
keuntungan yang ditujukan kepada orang yang membutuhkan, dan tidak ada
keuntungan yang didapat.
3) Charity financing, yaitu bentuk pembiayaan yang tidak ada klaim pokok
mencari keuntungan dan ditujukan kepada orang miskin yang membutuhkan.
(Ascarya :122)
Menurut sifat penggunaanya pembagian pembiayaan terbagi menjadi dua:
1) Pembiayaan produktif
Pembiayaan produktif ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kapasitas
produksi diantaranya untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi,
perdagangan, maupun investasi.Pembiayaan ini terbagi menjadi 2 jenis,
diantaranya :
Pembiayaan modal kerja, Pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan
produksi dalam meningkatkan keuangan, jumlah hasil produksi secara
kuantitatif dan secara kualitatif meningkatkan mutu hasil produksi untuk
keperluan perdagangan dan peningkatan utility of place dari suatu hasil
produksi yang berupa barang.
Pembiayaan investasi, Pembiayaan untuk memenuhi suatu kebutuhan
seperti modal (capital goods) bertujuan peningkatan fasilitas – fasilitas
terkait.
2) Pembiayaan konsumtif
Pembiayaan konsumtif ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
dimana kapasitasnya akan habis saat digunakan.
7. Dalam gadai (rahn) apa yang terjadi apabila yang meminjamkan barang
(rahin) meninggal dunia?
Jawab:
Akad gadai sudah sah bila pihak peminjam (rahin) sudah menyerahkan
barang yang digadaikan kepada pemberi hutang (murtahin), dan murtahin sudah
menyerahkan uangnya kepada rahin.
Akad yang demikian itu sudah sah dan memiliki ketetapan hukum (luzum),
sehingga tidak bisa dibatalkan disebabkan kematian salah satu pihak yang
bertransaksi (baik peminjam/rahin maupun pemberi pinjaman/murtahin).
Jika peminjam wafat, maka akad gadai bisa dilanjutkan oleh ahli warisnya.
Artinya, ahli waris (misalnya anak) dapat menebus barang yang digadaikan
bapaknya menggunakan harta warisan sang bapak (tirkah).
Setelah peristiwa Perang Tabuk, Rasulullah SAW pernah berhutang 30 sha’
gandum kepada seorang Yahudi bernama Abu Syahm, dengan jaminan berupa
baju perang yang nilainya setara dengan 400 dirham. Kemudian, setelah itu
Rasulullah SAW wafat dan akad gadainya “dilanjutkan” oleh ahli waris beliau,
Siti Fatimah. Siti Fatimah menebus baju perang Rasulullah SAW dengan
membayar 30 sha’ gandum kepada Abu Syahm, sesuai kesepakatan akad gadai
antara Rasulullah SAW dengan si Yahudi.
LINA AFRIYANA (A1A019128)
Wakaf harta musya’ dibolehkan. Bahkan hal ini pernah dilakukan oleh Umar
bin Khatab ketika beliau memiliki jatah tanah di Khaibar.
Umar bin Khatab memiliki saham 100 dari tanah Khaibar. Lalu beliau
laporkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Umar mengatakan,
“Saya mendapat sebidang tanah, dimana tidak ada harta yang lebih berharga
bagiku dari pada tanah itu. Apa yang anda sarankan untukku terhadap tanah itu?”
Jika ada orang yang wakaf harta musya’, setengah tanahnya atau setengah
rumahnya kepada orang fakir, hukumnya boleh, menurut pendapat Abu Yusuf
rahimahullah. Karena pembagian merupakan penyempurna qabdh (serah
terima). (al-Mabsuth, 12/64).