Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU

Dosen Pengampu : Reski ika sah putri, S.Kep.,Ners

Disusun Oleh :

Fadia Nur Fitri

18000010

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN RS. EFARINA
PURWAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)”

Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini. Dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca dan teman-teman. Aamiin…

Purwakarta, Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3

A. Definisi .................................................................................................................. 3
B. Macam-Macam SPGDT ..............................................,,........................................ 3
C. Pendahuluan dan Rencana Uraian Tugas .............................................................. 5
D. Perlunya Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu ................................... 6
E. Hal-Hal Yang Diatur Khusus dalam SPGDT ...................................................... 11

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 12

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 12
B. Saran .................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 13


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam manajemen bencana ada dua kegiatan besar yang dilakukan : Pertama ;
pada saat sebelum bencana (pre event) berupa kesiapsiagaan menghadapi bencana
(disaster preparedness) dan pengurangan resiko bencana (disaster mitigation), Kedua ;
kegiatan tanggap bencana (emergency response) dan kegiatan pemulihan akibat
bencana (disaster recovery).
Berdasar realitas, kita selama ini banyak melakukan kegiatan pasca bencana
berupa kegiatan tanggap darurat dan pemulihan (recovery) akibat bencana, tapi sangat
sedikit sekali perhatian terhadap kegiatan untuk kesiapsiagaan pra bencana dan
pengurangan resiko bencana. Kegiatan-kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai
bagian dari kesiapsiagaan dan pengurangan resiko bencana adalah : Kegiatan
pendidikan kesadaran bencana (disaster awareness), Pelatihan Penanggulangan
Penderita Gawat Darurat, Penyiapan Teknologi Tahan/Siaga Bencana, Membangun
Sistem Sosial yang tanggap bencana dan Perumusan Kebijakan Penanggulangan
Bencana secara komprehensif dan terpadu.
Kegiatan-Kegiatan diatas tersebut tentunya harus melibatkan pihak-pihak yang
berkepentingan. Dan salah satu pihak tersebut adalah masyarakat di lingkungan yang
rawan bencana. Termasuk di dalam masyarakat adalah komunitas tenaga medis dan
paramedis yang menjadi bagian masyarakat. Karena mereka paham bagaimana
menyiapkan sistem kesiapsiagaan menghadapi bencana dan mereka memiliki bekal
pengetahuan-ketrampilan teknis medis yang bisa didayagunakan dalam
penanggulangan korban gawat darurat pasca bencana
Bencana menjadi tanggung jawab seluruh komponen masyarakat dan
pemerintah maupun swasta. Namun dalam pelaksanaannya menolong korban haruslah
secara tepat dan cepat, selain itu juga diperlukan koordinasi yang bagus. Diperlukan
skill dan pengetahuan yang cukup tentang penanganan pertama disamping
pengetahuan medan bencana serta komunikasi yang terpadu dalam menolong korban
bencana.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu?
2. Apa saja macam-macam Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu?
3. Apa saja hal-hal yang diatur khusus dalam Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu (SPGDT)?
4. Apa saja pentingnya mengetahui Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu?
5. Bagaimana pelaksanaan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu dalam
Gerakan Safe Community?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu.
2. Untuk mengetahui macam-macam Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu.
3. Mempercepat response time dalam memberikan tindakan kegawatdaruratan dan
meningkatkan kualitas pertolongan terhadap korban bencana
4. Mencegah kematian dan kecacatan, sehingga dapat hidup dan berfungsi kembali
dalam masyarakat sebagaimana mestinya.
5. Merujuk melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang lebih
memadai.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
SPGDT adalah sebuah sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang
terdiri dari unsur, pelayanan pra Rumah Sakit, pelayanan di Rumah Sakit dan antar
Rumah Sakit. Pelayanan berpedoman pada respon cepat yang menekankantime saving
is life and limb saving, yang melibatkan pelayanan oleh masyarakat awam umum dan
khusus, petugas medis, pelayanan ambulans gawat darurat dan sistem komunikasi.
Kesiapan IGD serta sistem pelayanan Gawat Darurat yang terpadu antara
Fasilitas kesehatan satu dengan lainnya, akan memberikan nilai tambah dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan kesehatan, tidak hanya terhadap kasus Gawat Darurat
sehari-hari, tetapi juga sekaligus kesiapan bila setiap saat terjadi bencana di wilayah
Indonesia.
Dalam hal ini SPGDT bencana adalah kerja sama antar unit pelayanan Pra
Rumah Sakit dan Rumah Sakit dalam bentuk pelayananan gawat darurat terpadu
sebagai khususnya pada terjadinya korban massal yg memerlukan peningkatan
(eskalasi) kegiatan pelayanan sehari-hari. Bertujuan umum untuk menyelamatkan
korban sebanyak banyaknya.

B. Macam-Macam SPGDT
SPGDT dibagi menjadi :
1. SPGDT-S (Sehari-Hari)
SPGDT-S adalah rangkaian upaya pelayanan gawat darurat yang saling terkait
yang dilaksanakan ditingkat Pra Rumah Sakit – di Rumah Sakit – antar Rumah
Sakit dan terjalin dalam suatu sistem. Bertujuan agar korban/pasien tetap hidup.
Meliputi berbagai rangkaian kegiatan sebagai berikut :
a. Pra Rumah Sakit
1) Diketahui adanya penderita gawat darurat oleh masyarakat
2) Penderita gawat darurat itu dilaporkan ke organisasi pelayanan penderita
gawat darurat untuk mendapatkan pertolongan medik
3) Pertolongan di tempat kejadian oleh anggota masyarakat awam atau awam
khusus (satpam, pramuka, polisi, dan lain-lain)
4) Pengangkutan penderita gawat darurat untuk pertolongan lanjutan dari
tempat kejadian ke rumah sakit (sistim pelayanan ambulan)
b. Dalam Rumah Sakit
1) Pertolongan di unit gawat darurat rumah sakit
2) Pertolongan di kamar bedah (jika diperlukan)
3) Pertolongan di ICU/ICCU
c. Antar Rumah Sakit
1) Rujukan ke rumah sakit lain (jika diperlukan)
2) Organisasi dan komunikasi

2. SPGDT-B (Bencana)
SPGDT-B adalah kerja sama antar unit pelayanan Pra Rumah Sakit dan
Rumah Sakit dalam bentuk pelayananan gawat darurat terpadu sebagai khususnya
pada terjadinya korban massal yg memerlukan peningkatan (eskalasi) kegiatan
pelayanan sehari-hari. Bertujuan umum untuk menyelamatkan korban sebanyak
banyaknya.
Tujuan Khusus :
1. Mencegah kematian dan cacat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali
dalam masyarakat sebagaimana mestinya.
2. Merujuk melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang lebih
memadai.
3. Menanggulangi korban bencana.

Prinsip mencegah kematian dan kecacatan :


1. Kecepatan menemukan penderita.
2. Kecepatan meminta pertolongan.

Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan :


1. Ditempat kejadian.
2. Dalam perjalanan kepuskesmas atau rumah-sakit.
3. Pertolongan dipuskesmas atau rumah-sakit.

Keberhasilan Penanggulangan Pasien Gawat Darurat Tergantung 4 Kecepatan :


1. Kecepatan ditemukan adanya penderita GD
2. Kecepatan Dan Respon Petugas
3. Kemampuan dan Kualitas
4. Kecepatan Minta Tolong

C. Pendahuluan dan Rencana Uraian Tugas


Pelayanan kesehatan gawat-darurat : Hak dan kewajiban semua.
Pelayanan kualitas pelayanan kesehatan :Tanggungjawab pemerintah dan
masyarakat.
Koordinato :Badan Nasional Penanggualangan
Bencana, Badan penanggualangan
Bencana Daerah Tingkant I dan II.
SPGDT Sehari-hari dan Bencana : Pra RS, RS dan Antar RS
Rencana Uraian Tugas
1. Penanggung Jawab Tim Ketua : Kepala Bidang Pelayanan Medik Wakil Ketua :
Kepala Instansi Gawat Darurat
Bertugas:
a. Memberi komando dan mengkoordinir segenap anggota tim.
b. Bekerjasama dengan perusahaan terkait membuat sistem komunikasi dan
simulasi bencana industri.
c. Sebagai evaluator tim.
2. Penanggung Jawab Medis
Dokter jaga IGD Bertugas :
a. Mengidentifikasi awal /triage pasien
b. Memimpin penanggulangan pasien saat terjadi kegawatdaruratan
c. Menghubungi dokter dari rawat inap maupun dokter jaga IGD (on call) bila
diperlukan bantuan.
3. Koordinator Shift Bertugas :
a. Menerima komando dari penanggung jawab tim
b. Bersama dokter penanggungjawab medis melakukan Triage pada pasien
4. Tim Paramedis Perawat IGD
Bertugas :
a. Membantu dokter menangani pasien sesuai triage.
b. Menghubungi perawat on call (ICU dan Rawat Inap) sesuai instruksi dokter
atau koordinator shift.
D. Perlunya Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
Untuk mengurangi dan menyelamatkan korban bencana, diperlukan cara
penanganan yang jelas (efektif, efisien dan terstruktur) untuk mengatur segala sesuatu
yang berkaitan dengan kesiap-siagaan dan penanggulangan bencana.
Tujuan :
1. Didapatkan kesamaan pola pikir / persepsi tentang SPGDT.
2. Diperoleh kesamaan pola tindak dalam penanganan kasus gawat darurat dalam
keadaan sehari-hari maupun bencana.
a. Safe Community, (SC) :
Keadaan sehat dan aman yang tercipta dari, oleh dan untuk masyarakat.
Pemerintah dan teknokrat merupakan fasilitator dan pembina.
b. SPGDT :
Sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri dari unsur pra RS,
RS dan antar RS. Berpedoman pada respon cepat yang menekankan time
saving is life and limb saving, yang melibatkan masyarakat awam umum dan
khusus, petugas medis, pelayanan ambulans gawat darurat dan komunikasi.
c. PSC (Public Safety Center) :
Pusat pelayanan yang menjamin kebutuhan masyarakat dalam hal-hal
kegawat-daruratan, termasuk pelayanan medis yang dapat dihubungi dalam
waktu singkat dan dimanapun berada (gabungan dari AGD 118, SAR/PK 113,
Polisi 110).
Merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan, yang bertujuan untuk
mendapatkan respons cepat (quick response) terutama pelayanan pra RS.

GERAKAN SAFE COMMUNITY


Adalah gerakan agar tercipta masyarakat yang merasa hidup sehat, aman dan sejahtera
dimanapun mereka berada yang melibatkan peran aktif himpunan profesi maupun
masyarakat (misal : PSC, Poskesdes dll).
1. Aspek SC :
a. Care : Kerja-sama lintas sektoral non kesehatan dalam menata perilaku dan
lingkungan untuk mempersiapkan, mencegah dan melakukan mitigasi dalam
menghadapi hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan, keamanan, dan
kesejahteraan.
b. Cure : Peran utama sektor kesehatan dibantu sektor terkait dalam penanganan
keadaan dan kasus-kasus gawat-darurat.
2. Visi gerakan SC:
a. Menjadi gerakan yang mampu melindungi masyarakat dalam keadaan darurat
sehari-hari dan bencana, maupun atas dampak akibat terjadinya bencana.
b. Terciptanya perilaku masyarakat dan lingkungan untuk menciptakan situasi
sehat dan aman.
3. Misi gerakan SC:
a. Menciptakan gerakan di masyarakat
b. Mendorong kerja-sama lintas sektor-program
c. Mengembangkan standar nasional
d. Mengusahakan dukungan dana dalam rangka pemerataan dan perluasan
jangkauan pelayanan terutama dalam keadaan darurat.
e. Menata sistem pendukung pelayanan diseluruh unit pelayanan kesehatan
4. Nilai dasar SC:
a. Care: pencegahan, penyiagaan dan mitigasi
b. Equity: adanya kebersamaan dari institusi pemerintah, kelompok/organisasi
profesi dan masyarakat.
c. Partnership: menggalang kerja-sama lintas sektor dan masyarakat untuk
mencapai tujuan.
d. Net working: membangun jaring kerja-sama dalam suatu sistem dengan
melibatkan seluruh potensi yang terlibat dalam gerakan SC
e. Sharing: memiliki rasa saling membutuhkan dan kebersamaan dalam
memecahkan segala permasalahan dalam gerakan SC.
5. Maksud Usaha SC:
Memberikan pedoman baku bagi daerah dalam melaksanakan gerakan SC agar
tercipta masyarakat sehat, aman dan sejahtera.
6. Tujuan Usaha SC:
a. Partisipasi masyarakat menata perilaku.
b. SPGDT yang dapat diterapkan.
c. Membangun respons masyarakat melalui pusat pelayanan terpadu dan potensi
penyiagaan fasilitas.
d. Mempercepat response time untuk menghindari kematian dan kecacatan.
7. Sasaran Usaha SC:
a. Tingkatkan kesadaran, kemampuan dan kepedulian dalam kewaspadaan dini
kegawat-daruratan.
b. Terlaksananya koordinasi lintas sektor terkait, tergabung dalam satu kesatuan.
c. Terwujudnya subsistem komunikasi dan transportasi sebagai pendukung.
8. Falsafah dan Tujuan SC:
a. Memberikan rasa sehat dan aman dengan melibatkan seluruh potensi,
memanfaatkan kemampuan - fasilitas secara optimal.
b. Merubah perilaku agar mampu menanggulangi kegawat-daruratan sehari-hari.
c. Ada visi, misi, tujuan dan sasaran.
d. Motto ‘time saving is life and limb saving’ dan kemampuan rehabilitasi.
9. Ketentuan organisasi :
a. Didasarkan pada organisasi yang melibatkan multi disiplin dan multi profesi.
b. Memiliki unsur Pimpinan/wakil, sekretaris, bendahara dan anggota.
c. Minimal melibatkan unsur kamtib & SAR. Kemudian unsur keselamatan &
kesehatan kerja karyawan dan humas.
10. Administrasi-Pengelolaan :
a. Ada struktur, uraian tugas, kewenangan dan mekanisme kerja dengan unit lain.
b. Ada unit kerja terkait.
c. Ada produk hukum : dasar
d. Ada petunjuk dan informasi untuk jamin kemudahan dan kelancaran dalam
memberikan pelayanan di masyarakat.
e. Ada PSC sebagai unit respons cepat.
11. Staf dan pimpinan :
a. Gerakan SC diselenggarakan oleh seluruh komponen, kepala daerah
menetapkan organisasi ini dengan SK.
b. Organisasi dimaksud adalah PSC yang dibangun disetiap daerah.
c. Jumlah, jenis dan kualifikasi tenaga yang ditetapkan sesuai kebutuhan.
12. Fasilitas - Peralatan :
a. Fasilitas harus dapat menjamin efektifitas pelayanan termasuk pelayanan UGD
di RS 24 jam.
b. Sarana dan prasarana, peralatan dan obat sesuai dengan standard
c. Adanya subsistem pendukung baik komunikasi, transportasi termasuk
ambulans dan keselamatan kerja.
13. Kebijakan & prosedur :
a. Tertulis agar dapat dievaluasi dan disempurnakan.
b. Ditetapkan kebijakan pelayanan kasus gadar pra RS, RS dan rujukan,
termasuk Hospital disaster plan
c. Ditetapkan ada PSC ditiap daerah dan perhatikan keselamatan kerja dan
kegawat-daruratan sehari-hari.
14. SPGDT :
Secara Umum : Sistem koordinasi berbagai unit kerja (multi sektor), didukung
berbagai kegiatan profesi (multi disiplin dan multi profesi) untuk selenggarakan
pelayanan terpadu penderita gawat-darurat, dalam keadaan bencana maupun
sehari-hari.
15. 3 Subsistem yaitu pra RS, RS dan antar RS.
Sistem Pra RS Sehari-hari :
a. PSC, Poskesdes. Didirikan masyarakat. Pengorganisasian dibawah Pemda.
b. BSB. Unit khusus pra RS. Pengorganisasian dijajaran kesehatan.
c. Pelayanan Ambulans. Koordinasi dengan memanfaatkan ambulans setempat.
d. Komunikasi. Koordinasi jejaring informasi.
e. Pembinaan. Pelatihan peningkatan kemampuan

Sistem Pra RS pada bencana :


a. Koordinasi jadi komando. Efektif dan efisien bila dalam koordinasi dan
komando
b. Eskalasi dan mobilisasi sumber daya. SDM, fasilitas dan sumber daya lain.
c. Simulasi. Diperlukan protap, juklak, juknis yang perlu diuji melalui simulasi.
d. Pelaporan, monitoring, evaluasi. Laporan dengan sistematika yang disepakati.

Fase Acute Response :


a. Acute emergency response.
Melaksanakan Rescue, triase, resusitasi, stabilisasi, diagnosis, terapi definitif.
b. Emergency relief.
Menyediakan makanan minuman, tenda, jamban dll. untuk korban ‘sehat’.
c. Emergency rehabilitation.
Perbaikan jalan, jembatan, sarana dasar lain untuk kelancaran pertolongan.
PGDT INTRA RS
a. Sarana, prasarana, BSB, UGD, HCU, ICU, penunjang
b. Hospital Disaster Plan, bencana dari dalam dan luar RS.
c. Transport intra RS.
d. Pelatihan, simulasi dan koordinasi untuk peningkatan kemampuan SDM.
e. Pembiayaan dengan jumlah cukup.

SOP Minimal RS :
Sehari-hari dan Bencana (Hosdip, Hospital Diasater Plan) :
a. Kegawatan dengan ancaman kematia
b. True emergency
c. Korban missal
d. Keracunan missal
e. Khusus :
Perkosaan, KDRT, child abused
Persalinan Tidak Normal
Kegawatan diruang rawat
f. Ketentuan :
Asuransi
Batasan tindakan medik
Etika & Hukum
Pendataan
Tanggung jawab dokter pada keadaan gawat darurat

SPGDT ANTAR RS
a. Jejaring berdasar kemampuan RS dalam kualitas dan kuantitas.
b. Evakuasi. Antar RS dan dari pra RS.
c. SIM (Manajemen Sistem Informasi). Untuk menghadapi kompleksitas
permasalahan dalam pelayanan.
d. Koordinasi dalam pelayanan rujukan, diperlukan pemberian informasi keadaan
pasien dan pelayanan yang dibutuhkan.

Evakuasi :
a. Tata cara tertulis. Harus memiliki Peta geomedik
b. Kondisi pasien Stabil dan optimal pra dan selama evakuasi hingga tujuan.
c. Kriteria : Fisiologis / Anatomis
d. Mekanisme :
1) Tahu Tujuan dan Prinsip rujukan.
2) ABC stabil,
3) Immobilisasi,
4) Mekanika mengangkat pasien.

Sarana-prasarana Evakuasi Minimal


a. Alat / Bahan / Obat Bantuan Hidup Dasar
b. Cervical collar / splint
c. Short serta Long Spine Board
d. Wheeled serta Scoop Stretcher

Evakuasi :
Darurat :

a. Lingkungan berbahaya (misal kebakaran).


b. Ancaman jiwa (misal perlu tempat rata dan keras untuk RJP).
c. Prioritas bagi pasien ancaman jiwa

Segera :
a. Ancaman jiwa, perlu penanganan segera.
b. Pertolongan hanya bisa di RS (misal pernafasan tidak adekuat, syok).
c. Lingkungan memperburuk kondisi pasien (hujan, dingin dll).

Biasa :
Tanpa ancaman jiwa, namun tetap memerlukan RS

E. Hal-Hal Yang Diatur Khusus dalam SPGDT


1. Petunjuk Pelaksanaan Permintaan dan Pengiriman bantuan medik dari RS rujukan.
2. Protap pelayanan gawat-darurat di tempat umum.
3. Pedoman pelaporan Penilaian Awal/Cepat (RAH).
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT) merupakan
penanganan awal dan pertolongan pertama sebelum korban dibawa ke Rumah Sakit
dan mendapatkan penanganan medis lanjutan, misalnya pada saat terjadi bencana
alam. Salah satu hal penting yang perlu ada pada saat terjadi bencana alam yaitu
posko kesehatan, dimana penderita gawat darurat atau korban dapat ditangani pada
posko kesehatan ini.SPGDT terdiri dari unsur, pelayanan pra rumah sakit, pelayanan
di rumah sakit dan antar rumah sakit.
SPGDT dibagi atas SPGDT-S dan SPGDT-B. SPGDT bertujuan yang intinya
untuk mengurangi dan menyelamatkan korban bencana, sehingga diperlukan cara
penanganan yang jelas (efektif, efisien dan terstruktur).

B. Saran
Diharapkan semua orang akan mempunyai kesiapan dalam upaya
penyelamatan dan mengurangi dampak kesehatan yang buruk apabila terjadi bencana.
DAFTAR PUSTAKA

Seri Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) / General Emergency Life


Support (GELS) : Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT). Cetakan
ketiga. Dirjen Bina Yanmed Depkes RI, 2006.
Tanggap Darurat Bencana (Safe Community modul 4). Depkes RI, 2006.
https://id.scribd.com/upload-document?archive

Anda mungkin juga menyukai