Anda di halaman 1dari 14

“GASTRITIS”

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Pencernaan


Dosen: Ns. Siti Robeatul Adawiyah, S.Kep

Disusun oleh:

1. Melisa Saputri 16213073


2. Monika Caterina 16213076
3. Nada Khairunnisa 16213082
4. Nesri Aulia Putri 16213086
5. Reza Dalevi 16213107

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YATSI


TANGERANG
2018
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah
Sistem Endokrin dengan topik “Gastritis”.
Adapun tujuan kami menyusun makalah ini untuk meningkatkan kemampuan
dan pengetahuan kami, penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya tentang
Gastritis. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami menyelesaikan makalah ini diantaranya ucapan terima kasih kepada
Dosen Pengajar Ns. Siti Robeatul Adawiyah, S.Kep yang telah memberikan tugas
penting untuk berkembangnya pengetahuan tentang Gastritis.
Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
konstruksi demi kemajuan dimasa yang akan datang. Kami berharap agar makalah
ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber bacaan dan dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya. Atas kurang dan lebihnya makalah ini, kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya.

Tangerang, Juni 2018

                              


Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................2
D. Manfaat Penulisan…....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Gastritis...........................................................................................3
B. Etiologi Gastritis...........................................................................................4
C. Patofisiologi Gastritis...................................................................................4
D. Manifestasi Gastritis.....................................................................................6
E. Pathway Gastritis.........................................................................................6
F. Pemeriksaan Diagnostik Gastritis................................................................7
G. Penatalaksanaan Gastritis.............................................................................7
H. Komplikasi Gastritis.....................................................................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................10
B. Penutup ......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN JURNAL

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu
pihak penyakit penular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
belum banyak tertangani, di lain pihak telah terjadi peningkatan kasus penyakit
tidak menular (PTM) yang banyak disebabkan oleh gaya hidup karena
urbanisasi, modernisasi, dan globalisasi.Gastritis merupakan salah satu
masalah kesehatan saluran pencernaan yang paling sering terjadi (Gustin, 2012).
Menurut World Health Organization (WHO), insiden gastritis di dunia
sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahunnya, di Inggris (22%),
China (31%), Jepang (14,5%), Kanada (35%), dan Perancis (29,5%). Di Asia
Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya.Gastritis
biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis merupakan
awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan seseorang. Persentase dari
angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8%, dan angka
kejadian gastritis di beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan
prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk (Kurnia,2011).
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2011, gastritis merupakan salah
satu penyakit dari 10 penyakit terbanyak pada pasien inap di rumah sakit di
Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%) (Depkes, 2012).
Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi
dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk.Didapatkan
data bahwa di kota Surabaya angka kejadian Gastritis sebesar 31,2%, Denpasar
46%, sedangkan di Jawa Tengah angka kejadian infeksi cukup tinggi sebesar
79,6% (Riskesdas, 2013). Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo tahun 2014
menurut urutan besar penyakit kabupaten Sukoharjo, gastritis menempati urutan
ke-4 dengan jumlah penderita sebesar 38.075orang (Dinkes Kabupaten
Sukoharjo, 2014).

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Gastritis ?
2. Apa saja etiologi pada Gastritis ?
3. Bagaimana patofisiologi Gastritis ?
4. Bagaimana manifestasi pada Gastritis ?
5. Bagaimana pathway pada Gastritis ?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada Gastritis ?
7. Bagaimana penatalaksanaan Gastritis ?
8. Apa saja komplikasi pada Gastritis ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan definisi Gastritis.
2. Mendeskripsikan etiologi pada Gastritis.
3. Mendeskripsikan patofisiologi Gastritis.
4. Mendeskripsikan manifestasi pada Gastritis.
5. Mendeskripsikan pathway pada Gastritis.
6. Mendeskripsikan pemeriksaan diagnostik pada Gastritis.
7. Mendeskripsikan penatalaksanaan Gastritis.
8. Mendeskripsikan komplikasi pada Gastritis.

D. Manfaat Penulisan
1. Ilmu pengetahuan
Menambah keputusan khususnya dalam kesehatan
2. Masyarakat
Menambah pengetahuan terhadap besar resiko Gastritis. Meningkatkan
upaya pencegahan terhadap kejadiannya kelainan Gastritis.
3. Pendidikan
Memberikan informasi sebagai data pembanding untuk selanjutnya
mengenai angka kejadian tersering tentang Gastriris. Memberikan informasi
sebagai data pembanding untuk penelitian selanjutnya mengenai faktor-
faktor resiko yang paling sering dijumpai pada pasien dengan kelaina
Gastritis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Gastritis atau lebih di kenal sebagai magh berasal dari Bahasa Yunani yaitu
Gastro yang berarti perut atau lambung dan gastritis yang berarti inflamasi atau
peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari
beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada
lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh
bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung
yaitu Helicobacter pylori. Tetapi faktor-faktor lain seperti trauma fisik dan
pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit cepat juga
menyebabkan gastritis.
Secara histologis dapat dibuktikan dengan  inflamasi sel-sel radang pada
daerah tersebut didasarkan pada manifestasi klinis dapat  dibagi menjadi akut
dan kronik. Pada beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan terjadinya borok
(ulcer) dan dapat meningkatkan resiko dari kanker lambung. Akan tetapi bagi
banyak orang, gastritis bukanlah penyakit yang serius dan dapat segera membaik
dengan pengobatan.
Gastritis (penyakit maag) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya
asam lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga
mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung seperti teriris
atau nyeri pada ulu hati.
Gastritis Akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang
akut. Gatritis Akut paling sering diakibatkan oleh kesalahan diit, mis. makan
terlalu banyak, terlalu cepat, makan makanan yang terlalu banyak bumbu atau
makanan yang terinfeksi. Penyebab lain termasuk alcohol, aspirin, refluks
empedu atau terapi radiasi.
Gastritis Kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa
lambung yang menahun yang disebabkan oleh ulkus lambung jinak maupun

3
ganas atau bakteri Helicobacter pylori. Bakteri ini berkoloni pada tempat dengan
asam lambung yang pekat.

B. Etiologi
Menurut Muttaqin (2011) penyebab lain yang dapat dialami atau dirasakan
oleh pasien penderita pengakit gastritis antara lain :
1. Obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid / OAINS
(indometasin, ibuprofen, dan asam salisilat), sulfonamide, steroid,
kokain, agen kemoterapi (mitomisin, 5-fluora-2-deoxyuriine), salisilat,
dan digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung.
2. Minuman beralkohol ; seperti : whisky,vodka, dan gin.
3. Infeksi bakteri ; seperti H. pylor (paling sering), H. heilmanii,
streptococci, staphylococci, proteus spesies, clostridium spesies, E. coli,
tuberculosis, dan secondary syphilis.
4. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus
5. Infeksi jamur ; candidiasis, histoplasmosis, dan phycomycosis.
6. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma,
pembedahan, gagal napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat,
dan refluks ususlambung.
7. Makanan dan minuman yang bersifat iritan . makanan berbumbu dan
minuman dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen
iritasi mukosa lambung.
8. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu ( komponen
penting alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus
kecil ke mukosa lambungsehingga menimbulkan respon peradangan
mukosa.
9. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke
lambung.

C. Patofisiologi
1. Gastritis Akut

4
Gastritis Akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia obat-
obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada pasien
yang mengalami strees akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV
(Nervus Vagus), yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl)
didalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.Zat
kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel
kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus mengurangi
produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa
lambung agar tidak ikut tercerna respon mukosa lambung karena penurunan
sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilitasi sel mukosa gaster. Lapisan
mukosa gaster terdapat enzim yang memproduksi asam klorida atau HCl,
terutama daerah fundus.Vasodilitasi mukosa gaster akan menyebabkan
produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri,
rasa nyeri ini 17 ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa
gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat
berupa pengelupasan. Pengelupasan sel mukosa gaster akan mengakibatkan
erosi memicu timbulnya pendarahan. Pendarahan yang terjadi dapat
mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena
proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam
setelah pendarahan.
2. Gastritis Kronis
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau
maligna dari lambung atau oleh bakteri helicobactery pylory ( H. pylory )
Gastritis Kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A / tipe B, tipe A
( sering disebut sebagai gastritis autoimun ) diakibatkan dari perubahan sel
parietal, yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan
dengan penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus
atau korpus dari lambung. Tipe B ( kadang disebut sebagai gastritis )
mempengaruhi antrum dan pylorus ( ujung bawah lambung dekat duodenum
) ini dihubungkan dengan bakteri Pylory. Faktor diet seperti minum panas

5
atau pedas, penggunaan atau obat-obatan dan alkohol, merokok, atau refluks
isi usus kedalam lambung.

D. Manifestasi klinis
Gejala-gejala yang dapat dialami atau dirasakan oleh pasien penderita
gastritis antara lain :
1. Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat
menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan
2. Mual
3. Muntah
4. Kehilangan selera
5. Kembung
6. Terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan
7. Kehilangan berat badan
Gastritis yang terjadi tiba – tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual dan
sakit pada perut bagian atas, sedangkan gastritis kronis yang berkembang secara
bertahap biasanya mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada perut bagian
atas dan terasa penuh atau kehilangan selera. Bagi sebagian
orang, gastritis kronis tidak menyebabkan apapun.

E. Pathway

6
F. Pemeriksaan Diagnosik
Pemeriksaan dignostik menurut Dermawan (2010) dan Doenges (2000)
sebagai berikut :
1. Radiology: sinar x gastrointestinal bagian atas
2. Endoskopy : gastroscopy ditemukan muksa yang hiperemik
3. Laboratorium: mengetahui kadar asam hidroklorida
4. EGD (Esofagagastriduodenoskopi): tes diagnostik kunci untuk
perdarahan gastritis, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan atau
derajat ulkus jaringan atau cidera
5. Pemeriksaan Histopatologi: tampak kerusakan mukosa karena erosi
tidak pernah melewati mukosa muskularis.
6. Analisa gaster: dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah,
mengkaji aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam
hidroklorik dan pembentukan asam noktura
7. Penyebab ulkus duodenal.
8. Feses: tes feses akan positifH. PyloryKreatinin : biasanya tidak
meningkat bila perfusi ginjal di pertahankan.
9. Amonia: dapat meningkat apabila disfungsi hati berat menganggu
metabolisme dan eksresi urea atau transfusi darah lengkap dan jumlah
besar diberikan.
10. Natrium: dapat meningkat sebagai kompensasi hormonal terhadap
simpanan cairan tubuh.
11. Kalium: dapat menurun pada awal karena pengosongan gaster berat
atau muntah atau diare berdarah. Peningkatan kadar kalium dapat
terjadi setelah trasfusi darah.
12. Amilase serum: meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga
gastritis.

G. Penatalaksanaan
1. Pengobatan pada gastritis meliputi:
a) Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung

7
b) Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan
intravena untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-
gejala mereda, untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida
dan istirahat.
c) Histonin: ranitidin dapat diberikan untuk menghambat pembentukan
asam lambung dan kemudian menurunkan iritasi lambung.
d) Sulcralfate: diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara
menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang
menyebabkan iritasi.
e) Pembedahan: untuk mengangkat gangrene dan perforasi,
Gastrojejunuskopi/reseksi lambung: mengatasi obstruksi pilorus.
(Dermawan, 2010)
2. Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi:
a) Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk
menghindari alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien
mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi danjurkan. Bila
gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila
perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan
prosedur yang dilakukan untuk hemoragik saluran gastrointestinal atas.
Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam
atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian
agen penyebab.) Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum (
missal : alumunium hidroksida ) untuk menetralisasi alkali, digunakan
jus lemon encer atau cuka encer b) Bila korosi luas atau berat, emetik,
dan lafase dihindari karena bahaya perforasi. terapi pendukung
mencakup intubasi, analgesic dan sedative, antasida, serta cairan
intravena. Endoskopi fiberopti mungkin diperlukan. Pembedahan
darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangrene atau jaringan
perforasi. Gastrojejunostomi atau reseksi lambung mungkin diperlukan
untuk mengatasi obstruksi pilrus.

8
b) Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan
istiratahat, mengurangi stress dan memulai farmakoterapi. H. Pilory
data diatasi dengan antibiotic ( seperti tetrasiklin atau amoksisilin ) dan
garam bismu ( pepto bismo ). Pasien dengan gastritis A biasanya
mengalami malabsorbsi vitamin B12 yang disebabkan oleh adanya
antibody terhadap faktor instrinsik.
3. Penatalaksanaan secara keperawatan meliputi:
a) Tirah baring
b) Mengurangi stress
c) Diet Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan peroral
pada interval yang sering. Makanan yang sudah dihaluskan seperti
pudding, agar-agar dan sup, biasanya dapat ditoleransi setelah 12 – 24
jam dan kemudian makanan-makanan berikutnya ditambahkan secara
bertahap. Pasien dengan gastritis superficial yang kronis biasanya
berespon terhadap diet sehingga harus menghindari makanan yang
berbumbu banyak atau berminyak. (Dermawan, 2010)

H. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada gastritis menurut Dermawan
(2010) adalah:
1. Perdarahan saluran cerna bagian atas.
2. Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi
vitamain B12

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gastritis (penyakit maag) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya
asam lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga
mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung seperti teriris
atau nyeri pada ulu hati.
Gastritis Akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang
akut. Gatritis Akut paling sering diakibatkan oleh kesalahan diit, mis. makan
terlalu banyak, terlalu cepat, makan makanan yang terlalu banyak bumbu atau
makanan yang terinfeksi. Penyebab lain termasuk alcohol, aspirin, refluks
empedu atau terapi radiasi.
Gastritis Kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa
lambung yang menahun yang disebabkan oleh ulkus lambung jinak maupun
ganas atau bakteri Helicobacter pylori. Bakteri ini berkoloni pada tempat dengan
asam lambung yang pekat.

B. Saran
Diharapkan kepada institusi pendidikan agar dapat memberikan informasi
mengenai pengetahuan terhadap gejala pada Gastritis. Diharapkan kepada
pemerintah dan dinas kesehatan agar lebih meningkatkan peran sertanya dalam
mengurangi angka kejadian Gastritis. Bagi civitas akademik hendaknya dapat
meneruskan penelitian ini lebih lanjut.

10
DAFTAR PUSTAKA

Black Joyce M H. 2014. Keperawatan Medical Bedah. Edisi 8 Buku 2. Indonesia:


Elsevier

Doengoes, Marilyn. E. dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI

Suratun, Lusianah. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Gastrointestinal. Jakarta: Trans infomedia

11

Anda mungkin juga menyukai