Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

BERBUSANA MUSLIM DAN MUSLIMAH CERMIN KEPRIBADIAN DAN


KEINDAHAN DIRI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Agama Islam

Disusun oleh:

Kelompok 4
1. Annisa Kamilah
2. Hudia Azkia Wirdha
3. Muhammad Arsyil Adzim
4. Nur Fadhilah
5. Ramadhani
6. Sania Nur Laila
7. Subhan Nadi

SMA NEGERI 1 KARANG INTAN


PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KABUPATEN BANJAR
TAHUN AJARAN 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pakaianku adalah Pribadiku atau “Ajining Raga saka Busana” yang


memiliki arti: "kehormatan badan dilihat dari pakain yang dikenakan". Sejarah
busana lahir seiring dengan sejarah peradaban manusia itu sendiri. Oleh
karenanya, busana sudah ada sejak manusia diciptakan. Kesimpulan ini dapat
diambil dari firman Allah SWT.:
“Wahai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan
sebagaimana ia telah mengeluarkan ibu-bapakmu dari surga, ia menanggalkan
dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya”.
Busana memiliki fungsi yang begitu banyak, dari menutup anggota tertentu di
tubuh hingga penghias tubuh. Sebagaimana yang telah diterangkan pula oleh
Allah dalam Al-Qur’an, yang mengisyaratkan akan fungsi busana, “Wahai anak
Adam (manusia), sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian
untuk menutupi (aurat) tubuhmu dan untuk perhiasan.”
Dari tata cara, bentuk, dan mode berbusana, manusia dapat dinilai
kepribadiannya. Dengan kata lain, cara berbusana merupakan cermin kepribadian
seseorang. Konsekuensi sebagai manusia agamis adalah berusaha semaksimal
mungkin untuk melaksanakan segala perintah Allah dan meninggalkan segala
larangan agamanya. Salah satu bentuk perintah agama Islam adalah perintah
untuk mengenakan busana yang menutup seluruh aurat yang tidak layak untuk
dinampakkan pada orang lain yang bukan muhrim.
Dari situlah akhirnya muncul apa yang disebut dengan istilah “Busana
Muslimah”. Busana muslimah adalah busana yang sesuai dengan ajaran Islam,
dan pengguna gaun tersebut mencerminkan seorang muslimah yang taat atas
ajaran agamanya dalam tata cara berbusana. Busana muslimah bukan hanya
sekedar simbol, melainkan dengan mengenakannya, berarti seorang perempuan
telah memproklamirkan kepada makhluk Allah akan keyakinan, pandangannya
terhadap dunia, dan jalan hidup yang ia tempuh, dimana semua itu didasarkan
pada keyakinan mendalam terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Kuasa.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kedudukan pakaian dalam islam?
2. Apa saja fungsi pakaian dalam islam?
3. Bagaimana adab berpakaian dalam islam?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui kedudukan pakaian dalam islam
2. Mengetahui fungsi pakaian dalam islam
3. Mengetahui adab berpakaian dalam islam
BAB II
PEMBAHASAN

A. KEDUDUKAN PAKAIAN SESUAI DENGAN SYARIAT ISLAM


Islam menganggap pakaian yang dikenakan adalah simbol identitas,
kepribadian, kehormatan, dan kesederhanaan bagi seseorang, yang dapat
melindunginya dari berbagai bahaya yang mungkin mengancam dirinya. Baik
yang bersifat jasmani maupun yang bersifat rohani. Karena itu dalam Islam
pakaian memiliki karakteristik yang sangat spesifik, yang jauh dari tujuan
ekonomis apalagi dari tujuan yang mengarah pada pelecehan penciptaan makhluk
Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam Qs. Al-A’raaf/7:26:

Artinya: "Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu


pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian
takwa Itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-
tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat."
B. FUNGSI PAKAIAN BERDASARKAN SYARIAT ISLAM
1. Penutup Aurat
Aurat artinya sesuatu yang tidak boleh dilihat oleh orang lain.
Menutup aurat yang baik adalah dengan menggunakan pakaian yang tidak
memperlihatkan kulit bagian aurat, tidak memperlihatkan betuk tubuh yang
menarik bagi lawan jenis, tidak tembus pandang, desainnya tidak menarik
perhatian orang lain dan yang tidak kalah penting adalah nyaman digunakan.
a. Aurat  laki-laki
Batasan auratnya antara lutut sampai pusar. Hal ini dijelaskan oleh
Rasulullah SAW.
Artinya: “Aurat laki-laki ialah antara pusar sampai lutut.” (H.R. al-
Haris:138)
b. Aurat Wanita
Batasan auratnya adalah sekujur tubuhnya kecuali muka dan telapak
tangan.

2. Penghias Diri
Fungsi pakaian yang lain adalah sebagai penghias diri agar penampilan
lebih terlihat rapi dan indah.Seseorang bisa tampil lebih menarik jika
mengenakan pakaian yang tepat. Apalagi jika ditambah dengan aksesoris
pakaian dan juga ditunjang dengan perbaikan penampilan diri dapat
meningkatkan daya tarik seseorang di mata orang-orang yang ada di
sekitarnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Artinya: “Sesungguhnya Allah itu adalah zat yang Maha Indah dan mencintai
keindahan.” (HR. Al-Hakim).
3. Pelindung Badan
Penggunaan pakaian yang baik akan mampu melindungi tubuh dari
berbagai hal yang dapat memberikan pengaruh negatif pada
manusia.  Contohnya seperti perlindungan tubuh dari sinar terik matahari,
hujan, hawa dingin, hawa panas, debu, kotoran, dan lain sebagainya.  Tubuh
yang tidak tertutupi pakaian dengan baik bisa mudah terkena penyakit dan
juga lebih mudah kotor.  Tentu saja pakaian yang digunakan harus
disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan yang ada sehingga tubuh
terlindungi secara maksimal.

C. ADAB BERPAKAIAN BERDASARKAN SYARIAT ISLAM


1. Pakaian Harus Menutupi Aurat
Agama Islam mengajak umatnya untuk senantiasa mengutamakan rasa
malu pada setiap keadaan.  Islam melarangan umatnya untuk menampakkan
auratnya  yang bersifat umum, namun ada orang-orang yang dikecualikan
dalam larangan ini, seperti dalam hadist yang artinya:
“Jagalah auratmu kecuali kepada istri dan budakmu.” (H.R. Al Baihaqy)

2. Pakaian harus bersih dari kotoran, suci dari najis dan masih layak untuk
dipakai.
Umat Islam dianjurkan untuk memakai pakaian bagus dan bersih,
dilarang memakai pakaian yang najis. Alloh swt berfirman dalam Q.S. Al-
Mudatsir: 4 artinya:
“Dan pakaianmu Bersihkanlah.”

3. Model Pakaian Laki-Laki Tidak Boleh Menyerupai Model Pakaian


Perempuan dan Sebaliknya.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam sabdanya sebagai berikut:
Artinya: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang
memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian laki-laki.” (HR.
Abu Dawud no. 3575)

4. Pakaian Laki-laki Tidak Terbuat dari Jenis Kain Sutra


Di antara jenis pakaian yang terlarang bagi pria adalah pakaian sutera.
Pakaian ini terlarang bagi pria, namun dibolehkan bagi wanita. Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
“Jangan kalian memakai pakaian yang terbuat dari sutera kembang atau sutera
tebal, dan jangan pula minum serta makan dengan menggunakan bejana atau
piring yang terbuat dari emas dan perak karena sesungguhnya barang-barang
itu untuk mereka (orang-orang kafir) di dunia.” (HR. Muslim)

5. Pakaian yang Digunakan Tidak untuk Menebar Kesombongan


Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
Artinya: “Barangsiapa menjulurkan pakaiannya karena sombong, tidak akan
dilihat oleh Allah pada hari kiamat.” (HR. Muslim)

6. Disunnahkan Mendahulukan Bagian yang Kanan


Dalam Islam jika hendak melakukan kegiatan yang baik-baik,
hendaklah mendahulukan yang kanan. Berbeda ketika melepas sesuatu atau
memulai sesuatu yang jelek, maka hendaknya dimulai dari yang kiri.
“Rasulullah SAW sangat menyukai mendahulukan yang kanan ketika
memakai sendal, ketika menyisir rambut dan ketika bersuci, juga dalam setiap
perkara (yang baik-baik).” (HR. Bukhari no. 186 dan Muslim no. 268).
7. Pakaian Berwarna Putih Lebih Baik untuk Dipakai Dibandingkan dengan
Warna-warna Lainnya
Warna pakaian yang dianjurkan untuk laki-laki adalah warna putih.
Hal ini dijelaskan dari hadits Abu Dawud, Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: “Pakailah pakaian putih karena pakaian seperti itu adalah sebaik-baik
pakaian kalian dan kafanilah mayit dengan kain putih pula” (HR. Abu Daud
no. 4061)

8. Wajib Bersyukur Kepada Allah dan Dianjurkan Berdoa Ketika Mengenakan


Pakaian
Rasulullah mengajak umatnya untuk senantiasa bersyukur kepada
Allah SWT. Adapun do’a yang diajarkan oleh Rasulullah SAW sebagai
berikut:

Artinya: “Segala puji bagi Allah yang memberi pakaian ini kepadaku sebagai
rezeki dari-Nya tanpa ada daya dan kekuatan dariku.”
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Dari tulisan ringkas ini, dapat diambil kesimpulan bahwa, mode, seni,
budaya, dan etika yang masih masuk dalam bingkai ajaran agamalah yang
sanggup menghantarkan manusia pada kesempurnaan hakiki sebagai manusia,
termasuk dalam masalah mode busana yang berfungsi menjaga etika kepada
Allah dan lingkungan sekitar, terkhusus sesama komunitas manusia.
Dari sini pula akhirnya muncul apa yang disebut dengan “Mode Busana
Muslim dan Muslimah” yang masih masuk dalam koridor ajaran agama Islam.
Dan dikarenakan ajaran agama Islam bersumber dari Dzat Yang Mahasuci dan
Sakral, maka mode busana yang bersandar pada ajaran sakral itu pun bersifat
sakral pula.
Jadi, segala bentuk pelecehan terhadap busana Muslim dan Muslimah,
terutama terhadap busana Muslimah, sama halnya dengan melecehkan ajaran
agama Allah. Selain itu, menyebarkan budaya busana muslimah, sama halnya
dengan menyebarkan salah satu ajaran Allah.

B. SARAN
Semoga dengan dibuatnya makalah ini, pembaca dapat mengambil
hikmahnya dan dapat menerapkan inti pelajaran yang dipaparkan.
DAFTAR PUSTAKA

Markijaryu. 2018. Makalah Berbusana Muslim dan Muslimah


http://markijaryu.blogspot.com/2018/03/makalah-berbusana-muslim-dan-
muslimah.html diakses pada Selasa, 17 September 2019 Pukul 19.00 WITA

Anda mungkin juga menyukai