Anda di halaman 1dari 10

TUGAS I

HUKUM ADMINISTRASI PERENCANAAN

DISUSUN OLEH :

Sri Kamala Suwerni 173410250

PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2020
HUKUM ADMINISTRASI PERANCANAAN

1. Bagaimana jika ada PEMUKIMAN dan PERKANTORAN di RAWAN


BENCANA?
Tidak Boleh. Karena berdasarkan Peraturan Pemerintah tahun 2008
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Pasal 71, sebenarnya
terdapat kriteria penting dalam persyaratan lingkungan permukiman yaitu
harus :
1) Berada diluar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana
2) Memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat diluar awasan
3) Memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas pendukung.
Maka berdasarkan pernyataan diatas dapat kita simpulkan bahwasannya
permukiman tidak boleh berada dalam kawasan rawan bencana karena
berbahaya bagi penduduk yang akan tinggal disekitar daerah tersebut.
Dan untuk kwasan perkantoran juga tidak boleh berada dikawasan rawan
bencana karena dapat berbahaya bagi masyarakat juga kawasan perkantoran
haruslah berada dikawasan sesuai peruntukannya sesuai dengan peraturan
yang ada.

2. Bagaimana jika ada PEMUKIMAN dan PERDAGANGAN di


PERTANIAN ?
Tidak Boleh. Di dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
disebutkan bahwa yang termasuk dalam kawasan budi daya adalah kawasan
peruntukan hutan produksi, kawasan peruntukan hutan rakyat, kawasan
peruntukan pertanian, kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan
pertambangan, kawasan peruntukan permukiman, kawasan peruntukan
industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan tempat beribadah,
kawasan pendidikan, dan kawasan pertahanan keamanan. Dalam Undang-
Undang tersebut juga disebutkan bahwa kegiatan kawasan peruntukan
pertanian meliputi pertanian tanaman pangan dan palawija, perkebunan
tanaman keras, peternakan, perikanan air tawar, dan perikanan laut. 
Kawasan peruntukan pertanian memiliki fungsi antara lain: 
1) Menghasilkan bahan pangan, palawija, tanaman keras, hasil
peternakan dan perikanan;
2) Sebagai daerah resapan air hujan untuk kawasan sekitarnya;
3) Membantu penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat. 
Berdasakan haltersebut kawasan permukiman tidak tercantum didalam
kawasan pertanian dan juga kawasan perntanian diperuntukan sebagai daerah
resapan air untuk kawasan sekitarnya. Maka apabila terdapat kawasan
permukiman dan perdgangan dikawasan tersebut akan mengakibatkan
kurangkan daerah resapan air.

3. Bagaimana jika ada INDUSTRI di KAWASAN HUTAN?


Tidak Boleh, Peraturan Pemerintah tahun 2008 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional Pasal 69 disebutkan bahwa kawasan industri tidak
boleh mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup dan tidak mengubah
lahan produktif. Kawasan hutan merupakan kawasan yang harus dilestarikan
fungsi linggkungannya yaitu sebagai penahan air tanah dan lainnya. Apabila
dibangun kawasan industri di hutaan makan akan terjadi kerusakan
lingkungan yang parah dan memungkinkan terjadinya bencana alam.

4. Bagaimana jika ada INDUSTRI di PEMUKIMAN?


Tidak Boleh. Menurut Peraturan Menteri Perindustrian nomor 35 tahun
2010 tentang pedoman teknis kawasan industri dinyatakan bahwa ada
beberapa kriteria dalam penentuan lokasi kawasan industri, diantaranya
adalah bahwasanya jarak terhadap permukiman minimal 2 km, kemudian
peruntukan lahan, merupakan lahan non pertanian, non permukiman dan
non konservasi. Apabila terdapat industri pada kawasan permukimn akan
dapat menghasilkan dampak negatif seperti adanya pencemaran dan limbah
yang dihasilkan oleh industri akan berpengaruh pada kondisi udara, air dan
tanah. Dampak yang ditimbulkan industri akan berbeda-beda dalam radius
yang berbeda.
5. Bagaimana jika ada KEBUN SAWIT di GAMBUT?
Boleh. Kawasan gambut adalah suatu wilayah ekosistem gambut, baik
yang berada di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan, yang
berfungsi sebagai kawasan lindung atau kawasan budidaya. Mengapa hal ini
di perbolehkan karena Lahan gambut yang dapat digunakan untuk budidaya
tanaman kelapa sawit yaitu kawasan gambut yang memenuhi kriteria
sebagai berikut :
1. Berada pada kawasan budidaya Kawasan budidaya dimaksud dapat
berasal dari kawasan hutan yang telah dilepas dan/atau areal penggunaan
lain (APL) untuk usaha budidaya kelapa sawit.
2. Ketebalan lapisan gambut kurang dari 3(tiga) meter
3. Lapisan tanah mineral di bawah gambut Substratum menentukan
kemampuan lahan gambut sebagai media tumbuh tanaman. Lapisan
tersebut tidak boleh terdiri atas pasir kuarsa dan tanah sulfat masam.
4. Tingkat kematangan gambut
5. Tingkat Kesuburan Tanah

6. Bagaimana jika ada JARINGAN TRANSPORTASI yang melintasi


SEMPADAN SUNGAI?
Sempadan sungai meliputi ruang di kiri dan kanan palung sungai di
antara garis sempadan dan tepi palung sungai untuk sungai tidak bertanggul,
atau di antara garis sempadan dan tepi luar kaki tanggul untuk sungai
bertanggul. Sempadan sungai hanya dapat dimanfaatkan secara terbatas
untuk:
a. bangunan prasarana sumber daya air;
b. fasilitas jembatan dan dermaga;
c. jalur pipa gas dan air minum;
d. rentangan kabel listrik dan telekomunikasi;
e. kegiatan lain sepanjang tidak mengganggu fungsi sungai, antara lain
kegiatan menanam tanaman sayur-mayur; dan
f. bangunan ketenagalistrikan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
nomor 28 tahun 2015 tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai dan Danau
dapat disimpulkan bahwa jaringan transportasi Boleh melintasi sempadan
sungaikaren jaringn transportasi termask pada fasilitas jembatan dan
dermaga.

7. Bagaimana jika ada rencana PEMBANGUNAN PIPA KABEL


LISTRIK melintasi KAWASAN TOPOGRAFI DIATAS 45%?

8. Bagaimana jika ada rencana RTH berada di didalam KAWASAN


PERKANTORAN?
Boleh, Berasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05 Tahun
2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau
di Kawasan Perkotaan karena RTH pada bangunan/perumahan baik di
pekarangan maupun halaman perkantoran, pertokoan, dan tempat usaha
berfungsi sebagai penghasil O2, peredam kebisingan, dan penambah
estetika suatu bangunan sehingga tampak asri, serta memberikan
keseimbangan dan keserasian antara bangunan dan lingkungan.
RTH pada halaman perkantoran, pertokoan, dan tempat usaha, selain
tempat utilitas tertentu, dapat dimanfaatkan pula sebagai area parkir terbuka,
carport, dan tempat untuk menyelenggarakan berbagai aktivitas di luar
ruangan seperti upacara, bazar, olah raga, dan lain-lain.

9. Bagaimana jika ada rencana PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT


berada di AREAL PERDAGANGAN?
Boleh, karena menurut saya rumah sakit erupakan salah satu bagian dari
perdagangan dan jasa, yaitu sebagai penyedia jasa kesehatan. Dalam
Undang-Undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 7 ayat (1)
menyebutkan Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan,
prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan. Pada pasal 8
ayat (1) disebutkan bahwa persyaratan lokasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1) harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan,
keselamatan lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian
kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit, demikian juga
pada ayat (3) disebutkan bahwa ketentuan mengenai tata ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peruntukan lokasi yang
diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, Rencana Tata
Ruang Kawasan Perkotaan dan/atau Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan.
Kemudian dalam Bagian Ketiga tentang Bangunan, pasal 9 butir (b)
menyebutkan bahwa persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai
dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan
serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang
cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut. Hal ini sejalan dengan Undang
Undang nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dimana pada pasal
7 ayat (3) disebutkan bahwa persyaratan teknis bangunan gedung meliputi
persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan yang
meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.
Maka daaripada itu pembangunan atau keberadaan rumah sakit harulah
sesui dengan peraturan yang telah ditetapkan.

10. Bagaimana jika ada rencana penambangan pasir/batu berada di


didalam SEMPADAN PANTAI?

11. Bagaimana jika ada rencana PEMBANGUNAN HOTEL berada di


areal PINGGIR PANTAI?
12. Bagaimana jika ada TAMBANG BATUBARA di PERKOTAAN?
Tidak Boleh, Peraturan Pemerintah tahun 2008 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional Pasal 69 disebutkan bahwa kawasan industri tidak
boleh mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup dan tidak mengubah
lahan produktif.Apabila terdapat tambang batu bara di perkotaan akan
meruk lingkungan juga akan berdampak pada masyarakat disekitaran
perkotaan.
OMNIBUS LAW

1. Pengertian Omnibus Law


Sebuah metode atau teknik yang digunakan untuk mengganti dan/atau
mencabut Undang-Undang (UU), atau beberapa ketentuan dalam UU yang diatur
ulang dalam satu UU (Tematik). 3 Klaster dalam Omnibus Law yang menjadi
Tanggung Jawab Kementrian ATR/BPN
1) Penyederhanaan Perizinan Berusaha
Untuk memudahkan izin lokasi, kementerian ATR/BPN meminta kepada
Kepala Daerah agar segera membuat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
terlebih Pemerintah Daerah yang sudah memegang Persetujuan Substansi
dari Kementerian ATR/BPN dan apabila tidak segera membuat padahal
daerah itu memiliki potensi dalam rangka meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, maka Pemerintah Pusat akan membuat RDTR dengan Peraturan
Pemerintah.
2) Pengadaan Tanah
Kemudahan pengurusan lahan akan dibenahi melalui RUU Cipta Kerja,
guna meningkatkan iklim investasi yang kemudian akan menciptakan
lapangan kerja.
3) Investasi dan Proyek Pemerntah
Pemerintah masih menghadapi kendala dalam hal pengaturan investasi dan
kemudahan proyek pemerintah. Pertama berkaitan dengan tanggung jawab
penyediaan lahan bagi proyek prioritas Pemerintah. RUU Cipta Kerja juga
membahas investasi Pemerintah dan kemudahan proyek pemerintah dimana
terdapat norma-norma baru yang dibentuk berkaitan dengan kedua substansi
tersebut.
2. Tujuan Omnibus Law
1) Mengatasi konflik peraturan perundang-undangan secara cepat, efektif dan
efisien.
2) Pengurusan perizinan lebih terpadu, efisien, dan efektif
3) Meningkatkan hubungan koordinasi antar instansi terkait
4) Menyeragamkan kebijakan pemerintah di Pusat maupun di Daerah untuk
menunjang iklim investasi
5) Mampu memutus rantai birokrasi yang berlama-lama
6) Menjamin kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi pengambil
kebijakan

INSENTIF DAN DISENTIF


Arahan pemberian insentif dan disinsentif merupakan acuan bagi
pemerintah dalam pemberian insentif dan pengenaan disinsentif. 
Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana struktur
ruang, rencana pola ruang, dan indikasi arahan peraturan zonasi yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah ini. Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang
perlu dicegah, dibatasi, atau dikurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan
dalam Peraturan Pemerintah ini. 
Pemberian   insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan ruang
wilayah nasional dilakukan oleh Pemerintah kepada pemerintah daerah dan
kepada masyarakat. Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan oleh
instansi berwenang sesuai dengan kewenangannya. 
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional atau RTRWN adalah  arahan
kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara. Peraturan Pemerintah
No. 28 tahun 2008 tentang  Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional merupakan
tindaklanjut dari pelaksanaan ketentuanPasal 20 ayat (6) Undang-UndangNomor
26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. 

Insentif kepada pemerintah daerah diberikan, antara lain, dalam bentuk: 


1) Pemberian kompensasi; 
2) Urun saham; 
3) Pembangunan serta pengadaan infrastruktur; atau 
4) penghargaan. 

Insentif kepada masyarakat diberikan, antara lain, dalam bentuk: 


1) keringanan pajak; 
2) pemberian kompensasi; 
3) imbalan; 
4) sewa ruang; 
5) urun saham; 
6) penyediaan infrastruktur; 
7) kemudahan prosedur perizinan; dan/atau 
8) penghargaan. 

Disinsentif kepada pemerintah daerah diberikan, antara lain, dalam bentuk: 


1) pembatasan penyediaan infrastruktur; 
2) pengenaan kompensasi; dan/atau 
3) penalti. 

Disinsentif dari Pemerintah kepada masyarakat dikenakan, antara lain, dalam


bentuk: 
1) pengenaan pajak yang tinggi; 
2) pembatasan penyediaan infrastruktur; 
3) pengenaan kompensasi; dan/atau 
4) penalti. 

Anda mungkin juga menyukai